Anda di halaman 1dari 2

 

Novia Safitri

  XE / 17

Legenda Makam Ki Ageng Budhug dan Desa


Nambangan Lor

Di kota Madiun,tepatnya di jalan Mayjen Sungkono,kecamatan Manguharjo


Kelurahan Nambangan Lor, terdapat sebuah makam yang dinamakan makam Ki Ageng
Budhug. Masyarakat desa Nambangan memiliki dua versi cerita awal mula makam Ki Ageng
Budhug.

Versi pertama, pada zaman dahulu sebelum Belanda datang ke tanah Jawa Pada
tahun 1602, wilayah Indonesia masih banyak terputus oleh hutan-hutan yang lebat dan
sungai-sungai besar. Seperti halnya desa Nambangan, desa ini terpisah dengan desa lainnya
oleh sungai Bengawan Solo, karena pada zaman dulu belum ada jembatan maka desa
Nambangan menjadi pusat penyeberangan utama dari Bengawan Barat ke Bengawan Timur
atau sebaliknya. Banyak masyarakat sekitar yang bekerja melayani penyeberangan.
Penyeberangan itu dilakukan masyarakat dengan menggunakan getek sebagai alat
transportasinya. Pada saat itu desa Nambangan juga terkenal dengan penambang pasir dari
sungai Bengawan Solo,dan para penambang pasir itu menggunakan biduk-biduk yaitu
sejenis prahu lesung yang diberi bambu kiri dan kanannya untuk keseimbangan dan. Saat itu
ada seorang laki-laki tua yang sudah bekerja sangat lama sebagai pelayan penyeberangan
sekaligus penambang pasir. Meskipun beliau sudah tua akan tetapi beliau masih giat
bekerja. Karena pekerjaan yang tekuninya sejak lama itu masyarakat memenggilnya dengan
nama Ki Ageng Budhuk yaitu berasal dari kata biduk dan tempat yang ditinggalinya yaitu
desa Nambangan diambil dari kata tambang atau penambang. Setelah beliau meninggal
beliau dimakamkan di pemakaman yang sekarang dinamakan makam Ki Ageng Bhudug
sesuai namanya.

Cerita versi kedua yang juga dipercayai masyarakat yaitu pada zaman dulu Ki Ageng
Bhuduk adalah prajurit Mataram yang tidak mau bersekongkol dengan Belanda, beliau
kabur dari Mataram dan terdampar di desa Nambangan selain itu dia memiliki penyakit
budhug yaitu sejeis penyakit Lepia atau penyakit kulit maka dari itu beliau dinakamakan Ki
Ageng Budhug. Rumah Ki Ageng Bhudug berada di sebelah timur puskesmas Nambangan
yang sekarang. Sebelum beliau meninggal, pada suatu hari selesai beliau bekerja beliau
beristirahat di dekat pohon dan menancapkan tongkatnya ke tanah. Kemudian tongkatnya
mengeluarkan tunas dan tunas itu tumbuh menjadi pohon besar yaitu pohon kenthos dan
pohon itu terletak berdekatan dengan makam Ki Ageng Budhug atau tepatnya di tengah
makam Budhug yang sekatang. Akan tetapi pohon itu kini sudah tidak ada karena terbakar.
Selain itu masyarakat di sekitar selalu mengadakan ritual-ritual di makam tersebut sampai
sekarang. Karena mereka percaya bahwa pemakaman tersebut adalah pemakaman
keramat.

Anda mungkin juga menyukai