Anda di halaman 1dari 29

Resume Jurnal

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah


Olahraga Usia Lanjur
Dosen pengampu : Rian Triprayogo, M.Pd

Disusun oleh :

Hikmal Akbar (8883210007)


Renaldy Putra Nugraha (8883210010)
Ricky Adrian Amrullah (8883210011)
Bluedenciano Jovi (8883210015)
Rezki Fajrian Bohari (8883210017)
Glory Friscilla Malau (8883210021)
Sahrul Aditia Candra (8883210023)
Siti Herawati (8883210026)

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, pikiran dan kemampuan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


penanggung jawab mata kuliah Olahraga Usia Lanjut, sehingga hasil resume
materi dari masing-masing kelompok ini dapat terselsaikan.

Serang, 10 Oktober 2022

Penulis
A. Kelompok 1 (KONSEP-KONSEP OLAHRAGA USIA LANJUT)

Jurnal 1
Pentingnya Olahraga Bagi Lansia
Oleh: Suryanto

Suryanto, S. (n.d.). Pentingnya Olahraga bagi lansia. MEDIKORA. Retrieved


October 13, 2022, from
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/4666

Salah satu upaya untuk menjaga, meningkatkan kesehatan dan kesegaran


jasmani bagi lansia (lanjut usia) adalah dengan melakukan olahraga. Olahraga bagi
lansia bila dilakukan dengan terprogram akan mcmpunyai beberapa manfaat,
diantaranya adalah unmk mempertahankan kesehatan, meningkatkan kekuatan otot
jantung, meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, menurunkan kadar lemak,
menguatkan otot-otot tubuh, mengurangi stress dan ketegangan batin,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Apabila latihan olahraga tidak tepat akan
menimbulkan risiko yang lebih berbahaya. Dalam memperlambat terjadinya
gangguan dan penurunan, terutama ukuran dan kekuatan otot salah satunya dengan
latihan penguatan secara teratur. Program latihan penguatan dapat menggand
sejumlah besar otot yang berkurang. Untuk latihan penguatan yang aman dan
produktif perlu persiapan dan mcnjalankan setiap scsi latihan dengan sempurna.
Pada saat ini banyak lansia (lanjut usia) yang melakukan olahraga (aktivitas
jasmani), baik secara perorangan maupun kelompok. Olahraga yang dilakukan
biasanya jalan k^ki, jogging, senam, berenang, bersepeda, dan lain sebagainya.
Tujuan para lansia melakukan olahraga ada bermacam-macam, misainya unmk
menjaga kesehatan, menjaga dan meningkatkan kebugaran baik fisik maupun
mental, kesenangan dan lain sebagainya.
A. Pengertian Lansia

Dari para ahli terdapat beberapa pengertian mengenai lansia. Menurut


Angga (2010: 1) lansia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur
disertai dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot
scrta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan
penurunan fungsi otak. Menurut ilmu gerontologia, setiap orang memiliki dga
macam umur: (1) Umur kronologis yaitu umur yang dihitung dari jumlah tahun
yang sudah dilewad seseorang, misainya 50 tahun, 60 tahun, dan sebagainya; (2)
Umur biologis yaitu umur yang ditentukan berdasarkan kondisi tubuh. Hal ini dapat
terjadi jika seseorang menjadi tua karena ia merasa tua; (3) Umur psikologis yaitu
umur yang diukur berdasarkan sejauh mana kemampuan seseorang merasakan dan
berdndak. Hal ini dapat terjadi pada seorang yang sudah berusia 80 tahun tapi
merasa lebih muda dari orang yang di bawah umurnya.
Ada beberapa Negara menetapkan usia kronologis yang berbeda bagi lansia.
Di Indonesia, seseorang dianggap lansia kedka ia pensiun dari pekerjaannya pada
usia 55 tahun. Namun di Amerika Serikat seseorang dikategorikan sebagai lansia
pada usia 77 tahun yang didahului massa pra lansia, yaitu usia 69-76 tahun. Pada
orang Jepang kesuksesan justru dimulai pada usia 60 tahun, dan banyak wanita
Jepang yang masih bekerja pada usia 60 tahun ke atas, sedangkan WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia) menetapkan usia 60 tahun sebagai dtik awal seseorang memasuki
massa lansia (Angga, 2010:1).

Menurut International Institute on Aging (INIA), World Health


Organization, Malta (1998) penyebab dmbulnya kesehatan pada lansia menurut
Hardywinoto dan Tony Sedabudhi (2005: 128-129) adalah sebagai berikut:

1. Umur harapan hidup bertambah panjang.


2. Morbiditas meningkat.
3. Lanjut usia mengalami beban ganda, yaitu mengidap penyakit infeksi dan
kronis.
4. Bertambahnya kerusakan yang terjadi yang diakibatkan penyakit atau
kecacatan, menimbulkan ketergantungan.
5. Faktor-faktor lainnya, seperd: (a) Psikososial, (b) Lingkungan, misainya
polusi, (c) Kondisi pemukiman dan pekerjaan, (d) Makanan, (e) Status
sosio-ekonomi, (f) Perilaku, (g) Tingkat pendidikan dan buta huruf, (h) Stres,
(i) Mekanisme kegiatan untuk mengatasi masalah, (j) Jaringan sosial, (k)
Status pernikahan lanjut usia, (1) Penilaian terhadap diri sendiri, (m)
Perawatan, dan (n) Akses kepada fasilitas kesehatan.
B. Manfaat Olahraga bagi Lansia

Masalah yang dihadapi para lansia adalah penurunan organ secara sistemik,
seperti penurunan fungsi ginjal, fungsi janmng, mata maupun fungsi kognitif
(intelekmal), yang harus diperhatikan sebelum merencanakan diet dan olahraga
yang sesuai. Perubahanperubahan tersebut menurut jeffry Tenggara (2009: 3-4)
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jantung

Jantung adalah organ maskular (sebagian besar adalah otot) yang berperan
dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung yang mengalami beban berat
secara kronik akibat penyakit akan mengalami pembesaran otot. Berbeda dengan
otot bisep yang bisa dilatih hingga membesar dan bertambah kuat, pembesaran otot
jantung akan mengakibatkan kelelahan otot dan failure dalam memompa darah.
Apabila hal ini telah mencapai batas ambang yang dapat ditoleransi akan
menimbulkan keluhan seperti lelah, sesak nafas, dan pada kondisi berat dapat
terjadi henti jantung
2. Ginjal

Ginjal adalah organ yang memiUki fungsi utama untuk menyaring darah
dan Pendngnya Olahraga Bagi Lansia (Suryanto) 26 membuang racun hasil
metabolisme maupun racun yang kita konsumsi secara tidak sengaja. Pada lansia
sehat, ginjal akan tetap berfungsi baik. Namun bila ginjal mengalami kerusakan
yang diakibatkan terutama oleh hipertensi, kencing manis, infeksi berulang, atau
batu ginjal, akan terjadi perubahan dalam struktur dan fungsinya.

3. Kognitif otak

Pada lansia, umum (namun tidak selalu) terjadi penurunan fungsi


intelektual/ kognitif. Penyakit yang sering kita lihat adalah Kepikunan/Demensia,
Parkinsonisme. Stroke dengan berbagai gejalanya. Beberapa kondisi di atas
memang dapat dicegah dan salah satunya adalah dengan latihan fisik teratur.

4. Gangguan penglihatan dan pendengaran.

Pada lansia beberapa penyakit yang sering dijumpai adalah katarak,


gangguan retina karena kencing manis dan hipertensi. Penurunan fungsi mata dan
telinga harus diperhatikan dalam merencanakan olahraga, karena akan berpengaruh
dalam sistem keseimbangan dan resiko jatuh pada lansia.

C. Konsep Bahagia Dalam Lansia

Menurut Akhmadi (2008: 1-2) agar lanjut usia tetap sehat, bahagia, berguna
dan berkualitas, maka beberapa hal harus diperhatikan. Ada sebuah singkatan yang
sangat baik yang menggambarkan kunci menuju lansia yang sehat adalah B-A-H-
A-G-l-A. Kata tersebut mengandung makna yang sangat dalam unmk menjaga
mbuh agar tetap sehat dan berguna, sedangkan kepanjangan dari B-A-H-A-G-I-A
adalah B= Berat Badan, A= Amrlah, H= Hindari, A= Agar, G= Gairah, 1= Ikuti,
dan A= Awasi. Adapun penjabaran dari dap huruf yang terkandung di dalamnya
secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Huruf B yaim mengandung makna Berat Badan (BB) berlcbihan supaya


dihindarkan. Agar berat badan dapat dikontrol dengan baik, maka minimal lansia
dapat mengontrol sekaU sebulan di posyandu setempat.

2. Huruf A aturlah makan yang sesuai kebutuhan tubuh. Makaniah makanan dengan
gizi yang seimbang yaitu zat gizi yang sesuai tubuh lansia. Mengurangi konsumsi
lemak adalah salah satu tindakan yang pendng. Langkah tersebut juga akan
membantu mengurangi pemasukan kalori.

3. Huruf H yaitu hindari faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik/koroner. Ada


beberapa faktor yang yang diduga sebagai penyebab dari gangguan penyakit
jantung, yaitu: merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinngi, penyakit gula,
kegemukan, kurang gerak fisik, dan tekanan batin

4. Huruf A yaitu agar terus merasa berguna dengan mempunyai kegiatan/hobi yang
bermanfaat. Untuk mengisi waktu luang bagi lansia alangkah baiknya kalau
menyalurkan hobi, seperti ketika waktu masih muda. Salurkan hobi tersebut pada
haUhal yang menyehatkan dan bermanfaat.

5. Huruf G yaitu gairah hidup akan semarak jika kegiatan tersebut dilakukan
bersama. Untuk dapat hidup bergairah dan bersemangat, maka kondisi tubuh agar
tetap fit dan sehat. Agar tubuh fit dan sehat, lakukanlah olahraga yang ringan tetapi
teratur. Berikut ini ada beberapa alasan agar kita berolahraga. Berbagai penelitian
memperUhatkan bahwa olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan risiko
terkena penyakit Jantung, Stroke/lumpuh, Diabetes, Darah tinggi, dan
Osteoporosis/rapuh tulang. Namun demikian, minta petunjuk dokter sebelum anda
mulai menjalankan program olahraga anda. Olahraga bersifat aerobik cenderung
memberi keuntungan yang terbesar, namun beberapa diantaranya, seperd jogging
sering terlalu berat untuk persendian bagi orang yang mulai lansia. Tetapi ada
beberapa jenis olahraga yang mengunmngkan namun ddak terlalu sulit untuk
dikerjakan oleh lansia. Olahraga tersebut antara lain: berenang, berjalan, senam.
Olahraga yang baik dapat mempengaruhi sebagai berikut:
a. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan lansia.
b. Mempermudah kesehatan jasmani dalam kehidupan.
c. Berfungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan ketika sakit.

6. Huruf I yaitu ikud nasehat dokter dan hindari situasi tegang. Saran-saran yang
dapat diberikan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah:
a. Berolahraga teramr agar tetap sehat dan bugar.
b. Makan makanan yang banyak mengandung serat.
c. Makan buah-buahan tetapi batasi untuk mengkon-sumsi buah apukat,
sawo, pisang, durian, karena mengandung kalori yang tinngi.
d. Biasakan makan pagi.
e. Hindari tekanan badn yang ddak perlu.

7. Huruf A yaitu awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara teratur.


Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan konsultasi mcrupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Dengan pemeriksaan
berkala dapat terdeteksinya penyakit sedini mungkin, sehingga mengurangi faktor
resiko yang berat. Rahasia lain agar tetap sehat dan prima menurut Akhmadi (2008:
3) adalah olahraga mental yaitu memberdayakan pikiran sama pendngnya dengan
olahraga fisik. Menumt Jeffry Tenggara (2009: 2-3) aktivitas fisik secara rutin
memiliki dampak yang baik unmk meningkatkan kesehatan lansia, namun aktivitas
fisik yang salah akan menimbulkan risiko lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
Adapun lansia yang sehat masih terjadi penurunan kadar massa otot hingga 40%
dan digantikan oleh jaringan lemak. Selain terjadi penurunan secara kuantitadf dari
massa otot, kualitas kekuatan otot yang ada juga turun. Perubahan lain dalam sistem
muskuloskeletal pada lansia juga mencakup pembahan kekuatan dan komposisi
mlang. Kehilangan massa tulang adalali gaiiibaran khas lansia sebagai akibat
kehilangan mineral tulang, pembahan sistem hormonal, penumnan aktivitas dan
kurangnya paparan sinar matahari
Jurnal 2
Menjaga Kesehatan Di Usia Lanjut
Oleh: Kurnianto

Kurnianto, D. (n.d.). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jorpres (Jurnal Olahraga


Prestasi). Retrieved October 13, 2022, from
https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/view/5725/4943

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia.


Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja
tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organorgan tubuh. Berdasarkan
WHO , lansia dibagi menjadi tiga golongan:
a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun
b. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun
c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun
Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental.
Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan
kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap
organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan
beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik
dan infeksi.
Apa yang terjadi dengan tubuh manusia dalam proses menua ini ?
Menurut (Hardianto Wibowo, yang dikutip Fajar) secara ringkas dapat dikatakan:
a. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
b. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak
mengkilat.
c. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara
keseluruhan menyusut dan fungsinya menurun.
d. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung
mengecil, kekuatan memompa darah berkurang.
e. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
f. Terjadinya degenerasi selaput lender dan bulu getar saluran
pemapasan, gelembung' paniparu menjadi kurang elastis.
g. Tulang-tulang menjadi keropos
(osteoporosis).
h. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi
kasar.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya proses menua.
Para pakar menduga karena adanya senyawa radikal bebas, arteosklerosis dan
kurangnya aktifitas fisik, Proses penuaan merupakan tantangan yang harus
ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan
penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang
produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak bergantung pada orang lain.
Dengan tetap bekerja dan melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat
proses kemunduran dan penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja
maupun olahraga pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal
(otot dan tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru).
Kemunduran fungsi organorgan akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:

a. Volume sedenyut menurun hingga menyebabkan terjadinya


penurunan isi sekuncup(sktroke vollume) dan curah jantung(cardiac outr-
put).
b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan tahanan periper dan peningkatan tekanan darah.
c. Rangsangan simpatis sino atrial node menurun sehingga
menyebabkan penurunan denyut jantung maksimal.
2. Respirasi
a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja
lebih keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.
b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.
3. Otot dan persendian
a. Jumlah motor unit menurun
b. Jumlah mitokondria menurun sehingga akan menurunkan kapasitas
respirasi otot dan memudahkan terjadinya kelelahan , karena fungsi
Mitokondria adalah memproduksi adenosin triphospat(ATP).
Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga menyebabkan turunnya
stabilitas dan mobilitas.
B. Kelompok 2 (PERKEMBANGAN POPULASI LANSIA & TEORI-TEORI
PENUAAN)

Jurnal 2
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEMANDIRIANLANSIA DALAM MELAKUKAN ACTIVITY
DAILY LIVING (ADL) DI UPT PSTW KHUSNUL KHOTIMAH

Marlita, L., Saputra, R., & Yamin, M. (n.d.). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kemandirian Lansia Dalam melakukan activity daily living (ADL)
di UPT PSTW Khusnul Khotimah. Jurnal Keperawatan Abdurrab. Retrieved
October 13, 2022, from
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/378

Lansia adalah periode dimana organ-organ telah mencapai penurunan


ukuran dan fungsi sejalan dengan waktu. Data dari WHO mengatakan saat ini
terdapat hampir satu milyar lanjut usia yang berumur diatas 60 tahun. Diperkirakan
25 tahun lagi lansia didunia mencapai lebih dari 1,2 milyar. Perkembangan dunia
saat ini mendekati 1,7%, sedangkan perkembangan lansia yang berumur 65 tahun
melebihi angka tersebut, yakni mencapai 2,5%. Dengan demikian, kita akan
dihadapkan pada peningkatan lansia di masa yang akan datang. Saat ini
bertambahnya jumlah lansia di sejumlah negara menjadi kendala tersendiri, untuk
itu Perserikatan Bangsa-Bangsa berupaya menyelesaikan problem lansia dan
menaruh penghormatan khusus pada komunitas ini, dengan menjadikan tanggal 1
Oktober sebagai Hari Lansia Sedunia (Indonesia Radio, 2009).

Menurut WHO (World Health Organizing, 2002) Indonesia sebagai salah


satu negara berkembang juga mengalami peningkatan populasi penduduk lansia
dari 4,48% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi 9,77% (23,9 juta jiwa) pada
tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah
penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Soeparman, 2006).
WHO telah memperhitungkan bahwa ditahun 2025, Indonesia akan mengalami
jumlah warga lansisebesar 41,4 %, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi
didunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa
ditahun 2050 jumlah warga lansia di

Indonesia akan mencapai peringkat ke-4 untuk jumlah penduduk lansia


terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat (Notoatmodjo, 2007).

Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya


angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari sisi ini pembangunan kesehatan
di Indonesia sudah cukup berhasil, karena angka harapan hidup bangsa kita telah
meningkat secara bermakna. Namun, disisi lain dengan meningkatnya harapan
hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk usia lanjut
(lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko dalam masyarakat kita menjadi
lebih tinggi lagi. Meningkatnya populasi lansia ini bukan hanya fenomena di
Indonesia saja tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007).

Proses menua merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan yaitu
masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu (Wahit, 2006). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan
(Wahyudi, 2008).

Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang
menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem
tubuh tertentu (Fatmah, 2010).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk


mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologi. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, dkk, 2009).

Teori-teori Tentang Menua

Terdapat tiga dasar fundamental yang dipakai untuk menyusun berbagai


teori menua (fatmah, 2010) yaitu:

• Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia adalah sama.


• Laju penuaan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap spesies.
• Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapat
dihindari atau dicegah.
• Perubahan Pada Lansia
Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali akibat
proses menua meliputi (Notoatmodjo, 2007) :

• Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan biasanya disebabkan oleh degenerasi makular senilis,
katarak dan glaukoma.

• Perubahan Komposis Tubuh


Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak (terutama terdiri atas
otot) berkurang 6,3% berat badan per dekade seiring dengan penambahan massa
lemak 2% per dekade. Massa air mengalami penurunan sebesar 2,5% per dekade.
• Saluran Cerna
Dengan bertambahnya usia maka jumlah gigi berangsur-angsur berkurang
karena tanggal atau ekstrasi atas indikasi tertentu. Ketidak lengkapan alat cerna
mekanik tentu mengurangi kenyamana makan serta membatasi jenis makanan yang
dapat dimakan. Produksi air liur dengan berbagai enzim yang terkandung
didalamnya juga mengalami penurunan. Selain mengurangi kenyamanan makan,
kondisi mulut yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan.

• Hepar
Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun
keatas, sehingga obat-obatan yang memerlukan proses metabolisme pada organ ini
harus ditentukan dosisnya secara seksama agar para lansia terhindar dari efek
samping yang tidak diinginkan.

• Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui
air seni. Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit terkecil ginjal yang
disebut nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% per
dekade mulai usia 25 tahun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obat-
obatan.

• Sistem Kardiovaskular
Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan kolagen,
ukuran miocard bertambah, jumlah miokard berkurang, dan jumlah air jaringan
berkurang. Selain itu, akan terjadi pula penurunan jumlah sel-sel pacu jantung serta
serabut berkas His dan Purkinye. Keadaan tersebut akan mengakibatkan
menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard disertai memanjangnya
waktu pengisian diastolik. Hasil akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai
10-20%.
Jurnal 2

GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL


TRESNAWERDHA BUDI LUHUR DAN LANSIA DI
KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI
Oleh: Mila Triana Sari, Susanti Susanti

Sari, M. T., & Susanti, S. (n.d.). Gambaran Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial
tresna werdha Budi Luhur Dan Lansia di kelurahan paal V -kota Jambi.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Retrieved October 13, 2022,
from http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/371

Jumlah lanjut usia di seluruh dunia saat ini di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa
(1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025 lanjut usia akan
mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008). World Population Data Sheet yang dilansir
Population Reference Bureau (PRB) memperkirakan bahwa penduduk lansia di
dunia yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2012 mencapai 8% dari 7 milyar
penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa.

Sebanyak 53% dari seluruh penduduk lansia dunia itu berada di Asia. Sampai
sekarang ini, penduduk di 11 negara anggota World Health Organization (WHO)
kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan
di perkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050 (WHO, 2012).

Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 28 juta jiwa atau
sekitar delapan persen dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2014 jumlah
lansia tertinggi berada di daerah Jawa Timur yaitu berjumlah 2.7 juta jiwa. Pada
tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak menjadi 40 jutaan dan pada
tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga mencapai 71,6 juta jiwa (Badan
Pusat Statistik, 2014). Sedangkan Jumlah penduduk Lanjut Usia di propinsi Jambi
dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Lansia

(60+) Di Provinsi Jambi, 2010-2015

Tahun Jumlah Jumlah Persentase


Penduduk Penduduk Lansia %
Lansia

2010 3.107.610 170.342 5.48


%
2011 3.167.578 178.269 5.63
%
2012 3.227.096 187.080 5.80
%
2013 3.286.070 196.872 5.99
%
2014 3.344.421 207.813 6.21
%

Populasi lansia yang berada di Kelurahan Paal V Kecamatan Kota baru


pada tahun 2016 berjumlah 4562 jiwa yang terbagi dari 37 RT yang tinggal
bersama keluarganya (Data Kelurahan Paal V Tahun 2016). Sedanglan populasi
lansia yang berada di PSTW Budi Luhur pada tahun 2016 berjumlah 71 jiwa yaitu
laki-laki berjumlah 40 jiwa dan perempuan berjumlah 31 jiwa.

Lansia di PSTW dapat memenuhi kebutuhan sosial mereka dengan


bersosialisasi dengan lansia-lansia yang lain, keberadaan perawatperawat yang
ada di panti juga memudahkan lansia untuk memeriksakan kesehatan mereka.
Aktivitas-aktivitas yang dirancang dan di fasilitasi panti seperti senam, membuat
kerajinan tangan, semua dirancang untuk memandirikan lansia (PSTW Budi
Luhur, 2016).

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang


terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik seperti kulit mulai mengendur,
penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah serta terserang berbagai
penyakit seperti hipertensi, asam urat, rematik dan penyakit lainnya. Selain fisik,
perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia, seperti tidak
mampu mengingat dengan jelas, kesepian, takut kehilangan orang yang dicintai,
takut menghadapi kematian, serta depresi yang akan berpengaruh pada kualitas
hidup seorang lansia (Ebersole, 2005).

Hasil penelitian dari jurnal ini menggambarkan bawa kualitas hidup lansia
di PSTW Budi Luhur maupun di Kelurahan Paal V lebih banyak memiliki kualitas
hidup yang kurang baik, hal ini disebabkan karena faktor kesehatan fisik dan
psikologis. Kondisi lansia ini masih memerlukan upaya peningkatan kesehatan fisik
dan psikologisnya. Bila kesehatan fisik dan psikologisnya dapat ditingkatkan maka
akan tercapai kehidupan lanjut usia yang sejahtera, tentunya upaya ini harus
dilakukan secara menyeluruh.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Nur Rohmah,dkk (2012)


bahwa faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan
berpengaruh pada kualitas hidup lansia dan faktor psikologis menjadi faktor
dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Hal yang berbeda
ditemukan Putra, Agrina dan Tri Utami (2014) juga menemukan bahwa kualitas
hidup lansia yang tinggal di panti lebih banyak yang tinggi dan kualitas hidup yang
rendah lebih banyak yang tinggal bersama keluarga. Hal yang bertentangan juga
ditemukan Raudhah (2012) menemukan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas
hidupnya adalah buruk (10%), biasa-biasa saja (60%), dan baik (30%). Peneliti
berpendapat bahwa adanya perbedaan temuan hasil penelitian ini maupun
penelitian Putra, Agrina dan tri Utami (2014) serta penelitian Raudhah (2012)
masih berkaitan dengan persepsi dan kondisi kesehatan lansia serta latar belakang
budaya dan lokasi yang berbeda sehingga hal ini merupakan variasi yang mungkin
masih terjadi.

Menurut peneliti, faktor psikologis merupakan faktor penting bagi individu


untuk melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang dialaminya dalam hidup.
Lansia di PSTW Budi Luhur mengalami penurunan kemampuan psikologis
disebabkan karena adanya perasaan takut menghadapi kematian, perasaan sedih dan
putus asa, merasa kesepian karena jauh dari anak, sanak dan kerabat dan ingin
tinggal bersama keluarga. Oleh karena itu pengelola panti perlu mengadakan
pendekatan kekeluargaan kepada lansia, menganggap mereka sebagai orang tua
sendiri sehingga perlu diperhatikan dan mendengarkan semua keluh kesah mereka.
Pengurus PSTW Budi Luhur juga perlu memberikan kegiatan keagamaan baik
menghadirkan atau tanpa narasumber secara langsung, yaitu dengan memutar kaset
atau video pengajian atau ceramah keagamaan, serta bagi lansia yang masih
memiliki keluarga pihak PSTW juga bisa memotivasi keluarga agar sering
berkunjung, hal tersebut dapat menunjang kesejahteraan psikologis lansia yang
optimal. Lansia juga perlu diberikan kegiatan bersama secara berkelompok untuk
dapat saling berbagi pikiran dan masalah atau keluh kesah serta perhatian sehingga
dapat saling memberi penguatan untuk mengatasi permasalahan psikologis mereka.
Mereka juga diberikan kegiatan keagamaan secara rutim berupa ceramah, pengajian
dan berzikir bersama serta sholat berjemaah.

Faktor Kesehatan fisik Lansia di Kelurahan Paal V merupakan masalah


yang perlu diperhatikan oleh keluarga maupun pemerintah setempat dan dinas
kesehatan. Faktor fisik yang kurang baik akan membuat lansia kehilangan
kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya. Keterbatasan tersebut akan
menghambat pencapaian kesejahteraan fisik yang pada akhirnya akan berdampak
pada kualitas hidup yang rendah. Oleh karena itu, kondisi kesehatan fisik dan
psikologis sangat berpengaruh bagi kualitas hidup lansia. Lurah

Kelurahan Paal V dapat mengembangkan posyandu lansia yang sudah ada


agar lebih aktif dalam pelaksanaannya. Melalui Posyandu, lansia dapat
memeriksakan kesehatannya secara rutin serta memberikan pengobatan untuk
mengatasi permasalahan fisiknya. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjang
kesejahteraan fisik lansia secara optimal. Kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan
bekerja sama dengan Puskesmas di daerah setempat.
C. Kelompok 3 (GAYA SEHAT HIDUP LANSIA)

Jurnal 1

PROFIL GAYA HIDUP SEHAT LANSIA YANG AKTIF


MELAKUKAN OLAHRAGA KESEHATAN
Oleh Ani Suryani

Suryani, A. (2013, November 26). Profil Gaya Hidup Sehat Lansia Yang Aktif
Melakukan Olahraga Kesehatan. UPI Repository. Retrieved October 13,
2022, from http://repository.upi.edu/3413/

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran gaya hidup sehat yang
aktif melakukan olahraga kesehatan pada lanjut usia di Kelurahan Leuwigajah Kota
Cimahi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif , instrument
penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyebaran angket penelitian yang memuat beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Instrument yang digunakan adalah angket partisipasi
dalam olahraga dan angket gaya hidup. Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lanjut usia di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi sebanyak 30 orang
dengan menggunakan teknik sampling purposive. Dari hasil angket tersebut
dilakukan uji validitas serta uji reliabilitas, pengumpulan data dan analisis data.
Hasil yang diperoleh adalah terdapat gambaran secara umum mengenai gaya hidup
sehat lansia yang aktif melakukan olahraga kesehatan di Kelurahan Leuwigajah
Kota Cimahi dengan kriteria Cukup dan terdapat gambaran partisipasi lansia dalam
melakukan olahraga kesehatan di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi dengan
kriteria Rendah. Kata kunci : olahraga kesehatan, gaya hidup lansia Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui gambaran gaya hidup sehat yang aktif melakukan
olahraga kesehatan pada lanjut usia di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif , instrument penelitian atau alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran angket
penelitian yang memuat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Instrument yang digunakan adalah angket partisipasi dalam olahraga dan
angket gaya hidup. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lanjut usia
di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi sebanyak 30 orang dengan menggunakan
teknik sampling purposive. Dari hasil angket tersebut dilakukan uji validitas serta
uji reliabilitas, pengumpulan data dan analisis data. Hasil yang diperoleh adalah
terdapat gambaran secara umum mengenai gaya hidup sehat lansia yang aktif
melakukan olahraga kesehatan di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi dengan
kriteria Cukup dan terdapat gambaran partisipasi lansia dalam melakukan olahraga
kesehatan di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi dengan kriteria Rendah.
Olahraga kesehatan merupakan suatu bentuk kegiatan olahraga untuk tujuan
kesehatan. Olahraga kesehatan menunjukan adanya sumbangan yang sangat positif
terhadap aspek rohani dan sosial. Dapat digambarkan dengan jumlah pesertanya
yang masal yaitu banyaknya orang dalam suasana melakukan kegiatan olahraga
yaitu suasana sangat tidak formal atau santai, akan menimbulkan rasa gembira yang
akan memberikan pengaruh positif terhadap aspek rohani dan mendorong
terjadinya pergaulan yang lebih bebas, lepas dari hambatan-hambatan yang
bersumber pada perbedaan kedudukan sosial dan tingkat ekonomi yang berbeda.

Manfaat olahraga kesehatan yaitu mampu memelihara dan meningkatkan


kemampuan fungsional jasmaniah dengan pembebanan yang dapat diatur secara
bertahap dalam dosis-dosis dengan kesatuan takarannya yaitu dapat diatur
intensitasnya, beban kekuatan, kecepatan pengulangan dan durasi. Dengan
intensitas homogen dan submaximal (tidak ada beban atau intensitas yang
maksimal), tidak boleh mengandung gerakan –gerakan yang bersifat eksplosive
maximal (daya ledak otot yang maksimal) dan emosional, oleh karena itu tidak
boleh ada unsur kompetisi dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat penting untuk
dipahami oleh masyarakat terutama lanjut usia dalam melaksanakan olahraga
kesehatan, demi faktor keamanannya.

Dan dapat terlihat jelas bahwa olahraga, khususnya olahraga kesehatan


memang dapat memelihara bahkan meningkatkan derajat kesehatan dinamis
seutuhnya, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (sehat statis) tetapi juga
sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas
dalam peri kehidupannya sehari-hari sesuai dengan konsep sehat WHO yaitu
sejahtera jasmani, rohani dan sosial. Seringkali dijumpai aktivitas olahraga yang
dilakukan lanjut usia, dan lebih cenderung melaksanakan jenis olahraga kesehatan
yang berbeda-beda. Beberapa jenis olahraga yang dilakukan komunitas lansia yaitu
Senam Lansia dan Gerak Jalan. Karena aktivitas olahraga tersebut bersifat murah
dari segi peralatannya yang sangat minim atau bahkan tanpa peralatan, gerakannya
mudah sehingga dapat diikuti orang dalam jumlah banyak (masal), dan manfaatnya
jelas dapat dirasakan serta aman untuk dilaksanakan oleh setiap lanjut usia dengan
tingkat umur dan derajat sehat dinamis yang berbeda-beda. Olehkarena itu olahraga
tersebut dianggap lebih efisien dalam pelaksannaannya. Sebaliknya banyak alasan
lain yang menyebabkan mengapa banyak lanjut usia yang tidak melakukan olahraga
kesehatan dikarenakan jarak yang cukup jauh dan waktu yang tersedia menuju
tempat olahraga selain itu ketakutan akan sakit dari olahraga dan kurangnya
kesadaran terhadap pentingnya kesehatan dan kebugaran. Dan secara fisiologis
adanya penurunan kualitas kemampuan fisik memasuki lanjut usia lebih cepat
dibandingkan dengan usia-usia sebelumnya. Oleh karena itu untuk menghambat
penurunan kualitas fungsi organ-organ tubuh pada lansia perlu mempunyai suatu
kegiatan rutin yang dapat membantu menghambat penurunan tersebut. Dalam hal
kemampuan motorik lansia, Hurlokc (1993:380) mengungkapkan bahwa
“bertambahnya usia di sertai dengan penurunan kualitas kemampuan motorik,
misalnya di tandai dengan menurunnya kekuatan, kecepatan, belajar keterampilan
baru, kekakuan lebih mudah muncul”.

Berbagai upaya dalam mencapai hidup yang lebih baik (gaya hidup sehat)
telah dilakukan oleh para lansia dalam mengisi sisa hidupnya dengan tetap berlatih
agar mereka dapat tetap sehat dan berguna baik bagi dirinya maupun lingkungannya,
terutama bagi mereka yang sudah tidak aktif bekerja mencari nafkah atau yang
sudah memasuki masa pensiun. Lanjut usia yang tidak aktif bekerja (pensiun) lebih
dominan melakukan olahraga secara teratur, pengaturan cara makan,
pengembangan hobi, pendalaman masalah keagamaan dan banyak pula yang di
jumpai para lanjut usia yang masih aktif pada organisasi-organisasi sosial tanpa
memperhitungkan keuntungan yang bersifat materi. Berdasarkan pemaparan
latarbelakang tersebut maka penulis memandang perlu melakukan penelitian
tentang gambaran gaya hidup sehat lansia yang aktif melakukan olahraga kesehatan
di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi.

Pembahasan

Gaya hidup Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan satu
orang dengan yang lain (Chaney, 2004:40). Istilah gaya hidup, baik dari sudut
pandang individual maupun kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya hidup
sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola
respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan hidup. Cara sendiri bukan
sesuatu yang alamiah melainkan hal yang ditemukan, diadopsi, atau diciptakan,
dikembangkan dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai tujuan
tertentu. Untuk dapat dikuasai, cara harus diketahui, digunakan dan dibiasakan
(Donny Gabral Adlin (ed):2006: 37).

Menurut Nurlan Kusmaedi (2002: 38) gaya hidup sehat adalah suatu cara
atau metode bertindak atau berpenampilan yang diatur oleh standard-standard
kesehatan tertentu. Standard-standard kesehatan ini meliputi makan, minum dan
kerja (termasuk belajar) dan istirahat, olahraga atau latihan, hubungan sosial,
keseimbangan emosi/ mental, spiritual dan sesuai dengan norma-norma sosial
budaya daerah/ nasional. Gaya hidup sehat bersifat dapat mengubah dari gaya hidup
yang buruk menuju gaya hidup yang sehat dan harus dipelihara dan dipertahankan.
c. Lansia Lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides,
1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Jurnal 2

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI


DAN LIFE STYLE LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT
KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKOSO
KABUPATEN BARRU

Juharna, Usman, & Umar, F. (n.d.). Hubungan peran Keluarga Dengan Konsep
Diri dan life style Lansia Yang Mengalami Penyakit Kronis di wilayah
Kerja Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan. Retrieved October 13, 2022, from
https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes/article/view/707

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang


Kesejahteraan lanjut usia, menjelaskan bahwa Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 Tahun ke atas. Salah satu permasalah yang sangat mendasar pada
lansia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan kesehatan pada
kelompok lansia sejak dini. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami
peningkatan secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki
penduduk berstruktur Lanjut Usia (aging structured population) yang dikarenakan
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas melebihi angka 7%, bertambah
menjadi pesat baik di negara maju ataupun di negara disebabkan kaena peningkatan
angka harapan hidup (life ekspectncy) yang mengubah struktur peningkatan usia
harapan hidup (UHH) Indonesia semakin tinggi .

Memasuki usia lanjut, lansia cenderung menderita penyakit kronis dan


sekitar 80% lansia menderita sedikitnya satu jenis penyakit kronis seperti
Hipertensi, Arthritis, Diabetes Millitus, Rematik, penyakit paru dan sebagainya
Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh yang
menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual, termasuk persepsi
individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan orang
lain maupun lingkungannya serta tujuan, harapan dan keinginannya yang sangat
berhubungan dengan apa yang mereka rasakan menjadi tua.
Masalah yang ditemukan pada lansia akibat gangguan konsep diri
diantaranya adalah harga diri rendah, kecemasan yang tinggi, mudah marah, mudah
tersinggung, kurang percaya diri, kesepian dan sebagainya yang sangat
mempengaruhi aktivitas seharihari dan gaya hidup (Life style) lansia, dimana life
style merupakan gambaran keseluruhan diri dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menunjukkan rupa keseluruhan pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari
dalam menjaga, meningkatkan dan berperilaku sehat seperti menjaga stamina tubuh,
istirahat dan tidur yang cukup, mengkonsumsi makanan bergizi, menghirup udara
segar dan menjaga keseimbangan tubuh.

Hasil penelitian dapat digambarkan bahwa seluruh total responden


sebanyak 39 lansia diperoleh karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak
60-65 tahun sebanyak 18 orang (46,1 %,), dan terendah >71 tahun sebanyak 5 orang
(12,8%,), karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13
responden (3,33%) dan perempuan sebanyak 26 responden (66,7%), berdasarkan
karakteristik pendidikan lansia SD sebanyak 19 (48.7%) SMP sebanyak 1 (2.6%)
dan tidak sekolah sebanyak 19 (48,7%), berdasarkan karakteristik pekerjaan
responden Nelayan sebanyak 5 (12,8%), petani sebanyak 23 (58.9%) dan tidak
bekerja sebanyak 11 atau (28.2%) dan distribusi responden berdasarkan
karakteristik penyakit yang diderita Arthritis sebanyak 9 (23.1%), Diabetes
sebanyak 11 (28.2%), Hipertensi sebanyak 12 (30.8%) dan Penyakit Paru Obstruk
Kronik (PPOK) sebanyak 7 (17,9%) seperti pada table 1.Distribusi Responden pada
table 2 berdasarkan peran keluarga lansia yang mengalami penyakit kronis dengan
jawaban baik sebanyak 19 (48,7%) responden dan jawaban kurang baik sebanyak
20 (51%) responden. Distribusi Responden pada table 3 berdasarkan konsep diri
lansia yang mengalami penyakit kronis dengan jawaban baik sebanyak 25
responden atau 64,1%, kurang baik sebanyak 11 responden atau 35,9%. Distribusi
Responden pada table 4 berdasarkan Life style lansia yang mengalami penyakit
kronis dengan jawaban baik sebanyak 30 atau (76,9%) responden dan yang
menjwab kurang baik sebanyak 9 atau (23,1%) responden.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas


Mangkoso Kabupaten Barru dimana responden dalam penelitian ini adalah lansia
yang mengalami penyakit khususnya penyakit Hipertensi, Penyakit paru obstruk
kronik (PPOK), Artritis, Diabetes Melitus sebanyak 39 responden. Jumlah
responden berdasarkan umur lansia terbanyak yang berumur 60-64 tahun sebanyak
18 (46,1%) responden, berdasarkan jenis kelamin lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Mangkoso di dominasi perempuan sebanyak 26 (66,7%) responden.
berdasarkan penyakit yang di derita yaitu penyakit Hipertensi sebanyak 12 orang
yang mencapai 30,8%, dan keadaan lansia berdasarkan pendidikan jumlah yang
tamat sekolah dasar dan tidak bersekolah jumlahnya sama sebanyak 19 responden
yang mencapai (48,7%).

Hubungan variabel peran keluarga dengan life style lansia yang


mengalami penyakit kronis di wilayah kerja Puskesmas Mangkoso Kabupaten
Barru.

Life style atau gaya hidup merupakan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungan, pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktifitas, minat dan opini yang dimiliki. Gaya hidup sehat menggambarkan
pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memeliharaan kondisi fisik,
mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Sebagian orang sadar bahwa sehat
itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh karenanya banyak di antara mereka
melakukan perubahan kegiatan seharihari dengan menghindari merokok, makan
berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi makanan hanya ketika mereka
telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari sakitnya tersebut. Lansia
yang memiliki penyakit konis akan kesulitan dan semakin lemah bahkan susah
untuk merawat dirinya sendiri sehingga harus di perhatikan oleh keluarga ataupun
perawatan khusus karna gangguan yang dimiliki akan mempengaruhi gaya hidup
(life style) pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Hasil penelitian dari 39 responden yang memiliki hubungan peran keluarga


dengan life style lansia dengan jawaban baik sebanyak 18 responden (94,7%). Hal
ini dikarenakan lansia merasa keluarganya memberikan kasih sayang dan perhatian,
bantuan dan arahan dari keluarga, semakin baik dukungan dan peran keluarga maka
semakin baik pula gaya hidup atau life style yang dimiliki lansia yang mengalami
penyakit kronis. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi life style lansia yang
mengalami penyakit kronis adalah adalah dorongan atau motivasi dari lansia itu
sendiri, lingkungan dan tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas itu
sendiri.Adapun responden yang memiliki peran keluarga terhadap life style lansia
yang mengalami penyakit kronis dengan jawaban kurang baik 8 orang (40,0%). Hal
tersebut terjadi karena faktor dukungan dan perhatian dari keluarga kurang atau
faktor lain yang mempengaruhi life style lansia, dimana fakta lapangan yang
ditemukan bahwa lansia yang mendapatkan perhatian dari keluarga lebih semangat
dalam menlaksanakan perawatan yang dianjurkan tenaga kesehatan.

Hasil penelitian yang diperoleh Peran keluarga ini memiliki hubungan yang
signifikan dalam pembentukan life style lansia yang mengalami penyakit kronis di
wilayah kerja Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square, dari 39 responden diperoleh
nilai ρ-value (0,020) sama dengan nilai α (0,05). ρ-value (0,020) < α (0,05).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas


Mangkoso Kabupaten Barru di dapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan peran
keluarga dengan konsep Diri lansia yang mengalami penyakit kronis di wilayah
kerja Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru. P= (0,000) α (0,05) dan ˂ ada
hubungan peran keluarga dengan life style lansia yang mengalami penyakit kronis
di wilayah kerja Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru. P= (0,020) α (0,05). ˂
Berdasarkan kesimpulan diatas maka, saran yang dapat diajukan untuk pencapaian
tujuan dari peneliti ini adalah keluarga diharapkan dapat meningkatkan dukungan
dan peran keluarga agar pembentukan konsep diri dan life style lansia lebih baik,
untuk pihak puskesmas diharapkan dapat lebih memantau atau lebih
memperhatikan lansia yang mengalami penyakit kronis khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru dan penelitian selanjutnya diharapkan
dapat mengembangkan penelitian mengenai hubungan peran keluarga dengan
konsep diri dan life style lansia yang mengalami penyakit kronis.
D. Kelompok 4 (PERENCANAAN HIDUP SEHAT MELALUI OLAHRAGA
USIA LANJUT)

Jurnal 1
Menjadi Tua dan Sehat (Studi Fenomenologi Literasi Hidup
Sehat Lansia di Club Renang Oasis Bandung)

Ratna Suminar Retasari Dewi, J. (2018, July 18). Menjadi Tua Dan Sehat (studi
fenomenologi literasi Hidup Sehat Lansia di club Renang Oasis bandung).
Repository UNIKOM. Retrieved October 13, 2022, from
https://repository.unikom.ac.id/56799/

Paradigma Indonesia sehat 2025 yang telah dicanangkan pemerintah melalui


Departemen Kesehatan lebih dari sepuluh tahun lalu merupakan tujuan seluruh
warga negara Indonesia yang harus diupayakan dalam pencapaiannya. Sasaran
Indonesia Sehat 2025 adalah upaya menjadi warga negara yang berkualitas dengan
hidup sehat. Untuk mendapatkan hidup sehat ini bisa diperoleh dari olah raga. Salah
satu tujuan Indonesia 2025 adalah meningkatkan angka harapan hidup sehingga di
masa depan orang lanjut usia di Indonesia akan bertambah, namun demikian usia
yang lanjut diharapkan dalam kondisi sehat. Fenomena orang lanjut usia yang aktif
berolah raga di club renang Oasis di Bandung menjadi menarik untuk dikaji melalui
penelitian dengan menggunakan tradisi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motif orang lanjut usia berperilaku sehat
melalui olahraga berenang adalah untuk menjaga kesehatan agar bisa hidup mandiri
dan tidak merepotkan keluarga. Informasi mengenai perilaku hidup sehat dan olah
raga berenang diperoleh dari teman, dokter, mencari sendiri dari bacaan dan dari
keluarga. Sedangkan makna hidup sehat bagi para orang lanjut usia adalah
melakukan olahraga rutin, dalam hal ini berenang, karena olah raga yang paling
cocok untuk kondisi tubuh usia lanjut.
Sehat adalah dambaan semua orang, tapi tidak semua orang berperilaku yang
mengindikasikan keingina untuk sehat bahkan sebaliknya. Hal itu pula lah yang
membuat pemerintah peduli dengan mencanangkan Indonesia Sehat 2025. Ada pun
visi Indonesia Sehat 2025 sebagaimana yang diundangkan oleh Departemen
Kesehatan RI yaitu, “keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial,
yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.” Berdasarkan presentasi dari Prof. DR. dr.
Nila F. Moeloek (Menteri Kesehatan RI) dalam Materi Rapat Kerja Kesehatan
Nasional Regional Tengah: “Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat”
tahun 2015 di Denpasar, Bali.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah
perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman
(safe community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan
kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud
adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat
dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat yang setinggi-tingginya
Pengertian Sehat Menurut Ahli WHO, “Sehat adalah kondisi normal
seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam
yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet
seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan
gaya hidup yang baik.” Selama beberapa dekade, pengertian sehat masih
dipertentangkan para ahli dan belum ada kata sepakat dari para ahli kesehatan
maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World Health Organization (WHO)
membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu
keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Jika menilik arti yang lebih luas, Paradigma sehat bukan hanya merujuk pada
kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental. Seperti yang disebutkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO, bahwa ada 2 komponen penting yang menjadi
satu kesatuan dalam mendefinisikan arti sehat sebenarnya, yaitu Sehat Jasmani
yang lebih menekankan pada fungsi fisiologis tubuh yang berjalan normal, dan
Sehat Mental yang yang lebih menekankan pada keadaan mental yang stabil tanpa
adanya tekanan berlebih. WHO juga menggambarkan kriteria yang dimiliki oleh
seseorang yang sehat mental antara lain adalah selalu santai, dan merasa puas
terhadap apa yang ada pada dirinya, dapat bergaul dengan baik, toleransi, tidak
mudah tersinggung, serta dapat mengontrol keadaan emosi pada dirinya sendiri,
seperti tidak mudah takut, benci, dan bijaksana.
Menurut Undang-undang di Indonesia sendiri, yaitu UU Pokok Kesehatan
No. 9 Th.1960 pada Bab I Pasal 2 menjelaskan tentang makna dari kata sehat itu
sendiri, yaitu merupakan keadaan yang meliputi kesehatan jasmani, rohani, dan
sosial, yang artinya bukan hanya terbebas dari penyakit, kecacatan, atau kelemahan.
Kesehatan juga merupakan kesejahteraan fisik, jiwa dan aspek sosial yang
memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Jurnal 2
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA
MELALUI SENAM SEHAT JANTUNG DI PANTI
PELAYANAN LANJUT USIA (PPSLU) SUDAGARAN
BANYUMAS

Ely Eko Agustina dan Ossie Happina Sari. (n.d.). Upaya Peningkatan Kualitas
Hidup Lansia melalui SENAM Sehat Jantung di Panti Pelayanan Lanjut
Usia (PPSLU) sudagaran banyumas. JURNAL PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT CAHAYA MANDALIKA (ABDIMANDALIKA) e-
ISSN 2722-824X. Retrieved October 13, 2022, from
https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/abdimandalika/article/view/367

Lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.


Adapun kategori lansia menurut usianya yaitu usia 45-59 tahun merupakan pra
lansia, usia 60-69 tahun merupakan lansia muda, usia 70-79 tahun merupakan lansia
madya, dan 80-89 tahun merupakan lansia tua. Proses penuaan pada lansia terjadi
seiring bertambahnya umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait
aspek kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu perlunya peningkatan
pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisi sehingga rentan terhadap penyakit.
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem tubuh
seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera
seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan
kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini
berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dan terhadap status kesehatannya.
Data dari Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa penyakit yang banyak terjadi
pada lansia yaitu Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, artritis, stroke,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Selain
berdampak pada kondisi fisik lansia, proses penuaan juga berdampak pada kondisi
psikologisnya. Secara ekonomi, umumnya lansia dipandang sebagai beban
daripada sumber daya. Sedangkan secara sosial, kehidupan lansia dipersepsikan
negatif yaitu dianggap tidak banyak memberikan manfaat bagi keluarga dan
masyarakat. Stigma yang berkembang di masyarakat tersebut membuat lansia
mengalami penolakan terhadap kondisinya dan tidak bisa beradaptasi di masa
tuanya, sehingga akan berdampak pada kesejahteraan hidup lansia.
Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan untuk
mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas, dan produktif dimasa tuanya.
Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra
lansia (45-59 tahun). Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu
dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah
berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan
faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia.
Upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pada lansia antara lain pelayanan geriatri dirumah sakit, pelayanan kesehatan di
puskesmas, pendirian homecare bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu). Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan pelayanan pada pada
upaya kuratif, melainkan juga menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.
Berbagai pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
hidup.
Senam Jantung Sehat Senam jantung sehat adalah olahraga yang disusun
dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan
kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen sebanyak mungkin kedalam
tubuh. Senam jantung sehat bertujuan merawat jantung dan pembuluh darah.
Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung menjadi optimal, karena kedua
organ tersebut bekerja saling berhubungan. DiIndonesia, senam jantung sehat
cukup populer. Bahkan senam jantung sudah dibuat sampai beberapa seri dan cocok
digunakan oleh semua orang. Durasi senam jantung sehat berkisar 30 menit.
Didahului oleh pemanasan, tahap conditioning, dan diakhiri pendinginan.
Pemanasan adalah mengkondisikan fungsi fisik dengan cara meningkatkan suhu
tubuh, meningkatkan mobilitas gerak persendian dan penguluran otot. Tahap
conditioning terdiri dari bagi anaerobik yakni gerak kontinyuritmis (20-30 menit)
dan bagian penguatan atau tahanan: berisi gerak melawan beban. Pendinginan
mengembalikan fungsi fisik seperti keadaan awal secara bertahap yang ditandai
dengan menurunnya suhu, berkurangnya keringat, frekuensi detak jantung kembali
normal. Olahraga sangat perlu dan dibutuhkan oleh semua orang, apalagi mereka
yang ingin jantung dan tubuhnya sehat. Tanpa kecuali dan tanpa pandang bulu.
Olahraga yang dianjurkan untuk penderita dengan penyakit jantung adalah olahraga
aerobik. Pengertian olahraga aerobik sendiri memang olahraga yang memacu kerja
jantung secara bertahap untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, guna
memenuhi kebutuhan oksigen keseluruh tubuh. Olahraga yang sifatnya kompetisi
bukan tergolong olahraga aerobik. Walaupun olahraganya juga memacu kerja
jantung, tetapi jantung dipacu tidak beraturan. Tempo olahraga kompetisi yang
tiba-tiba cepat atau tiba-tiba melambat tidak menguntungkan untuk kesehatan
jantung. Dalam olahraga aerobik perlu diperhatikan prinsip 4T, yakni teratur,
terukur, terarah, dan terawasi.

Tujuan senam jantung sehat dan manfaatnya


Tujuan utama senam jantung adalah untuk menjaga kesehatan jantung.
sedangkan manfaat senam jantung adalah memperlancar aliran darah dari jantung
ke seluruh tubuh. apalagi untuk orang usia lanjut yang daya tahan kerja jantungnya
sudah mulai berkurang, sedang jantung sangat baik untuk menjaga kesehatan
jantung.

Jenis-jenis senam jantung sehat


1. Jalan cepat
Tubuh manusia dilahirkan untuk berjalan. jalan cepat adalah cara alami
untuk meningkatkan kebugaran tubuh terutama jantung. Selain itu jalan
cepat bekerja lebih baik untuk orang dengan gemuk atau overweight. Hal
ini karena jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak.
2. Lari
Meski lebih menantang ketimbang Jalan, Lari adalah aktivitas fisik jantung
sehat yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, lari juga merupakan salah
satu cara terbaik untuk membakar kalori.
3. Berenang
Kolam renang bisa jadi merupakan tempat terbaik untuk bermalas-malasan
sambil mengapung, tapi air di kolam renang bisa menjadi tantangan
kebugaran tubuh. berenang atau olahraga air lain tidak hanya akan
meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kesehatan jantung, air
memberikan resistensi multi arah yang akan meningkatkan kekuatan otot
dan suara.
4. Bersepeda
Aktivitas kardiovaskular lain yang mudah adalah bersepeda. dengan
bersepeda, Anda bisa jalan-jalan keliling Komplek rumah atau Taman
sambil meningkatkan kesehatan jantung, membangun kekuatan dan
mengencangkan tubuh.

Manfaat senam jantung sehat untuk jantung antara lain


1. Memperbaiki denyut nadi
Salah satu komponen yang amat penting untuk menunjukkan kesehatan
jantung adalah denyut nadi. untuk itu, senam jantung juga ditujukan untuk
memperbaiki denyut nadi, sehingga kesehatan jantung pun terjaga.
2. Melancarkan aliran darah
Fungsi ini sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung sebab bisa
mencegah terjadinya penyakit stroke, jantung koroner, dan yang lainnya.
Selain itu juga bisa membantu mengurangi penyumbatan pembuluh darah
yang diakibatkan oleh timbunan lemak dan kolesterol yang kini sudah
menjadi momok karena gaya hidup yang tidak sehat.
3. Metabolisme berjalan baik
Manfaat senam jantung sehat untuk jantung yaitu menjaga kondisi fisik
akan membaik dan metabolismenya pun bisa membaik.

Anda mungkin juga menyukai