2014
2
Perkuliahan
ke... Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian dan asas-asas
1. Konsep Kewarganegaraan Kewarganegaraan.
2. Hak dan Kewajiban Warganegara
3. Konsepsi tentang Negara
1. Pengertian Wanus
2. Wawasan Nusantara 2. Tujuan, Unsur, dan asas Wanus
3. Sasaran Implementasi Wanus dalam
Kehidupan Nasional
8. Pendekatan Pembelajaran
Ekspositori dan inkuiri
Metode : Ceramah, Diskusi, Studikasus/seminar
Tugas : Makalah Individu/ kelompok
Media : Whiteboard, LCD, Komputer, OHP
5
9. Evaluasi
Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh
prestasi yang bersangkutan dalam :
Partisipasi kegiatan kelas
Pembuatan dan penyajian tugas/seminar
UTS dan UAS
BAB I
PANCASILASEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian FILSAFAT
Kata filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan ja-
man akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam ke-
budayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris;
“philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Philos = (suka, cinta), dan
Sophia= (kebijaksanaan). Jadi kata filosofi berarti cinta kepada kebijaksanaan. Ter-
dapat beberapa hal pengertian filsafat:
Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang in-
formal tentang filsafat atau kata "mempunyai filsafat", misalnya ketika seseorang
berkata: "Filsafat saya adalah...", ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap
apa yang dibicarakan.
Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari "berfilsafat".
Dua arti filsafat, "memiliki dan melakukan", tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu
dari lainnya. Oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal
dan personal, seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan re-
flektif (reflective sense).
Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Filsafat ber-
usaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Seorang ahli
filsafat ingin melihat kehidupan, tidak dengan pandangan seorang saintis, seorang pen-
gusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh ,
mengatasi pandangan-pandangan yang parsial.
Beberapa definisi tentang filsafat yang dikemukakan oleh:
Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang
asli.
7
Aristoteles
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung did-
alamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Al Farabi
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi
dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan penget-
ahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya
.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala penge-
tahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/08/pengertian-filsafat/
Sidi Gazalba
8
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya
didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
a. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak
terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek
manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir
aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil
pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut
suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan
berkembang menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme)
seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukup mempen-
garuhi kehidupan bangsa dan negara modern.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak
terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan
menjadi:
a. obyek material filsafat: yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup
segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam,
benda, binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual
seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b. obyek formal filsafat: cara memandang seorang peneliti terhadap objek
material tersebut. Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut
pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat.
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya
saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling
bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan
yang utuh.
Filsafat adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk men-
cari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui se-
bagai nilai kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,
Weltanschauung).
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat ma-
jemuk dan beragam dalam artian Bhineka Tunggal Ika. Esensi seluruh sila-silanya
merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia
dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek ma-
teri filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit
(manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup).
Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
1.Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Dasar Negara atau sering juga
disebut sebagai Dasar Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi Negara, hal ini
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur penyeleng-
garaan pemerintahan. Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai
fungsi dan kedudukan sebagai kaidah Negara yang fundamental atau mendasar,
sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum.
2. Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional. Dalam ilmu hukum istilah
sumber hukum berarti sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab timbulnya
aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber hukum dasar nas-
ional, yaitu segala aturan hukum yang berlaku di negara kita tidak boleh ber-
tentangan dan harus bersumber pada Pancasila.
3. Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Pandan-
gan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua aktifitas
kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila daripada
Pancasila, karena Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang di-
miliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang
dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
12
Sila-sila pancasila merpakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (seba-
gai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan sila lainnya terpisah- pisah, maka itu bukan pancasila. Susunan pan-
casila dengan sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Menurut Ruslan Abdul Gani, pancasila dikatakan sebagai filsafat negara kar-
ena: Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu sis-
tem yang tepat.
13
estetis, kebenaran serta mengandung nilai kebaikan dan nilai moral serta nilai kesu-
cian yang tersusun secara hierarkis berbentuk piramida dengan Sila pertama men-
jadi basis dari semua sila.
3. Penjabaran Filsafat Terhadap Objek filsafat Pancasila.
a. Objek material, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Pancasila adalah se-
suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusnya jelas yaitu: Ketuhanan yang
maha esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan
yang dipimpin dalam. permusyawaratan/perwakilan. Keadilan sosial bagi se-
luruh Indonesia.
b. Objek formal, yaitu hakekat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan
konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,se-
bagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan ne-
gara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri se-
cara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada
dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem ni-
lai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan
bangsa Indonesia sepanjangsejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan
luar yang sesuai sehingga ecara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam
Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidu-
pan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad
bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta
perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tin-
dakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka
dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja
yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh
para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara
Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga
15
BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus
ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang meru-
pakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan
dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkem-
bangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka
menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata
kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat
dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa
lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang
merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan
dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu:
a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari
Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran
agama dalam kitab suci.
b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari
nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat
yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem. Pancasila yang ter-
diri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara ke-
seluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. suatu kesatuan bagian-bagian.
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sis-
tem).
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,
fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu
16
kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya
tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia se-
bagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani,
sifat kodrat individu-mahluk
sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat orga-
nis harmonis.
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal
urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila
Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari sila-
sila sebelumnya atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pan-
casila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keselu-
ruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila
berikutnya. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada
landasan, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu,
hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia.
Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus
sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila
keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat;
dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat
adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal
17
adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan
serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Sal-
ing Mengkualifikasi Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hi-
rarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi.
Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya,
dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keem-
pat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan
saling mengkualifikasi
adalah sebagai berikut: sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
E. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya
sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila
Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan
makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila
akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan
pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.
Aspek Ontologis menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau
eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat
18
sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat
yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada,
dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kos-
mologi.
Ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukungnya adalah manusia, yakni: yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manu-
sia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks
negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok Negara
adalah rakyat (manusia).
Aspek Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia
sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana
manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu
pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah
bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya,
syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika
dan teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu
sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman
atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai
dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah
menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system)
sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu: 1.
logos (rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3. ethos
(kesusilaan). 3. Aspek Aksiologi. Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran
dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menye-
lidiki:
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
19
Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup, bukan hanya di nilai satu per-
satu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing-masing
memiliki tujuan tertentu.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia:
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pan-
casila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara:
Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam ke-
hidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik Indonesia.
Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak meremehkan terhadap orang
20
yang lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu
berfikiran positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.
Contoh.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu
itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya.
Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa Indonesia itu
sendiri yang memiliki nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
Tentang kebenaran pengetahuan Pancasila berdasarkan tingkatnya, maka Pan-
casila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal manusia. Potensi yang
terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam kaitannya
dengan pengetahuan positif. Pancasia juga mengakui kebenaran pengetahuan
manusia yang bersumber pada intuisi/perasaan.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran
wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan
sistem pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.
Aspek axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber
nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai alamiah & jasmaniah, ta-
nah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari. Menurut tinggi
rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut:
1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusi.
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia.
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak
manusi.
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mut-
lak.
Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan bersum-
ber pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha esa. Sistem Filsafat Pancasila
mengandung citra tertinggi terbukti dengan berbedanya sistem filsafat pancasila
dengan sistem filsafat lainnya, Berikut adalah ciri khas berbedanya sistem filsafat pan-
casila dengan sistem filsafat lainnya:
21
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh (sebagai
satu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu
sila dengan sila yang lainnya terpisah-pisah,maka ia bukan Pancasila.
2. Prinsip – prinsip filsafat Pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh:
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif
dan Subyektif. Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, uni-
versal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya
sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa yang akan dating, untuk
bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara eksplisit tampak dalm
adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat seba-
gai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber
hokum positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib hukum di Indone-
sia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat
diubah secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Seba-
gai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaa UUD 45
itu diubah maka sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17 Agus-
tus 1945.
diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijak-
sanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indone-
sia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya
akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.
Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak dalam produk
peraturan perundangan yang berlaku, dengan kata lain, peraturan perundangan harus
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
BAB II
23
bicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai
apa yang terkandung didalamnya.
b. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika indi-
vidual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2
macam yaitu Etika Individual dan Etika Sosial.
c. Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
d. Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubun-
gannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
pelbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun mahluk sosial (etika sosial) (Suseno, 1987).
2. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda un-
tuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik mi-
nat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi men-
dorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya.
Prof. Notonegoro membedakan nilai kedalam 3(tiga) macam :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna begi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat men-
gadakan kegiatan atau aktifitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesutau yang berguna bagi rohani manusia.
Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanian yakni yang di dalamnya terkandung
nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, baik nilai materil, nilai vital, nilai kebe-
naran. Nilai estetis, nilai ethis/moral maupun nilai religius seperti yang tampak
25
pada susunan sila-sila pancasila yang sistematis,hierarkhis, dimulai dari sila per-
tama sampai kelima.
Prof. Dardji Darmodihardjo mengklasifikasikan tentang nilai antara lain sebagai
berikut:
1. Nilai dasar, yaitu nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, ab-
strak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat. Dalam sistem ketatane-
garaan nilai dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis, pembukaan dan
Batang Tubuh yang memuat kaidah yang hakiki antara lain cita-cita, tujuan na-
sional, tatanan dasar dan ciri khasnya.
2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan
kinerja untuk waktu dan kondisi, mempunyai sifat dinamis konstekstual dan
mengikuti perkembangan zaman. Nilai di tuangkan dalam bentuk norma. Nilai
ini tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindak lanjuti
UUD, misal UU dan peraturan pelaksanaan termasuk konvensi. Kongkritnya
diperlukan strategi dan kebijaksanaan.
3. Nilai praksis, yaitu merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental.
Nilai prakis dalam wujud penarapannya nilai pancasila oleh organisasi kegiatan
politik, ormas, badan-badan ekonomi, pemimpin kemasyarakatan, warganegara
perseorangan. Dalam kenyataan sehari-hari nilai prakis terkandung dalam cara
bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai pancasila.
3. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain:
a. Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-
sumber pada agama.
b. Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
nurani, moral atau filsafat hidup.
c. Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
d. Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
26
Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang
cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan
antarnya dapat diringkas sebagai berikut:
a. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir
dan batin);
b. Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan
dihayati oleh manusia;
c. Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu
pertimbangan batiniah manusia;
d. Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat
obyektif bila melekat pada sesuatu yang terlepas dari penilaian manusia.
e. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku
manusia;
f. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika;
g. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan
tercermin pada sikap dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap
dan tingkah laku manusia;
h. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan
yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
27
Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya mem-
bicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak
susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat
yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dina-
makan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang
menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatan orang yang tidak susila. Seben-
arnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga
dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri.
Etika membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan
dengan yang harus dan tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam ke-
hidupannya. Nilai dan norma etis banyak juga berasal dari agama, sehingga setiap or-
ang yang beragama akan berusaha menjadikan agama sebagai pedoman nilai dan
norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003).
B. Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk.
Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafat atas moralitas
secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang
dilakukan dan didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan
baik (susila) dan buruk (asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan bagaimana
tentang moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab
secara rasional dan bertanggungjawab.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan
aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan
pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar terse-
but. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun seben-
28
arnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan
kapanpun.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea
keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa
“pokok- pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) di-
jabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu satunya sumber
nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan
memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat
Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih di-
mana sila tersebut melekat pada setiap insan, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan
kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerin-
tah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia
yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa
bangsa. Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa
membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga
tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya dan daerah.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun Pan-
casila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima
oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara
sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis peri-
laku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas
bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan
budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila
dapat ditemukan dalam sila-silanya.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam ke-
hidupan manusia. Nilai yang pertama adalah ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa
dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak.
Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apab-
ila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan. Pandangan demikian se-
cara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah dan
hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti
akan berdampak buruk. Misalnya pelanggaran akan kaidah Tuhan tentang menjalin
hubungan kasih sayang antarsesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan.
Pelanggaran kaidah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam,
dan lain-lain.
Nilai yang kedua adalah kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pan-
casila adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara
lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan
makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan
keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan
benda tak hidup. Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-
nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.
Nilai yang ketiga adalah persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri
merupakan perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan.
Sangat mungkin seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama
(sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan
maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
Nilai yang keempat adalah kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini ter-
kandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusy-
awaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung
nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum
tentu kalah dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa
penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota
PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit
(dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pan-
dangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, per-
30
buatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun per-
buatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebi-
jaksanaan.
Nilai yang kelima adalah keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata
adil, maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun
nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan
dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut
Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama de-
rajatnya dengan orang lain.
Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat men-
jadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar,
namun juga realistis dan aplikatif. Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa
keberadaan nilai mendahului fakta, maka nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai
ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang
bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan
di manapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya
nilai-nilai yang lain. Sebagai contoh, nilai ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritu-
alitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai kemanusiaan, menghasilkan nilai kesusilaan, to-
long menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai persatuan
menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan dll. Nilai kerakyatan menghasilkan
nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dll. Nilai keadilan menghasilkan nilai
kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama dll.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di imple-
mentasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung
makna bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama
diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran aga-
manya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan
mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya
kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan be-
ragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
31
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa
setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena
Indonesia berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, per-
samaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan
manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi ni-
lai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di
masyarakat.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk
yang mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa
pernah membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Pen-
duduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa
dan tanah air. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban
demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan
hanya mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan
menimbulkan anarkisme. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat,
baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan kepentingan negara
dan masyarakat.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung mak-
sud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang
layak sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung
arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang
lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan
isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut potensi masing-masing.
Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan pen-
ingkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan
dalam hal mengenyam pendidikan.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di imp-
likasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di
Negara kita namanya ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena
32
4. Adat istiadat, Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan
diasingkan ke daerah lain, upacara adat (misalnya di Bali)
Norma hukum (laws)
- Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas
- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia
Norma kesusilaan
Contoh:
orang yang berhubungan intim di tempat umum akan di cap tidak susila,
melecehkan wanita ataupun laki-laki didepan orang.
Norma kesopanan
Contoh :
- memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil.
-Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan
tangan kanan, kencing di sembarang tempat
Dan ada beberapa norma yang lain yang belum di sebutkan dalam hal ini. Setelah
masuk pada nilai dan norma. Dalam aplikasi yang terakhir akan membahas tentang
moral.
Moral (Latin: Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena
banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Contoh moral adalah: Tidak terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu
kepada orang lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung
tinggi nilai nilai HAM. Dapat dicontoh dalam hal nya pendidikan. Seorang siswa yang
ingin bersekolah tapi dengan tidak dana maka ia tak dapat sekolah sampai cita-citanya
tidak terwujud.
34
Contohnya moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas
yang berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang tersapat dalam tas
tersebut. Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas
itu pada pemiliknya kalau tidak pada yang berwajib.
BAB III.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
rakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi dari negara lain.
Ideologi Pancasila adalah ideologi terbuka. artinya, ideologi Pancasila dapat
mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi
yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Selain itu, Pancasila bukan merupakan
ide baru atau perenungan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pan-
casila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan demikian, Pan-
casila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa se-
cara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandan-
gan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, un-
sur-unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai contoh, kebiasayaan gotong royong dan ber-
musyawarah adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terdapat dalam Pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi berarti Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup
bagi bangsa Indonesia.
Sebagai Ideologi, pancasila mencangkup pengertian tentang ide, gagasan,
konsep dan pengertian dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa
Indonesia. Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencangkup semua nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa; Mengandung nilai spiritual, memberikan kesem-
patan yan seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; Mengandung nilai kesamaan derajat
maupun hak dan kewajiban, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian
membela kebenaran dan keadilan, toleransi, dan gotong royong.
3. Sila Persatuan Indonesia; Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengan-
dung nilai persatuan bangsa dan persatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat
yang menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini men-
37
C. Ideologi-Ideologi Dunia
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide".
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang
segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam
kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.
Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui
proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti
sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
a. Ideologi Liberalisme.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika
itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat
terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola
hubungan dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan
Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut
liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena
liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja
dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme
menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap
41
pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan
kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang
dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia,
dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang
melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus
dilakukan.
Ciri-ciri ideologi liberalism.
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar
membuat keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan manapun..
Ideologi Liberalisme Terbentuk Ajaran liberalisme ortodoks sangat mewarnai
pemikiran para The Founding Father Amerika seperti George Wythe, Patrick
Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson Negara yang menganut
Ideologi Liberalisme. Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideology
liberalisme Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia,
42
b. Ideologi Sosialisme.
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal
sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan
kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan
seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga
lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang
berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara.
Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini
digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827.
Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun
1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie
Nouvelle.
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang
berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah
ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19
hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat
melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Ajaran tentang Ideologi Sosialisme
1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan
kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya di selesaikan dengan cara demokratis.
Nama-nama penting dalam Ideologi Sosialias, seperti: C.H. Saint Simon (1760-
1825), F.M Charles Fourier (1772-1837), EtinneCabet (1788-1856), Wilhelm
Weiling (1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882).
43
d. Ideologi Konservatisme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre,
melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya
memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai
kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula.
e. IDEOLOGI FASISME
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan
absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga
otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari
bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu
tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan
pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara
itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan
fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia
karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan
rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka
membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah. Fasisme dikenal sebagai
ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat
di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di
46
Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani,
Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang
penuh kekerasan.
Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar
ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu—
di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi
hukum—mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan
milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut.
Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan
kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur
pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi
rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan
salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55
juta orang.
Pelopor Ideologi Fasisme adalah Nazisme Hitler dengan bukunya Mein Kampft,
dan Mussolini dengan Doktrine of Fascism. Ajaran pokok Ideologi Fasisme bukan
berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan
jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan
Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian
menjadi pegangan kaum fasis didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat.
Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang
bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh
lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu”
terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika
ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang
harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi
pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk
mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa
“kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada
nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus
dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat.
Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam
meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami
kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder
(anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis
menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang,
maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan
penganiayaan.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara
kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan
kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat
bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya.
Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih
unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai.
BAB IV
IDENTITAS NASIONAL
Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nas-
ional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian
harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep ke-
bangsaan. Nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia
yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa
49
dan sebagainya. Jadi, identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat
pada suatu negara sehingga membedakan dengan negara lain.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini sangat ditentukan oleh proses ba-
gaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang
sifatnya nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan kar-
ena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional
lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang
telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional,
warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada se-
jak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di In-
donesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kur-
ang 300 dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru
tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Ab-
durrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif di-
gunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipa-
hami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur
ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
50
Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan
simbol suatu negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera
dalam UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa “ Bendera Negara Indonesia
adalah Sang Merah Putih”. Warna merah dan putih juga memiliki arti sebagai
berikut, merah yang artinya berani dan putih artinya suci.
3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan pada kongres
pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah proklamasi Kemer-
dekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage
Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan. Ketika mempublikasikan In-
donesia Raya tahun 1928, wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu
kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipub-
likasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun
1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera melarang penyebutkan lagu ke-
bangsaan bagi Indonesia Raya.
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ganti lagu itu dengan men-
gucapkan “Mulai, Mulai !, bukan “Merdeka, Merdeka!” pada refrain. Akan tetapi,
tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Sekanjutnya lagu
Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah
indeonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu kebangsaan perlambang per-
satuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kon-
troversional pada kompas tahun 1990-an, Remy sylado, seorang budayawan dan
seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan ji-
plakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Lekka Lekka
panda panda, Kaye A. solapung seorang pengamat musik, menanggapi tulisan remi
dalam kompas tahun 1991. Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekedar mengulang
tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan mengutip
Amir Pasaribu bahwa dalam literature music, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda
Belanda, begitu pula Boola-Boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan In-
donesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan peng-
gunaan chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia menyimpulkan bahwa Indonesia
Raya tidak menjiplak.
52
Dari susunan liriknya, merupakan soneta atau sajak14 baris yang terdiri dari satu
oktaf (atau dua kuatren) dan satu sekstet. Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai
mendahului zaman” (avant gerde), meskipun soneta sendiri sudah popular di eropa
semenjak era renaisans. Rupanya penggunaan soneta tersebut mengilhami karena
lima tahun setelah dia dikumandangkan, para seniman Angkatan Pujangga Baru
mulai banyak menggunakan soneta sebagai bentuk ekspresi puitis.
Lirik Indonesia Raya merupakan saloka atau pantun berangkai, merupakan cara
empu Walmiki ketika menulis epic Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah In-
donesia Raya segera menjadi saloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakin
dilarang oleh belanda, semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat bangsa
Indonesia.
Cornel Simanjutak dalam majalah Arena telah menulis bahwa ada tekanan kata dan
tekanan music yang bertentangan dalam kata berseru dalam kalimat Marilah kita
berseru. Seharusnya kata ini diucapkan berseru (tekanan pada suku ru). Tetapi kar-
ena tekanan melodinya, kata itu terpaksa dinyanyikan berseru (tekanan pada se).
Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu
yang ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan sengan lagu-lagu kebangsaan lain
yang umumnya berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indone-
sia Raya memang jauh lebih panjang.
Secara musical, lagu ini telah dimuliakan-justru-oleh orang Belanda (atau Belgia)
bernama jos Cleber yang tutup usia tahun 1999. Setelah menerima permintaan ke-
pada studio RRI Jakarta Jusuf Rono dipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun meny-
usun arasemen baru, yang menyempurnakannya ia lakukan setelah juga menerima
masukan dari presiden Soekarno. Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan yang
agung, namun gagah berani (maestoso can bravura).
4) Lambang Negara yaitu Pancasila
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa
lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. garuda Pancasila disini yang
dimaksud adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang
melambangkan kejayaan Indonesia. sedangkan perisai di tengah melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia. Simbol di dalam perisai masing-masing melam-
bangkan sila-sila dalam pancasila,yaitu:
1. Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)
53
2. Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
3. Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3)
4. Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4)
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat In-
donesia (sila ke-5)
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah be-
rarti berani dan Putih berarti suci.
Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah In-
donesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agus-
tus 1945), antara lain:
1. Jumlah Bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
2. Jumlah Bulu pada ekor berjumlah 8
3. Jumlah Bulu pada di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
4. Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan Negara In-
donesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, tetapi tetap satu
jua”.
5) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhineka Tnggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam ke-
hidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu pa-
ham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan paham plural-
isme tidak perlu adanya konsep yang mensubtitusi keanekaragaman demikian pula
halnya dengan faham multikulturalisme.
Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, hal ini bermakna bahwa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang
paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain. Pan-
dangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya kekakuan yang berle-
bihan dengan tidak atau kurang memperhatikan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhineka Tunggal Ika bersifat
inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memak-
sakan kehendaknya pada golongan minoritas.
54
Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat eormalitas yang hanya menunjukkan perilaku
semu. Bhineka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, sa-
ling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara
demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
Bhineka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna pebedaan
yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik
temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi
oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, dan rukun.
Dalam menerapkan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan berneg-
ara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang
jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus
dibuang dari kamus Bhineka Tunggal Ika.
6) Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila seba-
gaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV yang telah diteta-
pkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat
dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sering disebut juga dengan
way of life, welstanshauung, wereldbershouwing, wereld en levens beschouwing
( pandangangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam
hal ini Pancasila digunakan sebagai pancaran dari sila Pancasila karena Pancasila
sebagai weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan, keselur-
uhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis. Pancasila sebagai
norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide. Oleh karena itu,
dapat dikemukakan bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan pan-
dangan hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentan-
gan denagn norma-norma agama, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentan-
gan dengan norma-norma hukum yang berlaku.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini Pancasila mem-
punyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia.
fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan
UUD 1945,, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib
55
dengan negara lain. Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-
undang. Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengadili terhadap pelanggar
undang-undang. Menurut Montesquieu ketiga jenis kekuasaan itu harus dipisah satu
sama lain. Berarti lembaga negara yang lain tidak boleh ikut campur dalam urusan
lembaga negara lain.
J.J. Rousseau, menganut teori perjanjian masyarakat dan dianggap sebagai
Bapak Teori Kedaulatan Rakyat. Menurutnya negara dibentuk oleh kemauan
rakyat. Kemauan rakyat untuk membentuk sebuah negara ini disebut kontrak sosial.
Individu secara suka rela dan bebas membuat perjanjian untuk membentuk sebuah
negara berdasarkan kepentingan mereka. Negara sebagai organisasi berkewajiban
mewujudkan cita-cita atau kemauan rakyat yang kemudian dituangkan dalam ben-
tuk kontrak sosial yang berwujud konstitusi negara. Rosseau juga menekankan
adanya kebebasan dan persamaan.
Negara atau badan kooperatif kolektif yang dibentuk menyatakan kemauan
umumnya (general will) yang tidak dapat khilaf, keliru atau salah, tetapi tidak sen-
antiasa progresif. Kemauan umum inilah yang mutlak berdaulat. Kemauan umum
tidak berarti kemauan seluruh rakyat (will of all), kemauan umum selalu benar dan
ditunjukkan kepada kebahagiaan bersama, sedangkan kemauan seluruh rakyat juga
memperhatikan kepentingan individual dan karena itu merupakan keseluruhan
kemauan-kemauan tersebut.
Dengan konstruksi perjanjian masyarakat tersebut, Jean Jaqques Rousseau
menghasilkan bentuk yang kedaulatannya berada ditangan rakyat. Melalui kemauan
umumnya, ia adalah peletak dasar kedaulatan rakyat atau jenis negara yang de-
mokratis. Rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanya merupakan wakil-
wakil rakyat.
Kedaulatan menunjuk pada gagasan bahwa yang terbaik dalam masyarakat
ialah yang dianggap baik oleh semua orang yang merupakan rakyat (Wiryono Prod-
jodikoro, 1981:16). Pengertian kedaulatan itu sendiri adalah kekuasaan yang tert-
inggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara
yang tersedia (Miriam Budiardjo, 1980:44). Dengan demikian kedaulatan rakyat
membawa konsekuensi, rakyat sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam ke-
hidupan bermasyarakat dan bernegara. Kedaulatan rakyat berarti juga, pemerinta-
han dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
58
Sumber ajaran kedaulatan rakyat sebenarnya ialah ajaran demokrasi yaitu pe-
merintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.Masalah de-
mokrasi itu bagi rakyat Indonesia pelaksanaannya sudah ada sejak zaman nenek
moyang kita. Hal ini terlihat dari adanya rapat desa. Pemilihan Kepala Desa, kegi-
atan gotong royong dan kegiatan lain yang melibatkan partisipasi rakyat secara ak-
tif.
Ciri-ciri negara yang menganut asas kedaulatan rakyat adalah sebagai berikut:
1. Adanya lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan Dewan Perwkilan Rakyat.
2. Adanya pemilu.
3. Kekuasaan atas kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan atau majelis yang
menangani mengawasi pemerintah.
59
Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pe-
merintahan Indonesia merupakan sistem pemerintahan Indonesia adalah yang terdiri
atas berbagai unsur yang memerintah dalam negara Indonesia yang saling melengkapi
untuk mencapai tujuan negara Indonesia.
UUD 1945 Bab I Bentukdan Kedaulatan, Pasal 1 (2) menyatakan, bahwa Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Dengan ketentuan itu dapat
diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara Indonesia adalah rakyat. Pelaksan-
aan kedaulatan ditentukan menurut Undang – Undang Dasar. Pelaksana Kedaulatan
negara Indonesia menurut UUD 1945 adalah rakyat dan lembaga-lembaga negara
yang berfungsi menjalankan tugas-tugas kenegaraan sebagai representasi kedaulatan
rakyat. Lembaga-lembaga negara menurut UUD1945 adalah Majelis Permusy-
awaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pe-
meriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Yudisial (KY). Pelak-
sana kedaulatan rakyat menurut UUD 1945 inilah sebagai sistem pemerintahan
Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah adalah pemerinta-
han yang didasarkan pada kedaulatan rakyat sebagaimana ditentukan oleh UUD 1945.
UUD 1945 menentukan,bahwa rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedau-
latan yang dimilikinya. Keterlibatan rakyat sebagai pelaksana kedaulatan dalam UUD
1945 ditentukan dalam hal:
1. Mengisi keanggotaan MPR, karena anggota MPR yang terdiri atas anggota DPR
dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum (Pasal 2 (1)).
2. Mengisi keanggotaan DPR melalui pemilihan umum (Pasal 19 (1)).
3. Mengisi keanggotaan DPD (Pasal 22 C (1))
60
4. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung (Pasal
6 A (1)).
istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam ke-
hidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah
menegara. Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara
Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua
Australia.
Wawasan nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa Indonesia se-
suai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah dialaminya.
Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, se-
jarahnya, serta kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nas-
ionalnya.
Dengan demikian wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilan-
dasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, ber-
daulat, berrmartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara mema-
hami, cara menghayati, cara bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara bertingkah
laku bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologis, sosiokultural, dengan as-
pek astagatra (kondisi geografis, kekayaan alam, dan kemampuan alam serta
ipoleksosbud hankam)
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya ada-
lah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif di-
gunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya manusia yang tidak
ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia, baik pada
masa lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kebudayaan dapat
pula berbentuk kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah
yaitu suatu budaya asli setiap suku atau daerah yang diwarisi dari nenek moyang
secara turun-temurun. Kebudayaan daerah kita pelihara dan kita kembangkan men-
62
jadi kebudayaan nasional yang dinikmati oleh seluruh bangsa. Jadi, kebudayaan na-
sional yaitu suatu perpaduan dan pengembangan berbagai macam kebudayaan
daerah yang terus menerus dibina dan dilestarikan keberadaannya, sehingga men-
jadi milik bersama.
C. Sikap Masyarakat Indonesia Terhadap Identitas Nasional Indonesia
Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain,
identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak
dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat,
berbangsa dan bernegara.
Contoh sederhana dari implementasi identitas nasional yaitu kewajiban
diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh instansi sekolah maupun
non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas negara.
Seperti pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menya-
nyikan lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada
penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat
SD hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan Upacara Bendera.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah dijarkan bagaimana mengimplementas-
ikan identitas nasional sejak dini. Namun, masih banyak yang tak acuh dalam kegiatan
semacam ini. Kebanyakan dari mereka menganggap kegiatan upacara hanya sebagai
kewajiban agar terbebas dari hukuman yang sudah diterapkan. Dan juga kurangnya
penjelasan tentang makna dari kegiatan upacara itu sendiri. Sehingga mereka tak acuh
dengan makna dibalik upacara bendera ini.
Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat
dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh. Impementasi identitas nasional
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yamg mencakup kehidupan politik, eko-
nomi, sosial budaya,dan pertahanan keamanan harus tercemin dalam pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
kesatuan Republik Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.
63
Alinea II:
a. Perjuangan pergerakkan telah sampai pada tingkat yang
menentukan.
b.Momentum yang dicapai harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
c. Kemerdekaan bukan tujuan akhir, akan tetapi harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Alinea III
a.Motivasi cita luhur riil dan materiil tugas Indonesia
untuk menyatakan kemerdekaannya.
b.Motivasi spiritual yang luhur bahwa maksud
menyatakan kemerdekaan diberkati oleh Allah. Swt yang
maha Kuasa
Alinea IV:
a.Menetapkan tujuan Negara :
Melindungi segenap bangsa Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
b.Menetapkan bentuk Negara ialah Republik
c.Menetapkan dasar Negara ialah Pancasila
III. HUBUNGAN LOGIS ANTAR ALINEA
67
CITA-CITA DAN
ALINEA II KEMERDEKAAN
c. Konsep Pengawasan.
d. Konsep partisipasi .
Kuliah V.
HAK AZASI MANUSIA
KULIAH VI
Demokrasi
Model-model demokrasi;
• Demokrasi liberal adalah pemerintahan dibatasi oleh undang-
undang
84
BAB V
SISTEM KONSTIUSI
A. Pengertian sistem konstitusional
Definisi system konstitusional. Pemerintah berdasarkan atas system konstitusi
(hukum dasar) tidak bersifat absolute (kekuasaan yang tidak terbatas). System
inimemberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, ketetapan MPR,
Undang-undang dan sebagainya. Dengan demikian, system ini memperkuat dan
menegaskan lagi bahwa system Negara hukum.
Dengan landasan kedua system Negara hukum dan system konstitusional diciptakan
system mekanisme hubungan dan hukum antar lembaga Negara, yang sekiranya dapat
menjamin terlaksananya system itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat
memperlancar pelaksana pencapaian cita-cita nasional.
85
Sistem merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, system, yang memiliki arti
antara lain:
1. a set of things working together as parts of a mechanism or an interconnecting
network; a complex whole
seperangkat hal atau benda yang bekerja sama sebagai bagian dari sebuah
mekanisme atau sebuah jaringan yang saling terhubung; bagian jaringan dari ke-
seluruhan
2. a set of principles or procedures according to which something is done; an orga-
nized scheme or method
seperangkat prinsip atau prosedur dalam melakukan sesuatu; skema atau metode
yang terorganisir
3. the prevailing political or social order
ketentuan politik atau sosial yang berlaku.
umat manusia revolusi penting yang terjadi di Perancis tahun 1789, di Amerika
pada tahun 1776, dan di Rusia pada tahun 1917, ataupun di Indonesia pada tahun
1965 dan 1998. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitutionalisme di zaman
modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan, yaitu:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society
or general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang ‘the rule of law’ sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan Negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketataneg-
araan (the form of institutions and procedures’). Kesepakatan pertama, yaitu
berkenaan dengan cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan
konstitusionalisme di suatu Negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada
puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus
hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
Oleh karena itu, di suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam
kerangka kehidupan bernegara, diperlukan adalah perumusan tentang tujuan-tujuan
atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau
‘staatsidee’ (cita negara) yang berfungsi sebagai ‘filosofische grondslag’ dan ‘com-
mon platforms’ atau “kalimatun sawa’” di antara sesama warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara. Di Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimak-
sudkan itulah yang biasa disebut sebagai Pancasila yang berarti lima sila atau
prinsip dasar.
Di samping itu, kesepakatan kedua, yaitu basis pemerintahan berdasarkan
aturan hukum dan konstitusi, juga sangat prinsipil. Harus ada keyakinan bersama
bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan Negara
haruslah didasarkan atas ‘rule of the game’. Istilah yang biasa digunakan untuk itu
adalah ‘the rule of law’ yang dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggeris
kenamaan. Bahkan di Amerika Serikat istilah ini dikembangkan menjadi jargon:
“the rule of law, and not of man” untuk menggambarkan pengertian bahwa hukum-
lah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu Negara, bukan
manusia atau orang. Istilah “The Rule of Law” jelas berbeda dari istilah “The Rule
by Law”. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya
sekedar bersifat ‘instrumentalis’ atau ‘alat’, sedangkan kepemimpinan tetap berada
88
di tangan orang atau manusia, yaitu “The Rule of Man by Law”. Kesepakatan
tentang ini sangat pentinf agar konstitusi itu sendiri dapat dijadikan pegangan tert-
inggi dalam memutuskan segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. Tanpa
ada consensus semacam itu, konstitusi tidak akan berguna, karena ia akan sekedar
berfungsi sebagai kertas dokumen yang ‘mati’, hanya bernilai semantic dan tidak
berfungsi karena tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Kesepakatan ketiga
adalah berkenaan dengan bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang
mengatur kekuasaannya, hubungan-hubungan antar organ Negara itu satu sama
lain, serta hubungan organ-organ Negara itu dengan warga negara. Dengan adanya
kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-
benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan
mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan
bernegara yang berkonstitusi (constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah
yang pada pokoknya dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan di-
jadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Para perancang
dan perumus konstitusi tidak seharusnya membayangkan bahkan naskah konstitusi
itu akan sering diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama dengan undang-
undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme perubahan UUD
memang sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Sudah
tentu, tidak mudahnya mekanisme perubahan undang-undang dasar tidak boleh
menyebabkan undang-undang dasar itu menjadi terlalu kaku karena tidak dapat diu-
bah. Konstitusi juga tidak boleh disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti
yang terjadi di masa Orde Baru. Keseluruhan kesepakatan tersebut di atas, pada in-
tinya, menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Pada pokoknya,
prinsip konstitusionalisme modern sebenarnya memang menyangkut prinsip pem-
batasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip ‘limited government’.
Oleh karena itu, menurut William G. Andrews, “Under constitutionalism, two types
of limitations impinge on government. ‘Power proscribe and procedures pre-
scribed. Kekuasaan melarang dan prosedur ditentukan. Konstitutionalisme dapat
dikatakan mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Per-
tama, hubungan antara pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua, hubungan
antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain.
Karena itu, biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal
penting, yaitu: (a) menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ Negara, (b)
89
mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain,
dan (c) mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan war-
ganegara.
dokumen pengendali (tool of political, social, and economic control), dan (ii) seba-
gai dokumen perekayasaan dan bahkan pembaruan ke arah masa depan (tool of
political, social and economic engineering and reform).
Istilah ‘kepala negara simbolik’ dipakai sejalan dengan pengertian ‘the
Rule of Law’ yang menegaskan bahwa yang sesungguhnya memimpin dalam suatu
Negara, bukanlah orang melainkan hukum itu sendiri. Dengan demikian, kepala
Negara yang sesungguhnya adalah konstitusi, bukan pribadi manusia yang kebetu-
lan menduduki jabatan sebagai kepala Negara. Lagi pula, pembedaan istilah kepala
Negara dan kepala pemerintahan itu sendiri sudah seharusnya dipahami sebagai se-
suatu yang hanya relevan dalam lingkungan sistem pemerintahan parlementer
dengan latar belakang sejarah kerajaan (monarki). Dalam monarki konstitusional
yang menganut system parlementer, jelas dipisahkan antara Raja atau Ratu sebagai
kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Dalam sistem re-
publik, seperti di Amerika Serikat, kedudukan Raja itulah yang digantikan oleh
konstitusi. Karena sistem republik, apalagi yang menganut sistem pemerintahan
presidential seperti di Indonesia, tidak perlu dikembangkan adanya pengertian men-
genai kedudukan kepala Negara, karena fungsi kepala Negara itu sendiri secara
simbolik terlembagakan dalam Undang-Undang Dasar sebagai naskah konstitusi
yang bersifat tertulis.
Dalam hubungan dengan itulah maka, konstitusi sebagai kepala Negara
simbolik itu memiliki fungsi-fungsi sebagai simbol pemersatu (symbol of unity),
ungkapan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) dan pusat upa-
cara kenegaraan (center of ceremony). Sebagai dokumen yang mengungkapkan
cita-cita kolektif seluruh bangsa yang bersifat sangat umum, mencakup dan meli-
puti, maka konstitusi sangat mungkin dijadikan pegangan bersama yang bersifat
mempersatukan seluruh bangsa. Dengan demikian, konstitusi juga dapat berfungsi
sebagai ungkapan identitas seluruh bangsa. Jika konstitusi disebut, ia menjadi sum-
ber identitas kolektif, sama seperti bendera kebangsaan. Terkait dengan itu, sebagai
puncak atau pusat upacara, konstitusi juga mempunyai arti yang penting dalam an-
eka kegiatan upacara. Untuk menandai perubahan status seseorang ke dalam suatu
jabatan kenegaraan, maka ia diharuskan bersumpah setia kepada konstitusi. Untuk
menandai suatu wilayah tertentu masuk atau keluar dari territorial suatu Negara,
juga ditandai dengan konstitusi. Sementara itu, dalam fungsinya sebagai dokumen
‘civil religion, konstitusi dapat difungsikan sebagai sarana pengendalian atau
91
hukum dasar, dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas.
Karena itu, UUD sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma hukum
dasar yang tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam prak-
tek penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi
atau hukum dasar (droit constitusionnel) suatu negara. Dalam penyusunan
suatu konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat
dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu
norma ke dalam naskah UUD Dasar. Karena itu, suasana kebatinan (geistichenhen-
tergrund) yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis per-
umusan juridis suatu ketentuan Undang-Undang Dasar perlu dipahami dengan sek-
sama untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat dalam
pasal-pasal UUD. UUD tidak dapat dipahami hanya melalui teksnya saja. Untuk
sungguh-sungguh mengerti, kita harus memahami konteks filosofis, sosio-historis,
sosio-politis, sosio-juridis, dan bahkan sosio-ekonomis yang mempengaruhi peru-
musannya. Di samping itu, setiap kurun waktu dalam sejarah, memberikan pula
kondisi-kondisi kehidupan yang membentuk dan mempengaruhi kerangka
pemikiran (frame of reference) dan medan pengalaman (field of experience) dengan
muatan kepentingan yang berbeda, sehingga proses pemahaman terhadap suatu
ketentuan UUD dapat terus berkembang dalam praktek di kemudian hari. Karena
itu, penafsiran terhadap UUD di masa lalu, masa kini, dan di masa yang akan
datang, memerlukan rujukan standar yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
sebaik-baiknya, sehingga UUD tidak menjadi alat kekuasaan yang ditentukan se-
cara sepihak oleh pihak manapun juga. Untuk itulah, menyertai penyusunan dan
perumusan naskah UUD, diperlukan pula adanya Pokok-Pokok Pemikiran konsep-
tual yang mendasari setiap perumusan pasal-pasal UUD serta keterkaitannya secara
langsung atau tidak langsung terhadap semangat proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. UUD 1945 sebagaimana terakhir diubah pada tahun 1999, 2000,
2001 sampai tahun 2002 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan hukum
dasar Indonesia di masa depan. Isinya mencakup dasar-dasar normatif yang ber-
fungsi sebagai sarana pengendali (tool of social and political control) terhadap
penyimpangan dan penyelewengan dalam dinamika perkembangan zaman dan sek-
aligus sarana pembaruan masyarakat (tool of social and political reform) serta
sarana perekayaan (tool of social and political engineering) ke arah cita-cita
94
kolektif bangsa. Belajar dari kekurangan sistem demokrasi politik di berbagai neg-
ara di dunia, yang menjadikan UUD hanya sebagai konstitusi politik, maka UUD
ini juga berisi dasar-dasar pikiran mengenai demokrasi ekonomi dan demokrasi so-
sial. Karena itu, UUD ini dapat disebut sebagai konstitusi politik, konstitusi eko-
nomi dan sekaligus konstitusi sosial yang mencerminkan cita-cita kolektif bangsa,
baik di bidang politik dan ekonomi maupun sosial-budaya, dengan tetap memeli-
hara tingkat abstraksi perumusannya sebagai hukum dasar (rechtsidee).
Sebagai hukum dasar, perumusan isinya disusun secara sistematis mulai dari
prinsip-prinsip yang bersifat umum dan mendasar, dilanjutkan dengan perumusan
prinsip-prinsip kekuasaan dalam setiap cabangnya yang disusun secara berurutan.
Pasal-pasal dan ayatnya dirumuskan dalam tingkat abstraksi yang sesuai dengan
hakikatnya sebagai hukum dasar, dengan kesadaran bahwa pengaturan yang bersi-
fat rinci akan ditentukan lebih lanjut dalam UU. Makin elastis suatu aturan, makin
terbuka kemungkinannya untuk menampung dinamika perkembangan zaman, se-
hingga UUD tidak lekas ketinggalan zaman (verounderd). Namun demikian,
meskipun perumusan UUD ini bersifat garis besar, haruslah disadari jangan sampai
ketentuan yang diaturnya bermakna ganda atau dapat ditafsirkan secara sewenang-
wenang oleh pihak yang berkuasa. Oleh karena itu, yang terpenting adalah
semangat dan kemauan politik (political will) para penyelenggara negara.
Meskipun dirumuskan dengan jelas bahwa Undang-Undang Dasar menganut asas
kedaulatan rakyat atau demokrasi, jika para penyelenggara negara tidak berjiwa de-
mokrasi dan tidak mempunyai tekad dan komitmen untuk mewujudkan demokrasi
itu dalam kenyataan atau hanya menjadikan demokrasi hanya sebagai retorika
semata, maka pasal yang jelas menentukan adanya demokrasi itu tidak akan ter-
wujud dalam praktek. Sebaliknya, meskipun perumusan UUD tidak sempurna,
tetapi semangat para penyelenggara negara bersih dan tulus dalam menjalankan
konstitusi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, maka kekurangan dalam
perumusan pasal UUD tidak akan merintangi jalannya penyelenggaraan negara
dengan sebaik-baiknya menuju terwujudnya cita-cita bangsa berdasarkan kelima
sila Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
tahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya
tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah ke-
pala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan
melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen
akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua menteri yang ada tersebut
dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet.
Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
a. Kabinet Presidensial
Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggungjawaban atas ke-
bijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan sebagai
perdana menteri sehingga para menteri tidak bertanggung jawab kepada perlemen/
DPR melainkan kepada presiden. Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet
presidensial adalah Amarika Serikat dan Indonesia.
b. Kabinet Ministrial.
Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan kebijaksaan pe-
merintan, baik seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama seluruh
anggota kebinet bertanggung jawab kepada parlemen/DPR. Contoh negara yang
menggunakan sistem kabinet ini adalah negara-negara di Eropa Barat.
Apabila dilihat dari cara pembentukannya, cabinet ministrial dapat dibagi men-
jadi dua, yaitu cabinet parlementer dan cabinet ekstraparlementer.
Kabinet parlementer adalah suatu kabinet yang dibentuk dengan memperhatikan dan
memperhitungkan suara-suara yang ada didalam parlemen. Jika dilihat dari komposisi
(susunan keanggotaannya), cabinet parlementer dibagi menjadi tiga, yaitu kabinet ko-
alisi, kabinet nasional, dan kabinet partai.
Kabinet Ekstraparlementer adalah kebinet yang pembentukannya tidak memper-
hatikan dan memperhitungkan suara-suara serta keadaan dalam parlemen/DPR.
a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 se-
belum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
100
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi
konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerin-
101
tahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah
dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan
2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah diamande-
men
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi.
Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih men-
dasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya tran-
sisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan
berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah neg-
ara terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presid-
ensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota
MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan par-
lementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelema-
han yang ada dalam sistem presidensial.
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak lang-
sung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau per-
setujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-un-
dang dan hak budget (anggaran)
BAB VI
DEMOKRASI PANCASILA
A. Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi telah ada sejak zaman peradaban Yunani kuno yang di ambil
dari dua suka kata yaitu “Demos” berarti rakyat dan “Cratein” artinya memerintah
atau pemerintah, sehingga disebut menjadi demokrasi hingga sekarang. Pada be-
berapa literatur terdapat terdapa beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli
seperti berikut ini:
1) Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan
dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang men-
jamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada
mayoritas tersebut.” (Menurut C.F. Strong).
2) Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah
yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam
melaksanakan kekuasaan Negara.” (Menurut Hans Kelsen).
Secara umum, demokrasi adalah suatu sistem kenegaraan yang dimana sistem
pemerintahan sebuah negara berupaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat atas neg-
ara serta memiliki hak yang setara dalam mengambil keputusan untuk mengubah
hidup mereka. Bisa dikatakan, dalam demokrasi yang menjadi nomor satu dalam se-
buah negara adalah rakyat. Kegiatan demokrasi dapat kita lihat di negara kita sendiri,
Indonesia. Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yang diutarakan di Athena Kuno
104
pada abad ke-5 SM, dan diambil dari kata demos dan kratos, yang artinya rakyat dan
kekuasaan
Demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dan
pengertian dari demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya menguta-
makan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama (seluruh rakyat). Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang ideologinya terdapat dalam Pancasila, oleh karena itu
setiap sila yang terdapat dalam Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap
rakyatnya sehari-hari untuk menunjang kemajuan negara kita. Pancasila sendiri
dikemukakan oleh Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 yang pada
akhirnya hingga saat ini tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.
Ciri-ciri Demokrasi:
1. Memberikan jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (pasal 28A-J UUD 1945)
2. Kebebasan dalam berkumpul membentuk organisasi, beroposisi untuk setiap
warga negara
3. Seluruh warga negara diberikan perlakukan yang sama di mata hukum (pasal 27
ayat 1 UUD)
4. Kekuasaan dikontrol oleh rakyat yang dilakukan oleh kesatuan perwakilan rakyat
( DPR )
5. Jaminan kekuasaan yang telah disepakati bersama
Ada beberapa jenis demokrasi yang diterapkan negara-negara di dunia, seperti berikut:
Demokrasi Liberal: Mekanisme kerja yang mengacu pada kebebasan dan
mengabaikan kepentingan umum, kekuasaan pemerintah dibatasi oleh undang-un-
dang. Diterapkan pada Amerika, Inggris.
Demokrasi Proletar: Memberikan kesejahteraan pada aeluruh rakyat, tanpa menge-
nal kelas sosial dan kekuasaan sebagai alat yang sah. Dilakukan pada sejumlah ne-
gara komunis, seperti Polandia, Rusia.
Demokrasi Pancasila: Dilakukan dengan penjiwaan berdasarkan arti Pancasila se-
bagai landasan yang bersumber pada tata nilai sosial budaya bangsa, seperti yang
diterapkan di Indonesia.
bukaan UUD 1945 yang berbunyi “….yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”. Kedaulatan rakyat memiliki
arti rakyat yang ikut serta dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diten-
tukan dalam peraturan perundang-undangan.
Demokrasi pancasila memiliki jiwa dan semangat yang didasari dengan nilai-
nilai pada fungsi pancasila. Dalam demokrasi Pancasila, rakyat adalah Subjek de-
mokrasi itu sendiri. Hal ini berarti rakyat secara keseluruhan berhak ikut serta aktif
menyuarakan keinginan dan juga sebagai pelaksana keinginan tersebut. Aspirasi
rakyat kemudian disalurkan melalui perwakilan pada lembaga-lembaga negara yang di
pilih sendiri oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Sejatinya pengertian demokrasi sangat mementingkan kedaulatan rakyat yaitu
kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika dilakukan
dengan benar, akan akan menciptakan kesejahteraan sosial yang merata untuk seluruh
rakyat.
Kita adalah rakyat Indonesia yang tak bisa terpisahkan dengan bumi pertiwi. Di-
mana kita sebagai generasi muda wajib menjunjug tinggi nasionalisme yang didukung
dengan sikap-sikap positif dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang
pada akhirnya tujuan dari semuanya itu adalah untuk kebaikan diri kita semua dan
kemajuan serta kesejahteraan bangsa Indonesia. Dan itu merupakan salah satu tujuan
sederhana yang manfaat luar biasa bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Secara spesifik, berikut ini adalah pengertian demokrasi Pancasila :
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan pada asas kekeluargaan
dan gotong-royong yang ditujukan demi kesejahteraan rakyat, yang mengandung
unsur-unsur berkesadaran religius, yang berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidaklah bersifat mutlak, tetapi
harus diselaraskan atau disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan
cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, se-
hingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
Dalam demokrasi Pancasila terdapat 2 asas yang membentuk, yakni:
106
a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap rakyat, manunggal
dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau dalam arti
menghayati kesadaran senasib dan secita-cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan dan menghargai
aspirasi seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum permusy-
awaratan dalam rangka pembahasan untuk menyatukan berbagai pendapat yang ke-
luar serta mencapai mufakat yang dijalani dengan rasa kasih sayang dan pengorba-
nan agar mendapat kebahgiaan bersama-sama
Pada kenyataannya kini, demokrasi Pancasila di Indonesia telah dinodai oleh
ulah wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab, mereka hanya mementingkan
kekuasaan semata dan melupakan apa yang saat ini dialami oleh rakyatnya. Begitu
banyak warga miskin di Indonesia, mereka sangat butuh bantuan dari pemerintah.
Bukan hanya itu, aspirasi rakyat Indonesia untuk Indonesia yang maju dan lebih
baik pun seakan dianggap angin belaka, aspirasi rakyat seperti ucapan yang begitu saja
mengudara namun menghilang entah kemana. Kini, demokrasi hanya isapan jempol
belaka, pada kenyataannya saat ini di Indonesia kekuasaan bisa mengalahkan kedau-
latan rakyat.
Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara
mandiri di hadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam
mengemukakan pendapat, dan memiliki lembaga-lembaga yang mandiri dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik. Masyarakat madani atau yang disebut
orang barat civil society mempunyai prinsip pokok pluralisme, toleransi, dan hak asasi
(human right), termasuk di dalamnya adalah demokrasi. Bagi bangsa Indonesia,
masyarakat madani menjadi suatu cita-cita bagi negara. Sebagai bangsa yang pluralis
dan majemuk, model masyarakat madani merupakan tipe ideal suatu masyarakat Indonesia
demi terciptanya integritas sosial bahkan integritas nasional.
Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi) men-
urut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat koeksistensi
atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah demokrasi
dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat
madani dapat berkembang secara wajar. Nurcholish Madjid memberikan penjelasan
mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan demokratisasi. Menurutnya,
masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan sim-
bol bagi pelaksanaan demokrasi. Masyarakat madani merupakan elemen yang signi-
107
fikan dalam membangun demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah
terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan adanya
civic engagement, yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial. Civic
engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antara
satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest Gellner
merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap se-
bagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.
Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia, dari sudut pandang pema-
haman masyarakat madani dapat dirumuskan secara sederhana. Rumusan tersebut
yaitu membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratif, dengan landasan
takwa dengan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, serta sahnya nilai-nilai hubungan
sosial yang luhur. Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut yaitu toleransi dan plural-
isme. Keduanya merupakan wujud ikatan keadaban (bond of civility). Maka dari itu,
toleransi dan pluralisme menjadi bagian untuk menwujudkan nilai-nilai keadaban.
Guna mewujudkan terciptanya masyarakat madani, diperlukan berbagai upaya sebagai
berikut:
a. Meningkatkan usaha menciptakan pemerintahan yang baik
Terciptanya pemerintahan yang baik (good government) merupakan tuntutan
masyarakat pada era reformasi. Pemerintahan yang baik menjadi prasyarat untuk
tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani yang sehat. Pemerintahan yang
bersih merupakan sebuah pemerintahan yang efesien dan efektif, profesional, ber-
wibawa, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Ciri khas dari pemerinta-
han yang bersih adalah dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable),
dapat memimpin (capable), pemerintahan bersih (clean government). Melalui pe-
merintahan yang baik, masyarakat dapat menciptakan pembangunan secara merata.
Melalui pembangunan merata, taraf hidup masyarakat pun dapat meningkatkan.
Peningkatan taraf hidup, berarti meningkatkan kesempatan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan. Terpenuhinya kebutuhan merupakan salah satu karakteristik
masyarakat madani.
b. Meningkatkan keseimbangan dalam pembagian kekuasaan
Sebagaimana prinsip trias politika, sautu pemerintahan yang ideal terbagi ke dalam
3 kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiganya terwadahi dalam
lembaga-lembaga negara. Ketiga lembaga harus mampu menjalankan peran sesuai
108
a. Demokrasi dalam bidang politik, pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas
asas negara hukum dan kepastian hukum.
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi, pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak
bagi semua warga negara.
c. Demokrasi dalam bidang hukum, pada hakikatnya adalah pengakuan dan perlindun-
gan hak asasi manusia.
Inti dari Pancasila adalah memandang kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem
demokrasi. Rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri,
partisipasi politikrakyat diakui dan diberi tempat, tetapi dalam kenyataan, praktik
kenegaraan dan pemerintah tidak memberikan ruang bagi kehidupan demokrasi.
Bangsa Indonesia telah menetapkan bahwa pemerintah negara kita adalah pe-
merintahan demokrasi yaitu pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan rakyat
dan bertanggung jawab kepada rakyat. Rakyat sendiri yang menentukan jalannya pe-
merintahan. Untuk itu bangsa Indonesia memilih wakil wakilnya untuk duduk dalam
pemerintahan sebagai lembaga perwakilan rakyat. Sebagai perwujudan untuk memilih
wakil wakil rakyat tersebut, maka dilaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun
sekali.
Pemilu mempunyai makna yaitu merupakan sarana untuk mewujudkan peny-
usunan tata kehidupan bernegara yang dijiwai pancasila dan UUD 1945. Pemilu juga
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan Republik in-
donesia.
Demokrasi Pancasila adalah salah satu demokrasi yang pernah berlaku dan
masih berlaku hingga saat ini di indonesia. Demokrasi pancasila adalah paham de-
mokrasi yang bersumber pada kepribadian dan filsafat hidup bangsaberupa nilai nilai
yan terkandung dalam pancasila. Segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
dan juga UUD 1945 didasarkan pada Pancasila. Oleh karena itu penerapan demokrasi
pancasila harus dijiwai oleh sila sila yang terdapat dalam Pancasila.
Dasar Hukum Pelaksanaan demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Sila ke-4 Pancasila yakni "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan"
b. Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, ".. disusunlah kemerdekaan kebangsaan indone-
sia itu dalam suatu Undang undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat.
112
c. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, "kedaulatan rakyat adalah ditangan rakyat dan dilaksan-
akan menurut undang undang dasar.
d. Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, " Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggot
Dewan perwakilan Rakyat dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum
dan diatur lebih lanjut dengan undang undang.
Pelaksanaan demokrasi di setia negara dipengaruhi oleh kebudayaan, pandangan
hidup, dan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap negara. Indonesia menerapkan sis-
tem demokrasi Pancasila yang berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat,
dengan berpangkal pada paham kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Nilai demokrasi Pancasila merupakan nilai demokrasi yang berpusat pada sepu-
luh pilar demokrasi konstitusional sesuai dengan UUD 1945 dan pancasila dengan
prinsip prinsip sebagai berikut:
1. Demokrasi yang berkebutuhan YME, Maksudnya dalam berdemokrasi sesuai atau
tidak bertentangan dengan norma norma agama.
2. Demokrasi yang menjunjung tinggi hak hak asasi manusia.
3. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat dalam arti kepentingan rakyat
yang diutamakan, wakil wakil rakyat selalu memperjuangkan peningkatan kualitas
kehidupan rakyat.
4. Demokrasi yang didukung oleh kecerdasan warga negara.
5. Demokrasi yang menerapkan prinsip pembagian kekuasaan.
6. Demokrasi yang menjamin berkembangnya otonomi daerah, maksudnya setiap
daerah memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai
keinginan dan kemampuan masing masing.
7. Demokrasi yang menerapkan konsep negara hukum.
8. Demokrasi yang menjamin terselenggaranya peradilan atas bebas, merdeka, dan
tidak memihak.
9. Demokrasi yang menumbuhkan kesejahteraan rakyat.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial, maksudnya tujuan akhir ketatanegaraan ialah
tercapainya keadilan sosial bagi sluruh rakyat Indonesia.
113
BAB VII
HAK ASASI MANUSIA
Secara universal hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh
seseorang sejak lahir sampai mati sebagai anugerah dari Tuhan YME. semua orang
memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dan apa yang dikendakinya selama tidak
melanggar norma dan tata nilai dalam masyarakat. Hak asasi ini sangat wajib untuk di-
hormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah. setiap
orang sebagai harkat dan martabat manusia yang sama antara satu orang dengan
lainnya yang benar-benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada pembeda hak antara or-
ang satu dengan yang lainnya.
HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana karena ia adalah
seorang manusia.
Jack Donnely, mendefinisikan hak asasi tidak jauh berbeda dengan pengertian di
atas. Hak asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia.
Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia dan hak itu merupakan pemberian dari tuhan yang maha esa.
114
John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat. John Locke men-
jelaskan bahwa HAM merupakan hak kodrat pada diri manusia yang merupakan anu-
grah atau pemberian langsung dari tuhan YME.
Secara filosofis, pandangan menurut hak asasi manusia adalah, "jika wacana
publik masyarakat global di masa damai dapat dikatakan memiliki bahasa moral yang
umum, itu adalah hak asasi manusia." Meskipun demikian, klaim yang kuat dibuat
oleh doktrin hak asasi manusia agar terus memunculkan sikap skeptis dan perdebatan
tentang sifat, isi dan pembenaran hak asasi manusia sampai dijaman sekarang ini. Me-
mang, pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan "hak" itu sendiri kontroversial
dan menjadi perdebatan filosofis terus (Shaw, 2008)
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
David Beetham dan Kevin Boyle, HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental
adalah hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-ka-
pasitas manusia.
Rover, HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia.
Hakhak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin,
laki-laki ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak
pernah dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum
nasional di banyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemer-
intah, dan setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
Austin-Ranney, HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara
jelas dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
A.J.M. Milne, HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di
segala masa dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
115
Franz Magnis- Suseno, HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan kar-
ena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang ber-
laku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya kar-
ena ia manusia.
Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan ke-
lahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.
Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang si-
fatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu
holy area.
Dapat disimpulkan bahwa HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak
dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjun-
jung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, ketu-
runan, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di In-
donesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan
seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia
memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan
perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah
satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara
saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelom-
pok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Un-
dang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
(Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pelanggaran terhadap HAM dapat dituntut melalui Pengadilan Hak Asasi
Manusia yaitu Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang be-
116
rat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus olehPengadilan HAM meli-
puti:
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-ang-
gota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusna-
han secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum in-
ternasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan keham-
ilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang di-
dasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional;
117
Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak asasi manusia
dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:
1. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak
asasi pribadi ini sebagai berikut.
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
c. Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing.
hak mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.c. Hak asasi
ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contohnya:
hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang, dan lain-
lain.
c. Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat.
Contohnya: hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengem-
bangkan seni budaya, dan lain-lain.
d. Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan, yaitu hak yang berka-
iatan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya: hak mendapat per-
lindungan hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk
diperlakukan secara adil, dan lain-lain.
e. Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya: dalam penye-
lidikan, dalam penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan ke-
hidupannya.
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pe-
merintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E.
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewar-
ganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggakan-
nya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
122
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk men-
cari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan infor-
masi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang
rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara
politik dari negara lain.
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memper-
oleh pefayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai per-
samaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengemban-
gan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat diku-
rangi dalam keadaan apapun.
123
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif .
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prin-
sip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan mak-
sud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manu-
sia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan,
hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjulnya manusia
juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkemban-
gan kehidupannya dalam masyarakat.
Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan Republik Indone-
sia, bangsa Indonesia mempunyai pandangan mengenai hak asasi dan kewajiban
manusia, yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur
budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah mengeluarkan Deklarasi Uni-
versal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right). Oleh karena
itu, bangsa Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk
menghormati ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut.
124
Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman su-
atu bangsa terhadap citra, harkat dan martabat diri manusia itu sendiri. Bangsa In-
donesia memandang bahwa manusia hidup tidak terlepas dari Tuhannya, sesama
manusia dan lingkungannya.
Bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui dan menjamin serta
menghormati hak asasi manusia orang lain juga sebagai kewajiban. Oleh karena itu,
hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia terpadu dan melekat pada diri
manusia sebagai pnbadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu
bangsa dan warga negara, serta anggota masyarakat bangsa-bangsa. Lembaga-lem-
baga yang terkait dengan HAM adalah
1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
hak asasi manusia di Indonesia dibentuk suatu komisi yang bersifat nasional dan
diberi nama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang bisa
disebut Komisi Nasional. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Rl No 50
Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Menurut Undang-Undang Rl Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pasal 75, antara lain disebutkan tujuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), yaitu:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta Deklarasi Uni-
versal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkem-
bangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan nya berpar-
tisipasi dalam berrbagai bidang kehidupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengka-
jian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi lentang hak asasi manusia
Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi,
dan berintegritas tinggi dalam menghayati cita-cita negara hukum dan negara ke-
sejahteraan yang berintikan keadilan menghormati hak asasi manusia dan kewa-
jiban dasar manusia.
Komnas HAM berasaskan Pancasila. Komnas HAM berkedudukan di Jakarta.
Perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah provinsi, dan daerah kabu-
paten/kota. Warga negara Indonesia yang dapat diangkat menjadi anggota Kom-
nas HAM adalah:
125
4) Lembaga Bantuan Hukum. Bagi warga negara yang tidak mampu membayar
dalam menurut hukum, memiliki biaya untuk melakukan tuntutan hukum.
maka dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan hukum
bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang
suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan,
agama, atau kelompok orang yang membelanya.Tujuan lembaga ini adalah
mencegah adanya ledakan gejolak sosial dan keresahan masyarakat. Keber-
hasilan gerakan bantuan hukum akan dapat mengembalikan wibawa hukum
dan wibawa pengadilan yang selama ini terpuruk di negara kita.
5) Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum. Dalam rangka
pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakai, beberapa fakultas hukum
mengadakan biro konsultasi dan bantuan hukum. Biro ini ditangani oleh
dosen-dosen muda yang masih dalam proses belajar untuk menjadi advokat
profesional.
Hak-hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta konseptual tidak lahir
mendadak sebagaimana kita lihat dalam “Universal Declaration of Human Right” 10
Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam peradaban se-
jarah manusia. Dari prespektif sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh Majelis
Umum PBB tersebut dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan
titik khususnya yang tergabung dalam PBB. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi
manusia sebelum telah muncul ditengah-tengah masyarakat umat manusia, baik
dibarat maupun ditimur kendatipun upaya tersebut masih bersifat lokal, partial dan
sporadikal.
Pada zaman Yunani Kuno Plato (428 – 348) telah memaklumkan kepada warga
polisnya bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indone-
siapun pengakuan serta penghormatan tentang hak-hak asasi manusia telah mulai
berkembang, misalnya dalam masyarakat jawa telah dikenal dengan istilah “Hak
Pepe” yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan pen-
guasa.
128
wajiban asasi manusia .Kata-kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan
UUD 1945, sebagai berikut :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”
mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan
manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…” dalam pengertian bangsa maka
bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama seba-
gaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal
18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-mas-
ing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Neg-
ara Indonesia sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi war-
ganya terutama dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun
tujuan negara yang merupakan tujuan yang tidak pernah berakhir (never ending
goal) adalah sebagai berikut :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Untuk memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun
material tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk
melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi untuk kesejahteraan hidup bersama.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia
pada warganya terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jas-
maniah maupun rohaniah, antaralain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang
politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan agama. Berikut merupakan
131
rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam pasal pasal UUD 1945,
yaitu sebagai berikut:
BAB VIII
KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN
ralasan. Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara, yang didirikan dengan
kekuatan bersama.
Pada umumnya dapatlah dikatakan bahwa suatu negara harus memenuhi
syarat-syarat bagi keberadaan negarayang merupakan unsur penting Negara;. Syarat-
syarat yang dimaksud ialah: pertama harus ada wilayahnya, kedua, harus terdapat
rakyat atau warga negara, ketiga, harus ada pemerintahan yang berkuasa terhadap se-
luruh daerah dan rakyatnya, serta keempat harus ada tujuan, dasar tanggung jawab
bersama, serta untuk kepentingan atau tujuan bersama pula warga negara dituntut un-
tuk aktif terhadap negara. Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih se-
suai, karena mengandung pengertian aktif. Sedangkan istilah hamba atau kawula neg-
ara mengandung pengertian warga yang pasif dan hanyamenjadi obyek negara. Untuk
itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga
negara mempunyai kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab. Sejalan dengan defin-
isi di atas, AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship)adalah anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya le-
bih baik daripada istilah kawula negara, karena kawula negara betul-betul berarti
obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara. Oleh karenanya,
kewarganegaraan menurut AS Hikam mencakup tiga dimensi utama: 1) Dimensi
keterlibatan aktif dalam komunitas, 2) dimensi pemenuhan hak-hak dasar yaitu hak
politik, ekonomi, dan hak sosial kultural, serta 3) dimensi dialog dan keberadaan ruang
publik yang bebas. Pada awalnya, negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia
atau gabungan entitas-entitas yang beragam, lalu disarikan hubungan kesadaran dan
diikat oleh asas kemaslahatan bersama yang dituangkan dalam bentuk system legislasi
dan hukum perundang- ini diberlakukan pada tanah kehidupan yang dinamakan tanah
air (wathan).
Pada gilirannya hubungan tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan neg-
ara. Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara pengertian warga neg-
ara, rakyat dan bangsa. Warga negara adalah pendukung negara atau dalam arti lain
warga sebuah negara yang bersifat aktif. Sedang rakyat adalah masyarakat yang mem-
punyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan penataan oleh negara dan
mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam hubungan keorganisasian neg-
ara. Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek yang sama dengan istilah pendu-
duk. Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara terse-
but. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam suatu neg-
135
ara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang ber-
sangkutan. Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk mempunyai
konsekuensi hukum, yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya. Konsekuensi
hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai penduduk. Pemba-
gian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah penting. Hal ini dikar-
enakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara dengan orang asing
berbeda. Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara adalah terbatas. Per-
bedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada hubungan
yang ada antara Negara dengan warga negara dengan masing-masing kelompok terse-
but. Hubungan antara negara dengan warga negara
lebih erat dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing.
B. Asas Kewarganegaraan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa warga negara merupakan anggota dari sebuah
negara yang mempunyai tanggung jawab dan hubungan timbal balik terhadap neg-
aranya. Seseorang yang diakui sebagai warga negara
dalam suatu negara haruslah ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati dalam negara tersebut. Ketentuan inilah yang nantinya akan menjadi pedo-
man atau asas untuk menentukan kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraan seseorang. Pada umumnya asas kewarganegaraan dapat dibedakan
menjadi dua, yakni asas kewarganegaraan dilihat dari sisi kelahiran serta dari sisi
perkawinan.
Dari sisi kelahiran.
Pada umumnya penentuan kewarganegaraan dilihat dari sisi kelahiran seseorang.
Berdasar sisi kelahiran ini, terdapat dua asas kewarganegaraan, yaitu asas kelahiran
(Ius Soli)dan asas keturunan (Ius Sanguinis), kedua istilah ini berasal dari bahasa latin.
Iusberarti hukum, dalil atau pedoman, Soliberasal dari kata Solumyang berarti negeri,
tanah atau daerah dan Saunginisberasal dari kata Sanguis yang berarti darah.
Berdasarkan pengertian di atas, Ius Solimempunyai arti asas atau pedoman un-
tuk menentukan status kewarganegaraan seseorang dengan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang. Asas ini diasumsikan bahwa seseorang yang terlahir di
136
warganegaraan dalam negara Islam didasarkan atas olehnya seorang warga dalam
menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian umat manusia secara keseluruhan akan dipandang sebagai muslim
atau non muslim dalam sisi kehidupan
mereka dalam menjalankan Islam. Pengelompokam ini semata-mata hanya
dimaksudkan hanya untuk membedakan antara orang-orang Islam dengan
lainnya berkaitan dengan tanggungjawab dan persyaratan mereka dalam
sistem Islam.
Sedangkan pandangan lain menyatakan, sebagai negara ideologi, Islam tetap
membatasi kewarganegaraan bagi mereka yang menetap di wilayahnya saja baik itu
muslim ataupun non muslim dan orang-orang yang telah berimigrasi ke dalamny. Ad-
apun dasar dari statemen ini adalah firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 72, yang
berbunyi: Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang mem-
berikan tempat kediaman dan pertolongan mereka itu satu sama lain saling melindungi
dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi mereka belum berhijrah, maka tidak
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka." (QS. Al Anfal : 7)
C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan
kewarganegaraan seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang
berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.
Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang diantaranya
tebukti dalam sistem kesukuan, dimana anak dari anggota sesuatu suku dengan
sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu.sekarang prinsip ini berlaku di
antaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Misalnya,
kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya
menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-
sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius solli ini belaku juga di Amerika,
Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang, prinsip ius sois ini tidak
138
berlaku. Karena seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya
berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui sebagai warga negara Jepang.
3. Unsur Kewarganegaraan (Naturalisasi)
Walaupun tidak dapat memenuhi prinsip ius sanguinis ataupun ius soli, orang dapat
juga memperoleh kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan atau
naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di berbagai negara
sedikit banyak dapat berlainan, menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi da
situasi negara masing-masing.
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam
pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak menjadi warga negara sesuatu negara. Sedangkan dalam
pewaganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau diwarganerakan oleh sesuatu negara
atau tidak mau diberi atau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang
bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut (Kartasapoetra. 1993: 216-7).
Problem Status Kewarganegaraan. Membicarakan status kewarganegaraan
seseorang dalam sebuah negara, maka akan dibahas beberapa persoalan yang
berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara dan bukan warga
negara dalam sebuah negara. Jika diamati dan dianalisis, diantara penduduk sebuah
negara, ada dantara mereka yang bukan warga negara (orang asing) di negara tersebut.
Dalam hal ini, dikenal dengan apatride, bipatride dan multipatride.
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan. Sedangkan bipatride merupakan istilah yang digunakan untuk
orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain
dikenal dengan dwi-kewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride
adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewarganegaraan seseorang
yang memiliki 2 (dua) atau lebih status kewarganegaraan.
Kasus orang-orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan merupakan
sesuatu yang akan mempersulit orang tersebut dalam konteks menjadi penduduk pada
suatu negara. Mereka akan dianggap sebagai orang asing, yang tentunya akan berlaku
ketentuan-ketentuan peraturan atau perundang-undangan bagi orang asing, yang selain
segala sesuatu kegiatannya akan terbatasi, juga setiap tahunnya diharuskan membayar
sejumlah uang pendaftaran sebagai orang asing.
139
8) Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbu-
dak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak di-
tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak da-
pat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
1) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pem-
belaan negara”.
3) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan;
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
5) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu:
141
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetap-
kan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembe-
laan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan un-
dang-undang.
pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yng
bertanggung jawab terhadap apa yang dikritisi.
3. Membuka Diskusi Dan Dialog
Perbedan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik yang
pasti terjadi di tengah komunitas warga negara, apalagi di tengah komunitas
masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasi konflik yang
ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka membuka ruang untuk berdiskusi dan
berdialog merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap
membuka diri untuk dialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga
negara yang demokrat.
4. Bersikap Terbuka
Sikap terbuka merpakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama manusia,
termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak bisa atau baru serta pada hal-
hal yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas kesadaran akan
pluralisme dan keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri
dan tidak secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5. Rasional.
Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yan harus dilakukan.
Keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang
logis yang ditampilkan oleh warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang
diambil secara tidak rasional akan membawa implikasi emosional dan cenderung
egois. Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan warga negara, baik persoalan
politik, sosial, budaya dan sebagainya, sebaiknya dilakukan dengan keputusan-
keputusan yang rasional.
6. Adil.
Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik yang patut diwujudkan
dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak adil dalah
bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil. Dengan
semangat keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah suatu yang diditekan
tetapi ditawarkan Mayoritas suara bukanlah diatur tetapi diperoleh.
7. Jujur.
Memilki sikap dan sift yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang
niscaya. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan
143
keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan di segala
sektor, baik politik, sosial dan sebagainya.
Kejujuran politik adalah bahwa kesejahteraan warga negara meupakan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi.
Ketidakjujuran politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi partainya,
karena partai itu penting bagi kedudukan.
Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut, merupakan
sikap dan sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan
menampilkan sosok warga negara yang otonom, yakni mampu mempengaruhi dan
berpatisipasi dalam pengembalian keputusan di tingkat lokal secara mandiri.
Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik lanjutan sebagai
berikut:
1. memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau
dimobilisasi, teguh pendirian, dan bersikap kritis pada segenap keputusan
publik.
2. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga negara,
khususnya di lingkungan masyarakatnya yang terkecil seperti RT, RW, Desa,
dan setrusnya. Atau juga di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
3. menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi. Menghargai berarti
menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi orang per orang tanpa
membedakan ras, warna kulit, golongan ataupun warga negara yang lain.
BAB IX
WAWASAN NUSANTARA
A. Latar Belakang Filosofis
Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang
sampai Merauke.
Adapun menurut Skinner yang juga dikutip Nasikun (1988) Indonesia mem-
punyai 35 suku bangsa besar yang masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis
yang banyak.
4) Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan, Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak se-
jarahnya adalah:
a. 20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia
b. 28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah
Pemuda
c. 17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia
lak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya
bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.
1) Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90%
untuk daerah.
2) Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
3) Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat
dan 80% untuk daerah.
4) Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam,
70% untuk pusat dan 30% untuk daerah.
Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya “Dana Alokasi
Umum” yang dialokasikan untuk daerah-daerah dengan perimbangan ter-
tentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam negeri
APBN, sebagai perimbangan.
BAB X
KETAHANAN NASIONAL
156
b. Tidak lagi diusahakan adanya suatu devenisi, sebagai gantinya dirumuskan apa
yang dimaksud kan dengan istilah ketahanan nasional.
c. Jika dahulu ketahanan nasional di identikkan dengan keuletan dan daya tahan,
maka ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis yang berisikan
keuletan dan ketangguhan, yang berarti bahwa kondisi itu dapat berubah.
d. Secara lengkap dicantumkan tantangan, ancaman , hambatan, serta ganguan.
e. Kelangsungan hidup lebih diperinci menjadi integritas, identitas, dan
kelangsungan hidup.
Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia Jendral Suharto di
depan siding DPR tanggal 16 Agustus 1975, dikatakan bahwa ketahanan nsional
adalah tingkat keadaan dan keuletan dan ketangguhan bahwa Indonesia dalam
menghimpun dan mengarahkan kesungguhan kemampuan nasional yang ada
sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu dan sanggup menghadapi
setiap ancaman d an tantangan terhadap keutuhanan maupun kepribadian bangsa
dan mempertahankan kehidupan dabn kelangsungan cita-citanya.
Karena keadaan selalu berkembang serta bahaya dan tantangan selalu
berubah, maka ketahanan nasional itu juga harus dikembangkan dan dibina agar
memadai dengan perkembangan keadaan. Karena itu ketahanan nasional itu bersift
dinamis, bukan statis.
Ikhtiar untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kokoh ini bukanlah hl
baru bagi kita. Tetapiu pembinaan dan peningkatannya sesuai dengan kebutuhan
kemampuan dan fasililitas yang tersedi pula.
Pembinaan ketahanan nasional kita dilakukan dipelgai bidang: ideology, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam, baik secara serempak maupun menurut
prioritas kebutuhan kita.
2. Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Trigatra.
Untuk memberi gambaran umum tentang Indonesia, marilah kita membahas dahulu
dari segi aspek-aspek alamiah atau Trigatra dengan mulai meninjau:
a. Aspek lokasi dan posisi Geografis Wilayah Indonesia. Jikalau kita melihat letak
geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia, maka akan nampak jelas bahwa
wilayah Negara tersebut merupakan suatu kepulauan, yang menurut wujud
kedalam, terdiri dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau didalamnya. Yang
dalam bahasa asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar, kepulauan itu
merupakan suatu archipelago yang terletak antara benua Asia disebelah utara
159
dan benua Australia disebelah selatan serta samudra Indonesia disebelah barat
dan samudra pasifik disebelah timr.
b. Berhubungan letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu,
maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geograpis
ditengah tengah jalan lalu lintas silang dunia. Karena kedudukannya yagn
strategis itu, dipandang dari tiga segi kesejahtraan dibidang politik, ekonomi dan
sosial budaya Indonesia telah banyak mengalami pertemuan dengan pengaruh
pihak asing (akulturasi).
Menurut catatan Indonesia terdiri dari wilayah lautan dengan 13.667 pulau besar
dan kecil, diperkirakan 3.000 pulau diantaranya yang dialami penduduk.
c. Luas pulau-pulau diperkirakn 735.000 mil persegi, sedangkn luas perairannya
ditaksir 3 sampai 4 kali luas tanah (pulau-pulau). Jarak antara ujung barat
sampai ujung timur adalah kira-kira 3.200 mil.
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keu-
letan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan
tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (idenpend-
ency) ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntun-
gkan dalam perkembangan global (interdependent).
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung
pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan strategisnya. Hal ini se-
suai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan peru-
bahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nas-
ional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan
untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan berkesin-
ambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan Nasional In-
donesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki
oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif
dan atagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuata fisik semata, tetapi le-
bih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan, moral dan kepribadian bangsa.
D. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kedudukan:
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh se-
luruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementas-
ikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang
ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan se-
bagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan
UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b. Fungsi:
162
Ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu dipa-
hami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola
kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah),
inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak
ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila
penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana,
yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga ber-
fungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan
arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang
dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancan-
gan program.
E. Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup
bangsa dan negar serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti
dibawah ini:
1) Ketangguhan. Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
2) Keuletan, Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam meng-
gunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
3) Identitas, Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Neg-
ara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh
wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan
peran internasionalnya Integritas, Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nas-
ional suatu bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.
4) Ancaman, Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan
politis.
163
5) Hambatan dan gangguan, Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri
sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional.
Konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan
nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan
bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-
besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan
keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman
dari luar maupun dari dalam.
a. Aspek Ekonomi
Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang egara dari
luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan perekonomian bangsa dan egara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
b. Aspek Sosial Budaya
Ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam secara langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan ke-
hidupan sosial budaya.
c. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia mengandung keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan dalam mengembangkan, menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan
hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam yang secara langsung maupun
tidak langsung membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Aspek Politik
164
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan politik
bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia ber-
dasar Pancasila dan UUD 1945.
e. Aspek Ideologi
Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa Indonesia. Keta-
hanan ini diartikan mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung memba-
hayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
1. Pengertian Politik
Politik (etimologis) adalah segala sesuatu yag berkaitan dengan urusan yang
menyangkut kepentingan dari sekelompok masyarakat (negara). Secara umum
politik mempunyai dua arti, yaitu poplituik dalam arti kepentingan umum (politics)
dan politik dalam arti kebijakan (policy). Politik dalam arti politics adalah
rangkaian asas/prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yag akan digunakan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan politik dalam arti policy adalah penggunaan
pertimbangan tertentu yang dapat menjamin terlaksananya usaha untuk
mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dikehendaki.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem negara dan upaya-upaya
dalam mewujudkan tujuan itu, pengambilan keputusan (decision making) mengenai
seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan-
kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian
atau alokasi dari sumber-sumber yang ada.
Hal-hal yang berkaitan dengan Politik:
a) Negara
167
Politik Nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian) serta
penggunaan secara kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Dalam
melaksanakan politik nasional maka disusunlah strategi nasional. Misalnya strategi
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Strategi Nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional.
D. Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tingkat penentu kebijakan puncak.
Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional dan mencakup
penentuan undang-undang dasar. Menitik beratkan pada masalah makro politik
bangsa dan negara untuk merumuskan idaman nasional berdasarkan falsafah
Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan tingkat puncak dilakukan oleh MPR. Dalam
hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti tercantum pada
pasal 10 sampai 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak termasuk
kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan
nasional yang ditentukan oleh kepala negara dapat berupa dekrit, peraturan atau
piagam kepala negara.
2. Tingkat kebijakan umum.
Merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan puncak, yang lingkupnya
menyeluruh nasional dan berisi mengenai masalah-masalah makro strategi guna
mencapai idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.
3. Tingkat penentu kebijakan khusus.
Merupakan kebijakan terhadap suatu bidang utama pemerintah. Kebijakan ini
adalah penjabaran kebijakan umum guna merumuskan strategi, administrasi, sistem
dan prosedur dalam bidang tersebut. Wewenang kebijakan tingkat di atasnya.
4. Tingkat penentu kebijakan teknis.
Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sektor dari biang utama dalam
bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program dan
kegiatan.
5. Tingkat penentu kebijakan di daerah
Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di daerah terletak
pada Gubernur dalam kedudukannnya sabagai wakil pemerintah pusat di daerahnya
masing-masing. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah
daerah dengan persetujuan DPRD. Kebijakan tersebut berbentuk Peraturan Daerah
(Perda) tinkat I atau II. Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan
Gubernur/Kepala Daerah tingkat I, Bupati/Kepala Daerah tingkat II atau
Walikota/Kepala Daerah tingkat II.
E. Politik Pembangunan Nasional Dan Manajemen Nasional
170
1) Politik Pembangunan.
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia,
untuk itu pembangunan di segala bidang perlu dilakukan. Dengan demikian
pembangunan nasional harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
Makna pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Dan pelaksanaannya bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab
seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat
lahiriah maupun batiniah yang selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya
pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat
Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin.
2. Manajemen nasional.
Manajemen nasional pada dasarnya merupakan suatu sistem sehingga lebih tepat
jika kita menggunakan istilah sistem manajemen nasional. Layaknya sebuah sistem,
pembahasannya bersifat komprehensif, strategis dan integral. Orientasinya adalah
pada penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara
menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian sistem manajemen nasional dapat
menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman dan sarana bagi perkembangan proses
pembelajaran maupun penyempurnaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang
bersifat umum maupun pembangunan.
Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara
tata nilai, struktur dan proses untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya nasional demi
mencapai tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi
171
Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab tetap seperti yang
dirumuskan saat ini yaitu memberdayakan daerah, termasuk masyarakatnya,
mendorong prakarsa dan peran serta, masyarakat dalam proses pemerintahan dan
pembangunan. Pemerintahan juga tidak lupa untuk lebih meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas penyelanggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan,
pembangunan dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI. Asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, diselenggarakan secara proposional sehingga saling menjunjung.
172
bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi
muda.
5. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga
harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
b. Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata.
1. Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indo¬nesia yang
bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya nasional yang
mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup
bermasyarakat, dan membangun peradaban bangsa.
2. Merumuskan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, untuk memberikan rujukan
sistem nilai bagi totalitas perilaku kehidupan ekonomi, polirik, hukum dan
kegiatan kebudayaan dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional dan
peningkatan kualitas berbudaya masyarakat.
3. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya dalam rangka memilah-
milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk menghadapi tantangan
pembangunan bangsa di masa depan.
4. Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian untuk memberi
inspirasi bagi kepekaan terhadap totalitas kehidupan dengan tetap mengacu pada
etika, moral, estetika dan agama, serta memberikan perlindungan dan
penghargaan terhadap hak cipta dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.
5. Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai media massa
kreatif untuk meningkatkan moralitas agama serta kecerdasan bangsa,
pembentukan opini publik yang positif, dan nilai tambah secara ekonomi.
c. Kedudukan dan Peranan Perempuan
1. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang
mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan, keadilan gender.
2. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan
tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis
perjuangan kaum perempuan dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan
perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
d. Pemuda dan Olahraga
174
b. Papua
1) Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman
176
BAB XII
KONSEP GEO POLITIK DAN GEO
STRATEGI INDONESIA
A.Konsepsi Geopolitik
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti
bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara ; dan teia yang berarti urusan
(politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Sebagai acuan ber-
sama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebi-
180
ritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar
tujuan nasional.
5.Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai kebutuhan
dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti Law and order,
Welfare and prosperity, Defence and security, Juridical justice and social justice,
freedom of the people.
Konsepsi dasar Ketahanan Nasional. Model Astagatra merupakn perangkat
hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi de-
gan memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek kehidupan nasional,yaitu:
:
1). Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :
a). Gatra letak dan kedudukan geografi.
b). Gatra keadaan dan kekayaan alam
c). Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
2). Lima aspek (panca gatra) kehidupan social, yaitu:
a). Gatra ideology.
b). Gatra Politik
c). Gatra ekonomi
d). Gatra social budaya
e). Gatra pertahanan dan keamanan. Terdapat hubungan korelatif dan interde-
pendency diantara ke-8 gatra secara komprehensif dan integral.
Komponen strategi astra gatra dan tri gatra (tangible) bersifat kehidupan alamiah:
1. Letak geografi Negara.
2. Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang di at-
mosfer, muka maupun perut bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asas mak-
simal, lestari, dan daya saing.
3. Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)
Pancagatra (intangible) kehidupan social.
4. Ideologi adalah value system.
5. Politik adalah penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan ke-
hidupan politik masyarakat. sistem politik harus mampu memenuhi lima
fungsi utama:
a). Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik.
b). Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflik.
c). Penyesuaian dengan perubahan dalam masyarakat
d). Pencapaian tujuan
e). Usaha integrasi.
6. Ekonomi (Sda, Tenaga kerja, Modal, Teknologi).
7. SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nasional, Kepribadian nas-
ional)
8. HANKAM meliputi faktor-faktor:
a). Doktrin.
b). Wawasan Nasional.
c). Sistem pertahanan keamanan.
d). Geografi.
e). Manusia.
f). Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat.
g). Material.
h). Ilmu pengetahuan dan teknologi.
i). Kepemimpinan
j). Pengaruh luar negeri
dasar hidup dan kehidupan (kesejahteraan dan keamanan). Kesejahteraan atau hidup
yang hendak dicapai untuk mewujudkan ketahanan nasional Indonesia dapat
digambarkan sebagai kemampuan bangsa dan negara menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 menjadi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sedangkan keamanan atau kehidupan yang ingin dicapai adalah
kemampuan bangsa dan negara Indonesia untuk mlindungi nilai-nalai nasional itu
terhadap ancaman dari dalam maupun luar.
Ciri-ciri Ketahanan Nasional Indonesia
Berdasarkan pengertian dan konsepsi ketahanan nasional di atas, maka
ketahanan nasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Merupakan kondisi suatu bangsa.
b. Difokuskan untuk mempertahankan eksistensi dan mengembangkan kehidupan
bangsa.
c. Berisi keuletan dan ketangguhan dalam mengembangkan kekuatan nasional.
d. Ketahanan nasional bukan untuk pertahanan, tetapi untuk menghadapi ATHG baik
dari luar maupun dari dalam dan secara langsung atau tak langsung.
F. Perdamaian Dunia
1. Pengertian
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,
perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan.
Kedua, perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki
ketika transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan.
Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif
tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik.
Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang
dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti ini
terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ.
Perdamaian bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti
kekerasan. Lebih jauh dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian
keadilan dan kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran
185
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa
memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya
dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil langkah-
langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan
budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di
masyarakat Indonesia serta dunia.
2. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh
terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang
sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat
atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “tidak perduli” atas isu dan
seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk
hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera.
Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat
dan Negara di dunia ini.
3. Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian
ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian
dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power
atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus
berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada
Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan
justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka
terus dibeli.
4. Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan,
kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang
diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku
beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta
mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama
187
yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta
aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-
masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat
yang kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi
perdamaian dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang
tidak semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di
tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan
berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah,
tidak egois dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk
kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain,
kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan
tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian. Setelah
terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu
adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita. Contohnya dengan:
1. Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.
2. Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
3. Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-
istiadat, agama, ras, dan status sosial.
4. Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan
baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.
dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Peran serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian
dunia memang sudah bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade
awal kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif
melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi
perdamaian dunia telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan
perkembangan lingkungan strategis serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif
dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas para pejuang
perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun civilian experts
telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah mendapatkan kepercayaan
dalam mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang
tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB,
tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper
kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi
sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang
dingin yang ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat
dunia bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS
dengan US – memang tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru
berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet,
Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya
yang serius diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa), sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat
kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah
badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar
negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan
perdamaian dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa
contoh pasukan perdamaian tersebut, sebagai berikut:
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
189
Libanon sebagai bagian dari UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon) pada
September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan
PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB, yaitu :
1. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
2. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
3. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan
ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan
sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan
perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Peran dan kontribusi
Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai
misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya perdamaian di kawasan
seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta
menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif
diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban
kepercayaan masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan
Keamanan sebagai badan yang efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan
global dibidang perdamaian dan keamanan saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya
dibidang diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV,
yang memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
4. Keamanan dan Pertahanan Negara
Sistem Pertahanan dan Keamanan negara adalah suatu sistem pertahanan dan
keamanan yang komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan
kekuatan nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara dalam mencapai tujuan nasional. Komponen kekuatannya terdiri
dari berikut ini:
1. Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
191
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan kuliah di perguruan tinggi, Edisi
Kedua
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional, Konteks Teori dan Profil
Pembelajaran
Membangun Karakter dan Kperibadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, penerbit Ghalia Indonesia, Juli 2010
e-book Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Gunadarma
193
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
f. Dalam bidang ideologi
g. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
a. Dalam bidang ideologi
b. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.