Anda di halaman 1dari 196

1

PENDIDIKAN PANCASILA &


KEWARGANEGARAAN
==================================================

DR.H. SYAHRI NEHRU HUSAIN. M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014
2

SILABUS MATA KULIAH

1. Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


2. Jumlah sks :3
3. Perguruan Tinggi: Poltekkes (Jurusan GIZI, Analis, Farmasi, Akbid.
4. Dosen : Dr.H.Syahri Nehru Husain, M.Pd
HP: 085241526975, 081341692199, Tlp. (0401) 3122868.
5. Deskripsi materi : Materi ini membahas tentang; falsafah yang mendasari
pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila sbg
Sistem Filsafat, Pancasila Sebagai Sistem Etika, Pancasila sebagai Ideologi bangsa,
Identitas Nasional, Sistem Konstitusi, Demokrasi, Hak azasi manusia, konsep
kewarganegaraan, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi
nasional, Konsep Geo Politik dan Geo Strategi Indonesia.

6. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat:


1. Menjelaskan dan penguraikan tentang konsep dasar filsafat Pancasila.
2. Menjelaskan dan penguraikan tentang ideologi bangsa.
3. Menjelaskan dan penguraikan tentang identitas nasional.
4. Menjelaskan dan penguraikan tentang sistem konstitusi.
5. Menjelaskan dan penguraikan tentang demokrasi dan pelaksanaannya.
6. Menjelaskan dan penguraikan hak azasi manusia.
7. Menjelaskan dan penguraikan konsep-konsep kewarganegaraan.
8. Menjelaskan dan penguraikan wawasan nusantara.
9. Menjelaskan dan penguraikan ketahanan nasional Indonesia
10. Menjelaskan dan penguraikan politik dan strategi nasiona.
11. Menjelaskan dan penguraikan geo politik dan geo strategi Indonesia.
3

7. Rincian tiap perkuliahan

Perkuliahan
ke... Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian dan asas-asas
1. Konsep Kewarganegaraan Kewarganegaraan.
2. Hak dan Kewajiban Warganegara
3. Konsepsi tentang Negara
1. Pengertian Wanus
2. Wawasan Nusantara 2. Tujuan, Unsur, dan asas Wanus
3. Sasaran Implementasi Wanus dalam
Kehidupan Nasional

3. Katahanan Nasional a. Pengertian Tannas


b. Latar Belakang Konsepsi Tannas
c. Perkembangan Konsepsi Tannas
d. Hakikat Tannas

4. Katahanan Nasional e. Asas Tannas


f. Sifat Tannas
g. Pengaruh Tannas dalam Kehidupan
berbangsa dan bernegara
h. Keberhasilan Tannas Indonesia

5. Politik dan Strategi Nasional 1. Pengertian politik, negara,


kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan umum, distribusi
kekuasaan.
2.Pengertian strategi, pengertian politik
dan strategi nasional.
3. Dasar pemikiran penyusunan
Polstranas.
 Politik Nasional
 Strategi Nasional
 Politik dan Strategi Nasional.

6. Politik dan Strategi Nasional 4. Proses Penyusunan Politik dan


strategi nasional.
5. Stratifikasi Politik dan strategi
nasional dan daerah.
6. Politik pembangunan nasional.
7. Manajemen Nasional

7. Politik dan Strategi Nasional Pelaksanaan Otonomi Daerah


4

8. Mid Semester Materi 1 s/d 7

9. Politik dan Strategi Nasional Good Governance


1. Pengertian Good Governance,
2. Urgensi Good Governance dalam
penyelenggaraan negara,
3. Pelaksanaan sistem pemerintahan,
partisipasi dalam menegakkan Good
Governance dalam organisasi publik
dan pemerintahan

10. Geopolitik Indonesia 1. Konsep Astagatra Indonesia


2. Indonesia dan Perdamaian Dunia

11. Geostrategi Nasional Geostrategi Indonesia yaitu:


- Ketahanan Nasional
- hakekat dan konsep dasar ketahanan
nasional Indonesia,
- pengaruh aspek ketahanan nasional se-
cara holistic integral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan berne-
gara, memiliki komitmen untuk men-
jaga keutuhan NKRI

12. Implementasi Poltranas Bidang Hukum dan Politik

13 Implementasi Poltranas Bidang Sosial

14 Implementasi Poltranas Bidang Budaya dan Kemasyarakatan

15 Implementasi Poltranas Bidang Ketertiban dan Keamanan

16 Ujian Final semester Materi 9 s/d 15

8. Pendekatan Pembelajaran
Ekspositori dan inkuiri
 Metode : Ceramah, Diskusi, Studikasus/seminar
 Tugas : Makalah Individu/ kelompok
 Media : Whiteboard, LCD, Komputer, OHP
5

9. Evaluasi
Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh
prestasi yang bersangkutan dalam :
 Partisipasi kegiatan kelas
 Pembuatan dan penyajian tugas/seminar
 UTS dan UAS

7. Daftar Sumber Kepustakaan.


Pendidikan Kewarganegaraan , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan kuliah di perguruan tinggi,
Edisi Kedua
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional, Konteks Teori dan
Profil Pembelajaran
Membangun Karakter dan Kperibadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, penerbit Ghalia Indonesia, Juli 2010
e-book Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Gunadarma
6

BAB I
PANCASILASEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian FILSAFAT
Kata filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan ja-
man akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam ke-
budayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris;
“philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Philos = (suka, cinta), dan
Sophia= (kebijaksanaan). Jadi kata filosofi berarti cinta kepada kebijaksanaan. Ter-
dapat beberapa hal pengertian filsafat:
Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang in-
formal tentang filsafat atau kata "mempunyai filsafat", misalnya ketika seseorang
berkata: "Filsafat saya adalah...", ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap
apa yang dibicarakan.
Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari "berfilsafat".
Dua arti filsafat, "memiliki dan melakukan", tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu
dari lainnya. Oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal
dan personal, seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan re-
flektif (reflective sense).
Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Filsafat ber-
usaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Seorang ahli
filsafat ingin melihat kehidupan, tidak dengan pandangan seorang saintis, seorang pen-
gusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh ,
mengatasi pandangan-pandangan yang parsial.
Beberapa definisi tentang filsafat yang dikemukakan oleh:
Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang
asli.
7

Aristoteles
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung did-
alamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Al Farabi
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi
dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan penget-
ahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya
.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala penge-
tahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/08/pengertian-filsafat/
Sidi Gazalba
8

Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya
didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

B. Karakteristik Berpikir Filsafat


Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat adalah:
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika.
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas oleh Antropologi Filsafat.
4. Apakah ajaran filsafat itu? Masalah ini dibahas dalam khasanah ilmu yaitu:
1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam
semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran
materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme
humanistis.
2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang si-
fatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan
idealisme objektif.
3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak
(absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat berpikir filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai dasar dalam bertindak.
2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

Karakteristik Berfikir Filsafat adalah: 1. Sistematis 2. Mendalam 3. Mendasar 4.


Analitis 5. Komprehensif 6. Spekualatif 7. Representatif 8. Evaluatif.

C. Obyek dan Aliran-Aliran Filsafat


9

a. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak
terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek
manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir
aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil
pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut
suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan
berkembang menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme)
seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukup mempen-
garuhi kehidupan bangsa dan negara modern.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak
terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan
menjadi:
a. obyek material filsafat: yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup
segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam,
benda, binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual
seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b. obyek formal filsafat: cara memandang seorang peneliti terhadap objek
material tersebut. Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut
pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah:


a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis
yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam
kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan, dan antropologi.
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau
kebenaran.
10

c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh


pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
tentang baik-buruk
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahanke-
jelekan.
2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang
adalah sebagai berikut:
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua
realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan
terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang
bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit
manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia
sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan
kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama sekali tidak
menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan
kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas
adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda
(materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan
akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh
karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang
non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam
gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sin-
tesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.
D. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1. Sistem Filsafat
11

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya
saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling
bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan
yang utuh.
Filsafat adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk men-
cari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui se-
bagai nilai kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,
Weltanschauung).
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat ma-
jemuk dan beragam dalam artian Bhineka Tunggal Ika. Esensi seluruh sila-silanya
merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia
dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek ma-
teri filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit
(manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup).
Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
1.Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Dasar Negara atau sering juga
disebut sebagai Dasar Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi Negara, hal ini
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur penyeleng-
garaan pemerintahan. Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai
fungsi dan kedudukan sebagai kaidah Negara yang fundamental atau mendasar,
sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum.
2. Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.  Dalam ilmu hukum istilah
sumber hukum berarti sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab timbulnya
aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber hukum dasar nas-
ional, yaitu segala aturan hukum yang berlaku di negara kita tidak boleh ber-
tentangan dan harus bersumber pada Pancasila.
3. Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Pandan-
gan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua aktifitas
kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila daripada
Pancasila, karena Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang di-
miliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang
dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. 
12

4. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai


jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia. Jadi Pancasila lahir dari
jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai yang dimi-
likinya.
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. Pada saat bangsa Indone-
sia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia
telah sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kesepakatan
itu terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila seba-
gai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai Ideologi Negara
merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam
Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara
Kesatuan RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
7. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa. Bangsa Indonesia yang pluralis dan
wilayah Nusantara yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat ap-
abila Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila mem-
punyai nilai-nilai umum dan universal sehingga memungkinkan dapat mengako-
modir semua perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pi-
hak.

Sila-sila pancasila merpakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (seba-
gai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan sila lainnya terpisah- pisah, maka itu bukan pancasila. Susunan pan-
casila dengan sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Menurut Ruslan Abdul Gani, pancasila dikatakan sebagai filsafat negara kar-
ena: Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu sis-
tem yang tepat.
13

Pancasila sebagai suatu substansi artinya unsur asli/permanen/primer pan-


casila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya
sendiri.
Pancasila sebagai suatu realitas artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pokok kajian Pancasila sebagai sistem filsafat adalah:
Kajian Ontologis sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pan-
casila. Menurut Notonagoro hakikat dasar ontologis pancasila adalah manusia.
Mengapa? Karena manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha esa, berkemanusi-
aan yang adil dan beradab, berkesatuan indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan,2005)
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari
hakikat pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu). Kajian ini tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya
yaitu Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk
pyramidal.
Kajian aksiologis filsafat pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai prak-
sis atau manfaat suatu pengetahuan tentang pancasila.istilah nilai dalam kajian
filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan se-
bagai keberhargaan atau kebaikan dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan keji-
waan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frankena:229). Nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai ada-
lah kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan kenyataan yang ada. Nilai ada
bersifat material non materil, nilai material relatif mudah diukur menggunakan
panca indra ataupun alat pengukur dan, tetapi nilai yang bersifat rohaniah sulit di-
uku r namun dilakukan dengan hati nurani manusia. Notonegoro berpendapat
bahwa nilai pancasila termasuk nilai kerohanian yang mengakui nilai moral dan vi-
tal. Pancasila mempunyai nilai lengkap Dan harmonis seperti nilai material, vital,
14

estetis, kebenaran serta mengandung nilai kebaikan dan nilai moral serta nilai kesu-
cian yang tersusun secara hierarkis berbentuk piramida dengan Sila pertama men-
jadi basis dari semua sila.
3. Penjabaran Filsafat Terhadap Objek filsafat Pancasila.
a. Objek material, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Pancasila adalah se-
suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusnya jelas yaitu: Ketuhanan yang
maha esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan
yang dipimpin dalam. permusyawaratan/perwakilan. Keadilan sosial bagi se-
luruh Indonesia.
b. Objek formal, yaitu hakekat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan
konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,se-
bagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan ne-
gara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri se-
cara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada
dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem ni-
lai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan
bangsa Indonesia sepanjangsejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan
luar yang sesuai sehingga ecara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam
Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidu-
pan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad
bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta
perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tin-
dakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka
dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja
yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh
para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara
Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga
15

BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus
ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang meru-
pakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan
dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkem-
bangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka
menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata
kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat
dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa
lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang
merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan
dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu:
a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari
Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran
agama dalam kitab suci.
b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari
nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat
yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem. Pancasila yang ter-
diri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara ke-
seluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. suatu kesatuan bagian-bagian.
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sis-
tem).
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,
fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu
16

kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya
tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia se-
bagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani,
sifat kodrat individu-mahluk
sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat orga-
nis harmonis.
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal
urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila
Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari sila-
sila sebelumnya atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pan-
casila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keselu-
ruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila
berikutnya. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada
landasan, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu,
hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia.
Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus
sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila
keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat;
dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat
adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal
17

adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan
serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Sal-
ing Mengkualifikasi Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hi-
rarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi.
Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya,
dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keem-
pat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan
saling mengkualifikasi
adalah sebagai berikut: sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
E. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya
sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila
Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan
makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila
akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan
pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.
Aspek Ontologis menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau
eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat
18

sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat
yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada,
dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kos-
mologi.
Ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukungnya adalah manusia, yakni: yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manu-
sia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks
negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok Negara
adalah rakyat (manusia).
Aspek Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia
sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana
manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu
pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah
bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya,
syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika
dan teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu
sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman
atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai
dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah
menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system)
sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu: 1.
logos (rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3. ethos
(kesusilaan). 3. Aspek Aksiologi. Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran
dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menye-
lidiki:
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
19

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan


penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan
(menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan
demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber
nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,
ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga
sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur
yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya,
sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang
dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
Sebagaimana dijelaskan pada paragraf pertama, makna dasar Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedo-
man diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan
lainnya. Misal: Ketika kita mengkaji sila kelima yang intinya tentang keadilan. Maka
harus dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain artinya:
a. Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)
b. Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
c. Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3)
d. Keadilan yang Demokratis

Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup, bukan hanya di nilai satu per-
satu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing-masing
memiliki tujuan tertentu.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia:
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pan-
casila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara:
Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam ke-
hidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik Indonesia.
Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak meremehkan terhadap orang
20

yang lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu
berfikiran positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.
Contoh.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu
itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya.
 Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa Indonesia itu
sendiri yang memiliki nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
 Tentang kebenaran pengetahuan Pancasila berdasarkan tingkatnya, maka Pan-
casila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal manusia. Potensi yang
terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam kaitannya
dengan pengetahuan positif. Pancasia juga mengakui kebenaran pengetahuan
manusia yang bersumber pada intuisi/perasaan.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran
wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan
sistem pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.
Aspek axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber
nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai alamiah & jasmaniah, ta-
nah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari. Menurut tinggi
rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut:
1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusi.
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia.
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak
manusi.
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mut-
lak.
Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan bersum-
ber pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha esa. Sistem Filsafat Pancasila
mengandung citra tertinggi terbukti dengan berbedanya sistem filsafat pancasila
dengan sistem filsafat lainnya, Berikut adalah ciri khas berbedanya sistem filsafat pan-
casila dengan sistem filsafat lainnya:
21

1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh (sebagai
satu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu
sila dengan sila yang lainnya terpisah-pisah,maka ia bukan Pancasila.
2. Prinsip – prinsip filsafat Pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh:

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif
dan Subyektif. Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, uni-
versal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya
sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa yang akan dating, untuk
bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara eksplisit tampak dalm
adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat seba-
gai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber
hokum positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib hukum di Indone-
sia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat
diubah secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Seba-
gai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaa UUD 45
itu diubah maka sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17 Agus-
tus 1945.

Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut:


1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai yang ter-
dapat dalam pancasila merupakan hasil dari pemikiran, panilaian, dan refleksi
filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi pancasila berbeda denagn ideo-
logy-ideologi lain karena isi pancasila diambil dari nilai budaya bangsa dan re-
ligi yang telah melekat erat, sehingga jiwa pancasila adalah jiwa bangsa Indone-
sia sendiri, sedangkan ideology lain seperti liberalis, sosialis, komunis, dan lain
sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.
2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandan-
gan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek ke-
hidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadi cermin jati diri bangsa yang
22

diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijak-
sanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indone-
sia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya
akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.

Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak dalam produk
peraturan perundangan yang berlaku, dengan kata lain, peraturan perundangan harus
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.

BAB II
23

Pancasila Sebagai Sistem Etika


A. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Nilai
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem
nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh
karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang
memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata  dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman.
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) dalam bentuk tunggal artinya pa-
dang rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan bentuk jamak artinya ke-
biasaan. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang ke-
biasaan.
Kata yang dekat dengan etika adalah moral, berasal dari bahasa Latin “mores”
artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti
susila. Moral ialah sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan wajar. Etika lebih bersifat teori, sedangkan moral
menyatakan ukuran. Sedangkan istilah moralitas adalah sifat moral yang berken-
aan dengan baik dan buruk. Kata yang juga sering dipakai adalah etiket, artinya
sopan santun, sehingga ada perbedaan antara etika dan etiket.
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pan-
dangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap
dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika
yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.
a. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tin-
dakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya mem-
24

bicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai
apa yang terkandung didalamnya.
b. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik  sebagai individu (etika indi-
vidual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2
macam yaitu Etika Individual dan Etika Sosial.
c. Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
d. Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubun-
gannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
pelbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun  mahluk sosial (etika sosial) (Suseno, 1987).
2. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda un-
tuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik mi-
nat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi men-
dorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya.
Prof. Notonegoro membedakan nilai kedalam 3(tiga) macam :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu  yang berguna begi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat men-
gadakan kegiatan atau aktifitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesutau yang berguna bagi rohani manusia.
Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanian yakni yang di dalamnya terkandung
nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, baik nilai materil, nilai vital, nilai kebe-
naran. Nilai estetis, nilai ethis/moral maupun nilai religius seperti yang tampak
25

pada susunan sila-sila pancasila yang sistematis,hierarkhis, dimulai dari sila per-
tama sampai kelima.
Prof. Dardji Darmodihardjo mengklasifikasikan tentang nilai antara lain sebagai
berikut:
1. Nilai dasar, yaitu nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, ab-
strak, umum, tidak terikat dengan  waktu dan tempat. Dalam sistem ketatane-
garaan nilai dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis, pembukaan dan
Batang Tubuh yang memuat kaidah yang hakiki antara lain cita-cita, tujuan na-
sional, tatanan dasar dan ciri khasnya.
2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan
kinerja untuk waktu dan kondisi, mempunyai sifat dinamis konstekstual dan
mengikuti perkembangan zaman. Nilai di tuangkan dalam bentuk norma. Nilai
ini tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan  yang menindak lanjuti
UUD, misal UU dan peraturan pelaksanaan termasuk konvensi. Kongkritnya
diperlukan strategi dan kebijaksanaan.
3. Nilai praksis, yaitu merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental.
Nilai prakis dalam wujud penarapannya nilai pancasila oleh organisasi kegiatan
politik, ormas, badan-badan ekonomi, pemimpin kemasyarakatan, warganegara
perseorangan. Dalam kenyataan sehari-hari nilai prakis terkandung dalam cara
bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai pancasila.
3.  Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain:
a. Norma agama          : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-   
                                      sumber pada agama.
b. Norma kesusilaan    : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
                                      nurani, moral atau filsafat hidup.
c. Norma hukum        : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
                                      dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
d. Norma sosial          : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
26

                                      hubungan antara manusia dalam masyarakat.


4. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-
prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
5. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang
cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan
antarnya dapat diringkas sebagai berikut:
a. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir
dan batin);
b. Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan
dihayati oleh        manusia;
c. Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu
pertimbangan  batiniah manusia;
d. Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat
obyektif bila melekat pada sesuatu yang terlepas dari penilaian manusia.
e. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku
manusia;
f. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika;
g. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan
tercermin pada sikap dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap
dan tingkah laku manusia;
h. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan
yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
27

Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya mem-
bicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak
susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat
yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dina-
makan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang
menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatan orang yang tidak susila. Seben-
arnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga
dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri.
Etika membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan
dengan yang harus dan  tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam ke-
hidupannya. Nilai dan norma etis banyak juga berasal dari agama, sehingga setiap or-
ang yang beragama akan berusaha menjadikan agama sebagai pedoman nilai dan
norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003).
 
B. Etika Pancasila
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan buruk.
Ranah  pembahasannya   meliputi   kajian  praktis dan refleksi filsafat atas moralitas
secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan sadar yang
dilakukan dan didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur perbuatan
baik (susila) dan buruk (asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan bagaimana
tentang moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab
secara rasional dan bertanggungjawab.
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan
aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan
pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar terse-
but. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun seben-
28

arnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan
kapanpun.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea
keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa
“pokok- pokok  pikiran  yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) di-
jabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.
Sebagai  sumber  segala  sumber,  Pancasila  merupakan  satu satunya sumber
nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan
memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat
Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih di-
mana sila tersebut melekat pada setiap insan, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan
kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerin-
tah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia
yang tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila merupakan  hasil kompromi  nasional  dan  pernyataan  resmi  bahwa
bangsa. Indonesia menempatkan  kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa
membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga
tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya dan daerah.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun Pan-
casila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima
oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara
sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis peri-
laku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas
bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan
budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila
dapat ditemukan dalam sila-silanya.

C. Nilai-nilai Etis Pancasila (Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan


Keadilan)
29

Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam ke-
hidupan manusia. Nilai yang pertama adalah ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa
dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak.
Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apab-
ila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan. Pandangan demikian se-
cara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah dan
hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti
akan berdampak buruk.  Misalnya pelanggaran akan kaidah Tuhan tentang menjalin
hubungan kasih sayang antarsesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan.
Pelanggaran kaidah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam,
dan lain-lain.
Nilai yang kedua adalah kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pan-
casila adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara
lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan
makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan
keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan
benda tak hidup. Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-
nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.
Nilai yang ketiga adalah persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri
merupakan perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan.
Sangat mungkin seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama
(sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan
maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
Nilai yang keempat adalah kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini ter-
kandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusy-
awaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung
nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum
tentu kalah dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa
penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota
PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit
(dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pan-
dangan minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, per-
30

buatan belum tentu baik apabila  disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun per-
buatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebi-
jaksanaan.
Nilai yang kelima adalah keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata
adil, maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun
nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan
dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut
Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama de-
rajatnya dengan orang lain.
Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat men-
jadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar,
namun juga realistis dan aplikatif. Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa
keberadaan nilai mendahului fakta, maka nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai
ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang
bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan
di manapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya
nilai-nilai yang lain. Sebagai contoh, nilai ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritu-
alitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai kemanusiaan, menghasilkan nilai kesusilaan, to-
long menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai persatuan
menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan dll. Nilai kerakyatan menghasilkan
nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dll. Nilai keadilan menghasilkan nilai
kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama dll.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di imple-
mentasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung
makna bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama
diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran aga-
manya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan
mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya
kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan be-
ragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
31

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa
setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena
Indonesia berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, per-
samaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan
manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi ni-
lai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di
masyarakat.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk
yang mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa
pernah membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Pen-
duduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa
dan tanah air. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban
demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan
hanya mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan
menimbulkan anarkisme. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat,
baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan kepentingan negara
dan masyarakat.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung mak-
sud bahwa  setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang
layak sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung
arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang
lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan
isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut potensi masing-masing.
Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan pen-
ingkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan
dalam hal mengenyam pendidikan.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di imp-
likasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di
Negara kita namanya ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena
32

di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma yang menjadi dasar


dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus
Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan
permasalahan bangsa dan Negara.

D. Aplikasi Nilai, Norma, Dan Moral Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan
juga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud
dengan nilai social merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Dan dapat juga dicontohkan, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi
nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak
bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian
akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi
sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya.Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalam masyarakat.Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.
Dapat di jelaskan juga bahwa yang dimaksud norma sosial adalah patokan
perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut
dengan peraturan sosial.Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan
dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial
yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia
dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Tingkat norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Cara
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan  suara seperti
hewan
2. Kebiasaan
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu
kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
3. Tata kelakuan
Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
33

4. Adat istiadat, Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan
diasingkan ke daerah lain, upacara adat (misalnya di Bali)
Norma hukum (laws)
- Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas
- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia
Norma kesusilaan
Contoh:
orang yang berhubungan intim di tempat umum akan di cap tidak susila,
melecehkan wanita ataupun laki-laki didepan orang.
Norma kesopanan
Contoh :
- memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil.
-Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan
tangan kanan, kencing di sembarang tempat
Dan ada beberapa norma yang lain yang belum di sebutkan dalam hal ini. Setelah
masuk pada nilai dan norma. Dalam aplikasi yang terakhir akan membahas tentang
moral.
Moral (Latin: Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena
banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Contoh moral adalah: Tidak terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu
kepada orang lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung
tinggi nilai nilai HAM. Dapat dicontoh dalam hal nya pendidikan. Seorang siswa yang
ingin bersekolah tapi dengan tidak dana maka ia tak dapat sekolah sampai cita-citanya
tidak terwujud.
34

Contohnya moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas
yang berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang tersapat dalam tas
tersebut. Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas
itu pada pemiliknya kalau tidak pada yang berwajib.

BAB III.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

A. Pengertian Ideologi Pancasila


Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu.
Kata “idea” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “edos” yang berarti bentuk. Pengertian
ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan.

B. Dasar Ideologi Pancasila


Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi
Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi
Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi tertutup dapat dikenali
dari beberapa ciri khasnya. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam
masyarakat melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari
suatu program untuk mengubah dan memperbarui masyarakat. Sedangkan Ideologi
Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat sendiri. Ideologi terbuka diciptakan oleh Negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Ideologi terbuka merupakan
35

milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’ dan ‘kepribadiannya’ dalam


Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi Pancasila
besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka
secara struktural Pancasila memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
Pancasila: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
2. Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pem-
bukaan UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pan-
casila dalam alinea IV.
3. Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki di-
mensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan
dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka,
maka sifat Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem
ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga
bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi be-
laka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka
hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal dan tetap. Adapun penjabaran
dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senanti-
asa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.
Pengertian ideologi Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan
suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok seperti ideologi-
ideologi lain di dunia. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur budaya dan nilai reli-
gius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai ideologi bangsa dan neg-
ara. Dengan demikian, pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia be-
36

rakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi dari negara lain.
Ideologi Pancasila adalah ideologi terbuka. artinya, ideologi Pancasila dapat
mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi
yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Selain itu, Pancasila bukan merupakan
ide baru atau perenungan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pan-
casila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan demikian, Pan-
casila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa se-
cara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia. 
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandan-
gan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, un-
sur-unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai contoh, kebiasayaan gotong royong dan ber-
musyawarah adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terdapat dalam Pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi berarti Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup
bagi bangsa Indonesia.
Sebagai Ideologi, pancasila mencangkup pengertian tentang ide, gagasan,
konsep dan pengertian dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa
Indonesia. Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencangkup semua nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa; Mengandung nilai spiritual, memberikan kesem-
patan yan seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; Mengandung nilai kesamaan derajat
maupun hak dan kewajiban, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian
membela kebenaran dan keadilan, toleransi, dan gotong royong.
3. Sila Persatuan Indonesia; Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengan-
dung nilai persatuan bangsa dan persatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat
yang menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini men-
37

empatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan


pribadi atau golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Per-
musyawaratan atau Perwakilan; Menunjukan bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat yang diwujudkan oleh persatuan nasional yang nyata (real) dan wajar. Nilai
ini mengutamakan kepentingan Negara dan bangsa dengan mempertahankan peng-
hargaan atas kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat, kebe-
naran, dan keadilan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; Mengandung nilai keadilan,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan terhadap hak orang lain, go-
tong royong dalam suasana kekeluargaan, ringan tangan dan kerja keras untuk
bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Di dalam kehidupan berkelompok, pandangan hidup tersebut kemudian


meningkat menjadi falsafah negara, atau biasa disebut dengan filosofische groundslag.
Filosofische groundslag adalah suatu paham yang sesuai dan disetujui bersama. Di
dalamnya terdapat tata nilai yang dicita-citakan bersama, yang akan membentuk ide-
ide dasar dari segala aspek kehidupan manusia. Ide-ide dasar tersebut kemudian dise-
but juga dengan istilah ideologi.
Moerdiono (1988) meninjau ideologi secara harfiah sebagai “a system of ideas”,
artinya suatu rangkaian ide yang terpadu menjadi satu. Dalam bidang politik, ideologi
diartikan secara khas, yakni seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan dengan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam artian ini, maka gagasan-gagasan
politik yang timbul dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ditata se-
cara sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh.
Soerjanto Poespowardojo (1996) mengartikan ideologi sebagai kompleks
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagad raya, bumi dan seisinya, serta menentukan sikap
dasar untuk mengolahnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam konsep ideologi terkandung hal-hal sebagai berikut:

1. Ideologi mengandung gagasan, keyakinan, atau nilai-nilai mendasar dan mendalam.


38

2. Gagasan, keyakinan, dan nilai-nilai tersebut tersusun secara sistematis sehingga


membentuk suatu kebulatan secara menyeluruh.
3. Ideologi ini akan mendasari kehidupan bersama bagi suatu kelompok, golongan
masyarakat, atau bangsa.
4. Nilai, gagasan, sikap dalam ideologi itu bersifat khas.

Di beberapa negara, ideologi menjadi landasan bagi terbentuknya negara yang


kokoh, yang mengetahui dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai serta ke arah
mana bangsa dan negara akan dibawa. Melalui ideologi, suatu bangsa akan meman-
dang segala macam persoalan yang dihadapinya dan sekaligus memecahkannya secara
tepat. Sebaliknya tanpa ideologi, suatu bangsa akan sulit menentukan kebijakan dalam
menghadapi bermacam persoalan. Terutama persoalan yang berkaitan dengan kehidu-
pan kemasyarakatan, maupun persoalan yang berkaitan dengan pergaulan interna-
sional.
Berdasarkan pengalaman, negara yang tidak memiliki ideologi, umumnya sangat
sulit untuk bersatu padu secara kokoh. Selain itu, ideologi yang tidak mengakomodir
berbagai kepentingan masyarakat, juga sangat rentan terhadap timbulnya perpecahan
dalam suatu negara. Misalnya negara Uni Soviet yang terpecah belah menjadi beber-
apa negara-negara kecil, termasuk Rusia. Negara ini pada awalnya merupakan salah
satu negara super power. Namun karena ideologinya dianggap tidak mampu menye-
jahterakan rakyat secara optimal, akhirnya ideologi itu pun secara perlahan mulai dit-
inggalkan. Satu persatu negara bagian mulai memisahkan diri, sehingga menyeret ne-
gara ini pada perpecahan. Akibat dari perpecahan tersebut, Uni Soviet akhirnya bubar,
dan status sebagai negara super power pun mulai hilang. Kejadian seperti itu sebe-
narnya dapat menimpa setiap negara, termasuk Indonesia. Seperti telah Anda ketahui,
bahwa masyarakat Indonesia terdiri atas suku bangsa yang beragam. Untuk itu diper-
lukan sebuah pedoman atau landasan negara yang disetujui bersama, sehingga negara
ini dapat berdiri kokoh dan lestari. Karena tanpa adanya ideologi, bukan mustahil na-
sib Indonesia akan sama seperti Uni Soviet.
Jadi pada intinya, ideologi merupakan pedoman bagi kehidupan suatu kelompok
masyarakat, sekaligus sebagai sebuah pondasi bagi terciptanya suatu negara. Dengan
adanya ideologi, tata kehidupan suatu kelompok masyarakat, bangsa, dan negara akan
lebih terarah dan terkendali. Setiap ideologi terdiri atas beberapa unsur. Secara umum,
unsur-unsur yang terkandung dalam ideologi, dapat diidentifikasi sebagai berikut.
39

Adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap kenyataan (reality). Unsur


inilah yang disebut unsur interpretasi yang:

Soerjanto, mengemukakan sbb:


1. memuat seperangkat nilai-nilai (contruct of values) atau petunjuk untuk penuntun
moral (moral prescription). Unsur ini disebut juga unsur etika
2. Memuat suatu orientasi pada tindakan (action oriented) atau suatu pedoman
kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang termuat di dalamnya. Unsur ini disebut
unsur retorika.
3. Setelah mengetahui pengertian dan unsur ideologi, bahasan selanjutnya adalah apa
saja fungsi pokok ideologi tersebut bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Ideologi suatu negara memiliki beberapa fungsi dalam penerapannya.
Poespowardojo (1996) mengemukakan fungsi-fungsi ideologi di antaranya sebagai
berikut:
a. Struktur koginitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam seki-
tarnya.
b. Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menun-
jukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma, yang menjadi pedoman dan pegangan begi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk men-
jalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
Di samping itu, ideologi juga berfungsi sebagai “solidarity making” dengan
mengangkat berbagai perbedaan dalam tata nilai yang lebih tinggi. Artinya ideologi
disusun untuk mengakomodir berbagai perbedaan, dan membuat perbedaan tersebut
tidak sebagai penghalang melainkan sebagai pemersatu suatu bangsa. Kesimpulan dari
pendapat di atas yaitu bahwa ideologi berfungi (1) membentuk identitas kelompok, (2)
mempersatukan, (3) mengatasi konflik, dan (4) sebagai solidarity making.
40

C. Ideologi-Ideologi Dunia
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide".
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang
segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam
kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.
Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui
proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti
sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
a. Ideologi Liberalisme.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika
itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat
terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola
hubungan dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan
Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut
liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena
liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja
dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme
menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap
41

pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan
kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang
dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia,
dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang
melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus
dilakukan.
Ciri-ciri ideologi liberalism.
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar
membuat keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan manapun..
Ideologi Liberalisme Terbentuk Ajaran liberalisme ortodoks sangat mewarnai
pemikiran para The Founding Father Amerika seperti George Wythe, Patrick
Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson Negara yang menganut
Ideologi Liberalisme. Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideology
liberalisme Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia,
42

Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru,


Uruguay dan Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh
negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika,
Puerto Rico dan Suriname.
Masih banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme di benua
lainnya.

b. Ideologi Sosialisme.
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal
sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan
kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan
seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga
lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang
berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara.
Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini
digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827.
Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun
1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie
Nouvelle.
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang
berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah
ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19
hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat
melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Ajaran tentang Ideologi Sosialisme
1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan
kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya di selesaikan dengan cara demokratis.
Nama-nama penting dalam Ideologi Sosialias, seperti: C.H. Saint Simon (1760-
1825), F.M Charles Fourier (1772-1837), EtinneCabet (1788-1856), Wilhelm
Weiling (1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882).
43

Negara-negara yang menganut Ideologi Sosialisme adalah Negara-negara di


Eropa Barat.
c. Ideologi Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-
19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan
buruh.
Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan
prinsip agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang
membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.
Paham komunis berkeyakinan perubahan atas system kapitalisme harus dicapai
dengan cara-cara revolusi dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat
diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan Negara
dibawah diktator proletariat, seluruh hak milih pribadi dihapuskan dan diambillah
untuk selanjutnya berada dalam control negara.
Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik
di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai
sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang
masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba
dan Laos.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme:
Ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani
Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak
ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan
Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai
individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan
tidak berguna seperti rongsokan mesin.
Ciri pokok yang ketiga, komunisme kurang menghargai individu, terbukti
dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.

Ciri pokok yang keempat, Komunisme mengajarkan teori perjuangan


(pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan pembersihan
44

kaum kapitalis (1919-1921). Stalin pada tahun 1927, mengadakan pembersihan


kaum feodal atau tuan tanah. Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau
continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh
dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.. Komunisme memang
memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa
kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator
proletariat yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan diktator
proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-
tuan tanah dan kapitalis.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu
partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI,
dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara
bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu
pada dasarnya tidak menghormati HAM. Tokoh-tokoh komunis antara lain; Karl
Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883) adalah
seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Negara yang menganut Ideologi Komunis. Komunisme sebagai ideologi
mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November
1917. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah
Republik Rakyat Cina (sejak 1949), Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

d. Ideologi Konservatisme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre,
melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya
memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai
kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula.

Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang


lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo
ante.
Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai
“bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan
kebudayaannya yang dilembagakan.” Roger Scruton menyebutnya sebagai
45

“pelestarian ekologi sosial” dan politik penundaan, yang tujuannya adalah


mempertahankan, selama mungkin, keberadaan sebagai kehidupan dan kesehatan
dari suatu organisme sosial.
Ciri-Ciri Ajaran Ideologi Konservatisme
1. Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja.
2. Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian
tradisi dan kebiasaan dalam tata kehidupan masyarakat.
3. Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan Negara
semuanya dianggap suci.
4. Konservatisme juga menentang radikalisme dan skeptisisme.
Siapa yang menciptakan?.
Ideologi konservatisme yang dikumandangkan oleh Edmund Burke, 1729-
1797. Dimana ideologi konservatisme ini telah merasuk ke beberapa negara sekular
yang ada sekarang. Nasionalisme dan kebangsaan ini sekarang kalau di Indonesia
dijadikan lambang perjuangan Partai Amanat Nasional di bawah
Amien Rais dan Partai Kebangkitan Bangsa yang lahirnya dibidani oleh Gus Dur.
Negara yang menganut Ideologi Konservatisme adalah adalah Inggris, Kanada,
Bulgaria, Denmark, Hongaria, Belanda, Swedia.

e. IDEOLOGI FASISME
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan
absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga
otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari
bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu
tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan
pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara
itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan
fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia
karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan
rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka
membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah. Fasisme dikenal sebagai
ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat
di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di
46

Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani,
Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang
penuh kekerasan.
Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar
ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu—
di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi
hukum—mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan
milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut.
Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan
kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur
pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi
rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan
salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55
juta orang.
Pelopor Ideologi Fasisme adalah Nazisme Hitler dengan bukunya Mein Kampft,
dan Mussolini dengan Doktrine of Fascism. Ajaran pokok Ideologi Fasisme bukan
berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan
jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan
Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian
menjadi pegangan kaum fasis didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat.
Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang
bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh
lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu”
terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.

Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah sama,


justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi
fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui
bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat
harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-
kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan
dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam
47

pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika
ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang
harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi
pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk
mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa
“kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada
nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus
dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat.
Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam
meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami
kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder
(anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis
menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang,
maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan
penganiayaan.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara
kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan
kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat
bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya.
Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih
unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai.

Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.


Ketujuh, fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional.
Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang sejajar
dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut.
Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban
manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban
internasional. Negara-negara yang menganut Ideologi Fasisme
adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia dan Jerman.
48

BAB IV
IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional

Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nas-
ional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian
harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep ke-
bangsaan. Nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia
yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa
49

dan sebagainya. Jadi, identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat
pada suatu negara sehingga membedakan dengan negara lain.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini sangat ditentukan oleh proses ba-
gaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang
sifatnya nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan kar-
ena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional
lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang
telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional,
warga bangsa  telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada se-
jak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di In-
donesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kur-
ang 300 dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru
tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Ab-
durrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah  pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif di-
gunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipa-
hami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur
ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
50

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya


menjadi 3 bagian sebagai berikut : Identitas Fundamental, yaitu Pancasila merupakan
falsafah bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara Identitas Instrumental yang berisi
UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara
kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, ser-
takepercayaan.
 
B. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara
Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh
para pendiri negara Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional
yang menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
Identitas Nasional Indonesia:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4.  Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6.  Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Penjelasan dari identitas nasional Indonesia akan dijabarkan sebagai berikut:
1)  Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur ucapan
manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Dan di In-
donesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena di In-
donesia ada berbagai macam bahasa daerah dan memiliki ragam bahasa yang unik
sebagai bagian dari khas daerah masing-masing. 
2) Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
51

Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan
simbol suatu negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera
dalam UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa “ Bendera Negara Indonesia
adalah Sang Merah Putih”. Warna merah dan putih juga memiliki arti sebagai
berikut, merah yang artinya berani dan putih artinya suci.
3)  Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan pada kongres
pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah proklamasi Kemer-
dekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage
Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan. Ketika mempublikasikan In-
donesia Raya tahun 1928, wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu
kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipub-
likasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun
1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera melarang penyebutkan lagu ke-
bangsaan bagi Indonesia Raya.
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ganti lagu itu dengan men-
gucapkan “Mulai, Mulai !, bukan “Merdeka, Merdeka!” pada refrain. Akan tetapi,
tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Sekanjutnya lagu
Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah
indeonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu kebangsaan perlambang per-
satuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kon-
troversional pada kompas tahun 1990-an, Remy sylado, seorang budayawan dan
seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan ji-
plakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Lekka Lekka
panda panda, Kaye A. solapung seorang pengamat musik, menanggapi tulisan remi
dalam kompas tahun 1991. Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekedar mengulang
tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan mengutip
Amir Pasaribu bahwa dalam literature music, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda
Belanda, begitu pula Boola-Boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan In-
donesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan peng-
gunaan chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia menyimpulkan bahwa Indonesia
Raya tidak menjiplak.
52

Dari susunan liriknya, merupakan soneta atau sajak14 baris yang terdiri dari satu
oktaf (atau dua kuatren) dan satu sekstet. Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai
mendahului zaman” (avant gerde), meskipun soneta sendiri sudah popular di eropa
semenjak era renaisans. Rupanya penggunaan soneta tersebut mengilhami karena
lima tahun setelah dia dikumandangkan, para seniman Angkatan Pujangga Baru
mulai banyak menggunakan  soneta sebagai bentuk ekspresi puitis.
Lirik Indonesia Raya merupakan saloka atau pantun berangkai, merupakan cara
empu Walmiki ketika menulis epic Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah In-
donesia Raya segera menjadi saloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakin
dilarang oleh belanda, semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat bangsa
Indonesia.
Cornel Simanjutak dalam majalah Arena telah menulis bahwa ada tekanan kata dan
tekanan music yang bertentangan dalam kata berseru dalam kalimat Marilah kita
berseru. Seharusnya kata ini diucapkan berseru (tekanan pada suku ru). Tetapi kar-
ena tekanan melodinya, kata itu terpaksa dinyanyikan berseru (tekanan pada se).
Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu
yang ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan sengan lagu-lagu kebangsaan lain
yang umumnya berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indone-
sia Raya memang jauh lebih panjang.
Secara musical, lagu ini telah dimuliakan-justru-oleh orang Belanda (atau Belgia)
bernama jos Cleber yang tutup usia tahun 1999. Setelah menerima permintaan ke-
pada studio RRI Jakarta Jusuf Rono dipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun meny-
usun arasemen baru, yang menyempurnakannya ia lakukan setelah juga menerima
masukan dari presiden Soekarno. Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan yang
agung, namun gagah berani (maestoso can bravura).
4)  Lambang Negara yaitu Pancasila
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa
lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. garuda Pancasila disini yang
dimaksud adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang
melambangkan kejayaan Indonesia. sedangkan perisai di tengah melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia. Simbol di dalam perisai masing-masing melam-
bangkan sila-sila dalam pancasila,yaitu:
1. Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)
53

2. Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
3. Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3)
4. Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4)
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat In-
donesia (sila ke-5)
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah be-
rarti berani dan Putih berarti suci.
Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah In-
donesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agus-
tus 1945), antara lain:
1. Jumlah Bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
2. Jumlah Bulu pada ekor berjumlah 8
3. Jumlah Bulu pada di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
4. Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan Negara In-
donesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, tetapi tetap satu
jua”.
5)  Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhineka Tnggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam ke-
hidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu pa-
ham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan paham plural-
isme tidak perlu adanya konsep yang mensubtitusi keanekaragaman demikian pula
halnya dengan faham multikulturalisme.
Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, hal ini bermakna bahwa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang
paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain. Pan-
dangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya kekakuan yang berle-
bihan dengan tidak atau kurang memperhatikan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhineka Tunggal Ika bersifat
inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memak-
sakan kehendaknya pada golongan minoritas.
54

Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat eormalitas yang hanya menunjukkan perilaku
semu. Bhineka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, sa-
ling  hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara
demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
Bhineka Tunggal Ika bersifat konvergen  tidak divergen, yang bermakna pebedaan
yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik
temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi
oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, dan rukun.
Dalam menerapkan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan berneg-
ara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang
jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus
dibuang dari kamus  Bhineka Tunggal Ika.
 
6)  Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila seba-
gaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV yang telah diteta-
pkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat
dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sering disebut juga dengan
way of life, welstanshauung, wereldbershouwing, wereld en levens beschouwing
( pandangangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam
hal ini Pancasila digunakan sebagai pancaran dari sila Pancasila karena Pancasila
sebagai weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan, keselur-
uhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis. Pancasila sebagai
norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide. Oleh karena itu,
dapat dikemukakan bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan pan-
dangan hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentan-
gan denagn norma-norma agama, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentan-
gan dengan norma-norma hukum yang berlaku.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini Pancasila mem-
punyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia.
fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan
UUD 1945,, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib
55

hukum, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966 (Darji,


1991:16)
Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk oleh para pendiri bangsa Indone-
sia. sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya sudah
ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi wadah
bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Dengan adanaya nilai-nilai dalam Pan-
casila tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai yang ada di Indonesia berbeda
dengan nilai-nilai yang ada di negara lain. Dengan kata lain, Pancasila menun-
jukkan identitas nasional Indonesia.
 

7)  Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945


Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan yang tetinggi dalam
negara dan merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati. Hukum dasar negara meliputi keseluruhan sistem ketatanegaraan yang
berupa kumpulan peraturan yang membentuk negara dan mengatur pemerinta-
hannya. UUD merupakan dasar tertulis. Oleh karena itu, UUD menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok
cara kerja badan tersebut, UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan
itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
Undang-Undang Dasar nmerupakan suatu hal yang sangat penting dan vital dalam
suatu pemerintahan yang telah merdeka. Dengan adanya konstitusi dalam suatu
negara yang merdeka menandakan bahwa negara ini sebagai negara konstitusional
yang menjamin kebebasan rakyat Indonesia untuk memerintah diri sendiri. Sebagai
bangsa Indonesia Indonesia yang merdeka dan berdaulat untuk membentuk pemer-
intah sendiri ynag sah serta usahamenjamin hak-haknya disertai menentang penya-
lahgunaan kekuasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan dalam kerangka negara kon-
stitusional, pembentukan negara konstitusional merupakan bagian dari upaya men-
capai kemerdekaan, karena hanya dalam kerangka kelembagaan ini dapat dibangun
masyarakat yang demokratis.

8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ke-


hidupan negara pada prinsipnya sama dengan kehidupan keluarga. Kedaulatan
56

rakyat memberi gambaran, bahwa rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi dalam


setiap kehidupannya dalam bermasyarakat dan bernegara. Penyelenggaraan pemer-
intahan negara berdasarkan kedaulatan rakyat tersebut akan terlihat dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Dalam sistem pemerintahan Indonesia akan tergambarkan
peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. Sebelum membahas
tentang kedaulatan rakyat, perlu dijelaskan terlebih dahulu siapakah rakyat itu?
Rakyat adalah orang yang tunduk pada suatu pemerintah negara. Dalam neg-
ara ada yang memerintah dan ada juga yang diperintah, yang memerintah negara
disebut pemerintah dan yang diperintah oleh negara disebut rakyat. Oleh karena itu,
keberadaan suatu negara sangat ditentukan oleh dukungan rakyat. Istilah rakyat ber-
beda dengan istilah warga negara, penduduk, bangsa dan masyarakat. Warga negara
adalah orang yang memiliki hak dan kewajiban pada suatu negara. Penduduk ada-
lah orang yang bertempat tinggal pada wilayah suatu negara. Penduduk dibedakan
antara warga negara dan warga negara asing. Pengertian bangsa adalah sekelompok
orang yang memiliki perasaan senasib akan keberadaan suatu negara. Sedangkan
pengertian masayarakat adalah sekelompok orang yang tinggal bersama di suatu
daerah tertentu dan terikat pada nilai-nilai tertentu yang diterima secara bersama.
Paham yang menekankan tentang kedaulatan rakyat berkembang mulai abad
XVII hingga sekarang. Paham ini dipengaruhi oleh teori kedaulatan hukum yang
menempatkan rakyat sebagai objek sekaligus subjek dalam negara(demokrasi).
Pengertian kedaulatan rakyat berhubungan erat dengan pengertian perjanjian
masyarakat dalam pembentukan asal mula negara. Negara terbentuk karena adanya
perjanjian masyarakat. Perjanjian masyarakat disebut juga dengan istilah kontrak
sosial. Tokoh penganut paham teori kedaulatan rakyat adalah John Locke, Mont-
esquieu, dan J.J. Rousseau .
John Locke, berpendapat bahwa negara dibentuk melalui perjanjian
masyarakat. Sebelum terbentuknya negara, manusia hidup sendiri-sendiri dan be-
lum ada peraturan. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia mengadakan per-
janjian membentuk sebuah negara. Jadi, ada dua perjanjian masyarakat yaitu per-
janjian antar individu dengan penguasa. Menurut John Locke, hanya ada pemisahan
kekuasaan dalam negara ke dalam kekuasaan eksekutif, legislatif,  dan yudikatif.
Montesquieu, menurutnya kekuasaan harus dipisahkan menjadi kekuasaan
eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudikatif. Kekuasaan eksekutif yaitu
kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang termasuk mengadakan perjanjian
57

dengan negara lain. Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-
undang. Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengadili terhadap pelanggar
undang-undang. Menurut Montesquieu ketiga jenis kekuasaan itu harus dipisah satu
sama lain. Berarti lembaga negara yang lain tidak boleh ikut campur dalam urusan
lembaga negara lain.
J.J. Rousseau, menganut teori perjanjian masyarakat dan dianggap sebagai
Bapak Teori Kedaulatan Rakyat. Menurutnya negara dibentuk oleh kemauan
rakyat. Kemauan rakyat untuk membentuk sebuah negara ini disebut kontrak sosial.
Individu secara suka rela dan bebas membuat perjanjian untuk membentuk sebuah
negara berdasarkan kepentingan mereka. Negara sebagai organisasi berkewajiban
mewujudkan cita-cita atau kemauan rakyat yang kemudian dituangkan dalam ben-
tuk kontrak sosial yang berwujud konstitusi negara. Rosseau juga menekankan
adanya kebebasan dan persamaan.
Negara atau badan kooperatif kolektif yang dibentuk menyatakan kemauan
umumnya  (general will) yang tidak dapat khilaf, keliru atau salah, tetapi tidak sen-
antiasa progresif. Kemauan umum inilah yang mutlak berdaulat. Kemauan umum
tidak berarti kemauan seluruh rakyat (will of all), kemauan umum selalu benar dan
ditunjukkan kepada kebahagiaan bersama, sedangkan kemauan seluruh rakyat juga
memperhatikan kepentingan individual dan karena itu merupakan keseluruhan
kemauan-kemauan tersebut.
Dengan konstruksi perjanjian masyarakat tersebut, Jean Jaqques Rousseau
menghasilkan bentuk yang kedaulatannya berada ditangan rakyat. Melalui kemauan
umumnya, ia adalah peletak dasar kedaulatan rakyat atau jenis negara yang de-
mokratis. Rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanya merupakan wakil-
wakil rakyat.
Kedaulatan menunjuk pada gagasan bahwa yang terbaik dalam masyarakat
ialah yang dianggap baik oleh semua orang yang merupakan rakyat (Wiryono Prod-
jodikoro, 1981:16). Pengertian kedaulatan itu sendiri adalah kekuasaan yang tert-
inggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara
yang tersedia (Miriam Budiardjo, 1980:44). Dengan demikian kedaulatan rakyat
membawa konsekuensi, rakyat sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam ke-
hidupan bermasyarakat dan bernegara. Kedaulatan rakyat berarti juga, pemerinta-
han dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
58

Pemerintahan dari rakyat berarti mereka yang duduk sebagai penyelenggara


pemerintahan terdiri atas rakyat itu sendiri dan memperoleh dukungan rakyat. Pe-
merintahan oleh rakyat mengandung pengertian, bahwa pemerintahan yang ada
diselenggarakan dan dilakukan oleh rakyat sendiri baik melalui demokrasi langsung
maupun demokrasi perwakilan.
Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui demokrasi
langsung maupun demokrasi perwakilan (Lynan Towes Sargent, 1873:30). De-
mokrasi langsung bercirikan rakyat mengambil bagian secara pribadi dalam
tindakan-tindakan dan pemberian suara untuk membahas dan mengesahkan un-
dang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat memilih warga lainnya se-
bagai wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat untuk membahas dan
mengesahkan undang-undang.
Jenis-jenis kedaulatan rakyat negara dapat dibedakan berdasarkan beberapa
teori yakni sebagai berikut:
1. Kedaulatan Rakyat, teori ini mengajarkan bahwa kekuasaan tertinggi suatu neg-
ara di tangan rakyat.
2. Kedaulatan Tuhan, teori ini mengajarkan bahwa penguasa mendapat kekuasaan
yang tertinggi dari Tuhan.
3. Kedaulatan Negara, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi terletak pada neg-
ara.
4. Kedaulatan Raja, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi di tangan raja dan
keturunannya.
5. Kedaulatan Hukum, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi terdapat pada
hukum.

Sumber ajaran kedaulatan rakyat sebenarnya ialah ajaran demokrasi yaitu pe-
merintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.Masalah de-
mokrasi itu bagi rakyat Indonesia pelaksanaannya sudah ada sejak zaman nenek
moyang kita. Hal ini terlihat dari adanya rapat desa. Pemilihan Kepala Desa, kegi-
atan gotong royong dan kegiatan lain yang melibatkan partisipasi rakyat secara ak-
tif.
Ciri-ciri negara yang menganut asas kedaulatan rakyat adalah sebagai berikut:
1. Adanya lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan Dewan Perwkilan Rakyat.
2. Adanya pemilu.
3. Kekuasaan atas kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan atau majelis yang
menangani mengawasi pemerintah.
59

4. Susunan kekuasaan badan atau majelis itu ditetapkan pada Undang-Undang


Dasar.

Sifat-sifat kedaulatan adalah :


1. Bulat, artinya tidak dapat dibagi-bagi.
2. Asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kedaulatan lain yang lebih tinggi.
3. Tidak terbatas, artinya kedaulatan tidak batasi oleh siapapun.
4. Permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara berdiri.

Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pe-
merintahan Indonesia merupakan sistem pemerintahan Indonesia adalah yang terdiri
atas berbagai unsur yang memerintah dalam negara Indonesia yang saling melengkapi
untuk mencapai tujuan negara Indonesia.
UUD 1945 Bab I Bentukdan Kedaulatan, Pasal 1 (2) menyatakan, bahwa Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Dengan ketentuan itu dapat
diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara Indonesia adalah rakyat. Pelaksan-
aan kedaulatan ditentukan menurut Undang – Undang Dasar. Pelaksana Kedaulatan
negara Indonesia menurut UUD 1945 adalah rakyat dan lembaga-lembaga negara
yang berfungsi menjalankan tugas-tugas kenegaraan sebagai representasi kedaulatan
rakyat. Lembaga-lembaga negara menurut UUD1945 adalah Majelis Permusy-
awaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pe-
meriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Yudisial (KY). Pelak-
sana kedaulatan             rakyat menurut UUD 1945 inilah sebagai sistem pemerintahan
Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah adalah pemerinta-
han yang didasarkan pada kedaulatan rakyat sebagaimana ditentukan oleh UUD 1945.
UUD 1945 menentukan,bahwa rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedau-
latan yang dimilikinya. Keterlibatan rakyat sebagai pelaksana kedaulatan dalam UUD
1945 ditentukan dalam hal:
1. Mengisi keanggotaan MPR, karena anggota MPR yang terdiri atas anggota DPR
dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum (Pasal 2 (1)).
2. Mengisi keanggotaan DPR melalui pemilihan umum (Pasal 19 (1)).
3. Mengisi keanggotaan DPD (Pasal 22 C (1))
60

4. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung (Pasal
6 A (1)).

Sikap Positif Terhadap Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia.


Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang ter-
organisasi yang anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksana-
kan kebijakan mereka. Sedangkan menurut Pasal 1 UU No.2 Tahun 2008 tentang
partai politik, bahwa yang disebut partai politik adalah organisasi yang bersifat nas-
ional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota,masyarakat,bangsa dan negara, serta memelihara keu-
tuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Un-
dang Dasar 1945.
Dalam Pasal 11 UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik menggariskan fungsi
partai politik sebagai sarana:
1. Pendidikan politik bagi para anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan ber-
masyarakat,berbangsa dan bernegara
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat
3. Penyerap,penghimpun, dan penyalur aspiras politik masyarakat dalam meru-
muskan dan menetapkan kebijakan negara.
4. Partisipasi politik warga negara Indonesia
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaaan dan keadilan gender

     9) Konsepsi Wawasan Nusantara

Wawasan artinya pandanagan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain


menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam ke-
hidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga mempunyai pengertian menggam-
barkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tangggap indrawi. Kata na-
sional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata yang berasal dari
61

istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam ke-
hidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah
menegara. Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara
Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua
Australia.
Wawasan nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa Indonesia se-
suai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah dialaminya.
Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, se-
jarahnya, serta kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nas-
ionalnya.
Dengan demikian wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilan-
dasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, ber-
daulat, berrmartabat, serta menjiwai tata  hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara mema-
hami, cara menghayati, cara bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara bertingkah
laku bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologis, sosiokultural, dengan as-
pek astagatra (kondisi geografis, kekayaan alam, dan kemampuan alam serta
ipoleksosbud hankam)
 
10)  Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya ada-
lah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif di-
gunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya manusia yang tidak
ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia, baik pada
masa lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kebudayaan dapat
pula berbentuk kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah
yaitu suatu budaya asli setiap suku atau daerah yang diwarisi dari nenek moyang
secara turun-temurun. Kebudayaan daerah kita pelihara dan kita kembangkan men-
62

jadi kebudayaan nasional yang dinikmati oleh seluruh bangsa. Jadi, kebudayaan na-
sional yaitu suatu perpaduan dan pengembangan berbagai macam kebudayaan
daerah yang terus menerus dibina dan dilestarikan keberadaannya, sehingga men-
jadi milik bersama.
 
C. Sikap Masyarakat Indonesia Terhadap Identitas Nasional Indonesia
Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain,
identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak
dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat,
berbangsa dan bernegara.
Contoh sederhana dari implementasi identitas nasional yaitu kewajiban
diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh instansi sekolah maupun
non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas negara.
Seperti pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menya-
nyikan lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada
penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat
SD hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan Upacara Bendera.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah dijarkan bagaimana mengimplementas-
ikan identitas nasional sejak dini. Namun, masih banyak yang tak acuh dalam kegiatan
semacam ini. Kebanyakan dari mereka menganggap kegiatan upacara hanya sebagai
kewajiban agar terbebas dari hukuman yang sudah diterapkan. Dan juga kurangnya
penjelasan tentang makna dari kegiatan upacara itu sendiri. Sehingga mereka tak acuh
dengan makna dibalik upacara bendera ini.
Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat
dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh. Impementasi identitas nasional
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yamg mencakup kehidupan politik, eko-
nomi, sosial budaya,dan pertahanan keamanan harus tercemin dalam pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
kesatuan Republik Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.
 
63

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

UUD 1945 terdiri dari


 Pembukaan
 Batang Tubuh terdiri :
- 37 pasal
- 4 aturan tambahan dan
- 2 ayat aturan peralihan

PEMBUKAAN UUD 1945

1. HAKIKAT PEMBUKAAN UUD 1945


1. Sebagai Tertib Hukum Tertinggi
memiliki 2 aspek yang utama:
faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum tertib hukum
tertinggi.
Pembukaan UUD 1945 termuat didalamnya meliputi suasana
kebatinan dari UUD Negara Indonesia, serta mewujudkan suatu
cita-cita hukum
Pokok-Pokok pikiran yang ada dalam pembukaan UUD 1945
harus dikonkritkan (dijelmakan) dalam Batang Tubuh UUD 1945
(pasal)
Penjabaran direalisasikan kedalam hukum-hukum positif yang
terdiri: TAP MPR, UU, PP, dll.
2. Memenuhi Syarat Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat sbb :
(1) Adanya kesatuan subyek, yaitu penguasa yang mengadakan
peraturan hukum.
64

(2) Adanya kesatuan asas kerohanian yaitu adanya sumber dari


segala sumber hukum
(3) Adanya kesatuan daerah yaitu dimana berlakunya peraturan
tersebut.
(4) Adanya kesatuan waktu yaitu waktu berlakunya peraturan-
peraturan.
Dengan demikian kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib
hukum Indonesia sbb:
1. Menjadi dasar, krn memberikan faktor mutlak adanya tertib
hukum.
2. Memasukan diri didalamnya sebagai ketentuan hukum yang
tertinggi.

3. Sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.


Karena didalamnya memberikan faktor mutlak bagi tertib
hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Pokok kaidah Negara yang fundamental adalah:
(1) Dari segi terjadinya, ditentukan oleh Pembentuk Negara.
(2) Dari segi Isinya, memuat:
* Dasar tujuan Negara
* Ketentuan diadakannya UUD Negara
* Bentuk Negara.
* Dasar filsafat Negara (asas kerohanian negara)
Dalam hubungannya dengan Pasal-Pasal UUD 1945, Kedudukan
Pembukaan UUD 1945 sbb:
1. Pembukaan terpisah dengan batang tubuh UUD.
2. Pembukaan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.
3. Pembukaan menguasai hukum dasar tertulis maupun yang
tidak tertulis.
65

4. Pokok-Pokok pikiran dalam Pembukaaan dijabarkan dalam


pasal-pasal UUD 1945

4. Pembukaan UUD 1945 tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup


Negara RI.
Mempunyai kedudukan yang sangat kuat karena tidak dapat
dirubah; alasan - alasanya:
1. Sbg Staat fundamental norm, ini ditentukan oleh Pembentuk
Negara yaitu suatu lembaga yang menentukan dasar Negara,
bentuk Negara, kekuasaan Negara.
2. Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber mutlak adanya
tertib hukum di Indonesia.
3. Dari segi yuridis tidak dapat dirubah, dan dari segi materil
tetap terlekat pada kelangsungan hidup Negara RI.

II. PENGERTIAN ISI PEMBUKAAN UUD 1945


Pembukaan terdiri 4 Alinea :
Alinea I :
a. Tekat bangsa Indonesia untuk merdeka, bebas dari
penjajahan merupakan dalil objektif.
b. Berdiri dibarisan terdepan dalam menentang dan
menghapuskan penjajahan di dunia.
66

Alinea II:
a. Perjuangan pergerakkan telah sampai pada tingkat yang
menentukan.
b.Momentum yang dicapai harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
c. Kemerdekaan bukan tujuan akhir, akan tetapi harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

Alinea III
a.Motivasi cita luhur riil dan materiil tugas Indonesia
untuk menyatakan kemerdekaannya.
b.Motivasi spiritual yang luhur bahwa maksud
menyatakan kemerdekaan diberkati oleh Allah. Swt yang
maha Kuasa

Alinea IV:
a.Menetapkan tujuan Negara :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia
b.Menetapkan bentuk Negara ialah Republik
c.Menetapkan dasar Negara ialah Pancasila
III. HUBUNGAN LOGIS ANTAR ALINEA
67

Alinea I terdapat : Hak Kemerdekaan bangsa berarti :


 Hak yang melekat pada manusia/bangsa yaitu hak
kodrat dan hak moral.
 Penjajahan tidak sesuai dengan hakikat kemanusiaan
dan keadilan.

Alinea II terdapat : Hak pribadi (bangsa) karena :


 Pihak penjajah tidak memberikan hak kodrat dan hak
moral
 Bangsa Indo. Berjuang menentukan nasibnya sendiri.
 Kemerdekaan dijelmakan dalam suatu Negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Alinea III terdapat Pernyataan untuk kemerdekaan atas
perjuangannya sendiri :
 Perjuangan didasari oleh hak kodrat dan hak
moral
 Perjuangan diridhoi dan dirahmati oleh Allah
SWT.
Alinea IV merupakan konsekuensi dari suatu perjuangan
meliputi pembentukan pemerintahan Negara yang
meliputi 4 prinsip Negara:
 Tujuan Negara; melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia, dst
 Ketentuan diadakannya UUD Negara.
 Ketentuan tentang bentuk Negara ( Republik)
 Ketentuan tentang dasar filsafat Negara
(Pancasila).
68

IV. KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945


1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang
terinci.
* Proklamasi pada hakekatnya memiliki makna;
- Pernyataan kemerdekaan.
- Tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan berkaitan
dengan kemerdekaan.
* Baik suatu pernyataan maupun tindakan-tindakan yang akan
dilaksanakan setelah kemerdekan rinciannya adalah sbb:
(1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indo.
(2) memajukan kesejah. Umum dan mencerdaskan kehidup
bgs.
(3) ikut melaksanakan ketertiban dunia.
(4) membentuk pemerintahan Negara dgn menyusun UUD
Negara.
(5) UU yang dimaksud adalah suatu susunan Negara yang
berkedaulatan rakyat.
(6) Negara RI berdasarkan sila I,II, III, IV, V

2. Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945 sebagai Dasar,


Rangka dan Suasana bagi Kehidupan Negara dan Tertib
Hukum Indonesia.
(1) Pembukaan berdudukan sbg pandangan hidup bangsa
adalah merupakan dasar filsafat, asas kerohanian, dan
basis berdirinya Negara RI (dasar).
(2) Diatas dasar itulah berdiri suatu negara yang
berkedaulatan rakyat.
69

(3) Kemudian dasar tersebut diwujudkan pelaksanaan dan


penyelenggaraan Negara yang tercantum dalam hukum
positif Indo. (UUD 1945 )
(4) Di atas UUD sebagai basis berdirinya bentuk, susunan dan
system pemerintahan, serta peraturan hukum positif bgs
Indo.
(5) Keseluruhannya merupakan tujuan Negara untuk mencapai
kebahagian hidup (sebagai suasana)
3. Pembukaan memuat Sendi-Sendi Mutlak Kehidupan Negara.
Sendi-sendi tersebut adalah sbb:
(1) Hakekat dan sifat Negara.
(2) Tujuan negara.
(3) Kerakyatan (demokrasi).
(4) Dasar pemerintahan Negara.
(5) Bentuk susunan Pemerintahan.
4. Nilai-Nilai Hukum/Ketentuan Tuhan, Hukum Kodrat dan
Hukum Etis yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

HUKUM KODRAT SUMBER BAHAN


ALINEA I HUKUM ETIS

CITA-CITA DAN
ALINEA II KEMERDEKAAN

ALINEA III HUKUM TUHAN


HUKUM ETIS SUMBER NILAI

ALINEA IV HUKUM FILOSOFIS SUMBER BENTUK


(PANCASILA) DAN SIFAT
70

PELAKSANAAN HUKUM POSITIF PELAKSANAAN


NEGARA DAN NEGARA
INDONESIA PELAKSANAANNYA INDONESIA

V. FUNGSI PEMBUKAAN UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung Pokok Pikiran yang meliputi
suasana kebatinan dari UUD Negara Indo. Pokok Pikiran itu
diwujudkan dalam cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai
hukum dasar tertulis (UUD) dan tidak tertulis (konvensi).
Pokok Pikiran tersebut dijabarkan secara normative dalam pasal-
pasal UUD 1945 sbb:
Pokok pikiran Pertama, menegaskan bahwa:
Diterimanya aliran pengertian Negara Persatuan yaitu:
 melindungi segenap bangsa.
 Mengatasi paham perorangan, golongan,
(merupakan penjabaran sila ketiga).
Pokok Pikiran Kedua, merupakan cita-cita yang ingin dicapai yaitu:
 Penetapan tentang aturan-aturan yang akan
dilaksanakan
 Setiap WN mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
( Penjabaran sila kelima).
Pokok Pikran Ketiga, mengandung konsekwensi logis tentang system
Negara, yaitu:
*Kedaulatan rakyat yang mendasarkan pada
musyawarah/perwakilan. (penjabaran sila keempat)
Pokok Pikiran Keempat, mengandung isi tentang kewajiban
pemerintah dan penyelenggara Negara untuk:
71

* memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur


dengan upaya menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia dan nilai-nilai luhur
kemanusiaan (penjabaran sila I dan sila II )
Dalam kehidupan kenegaraan haruslah mendasarkan pada suatu moral
dasar Negara yaitu:-
 Ketuhanan Yang Mahaesa,
 dan Kemanusiaan yang adil dan beradab
sehingga untuk mewujudkan diperlukan adanya:
 suatu keadilan dalam hidup bersama, dan
 tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indo.
Cita-cita tersebut haruslah dijiwai segenap bangsa :
 Warga Negara
 Penyelenggara Negara.
 Pimpinan Partai Politik, Golongan
1. Pembukaan UUD 1945 merupakan Suasana Kebatinan dari UUD
1945
Suatu UUD terdiri dari:
 Bagaimana dictum pasal-pasalnya.
 Bagaimana prakteknya.
 Bagaimana suasana kebatinannya
Berdasarkan Penjelasan dalam Pembukaan UUD 1945 yang terdiri
dari 4 pokok pikran adalah merupakan asas kerohanian Negara
Pancasila yang memberi arah bagi cita-cita hukum (Rechtsidee)
dari UUD dan peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Pembukaan UUD 1945 mewujudkan Cita-cita Hukum yang
menguasai Hukum Dasar Negara
72

* Pembukaan UUD 1945 merupakan Kaidah Pokok fundamental


(Norma Dasar).
* Mengandung Nilai-Nilai Universal:
* Hukum / Ketentuan Allah/Tuhan.
* Hukum Kodrat.
* Hukum Etis.
* Hukum Filosofis
Hukum Tuhan, Hukum Kodrat, dan Hukum Etis merupakan bahan
dan sumber Hukum positif Indonesia, sedangkan
Hukum Filosofis merupakan bentuk dan dan sifat Negara.

3. Pembukaan UUD 1945 merupakan Sumber Semangat bagi UUD 1945


Dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung didalamnya Pokok
Pikiran yang memuat isi
Pancasila: adalah merupakan sumber semangat bagi:
 Penyelenggara Negara.
 Pimpinan Pemerintahan.
 Partai Politik.
 Pimpinan Golongan.
Sumber Semangat itu berupa:
 Semanagat Ketuhanan
 Semangat Kemanusiaan
 Semangat Persatuan
 Semangat Kerakyatan dan
 Semangat Keadilan Sosial.

5. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945


1. Pokok Pikiran dalam Pembukaan dijelmakan dalam pasal-pasal
UUD
73

2. Pembukaan UUD memuat dasar Pancasila, filsafat Negara.


3. Sifat Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD”
 Bagian I, II, III dari Pembukaan tidak mempunyai
hubungan Kausal Organis dengan Batang Tubuh.
 Bagian IV mempunyai hubungan kausal Organis yang
mencakup:
UUD ditentukan akan ada.
 Yang diatur dalam UUD tentang Pembentukan
pemerintahan Negara.
 Negara Indonesia berbentuk Republik.
 Ditetapkan dasar kerohanian Negara ( Pancasila)
6. Hubungan Antara Pembukaan UUD dengan Pancasila.
Secara Formal:
 Rumusan Pancasila ada dalam Pembukaan (alinea IV)
 Pembukaan UUD merupakan Pokok Kaidah
Fundamental.
 Tidak dapat dipisahkan keduanya.
 Pancasila yang ada dalam Pembukaan tetap terlekat
dalam kelangsungan hidup bangsa Indo.
Secara Materil:
 Inti dari Pokok Kaidah Fundamental adalah Pancasila

7. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17


Agustus 1945
Terdapat beberapa pernyataan:
1. Pernyataan Proklmasi kemerdekaan ada pada alinea ketiga
pembukaan UUD
2. Pembukaan UUD bersamaan ditetapkan dengan UUD.
74

3. Pembukaan UUD merupakan uraian terinsi sebagai pendorong


semangat kemerdekaan untuk bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Beberapa sifat hubungan:
1. Adanya penegasan hak kodrat, dan hak moral setiap bangsa
akan kemerdekaan.
2. Penegasan bahwa perjuangan sesuai dengan peri kemanusiaan
dan perikeadilan.
3. Memberi pertanggungjawaban kepada bangsa bahwa
kemerdekaan diperoleh melalui perjuangan, disusun dalam
Negara Kesatuan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Pancasila.

BATANG TUBUH UNDANG-UNDANG DASAR 1945

I. UUD 1945 terdiri :


 Hukum Dasar tertulis.
 Hukum Dasar tidak tertulis

UNDANG-UNDANG DASAR TERTULIS


UUD ( Constitutional Law ) adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut.
UUD 1945 bersifat:
 Singkat, karena hanya memuat 37 pasal, aturan
peralihan, dan tambahan.
 Supel (elastic) dapat menyesuaikan dengan
perkembangan dan situasi masyarakat.
75

Berdasarkan sifat UUD 1945 tersebut maka:


 Rumusannya jelas dan merupakan hukum tertulis
yang mengikat semua Warga negara, pemerintah dan
penyelenggara negara
 Karena hanya memuat aturan-aturan pokok saja,
maka dapat dikembangkan sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
 Norma-norma, aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
dilaksanakan secara konstitusional.
 UUD merupakan tertib hukum tertinggi sehingga
merupakan alat kontrol terhadap norma hukum yang
ada dibawahnya.
UNDANG-UNDANG TIDAK TERTULIS
UU tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
UU tidak tertulis ( Convensi) mempunyai sifat-sifat:
 Kebiasaan yang berulang terjadi dan terpelihara
dalam masyarakat.
 Tidak bertentangan dengan UUD tertulis.
 Diterima oleh seluruh masyarakat.
 Bersifat pelengkap dari UUD tertulis.
II. KONSTITUSI
Konstitusi berasal dari kata:
 Constitution ( Inggeris),
 Constitutie (Belanda).
 Grondwet (Jerman)
Berarti UU yang tertulis
Dalam ketatanegaraan konstitusi mempunyai arti
76

- Lebih luas daripada UUD, karena terdapat Hukum dasar tertulis


dan tidak tertulis.
- Sama dengan UUD, artinya hanya memuat UUD tertulis saja.

III. STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA BERDASARKAN


UUD 1945.
Berdasarkan Asas Demokrasi yang berarti:
 Sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat.
 Mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak
warga negara.
Secara Umum sistem pemerintahan yang bersifat demokratis
haruslah mendasarkan pada.
 Keterlibatan WN dalam pembuatan keputusan politik.
 Tingkat persamaan diantara WN’
 Tingkat kebebasan diakui oleh WN.
 Suatu Sistem perwakilan.
 Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas
Dalam suatu sistem demokrasi akan kita jumpai:
 Supra struktur Politik,
- Legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
 Infra struktur Politik ( Parpol, Golongan, Golongan
penekan, Alat komunkasi Politik, Tokoh-tokoh Politik).
Demokrasi berdasar UUD 1945 adalah:
a. Konsep Kekuasaan, terdiri:
1. Kekuasaan ditangan Rakyat
2. Pembagian kekuasaan
3. Pembatasan kekuasaan
b. Konsep Pengambilan Keputusan.
77

c. Konsep Pengawasan.
d. Konsep partisipasi .

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.


Tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara:
 Indo. Adalah negara yang berdasarkan Hukum
(Rechtstaat)
 Sistem Konstitusional.
 Kekuasaan Negara Tertinggi di tangan MPR
 Presiden adalah Penyelenggara Negara Yang tertinggi
di bawah Majelis.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
 Menteri Negara adalah Pembantu Presiden, dan tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

ISI POKOK BATANG TUBUH UUD 1945.


 Bab I. Bentuk dan Kedaulatan ( Pasal 1 ).
 Bab II. MPR ( Pasal 2, dan 3 )
 Bab III. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, dan 15)
 Bab IV. DPA (Pasal 16)
 Bab V. Kementerian Negara (Pasal 17)
 Bab VI. Pemerintahan Daerah (Pasal 18)
 Bab VII. DPR (Pasal 19, 20, 21, dan 22)
 Bab VIII. Hal Keuangan (Pasal 23)
78

 Bab IX. Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 dan 25)


 Bab X. Warga Negara (Pasal 26, 27, dan 28)
 Bab XI. Agama (Pasal 29)
 Bab XII. Pertahanan Negara (Pasal 30)
 Bab XIII. Pendidikan (Pasal 31 dan 32)
 Bab XIV. Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 dan 34)
 Bab XV. Bendera dan Bahasa (Pasal 35 dan 36)
 XVI. Perubahan UUD (Pasal 37)

 Pasal-pasal yang berisi tentang sistem pemerintahan negara,


termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang dan
saling hubungan dengan kelembagaan negara.

 Pasal-pasal yang berisi hubungan negara dengan warga negara dan


penduduk serta berisi konsepsi negara diberbagai bidang : Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya, Hamkam, dll.

HAKEKAT PEMBUKAAN UUD 1945


Alinea pertama : Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31
Alinea kedua : Pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31, 33, 34
Alinea ketiga : Pasal-pasal 29
Alinea keempat : Pasal-pasal 1, 32, 35, 36
Hubungan Antara Lembaga-lembaga Negara Berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945
1. Hubungan Antara MPR dan Presiden
2. Hubungan Antara MPR dengan DPR
3. Hubungan antara DPR dengan Presiden
79

4. Hubungan Antara DPR dengan Menteri-menteri


5. Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-menteri
6. Hubungan Antara Mahkamah Agung dengan lembaga Negara
Lainnya.
7. Hubungan Antara BPK dengan DPR
8. Hubungan Antara DPA dengan Presiden
9. Kedudukan dan hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi
Negara dengan/atau Lembaga-lembaga tinggi Negara Menurut
Ketetapan MPR No. III/MPR/1997.

Kuliah V.
HAK AZASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia Menurut Undang-Undang Dasar 1945


Rincian hak-hak asasi manusia dalam pasal-pasal UUD 1945 adalah
sebagai berikut :
a. Hak atas Kebebasan untuk Mengeluarkan Pendapat
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28:
80

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan


pikiran baik lisan maupun tulisan dan sebagainya diatur
dalam undang-undang.
Declaration of Human Right, Pasal 19., Convenant on Civil
and Political Right Pasal 19.
b. Yang Sama di Muka Bumi
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (1)
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di muka
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Declaration of Human Right, Pasal 27., Convenant on Civil
and Political Right, Pasal 26.
c. Hak atas Kebebasan Berkumpul
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.
Declaration of Human Right, Pasal 20., Convenant on Civil
and Political Right, Pasal 21
d. Hak atas Kebebasan Beragama
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Declaration of Human Right, Pasal 18
e. Hak atas Penghidupan yang Layak
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2), Pasal 34
81

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak, (Pasal 27 ayat (2). Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34.
Declaration of Human Right, Pasal 25., Convenant on
Economic, Social and Cultural Right, Pasal 11
f. Hak atas Kebebasan Berserikat
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang.
Declaration of Human Right, Pasal 23, (4) ; Convenant on
Economic, Social and Cultural Right, Pasal 8 ; Convenant on
Civil and Political Right, Pasal 13
g. Hak atas Pengajaran
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu pengajaran nasional yang diatur dalam undang-
undang.
Declaration of Human Right, Pasal 26., Convenant on
Economic, Social and Cultural Right, Pasal 13.
h. Hak atas Kewarganegaraan
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
Indonesia asli, dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang.
(2) Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dengan undang-undang.
82

Declaration of Human Right, Pasal 15., Convenant on Civil


and Political Right, Pasal 24

KULIAH VI
Demokrasi

PEMAHAMAN TENTANG DEMOKRASI

Istilah demokrasi bersal dari bahasa Yunani ”demos” artinya rakyat


sedang ”kratein” berarti pemerintahan. Maka demokrasi ialah suatu
pemerintahan yang dipegang oleh rakyat (from, by and for the
people” dalam kenyataannya demokrasi ”sangat diskriminatif” kar-
ena demos dimaksudkan hanya rakyat tertentu saja. Tidak semua or-
ang terlibat dalam perwakilan hanya mereka yang karena sebab ter-
tentu.

Hakekat Demokrasi mengandung pengertian


a. pemerintahan dari rakyat (Govermant of the people)
83

b. pemerintahan oleh rakyat (govermant by people)


c. pemerintahan untuk rakyat (govermant for people)

Unsur-unsur penegak demokrasi


1. Negara hukum artinya bahwa negara memberikan perlindungan
hukum bagi
warganegara melalui pelembagaan pengadilan yang bebas dan
tidak
memihak dan penjaminan hak asasi manusia.
2. masyarakat madani atau civil society yaitu keterlibatan warga ne-
gara dalam
asosiasi-asosiasi sosial.
Sebagaimana ciri dari pada masyarakat madani atau civil society
yaitu;
a) masyarakat terbuka.
b) masyarakat yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan
negara.
c) masyarakat kritis dan berpartisipasi aktif serta masyarakat
egaliter.
3. infrastruktur terdiri dari; partai politik, kelompok-gerakan dan
kelompok
penekan, atau kelompok kepentingan
4. pers yang bebas dan bertanggung jawab yaitu pers yang diberikan
kebebasan dalam berpendapat dengan berdasar pada aturan yang
berlaku, dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan
sebagaimana dalam etika jurnalistik.

Model-model demokrasi;
• Demokrasi liberal adalah pemerintahan dibatasi oleh undang-
undang
84

• Demokrasi terpimpin adalah para pemimpin percaya bahwa semua


tindakan mereka dipercaya oleh rakyat.
• Demokrasi sosial adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada
keadilan sosial.
• Demokrasi partisipasi yang menekankan hubungan antara pengua-
sa dengan yang dikuasai.
• Demokrasi cosociational menekankan proteksi khusus bagi kelom-
pok-kelompok budaya yang menekankan kerjasama yang erat di an-
tara elit yang mewakili bagian budaya
• Demokrasi langsung adalah bila rakyat mewujudkan kedaulatann-
ya dalam suatu negara dilakukan secara langsung
• Demokrasi tidak langsung artinya bukan rakyat mewujudkan ke-
daulatannya dalam suatu negara dilakukan secara tidak langsung
(melalui lembaga lembaga perwakilan).

BAB V
SISTEM KONSTIUSI
A. Pengertian sistem konstitusional
Definisi system konstitusional. Pemerintah berdasarkan atas system konstitusi
(hukum dasar) tidak bersifat absolute (kekuasaan yang tidak terbatas). System
inimemberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, ketetapan MPR,
Undang-undang dan sebagainya. Dengan demikian, system ini memperkuat dan
menegaskan lagi bahwa system Negara hukum.
Dengan landasan kedua system Negara hukum dan system konstitusional diciptakan
system mekanisme hubungan dan hukum antar lembaga Negara, yang sekiranya dapat
menjamin terlaksananya system itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat
memperlancar pelaksana pencapaian cita-cita nasional.
85

Sistem merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, system, yang memiliki arti
antara lain:
1. a  set of things working together as parts of a mechanism or an interconnecting
network; a complex whole
seperangkat hal atau benda yang bekerja sama sebagai bagian dari sebuah
mekanisme atau sebuah jaringan yang saling terhubung; bagian jaringan dari ke-
seluruhan
2. a set of principles or procedures according to which something is done; an orga-
nized scheme or method
seperangkat prinsip atau prosedur dalam melakukan sesuatu; skema atau metode
yang terorganisir
3. the prevailing political or social order
ketentuan politik atau sosial yang berlaku.

Sedangkan, pengertian pemerintahan sendiri dapat ditinjau dari tiga aspek,


yaitu dari segi kegiatan (dinamika), struktural fungsional serta dari segi tugas dan
wewenang. Dari segi kegiatan (dinamika) pemerintahan dapat diartikan sebagai segala
kegiatan atau usaha yang terorganisasikan, yang bersumber pada kedaulatan dan ber-
landaskan pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi ter-
capainya tujuan negara. Segi struktural fungsional terkait erat dengan pemerintahan
sebagai seperangkat fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara
fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi tercapainya
tujuan negara. Sedangkan pengertian pemerintahan dalam konteks tugas dan wewen-
ang sendiri dapat dilihat dari secara luas (seluruh fungsi negara seperti eksekutif, legis-
latif dan yudikatif) ataupun sempit (eksekutif saja).
Berdasarkan pengertian di atas, secara sederhana, sistem pemerintahan dapat di-
lihat sebagai seperangkat prinsip, prosedur, ataupun ketentuan fungsi-fungsi negara
yang saling terhubung dalam rangka mencapai tujuan negara, yang berdasarkan dasar
negara. Dengan demikian, sistem pemerintahan Indonesia sendiri tentunya terkait erat
dengan pengertian sederhana tersebut dalam hubungannya dengan Indonesia sebagai
sebuah negara.

B. Sistem Pemerintahan Demokrasi Konstitusional


Sistem pemerintahan Indonesia sendiri dapat kita telusuri melalui UUD 1945,
dimana secara jelas dalam Bab I Pasal 1 (3) disebutkan bahwa, “Negara Indonesia ada-
lah negara hukum”. Sedangkan paska reformasi 1998, Indonesia telah memasuki tahap
baru dalam demokrasinya. Setelah sekitar 32 tahun di bawah bayang-bayang de-
mokrasi semu, warga negara Indonesia dapat mengecap indahnya ”fasilitas premium”
86

demokrasi yaitu kebebasan berpendapat serta pemilihan umum langsung (sejak


2004). Demokrasi yang merujuk pada hukum sendiri merupakan bentuk dari de-
mokrasi konstitusional. Indonesia merupakan sebuah Rechtstaat (negara hukum),
bukan Machtstaat yang merupakan negara dengan berdasarkan kekuasaan saja.
Demokrasi Konstitusional sendiri memiliki ciri tersendiri, yaitu terbatasnya
kekuasaan pemerintah serta tidak dibenarkannya tindakan sewenang-wenang pemerin-
tah kepada masyarakat. Kedua hal itu termaktub secara gamblang dalam konstitusi,
yang menjadi acuan bagi pemerintah. Ciri tersebut memiliki nafas yang sama dengan
pernyataan Lord Acton, “power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely”
(manusia yang memiliki kekuasaan cenderung akan menyalahgunakannya, dan apabila
manusia memiliki kekuasaan yang absolut atau tidak terbatas, tentunya akan disa-
lahgunakan”. Pemisahan dan/ pembagian kekuasaan, sehingga kekuasaan tidak
terpusat hanya pada satu lembaga atau individu, dalam prakteknya di Indonesia dapat
dilihat melalui tiga lembaga negara utama yang berperan dalam menjalankan roda pe-
merintahan, yaitu eksekutif (presiden), legislatif (DPR dan MPR) serta yudikatif
(MA).
1. Negara Konstitusional (Constitutional State)
Konstitusi dan Konstitusionalisme adalah  keseluruhan prinsip negara hukum
haruslah dirumuskan dalam konstitusi, baik dalam arti tertulis dalam satu naskah
UUD ataupun dalam arti tidak tertulis dalam satu naskah seperti Kerajaan Inggeris
yang meskipun tidak memiliki naskah UUD tetap disebut sebagai ‘constitutional
state’, ‘constitutional monarchy’. Paham konstitusional ini dalam sejarah pemikiran
hukum tata negara biasa disebut dengan konstitusionalisme yang di zaman sekarang
ini dianggap sebagai satu konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Seperti
dikatakan oleh C.J. Friedrich, “constitutionalism is an institutionalized system of ef-
fective, regularized restraints upon governmental action”. Basis pokoknya adalah
kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara mayoritas rakyat men-
genai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan Negara. Organisasi Negara itu
diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat
dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme
yang disebut Negara. Kata kuncinya adalah consensus atau ’general agreement’.
Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan Negara
yang bersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara (civil war) atau revolusi
dapat terjadi. Hal ini, misalnya, tercermin dalam tiga peristiwa besar dalam sejarah
87

umat manusia revolusi penting yang terjadi di Perancis tahun 1789, di Amerika
pada tahun 1776, dan di Rusia pada tahun 1917, ataupun di Indonesia pada tahun
1965 dan 1998. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitutionalisme di zaman
modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan, yaitu:
1.  Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society
or general acceptance of the same philosophy of government).
2.  Kesepakatan tentang ‘the rule of law’ sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan Negara (the basis of government).
3.  Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketataneg-
araan (the form of institutions and procedures’). Kesepakatan pertama, yaitu
berkenaan dengan cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan
konstitusionalisme di suatu Negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada
puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus
hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
Oleh karena itu, di suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam
kerangka kehidupan bernegara, diperlukan adalah perumusan tentang tujuan-tujuan
atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau
‘staatsidee’ (cita negara) yang berfungsi sebagai ‘filosofische grondslag’ dan ‘com-
mon platforms’ atau “kalimatun sawa’” di antara sesama warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara. Di Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimak-
sudkan itulah yang biasa disebut sebagai Pancasila yang berarti lima sila atau
prinsip dasar.
Di samping itu, kesepakatan kedua, yaitu basis pemerintahan berdasarkan
aturan hukum dan konstitusi, juga sangat prinsipil. Harus ada keyakinan bersama
bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan Negara
haruslah didasarkan atas ‘rule of the game’. Istilah yang biasa digunakan untuk itu
adalah ‘the rule of law’ yang dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggeris
kenamaan. Bahkan di Amerika Serikat istilah ini dikembangkan menjadi jargon:
“the rule of law, and not of man” untuk menggambarkan pengertian bahwa hukum-
lah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu Negara, bukan
manusia atau orang. Istilah “The Rule of Law” jelas berbeda dari istilah “The Rule
by Law”. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya
sekedar bersifat ‘instrumentalis’ atau ‘alat’, sedangkan kepemimpinan tetap berada
88

di tangan orang atau manusia, yaitu “The Rule of Man by Law”. Kesepakatan
tentang ini sangat pentinf agar konstitusi itu sendiri dapat dijadikan pegangan tert-
inggi dalam memutuskan segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. Tanpa
ada consensus semacam itu, konstitusi tidak akan berguna, karena ia akan sekedar
berfungsi sebagai kertas dokumen yang ‘mati’, hanya bernilai semantic dan tidak
berfungsi karena tidak difungsikan sebagaimana mestinya.  Kesepakatan ketiga
adalah berkenaan dengan bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang
mengatur kekuasaannya, hubungan-hubungan antar organ Negara itu satu sama
lain, serta hubungan organ-organ Negara itu dengan warga negara. Dengan adanya
kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-
benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan
mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan
bernegara yang berkonstitusi (constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah
yang pada pokoknya dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan di-
jadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Para perancang
dan perumus konstitusi tidak seharusnya membayangkan bahkan naskah konstitusi
itu akan sering diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama dengan undang-
undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme perubahan UUD
memang sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Sudah
tentu, tidak mudahnya mekanisme perubahan undang-undang dasar tidak boleh
menyebabkan undang-undang dasar itu menjadi terlalu kaku karena tidak dapat diu-
bah. Konstitusi juga tidak boleh disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti
yang terjadi di masa Orde Baru. Keseluruhan kesepakatan tersebut di atas, pada in-
tinya, menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Pada pokoknya,
prinsip konstitusionalisme modern sebenarnya memang menyangkut prinsip pem-
batasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip ‘limited government’. 
Oleh karena itu, menurut William G. Andrews, “Under constitutionalism, two types
of limitations impinge on government. ‘Power proscribe and procedures pre-
scribed. Kekuasaan melarang dan prosedur ditentukan. Konstitutionalisme dapat
dikatakan mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Per-
tama, hubungan antara pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua, hubungan
antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain.
Karena itu, biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal
penting, yaitu: (a) menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ Negara, (b)
89

mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain,
dan (c) mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan war-
ganegara. 

2. Fungsi Konstitusi sebagai Kepala Negara Republik  


Di samping itu, dapat pula dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang sangat
penting baik secara akademis maupun dalam praktek. Seperti dikatakan oleh Wil-
liam G. Andrews: “The constitution imposes restraints on government as a func-
tion of constitutionalism; but it also legitimizes the power of the government.  It is
the documentary instrument for the transfer of authority from the residual holders
– the people under democracy, the king under monarchy – to the organs of State
power”.             Konstitusi di satu pihak (a) menentukan pembatasan terhadap
kekuasaan sebagai satu fungsi konstitusionalisme, tetapi di pihak lain (b) mem-
berikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan. Konstitusi juga (c) berfungsi
sebagai instrumen documenter untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang
kekuasaan asal (baik rakyat dalam sistem demokrasi atau Raja dalam sistem Mon-
arki) kepada organ-organ kekuasaan Negara. Bahkan oleh Thomas Paine dalam
bukunya “Common Sense”, dikatakan bahwa konstitusi juga mempunyai fungsi se-
bagai “a  national symbol”. Menurut Tom Paine, “It may serve instead of the king
in that ceremonial function of exemplifying the unity and majesty of the nation. Or
it may exist alongside the monarch, embodying capacity that Constitutions are
trundled about the country in shiny aluminium railroad trains under armed guard
and exhibited to all comers”.  Konstitusi dapat berfungsi sebagai pengganti raja
dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi yang bersifat ‘ceremonial’ dan fungsi pe-
mersatu bangsa seperti yang biasanya dikaitkan dengan fungsi kepala Negara. Kar-
ena itu, selain ketiga fungsi tersebut di atas, fungsi konstitusi dapat pula ditambah
dengan fungsi-fungsi lain (d) sebagai ‘kepala negara simbolik’ dan (e) sebagai
kitab suci simbolik dari suatu ‘agama civil’ atau ‘syari’at negara’ (civil religion).
Dalam fungsinya sebagai kepala Negara simbolik, Konstitusi berfungsi sebagai: (i)
sebagai simbol persatuan (symbol of unity), (ii) lambang identitas dan keagungan
nasional suatu bangsa (majesty of the nation), dan/atau (iii) puncak atau pusat
kekhidmatan upacara (center of ceremony). Tetapi, dalam fungsinya sebagai doku-
men kitab suci simbolik (symbolic civil religion), Konstitusi berfungsi (i) sebagai
90

dokumen pengendali (tool of political, social, and economic control), dan (ii) seba-
gai dokumen perekayasaan dan bahkan pembaruan ke arah masa depan (tool of
political, social and economic engineering and reform). 
Istilah ‘kepala negara simbolik’ dipakai sejalan dengan pengertian ‘the
Rule of Law’ yang menegaskan bahwa yang sesungguhnya memimpin dalam suatu
Negara, bukanlah orang melainkan hukum itu sendiri. Dengan demikian, kepala
Negara yang sesungguhnya adalah konstitusi, bukan pribadi manusia yang kebetu-
lan menduduki jabatan sebagai kepala Negara. Lagi pula, pembedaan istilah kepala
Negara dan kepala pemerintahan itu sendiri sudah seharusnya dipahami sebagai se-
suatu yang hanya relevan dalam lingkungan sistem pemerintahan parlementer
dengan latar belakang sejarah kerajaan (monarki). Dalam monarki konstitusional
yang menganut system parlementer, jelas dipisahkan antara Raja atau Ratu sebagai
kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Dalam sistem re-
publik, seperti di Amerika Serikat, kedudukan Raja itulah yang digantikan oleh
konstitusi. Karena sistem republik, apalagi yang menganut sistem pemerintahan
presidential seperti di Indonesia, tidak perlu dikembangkan adanya pengertian men-
genai kedudukan kepala Negara, karena fungsi kepala Negara itu sendiri secara
simbolik terlembagakan dalam Undang-Undang Dasar sebagai naskah konstitusi
yang bersifat tertulis.  
Dalam hubungan dengan itulah maka, konstitusi sebagai kepala Negara
simbolik itu memiliki fungsi-fungsi sebagai simbol pemersatu (symbol of unity),
ungkapan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) dan pusat upa-
cara kenegaraan (center of ceremony). Sebagai dokumen yang mengungkapkan
cita-cita kolektif seluruh bangsa yang bersifat sangat umum, mencakup dan meli-
puti, maka konstitusi sangat mungkin dijadikan pegangan bersama yang bersifat
mempersatukan seluruh bangsa. Dengan demikian, konstitusi juga dapat berfungsi
sebagai ungkapan identitas seluruh bangsa. Jika konstitusi disebut, ia menjadi sum-
ber identitas kolektif, sama seperti bendera kebangsaan. Terkait dengan itu, sebagai
puncak atau pusat upacara, konstitusi juga mempunyai arti yang penting dalam an-
eka kegiatan upacara. Untuk menandai perubahan status seseorang ke dalam suatu
jabatan kenegaraan, maka ia diharuskan bersumpah setia kepada konstitusi. Untuk
menandai suatu wilayah tertentu masuk atau keluar dari territorial suatu Negara,
juga ditandai dengan konstitusi. Sementara itu, dalam fungsinya sebagai dokumen
‘civil religion, konstitusi dapat difungsikan sebagai sarana pengendalian atau
91

sarana perekayasaan dan pembaruan. Dalam praktek, memang dapat dikemukakan


adanya dua aliran pemikiran mengenai konstitusi, yaitu aliran pertama memfung-
sikan konstitusi hanya sebagai dokumen yang memuat norma-norma yang hidup
dalam kenyataan. Kebanyakan konstitusi memang dimaksudkan untuk mendeskrip-
sikan kenyataan-kenyataan normative yang ada ketika konstitusi itu dirumuskan (to
describe present reality). Tetapi, di samping itu, banyak juga konstitusi yang bersi-
fat ‘prospective’ dengan mengartikulasikan cita-cita atau keinginan-keinginan ideal
masyarakat yang dilayani. Banyak konstitusi negara-negara modern yang juga mer-
umuskan tujuan-tujuan social dan ekonomi yang belum dapat diwujudkan atau di-
capai dalam masyarakat menjadi materi muatan konstitusi. Konstitusi di lingkun-
gan Negara-negara yang menganut paham sosialis atau dipengaruhi oleh aliran so-
sialisme, biasa memuat ketentuan mengenai hal ini dalam rumusan konstitusi. Hal
inilah yang saya sebut sebagai ‘economic constitution’ dan ‘social constitution’
dalam buku “Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya
di Indonesia”.  Konstitusi-konstitusi jenis demikian sangat berbeda dari konstitusi
yang ditulis menurut tradisi paham demokrasi liberal atau ‘libertarian constitution’.
Sebagai contoh, konstitusi Amerika Serikat tidak memuat sama sekali ketentuan
mengenai cita-cita ekonomi ataupun ketentuan mengenai sistem ekonomi dan kegi-
atan ekonomi. Alasannya jelas, yaitu bahwa soal-soal yang berkenaan dengan
perekonomian tidaklah menyangkut urusan kenegaraan, melainkan termasuk ke
dalam wilayah urusan pasar yang mempunyai mekanismenya tersendiri sesuai
dengan prinsip ‘free market liberalism’ yang dianggap sebagai pilar penting dalam
system kapitalisme. Karena ekonomi adalah urusan pasar, maka ketentuan men-
genai hal itu tidak seharusnya dicantumkan ke dalam naskah konstitusi. Demikian
pula urusan orang kaya dan orang miskin bukanlah termasuk persoalan Negara, dan
karena itu tidak perlu diatur dalam konstitusi. Pandangan demikian jelas sangat ber-
beda dari apa yang dianut dalam system sosialisme yang mengembangkan penger-
tian ‘welfare state’. Dalam ‘welfare state’ Negara bertanggungjawab untuk men-
gurusi orang miskin. Karena itulah, UUD 1945 mengadopsikan perumusan Pasal
34 yang aslinya menentukan bahwa: “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh Negara”. Dari uraian terakhir di atas, dapat dikatakan bahwa konstitusi dapat
pula difungsikan sebagai sarana kontrol politik, sosial dan/atau ekonomi di masa
sekarang, dan sebagai sarana perekayasaan politik, sosial dan/atau ekonomi menuju
92

masa depan. Dengan demikian, fungsi-fungsi konstitusi dapat dirinci sebagai


berikut:
1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ-organ negara.
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ-organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
4. Fungsi pemberi legitimasi terhadap kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli ke-
pada organ negara.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity).
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of
nation).
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony).
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya di
bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang social dan ekonomi.
10.Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat, baik dalam arti
sempit maupun dalam arti luas.11.  dan, dalam sistem pemerintahan presidential,
konstitusi juga berfungsi sebagai kepala negara dalam arti simbolik. 
Dari kesebelas fungsi tersebut di atas, yang perlu mendapat penekanan khusus
ialah fungsi yang terakhir, yaitu fungsi sebagai ‘kepala negara simbolik’. Sangat
boleh jadi, banyak orang tidak setuju dengan istilah ini, tetapi menurut saya, hal ini
penting untuk membuat orang mengerti bahwa dalam sistem pemerintahan Repub-
lik Indonesia di bawah Undang-Undang Dasar 1945, tidak perlu lagi dibedakan ant-
ara kedudukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kedu-
dukan sebagai kepala negara yang sebenarnya adalah adalah pada konstitusi atau
UUD, sedangkan Presiden hanya bertindak sebagai kepala pemerintahan saja.
3. Konstitusi dan Hukum Dasar 
Konstitusi juga merupakan hukum dasar yang harus dijadikan pegangan bersama
dalam rangka penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar
yang tertulis yang lazim disebut UUD, dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua
negara memiliki konstitusi tertulis atau UUD. Kerajaan Inggeris biasa disebut seba-
gai negara konstitusional, tetapi tidak memiliki satu naskah UUD sebagai konstitusi
tertulis. Oleh sebab itu, di samping karena adanya negara yang dikenal sebagai neg-
ara konstitusional tetapi tidak memiliki konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma-
norma yang hidup dalam praktek penyelenggaraan negara juga diakui sebagai
93

hukum dasar, dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas.
Karena itu, UUD sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma hukum
dasar yang tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam prak-
tek penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi
atau hukum dasar (droit constitusionnel) suatu negara.             Dalam penyusunan
suatu konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat
dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu
norma ke dalam naskah UUD Dasar. Karena itu, suasana kebatinan (geistichenhen-
tergrund) yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis per-
umusan juridis suatu ketentuan Undang-Undang Dasar perlu dipahami dengan sek-
sama untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat dalam
pasal-pasal UUD. UUD tidak dapat dipahami hanya melalui teksnya saja. Untuk
sungguh-sungguh mengerti, kita harus memahami konteks filosofis, sosio-historis,
sosio-politis, sosio-juridis, dan bahkan sosio-ekonomis yang mempengaruhi peru-
musannya.  Di samping itu, setiap kurun waktu dalam sejarah, memberikan pula
kondisi-kondisi kehidupan yang membentuk dan mempengaruhi kerangka
pemikiran (frame of reference) dan medan pengalaman (field of experience) dengan
muatan kepentingan yang berbeda, sehingga proses pemahaman terhadap suatu
ketentuan UUD dapat terus berkembang dalam praktek di kemudian hari. Karena
itu, penafsiran terhadap UUD di masa lalu, masa kini, dan di masa yang akan
datang, memerlukan rujukan standar yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
sebaik-baiknya, sehingga UUD tidak menjadi alat kekuasaan yang ditentukan se-
cara sepihak oleh pihak manapun juga. Untuk itulah, menyertai penyusunan dan
perumusan naskah UUD, diperlukan pula adanya Pokok-Pokok Pemikiran konsep-
tual yang mendasari setiap perumusan pasal-pasal UUD serta keterkaitannya secara
langsung atau tidak langsung terhadap semangat proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.  UUD 1945 sebagaimana terakhir diubah pada tahun 1999, 2000,
2001 sampai tahun 2002 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan hukum
dasar Indonesia di masa depan. Isinya mencakup dasar-dasar normatif yang ber-
fungsi sebagai sarana pengendali (tool of social and political control) terhadap
penyimpangan dan penyelewengan dalam dinamika perkembangan zaman dan sek-
aligus sarana pembaruan masyarakat (tool of social and political reform) serta
sarana perekayaan (tool of social and political engineering) ke arah cita-cita
94

kolektif bangsa. Belajar dari kekurangan sistem demokrasi politik di berbagai neg-
ara di dunia, yang menjadikan UUD hanya sebagai konstitusi politik, maka UUD
ini juga berisi dasar-dasar pikiran mengenai demokrasi ekonomi dan demokrasi so-
sial. Karena itu, UUD ini dapat disebut sebagai konstitusi politik, konstitusi eko-
nomi dan sekaligus konstitusi sosial yang mencerminkan cita-cita kolektif bangsa,
baik di bidang politik dan ekonomi maupun sosial-budaya, dengan tetap memeli-
hara tingkat abstraksi perumusannya sebagai hukum dasar (rechtsidee). 
Sebagai hukum dasar, perumusan isinya disusun secara sistematis mulai dari
prinsip-prinsip yang bersifat umum dan mendasar, dilanjutkan dengan perumusan
prinsip-prinsip kekuasaan dalam setiap cabangnya yang disusun secara berurutan.
Pasal-pasal dan ayatnya dirumuskan dalam tingkat abstraksi yang sesuai dengan
hakikatnya sebagai hukum dasar, dengan kesadaran bahwa pengaturan yang bersi-
fat rinci akan ditentukan lebih lanjut dalam UU. Makin elastis suatu aturan, makin
terbuka kemungkinannya untuk menampung dinamika perkembangan zaman, se-
hingga UUD tidak lekas ketinggalan zaman (verounderd). Namun demikian,
meskipun perumusan UUD ini bersifat garis besar, haruslah disadari jangan sampai
ketentuan yang diaturnya bermakna ganda atau dapat ditafsirkan secara sewenang-
wenang oleh pihak yang berkuasa.             Oleh karena itu, yang terpenting adalah
semangat dan kemauan politik (political will) para penyelenggara negara.
Meskipun dirumuskan dengan jelas bahwa Undang-Undang Dasar menganut asas
kedaulatan rakyat atau demokrasi, jika para penyelenggara negara tidak berjiwa de-
mokrasi dan tidak mempunyai tekad dan komitmen untuk mewujudkan demokrasi
itu dalam kenyataan atau hanya menjadikan demokrasi hanya sebagai retorika
semata, maka pasal yang jelas menentukan adanya demokrasi itu tidak akan ter-
wujud dalam praktek. Sebaliknya, meskipun perumusan UUD tidak sempurna,
tetapi semangat para penyelenggara negara bersih dan tulus dalam menjalankan
konstitusi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, maka kekurangan dalam
perumusan pasal UUD tidak akan merintangi jalannya penyelenggaraan negara
dengan sebaik-baiknya menuju terwujudnya cita-cita bangsa berdasarkan kelima
sila Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 

B. Sistem Pemerintahan Parlementer Dan Presidensial


95

Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:


1. sistem pemerintahan presidensial;
2. sistem pemerintahan parlementer.
Pada umumnya, negara-negara didunia menganut salah satu dari sistem pemerin-
tahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kom-
binasi dari dua sistem pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal
dari negara yang menganut sistem pemerintahan parlemen. Bhakan, Inggris disebut se-
bagai Mother of Parliaments (induk parlemen), sedangkan Amerika Serikat
merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri
yang dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model pemerin-
tahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan
presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam men-
jalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemu-
dian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain dibelahan dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada
hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut par-
lementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensial
apabila badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem pemerinta-
han parlementer.
Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut:
1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan
pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki pe-
luang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan
kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari par-
lemen.
96

4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang


mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-
waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen
menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara re-
publik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki
kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keu-
tuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja
atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya,
diadakan pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:


 Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penye-
suaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif
dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:


 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan be-
rakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengu-
sai parlemen.
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
97

Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki


kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara lang-
sung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat se-
cara terpisah.

Ciri-ciri dari sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut:


1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab ke-
pada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden
tidak dipilih oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Ang-
gota parlemen dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:


 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parle-
men.
 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia
adalah lima tahun.
 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :


 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat men-
ciptakan kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
98

 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar ant-


ara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan me-
makan waktu yang lama.

C. Sistem Pemerintahan Indonesia


Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan.
Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti su-
sunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemer-
intah, dan yang berasal dari kata perintah. kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu.
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.
Dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilak-
ukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam
rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha
adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan di-
artikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan
yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan
fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasi-
fikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan
undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan, kekuasaan Legislatif yang
berati kekuasaan membentuk undang-undang, dan kekuasaan Yudikatif yang berati
kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, le-
gislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintahan negara menggambarkan adanya
lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga
negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan pe-
merintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Mis-
alnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa In-
donesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system pemerin-
99

tahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya
tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah ke-
pala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan
melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen
akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua menteri yang ada tersebut
dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet.
Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
a. Kabinet Presidensial
Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggungjawaban atas ke-
bijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan sebagai
perdana menteri sehingga para menteri tidak bertanggung jawab kepada perlemen/
DPR melainkan kepada presiden. Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet
presidensial adalah Amarika Serikat dan Indonesia.
b. Kabinet Ministrial.
Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan kebijaksaan pe-
merintan, baik seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama seluruh
anggota kebinet bertanggung jawab kepada parlemen/DPR. Contoh negara yang
menggunakan sistem kabinet ini adalah negara-negara di Eropa Barat.
Apabila dilihat dari cara pembentukannya, cabinet ministrial dapat dibagi men-
jadi dua, yaitu cabinet parlementer dan cabinet ekstraparlementer.
Kabinet parlementer adalah suatu kabinet yang dibentuk dengan memperhatikan dan
memperhitungkan suara-suara yang ada didalam parlemen. Jika dilihat dari komposisi
(susunan keanggotaannya), cabinet parlementer dibagi menjadi tiga, yaitu kabinet ko-
alisi, kabinet nasional, dan kabinet partai.
Kabinet Ekstraparlementer adalah kebinet yang pembentukannya tidak memper-
hatikan dan memperhitungkan suara-suara serta keadaan dalam parlemen/DPR.
a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 se-
belum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
100

3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.


4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Ma-
jelis Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung-
jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan In-


donesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimp-
inan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya
kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenan-
gan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya
pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan
cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang be-
sar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerinta-
han yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari.
Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata
kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan neg-
ara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi:
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi
konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerin-
101

tahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah
dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan
2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah diamande-
men
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi.
Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih men-
dasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya tran-
sisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan
berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah neg-
ara terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presid-
ensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden  dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota
MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan par-
lementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelema-
han yang ada dalam sistem presidensial.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah seba-


gai berikut;
102

1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak lang-
sung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau per-
setujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-un-
dang dan hak budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan


Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikam-
eral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada
parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
103

BAB VI
DEMOKRASI PANCASILA
A. Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi telah ada sejak zaman peradaban Yunani kuno yang di ambil
dari dua suka kata yaitu “Demos” berarti rakyat  dan “Cratein” artinya memerintah
atau pemerintah, sehingga disebut menjadi demokrasi hingga sekarang. Pada be-
berapa literatur terdapat terdapa beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli
seperti berikut ini:
1) Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan
dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang men-
jamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada
mayoritas tersebut.” (Menurut C.F. Strong).
2) Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah
yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam
melaksanakan kekuasaan Negara.” (Menurut Hans Kelsen).
Secara umum, demokrasi adalah suatu sistem kenegaraan yang dimana sistem
pemerintahan sebuah negara berupaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat atas neg-
ara serta memiliki hak yang setara dalam mengambil keputusan untuk mengubah
hidup mereka. Bisa dikatakan, dalam demokrasi yang menjadi nomor satu dalam se-
buah negara adalah rakyat. Kegiatan demokrasi dapat kita lihat di negara kita sendiri,
Indonesia. Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yang diutarakan di Athena Kuno
104

pada abad ke-5 SM, dan diambil dari kata demos dan kratos, yang artinya rakyat dan
kekuasaan
Demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dan
pengertian dari demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya menguta-
makan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama (seluruh rakyat). Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang ideologinya terdapat dalam Pancasila, oleh karena itu
setiap sila yang terdapat dalam Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap
rakyatnya sehari-hari untuk menunjang kemajuan negara kita. Pancasila sendiri
dikemukakan oleh Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 yang pada
akhirnya hingga saat ini tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.
Ciri-ciri Demokrasi:
1. Memberikan jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (pasal 28A-J UUD 1945)
2. Kebebasan dalam  berkumpul membentuk organisasi, beroposisi untuk setiap
warga negara
3. Seluruh warga negara diberikan perlakukan yang sama di mata hukum (pasal 27
ayat 1 UUD)
4. Kekuasaan dikontrol oleh rakyat yang dilakukan oleh kesatuan perwakilan rakyat
( DPR )
5. Jaminan kekuasaan yang telah disepakati bersama

Ada beberapa jenis demokrasi yang diterapkan negara-negara di dunia, seperti berikut:
 Demokrasi Liberal: Mekanisme kerja yang mengacu pada kebebasan dan
mengabaikan kepentingan umum, kekuasaan pemerintah dibatasi oleh undang-un-
dang. Diterapkan pada Amerika, Inggris.
 Demokrasi Proletar: Memberikan kesejahteraan pada aeluruh rakyat, tanpa menge-
nal kelas sosial dan kekuasaan sebagai alat yang sah. Dilakukan pada sejumlah ne-
gara komunis, seperti Polandia, Rusia.
 Demokrasi Pancasila: Dilakukan dengan penjiwaan berdasarkan arti Pancasila se-
bagai landasan yang bersumber pada tata nilai sosial budaya bangsa, seperti yang
diterapkan di Indonesia.

B. Pengertian Demokrasi Pancasila

Pengertian Demokrasi pancasila Demokrasi Pancasila disebut sebagai paham de-


mokrasi yang mengacu pada karakteristik bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pem-
105

bukaan UUD 1945 yang berbunyi “….yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”. Kedaulatan rakyat memiliki
arti rakyat yang ikut serta dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diten-
tukan dalam peraturan perundang-undangan.
Demokrasi pancasila memiliki jiwa dan semangat yang didasari dengan nilai-
nilai pada fungsi pancasila. Dalam demokrasi Pancasila, rakyat adalah Subjek de-
mokrasi itu sendiri. Hal ini berarti rakyat secara keseluruhan berhak ikut serta aktif
menyuarakan keinginan dan juga sebagai pelaksana keinginan tersebut. Aspirasi
rakyat kemudian disalurkan melalui perwakilan pada lembaga-lembaga negara yang di
pilih sendiri oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Sejatinya pengertian demokrasi sangat mementingkan kedaulatan rakyat yaitu
kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika dilakukan
dengan benar, akan akan menciptakan kesejahteraan sosial yang merata untuk seluruh
rakyat.
Kita adalah rakyat Indonesia yang tak bisa terpisahkan dengan bumi pertiwi. Di-
mana kita sebagai generasi muda wajib menjunjug tinggi nasionalisme yang didukung
dengan sikap-sikap positif dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang
pada akhirnya tujuan dari semuanya itu adalah untuk kebaikan diri kita semua dan
kemajuan serta kesejahteraan bangsa Indonesia. Dan itu merupakan salah satu tujuan
sederhana yang manfaat luar biasa bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Secara spesifik, berikut ini adalah pengertian demokrasi Pancasila :
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan pada asas kekeluargaan
dan gotong-royong yang ditujukan demi kesejahteraan rakyat, yang mengandung
unsur-unsur berkesadaran religius, yang berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidaklah bersifat mutlak, tetapi
harus diselaraskan atau disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan
cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, se-
hingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
Dalam demokrasi Pancasila terdapat 2 asas yang membentuk, yakni:
106

a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap rakyat, manunggal
dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau dalam arti
menghayati kesadaran senasib dan secita-cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan dan menghargai
aspirasi seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum permusy-
awaratan dalam rangka pembahasan untuk menyatukan berbagai pendapat yang ke-
luar serta mencapai mufakat yang dijalani dengan rasa kasih sayang dan pengorba-
nan agar mendapat kebahgiaan bersama-sama
Pada kenyataannya kini, demokrasi Pancasila di Indonesia telah dinodai oleh
ulah wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab, mereka hanya mementingkan
kekuasaan semata dan melupakan apa yang saat ini dialami oleh rakyatnya. Begitu
banyak warga miskin di Indonesia, mereka sangat butuh bantuan dari pemerintah.
Bukan hanya itu, aspirasi rakyat Indonesia untuk Indonesia yang maju dan lebih
baik pun seakan dianggap angin belaka, aspirasi rakyat seperti ucapan yang begitu saja
mengudara namun menghilang entah kemana. Kini, demokrasi hanya isapan jempol
belaka, pada kenyataannya saat ini di Indonesia kekuasaan bisa mengalahkan kedau-
latan rakyat. 
Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara
mandiri di hadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam
mengemukakan pendapat, dan memiliki lembaga-lembaga yang mandiri dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik. Masyarakat madani atau yang disebut
orang barat civil society mempunyai prinsip pokok pluralisme, toleransi, dan hak asasi
(human right), termasuk di dalamnya adalah demokrasi. Bagi bangsa Indonesia,
masyarakat madani menjadi suatu cita-cita bagi negara. Sebagai bangsa yang pluralis
dan majemuk, model masyarakat madani merupakan tipe ideal suatu masyarakat Indonesia
demi terciptanya integritas sosial bahkan integritas nasional.
Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi) men-
urut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat koeksistensi
atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah demokrasi
dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat
madani dapat berkembang secara wajar. Nurcholish Madjid memberikan penjelasan
mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan demokratisasi. Menurutnya,
masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan sim-
bol bagi  pelaksanaan demokrasi. Masyarakat madani merupakan elemen yang signi-
107

fikan dalam membangun demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah
terciptanya  partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan adanya
civic engagement, yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial. Civic
engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antara
satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest Gellner
merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap se-
bagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.
Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia, dari sudut pandang pema-
haman masyarakat madani dapat dirumuskan secara sederhana. Rumusan tersebut
yaitu membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratif, dengan landasan
takwa dengan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, serta sahnya nilai-nilai hubungan
sosial yang luhur. Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut yaitu toleransi dan plural-
isme. Keduanya merupakan wujud ikatan keadaban (bond of civility). Maka dari itu,
toleransi dan pluralisme menjadi bagian untuk menwujudkan nilai-nilai keadaban.
Guna mewujudkan terciptanya masyarakat madani, diperlukan berbagai upaya sebagai
berikut:
a. Meningkatkan usaha menciptakan pemerintahan yang baik 
  Terciptanya pemerintahan yang baik (good government) merupakan tuntutan
masyarakat pada era reformasi. Pemerintahan yang baik menjadi prasyarat untuk
tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani yang sehat. Pemerintahan yang
bersih merupakan sebuah pemerintahan yang efesien dan efektif, profesional, ber-
wibawa, serta  bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Ciri khas dari pemerinta-
han yang bersih adalah dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable),
dapat memimpin (capable),  pemerintahan bersih (clean government). Melalui pe-
merintahan yang baik, masyarakat dapat menciptakan pembangunan secara merata.
Melalui pembangunan merata, taraf hidup masyarakat pun dapat meningkatkan.
Peningkatan taraf hidup, berarti meningkatkan kesempatan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan. Terpenuhinya kebutuhan merupakan salah satu karakteristik
masyarakat madani.
b. Meningkatkan keseimbangan dalam pembagian kekuasaan
 Sebagaimana prinsip trias politika, sautu pemerintahan yang ideal terbagi ke dalam
3 kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiganya terwadahi dalam
lembaga-lembaga negara. Ketiga lembaga harus mampu menjalankan peran sesuai
108

dengan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, dapat tercipta tingkat keseim-


bangan hubungan antara kekuasaan eksekutif, kekuasaan legeslatif, dan kekuasaan
yudikatif. Di dalam menjalankan perannya, lembaga legislatif menjadi cerminan as-
pirasi masyarakat yang diwakili. Dengan demikian, kehidupan yang demokratis le-
bih terjamin. Makin terjamin demokrasi warga negara, berarti makin dekat  bangsa
Indonesia ke arah terwujudnya masyarakat madani.
c. Meningkatkan jiwa kemandirian melalui kegiatan perekonomian
  Masyarakat madani menuntut pemerataan kehidupan ekonomi yang lebih merata.
Dengan adanya pemerataan, kegiatan perekonomian menjadi hak semua warga neg-
ara. Kegiatan ekonomi tidak hanya menjadi milik sekelompok kecil anggota
masyarakat. Kegagalan dalam menerapkan pemerataan ekonomi, dapat mencip-
takan kehidupan  perekonomian yang tidak demokratis. Namun sebaliknya, pem-
erataan kegiatan  perekonomian, dapat menjamin kehidupan ekonomi yang de-
mokratis. Makin demokratis suatu bangsa, berarti makin mudah mewujudkan ter-
ciptanya masyarakat madani.
d. Meningkatkan pemahaman perlunya kebebasan pers
  Di dalam kehidupan masyarakat madani, pers memiliki peran untuk melakukan
kontrol sosial. Namun tentunya, fungsi kontrol harus dilakukan secara bertanggung-
jawab dan sesuai dengan etika jurnalistik. Kontrol sosial yang dilakukan pers hanya
dapat terwujud bila terdapat perlindungan terhadap pers. Terciptanya kebebasan
pers, yaitu berkembangnya media massa baik cetak maupun elektronik yang sang-
gup berfungsi mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta melakukan
fungsi kontrol sosial. Kebebasan pers merupakan salah satu syarat demokrasi.
Makin banyak syarat demokrasi terpenuhi, berarti makin mudah membawa
masyarakat ke arah masyarakat madani.
e. Menciptakan perangkat hukum yang memadai dan berkeadilan sosial
  Terbentuknya lembaga pene gak hukum harus mampu mencerminkan berlakunya su-
premasi hukum dalam kehidupan bermasyara kat, berbangsa, dan bernegara menuju
suatu tatanan masyarakat madani atau civil society Indonesia. Hal tersebut sesuai
dengan semangat reformasi. Di dalamnya terkandung semangat untuk mewujudkan
ketaatan kepada hukum untuk semua orang dan bukan hanya untuk kepentingan
penguasa. Setiap orang sama di depan hukum, sehingga dituntut kedisiplinan yang
sama terhadap nilai-nilai hukum yang berlaku. Terciptanya perangkat hukum yang
memadai dan berkeadilan sosial, mampu menghilangkan diskriminasi di bidang
109

hukum. Terselenggaranya sistem  pemerintahan yang memungkinkan lembaga


hukum berjalan secara produktif dan  berkeadilan sosial, merupakan karakteristik
masyarakat madani.
f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
  Pendidikan menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu,  perlu
diciptakan sistem pendidikan yang baik. Sistem pendidikan yang baik, menekankan
pada aspek kearifan budaya dan nilai-nilai lokal sebagai pijakan berbangsa. Iden-
titas kebangsaan hanya bertahan jika sosialisasi nilai-nilai kebangsaan yang
mengacu pada nilai-nilai kultural bangsa dilakukan melalui lembaga pendidikan.
Makin baik sistem  pendidikan, makin banyak pula tercipta sumber daya manusia
yang berkualitas. Makin tinggi kualitas sumber daya manusia, makin mudah pula
penerapan prinsip-prinsip masyarakat madani.
g. Menanamkan sikap mencintai dan menghargai budaya bangsa
  Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Keanekaragaman budaya terse-
but menciptakan pula keanekaragaman pemikiran, pola-pola perilaku, dan tradisi.
Kesemuanya memiliki hak yang sama untuk tumbuh, berkembang, dan dilestarikan.
Untuk itulah, bangsa Indonesia perlu menghayati dan mengamalkan semangat keb-
hinnekatunggalikaan. Perbedaaan yang dimiliki setiap suku bangsa merupakan
identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan budaya daerah akan
memberikan sumbangan  bagi perkembangan rasa kesatuan bangsa Indonesia. Plur-
alisme bukan menjadi sumber  perpecahan, tetapi menjadi kebanggaan sebagai
identitas bangsa Indonesia yang kuat dan  benar. Bila bangsa Indonesia dapat
menghargai pluralisme, berarti salah satu syarat menjadi masyarakat madani telah
terpenuhi. Masyarakat plural merupakan ciri masyarakat madani.
Indonesia adalah Negara yang menganut sistem demokrasi. Namun de-
mokrasi di tanah air berbeda dengan sistem demokrasi di Negara-negara Barat yang
menganut Demokrasi Liberal, namun kita mengenal Demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mu-
fakat tanpa oposisi yang disebut dengan demokrasi Terpimpin. Prinsip dalam de-
mokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri
demokrasi Pancasila
 pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi
 adanya pemilu secara berkesinambungan
110

 adanya peran-peran kelompok kepentingan


 adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.
 demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyele-
saikan masalah.
 ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme
kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan
berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila
terikat dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah
3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan
lain contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya
4. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat
5. Pelaksanaan Pemilihan Umum
6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945)
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral ke-
pada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dannegara ataupun orang lain
9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
10. Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:
 Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (machtstaat)
 pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat abso-
lutisme (kekuasaan tidak terbatas)
 kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.
 Demokrasi Pancasila adalah Sistem demokrasi yang ditetapkan berdasarkan
pada nilai nilai Pancasila, yang berintikan pada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Beberapa rumusan tentang demokrasi pancasila adalah sebagai berikut:
111

a. Demokrasi dalam bidang politik, pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas
asas negara hukum dan kepastian hukum.
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi, pada hakikatnya adalah  kehidupan yang layak
bagi semua warga negara.
c. Demokrasi dalam bidang hukum, pada hakikatnya adalah pengakuan dan perlindun-
gan hak asasi manusia.

Inti dari Pancasila adalah memandang kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem
demokrasi. Rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri,
partisipasi politikrakyat diakui dan diberi tempat, tetapi dalam kenyataan, praktik
kenegaraan dan pemerintah tidak memberikan ruang bagi kehidupan demokrasi.
Bangsa Indonesia telah menetapkan bahwa pemerintah negara kita adalah pe-
merintahan demokrasi yaitu pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan rakyat
dan bertanggung jawab kepada rakyat. Rakyat sendiri yang menentukan jalannya pe-
merintahan. Untuk itu bangsa Indonesia memilih wakil wakilnya untuk duduk dalam
pemerintahan sebagai lembaga perwakilan rakyat. Sebagai perwujudan untuk memilih
wakil wakil rakyat tersebut, maka dilaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun
sekali.
Pemilu mempunyai makna yaitu merupakan sarana untuk mewujudkan peny-
usunan tata kehidupan bernegara yang dijiwai pancasila dan UUD 1945. Pemilu juga
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan Republik in-
donesia.
Demokrasi Pancasila adalah salah satu demokrasi yang pernah berlaku dan
masih berlaku hingga saat ini di indonesia. Demokrasi pancasila adalah paham de-
mokrasi yang bersumber pada kepribadian dan filsafat hidup bangsaberupa nilai nilai
yan terkandung dalam pancasila. Segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
dan juga UUD 1945 didasarkan pada Pancasila. Oleh karena itu penerapan demokrasi
pancasila harus dijiwai oleh sila sila yang terdapat dalam Pancasila.
Dasar Hukum Pelaksanaan demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Sila ke-4 Pancasila yakni "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan" 
b. Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, ".. disusunlah kemerdekaan kebangsaan indone-
sia itu dalam suatu Undang undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat.
112

c. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, "kedaulatan rakyat adalah ditangan rakyat dan dilaksan-
akan menurut undang undang dasar.
d. Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, " Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggot
Dewan perwakilan Rakyat dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum
dan diatur lebih lanjut dengan undang undang.
Pelaksanaan demokrasi di setia negara dipengaruhi oleh kebudayaan, pandangan
hidup, dan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap negara. Indonesia menerapkan sis-
tem demokrasi Pancasila yang berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat,
dengan berpangkal pada paham kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Nilai demokrasi Pancasila merupakan nilai demokrasi yang berpusat pada sepu-
luh pilar demokrasi konstitusional sesuai dengan UUD 1945 dan pancasila dengan
prinsip prinsip sebagai berikut:
1. Demokrasi yang berkebutuhan YME, Maksudnya dalam berdemokrasi sesuai atau
tidak bertentangan dengan norma norma agama.
2. Demokrasi yang menjunjung tinggi hak hak asasi manusia.
3. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat dalam arti kepentingan rakyat
yang diutamakan, wakil wakil rakyat selalu memperjuangkan peningkatan kualitas
kehidupan rakyat.
4. Demokrasi yang didukung oleh kecerdasan warga negara.
5. Demokrasi yang menerapkan prinsip pembagian kekuasaan.
6. Demokrasi yang menjamin berkembangnya otonomi daerah, maksudnya setiap
daerah memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai
keinginan dan kemampuan masing masing.
7. Demokrasi yang menerapkan konsep negara hukum.
8. Demokrasi yang menjamin terselenggaranya peradilan atas bebas, merdeka, dan
tidak memihak.
9. Demokrasi yang menumbuhkan kesejahteraan rakyat.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial, maksudnya tujuan akhir ketatanegaraan ialah
tercapainya keadilan sosial bagi sluruh rakyat Indonesia.
113

BAB VII
HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (Human Rights)   

Secara universal hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh
seseorang sejak lahir sampai mati sebagai anugerah dari Tuhan YME. semua orang
memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dan apa yang dikendakinya selama tidak
melanggar norma dan tata nilai dalam masyarakat. Hak asasi ini sangat wajib untuk di-
hormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah. setiap
orang sebagai harkat dan martabat manusia yang sama antara satu orang dengan
lainnya yang benar-benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada pembeda hak antara or-
ang satu dengan yang lainnya.
HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana karena ia adalah
seorang manusia.
Jack Donnely, mendefinisikan hak asasi tidak jauh berbeda dengan pengertian di
atas. Hak asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia.
Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia dan hak itu merupakan pemberian dari tuhan yang maha esa. 
114

John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat. John Locke men-
jelaskan bahwa HAM merupakan hak kodrat pada diri manusia yang merupakan anu-
grah atau pemberian langsung dari tuhan YME.
Secara filosofis, pandangan menurut hak asasi manusia adalah, "jika wacana
publik masyarakat global di masa damai dapat dikatakan memiliki bahasa moral yang
umum, itu adalah hak asasi manusia." Meskipun demikian, klaim yang kuat dibuat
oleh doktrin hak asasi manusia agar terus memunculkan sikap skeptis dan perdebatan
tentang sifat, isi dan pembenaran hak asasi manusia sampai dijaman sekarang ini. Me-
mang, pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan "hak" itu sendiri kontroversial
dan menjadi perdebatan filosofis terus (Shaw, 2008)
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
David Beetham dan Kevin Boyle, HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental
adalah hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-ka-
pasitas manusia.
Rover, HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia.
Hakhak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin,
laki-laki ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak
pernah dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum
nasional di banyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemer-
intah, dan setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
Austin-Ranney, HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara
jelas dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
A.J.M. Milne, HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di
segala masa dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
115

Franz Magnis- Suseno, HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan kar-
ena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang ber-
laku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya kar-
ena ia manusia.
Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan ke-
lahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.
Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang si-
fatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu
holy area.

Dapat disimpulkan bahwa HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak
dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjun-
jung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, ketu-
runan, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di In-
donesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan
seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia
memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan
perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah
satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara
saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelom-
pok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Un-
dang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
(Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pelanggaran terhadap HAM dapat dituntut melalui Pengadilan Hak Asasi
Manusia yaitu Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang be-
116

rat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus olehPengadilan HAM meli-
puti:
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-ang-
gota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusna-
han secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum in-
ternasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan keham-
ilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang di-
dasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional;
117

9. penghilangan orang secara paksa; atau


10. kejahatan apartheid.

(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)

Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga


menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari or-
ang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau me-
maksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada se-
tiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh,
atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat
publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun
yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan
Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

B. Ciri Khusus Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak yang
lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut.
1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang su-
dah ada sejak lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa meman-
dang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah
satu dari ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.

C. Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal di-
lahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.
118

Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak asasi manusia
dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:
1. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak
asasi pribadi ini sebagai berikut.
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
c. Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik/Political Rights


Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi
politik ini sebagai berikut:
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
c. Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Rights


Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang
berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi
hukum sebagai berikut:
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi eko-
nomi ini sebagai berikut:
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
119

5. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights


Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi
peradilan ini sebagai berikut.
a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya/Social Culture Rights


Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi
sosial budaya ini sebagai berikut.
a. Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
b. Hak mendapatkan pengajaran.
c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

D. Hak Azasi Manusia Berdasarkan UUD 1945


Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia se-
jak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat mengam-
bilnya atau melanggarnya. Kita harus menghargai anugerah ini dengan tidak membe-
dakan manusia berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis ke-
lamin, pekerjaan, budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi
manusia bukan berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia juga harus
menghormati hak asasi manusia lainnya.
Ada 3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok), yaitu:
a. Hak Hidup (life)
b. Hak Kebebasan (liberty)
c. Hak Memiliki (property).
Ketiga hak tersebut merupakan hak yang fundamental dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun macam-macam hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi
manusia. Contohnya: hak beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak bicara.
b. Hak asasi politik, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contohnya:
120

hak mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.c. Hak asasi
ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contohnya:
hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang, dan lain-
lain.
c. Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat.
Contohnya: hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengem-
bangkan seni budaya, dan lain-lain.
d. Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan, yaitu hak yang berka-
iatan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya: hak mendapat per-
lindungan hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk
diperlakukan secara adil, dan lain-lain.
e. Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya: dalam penye-
lidikan, dalam penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.

Berbagai instrumen HAM di Indonesia antara lain termuat dalam:


a. Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945. Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD
1945:
a) Alinea I: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
b) Alinea IV: “… Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi sege-
nap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk mema-
jukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melak-
sanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
dan keadilan sosial……”
2) Batang Tubuh UUD 1945, Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum
dalam pasal 27 sampai 34 dapat dikelompokkan menjadi:
a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab
X A Pasal 28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini:
121

Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan ke-
hidupannya.
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pe-
merintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E.
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewar-
ganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggakan-
nya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
122

3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengelu-


arkan pendapat.

Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk men-
cari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan infor-
masi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang
rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara
politik dari negara lain.
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memper-
oleh pefayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai per-
samaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengemban-
gan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat diku-
rangi dalam keadaan apapun.
123

2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif .
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prin-
sip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan mak-
sud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manu-
sia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan,
hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjulnya manusia
juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkemban-
gan kehidupannya dalam masyarakat.
Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan Republik Indone-
sia, bangsa Indonesia mempunyai pandangan mengenai hak asasi dan kewajiban
manusia, yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur
budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah mengeluarkan Deklarasi Uni-
versal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right). Oleh karena
itu, bangsa Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk
menghormati ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut.
124

Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman su-
atu bangsa terhadap citra, harkat dan martabat diri manusia itu sendiri. Bangsa In-
donesia memandang bahwa manusia hidup tidak terlepas dari Tuhannya, sesama
manusia dan lingkungannya.
Bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui dan menjamin serta
menghormati hak asasi manusia orang lain juga sebagai kewajiban. Oleh karena itu,
hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia terpadu dan melekat pada diri
manusia sebagai pnbadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu
bangsa dan warga negara, serta anggota masyarakat bangsa-bangsa. Lembaga-lem-
baga yang terkait dengan HAM adalah
1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
hak asasi manusia di Indonesia dibentuk suatu komisi yang bersifat nasional dan
diberi nama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang bisa
disebut Komisi Nasional. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Rl No 50
Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Menurut Undang-Undang Rl Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pasal 75, antara lain disebutkan tujuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), yaitu:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta Deklarasi Uni-
versal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkem-
bangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan nya berpar-
tisipasi dalam berrbagai bidang kehidupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengka-
jian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi lentang hak asasi manusia
Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi,
dan berintegritas tinggi dalam menghayati cita-cita negara hukum dan negara ke-
sejahteraan yang berintikan keadilan menghormati hak asasi manusia dan kewa-
jiban dasar manusia.
Komnas HAM berasaskan Pancasila. Komnas HAM berkedudukan di Jakarta.
Perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah provinsi, dan daerah kabu-
paten/kota. Warga negara Indonesia yang dapat diangkat menjadi anggota Kom-
nas HAM adalah:
125

a. Memiliki pengalaman dalam upaya memajukan dan melindungi orang atau


kelompok yang dilanggar.
b. Berpengalaman sebagai hakim, jaksa, polisi, pengacara, atau pengemban pro-
fesi hukum lainnya.
c. Berpengalaman di bidang legislatif, eksekutif, dan lembaga tinggi negara atau,
d. Merupakan tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota lembaga swadaya
masyarakat, dan kalangan perguruan tinggi.
Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih oleh DPR RI
berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh presidan selaku kepala
negara. Masyarakat dapat mengajukan laporan pengaduan pelanggaran hak
asasinya kepada Komnas HAM. Hal ini sesuai dengan pasal 90 UU RI No. 39
Tahun 1999 yang menyatakan, “Setiap orang dan atau kelompok orang yang
memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan la-
poran dan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas HAM. Semua pengad-
uan hanya akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan identitas pen-
gadu yang benar dari keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi atau
persoalan yang diadukan alau dilaporkan. Pemeriksaan atas pengaduan kepada
Komnas HAM tidak dilakukan atau dihentikan apabila:
a. materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak asasi manusia,
c. pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan
dari pengadu,
d. terdapat upaya hukum yang lebih efeklif bagi penyelesaian materi
e. pengaduan,
f. sedang berlangsung penyelesaian melalui upaya hukum yang tersedia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pemeriksaan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan secara tertutup, ke-
cuali ditentukan fain oleh Komnas HAM. Pihak pengadu, korban, saksi dan
atau pihak lainnya yang terkait, wajib memenuhi permintaan Komnas HAM.
Apabila seseorang yang dipanggil tidak datang menghadap atau menolak
memberikan keterangannya, Komnas HAM dapat meminta bantuan ketua
pengadilan untuk pemenuhan panggilan secara paksa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komnas HAM wajib menyam-
paikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya,
serta kondisi hak asasi manusia dan perkara-perkara yang ditanganinya
126

kepada DPR Rl dan Presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung


Adapun anggaran Komnas HAM dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang RI Nomor
2 Tahun 2002 tentang Keputusan Negara RI, antara lain dinyatakan “Ke-
polisian Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dan
ketertiban masyarakat; tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlin-
dungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentera-
man masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia”. Hal ini be-
rarti Kepolisian Negara RI juga memberikan pengayoman dan perlindungan
hak asasi manusia.
a. memelihara keasamanan dan ketertiban masyarakat,
b. menegakkan hukum,
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
3) Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam
UUD 1945 dan PBB tentang hak-hak anak. Meskipun UU RI Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak
anak, namun dalam pelaksanaannya masih memerlukan undang-undang seba-
gai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang
tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Oleh karena itu dalam
rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan anak, dibentuk Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ada-
pun tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah:
a. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan infor-
masi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, peman-
tauan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak.
b. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden
dalam rangka perlindungan anak.
127

4) Lembaga Bantuan Hukum. Bagi warga negara yang tidak mampu membayar
dalam menurut hukum, memiliki biaya untuk melakukan tuntutan hukum.
maka dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan hukum
bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang
suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan,
agama, atau kelompok orang yang membelanya.Tujuan lembaga ini adalah
mencegah adanya ledakan gejolak sosial dan keresahan masyarakat. Keber-
hasilan gerakan bantuan hukum akan dapat mengembalikan wibawa hukum
dan wibawa pengadilan yang selama ini terpuruk di negara kita.
5) Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum. Dalam rangka
pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakai, beberapa fakultas hukum
mengadakan biro konsultasi dan bantuan hukum. Biro ini ditangani oleh
dosen-dosen muda yang masih dalam proses belajar untuk menjadi advokat
profesional.

E. Hak Asasi Manusia dan Permasalahannya.

Hak-hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta konseptual tidak lahir
mendadak sebagaimana kita lihat dalam “Universal Declaration of Human Right” 10
Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam peradaban se-
jarah manusia. Dari prespektif sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh Majelis
Umum PBB tersebut dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan
titik khususnya yang tergabung dalam PBB. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi
manusia sebelum telah muncul ditengah-tengah masyarakat umat manusia, baik
dibarat maupun ditimur kendatipun upaya tersebut masih bersifat lokal, partial dan
sporadikal.
Pada zaman Yunani Kuno Plato (428 – 348) telah memaklumkan kepada warga
polisnya bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indone-
siapun pengakuan serta penghormatan tentang hak-hak asasi manusia telah mulai
berkembang, misalnya dalam masyarakat jawa telah dikenal dengan istilah “Hak
Pepe” yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan pen-
guasa.
128

Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika


“Human Right” dirumuskan untuk pertama kalinya secara resmi dalam “Declaration
of Indepedence” Amerika Serikat pada tahun 1776.
Deklarasi Amerika Serikat tertanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa
seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap
dan melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi kemudian men-
jdai pokok konstitusi Negara Amerika Serikat pada tahun 1781 yang mulai berlaku
pada tanggal 4 Maret 1789.
Perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah diawali Perancis
sejak Rousseau, dan perjuangan itu memuncak dalam Revolusi Perancis pada tahun
1780 yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia dalam “Declaration des Droits
L’Homme et du Citoyen” yang kemudian di tetapkan oleh “Assemblee Nationale”
Perancis dan pada tahun 1791 berikutnya dimasukan kedalam Constitution. (Van As-
bek dalam Purbopranoto 1976: 18).
Semboyan Revolusi Perancis yang terkenal yaitu:
a. Liberte (kemerdekaan)
b. Egalite (kesamarataan)
c. Fraternite (kerukunan atau persaudaraan).
Maka menurut konstitusi Perancis yang dimaksud hak-hak asasi manusia adalah hak
hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dengan
hakikatnya.
Dalam rangka konseptualisasi dan reiterpretasi terhadap hak-hak asasi manusia yang
mencakup bidang-bidang yang lebih luas, Franklin Droosevelt (Presiden Amerika
pada permulaan abad ke 20) memformlasikan empat macam hak-hak asasi dan hal ini-
lah yang kemudian menjadi inspirasi dari Declaration of Human Right 1948 yang
kemudian dikenal dengan “The Four Freedoms” yaitu :
1. Freedom of  Speech (kebebasan berbicara dan mengemukakan pendapat)
2. Freedom of Religion (kebebasan beragama)
3. Freedom from Fear (kebebasan dari rasa ketakutan)
4. Freedom from Want (kebebasan dari kemlaratan).
Terhadap deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia PBB tersebut bangsa
bangsa sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan se-
cara yuridis formal walaupun realisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta per-
aturan perundang-undangan yang berlaku.
129

a. Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945


Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan
filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai
dasar dari bangsa Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, ke-
dudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodrat-
nya sebagai mahluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka
hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat kodrat manusia terse-
but. Konseksuensinya dalam realisasinya maka hak asasi manusia senantiasa memi-
lik hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat kodrat
manusia sebaga individu dan mahluk sosial.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu
dirumuskan dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pem-
bukaan UUD 1945 dan pasasl-pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945
, adapun Deklarasi PBB pada tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia
bahwa bangsa Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia se-
dunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya
dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah
ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam sidang
BPUPKI sebagai berikut :
“Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu diteta-
pkan beberapa hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan
(Machsstaat atau negara penindas)”.
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pem-
bukaan UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber
normativ bagi hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam pasal pasal
UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa “Kemer-
dekaan ialah hak segala bangsa”. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan
secara yuridis hak asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum
dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal I.
Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan indi-
vidualis, malainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa
(makhluk sosial) sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan ke-
130

wajiban asasi manusia .Kata-kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan
UUD 1945, sebagai berikut :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Penyataan tentang “ atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”
mengandung arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan
manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata “…
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…” dalam pengertian bangsa maka
bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama seba-
gaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal
18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-mas-
ing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Neg-
ara Indonesia sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi war-
ganya terutama dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun
tujuan negara yang merupakan tujuan yang tidak pernah berakhir (never ending
goal) adalah sebagai berikut :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Untuk memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun
material tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk
melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi untuk kesejahteraan hidup bersama.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia
pada warganya terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jas-
maniah maupun rohaniah, antaralain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang
politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan agama. Berikut merupakan
131

rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam pasal pasal UUD 1945,
yaitu sebagai berikut:

b. Pelaksanaan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia pelaksanaan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusisa di Indonesia mengalami kemajuan, antara lain se-
jak kekuasaan rezim Soeharto telah dibentuk Komnas Ham walaupun pada
kenyataan pelaksanaannya tidak optimal.
Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan perlindungan hak-hak asasi
manusia semakin kuat bahkan merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan
hak hak asasi manusia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945 menjadi semakin
efektif terutama dengan diwujudkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Dalam Konsiderans dan Ketentuan Umum pasal I dijelaskan bahwa hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaban
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahNya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemer-
intah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Selain hak asasi manusia, didalam UU No. 39 Tahun 1999 juga terkandung
Kewajiban Dasar Manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apa bila tidak dilak-
sanakan maka tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. UU
No. 39 Tahun 1999 tersebut terdiri atas 105 pasal yang meliputi macam hukum as-
asi, perlindungan hak asasi, pembatasan terhadap kewenangan pemerintah serta
KOMNAS HAM yang merupakan lembaga pelaksana atas perlindungan hak-hak
asasi manusia. Hak-hak asasi manusia tersebut meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak atas kese-
jahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak-anak.
Demi tegaknya asasi setiap orang maka diatur pula kewajiban dasar manusia,
antaralain kewajiban menghormati hak asasi orang lain, dan konsekuensinya setiap
orang harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu
juga diatur kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk menghormati,
melindungi, menegakan, serta memajukan hak-hak asasi manusia tersebut yang
132

diatur dalam peraturan perundang-undangan dan hukum internasional yang diter-


ima oleh negara Republik Indonesia.
Dengan diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 tersebut bangsa Indonesia
telah masuk pada era baru terutama dalam menegakan masyarakat yang demokratis
yang melindungi hak-hak asasi manusia. Namun demikian sering pelaksanaannya
mengalami kendala yaitu dilema antara penegakan hukum dengan kebebasan se-
hingga kalau tidak konsisiten maka akan merugikan bangsa Indonesia sendiri, kon-
seksuensinya pengaturan atas jaminan hak–hak asasi manusia tersebut harus di ikuti
dengan pelaksanaan serta jaminan hukum yang memadai. Untuk lebih rinci atas
pelaksanaan dan penegakan hak-hak asasi manusia tersebut diatur  dalam UU No. 9
Tahun 1999.
Satu kasus yang cukup penting bagi bangsa Indonesia dalam menegakan hak-
hak asasi manusia adalah dengan dilaksanakannya Pengadilan Ad Hoc atas pelang-
gar hak-hak asasi manusia di Jakarta dan atas pelanggaran hak-hak asasi manusia di
Timor Timur. Hal ini menunjukan kepada masyarakat internasional bahwa bangsa
Indonesia memiliki komitmen atas penegakan hak-hak asasi manusia. Memang
pelaksanaan Pengadilan Ad Hoc atas pelanggaran hak-hak asasi manusia di Timor
Timur tersebut penuh dengan kepentingan kepentingan politik, disatu pihak pelak-
sanaan pengadilan Ad Hoc terssebut atas desakan PBB yang taruhannya adalah
nasib dan kredibilitas bangsa Indonesia dimata internasional dan dilain pihak perb-
enturan kepentingan antara penegakan hak-hak asasi manusia dengan kepentingan
nasional serta nasionalisme sebagai bangsa Indonesia yang dalam kenyataannya
mereka-mereka yang dituduh telah melanggar HAM berat di Timor Timur pada
hakikatnya berjuang demi kepentingan bangsa dan negara.
Terlepas dari berbagai macam kelebihan dan kekurangannya bagi kita
merupakan suatu kemajuan yang sangat berarti karena bangsa Indonesia memiliki
komitmen yang tinggi atas jaminan serta penegakan atas Hak Asasi Manusia
(HAM).
133

BAB VIII
KONSEP DASAR KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian Warga Negara


Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada di
dalamnya. Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan
warga negara (orang asing). Warga negara sebagai pendukung sebuah negara
merupakan landasan bagi adanya negara. Dengan kata lain bahwa warga negara adalah
salah satu unsur penting bagi sebuah negara, selain unsur lainnya.
Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari
suatu penduduk yang menjadi unsur Negara.Istilah ini biasa juga disebut hamba atau
kawula negara. Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba dan
kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga
yang menjadi bagian dari suatu negara. Asumsi ini tidaklah berlebihan dan cukup be-
134

ralasan. Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara, yang didirikan dengan
kekuatan bersama.
Pada umumnya dapatlah dikatakan bahwa suatu negara harus memenuhi
syarat-syarat bagi keberadaan negarayang merupakan unsur penting Negara;. Syarat-
syarat yang dimaksud ialah: pertama harus ada wilayahnya, kedua, harus terdapat
rakyat atau warga negara, ketiga, harus ada pemerintahan yang berkuasa terhadap se-
luruh daerah dan rakyatnya, serta keempat harus ada tujuan, dasar tanggung jawab
bersama, serta untuk kepentingan atau tujuan bersama pula warga negara dituntut un-
tuk aktif terhadap negara. Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih se-
suai, karena mengandung pengertian aktif. Sedangkan istilah hamba atau kawula neg-
ara mengandung pengertian warga yang pasif dan hanyamenjadi obyek negara. Untuk
itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga
negara mempunyai kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab. Sejalan dengan defin-
isi di atas, AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship)adalah anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya le-
bih baik daripada istilah kawula negara, karena kawula negara betul-betul berarti
obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara. Oleh karenanya,
kewarganegaraan menurut AS Hikam mencakup tiga dimensi utama: 1) Dimensi
keterlibatan aktif dalam komunitas, 2) dimensi pemenuhan hak-hak dasar yaitu hak
politik, ekonomi, dan hak sosial kultural, serta 3) dimensi dialog dan keberadaan ruang
publik yang bebas. Pada awalnya, negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia
atau gabungan entitas-entitas yang beragam, lalu disarikan hubungan kesadaran dan
diikat oleh asas kemaslahatan bersama yang dituangkan dalam bentuk system legislasi
dan hukum perundang- ini diberlakukan pada tanah kehidupan yang dinamakan tanah
air (wathan).
Pada gilirannya hubungan tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan neg-
ara. Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara pengertian warga neg-
ara, rakyat dan bangsa. Warga negara adalah pendukung negara atau dalam arti lain
warga sebuah negara yang bersifat aktif. Sedang rakyat adalah masyarakat yang mem-
punyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan penataan oleh negara dan
mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam hubungan keorganisasian neg-
ara. Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek yang sama dengan istilah pendu-
duk. Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara terse-
but. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam suatu neg-
135

ara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang ber-
sangkutan. Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk mempunyai
konsekuensi hukum, yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya. Konsekuensi
hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai penduduk. Pemba-
gian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah penting. Hal ini dikar-
enakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara dengan orang asing
berbeda. Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara adalah terbatas. Per-
bedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada hubungan
yang ada antara Negara dengan warga negara dengan masing-masing kelompok terse-
but. Hubungan antara negara dengan warga negara
lebih erat dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing.

B. Asas Kewarganegaraan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa warga negara merupakan anggota dari sebuah
negara yang mempunyai tanggung jawab dan hubungan timbal balik terhadap neg-
aranya. Seseorang yang diakui sebagai warga negara
dalam suatu negara haruslah ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati dalam negara tersebut. Ketentuan inilah yang nantinya akan menjadi pedo-
man atau asas untuk menentukan kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraan seseorang. Pada umumnya asas kewarganegaraan dapat dibedakan
menjadi dua, yakni asas kewarganegaraan dilihat dari sisi kelahiran serta dari sisi
perkawinan.
Dari sisi kelahiran.
Pada umumnya penentuan kewarganegaraan dilihat dari sisi kelahiran seseorang.
Berdasar sisi kelahiran ini, terdapat dua asas kewarganegaraan, yaitu asas kelahiran
(Ius Soli)dan asas keturunan (Ius Sanguinis), kedua istilah ini berasal dari bahasa latin.
Iusberarti hukum, dalil atau pedoman, Soliberasal dari kata Solumyang berarti negeri,
tanah atau daerah dan Saunginisberasal dari kata Sanguis yang berarti darah.
Berdasarkan pengertian di atas, Ius Solimempunyai arti asas atau pedoman un-
tuk menentukan status kewarganegaraan seseorang dengan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang. Asas ini diasumsikan bahwa seseorang yang terlahir di
136

suatu negara, maka dengan sendirinya ia akan memperoleh status kewarganegaraan


dari negara tersebut. Sedangkan Ius Sanguinisberarti penentuan kewarganegaraan ses-
eorang dengan berdasarkan keturunannya atau orang tuanya. Sebagai contoh seseor-
ang yang lahir dari orang tua yang berkewarganegaraan sesuai dengan negara tertentu
maka secara otomatis pula ia akan memperoleh status kewarganegaraan sesuai dengan
status kewarganegaraan orang tuanya.
Dari sisi Perkawinan
Di samping dari sudut kelahiran, hukum kewarganegaraan juga mengenal dua
asas yang erat kaitannya dengan masalah perkawinan, yaitu asas kesatuan hukum dan
asas persamaan derajat. Suatu perkawinan dapat menyebabkan terjadinya perubahan
status kewarganegaraan seseorang. Dengan adanya perkawinan campuran yakni
perkawinan yang dilangsungkan oleh para pihak yang berbeda kewarganegaraannya,
maka akan muncul permasalahan seputar kewarganegaraan mereka. Munculnya kedua
asas ini berawal dari kedudukan pihak wanita di dalam perkawinan campuran tersebut.
Asas kesatuan hukum bertolak dari hakekat suami istri ataupun ikatan dalam keluarga
yang merupakan inti dari masyarakat. Masyarakat akan sejahtera apabila didukung
oleh keluarga-keluarga yang sehat dan tidak terpecah. Dalam menyelenggrakan ke-
hidupan bermasyarakatnya suatu keluarga ataupun suami istri yang baik, perlu men-
cerminkan adanya kesatuan yang bulat serta perlu adanya suatu kesatuan dalam kelu-
arga. Sedangkan dalam asas persamaan derajat diasumsikan bahwa suatu perkawinan
tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak. Dengan
adanya perkawinan campuran, maka masing-masing pihak tetap memiliki kewar-
ganegaraan asal mereka, atau dengan kata lain meskipun sudah menjadi suami istri,
mereka tetap memiliki status kewarganegaraan mereka sendiri, seperti saat pertama
kali mereka sebelum bertemu dan menjadi pasangan suami istri.
Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan hukum. Dengan asas ini
seseorang yang ingin memiliki atau memperoleh status kewarganegaraan dari sutau
negara dengan cara atau berpura-pura melakukan pernikahan dengan perempuan neg-
ara tersebut kemudian menceraikannya, sebisa mungkin dapat dihindari. Untuk
menghindari penyelundupan hukum semacam ini, banyak negara yang menggunakan
asas persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraannya.
Sedangkan dalam hal asas kewarganegaraan negara Islam, terdapat perbedaan
pandangan. Abdulrahman Abdul Kadir Kurdi misalnya, menyatakan bahwa asas ke-
137

warganegaraan dalam negara Islam didasarkan atas olehnya seorang warga dalam
menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian umat manusia secara keseluruhan akan dipandang sebagai muslim
atau non muslim dalam sisi kehidupan
mereka dalam menjalankan Islam. Pengelompokam ini semata-mata hanya
dimaksudkan hanya untuk membedakan antara orang-orang Islam dengan
lainnya berkaitan dengan tanggungjawab dan persyaratan mereka dalam
sistem Islam.
Sedangkan pandangan lain menyatakan, sebagai negara ideologi, Islam tetap
membatasi kewarganegaraan bagi mereka yang menetap di wilayahnya saja baik itu
muslim ataupun non muslim dan orang-orang yang telah berimigrasi ke dalamny. Ad-
apun dasar dari statemen ini adalah firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 72, yang
berbunyi: Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang mem-
berikan tempat kediaman dan pertolongan mereka itu satu sama lain saling melindungi
dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi mereka belum berhijrah, maka tidak
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka." (QS. Al Anfal : 7)
C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan
kewarganegaraan seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang
berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.
Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang diantaranya
tebukti dalam sistem kesukuan, dimana anak dari anggota sesuatu suku dengan
sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu.sekarang prinsip ini berlaku di
antaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Misalnya, 
kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya
menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-
sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius solli ini belaku juga di Amerika,
Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang, prinsip ius sois ini tidak
138

berlaku. Karena seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya
berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui sebagai warga negara Jepang.
3. Unsur Kewarganegaraan (Naturalisasi)
Walaupun tidak dapat memenuhi prinsip ius sanguinis ataupun ius soli, orang dapat
juga memperoleh kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan atau
naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di berbagai negara
sedikit banyak dapat berlainan, menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi da
situasi negara masing-masing.
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam
pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak menjadi warga negara sesuatu negara. Sedangkan dalam
pewaganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau diwarganerakan oleh sesuatu negara
atau tidak mau diberi atau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang
bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut (Kartasapoetra. 1993: 216-7).
Problem Status Kewarganegaraan. Membicarakan status kewarganegaraan
seseorang dalam sebuah negara, maka akan dibahas beberapa persoalan yang
berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara dan bukan warga
negara dalam sebuah negara. Jika diamati dan dianalisis, diantara penduduk sebuah
negara, ada dantara mereka yang bukan warga negara (orang asing) di negara tersebut.
Dalam hal ini, dikenal dengan apatride, bipatride dan multipatride.
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan. Sedangkan bipatride merupakan istilah yang digunakan untuk
orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain
dikenal dengan dwi-kewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride
adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewarganegaraan seseorang
yang memiliki 2 (dua) atau lebih status kewarganegaraan.
Kasus orang-orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan merupakan
sesuatu yang akan mempersulit orang tersebut dalam konteks menjadi penduduk pada
suatu negara. Mereka akan dianggap sebagai orang asing, yang tentunya akan berlaku
ketentuan-ketentuan peraturan atau perundang-undangan bagi orang asing, yang selain
segala sesuatu kegiatannya akan terbatasi, juga setiap tahunnya diharuskan membayar
sejumlah uang pendaftaran sebagai orang asing.
139

Kasus kewarganegaraan dengan kelompok bipatride, dalam realitas empiriknya,


merupakan kelompok status hukum yang tidak baik, karena dapat mengacaukan
keadaan kependudukan di antara dua negara, kerana itulah tiap negara dalam
menghadapi masalah bipatride dengan tegas mengharuskan orang-orang yang terlibat
untuk secara tegas memilih salah satu di antara kedua kewarganegaraannya.
Kondisi seseorang dengan status berdwikewarganegaraan, sering terjadi pada
penduduk yang tinggal di daerah perbatasan di antara dua negara. Dalam hal ini,
diperlukan peraturan atau ketentuan-ketentuan yang pasti tentang perbatasan serta
wilayah teritorial, sehingga penduduk di daerah itu dapat meyakinkan dirinya
termasuk ke dalam kewarganegaraan mana di antara dua negara tersebut.

D. Hak dan Kewajiban Warga Negara


1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara
dan negara pada umumnya berupa peranan (role)
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indone-
sia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia:
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan(pasal 27 ayat 2).
2) Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
3) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
4) Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tum-
buh, dan Berkembang”
5) Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal
28C ayat 1)
6) Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif un-
tuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
7) Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
140

8) Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbu-
dak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak di-
tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak da-
pat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia:

1) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pem-
belaan negara”.

3) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan;
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

4) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal


28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat de-
mokratis.”

5) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu:
141

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetap-
kan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembe-
laan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan un-
dang-undang.

F. Karakteristik Warganegara Yang Demokrat


          Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban,
maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis pula.
Ada beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai demokrat, yakni
antara lain sebagai berikut:
1. Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab
    Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap
sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat
Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan
ideologi politik. Selain itu, sebagai warga negara yang demokrat, seseorang warga
negara juga dituntut untuk turut bertanggung jawab menjaga keharmonisan
hubungan antar etnis serta keteraturan dan ketertiban negara yang berdiri di atas
pluralitas tersebut.
2. Bersikap Kritis
     Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap
kenyataan empiris (realitas sosial, budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan
supra-empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan
pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap
142

pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yng
bertanggung jawab terhadap apa yang dikritisi.
3. Membuka Diskusi Dan Dialog
    Perbedan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik yang
pasti terjadi di tengah komunitas warga negara, apalagi di tengah komunitas
masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasi konflik yang
ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka membuka ruang untuk berdiskusi dan
berdialog merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap
membuka diri untuk dialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga
negara yang demokrat.
4. Bersikap Terbuka
         Sikap terbuka merpakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama manusia,
termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak bisa atau baru serta pada hal-
hal yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas kesadaran akan
pluralisme dan keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri
dan tidak secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5. Rasional.
    Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yan harus dilakukan.
Keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang
logis yang ditampilkan oleh warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang
diambil secara tidak rasional akan membawa implikasi emosional dan cenderung
egois. Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan warga negara, baik persoalan
politik, sosial, budaya dan sebagainya, sebaiknya dilakukan dengan keputusan-
keputusan yang rasional.
6. Adil.
Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik yang patut diwujudkan
dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak adil dalah
bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil. Dengan
semangat keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah suatu yang diditekan
tetapi ditawarkan Mayoritas suara bukanlah diatur tetapi diperoleh.
7. Jujur.
Memilki sikap dan sift yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang
niscaya. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan
143

keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan di segala
sektor, baik politik, sosial dan sebagainya.
Kejujuran politik  adalah bahwa kesejahteraan warga negara meupakan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi.
Ketidakjujuran politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi partainya,
karena partai itu penting bagi kedudukan.
           Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut, merupakan
sikap dan sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan
menampilkan sosok warga negara yang otonom, yakni mampu mempengaruhi dan
berpatisipasi dalam pengembalian keputusan di tingkat lokal secara mandiri.
Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik lanjutan sebagai
berikut:
1.  memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau
dimobilisasi, teguh pendirian, dan bersikap kritis pada segenap keputusan
publik.
2. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebagai warga negara,
khususnya di lingkungan masyarakatnya yang terkecil seperti RT, RW, Desa,
dan setrusnya. Atau juga di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
3.  menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi. Menghargai berarti
menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi orang per orang tanpa
membedakan ras, warna kulit, golongan ataupun warga negara yang lain.

H. Hubungan Negara Dgn Warganegara


a. Bentuk hubungan warganegara dan negara:
Hubungan yang bersifat emosional wujud hubungan wargangera dengan negara di
diperlukan pembekalan berupa nilai-nilai yang memungkinkan tumbuh pada ma-
hasiswa/peserta didik yang antara lain; bangga terhadap negara bangsanya, cinta
negara bangsanya, rela berkorban untuk negara bangsanya.

b. Hubungan yang bersifat formal hubungan di perlukan seperangkat pengetahuan,


antara lain; ilmu ketata negaraan, sejarah perjuangan bangsa, administrasi negara
dan politik.
144

c. Hubungan yang bersifat fungsional wujudnya lebih banyak menggambarkan per-


anan dan fungsi warganegara dalam masyarakat. Berbangsa dan bernegara serta ba-
gaimana partisipasi warganegara dalam kehidupan bernegara.

BAB IX
WAWASAN NUSANTARA
A. Latar Belakang Filosofis

Wawasan Nusantara merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia yang


bertolak dari latar belakang pemikiran sebagai berikut (S. Sumarsono, 2005):
 Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
 Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
 Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
 Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia.

1) Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila, menjadikan Pancasila sebagai dasar


pengembangan Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi
dasar dari pengembangan wawasan itu.
a. Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang menghormati kebebasan beragama
b. Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi
Manusia)
c. Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
145

d. Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Per-


musyawaratan/Perwakilan) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
e. Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan Wawasan
Nusantara merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia.

2) Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, Indonesia menjadikan wilayah In-


donesia sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif
geografis Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan menjadi dasar
bagi pengambilan-pengambilan keputusan politik. Adapun kondiri obyektif geo-
grafi Indonesia telah mengalami perkembangan sebagai berikut.
a. Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti aturan dalam Territ-
oriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut
wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia.
b. Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan merupakan kesatuan. Laut
menjadi pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia merupakan negara kepu-
lauan.
c. Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)
berbunyi: ”…berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah
menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
wilayah daratan negara Indonesia, dan dengan demikian bagian daripada
perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara
Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal
asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu ke-
daulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial
(yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung
yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia….”. Jadi, pulau-pulau dan laut
di wilayah Indonesia merupakan satu wilayah yang utuh, kesatuan yang bulat
dan utuh.
146

d. Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan


Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi
Djuanda itu.
Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan (Negara Mari-
tim). Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime Kringen Or-
donantie tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang lebih 2 juta km2 maka men-
urut Deklarasi Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta
km2 (dimana 65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan).
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III
mengakui pokok-pokok asas Negara Kepulauan (seperti yang digagas menurut
Deklarasi Djuanda).
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982
(United Nation Convention on the Law af the Sea).
Dampak dari UNCLOS 1982 adalah pengakuan tentang bertambah lu-
asnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.
Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17 Tahun
1985 (tanggal 31 Desember 1985).
Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 neg-
ara dan menjadi hukum positif sejak 16 November 1994.
Perjuangan selanjutnya adalah perjuangan untuk wilayah antariksa nasional,
termasuk GSO (Geo  Stationery Orbit).
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S. Sumarsono,
2005, hal 74).
1. Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut.
2. Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari Pangkal Laut.
3. Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km.
4. Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km.
5. Batas antariksa Indonesia.
a) Tinggi = 33.761 km.
b) Tebal GSO (Geo  Stationery Orbit) = 350 km.
c) Lebar GSO (Geo  Stationery Orbit) = 150 km.
3) Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya, Indonesia menjadikan
keanekaragaman budaya Indonesia menjadi bahan untuk memandang (memban-
gun wawasan) nusantara Indonesia. Menurut Hildred Geertz sebagaimana dikutip
147

Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang
sampai Merauke.
Adapun menurut Skinner yang juga dikutip Nasikun (1988) Indonesia mem-
punyai 35 suku bangsa besar yang masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis
yang banyak.
4) Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan, Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak se-
jarahnya adalah:
a. 20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia
b. 28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah
Pemuda
c. 17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia

B. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara pada dasarnya merupakan cara pandang terhadap bangsa


sendiri. Kata “wawasan” berasal dari kata “wawas” yang bearti melihat atau meman-
dang. Setiap Negara perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha menyelenggarakan
kehidupannya. Wawasan itu pada umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang
hakikat sebuah Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya. Fokus pembicaraan
pada unsur kekuasaan dan kewilayahan disebut “geopolitik”.
Dalam konteks teori, telah berkembang beberapa pandangan geopolitik seperti
dilontarkan oleh beberapa pemikir di bawah ini:
Pandangan/ajaran Frederich Ratzel.
1. Negara merupakan sebuah organisme yang hidup dalam suatu ruang lingkup ter-
tentu, bertumbuh sampai akhirnya menyusut dan mati.
2. Negara adalah suatu kelompok politik yang hidup dalam suatu ruang tertentu.
3. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya sebuah bangsa tidak bisa
lepas dari alam dan hukum alam.
4. Semakin tinggi budaya suatu bangsa maka semakin besar kebutuhannya akan sum-
ber daya alam.

Pandangan/ajaran Rudolf Kjellen


1. Negara merupakan suatu organisme biologis yang memiliki kekuatan intelektual
yang membutuhkan ruang untuk bisa berkembang bebas.
148

2. Negara merupakan suatu sisem politik (pemerintahan)


3. Negara dapat hidup tanpa harus bergantung pada sumber pembekalan dari luar. Ia
dapat berswasembada dan memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologinya
sendiri untuk membangun kekuatannya sendiri.

Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada


Pancasila dan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.  
C. Landasan Wawasan Nusantara
Landasan wawasan Nusantara adalah:
1) Landasan Idiil adalah Pancasila, dan
2) Landasan Konstitusional adalah UUD 1945.

D. Unsur dasar Konsepsi Wawasan Nusantara


Unsur dasar Konsepsi Wawasan Nusantara ada 3 yaitu:
1) Wadah (Contour). Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
meluputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan penduduk
dengan aneka ragam budaya.
2) Isi (Content). Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-
cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
3) Tata Laku (Conduct). Adalah hasil interaksi antara ”wadah” dan ”isi” yang ter-
diri dari tatalaku batiniah dan lahiriah.

E. Asas-asas Wawasan Nusantara

Asas-asas Wawasan Nusantara adalah:


1) Kepentingan yang sama.
2) Keadilan.
3) Kejujuran.
4) Solidaritas.
5) Kerjasama.
6) Kesetiaan
149

F. Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:
1) Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang ber-
dasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2) Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia
adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia.

G. Implementasi Wawasan Nusantara.


Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan
nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berb-
angsa dan bernegara.
Implementasi wawasan nusantara bertujuan untuk menerapkan wawasan
nusantara dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup bidang politik, ekonomi, so-
sial, budaya, serta pertahanan nasional. Implementasi wawasan nusantara senantiasa
berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menye-
luruh sebagai berikut:
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai
dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa In-
donesia sejak awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia sam-
pai sekarang.
Dengan demikian wawasan nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan
kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan keu-
tuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional.
150

1) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik.


Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia
dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif. Implementasi
wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam
wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai
penjelmaan kedaulatan rakyat.

2) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi.


Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kese-
jahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, imple-
mentasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung jawab pengelolaa sumber
daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal
balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
1) Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal
dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah In-
donesia secara merata.
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh daerah
tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing.
3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan seba-
gai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi ker-
akyatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya.


Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan mencip-
takan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan seba-
gai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan.
Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah,
agama, atau kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya. Budaya
Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya
yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak meno-
151

lak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya
bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.

4) Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan


keamanan.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan
akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan
membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini men -
jadi modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara in-
donesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain:
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya adalah
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
2) Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembe-
laan negara dan bangsa.

Penerapan Wawasan Nusantara.

Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan nusantara.


Khususnya di bidang wilayah. Adalah diterimanya konsepsi nusantara di forum in-
ternasional. Sehingga terjaminlah integritas wilayah territorial Indonesia. Laut
nusantara yang semula dianggap “laut bebas” menjadi bagian integral dari wilayah
Indonesia.
Pertambahan luas wilayah sebagai ruang lingkup tersebut menghasilkan sum-
ber daya alam yang mencakup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Pertam-
bahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional terutama negara
tetangga yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai.
Penerapan wawasan nusantara dalam pembangunan negara di berbagai bid-
ang tampak pada berbagai proyek pembangunan sarana dan prasarana ekonomi,
komunikasi dan transportasi.
Penerapan di bidang sosial dan budaya terlihat pada kebijakan untuk men-
jadikan bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tetap merasa sebangsa, seta-
nah air, senasib sepenanggungan dengan asas pancasila.
152

Penerapan wawasan nusantara di bidang pertahanan keamanan terlihat pada


kesiapsiagaan dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta untuk menghadapi berbagai ancaman bangsa dan Negara.
Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, ber-
bangsa, dan bernegara sedang mengalami perubahan. Dan kita juga menyadari
bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah
nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa oleh negara maju dengan kekuatan penet-
rasi globalnya.
Apabila kita menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta, peru-
bahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, alamiah. Dalam dunia ini,
yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan dengan wawasan nusantara
yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan di bentuk dalam proses
panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang per-
satuan dan kesatuan itu akan terhanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan
mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan
bangsa. Tantangan itu antara lain adalah pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia
yang tanpa batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara.

a. Implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi.


Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kese-
jahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, juga
dapat mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang mem-
perhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kele-
starian sumber daya alam itu sendiri.
Prinsip-prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu:
1) Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal
dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah In-
donesia secara merata.
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing
dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
153

3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan seba-


gai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi ker-
akyatan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya


dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Un-
dang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah.
Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus
menunggu didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan
pada pemerintahan pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi :

1) Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90%
untuk daerah.
2) Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
3) Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat
dan 80% untuk daerah.
4) Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam,
70% untuk pusat dan 30% untuk daerah.
Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya “Dana Alokasi
Umum” yang dialokasikan untuk daerah-daerah dengan perimbangan ter-
tentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam negeri
APBN, sebagai perimbangan.

b. Implementasi wawasan nusantara dalam bidang politik


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan
wawasan nusantara, yaitu:
1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang – undang, seperti
UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelak-
sanaan undang-undang tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan per-
satuan bangsa.
Contohnya seperti dalam pemilihan Presiden, anggota DPR, dan kepala
daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
154

2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus se-


suai denga hukum yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai
dasar hukum yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian.
Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat diterbitkan oleh prov-
insi dan kabupaten dalam bentuk peraturan daerah (Perda) yang tidak ber-
tentangan dengan hukum yang berlaku secara nasional.
3. Mengembangkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk mem-
persatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga
menumbuhkan sikap toleransi.
4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerinta-
han untuk menigkatkan semangat kebangsaan dan kesatuan.
5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat
korps diplomatik ebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-
pulau terluar dan pulau kosong.

c. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu:
1. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang ber-
beda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pem-
erataan pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar harus diprior-
itaskan bagi daerah tertinggal.
2. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia,
serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber
pendapatan nasional maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian budaya,
pengembangan museum, dan cagar budaya.

d. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan pertahanan dan


keamanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan, yaitu:
1. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan kesem-
patan kepada setiap warga negara untuk berperan aktif, karena kegiatan terse-
but merupakan kewajiban setiap warga negara, seperti memelihara lingkun-
155

gan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin, melaporkan hal-hal


yang menganggu keamanan kepada aparat dan belajar kemiliteran.
2. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau juga
menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat diciptakan
dengan membangun solidaritas dan hubungan erat antara warga negara yang
berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.
3. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, terutama pulau
dan wilayah terluar Indonesia.
 

BAB X
KETAHANAN NASIONAL
156

A. Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman
baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak
langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak
terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan
keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa
Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan
ketahanan nasional.
Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-
ubah tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun
besarnya. Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai
dengan kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah yang disebut dengan
sifat dinamika pada ketahanan nasional.
Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-
sumber lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya.
Untuk mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan
nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu
bangsa, yang didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan kekuatan nasional.
Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan
kesatuan, keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi
ancaman-ancaman tersebut dari dalam ataupun dari luar.
1. Perkembangan Ketahanan Nasional.
Dewasa ini istilah ketahanan nasional sudah dikenal diseluruh Indonesia.
Dapat dikatakan bahwa istilah itu telah menjadi milik nasianal. Ketahanan Nasional
baru dikenal sejak permulaan tahun 60 an. Pada saat itu istilah itu belum diberi
devenisi tertentu. Disamping itu belum pula disusun konsepsi yang lengkap
menyeluruh tentang ketahanan nasional. Istilah ketahanan nasional pada waktu itu
157

dipakai dalam rangka pembahasan masalah pembinaan teritorial atau masalah


pertahanan keamanan pada umumnya.
Walaupun banyak instansi maupun perorangan pada waktu itu menggunakan
istilah ketahanan nasional, namun lembaga yang secara serius dan terus-menerus
mempelajari dan membahas masalah ketahanan nasional adalah lembaga
pertahanan nasional atau lemhanas. Sejak Lemhanas didirikan pada tahun 1965,
maka masalah ketahanan nasional selalu memperoleh perhatian yang besar.
Sejak mulai dengan membahas masalah ketahanan nasional sampai sekarang,
telah dihasilkan tiga konsepsi.
Pengertian pertama Lemhanas, yang disebut dalam konsep 1968 adalah
sebagai berikut; Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan kita dalam
menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup Negara dan
bangsa Indonesia.
Pengertian kedua dari Lemhanas yang disebut dalam ketahanan nasional
konsepsi tahun 1969 merupakan penyempurnaan dari konspsi pertama yaitu :
Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung
kemampuan untuk memperkembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala ancaman baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup Negara
Indonesia.
Ketahanan nasional merupakan kodisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan
dan ketangguahan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional,didalam menghadapi didalam menghadapi dan mengisi segala tantangan,
ancaman ,hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,identitas ,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar perjuangan
nasional.
Apabila kita bandingkan dengan yang terdahulu, maka akan tampak
perbedaan antara lain seperti berikut:
a. Perumusan 1972 bersifat universal, dalam arti bahwa rumusan tersebut dapat
diterapkan dinegara-negara lain, terutama di Negara-negara yang sedang
berkembang.
158

b. Tidak lagi diusahakan adanya suatu devenisi, sebagai gantinya dirumuskan apa
yang dimaksud kan dengan istilah ketahanan nasional.
c. Jika dahulu ketahanan nasional di identikkan dengan keuletan dan daya tahan,
maka ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis yang berisikan
keuletan dan ketangguhan, yang berarti bahwa kondisi itu dapat berubah.
d. Secara lengkap dicantumkan tantangan, ancaman , hambatan, serta ganguan.
e. Kelangsungan hidup lebih diperinci menjadi integritas, identitas, dan
kelangsungan hidup.
Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia Jendral Suharto di
depan siding DPR tanggal 16 Agustus 1975, dikatakan bahwa ketahanan nsional
adalah tingkat keadaan dan keuletan dan ketangguhan bahwa Indonesia dalam
menghimpun dan mengarahkan kesungguhan kemampuan nasional yang ada
sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu dan sanggup menghadapi
setiap ancaman d an tantangan terhadap keutuhanan maupun kepribadian bangsa
dan mempertahankan kehidupan dabn kelangsungan cita-citanya.
Karena keadaan selalu berkembang serta bahaya dan tantangan selalu
berubah, maka ketahanan nasional itu juga harus dikembangkan dan dibina agar
memadai dengan perkembangan keadaan. Karena itu ketahanan nasional itu bersift
dinamis, bukan statis.
Ikhtiar untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kokoh ini bukanlah hl
baru bagi kita. Tetapiu pembinaan dan peningkatannya sesuai dengan kebutuhan
kemampuan dan fasililitas yang tersedi pula.
Pembinaan ketahanan nasional kita dilakukan dipelgai bidang: ideology, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam, baik secara serempak maupun menurut
prioritas kebutuhan kita.
2. Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Trigatra.
Untuk memberi gambaran umum tentang Indonesia, marilah kita membahas dahulu
dari segi aspek-aspek alamiah atau Trigatra dengan mulai meninjau:
a. Aspek lokasi dan posisi Geografis Wilayah Indonesia. Jikalau kita melihat letak
geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia, maka akan nampak jelas bahwa
wilayah Negara tersebut merupakan suatu kepulauan, yang menurut wujud
kedalam, terdiri dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau didalamnya. Yang
dalam bahasa asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar, kepulauan itu
merupakan suatu archipelago yang terletak antara benua Asia disebelah utara
159

dan benua Australia disebelah selatan serta samudra Indonesia disebelah barat
dan samudra pasifik disebelah timr.
b. Berhubungan letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu,
maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geograpis
ditengah tengah jalan lalu lintas silang dunia. Karena kedudukannya yagn
strategis itu, dipandang dari tiga segi kesejahtraan dibidang politik, ekonomi dan
sosial budaya Indonesia telah banyak mengalami pertemuan dengan pengaruh
pihak asing (akulturasi).
Menurut catatan Indonesia terdiri dari wilayah lautan dengan 13.667 pulau besar
dan kecil, diperkirakan 3.000 pulau diantaranya yang dialami penduduk.
c. Luas pulau-pulau diperkirakn 735.000 mil persegi, sedangkn luas perairannya
ditaksir 3 sampai 4 kali luas tanah (pulau-pulau). Jarak antara ujung barat
sampai ujung timur adalah kira-kira 3.200 mil.

B. Konsepsi Ketahanan Nasional


Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam selurh aspek kehidupan secara
utuh dan menyelurh serta terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan wawasan
nusantara. Konsepsi ini merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ket-
angguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Adapun asas-asas ketahanan nas-
ional adalah:
1) Asas kesejahteraan dan keamanan; kesejahteraan dan keamanan merupakan kebu-
tuhan manusia yan mendasar serta esensial baik sebagai perseorangan maupun
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Realisasi
kondisi kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai dengan menitik beratkan kepada
kesejahteraan, tanpa mengabaikan keamanan. Sebaliknya, memberikan prioritas
pada keamanan tidak boleh mengabaikan kesejahteraan. Baik kesejahteraan
maupun keamanan harus selalu berdampingan pada kondisi apa pun. Dalam ke-
hidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasiona yang dcapai
merupakana tolak ukur ketahanan nasional.
160

2) Asas Komprehensif integral: Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek


kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh, terpadu dalam perwujudan persatuan
dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan.
Sehingga ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan
bangsa atau komprehensif dan integral.

3)  Asas mawas diri ke dalam dan keluar; kehidupan nasional merupakankehidupan


bangsa yang salng berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam proses in-
teraksi tersebut dapat timbul beragai dampak yang bersifat positif maupun negative.
Untuk itu diperlukan sikap awas diri ke dalam dan keluar. Mawas ke dalam ber-
tujuan menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri ber-
dasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas
derajat kemandirian bangsa yang uket dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa ket-
ahanan nasiona mengandung sikap isosiasi atau nasionalisme sempit. Mawas Diri
ke luar bertujuan untuk dapat berpartisipasi dan ikut berperan mengatasi dampak
lingkungan strategis luar negeri serta menerima kenyataan adanya saling interaksi
dan ketergantungan dalam dunia internasional.

4)  Asas kekeluargaan; mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan,kesamaan, go-


tong royong , tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam asas ini dakui adanya perbedaan dan perbedaan
tersebut harus dkembankan secara serasi dalam hubungan kemitraan serta dijaga
tidak berkembang menjadi konflik yang bersifa antagonis yang saling menghan-
curkan.

Dari pengalaman sejarah, bangsa Indonesia menyadari hakikat, jatidiri dan


lingkungan yang serba nusantara berikut kekuatan, kelemahan, peluang dan kendala
yang dihadapinya. Kesadaran bangsa Indonesia yang dipengaruji konstelais geo-
grafis dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah, memberikan mo-
tivasi, dorongan bagi terciptanya suasana damai dan tentram dalam kehidupan nas-
ional, serta terselenggaranya ketertiban dan keadilan dalam membina hubungan
antarbangsa dalam tatanan internasional.

C. Sifat Ketahanan Nasional


1. Mandiri
161

Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keu-
letan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan
tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (idenpend-
ency) ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntun-
gkan dalam perkembangan global (interdependent).
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung
pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan strategisnya. Hal ini se-
suai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan peru-
bahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nas-
ional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan
untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan berkesin-
ambungan akan meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan Nasional In-
donesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki
oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif
dan atagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuata fisik semata, tetapi le-
bih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan, moral dan kepribadian bangsa.
D.  Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.  Kedudukan:
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh se-
luruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementas-
ikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang
ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan se-
bagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan
UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b. Fungsi:
162

Ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu dipa-
hami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola
kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah),
inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak
ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila
penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana,
yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga ber-
fungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan
arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang
dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancan-
gan program.
 
E. Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup
bangsa dan negar serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti
dibawah ini:
1) Ketangguhan. Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
2) Keuletan, Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam meng-
gunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
3) Identitas, Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Neg-
ara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh
wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan
peran internasionalnya Integritas, Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nas-
ional suatu bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.
4) Ancaman, Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan
politis.
163

5) Hambatan dan gangguan, Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri
sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional.
Konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan
nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan
bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-
besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan
keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman
dari luar maupun dari dalam.
a.  Aspek Ekonomi
Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang egara dari
luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan perekonomian bangsa dan egara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
b. Aspek Sosial Budaya
Ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam secara langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan ke-
hidupan sosial budaya.
c.  Aspek Pertahanan dan Keamanan
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia mengandung keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan dalam mengembangkan, menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan
hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam yang secara langsung maupun
tidak langsung membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Aspek Politik
164

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan politik
bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia ber-
dasar Pancasila dan UUD 1945.
e.  Aspek Ideologi
Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa Indonesia. Keta-
hanan ini diartikan mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung memba-
hayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

F. Mewujudkan Keberhasilan Ketahanan Nasional


a. Aspek Ekonomi
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi memerlukan pembinaan sebagai berikut:
1) Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan  yang adil dan merata di seluruh wilayah Nusantara melalui
eknomi kerakyatan.
2) Ekonomi kerakyatan harus menghindari sistem free fight liberalism, etatisme,
dan monopoli ekonomi.
3) Pembangunan ekonomi merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan.
4) Pemerataan pembangunan dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan ke-
seimbangan dan keserasian pembangunan antarwilayah dan antar sektor.
b. Aspek Sosial Budaya
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia
perlu:
• Kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan ber-
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
165

c. Aspek Pertahanan dan Keamanan


Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap warga negara Indone-
sia perlu:
1) Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang
disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengem-
bangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan, anca-
man, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta pen-
capaian tujuan nasional.
2) Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

d. Aspek Ilmu Pengetahuan


Untuk mecapai percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi ( Iptek ).
1) Dilakukan lewat penguatan empat pilar knowledge based economy ( KBE ),
yaitu :
- Sistem pendidikan.
- Sisten inovasi.
- Infrastruktur masyarakat informasi.
- Kerangka kelembagaan, peraturan perundangan, dan ekonomi.
• Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan.
• Mewujudkan tumbuhnya masyarakat yang berbudaya iptek.
e. Aspek Ideologi
Upaya memperkuat Ketahanan Ideologi memerulkan memerlukan langkah pembin-
aan berikut:
1) Pengamalan pancasila secara obyektif dan subyektif.
2) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia
3) Pendidikan moral Pancasila
4) Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber dari Pancasila.
f. Aspek Politik
Upaya mewujudkan ketahan pada aspek politik:
1.   Politik Dalam Negeri..
166

a. Sistem pemerintahan yang berdasarkan hokum.


b. Mekanisme politik yang memungkinakan adanya perbedaan pendapa.
c.Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat
2.  Politik Luar Negeri
a. Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama interansional
di berbagai bidang.
b. Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka men-
ingkatkan persahabatan dan kerjasama antarnegara.
c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan dengan pembe-
nahan sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.
           d. Perjuangan bangsa Indonesia yangf menyakut kepentingan nasional.
BAB XI
POLITIK & STRATEGI NASIONAL
A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional

1. Pengertian Politik

Politik (etimologis) adalah segala sesuatu yag berkaitan dengan urusan yang
menyangkut kepentingan dari sekelompok masyarakat (negara). Secara umum
politik mempunyai dua arti, yaitu poplituik dalam arti kepentingan umum (politics)
dan politik dalam arti kebijakan (policy). Politik dalam arti politics adalah
rangkaian asas/prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yag akan digunakan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan politik dalam arti policy adalah penggunaan
pertimbangan tertentu yang dapat menjamin terlaksananya usaha untuk
mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dikehendaki.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem negara dan upaya-upaya
dalam mewujudkan tujuan itu, pengambilan keputusan (decision making) mengenai
seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan-
kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian
atau alokasi dari sumber-sumber yang ada.
Hal-hal yang berkaitan dengan Politik:
a)  Negara
167

Merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan


tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan Negara merupakan bentuk
masyarakat dan oerganisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang
berdaulat.
b) Kekuasaan
Merupakan kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkat
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang perlu
dperhatikan dalam kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan,
bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu
dijalankan.
c)  Pengambilan keputusan
Politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum, keputusan yang
diambil menyangkut sector public dari suatu Negara. Yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil keputusan politik
itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.
d) Kebijakan umum
Merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang atau
sekelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu sendiri.
e) Distribusi
Adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai adalah
sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus dibagi secara adil. Politik
membicarkaan bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara
mengikat.
2. Pengertian Strategi
Pengertian strategi yaitu berasal dari bahasa yunani yang berarti strategia
yang merupakan the art of the general atau seni seorang panglima yang biasanya
digunakan dalam peperangan. Karl von Clausewitz berpendapat bahwa strategi
adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan
peperangan, sedangkan perang adalah kelanjutan dari politik.
Politik nasional adalah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan
untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Strategi nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan
oleh politik nasional. Strategi nasional disusun untuk melaksanakan politik nasional
misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
168

3. Pengertian Politik Nasional

Politik Nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian) serta
penggunaan secara kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Dalam
melaksanakan politik nasional maka disusunlah strategi nasional. Misalnya strategi
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Strategi Nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional.

B. Dasar Pemikiran Penyususan Politik Dan Strategi Nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berdasarkan ideologi
Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan
pemikiran dalam manajemen nasional sangat penting sebagai kerangka acuan dalam
penyususan politik strategi nasional, karena didalamnya terkandung dasar negara, cita-
cita nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia.
 
C. Penyusunan Politik Dan Strategi Nasional
Politik strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan
sistem kenegaraan menurut UUD 195. Sejak tahun 1985 berkembang pendapat yang
mengatakan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga negaa yang diatur dalam UUD
1945 merupakan suprastruktur politik, lembaga-lembaga terebut adalah MPR, DPR,
Presiden, BPK, dan MA. Sedangakn badan-badan yang berada di dalam masyarakat
seperti paratai politik, organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok
kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group).  
Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki
kekuatan yang seimbang. Mekanisme penyusunan politik strategi nasional di tingkat
suprastruktur politik diatur oleh Presiden, dalam hal ini Presiden bukan lagi sebagai
mandataris MPR sejak pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat pada tahun
2004. Karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat maka dalam menjalankan
pemerintahan berpegang pada visi dan misi Presiden yang disampaikan pada waktu
sidang MPR setelah pelantikan dan pengambilan sumpah dan janji Presiden/Wakil
Presiden. Visi dan Misi inilah yang dijadikan politik dan strategi dalam menjalankan
pemerintahan dan melaksanakan pmbangunan selam lima tahun.
169

 
D. Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tingkat penentu kebijakan puncak.
Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional dan mencakup
penentuan undang-undang dasar. Menitik beratkan pada masalah makro politik
bangsa dan negara untuk merumuskan idaman nasional berdasarkan falsafah
Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan tingkat puncak dilakukan oleh MPR. Dalam
hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti tercantum pada
pasal 10 sampai 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak termasuk
kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan
nasional yang ditentukan oleh kepala negara dapat berupa dekrit, peraturan atau
piagam kepala negara.
2. Tingkat kebijakan umum.
Merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan puncak, yang lingkupnya
menyeluruh nasional dan berisi mengenai masalah-masalah makro strategi guna
mencapai idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.
3. Tingkat penentu kebijakan khusus.
Merupakan kebijakan terhadap suatu bidang utama pemerintah. Kebijakan ini
adalah penjabaran kebijakan umum guna merumuskan strategi, administrasi, sistem
dan prosedur dalam bidang tersebut. Wewenang kebijakan tingkat di atasnya.
4. Tingkat penentu kebijakan teknis.
Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sektor dari biang utama dalam
bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program dan
kegiatan.
5. Tingkat penentu kebijakan di daerah
Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di daerah terletak
pada Gubernur dalam kedudukannnya sabagai wakil pemerintah pusat di daerahnya
masing-masing. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah
daerah dengan persetujuan DPRD. Kebijakan tersebut berbentuk Peraturan Daerah
(Perda) tinkat I atau II. Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan
Gubernur/Kepala Daerah tingkat I, Bupati/Kepala Daerah tingkat II atau
Walikota/Kepala Daerah tingkat II.
E. Politik Pembangunan Nasional Dan Manajemen Nasional
170

1) Politik Pembangunan.
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. 
Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia,
untuk itu pembangunan di segala bidang perlu dilakukan. Dengan demikian
pembangunan nasional harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
Makna pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Dan pelaksanaannya bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab
seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat
lahiriah maupun batiniah yang selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya
pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat
Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin.
2. Manajemen nasional.
Manajemen nasional pada dasarnya merupakan suatu sistem sehingga lebih tepat
jika kita menggunakan istilah sistem manajemen nasional. Layaknya sebuah sistem,
pembahasannya bersifat komprehensif, strategis dan integral. Orientasinya adalah
pada penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara
menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian sistem manajemen nasional dapat
menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman dan sarana bagi perkembangan proses
pembelajaran maupun penyempurnaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang
bersifat umum maupun pembangunan.
           Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara 
tata nilai, struktur dan proses untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya nasional demi
mencapai tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi
171

siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan


kebijaksanaan, dan penilaian hasil kebijaksanaan terhadap berbagai kebijaksanaan
nasional. Disini secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem sekurang
kurangnya harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, fungsi serta lingkungan
yang mempengaruhinya.
Secara sederhana unsur-unsur utama sistem manajemen nasional dalam
bidang ketatanegaraan meliputi :
a. Negara.
Sebagai organisasi kekuasaan, negara mempunyai hak dan kepemilikan,
pengaturan dan pelayanan dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
b. Bangsa Indonesia
Sebagai unsur pemilik negara, berperan menentukan sistem nilai dan arah/haluan
negara yang digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan
fungsi negara.
c. Pemerintah.
Sebagai unsur manajer atau penguasa, berperan dalam penyelenggaraan fungsi-
fungsi pemerintahan umum dan pembangunan kearah cita-cita bangsa dan
kelangsungan serta pertumbuhan negara.
d. Masyarakat
Sebagai unsur penunjang dan pemakai, berperan sebagai kontributor, penerima
dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.
 
F. OTONOMI DAERAH

Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab tetap seperti yang
dirumuskan saat ini yaitu memberdayakan daerah, termasuk masyarakatnya,
mendorong prakarsa dan peran serta, masyarakat dalam proses pemerintahan dan
pembangunan. Pemerintahan juga tidak lupa untuk lebih meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas penyelanggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan,
pembangunan dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI. Asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, diselenggarakan secara proposional sehingga saling menjunjung.
172

Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum


anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) provinsi,
kabupaten, dan kota diberikan kewenangan sebagai penyelenggara pemilihan kepala
daerah. Agar penyelenggaraan pemilihan dapat berlangsung dengan baik, maka DPRD
membentuk panitia pengawasan. Kewenangan KPUD provinsi, kabupaten, dan kota
dibatasi sampai dengan penetapan calon terpilih dengan berita acara yang selanjutnya
KPUD menyerahkan kepada DPRD untuk diproses pengusulannya kepada Pemerintah
guna mendapatkan pengesahan.
Dalam UU No.32 Tahun 2004 terlihat adanya semangat untuk melibatkan
partisipasi publik. Di satu sisi, pelibatan publik(masyarakat) dalam pemerintahan atau
politik lokal mengalami peningkatan luar biasa dengan diaturnya pemilihan kepala
daerah(Pilkada) langsung. Dari anatomi tersebut, jelaslah bahwa revisi yang dilakukan
terhadap UU No.22 Tahun 1999 dimaksudkan untuk menyempurnakan kelemahan-
kelemahan yang selama ini muncul dam pelaksanaan otomoni daerah. Sekilas UU
No.32 Taun 2004 masih menyisakan banyak kelemahan, tetapi harus diakui pula
banyak peluang dari UU tersebut untuk menciptakan good govemance(pemerintahan
yang baik).
 
G. IMPLEMENTASI POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
a. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dan memprioritaskan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,
penumbuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak bayi dalam kandungan sampai
usia lanjut.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana serta
prasarana dalam bidang medis yang mencakup ketersediaan obat yang dapat
dijangkau oleh masyarakat.
3.  Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja
untuk medapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang
memadai. Pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan, dan pekerja.
4.  Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban
173

bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi
muda.
5.  Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga
harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
b. Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata.
1. Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indo¬nesia yang
bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya nasional yang
mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup
bermasyarakat, dan membangun peradaban bangsa.
2.  Merumuskan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, untuk memberikan rujukan
sistem nilai bagi totalitas perilaku kehidupan ekonomi, polirik, hukum dan
kegiatan kebudayaan dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional dan
peningkatan kualitas berbudaya masyarakat.
3. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya dalam rangka memilah-
milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk menghadapi tantangan
pembangunan bangsa di masa depan.
4.  Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian untuk memberi
inspirasi bagi kepekaan terhadap totalitas kehidupan dengan tetap mengacu pada
etika, moral, estetika dan agama, serta memberikan perlindungan dan
penghargaan terhadap hak cipta dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.
5. Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai media massa
kreatif untuk meningkatkan moralitas agama serta kecerdasan bangsa,
pembentukan opini publik yang positif, dan nilai tambah secara ekonomi.
c. Kedudukan dan Peranan Perempuan
1.  Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang
mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan, keadilan gender.
2.  Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan
tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis
perjuangan kaum perempuan dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan
perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
d. Pemuda dan Olahraga
174

1. Menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia


yang perlu memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup. Upaya ini
harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan olahraga di sekolah dan
masyarakat.
2. Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi harus
dilakukan secara sisternatis dan komprehenshif melalui lembaga-lembaga
pendidikan sebagai pusat pembinaan di bawah koordinasi masing-masing
organisasi olahraga, termasuk organisasi olahraga penyandang cacat, demi
tercapainya prestasi yang membanggakan di tingkat internasional.
3. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat mereka dengan
memberikan kesempatan dan kebebasan mengorganisasikan diri secara bebas
dan merdeka sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa
yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, patriotis, demokratis, mandiri, dan
tanggap terhadap aspirasi rakyat.
4. Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda
yang berdaya saing, unggul, dan mandiri.
5. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya destruktif terutama
penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang, dan zat adiktif lainnya (narkoba)
melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan
bahaya penyalahgunaan narkoba.
e. Pembangunan Daerah
1. Secara umum Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab
dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik,
lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat, lembaga swadaya
masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b.  Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah
propinsi, daerah kabupaten, daerah kota, dan desa.
c.  Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah serta memperhatikan
penataan ruang, baik fisik maupun sosial, sehingga terjadi pemerataan
pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah.
175

d. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan


masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana,
pembangunan sistem agribisnis, industri kecil, dan kerajinan rakyat,
pengembangan kelembagaan penguasaan teknologi, dan pemanfaatan sumber
daya alam.
e.  Mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil
dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui
desentralisasi perizinan, investasi, serta pengelolaan sumber daya.
f.  Memberdayakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah guna memantapkan
penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah sesuai dengan potensi
dan kepentingan daerah melaiui penyediaan anggaran pendidikan yang
memadai.
h.  Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah terutama di kawasan timur
Indonesia, daerah perbatasan, dan wilayah tertinggal lainnya dengan
berlandaskan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Pengembangan otonomi daerah di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah untuk menyesuaikan secara adil dan menyeluruh permasalahan
di daerah yang memerlukan penanganan yang khusus dan bersungguh-sungguh.
Untuk itu langkah-langkah berikut perlu ditempuh:
a. Daerah Istimewa Aceh
1) Mempertahankan integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan menghargai kesetaraan dan keragaman
kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh dan melalui penetapan Daerah
Istimewa Aceh sebagai daerah otonomi khusus yang diatur oleh undang-
undang.
2) Menyelesaikan kasus Aceh secara adil dan bermartabat melalui pengusutan
dan pengadilan yang jujur bagi pelanggar hak asasi manusia, baik selama
pemberlakuan Daerah Operasi Militer maupun pasca pemberlakuan
Daerah Operasi Militer.

b. Papua
1) Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman
176

kehidupan sosial budaya masyarakat Irian Jaya melalui penetapan daerah


otonomi khusus yang diatur oleh undang-undang.
2) Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia di Irian Jaya melalui
proses pengadilan yang jujur dan ber¬martabat.
c.  Maluku
Menugaskan Pemerintah untuk segera menyelesaikan konflik sosial yang
berkepanjangan secara adil, nyata, dan menyeluruh serta mendorong
masyarakat yang bertikai agar proaktif dalam melakukan rekonsiliasi untuk
mempertahankan dan memantapkan integrasi nasional.
 
f. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
2.  Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan melakukan konservasi, rehabilitasi, dan penghematan serta menerapkan
teknologi ramah lingkungan.
3. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam hal pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan
lingkungan hidup, yang diatur oleh undang-undang, sehingga kualitas ekosisrem
tetap terjaga.
4.  Mendayagunakan sumber daya alam unuik sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan memperhatikan kelestarian rungsi dan keseimbangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal, serra penataan ruang, yang pengusahaannya diatur oleh undang-undang.
5.  Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelesiarian kemampuan
keterbaruan sumber daya alam untuk mencegah kerusakan permanen.

G. Implementasi Politik Dan Strategi National


a. Di bidang hukum:
1.  Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk
terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi
hukum dan tegaknya negara hukum.
177

2.  Menata sistem hukum nasional yang menyelutuh dan terpadu dengan


mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta
mempebaharui perundang-undangan warisan colonial dan hukum nasional
yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaianya
dengan reformasi melalui program legalisasi.\
3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum,
keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak asasi
manusia.
4.  Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional terutama yag berkaitan dengan
hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam
bentukn undang-undang.
5.  Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum.
6. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas.\
7. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan
perekonomian.
8. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah dan terbuka
serta beba korupsi.
9. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran.
10.  Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan
asai manusia yang belum ditangani secara tuntas.
 
b. Implementasi politk strategi nasional dibidang ekonomi
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat.
2.  Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil.
3. Mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi ketidaksempurnaan
pasar.
4. Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas kemanusiaan yang
adil bagi masayarakat.
5. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi.
6. Mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara terkoordinasi dan
sinergis.
c. Implementasi politik strategi nasional di bidang politik
178

1. Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik


Indonesia yang bertumpu pada kebhinekatunggalikaan.
2. Menyempurnakan Undang–Undang Dasar 1945 sejalan dengan
perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan reformasi.
3. Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan lembaga–lembaga
tinggi negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab.
4. Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedudukan rakyat
demokratis dan terbuka.

d. Implementasi di Bidang Pertahanan dan Keamanan


1. Menata kembali Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma baru secara
konsisten melalui reposisi, redifinisi, dan reakrualisasi peran Tentara
Nasional Indonesia sebagai alar ncgara untuk melindungi, memelihara, dan
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap
ancaman dari luar dan dalam negeri dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan memberikan darma baktinya dalam membanru
menyelenggarakan pembangun¬an.
2.  Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta
yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama. Kekuatan
utama ini didukung oleh komponen lainnya dari kekuatan pertahanan dan
keamanan negara dengan meningkatkan kesadaran bela negara melalui wajib
l atih, membangun kondisi juang, dan mewujudkan kebersamaan Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan rakyat.
3. Meningkatkan kualitas profesionalisme Tentara Nasional Indonesia,
meningkatkan rasio kekuatan komponen utama, dan mengembangkan
kekuatan pertahanan keamanan negara ke wilayah yang didukung oleh
sarana, prasarana, dan anggaran yang memadai.
4. Memperluas dan meningkatkan kualitas kerja sama bilateral bidang
pertahanan dan keamanan dalam rangka memelihara stabilitas ke¬amanan
regional dan berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia.
5. Menuntaskan upaya memandirikan Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam rangka pemisahan dari Tentara Nasional Indo¬nesia secara bertahap
179

dan berlanjut dengan meningkatkan profesionalisme sebagai alat negara


penegak hukum, pengayom, dan pelindung masyarakat.
 

 
 
 
 

BAB XII
KONSEP GEO POLITIK DAN GEO
STRATEGI INDONESIA

A.Konsepsi Geopolitik

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti
bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara ; dan teia yang berarti urusan
(politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Sebagai acuan ber-
sama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebi-
180

jakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal


suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geo-
graphy), Rudolf Kjellen menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.
Unsur utama Geopolitik. Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer
menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer, teori ini
disebut pula teori kombinasi ruang dan kekuatan
Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).
1. Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan kepentingan nasional.
2. Konsepsi keamanan negara dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional.
Geopolitik Indonesia tidak lain adalah Wawasan Nusantara.
1. Wawasan Nusantara tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun
kekerasan.
2. Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide
nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi
bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata
hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.
3. Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami,
cara menghayati, cara bertindak, berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indone-
sia sebagai hasil interaksi proses psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek
ASTAGATRA
B. Konsepsi Geostrategi
Suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan kebi-
jakan, tujuan, sarana utk mencapai tuj-nas (pemanfaatan kondisi lingkungan dalam
mewujudkan tujuan politik).
1. Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945.
2. Ini diperlukan utk mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsa dalam
masyarakst majemuk dan heterogen berdasarkan Pemb dan UUD 1945.
3. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Ketahanan Nasional.
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahan nasional.
4. Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nas-
ional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala ATHG baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, yang langsungg maupun tidak langsug membahayakan integ-
181

ritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar
tujuan nasional.
5.Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai kebutuhan
dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti Law and order,
Welfare and prosperity, Defence and security, Juridical justice and social justice,
freedom of the people.
Konsepsi dasar Ketahanan Nasional. Model Astagatra merupakn perangkat
hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi de-
gan memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek kehidupan nasional,yaitu:
:
1). Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :
a). Gatra letak dan kedudukan geografi.
b). Gatra keadaan dan kekayaan alam
c). Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
2). Lima aspek (panca gatra) kehidupan social, yaitu:
a). Gatra ideology.
b). Gatra Politik
c). Gatra ekonomi
d). Gatra social budaya
e). Gatra pertahanan dan keamanan. Terdapat hubungan korelatif dan interde-
pendency diantara ke-8 gatra secara komprehensif dan integral.

C. Hubungan Geopolitik Dan Geostrategi


Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indone-
sia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara
dan politik luar negeri bebas aktif. sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan
melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideo-
logi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu
pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka diperlukan strategi besar (grand
strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa ba-
gian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi
maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritime power) yang dapat men-
jamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman. Selain itu hubungan
geopolitik dan geostrategi terdapat dalam astra gatra.
182

Komponen strategi astra gatra dan tri gatra (tangible) bersifat kehidupan alamiah:
1. Letak geografi Negara.
2. Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang di at-
mosfer, muka maupun perut bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asas mak-
simal, lestari, dan daya saing.
3. Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)
Pancagatra (intangible) kehidupan social.
4. Ideologi adalah value system.
5. Politik adalah penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan ke-
hidupan politik masyarakat. sistem politik harus mampu memenuhi lima
fungsi utama:
a). Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik.
b). Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflik.
c). Penyesuaian dengan perubahan dalam masyarakat
d). Pencapaian tujuan
e). Usaha integrasi.
6. Ekonomi (Sda, Tenaga kerja, Modal, Teknologi).
7. SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nasional, Kepribadian nas-
ional)
8. HANKAM meliputi faktor-faktor:
a). Doktrin.
b). Wawasan Nasional.
c). Sistem pertahanan keamanan.
d). Geografi.
e). Manusia.
f). Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat.
g). Material.
h). Ilmu pengetahuan dan teknologi.
i). Kepemimpinan
j). Pengaruh luar negeri

D. Ketahanan Nasional Indonesia Merupakan Geostrategi Indonesia


Geostrategi adalah geopolitik yang dalam pelaksanaannya yaitu kebijaksanaan
pelaksanaan dalam menentukan tujuan, sarana-sarana serta penggunaan sarana-sarana
183

tersebut guna mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi suatu


negara. Sebagai suatu strategi yang memanfaatkan konstelasi gografis dan ruang
dimana bangsa Indonesia berada, maka selalu digunakan untuk membina atau
mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana dan tindakan yang
menjangkau masa depan dengan memperhitungkan berbagai faktor yang ada. Dengan
demikian geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan
kondisi dan konstelasi geografis sebagai faktor utamanya, disamping itu juga
memperhatikan kondisi sosial, budaya, penduduk, SDA, lingkungan regional maupun
internasional. Geostrategi nasional ini dapat dirumuskan dalam konsepsi ketahanan
nasional.
Konsepsi ini merupakan pengejawatahan dari Pancasila dan UUD 1945 dalam
segala aspek kehidupan yang secara terpadu, utuh menyeluruh dengan berpedoman
pada wawasan nusantara, sehingga konsepsi ini merupakan sarana mewujudkan
ketahanan nasional. Jadi dengan demikian jika wawasan nusantara merupakan
geopolitik Indonesia maka disini ketahanan nasional merupakan geostrateginya yaitu
sebagai upaya dalam mewujudkan wawasan nusantara.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang meliputi segenap
aspek khidupan yang berintergrasi berisi keuletan dan ketangguhan dalam
mengembangkan kekuatan nasionalnya dalam mengatasi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (ATHG) baik yang berasal dari luar maupun dalam yang
secara langsung maupun tak langsung untuk menjamin identitas, intergritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan nasionalnya. Jadi hakekat
ketahanan nasional yaitu keuletan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin
kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Pada dasarnya ketahanan
nasional merupakan suatu konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan
dan keamanan yang seimbang dan serasi dalam kehidupan nasional yang meliputi
seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh berdasarkan falsafah negara,
ideologi negara, konstitusi dan wawasan nasional dengan metode Astagatra. Aspek
kehidupan dalam sistem kehidupan nasional pada dasarnya dapat digambarkan
kedalam delapan aspek (Astagatra) yaitu: geografi, kependudukan, SDA (merupakan
aspek alamiah yang bersifat statis), ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
Hankam (merupakan aspek sosial yang bersifat dinamis).
Pendekatan kesejahteraan dan keamanan adalah pendekatan yang didasarkan
atas pemikiran, bahwa dalam setiap kehidupan selalu menampakkan dua kebutuhan
184

dasar hidup dan kehidupan (kesejahteraan dan keamanan). Kesejahteraan atau hidup
yang hendak dicapai untuk mewujudkan ketahanan nasional Indonesia dapat
digambarkan sebagai kemampuan bangsa dan negara menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 menjadi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sedangkan keamanan atau kehidupan yang ingin dicapai adalah
kemampuan bangsa dan negara Indonesia untuk mlindungi nilai-nalai nasional itu
terhadap ancaman dari dalam maupun luar.
Ciri-ciri Ketahanan Nasional Indonesia
Berdasarkan pengertian dan konsepsi ketahanan nasional di atas, maka
ketahanan nasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Merupakan kondisi suatu bangsa.
b. Difokuskan untuk mempertahankan eksistensi dan mengembangkan kehidupan
bangsa.
c. Berisi keuletan dan ketangguhan dalam mengembangkan kekuatan nasional.
d. Ketahanan nasional bukan untuk pertahanan, tetapi untuk menghadapi ATHG baik
dari luar maupun dari dalam dan secara langsung atau tak langsung.

F. Perdamaian Dunia
1. Pengertian
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,
perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan.
Kedua, perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki
ketika transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan.
Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif
tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik.
Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang
dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti ini
terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ.
Perdamaian bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti
kekerasan. Lebih jauh dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian
keadilan dan kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran
185

penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan keadaan putus harapan tidak diminimalisir.


Perdamaian bukan soal penggunaan metode kreatif non-kekerasan terhadap setiap
bentuk kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan sebuah situasi yang seimbang
dan harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak yang kuat tetapi sama-sama sederajat
dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia merupakan tiadanya
kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.
Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan
peperangan, mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya
masih berfungsi tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit
dan lebih memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit
yang kita bayangkan, andai saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau
bersama-sama “saling bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus
menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
2. Mewujudkan Perdamaian Dunia
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah
perdamaian itu sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan
terus membelenggu fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala
upaya perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu
mudahnya kita serukan konflik dan peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya
untuk sebuah perdamaian yang mana demi kehidupan bangsa juga seluruh Negara
yang lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa Indonesia khususnya dan seluruh
Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-
benar terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah
keadaan. Harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di
seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan
pertemuan antar Negara guna menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang
dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir kesepakatan atau semacam perjanjian bersama
yang selama ini belum banyak mampu merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:
1. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat
ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya kita. Dengan
186

mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa
memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya
dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil langkah-
langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan
budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di
masyarakat Indonesia serta dunia.
2.  Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh
terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang
sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat
atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “tidak perduli” atas isu dan
seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk
hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera.
Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat
dan Negara di dunia ini.
3.   Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian
ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian
dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power
atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus
berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada
Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan
justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka
terus dibeli.
4.  Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan,
kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang
diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku
beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta
mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama
187

yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta
aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-
masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat
yang kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi
perdamaian dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang
tidak semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di
tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan
berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah,
tidak egois dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk
kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain,
kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan
tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian. Setelah
terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu
adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita. Contohnya dengan:
1. Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.
2. Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
3. Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-
istiadat, agama, ras, dan status sosial.
4. Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan
baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.

3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia


Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia
antara lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih
banyak yang lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam operasi
pemeliharaan perdamaian merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam
rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain, konstelasi perubahan dunia akan selalu
berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa negara Indonesia. Dunia yang aman
dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat manusia termasuk bangsa
Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima besar
188

dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Peran serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian
dunia memang sudah bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade
awal kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif
melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi
perdamaian dunia telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan
perkembangan lingkungan strategis serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif
dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas para pejuang
perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun civilian experts
telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah mendapatkan kepercayaan
dalam mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang
tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB,
tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper
kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi
sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang
dingin yang ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat
dunia bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS
dengan US – memang tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru
berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet,
Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya
yang serius diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa), sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat
kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah
badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar
negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan
perdamaian dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa
contoh pasukan perdamaian tersebut, sebagai berikut:
a.    ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
189

b.    UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan


perdamaian PBB sebagai pengawas pertikaian senjata.
c.    UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB
untuk Timur Tengah, Korea Utara, dan Korsel.
d.   UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e.    UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan),
yaitu pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f.     UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian
PBB untuk Kongo.
g.    UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk Palestina.
h.    UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Kroasia.
i.      UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian
PBB di Bosnia Herzegovina.
j.      UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan perdamaian
PBB di FYROM (Macedonia).
k.    UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB di
Liberia.

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan


perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf
militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta
bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian
dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian. Keikutsertaan
Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957.
Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda atau
Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan
keberbagai kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957.
Adapun samapai sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke
190

Libanon sebagai bagian dari UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon) pada
September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan
PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB, yaitu :
1.    Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
2.    Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
3.    Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan
ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan
sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan
perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Peran dan kontribusi
Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai
misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya perdamaian di kawasan
seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta
menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif
diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban
kepercayaan masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan
Keamanan sebagai badan yang efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan
global dibidang perdamaian dan keamanan saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya
dibidang diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV,
yang memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
4. Keamanan dan Pertahanan Negara
Sistem Pertahanan dan Keamanan negara adalah suatu sistem pertahanan dan
keamanan yang komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan
kekuatan nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara dalam mencapai tujuan nasional. Komponen kekuatannya terdiri
dari berikut ini:
1.   Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
191

2.   Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).


3.   Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII berjudul "Pertahanan dan Keamanan
Negara". Dalam bab itu, Pasal 30 Ayat (1) menyebut tentang hak dan kewajiban
tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat
(2) menyebut "usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung".
Keterlibatan pasukan TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia sesuai
dengan ketentuan hukum nasional. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara menyebutkan bahwa salah satu tugas TNI adalah melaksanakan
kebijakan pertahanan negara yang salah satunya ikut serta secara aktif dalam tugas
pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Selanjutnya, Undang-Undang
No.34 Tahun 2004 tentang TNI lebih mempertegas lagi dimana disebutkan bahwa
salah satu tugas pokok TNI dalam Operasi Militer.
Selain Perang adalah Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia. Tentunya
pelaksanaan dari penugasan tersebut selalu dilakukan sesuai dengan kebijakan
politik luar negeri Indonesia serta ketentuan yang berlaku dalam hukum nasional.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan dan
Keamanan Negara berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut:
1.  Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan
kemerdekaan negara.
2.  Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara yang dilandasi asas:
a.  keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri
b.  keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan)
c.   tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.
3.   Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu
diusahakan dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan
dalam keadaan terpaksa.
192

4.   Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung


pengertian tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif
yang mengandung pengertian sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan
guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman.
5.   Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan
kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.

DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan , Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan kuliah di perguruan tinggi, Edisi
Kedua
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional, Konteks Teori dan Profil
Pembelajaran
Membangun Karakter dan Kperibadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, penerbit Ghalia Indonesia, Juli 2010
e-book Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Gunadarma

 
 
193

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI KELAS A & B

1. a. Sebut dan jelaskan unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan seseorang.


b. Sebutkan hak-hak dan kewajiban warganegara berdasarkan UUD 1945
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
a. Dalam bidang ideologi
b. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.
===============================================================

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI KELAS A & B

1. a. Sebut dan jelaskan unsur-unsur yang menentukan kewar-


ganegaraan seseorang.
b. Sebutkan hak-hak dan kewajiban warganegara berdasarkan UUD 1945
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
194

b. Dalam bidang ideologi


c. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI D.IV (Tkt I)

1. a. Sebut dan jelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu Ne-


gara.
b. Sebutkan hak-hak dan kewajiban warganegara berdasarkan UUD 1945
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
d. Dalam bidang ideologi
e. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI D.IV (Tkt I)

1. a. Sebut dan jelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu Ne-


gara.
b. Sebutkan hak-hak dan kewajiban warganegara berdasarkan UUD 1945
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
195

maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
f. Dalam bidang ideologi
g. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI D.IV (Tkt II)

1. a. Sebut dan jelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu Ne-


gara.
b.Setiap warganegara memiliki jiwa dan karakter yang demokratis. Sebutkan karak-
teristik (ciri-ciri) tersebut.
2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
a. Dalam bidang ideologi
b. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.

SOAL UJIAN FINAL SEMESTER


MATA KULIAH: PPKn
PT. POLTEKKES KENDARI-JURUSAN GIZI D.IV (Tkt II)

1. a. Sebut dan jelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu Negara.


b.Setiap warganegara memiliki jiwa dan karakter yang demokratis. Sebutkan karak-
teristik (ciri-ciri) tersebut.
196

2. Sebut dan Jelaskan latar belakang pemikiran filsafat Pancasila yang menjadi dasar
pengembangan wawasan nusantara.
3. Bangsa Indonesia akan dapat memiliki ketahanan nasional yang tangguh, mampu
mengatasi segala macam ancaman, hambatan dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri apabila ada tindakan-tindakan preventif (pencegahan) yang
dilakukan oleh pemerintah, sebutkan tindakan-tindakan preventif tersebut:
a. Dalam bidang ideologi
b. Dalam bidang sosial budaya
4. Sebutkan implementasi Poltranas dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial.
5. Sebut dan jelaskan secara singkat aspek-aspek Pancagatra dalam kehidupan masional.

Anda mungkin juga menyukai