Anda di halaman 1dari 170

SUPERVISI REVITALISASI

UPPKB LUBUK SELASIH

TAHUN ANGGARAN 2022


BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap pembangunan fasilitas negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik-


baiknya, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis pembangunan yang layak dari segi mutu,
biaya, dan kriteria administrasi bagi fasilitas negara. Pemberi jasa pengawasan untuk
fasilitas negara perlu diarahkan secara baik dan menyeluruh, agar pelaksanaan kegiatan
pengawasan pekerjaan pelebaran jalan tersebut berjalan dengan hasil pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan dan spesifikasi teknis. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan
pengawasan perlu disiapkan secara matang sehingga memang mampu mendorong
perwujudan karya pengawasan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan.

1.1 LATAR BELAKANG


Kondisi prasarana jalan yang buruk sangat menghambat perkembangan industri
angkutan barang di Indonesia serta membatasi kemampuan pemilik usaha kecil untuk
mencapai target pasar yang menguntungkan. Mutu jalan yang buruk juga merupakan
hambatan terhadap kegiatan perdagangan antar wilayah serta menghambat upaya untuk
melakukan integrasi antara wilayah-wilayah terbelakang dengan pasar yang lebih besar.
Buruknya prasarana jalan selain disebabkan oleh rendahnya kualitas jalan juga disebabkan
beban muatan lebih dari angkutan barang.
Terjadinya beban muatan lebih angkutan barang merupakan komplikasi dari
berbagai macam masalah di antaranya: jaringan lintas angkutan barang yang tidak optimal,
lokasi simpul UPPKB (Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor) yang tidak
strategis, SDM (Sumber Daya Manusia) UPPKB yang tidak kompeten dan Iain-lain. Unit
Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut UPPKB adalah unit
kerja di bawah Kementerian Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan muatan
barang dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada setiap
lokasi tertentu. Revitalisasi UPPKB merupakan salah satu upaya Pemerintah Pusat
(Kementerian Perhubungan) dalam memperbaiki dan meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana UPPKB di Indonesia khususnya di UPPKB Lubuk Selasih Kabupaten Solok Kota
Provinsi Sumatera Barat. Sejak terbentuk Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah
III Provinsi Sumatera Barat pada Bulan Juli Tahun 2017 maka Kementerian Perhubungan
berupaya memperbaiki sistem operasional sarana dan prasarana UPPKB Lubuk Selasih
Kabupaten Solok Kota Provinsi Sumatera Barat.
Pada prinsipnya setiap proses pelaksanaan pembangunan fisik akan memerlukan
tindakan Pengawasan, sehingga proses pelaksanaannya dapat berlangsung sesuai spesifikasi
teknis dan peraturan yang berlaku dan mengurangi adanya deviasi akibat penyimpangan
yang mungkin terjadi. Tahap pelaksanaan konstruksi, secara umum pekerjaan Pengawasan
dimana pada pelaksanaan fisiknya dilapangan akan ditugaskan pada pihak ketiga, yaitu
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan melakukan tahapan-tahapan Pengawasan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa pemborongan yang menyangkut
aspek, mutu, waktu dan biaya. Disamping itu juga bertanggung jawab atas semua kegiatan
teknik yang dikerjakan oleh kontraktor selama pelaksanaan berlangsung.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah Pengawasan pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Penyedia jasa konstruksi untuk Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Secara
umum maksud dan tujuan dari pengadaan jasa konsultan ini untuk membantu Balai
Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat tentang tanggung
jawab Kegiatan Supervisi/Pengawasan Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih Tahun Anggaran
2022.

1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin di capai untuk Pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih adalah membantu Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi
Sumatera Barat dalam pelaksanaan pengawasan konstruksi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih agar dalam pelaksanaannya memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen kontrak baik itu Spesifikasi (RKS), Gambar Rencana maupun HPS.

1.4 LOKASI KEGIATAN


Kegiatan Pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih berlokasi di
UPPKB Lubuk Selasih Kabupaten Solok.

1.5 SUMBER DANA


Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih di Provinsi Sumatera Barat ini yaitu sebesar Rp. 373.000.000,- (Tiga Ratus Tujuh
Puluh Tiga Juta Rupiah).
1.6 NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA
Nama organisasi yang menyelenggarakan/ melaksanakan Pekerjaan adalah :
1. Owner Kegiatan : Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah III
Provinsi Sumatera Barat
2. Pekerjaan : Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih

1.7 RUANG LINGKUP KEGIATAN


1.7.1 LINGKUP KEGIATAN KONSULTAN
Kegiatan/Ruang Lingkup Penyedia Jasa Konsultan Pengawasan Konstruksi
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Negara Bab V butir
2.a.2) adalah :
1. Tahap Persiapan
Persiapan pengawsaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan
(termasuk penyelidikan tanah sederhana), membuat interpretasi secara garis besar
terhadap KAK, dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai
peraturan daerah/perijinan bangunan.
2. Tahap Pengawasan
Sasaran tahap pelaksanaan adalah adalah ketersediaan terselesaikannya konstruksi
sesuai waktu, biaya & kualitas yang diterapkan.

1.7.2 URAIAN TUGAS PENYEDIA JASA


Konsultan Pengawasan Konstruksi harus membuat uraian satuan kerja secara terinci
yang sesuai dengan setiap bagian pekerjaan pengawasan pelaksanaan yang dihadapi
dilapangan, yang secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan :
a) Menyusun Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan pengawasan.
b) Memeriksa Time Schedule/Bar Chart,S-Curve, dan Net Work Planning yang
diajukan oleh Kontarktor Pelaksana untuk selanjutnya diteruskan kepada PPK,
dan Pengelola/Tim Teknis, untuk mendapatkan persetujuan.
2. Pekerjaan Teknis Pengawasan Lapangan :
a) Melaksanakan tugas pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi satuan kerja-satuan kerja pembangunan agar
pelaksanaan teknis maupun administrasi teknis dapat terlaksana sampai
dengan serah terima kedua pekerjaan fisik.
b) Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas bahan atau komponen
bangunan, peralatan dan perlengkapan serta tenaga kerja selama pekerjaan
pelaksanaan di lapangan atau di workshop tempat Kerja lainya.
c) Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat dan
cepat, agar batas waktu pelaksanaan dapat dipenuhi minimal sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
d) Memberikan masukan/pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan pekerjaan yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu pekerjaan
serta berpengaruh pada persyaratan kontrak, yang mana perubahan tersebut
harus mendapatkan persetujuan dari KPA dan PPK.
e) Memberikan petunjuk, perintah dan persetujuan mutu bahan, sejauh tidak
mengenai pengurangan dan penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta
tidak menyimpang dari kontrak, dimana perubahan tersebut dapat langsung
disampaikan kepada Pemborong, dengan pemberitahuan tertulis serta
tembusan pemberitahuan kepada PPK dan Tim Pengelola kegiatan/Tim
Teknis.
f) Memberikan bantuan dan petunjuk kepada penyedia konstruksi dalam
mengusahakan perijinan sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan.
3. Konsultasi :
a) Melakukan konsultasi dengan PPK dan Tim Pengelola kegiatan/Tim Teknis
untuk membahas segala masalah dan persoalan yang timbul selama masa
pembangunan.
b) Mengadakan rapat lapangan secara berkala, sedikitnya dua kali dalam sebulan,
dengan PA, PPK Tim Teknis, Perencana dan Penyedia konstruksi dengan
tujuan untuk membicarakan masalah dan persoalan yang timbul dalam
pelaksanaan, untuk kemudian membuat risalah rapat dan mengirimkan kepada
semua pihak yang bersangkutan, serta sudah diterima palinglambat 1 minggu
kemudian.
c) Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut apabila dianggap mendesak.
4. Laporan :
a) Memberikan laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis teknologis
kepada KPA, PPK dan Tim Pengelola kegiatan/Tim Teknis, mengenai volume,
prosentase dan nilai bobot bagian-bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan
oleh penyedia konstruksi.
b) Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan, dan dibandingkan
dengan jadwal yang telah disetujui.
c) Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga kerja, alat
yang digunakan, dan mutu hasil pelaksanaan disertai dokumen penunjang.
d) Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Konsultan Perencana terutama yang mengakibatkan tambah atau
berkurangnya pekerjaan, dan juga perhitungan serta gambar konstruksi yang
dibuat oleh Penyedia Jasa Konsultan Perencana (Shop Drawings).
5. Dokumen :
a) Menerima dan menyiapkan Berita Acara sehubungan dengan penyelesaian
pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan pembayaran.
b) Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan, serta
penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan pembayaran.
c) Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan, Berita Acara
kemajuan pekerjaan, serta formulir-formulir lainnya yang diperlukan untuk
kebutuhan dokumen pembangunan, serta keperluan pendaftaran sebagai
bangunan gedung negara.
d) Memeriksa asbuilt drawing yang dibuat oleh penyedia jasa Lingkup
Kewenangan/kewajiban Penyedia Jasa :
1) Memasuki lokasi proyek
2) Melakukan penelitian/kajian atas data-data yang diperlukan untuk
kegiatan Pengawasan konstruksi di area proyek.
3) Melakukan pengkajian atas dampak pelaksanaan konstruksi.
4) Memberikan saran/justifikasi teknis atas setiap perubahan konstruksi.

1.7.3 LINGKUP KERJA KONSULTAN PENGAWAS


Lingkup Kerja Jasa Konsultasi pekerjaan Pekerjaan Supervisi Revitalisasi
UPPKB Lubuk Selasih yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan
Peraturan Menteri. Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007
adalah :
1. Membantu Dalam Pelaksanaan Pengawasan Mutu
Konsultan akan bertindak sebagai wakil Kuasa Pengguna Anggaran dan PPK dalam
pengawasan pelaksanaan pekerjaan/Kegiatan dan menjamin bahwa semua hasil
pekerjaan itu sesuai dan memenuhi syarat perencanaan teknis, spesifikasi teknis dari
dokumen kontrak. Uraian detail pekerjaan pengawasan sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengawasan harian terhadap pekerjaan/kegiatan sehingga
dengan demikian dapat menjamin kebenaran material yang dipakai dan
prosedur pelaksanaan sesuai dokumen kontrak dan peraturan-peraturan yang
berlaku seperti jasa konstruksi dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Memberikan instruksi/penjelasan secara tertulis kepada Kontraktor dengan
cara yang sejelas-jelasnya terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dikehendaki
sehingga dengan demikian dapat diperoleh hasil pelaksanaan/mutu yang lebih
baik.
c. Memeriksa semua bahan/material yang ditempatkan dilapangan/kegiatan
betul-betul memenuhi persyaratan spesifikasi sesuai dengan testing material
yang dilaksanakan secara benar.
d. Memeriksa semua gambar-gambar (Shop Drawing, Detail Drawing & As built
Drawing) dengan teliti dan disetujui bila memenuhi kontrak dokumen.
e. Memeriksa dan memberikan instruksi tertulis kepada Penyedia barang dan jasa
untuk memperbaiki semua kerusakan-kerusakan kekurangan pekerjaan, yang
tidak memenuhi persyaratan spesifikasi dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
f. Ikut serta dalam inspeksi pemeriksaan akhir kegiatan sebelum pelaksanaan
Take Over (serah terima Hasil kegiatan 100% dan serah terima kegiatan setelah
pemeliharaan) dari Penyedia jasa konstruksi kepada KPA.
2. Membantu dalam Review Design
Uraian dalam pelaksanaan Review Design adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinir pengambilan data lapangan secara akurat yang dilakukan oleh
Kontraktor guna Review Design untuk perubahan-perubahan yang
direkomendasikan.
b. Menyelenggarakan Review Design terhadap Design yang ada sesuai dengan
perubahan-perubahan yang direkomendasikan/ diperlukan.
b. Menyiapkan perkiraan biaya dan addendum serta perubahan tender dokumen
sehubungan dengan Review Design tersebut.
3. Memeriksa dengan sungguh-sungguh bahwa pengukuran volume pekerjaan
dilaksanakan dengan benar, teliti dan sempurna sesuai dengan yang tercantum
didalam kontrak.
4. Menjamin bahwa semua laporan (Report) yang diserahkan tepat pada waktunya dan
dibuat secara aturan yang benar, teliti dan memuat semua catatan kemajuan serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan proyek. laporan itu meliputi :
a. Menyiapkan/menyerahkan laporan mingguan dan bulanan tepat pada
waktunya, teliti dan menunjukkan secara fisik dan finansial kemajuan kegiatan.
b. Melaporkan dengan segera secara tertulis terhadap setiap kesulitan-kesulitan
yang mungkin akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan
kondisi kegiatan dalam waktu mendatang atau lain-lain sebab yang
diperkirakan dapat menyulitkan/merugikan pelaksanaan pekerjaan. Laporan
itu juga harus memuat usulan pemecahannya terhadap hal-hal yang
dikuatirkan tersebut diatas kepada PPK ataupun staf teknis.
c. Melaporkan secara lengkap dan tertulis serta saran pemecahannya terhadap
hal-hal yang akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan kepada
PPK ataupun staf teknis.
d. Selalu memeriksa catatan harian tentang pekerjaan yang telah selesai, bahan-
bahan/material yang telah dipakai, tenaga kerja dilapangan, keterlambatan
peralatan, keadaan cuaca dan peristiwa-peristiwa lainnya dan melaporkannya
kepada PPK ataupun staf teknis.
e. Membuat file yang baik sehubungan dengan korespondensi/ surat-menyurat
dengan pihak Penyedia Jasa Konstruksi, SKPD, Site Manager dan lain-lainnya
dan melaporkannya kepada PPK ataupun staf teknis.
f. Membuat catatan-catatan dan memfilenya secara baik terhadap hasil pekerjaan,
hasil tes material, Sertifikat pembayaran (Payment Certificates), pengukuran
volume kegiatan dilapangan, back up perhitungan dan as built drawings dan
melaporkannya kepada PPK ataupun staf teknis.
g. Melaksanakan inspeksi sebelum inspeksi akhir dan membuat laporan tentang
kekurangan/kerusakan hasil pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan
dalam suatu daftar dan melaporkannya kepada PPK ataupun staf teknis.
h. Menyiapkan laporan penyelesaian pekerjaan untuk Balai Pengelola
Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat yang memuat
masalah-masalah yang dihadapi selama pekerjaan dan penyelesaiannya serta
lampiran-lampirannya yang meliputi : file change order, file as built drawing
dan file Hasil Test dan melaporkannya kepada PPK ataupun staf teknis.
5. Bekerjasama dengan staf Kegiatan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
Wilayah III Provinsi Sumatera Barat dalam hal-hal yang menyangkut masalah-
masalah teknis, tugas itu meliputi :
a. Setelah menyelesaikan progres Monthly Progress, Payment Certificates dan
Final Payment Certificates konsultan pengawas melaporkan kepada staf
teknis maupun PPK untuk disyahkan.
b. Mengusulkan pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan pelaksanaan dimasa
datang dengan memberikan gambar/sketsa dan perhitungan-perhitungan
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh PPK.
c. Membuat usulan penyelesaian atas klaim penyedia barang dan jasa,
penyelesaian pertikaian, perpanjangan waktu kontrak atau hal-hal lainnya
dan diharus disahkan oleh PPK.
d. Menyiapkan Change Order, sesuai dengan petunjuk dari atas, mengajukan
usulan perubahan rencana/design, spesifikasi dan menyiapkan harga satuan
yang baru untuk negosiasi disertai dengan bahan-bahan pendukungnya dan
harus disyahkan oleh PPK.
e. Memeriksa seluruh jenis pekerjaan atau bahan yang telah dilaksanakan oleh
penyedia barang dan jasa sesuai dengan kontrak dam harus disyahkan oleh
PPK.

1.8 KELUARAN / PRODUK YANG DIHASILKAN


Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah kualitas pekerjaan
yang baik sesuai dengan spesifikasi teknik, tepat waktu dan dana yang berupa laporan
sebagai berikut :
1. Laporan Mingguan
Berupa laporan singkat, dibuat dengan menggunakan bentuk standar sesuai yang
dikeluarkan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi
Sumatera Barat, menunjukkan kemajuan fisik tiap hari dari tiap paket. Isi statistik
yang utama dari laporan mingguan harus disampaikan ke Balai Pengelola
Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat dalam waktu akhir
Minggu sebanyak 5 (lima) Set.

2. Laporan Bulanan
Berupa laporan singkat, dibuat dengan menggunakan bentuk standar sesuai yang
dikeluarkan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi
Sumatera Barat, menunjukkan kemajuan fisik dan keuangan dari tiap paket. Isi
statistik yang utama dari laporan bulanan harus disampaikan ke Balai Pengelola
Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat, dalam waktu 5
(lima) hari
dihitung akhir bulan sebanyak 5 (lima) Set.

3. Laporan Akhir
Pada saat berakhirnya kegiatan atau setelah Take Over (TO), konsultan harus
menyerahkan Laporan Akhir yang berisi ringkasan konstruksi yang telah
dilaksanakan, rekomendasi untuk pemeliharaan yang akan datang, segala
permasalahan yang teknis muncul selama pelaksanaan, persoalan yang mungkin
akan timbul bila ada, dan berbagai macam perbaikan yang diperlukan dimasa datang
oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat
bagi kegiatan-kegiatan sejenis sebanyak 5 (lima) Set.

1.9 TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN


1) Konsultan Pengawasan Konstruksi bertanggungjawab secara profesional atas jasa
pengawasan yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang
berlaku.
2) Penyedia Jasa Konsultansi Pengawasan Konstruksi sesuai otoritas yang diberikan
oleh PPK
3) bertanggungjawab sepenuhnya terhadap aspek konstruksi pekerjaan dengan
kewajiban selalu melakukan koordinasi dan konsultasi kepada Penyedia Jasa
Konsultansi Perencanaan (RTT) dan Tim Teknis dalam hal ini Direktorat Bandar
Udara serta unsur teknis lainnya yang ditetapkan oleh PPK.
4) Penyedia Jasa Konsultansi Pengawasan Konstruksi bertanggungjawab secara
professional atas jasa Pengawasan konstruksi yang dilakukan sesuai ketentuan dan
kode etik, tata laku profesi yang berlaku.
5) Secara umum tanggung jawab Konsultan adalah menjaga agar proyek memiliki
kinerja sebagai berikut :
 Ketepatan waktu pembangunan proyek sesuai batas waktu berlakunya
anggaran/waktu yang telah ditetapkan.
 Ketetapan biaya pembangunan sesuai batasan anggaran yang tersedia atau
yang telah ditetapkan.
 Ketetapan kualitas dan kuantitas sesuai standard dan peraturan yang berlaku.
 Ketertiban administrasi kontrak dan pelaksanaan pembangunan.
 Penanggung jawab professional Pengawasan konstruksi adalah tidak hanya
konsultan sebagai suatu perusahaan, tetapi juga bagi para tenaga ahli
professional Pengawasan konstruksi yang terlibat.
1.10 LINGKUP KEWENANGAN PENYEDIA JASA
Konsultan pengawas diberi kewenangan untuk melakukan beberapa kegiatan yaitu
berupa:
1. Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa Pengawasan
yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku sampai
dengan terbangunnya gedung yang direncanakan.
2. Hasil karya Pengawasan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan standar hasil
karya Pengawasan yang berlaku.
3. Hasil karya Pengawasan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi batasan-
batasan yang telah diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, termasuk melalui
KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian pekerjaan dan mutu
bangunan yang akan diwujudkan.
4. Hasil karya Pengawasan yang dihasilkan harus telah memenuhi peraturan, standar,
dan pedoman teknis bangunan gedung yang berlaku untuk bangunan gedung pada
umumnya dan yang khusus untuk bangunan gedung negara.

1.11 JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN


Jangka waktu penyelenggaraan pengawasan teknis ini ditetapkan selama 10
(sepuluh) bulan atau 300 (tiga ratus) hari kalender atau selama masa pelaksanaan
konstruksi sampai dengan serah terima pertama pekerjaan konstruksi (PHO). terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Dalam jangka
waktu tersebut, konsultan sudah harus menyelesaikan dan menyerahkan semua hasil
pekerjaan dalam bentuk Laporan Akhir Pekerjaan Pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB
Lubuk Selasih kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

1.12 AZAZ-AZAS
Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Pengawas hendaknya memperhatikan
azas-azas bangunan gedung Negara sebagai berikut:
1. Azas tercapainya tujuan, ditujukan Ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau
deviasi perencanaan.
2. Azas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.
3. Azas tanggung jawab, azas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.
4. Azas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah
pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu
sekarang maupun di masa yang akan datang.
5. Azas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
6. Azas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7. Azas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan
sesuaidengan struktur organisasi dankewenangan masing-masing.
8. Azas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan standar
yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.
9. Azas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif danefisien
memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktoryang
strategis.
10. Azas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan
kegagalan pelaksanaan perencanaan.
11. Azas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar
sistimyang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
12. Azas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran
untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasidan
pelaksanaan.
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA

2.1. UMUM
Dalam rangka pengadaan jasa pada pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih, Konsultan PT. CONCEPT DESIGN ARCITECT sebagai salah satu penyedia jasa
peserta pemilihan telah mendapatkan Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan 02
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini
akan dijadikan acuan pelaksanaan pekerjaan Konsultan yang secara garis besar memuat
penjelasan umum pekerjaan, data-data penunjang, ruang lingkup pekerjaan serta keluaran-
keluaran yang diharapkan. Meskipun hanya dalam bentuk penjelasan pekerjaan secara garis
besar, KAK ini telah dibuat dengan cukup jelas dan dapat dipahami sehingga Konsultan
telah mendapatkan gambaran secara umun mengenai pekerjaan. Dalam KAK ini, telah
dijelaskan maksud dan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai terkait pelaksanaan pekerjaan
yang dimaksud.
Pemahaman terhadap KAK adalah sebuah langkah awal bagi Kosultan untuk dapat
menangkap maksud dan tujuan serta mewujudkan sasaran yang ingin dicapai Pengguna
Jasa melalui suatu layanan Penyedia Jasa Konsultansi. Untuk itu, Konsultan telah
mempelajari secara menyeluruh terhadap pokok-pokok uraian dalam KAK ini sehingga
mendapatkan pemahaman yang jelas dan lengkap agar dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan yang diharapkan.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar
ikatan perjanjian antar Pengguna Jasa dan calon Penyedia Jasa pemenang seleksi. KAK akan
menjadi bagian dalam dokumen kontrak yang mengikat dan tidak terpisahkan. Untuk itu,
KAK harus dikaji secara mendalam terkait isi dan subtansi yang dikandung didalamnya.
Adapun pokok-pokok penjelasan dalam KAK yang menjadi fokus perhatian Konsultan
adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan uraian kegitan yang akan dilaksanakan meliputi : latar belakang, maksud
dan tujuan, lokasi kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, keluaran yang diinginkan,
sumber pendanaan, jumlah tenaga ahli yang diperlukan, dan hal­hal lainnya.
2. Penjelasan jenis, isi, dan jumlah keluaran yang harus dihasilkan.
3. Penjelasan waktu pelaksanaan yang diperlukan, termasuk kapan jadwal pelaporan
pekerjaan tersebut harus diserahkan.
4. Penjelasan persyaratan Penyedia Jasa dan kualifikasi tenaga ahli serta jumlah
personil inti agar tidak mengarah kepada individu tertentu kecuali untuk pekerjaan
yang bersifat rahasia.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dibuat dengan bahasa dan kalimat yang jelas dan
konsisten sehingga secara subtansi dapat memberikan penjelasan yang tepat sehingga dapat
meminimalkan perbedaan penafsiran dari para peserta pemilihan. Berdasarkan pemahaman
Konsultan terhadap KAK, dalam dokumen teknis ini akan disampaikan tanggapan dan
saran Konsultan dalam rangka meningkatkan kinerja untuk menghasilkan hasil pekerjaan
yang optimal.

2.2. TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


2.1.1. Latar Belakang
Informasi yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini sudah cukup
memberikan penjelasan serta gambaran mengenai latar belakang dilaksanakannya pekerjaan
02 Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih ini, sehingga pihak konsultan dapat
memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai pekerjaan ini sehingga mempermudah
menyusun usulan Teknis yang akan ditawarkan kepada pihak pengguna jasa.

2.1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah jelas dan
kami sebagai konsultan pengawas akan memenuhi, memperhatikan, dan
menginterprestasikan yang sudah menjadi masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses
pada pekerjaan 02 Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Konsultan Pengawas juga
harus memastikan pelaksanaan pembangunan mengikuti standar pemerintah dan aturan
yang berlaku sesuai dengan spesifikasi teknis.

2.1.3. Sasaran
Konsultan Pengawas akan bersungguh-sungguh bekerja secara profesional untuk
memenuhi apa yang menjadi sasaran pekerjaan. Dalam Kerangka Acuan kerja disebutkan
sasaran dalam pekerjaan ini adalah membantu Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
Wilayah III Provinsi Sumatera Barat dalam pelaksanaan pengawasan konstruksi Revitalisasi
UPPKB Lubuk Selasih agar dalam pelaksanaannya memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen kontrak baik itu Spesifikasi (RKS), Gambar Rencana maupun
HPS.
2.1.4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi kegiatan pengawasan sudah disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang terletak di UPPKB Lubuk Selasih Kabupaten Solok.

2.1.5. Sumber Dana


Pekerjaan pengawasan ini memerlukan biaya sebesar Rp. 373.000.000,- (Tiga Ratus
Tujuh Puluh Tiga Juta Rupiah). Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) tidak disebutkan
sumber biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan ini.

2.1.6. Referensi Hukum/Standar Teknis


Pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan 02 Supervisi Revitalisasi
UPPKB Lubuk Selasih, referensi hukum/standar teknik tidak disebutkan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK). Mengingat referensi hukum sangat diperlukan oleh konsultan
pengawas maka perlu ditambahkan referensi/standar hukum pada Kerangka Acuan Kerja
ini. Dalam masa pandemi ini, pelaksanaan pekerjaan juga harus dilaksanakan sesuai dengan
protokol kesehatan seperti pada Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan
Rakyat nomor 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Corona Virus Disease 2019
(Covid 19) dalam penyelenggaraan jasa konstruksi

2.1.7. Lingkup Kegiatan


Mengenai lingkup kegiatan Jasa Konsultan yang diminta dalam KAK cukup jelas,
dimana secara rinci telah menguraikan seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
konsultan pengawas. Dalam Keranka Acuan Kerja (KAK) ini, sudah dijelaskan dengan rinci
tahapan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penyelesaian pekerjaan
pengawasan teknis ini, yang semuanya secara profesional harus dilaksanakan oleh
Konsultan Pengawas.

2.1.8. Data dan Fasilitas Penunjang


Data dan fasilitas penunjang sangat diperlukan oleh konsultan pengawas dalam
penyusunan dokumen teknis maupun proses pengawasan di lapangan. Dalam proses
pengawasan konsultan pengawas juga memerlukan data–data penunjang lain yang
digunakan sebagai acuan di lapangan, data tersebut dapat berupa data–data perencanaan.
Data-Data tersebut tidak dijelaskan dalam KAK ini, maka perlu ditambahkan pada
Kerangka Acuan Kerja ini.
2.1.9. Jangka Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan konsultansi ini dikerjakan selama 10 (sepuluh) bulan atau 300
(tiga ratus) hari kalender. Untuk itu, Konsultan Pengawas diminta menyusun rincian jadwal
dan mobilisasi Tenaga Ahli dalam kurun waktu yang ditetapkan. Dalam Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan (Schedule) akan diuraikan seluruh kegiatan proyek beserta waktu pelaksanaan
dan penyelesaian pekerjaan serta keterkaitan antar kegiatan. Oleh karena itu, dalam jadwal
pelaksanaan pekerjaan akan tertuang rencana strategi pelaksanaan pekerjaan serta target
penyelesaian pekerjaan. Jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut akan menjadi jadwal
rencana yang akan dikelola oleh Konsultan Pengawas dalam aspek pengelolaan waktu dan
biaya proyek.

2.1.10. Tenaga Ahli


Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini telah diuraikan dengan jelas
dalam KAK, demikian juga dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing Tenaga Ahli.
Kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan dinilai cukup memadai untuk mendukung seluruh
lingkup Pekerjaan 02 Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih PT. CONCEPT DESIGN
ARCHITECT akan memberikan usulan komposisi personil yang terdiri dari Tenaga Ahli
profesional dan Tenaga Pendukung sesuai dengan kualifikasi yang diminta dalam KAK.

2.1.11. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Pengawas terhadap pelaksanaan Pekerjaan
02 Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) adalah kualitas pekerjaan yang baik sesuai dengan spesifikasi teknik, tepat waktu dan
dana yang berupa :
 Laporan Mingguan
 Laporan Bulanan
 Laporan Akhir

2.1.12. Laporan
Laporan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini sudah menjelaskan mengenai jenis
laporan, format laporan maupun waktu penyerahan laporan secara rinci. Dalam hal ini
Konsultan Pengawas akan memberikan laporan sesuai dengan ketentuan pemberi jasa.
2.3. SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
2.2.1. Referensi Hukum
Referensi Hukum yang perlu ditambahkan pada Kerangka Acuan Kerja yang
digunakan sebagai acuan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut :
a) Undang undang No : 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b) Peraturan Pemerintah No:36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c) Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 beserta peraturan perubahan dan peraturan
teknisnya;
d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2OO6 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
e) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
31/PRT/M/2015 tentang perubahan ketiga atas peraturan menteri pekerjaan umum
nomor 07/PRT/M/2011 tentang standar dan pedoman pengadaan pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultansi;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
g) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 576 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), dan
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara;
h) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/003/I/2005
Tentang Pedoman Teknis Rencana Terinci Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir (Apron) pada Bandar Udara di
Indonesia;
i) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/78/VI/2005 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Konstruksi Landas Pacu (Runway), Landas
Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir Apron serta Fasilitas Penunjang di Bandar
Udara;
j) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/11/I/2001;
k) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/42/III/2010
TentangPetunjuk dan Tata cara peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139-03 Manajemen bahaya hewan liar di Bandar Udara dan sekitarnya (Advisory
Circular CASR 139-03, Wildlife Hazard Management on or in the vicinity of an
aerodrome);
l) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/301/V/2011
Tentang Petunjuk dan Tata cara Peraturan keselamatan penerbangan sipil Bagian
139-10 (Advisory Circular CASR Part 139-10), Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat Bandar Udara);
m) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010
Tentang Tata cara pemeriksaan keamanan penumpang, personil pesawat udara dan
barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan orang perseorangan.

Mengenai Dasar Hukum yang ada dan mengingat kondisi saat ini yang sedang
mengalami pandemic Corona Virus Diseases 19 (COVID-19), proses pekerjaan pengawasan
pada pembangunan ini harus lebih mengutamakan protokol kesehatan dengan tepat dan
sesuai untuk keselamatan semua pekerja sehingga pekerjaan dapat berjalan lancar dan dapat
selesai tepat waktu. Pencegahan terhadap Corona Virus Diseases 19 (COVID-19) mengacu
pada peraturan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor
02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi.
Perkembangan pandemik Corona virus Disease 2019 (COVID-19) dan
menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 Maret 2020 terkait
upaya pencegahan COVID-19 serta mempertimbangkan adanya penetapan wabah Corona
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia perlu
dilakukan upaya pencegahan penyebaran dan dampak COVID- 19 dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi dan dalam upaya pencegahan dampak COVID-19 tersebut diperlukan
protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagi
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, yang merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan
untuk mewujudkan keselamatan konstruksi termasuk keselamatan dan kesehatan kerja,
keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan pada setiap tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi. Berikut skema protokol pencegahan Covid-19 dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi :
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19
- Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID-
19 yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
- Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada point pertama
dibentuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
- Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada point pertama
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas 1 (satu) Ketua
merangkap anggota; dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa.
- Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan
untuk melakukan:
 Sosialisasi,
 Pembelajaran (edukasi),
 Promosi teknik,
 Metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapanegan,
 Berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian
PUPR melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan,
 Pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua
pekerja dan tamu proyek
 Pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian
mobilisasi/demobilisasi pekerja,
 Pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas
pekerja,
 Pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan,
 Melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan sementara.
2. ldentifikasi Potensi Bahaya COVlD-19 di lapangan.
a) Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan
COVID-19 Kementerian PUPR untuk menentukan identifikasi potensi risiko
lokasi proyek terhadap pusat sebaran penyebaran COVID-19 di daerah yang
bersangkutan; Kesesuaian fasilitas kesehatan di Lapangan dengan protokol
pcnanganan COVID-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah; Tindak lanjut
terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi : Memiliki
risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran, Telah ditemukan
pekerja yang posilif dan atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau
Pimpinan Kementerian/ Lembaga/ lnstansi/ Kepala Daerah telah
mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat
keadaan kahar, Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat
diberhentikan sementara akibat Keadaaan Kahar;
c) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan
urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak
sosial dan ekonomi dari COVID- 19, maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan: Mendapatkan persetujuan dari
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Melaksanakan protokol
pencegahan COVlD- 19 dengan disiplin tinggi dan dilaporkan secara berkala
oleh Satgas Pencegahan COVID- 19; Menghentikan sementara ketika terjadi
(telah ditemukan peketja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) untuk melakukan penanganan sesuai protokol Pemerinlah.
3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan
di lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara
Iain tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur
tekanan darah, obat-obatan, dan petugas medis;
b) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional
perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID- 19 dengan rumah sakit dan/
atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
c) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan
antara lain: pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker
dikantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan
d) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan
nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.
4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan
a) Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster baik digital maupun fisik
tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID-19 untuk disebarluaskan atau
dipasang di tempat-tempat strategis di lokasi proyek;
b) Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan
penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam
setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);
c) Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi,
siang, dan sore;
d) Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan;
e) Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan
(PDP) COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa
dan/atau Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
f) Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi
dan penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan
kerja; dan
g) Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan
disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja
yang pemah melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah
selesai.

Gambar 2.1 Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

2.2.2. Data dan Fasilitas Penunjang


Mengenai data dasar yang ada pada Kerangka Acuan Kerja (KAK), dalam
pelaksanaan pengawasan diperlukan data-data seperti berikut :
1. Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama proyek
berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara pelaksanaan, syarat-syarat
pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan – keterangan lain yang hanya dapat
djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh
penyedia jasa atau rekanan sehingga dapat dimasukan ke dalam Standar Dokumen
Pengadaan (SDP). RKS penting untuk direview dan dipahami oleh pihak penyedia
demi kelancaran pelaksanaan proyek. Hal ini untuk menghindari terjadi RKS tidak
applicable terhadap kondisi aktual di lapangan. Semua pihak wajib melakukan
review dokumen RKS demi pelaksanaan proyek yang baik dan lancar. Dokumen
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) berupa instruksi kepada penyedia jasa
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. RKS berisi instruksi atau pedoman yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk
menyiapkan dokumen penawarannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. RKS berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak,
termasuk hak, kewajiban, dan risiko dimuat dalam syarat-syarat umum
kontrak. Oleh sebab itu, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama
untuk menghindari salah tafsir.
c. RKS berisikan mengenai data proyek dengan memuat ketentuan, informasi
tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada penyedia jasa sesuai dengan
kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Gambar – gambar pelaksanaan
Gambar yang dimaksud ialah Gambar Bestek perencanaan bangunan gedung yang
akan digunakan untuk pengecekan kesesuaian gambar dengan kenyataan yang ada
dilapangan. Pengawas Konsultan juga bertugas mengoreksi dan menyetujui gambar
Bestek yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
proyek. Selain itu, Konsultan Pengawas dapat memilih dan memberikan persetujuan
mengenai spesifikasi, tipe dan merek yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai
dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja
konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
3. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan Volume digunakan sebagai acuan pengawas apabila ada pertimbangan
desain ulang (review design).
4. Bar Chart dan Kurva S
Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk
menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengetahui
waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini, pengawas konsultan harus mengetahui alur pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat mengontrol pekerjaan dilapangan.
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan dalam
bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan pada
sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kurva S
digunakan sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek, dalam Kurva S dapat dilihat
waktu mulai dan berakhirnya kegiatan proyek. Dengan adanya Kurva S, prosentase
progress pekerjaan yang sudah dicapai pada waktu tertentu sehingga dapat
diperkirangan pekerjaan kurang dan pekerjaan tambah yang bisa diterapkan
dilapangan. Selain itu, Kurva S dapat dijadikan pedoman dalam pengadaan material,
tenaga dan peralatan proyek sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
setiap tanggalnya.
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 KETEPATAN ANALISA


3.1.1 Pendekatan Masalah
Pada saat pelaksanaan pekerjaan sangat dimungkinkan timbul berbagai permasalahan
ataupun kendala. Pendekatan masalah di maksudkan untuk lebih memahami permasalahan
yang ada dan yang akan timbul selama masa review design dan selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang akan di kerjakan nantinya, khususnya yang berkaitan dengan
aspek teknis, ekonomis, sehingga akan dapat tercapai tujuan yang di harapkan sesuai dengan
waktu dan dana yang ada.
Secara umum semua permasalahan yang terjadi di lapangan terkait erat dengan
kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana. Untuk
mengantisipasi supaya permasalahan yang timbul hanya memberikan dampak negatif
sekecil mungkin, maka konsultan akan melakukan pendekatan-pendekatan sebagai
berikut :
1. Pengendalian Waktu
Seluruh pekerjaan berjalan mengikuti jadwal waktu yang ditetapkan didalam
program kerja Kontraktor. Konsultan akan mengendalikan waktu dengan metoda
tertentu, sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai periode kontrak atau dengan
keterlambatan yang sekecil mungkin. Hal ini harus ditempuh dengan langkah-langkah
yang terencana dan efektif sesuai penjabaran Dokumen Kontrak sehingga dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh Kontraktor.
Gambar 3.1 Pengendalian Waktu

2. Pengendalian Mutu
Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tergantung dari biaya, waktu dan hasil mutu
pengerjaannya. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan adalah bagian dari proses
manajemen proyek yang bertujuan memonitor secara teratur agar tidak terjadi
penyimpangan. Sehingga apabila dikemudian hari ditemukan penyimpangan, maka
perubahan rencana perlu dilakukan agar dampak yang terjadi dari penyimpangan
tersebut dapat teratasi. Pengendalian tersebut dilakukan disemua bidang pekerjaan
yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut.
Untuk setiap mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, Konsultan
akan selalu mengawasi sehingga seluruh pekerjaan yang dilaksanakan diharapkan
sesuai dengan persyaratan/spesifikasi yang tercantum dalam dokumen kontrak.
Untuk itu Konsultan akan menerapkan pola pengendalian mutu sebagaimana dikenal
di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan istilah "Pola 3-2-5", yang artinya
bertahap 3 (tiga), berlingkup 2 (dua) dan berstruktur 5 (lima). Pola tersebut dapat
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a) Tahapan Pengujian :
 Pengujian bahan baku
 Pengujian bahan olahan
 Pengujian bahan jadi
b) Lingkup Pengujian :
 Dimensi
 Kualitas
c) Struktur Pengujian :
 Jenis Pemeriksaan
 Metode Pemeriksaan
 Frekuensi Pemeriksaan
 Spesifikasi
 Toleransi Hasil Pekerjaan
Prosedur pengendalian mutu seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pengendalian Mutu

3. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dengan cara mengarahkan Penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor)


dalam mengoptimalkan hasil kerja dari tenaga kerjanya dan pendayagunaan
peralatannya sehingga diperoleh hasil yang optimal dan tepat waktu dengan biaya
konstruksi tidak melebihi dari perkiraan biaya yang tercantum dalam dokumen
kontrak. Pengendalian yang biasa dijalankan yaitu dengan seminirnal mungkin
adanya pekerjaan tambah dan disiplin dalam pelaksanaan metode kerja. Prosedur
pengendalian biaya yang dikaitkan dengan progress fisik dan kualitasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Prosedur Pengendalian Biaya


4. Pengendalian Keselamatan kerja
Pengendalian keselamatan kerja yang berkaitan dengan keamanan dan
keselamatan kerja baik terhadap publik (umum) maupun bagi pekerja itu sendiri
adalah merupakan salah satu sasaran dari Manajemen Konstruksi. Untuk mencapai
sasaran tersebut, maka prosedur yang dipakai adalah sesuai dengan manajemen
Konstruksi mulai dari pra pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan. Prosedur
pengendalian keselamatan kerja seperti terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Kerja


3.1.2 Pendekatan Teknis
Yang di maksud dengan pendekatan teknis adalah langkah pendekatan terhadap
konstruksi yang ada (existing) dan data penunjang yang merupakan alternatif rencana teknis,
guna penyesuaian dan penyempurnaan rencana kerja konstruksi yang akan di kerjakan.
Diharapkan dengan pendekatan teknis ini akan tercapai target fisik seperti yang telah di
rencanakan. Adapun pendekatan teknis yang akan di lakasanakan oleh konsultan
diantaranya :
a. Memantau dan mengawasi kegiatan pelaksanaan harian pekerjaan konstruksi,
kegiatan laboratorium dan tes lapangan terhadap mutu dan kualitas dan kuantitas
material serta pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
b. Memantau dan melaksakan tes-tes percobaan.
c. Meninjau pekerjaan dan personal kontraktor yang menyimpang dengan persyaratan
dokumen kontrak.
d. Meninjau pengadaan personel dan peralatan kontraktor sesuai dengan kebutuhan
yang di isyaratkan.
e. Mengadakan rapat-rapat lapangan.
f. Memeriksa dan mengetahui jadwal pekerjaan dan rencana kerja.
g. Memberikan instruksi (persetujuan dan penolakan) pekerjaan secara tertulis.

3.1.3 Pendekatan Ekonomis


Setelah di adakan pendekatan teknis, selanjutnya akan di evaluasi dan di tinjau nilai
ekonominya, yang pada akhirnya akan menyangkut biaya, dimana prinsip utamanya adalah
dengan biaya yang seefisien mungkin, namun dapat target secara optimal. Secara umum
untuk pelaksanaan pekerjaan (baik major maupun minor), di pakai standart teknis dan
spesifikasi khusus untuk Jalan. Perlu pula di perhatikan adanya aspirasi/masukan dari
berbagai pihak yang terkait khususnya dari Pejabat Pembuat Komitmen Supervisi
Pembangunan dan Rekonstruksi Jalan. Pemerintah Daerah setempat sebagai input dari pihak
pemberi tugas nantinya memungkinkan memberi saran dan arahan, ini merupakan metoda
dan sasaran kerja yang tepat, mengingat pekerjaan pengawasan hasilnya harus relevan
dengan kondisi yang ada dan menghasilkan kerja yang optimal sesuai dengan syarat-syarat
teknis dan dana yang tersedia. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan terhadap
pekerjaan ini meliputi :
a. Tidak hanya memberikan jasa kerjakan sesuai Kerangka Acuan Kerja tetapi juga
mengusahakan dengan cara sedemikian rupa agar diperoleh hasil yang baik.
b. Tidak hanya melakukan pengawasan biaya pekerjaan fisik, tetapi juga mengusahakan
kemungkinan dapat diperoleh penghematan biaya.
c. Tidak hanya memonitor kemajuan pekerjaan, tetapi juga menciptakan metode-metode
dan teknik penjadwalan untuk mendapat penghematan waktu.
d. Menitik beratkan pada pelaksanaan program pengawasan mutu secara efektif.
e. Menjalin kerjasama yang baik dengan Kontraktor dalam membantu memecahkan
masalah-masalah dalam pelaksanaan pekerjaan dan mendayagunakan struktur
organisasinal.
f. Membina kerjasama yang baik dengan Konsultan lain di lingkungan Kantor Pejabat
Pembuat Komitmen Supervisi Pembangunan dan Rekonstruksi Jalan serta dengan
instansi-instansi pemerintah yang terkait.

3.2 METODOLOGI PENGAWASAN


Kegiatan Awal yang dilakukan sebelum Konstruksi berjalan adalah :
1. Penetapan Pemenang tender pekerjaan.
Penetapan pemenang ditentukan berdasarkan penilaian kualifikasi yang ditentukan
dalam tender dan diumumkan melalui LPSE.
2. Mobilisasi pengurusan dokumen kontrak, meliputi:
a. Mempelajari dokumen kontrak dan persiapan dokumen administrasi penunjang
yang dibutuhkan.
b. Melakukan rapat pembahasan yang membahas tentang waktu dimulainya
pekrjaan, penentuan waktu rapat koordinasi, penetapan sistem perhitungan
volume, penetapan batas-batas konstruksi, penetapan aturan dan standar yang
digunakan, serta penetapan formulir – formulir yang digunakan selama
pekerjaan berlangsung.
c. Mempelajari program kerja yang diusulkan oleh kontraktor untuk menjalankan
pekerjaan.

Gambar 3.5 Bagan Alur Kegiatan Awal Sebelum Konstruksi


(Pengelola Data, 2021)

Sistematika pelaksanaan kegiatan Konsultan Pengawasan tersebut sudah dijelaskan


dalam kerangka acuan kerja akan tetapi didalam pelaksanaannya pihak penyedia jasa akan
melaksanakan kegiatan Pengawasan tersebut lebih terfokus dengan cara metode
pengendalian dan pengawasan yang kami sebut dengan "Total Quality Control" pelaksanaan
pekerjaan ini akan mengacu pada isi kontrak antara konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas
dengan sedikit modifikasi pada strategi pelaksanaan pengendalian dan pengawasan.
Secara garis besar, untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka
proses Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih, mencakup langkah-langkah strategis
yang di cantumkan pada bagan berikut :

IMPLEMENTASI PROGRAM

Test Awal Lapangan


Test Lapangan - Kondisi tanah
dasar
Mulai Tahap Awal - Daya dukung
- Pemadatan
- Pembersihan
- Density Test
Areal Pelaksanaan Lapangan - CBR Test
- Pemasangan
Patok - Dan Sebagainya
- Penggalian
- Pembetonan
Sampling / Pengujian
- Pengaspalan
- Dan Sebagainya

Hasil Test
Lapangan /
Labolaturium

Pelaksanaan/Finishing

Pembersihan Sisa-sisa
- Aspal
Pembersihan/Perapihan
- Urugan
- Bahu Jalan
- Beton
- Pasangan Batu
Pemeliharaan - Dan Sebagainya

Penyerahan

Gambar 3.6 Bagan Alir Pengawasan


Pekerjaan pengawasan teknik dapat dibagi atas tiga tahapan yaitu tahap Pra
Konstruksi, tahap Konstruksi dan tahap Pasca Konstruksi. Metodologi pelaksanaan kegiatan
Konsultan untuk layanan pengawasan teknik ini secara garis besar akan diuraikan sebagai
berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap Persiapan mencakup kegatan-kegiatan berupa :

a. Pekerjaan Persiapan

b. Rapat Pra-Konstruksi ( Pre-Construction Meeting/ PC M )

c. Survey Lapangan

2. Tahap Konstruksi/ Pengawasan

Tahap Konstruksi mencakup kegiatan-kegiatan:

a. Staking Out

b. Rekayasa Lapangan

c. Tinjau Ulang (Review) Desain

d. Pengendalian mutu meliputi pengujian mutu material/bahan, Pengujian mutu


pekerjaan terlaksana, Penerimaan/penolakan bahan/pekerjaan

e. Pengendalian Waktu Pelaksanaan yang dimaksud meliputi evaluasi rencana


schedule, evaluasi tahapan pelaksanaan, pemantauan kemajuan pekerjaan, review
jadwal dan tahapan

f. Pelaksanaan Pekerjaan Pengendalian Kuantitas dan Biaya meliputi perhitungan


volume kemajuan pekerjaan, perhitungan volume material di lapangan,
penyusunan sertifikat pembayaran, pengendalian keselamatan kerja, penyiapan
change order, penyelesaian klaim dan perselisihan

3. Tahap Pasca Konstruksi/ Pengawasan

Tahap pasca konstruksi, mencakup kegiatan-kegiatan:

a. Pemeriksaan Provisional Hand Over

b. Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over.


Uraian detail terhadap rencanan pendekatan teknis dan metodologi yang akan
dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih
ini kami bahas pada sub bab berikutnya.

3.2.1 Tahap Persiapan


3.2.1.1 Pekerjaan Persiapan
Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan awal koordinasi antar semua pihak yang
terlibat dengan kegiatan tersebut dan hal ini sangat penting bagi suksesnya pelaksanaan
konstruksi karena pada periode ini segala sesuatu yang berhubungan dengan evaluasi desain
maupun persiapan pelaksaan akan dilakukan secara detail, diantaranya :
• Pemantauan dan Penetapan Anggota Tim
• Evaluasi gambar rencana dan spesifikasi teknis
Gambar Rencana yang telah dibuat perlu dicek kembali sebelum pekerjaan konstruksi
dilaksanakan, sehingga beberapa bagian dari gambar rencana yang mungkin tidak
sesuai dengan keadaan saat ini dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan terlebih
dahulu.
Dalam Spesifikasi Teknis juga kadang dijumpai pasal – pasal yang tidak mungkin
untuk dilaksankan dilapangan, karena itu perlu dievaluasi.
• Evaluasi terhadap program kerja kontraktor pelaksana
Pelaksanaan konstruksi akan terselenggara dengan baik apabila didukung dengan
personil, peralatan dan perlengkapan teknis lainnya secara lengkap dengan kondisi
yang baik serta tepat waktu dalam pengadaannya. Untuk itu perlu adanya evaluasi
dan pemeriksaan terhadap beberapa poin:
1. Rencana Lay Out Base Camp
2. Rencana pola pengaturan materi di lingkungan kantor
3. Mobilisasi personil dan peralatan kantor
4. Pola sosialisasi terhadap penduduk dekitar proyek
• Evaluasi terhadap rencana kerja kontraktor pelaksana seperti berikut:
1. Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
2. Volume yang berpengaruh terhadap Rencana Anggaran Biaya (MC 0)
3. Metode pelaksanaan
4. Metode pengujian mutu bahan dan pekerjaan terlaksana
5. Sistem pelaporan
6. Rapat koordinasi perbulan dan sistem pelaporannya
Konsultan pengawas akan memeriksa, membuat koreksi perbaikan dan pemberi
usulan agar diperoleh efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan konstruksi dan memberi usulan
dengan pertimbangan yang dapat diterima teknis. Perlu adanya koordinasi antara
penggunan jasa dan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan akan memberikan hasil yang
baik. Rapat koordinasi diharapkan rutin (mingguan atau maksimal bulanan) selama
pekerjaan berjalan. Ada beberapa poin yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sebelum
pelaksaan antara lain:
• Penetapan Organisasi kerja
• Pengadaan material pendahuluan/peralatan pendukung
• Koordinasi dengan pihak – pihak berwenang (direksi pekerjaan dan instansi terkait)
• Sosialisasi kepada instansi dan dinas terkait mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
akan timbul dilapangan akibat pelaksanaan pekerjaan.
• Melakukan evaluasi terhadap desain yang ada
• Mengevaluasi, melakukan kajian kawasan objek pembangunan dan mempelajari
perencanaan teknis dan sarana pendukung lainnya
• “Pre Construction Meeting”, berupa pertemuan antara direksi pekerjaan

Segera setelah Konsultan menerima Surat Perintah Kerja atau surat resmi lainnya dari
Pemberi Tugas/Pengguna Jasa, Konsultan akan memobilisasi tim pengawasan teknik untuk
pekerjaan pengawasan teknik jalan. Selanjutnya tim pengawasan teknik (dalam hal ini Ahli
Pengawas) segera melakukan koordinasi awal dengan Pejabat Pembuat Komitmen Supervisi
Pembangunan dan Rekonstruksi Jalan dan Kontraktor untuk paket pekerjaan fisik yang
bersangkutan dalam rangka penyelenggaraan Rapat Pra Konstruksi (Pre-Construction
Meeting/PCM).
Gambar 3.7 Gambaran Umum Lokasi Pengawasan

Kegiatan persiapan yang akan dilakukan oleh Konsultan (Tim Pengawasan Teknik)
dalam rangka PCM dan pelaksanaan pekerjaan pengawasan teknik antara lain sebagai
berikut :
a. Penyediaan kantor beserta fasiltas dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan pengawasan teknik.
b. lnventarisasi Dokumen Kontrak pekerjaan fisik yang akan diawasi serta data dan
informasi lain yang terkait.
c. Mengkaji Dokumen Kontrak dikaitkan dengan target fisik yang mesti dicapai,
mencakup:
- Pasal-pasal Dokumen Kontrak
- Cakupan/isi Dokumen Kontrak
- Ketentuan Umum/Syarat-syarat Umum
- Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus
- Ketentuan Khusus/Syarat-Syarat Khusus
- Daftar Kuantitas & Harga, Harga Satuan (termasuk Analisa Harga Satuan)
- Gambar Rencana
d. Menyiapkan formulir-formulir standar yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan, antara lain :
- Formulir untuk keperluan survey topografi
- Formulir Laporan Harian
- Formulir Quality Control untuk pengujian material/bahan, Test CBR lapangan,
Test Density, pemeriksaan Gradasi, pengujian Beton, Aspal dan lain-lain.
- Formulir pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan.
- Formulir instruksi lapangan kepada kontraktor.
- Formulir surat izin untuk memulai pelaksanaan pekerjaan (Request for Works).
- Formulir surat menyurat antara konsultan dengan pihak SKS Fisik dan Kontraktor.
- Formulir-formulir pendukung lainnya seperti grafik cuaca, tenaga kerja dan
peralatan.
e. Mengkaji (review) Usulan Rencana Kerja Kontraktor
f. Mengkaji (review) Usulan Program Mobilisasi Kontraktor
g. Mengkaji (review) Usulan Daftar Peralatan dan Daftar Personil Kontraktor
h. Mengkaji (review) pengajuan Sub Kontraktor (bila ada) dari Kontraktor kepada Kepala
Satuan Kerja Sementara Fisik
i. Mengkaji (review) Polis Asuransi Kontraktor

3.2.1.2 Rapat Pra Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM)


Penyelenggaraan Pre Construction Meeting (PCM) adalah menyatukan pengertian
terhadap seluruh isi Dokumen Kontrak dan membuat kesepakatan-kesepakatan terhadap
hal-hal penting yang belum terdapat di dalam Dokumen Kontrak serta membahas jalan
keluar terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan konstruksi.
a) PCM dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak
diterbitkan SPMK.
b) PCM mencerminkan tindakan awal pengendalian Kasatker/ PPK terhadap
persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c) Hasil Pertemuan pada saat PCM antara Kasatker/ PPK sebagai unsur Pengendali,
Direksi Pekerjaan/ Lapangan atau Konsultan Supervisi sebagai Pengawas dan
Kontraktor sebagai Pelaksana Pekerjaan, akan dijadikan pegangan dalam
menyusun Kerangka Kerja dan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan selanjutnya.
d) Pertemuan Pra Konstruksi (PCM) dilakukan untuk mengecek kesiapan penyedia
jasa menyelenggarakan pekerjaan konstruksi mencakup struktur organisasi, nama
personil yang akan ditugaskan di lapangan, rencana mutu, dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, kajian terhadap desain dan penyelesaian masalah.
Masalah - masalah yang dibahas bersama dan disepakati bersama dalam pelaksanaan
PCM adalah sebagai berikut :
1) Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan :
 Organisasi Kerja
 Prosedur Kerja, Standar Pekerjaan, Daftar Inspeksi/ Pemeriksaan dan Syarat
Test yang harus dipenuhi
 Tata Cara Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan
 SOP K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan) Tempat Kerja
 Tata Lingkungan Setempat dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pendekatan kepada masyarakat dan Pemda. Setempat berkaitan dengan
pelaksanaan dan perijinan (misalnya masalah ijin Quary dan jalan akses ke
Quary).
2) Review dan penyempurnaan terhadap Program & Sub Program Kerja, yang sesuai
dengan target Volume, Waktu dan Mutu:
 Metode Pelaksanaan dan Metode Kerja.
 Time Schedule (Jadwal Waktu Pelaksanaan) dan Rencana Kerja.
 Material Schedule (Jadwal Pengadaan/ Penyediaan Bahan).
 Equipment Schedule (Jadwal Penyediaan/ Penggunaan Peralatan).
 Man Power Schedule (Jadwal Penyediaan Tenaga Kerja), dan pengecheckan
Jumlah & Kualifikasi Tenaga Kerja.
 Cash Flow Schedule (Jadwal/ Rencana Penerimaan & Penggunaan Dana) atau
Rencana Arus Kas (RAK) dan Rencana Penggunaan Uang Muka serta Rencana
Anggaran Pelaksanaan (RAP).
3) Penentuan Site Plan (Denah Situasi Lapangan), untuk lokasi sumber bahan/
material (Quarry/ Borrow Area), Stock Material, Access Road (Jalan Masuk), Base
Camp (Barak Tenaga kerja) dimana terdapat :
 Kantor lapangan, kantor konsultan, kantor kontraktor
 Rumah staf dan karyawan untuk pengguna jasa, konsultan dan kontraktor
 Bengkel, gudang, dan sebagainya yang disebut dalam spesifikasi umum
kontrak
 Estimasi kuantitas bahan baku (pasir, tanah, batu) di Quarry
 Rencana pemeriksaan mutu bahan baku yang akan digunakan
 Rencana Kendali Mutu:
a. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) atau Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP).
b. RMK (Rencana Mutu Kontrak)
4) Rencana Survey Lapangan dalam rangka pemeriksaan bersama (Mutual Check) dan
Review terhadap desain yang ada. Substansi pokok yang dibahas dalam Pre
Construction Meeting (PCM) adalah sebagai berikut :
a. Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak meliputi :
• Pekerjaan tambah kurang.
• Termination atau forfeiture.
• Mobilisasi.
• Insurance of works.
• Organisasi kerja.
b. Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain :
• Request and approval dalam rangka Examination of Works.
• Extension time for completion works.
• Gambar kerja dan kelengkapannya.
• Pengajuan MC (Monthly Certificate).
• PHO dan FHO.
• Pembuatan Addendum Kontrak.
• Jadwal pengadaan bahan, penggunaan peralatan dan personel.
• Review dan penyempurnaan terhadap jadwal kerja yang harus sesuai
dengan target volume, mutu dan waktu.
• Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan bersama kondisi
lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review design terhadap
design yang ada dalam dokumen kontrak.
c. Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
• Pelaksanaan konstruksi.
• Pelaksanaan produksi agregat untuk beton.
• Menentukan lokasi sumber bahan material (Quarry), estimate kuantitas
bahan serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
• Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat
mengenai rencana kerja yang ada kaitannya dengan masyarakat dan
Pemerintah Daerah setempat, misalnya keadaan musim tanam atau masalah
akses jalan ke Quary/ angkutan bahan.
Peran Konsultan Supervisi dalam Pre Construction Meeting adalah sebagai berikut :
1. Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construction Meeting dituangkan dalam
Berita Acara tersendiri sebagai dokumen proyek.
2. Mempersiapkan formulir-formulir isian antara lain :
 Laporan Harian.
 Laporan Mingguan.
 Laporan Bulanan (Monthly Progress Report).
 Executive Summary Report.
 Survei Lapangan Untuk Review Design.
 Perhitungan Volume/ Back Up Data serta Monthly Certificate (MC).
 Quality Control.
 Contractor’s Request untuk memulai pekerjaan, test material, Penerimaan
pekerjaan.
3. Menjelaskan struktur organisasi konsultan dan tugas daripada masing-masing
personel konsultan.
4. Menjelaskan personel konsultan yang sudah dimobilisasi dan rencana personel
lainnya yang akan dimobilisasi.
5. Menjelaskan rencana kerja Review Design:
 Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan.
 Personel yang dilibatkan di dalam survei lapangan.
 Kelengkapan yang diperlukan untuk survei lapangan.
 Ruang lingkup pekerjaan yang akan disurvei.
 Alternatif penanganan dari hasil survei lapangan.
 Rencana dan gambar kerja yang harus dibuat.
6. Menegaskan pengambilan lokasi foto dokumentasi: dimana, kapan, berapa kali yang
harus dilaksanakan oleh kontraktor.

3.2.1.3 Survey Lapangan


Konsultan pengawas bersama-sama dengan pengguna jasa melaksanakan peninjauan
untuk menentukan lingkup pekerjaan. Selanjutnya menentukan titik referensi yang akan
digunakan dalam waktu pelaksanaan. Apabila masih terdapat perbedaan dari hasil evaluasi,
maka pada saat itu dibuat perbaikan seperlunya dan menghitung kembali volume pekerjaan
yang sebenarnya akan dilaksanakan.
Survey dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat waterpass, theodolite
atau Total Station dan melibatkan instansi yang independen dari perguruan tinggi negeri
maupun dari swasta, disertai dengan laporan pelaksanaan pekerjaan yang berbentuk
hardcopy (laporan) dan softcopy (autocad).
1. Theodolite

Gambar 3.8 Theodolite

Theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu pengukuran
kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa kelebihan di
antaranya dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan cepat. Produk
dari pengukuran wilayah menggunakan theodolite ini salah satunya adalah peta
situasi dan peta kontur tanah. Peta situasi adalah peta suatu wilayah yang dihasilkan
dari pengukuran di lapangan yang didalamnya terdapat data letak bangunan, elevasi
tanah atau kontur, letak pohon, letak saluran drainase, koordinat bangunan tertentu,
benchmark, sungai, dan sebagainya. Sedangkan peta kontur berisi data kontur tanah
saja pada wilayah tertentu.
Theodolite ini juga bisa digunakan untuk pengukuran bendungan, sungai, tebing, jalan,
ataupun setting out bangunan. Setting out bangunan adalah kegiatan menentukan
patok-patok pondasi di lapangan. Istilah lain adalah memindahkan data pada gambar
kerja ke lapangan. Pada proyek gedung alat ini biasa digunakan untuk menentukan
as-as pondasi atau kolom, marking elevasi lantai atau patok, cek vertikal kolom, dan
sebagainya. ini lah beberapa kegunaan theodolite di lapangan.
2. Waterpass

Gambar 3.9 Waterpass

Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan theodolite.
Selain instrument ini lebih kecil dan ringan, bagian-bagian di dalamnya pun lebih
sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga terbatas. Fungsi waterpass di
lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau ketinggian tanah.
Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan lapangan bola, cross dan
long section pada jalan atau sungai, untuk marking elevasi pada bowplank atau patok,
penentuan elevasi bantu pada kolom bangunan dan sebagainya.

3.2.2 Tahap Konstruksi/Pengawasan


Demi tercapainya kualitas suatu persyaratan dan pelayanan jalan selama umur
rencana, maka masalah kualitas pekerjaan akan menjadi masalah yang sangat penting untuk
diperhatikan. Karena alasan tersebut diatas, maka pekerjaan konstruksi menjadi hal yang
sangat penting dan memerlukan suatu wadah dengan organisasi yang memadai untuk
memonitor segala aspek pekerjaan sedemikian rupa sehingga pekerjaan fisik ini akan
diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan spesifikasi yang ada dan anggaran yang
sudah ditetapkan.
Untuk memenuhi target diatas, kami telah menyiapkan program kerja dan menyusun
tim pengawasan teknik yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli, tenaga-tenaga asisten ahli dan
tenaga-tenaga pendukung seperti yang dipaparkan pada Usulan Teknik Dalam hal ini, kami
ingin menekankan bahwa kami yakin layanan konsultansi yang akan kami berikan akan
dapat menjamin tercapainya hasil pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan ­ ketentuan di
dalam Dokumen Kontrak yang dapat diandalkan guna mendukung tingkat pelayananya
dalam Pemantapan Shoulder dan pembuatan Akses Road, akan mengutamakan hal-hal
berikut ini :
• Mengarahkan Kontraktor untuk mempersiapkan metode pelaksanaan yang terbaik
untuk semua kegiatan pekerjaan dan membantu Kontraktor dengan memberikan
saran dan usulan untuk perbaikan-perbaikan bila memang diperlukan peningkatan
terhadap metode-metode dan tahapan pelaksanan tiap bagian pekerjaan.
• Membantu Kontraktor untuk merencanakan dan menyusun jadwal penlaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan.
• Bekerjasama dengan Kontraktor dalam mengoptimalkan pendayagunaan tenaga kerja
dan peralatan.
• Memonitor dan mengendalikan persediaan material yang memadai selama
pelaksanaan pekerjaan.
• Mengoptimalkan kinerja staf/tim inspeksi lapangan dan staf/tim pengedalian mutu
pekerjaan di lapangan dengan tujuan utama menjamin tercapainya pengawasan mutu
yang baik dan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
• Mengadakan rapat mingguan dengan kontraktor untuk membahas
• Semua hasil dan rencana kegiatan, terutama mengenai langkah­ langkah/tindakan
yang diperlukan guna meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan pelaksanaan
kegiatan pekerjaan di lapangan. Juga untuk membahas secara mendalam dan
menyelesaikan setiap masalah yang mungkin timbul dalam kaitan pencapaian mutu
dan kemajuan pekerjaan.
• Menyusun suatu metode yang dapat menjamin agar proses pengawasan
berjalan lancar.
• Penyelesaian gambar kerja Kontraktor tidak terlambat, mulai dari pembuatan,
pemeriksaan hingga persetujuannya.
• Menyelesaikan setiap perubahan yang diperlukan terhadap gambar perencanaan asli
secara tuntas, termasuk gambar-gambar pelaksanan/ shop drawing beserta
spesifikasinya.
• Membantu Kontraktor agar dapat menggunakan agregat mutu tinggi yang sesuai
dengan spesifikasi teknis untuk pekerjaan beton maupun untuk pekerjaan perkerasan.
• Memeriksa dan menandatangani sertifikat pembayaran bulanan Kontraktor
sedemikian rupa sehingga penerimaan pembayaran pekerjaan tepat pada waktunya
dan tidak mengganggu kelancaran pekerjaan selanjutnya.
• Memberitahukan Pejabat Pembuat Komitmen Supervisi Pembangunan dan
Rekonstruksi Jalan secara lengkap dan kontinyu tentang segala kemajuan pekerjaan
melalui surat menyurat dan laporan kemajuan pekerjaan bulanan. Juga mengadakan
rapat koordinasi bulanan (yang harus dihadiri oleh staf-staf penting dari Satuan Kerja
Sementara Fisik, Konsultan dan Kontraktor) untuk membahas dan memecahkan
permasalahan yang muncul selama pelaksanaan pekerjaan fisik. Membina hubungan
baik dengan pihak-pihak/instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan ini, antara lain instansi-instansi di lingkungan Ditjen. PPTK
atau PPK, Bappenas, pihak­pihak yang berkepentingan seperti Kontraktor dan pihak-
pihak lain yang terkait.
Berdasarkan pendekatan dan metodologi sebagaimana diuraikan diatas, Konsultan
berkeyakinan bahwa pekerjaan akan dapat berjalan lancar, tercapai hasil pekerjaan yang
memenuhi persyaratan teknis dan pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah.

3.2.2.1 Stacking Out


Sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi dimulai, Konsultan akan memeriksa
kebenaran semua patok Bench Mark Kontrol Vertikal dan Horisontal yang dibuat oleh
Kontraktor terhadap perencanaan. Tambahan patok Bench Marek jika diperlukan akan
dibuat dengan cara yang sama demi kepentingan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
Konsultan juga akan memeriksa ketepatan semua stake out yang dialaksanakan oleh
Kontraktor. Setiap penyimpangan atau ketidak tepatan akan dicatat dan diselesaikan
bersama Kontraktor. Data yang ada kaitannya dengan pematokan dan pekerjaan survey akan
direkam kedalam buku survey lapangan yang seterusnya akan dikirim ke PPTK atau PPK
setelah pekerjaan fisik selesai.

3.2.2.2 Rekayasa Lapangan


Rekayasa lapangan (field engineering) yaitu melakukan survey lapangan untuk
menginventarisasi semua data kondisi lapangan secara rinci, mencocokkan
(membandingkan) data kondisi lapangan tersebut terhadap gambar rencana asli (desain), dan
membuat gambaran/sketsa mengenai kebutuhan penanganan sesuai dengan kondisi
lapangan. Hasil dari rekayasa lapangan ini akan merupakan informasi penting untuk
mengindikasikan perlu/tidaknya dilakukan tinjau ulang (review) desain.
Dalam pelaksanaan Rekayasa lapangan , survey lapangan akan dilaksanakan oleh
Kontraktor sedangkan Konsultan akan mengarahkan , mengawasi dan mengecek akurasi
survey lapangan yang dilaksanakan oleh Kontraktor tersebut.
Dalam tahap ini Konsultan juga akan melakukan studi/pengkajian secara terinci
terhadap data-data dan informasi informasi penting lainnya yang terkait dengan tinjau ulang
desain dan menyiapkan catatan-catatan tambahan atau yang sejenis yang mungkin
diperlukan dalam proses pengkajian secara terinci dan studi atas data yang sudah ada. Hasil
pengkajian atas data survey dan rekayasa lapangan, termasuk catatan­catatan penting
lainnya, akan dilaporkan kepada Kepala Satuan Kerja.

3.2.2.3 Tinjau Ulang (Review) Desiain


Review design pada dasarnya diperlukan / dilaksanakan oleh karena latar belakang
sebagai berikut :
1. Adanya tenggang waktu, yang dapat berlangsung lama, antara saat perencanaan
dibuat dengan saat pelaksanaan pekerjaan sehingga dimungkinkan kondisi
permukaan jalan pada saat perencanaan tidak sama dengan kondisi permukaan pada
saat pekerjaan dilaksanakan. Pada perencanaan (desain) hanya terangkum
perencanaan perkerasan jalan saja, tidak sampai pada perencanaan yang lebih detail
secara keseluruhan. Review design untuk paket pekerjaan ini, yang pelaksanaannya
merupakan tugas Konsultan, akan dilaksanakan dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Prosedur Review Design
Waktu Pelaksanaan : Segera setelah diterbitkannya SPMK
Kontraktor, pada periode Mobilisasi.
Pelaksana : Ahli Pengawas
Petunjuk/Check : Core Team (bila ada)
Yang menyerahkan : Ahli Pengawas
Persetujuan : Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik
Sumber: Pengolahan data, 2021

Review Design yang telah disetujui akan diserahkan copynya kepada Pelaksana
Kegiatan Fisik untuk monitoring pekerjaan fisik. Review design dilakukan dengan
memperhitungkan data-data/informasi­informasi terbaru tentang kondisi fisik dan
struktural pekerjaan yang ada serta biaya, sebelum memasuki pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Faktor-faktor/besaran-besaran yang diperlukan untuk Review Design menurut
RDS (Road Design System) antara lain:
1. Rebound Deflection, yang diperoleh dari survey Benkelman Beam dengan interval per
200 meter (untuk jalan eksisting dengan perkerasan aspal), untuk menentukan tebal
perkerasan. Benkelman Beam adalah alat yang digunakan untuk uji lendutan perkerasan
lentur. Alat ini sangat mudah digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang
akan digunakan dalam analisa struktur perkerasan.

Gambar 3.10 Benkelman Beam


2. RCI (Road Condition Index), untuk menentukan tebal perkerasan atau lapisan perata
(leveling course), yang dilakasanakan dengan cara:
- Dengan alat Roughness Naasra.
- Cara manual: berdasarkan Tabel standar yang berisi nilai-nilai kerusakan
perkerasan aspal.
Beberapa Kelebihan Naasra Roughness Meter
1. Hasil pengujian sudah dalam bentuk nilai IRI.
2. Hasil pengujian connect dengan IRMS
3. Hasil pengujian disimpan dalam file Excel, sehingga memudahkan akses data.
4. Hasil pengujian dilengkapi dengan grafik, sehingga dapat melihat nilai-nilai
tertentu dengan cepat untuk setiap jarak pengujian.
5. Hasil pengujian dilengkapi dengan statistik data pengujian, seperti nilai
maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi.
6. Hasil pengujian dilengkapi dengan kecepatan untuk masing-masing interval
pengujian, sehingga dapat dilihat apakah pengujian dilakukan pada kecepatan
yang sesuai.
7. Tampilan layar monitor komputer pada saat pengujian dilengkapi dengan
kecepatan, yang dievaluasi tiap jarak 5 meter, sehingga dapat menjadi alat
kontrol kecepatan yang dapat meningkatkan akurasi hasil pengujian.
8. Tampilan layar monitor komputer pada saat pengujian dilengkapi dengan
indicator jarak dan nilai indicator cumulative count, sehingga memudahkan kita
untuk melihat dan mencari letak kerusakan bila terjadi gangguan operasional.
9. Memungkinkan untuk memberi tcatatan-catatan tertentu sesuai dengan
keinginanoperator, pada saat pengujian seperti : jembatan, patok km, kondisi
macet, ada pasar dll.
10. Awal dan akhir pengujian tidak harus pada patok kilometer (boleh diantara
patok kilometer).
11. Bentuk sistem konektor dibedakan untuk setiap saluran, sehingga tidak mungkin
terjadi salah pemasangan.
Gambar 3.11 Naasra Meter

3. IRI (International Roughness Index)


Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu
faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang
sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan
yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan
yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama
dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Untuk memenuhi syarat-syarat
tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluation secara periodik atau berkala
sehingga dapat ditentukan metode perbaikan konstruksi yang tepat.
Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia
mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam
monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan
secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat
kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan
berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun
AASHTO. Metode pengukuran kerataan permukaan jalan yang dikenal pada
umumnya antara lain metode NAASRA (SNI 03-3426-1994). Metode lain yang dapat
digunakan untuk pengukuran dan analisis kerataan perkerasan adalah Rolling
Straight Edge, Slope Profilometer (AASHO Road Test), CHLOE Profilometer, dan
Roughometer.
Gambar 3.12 IRI (International Roughness Index)
4. Data lalu lintas, untuk menentukan Umur Rencana dan Lebar Perkerasan.
5. Inventory Geometric, untuk menentukan/menginventarisasi kondisi bahu jalan dan
bangunan-bangunan melintang jalan .

Berdasarkan pada hasil pengkajian terhadap desain asli dan hasil pengolahan data
survey kondisi eksisting jalan, apabila ternyata ditemukan bahwa kondisi lapangan
membutuhkan jenis penanganan yang tidak sama dengan (tidak terdapat di dalam) desain
asli (original design), maka Konsultan akan segera mempersiapkan review design dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mempersiapkan pertimbangan teknis (Technical Justification) terhadap review design
yang diajukan, antara lain yang menyangkut :
a. Penambahan/pengurangan volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak
b. Dihapusnya suatu jenis/item pekerjaan
c. Perubahan Spesifikasi untuk suatu jenis pekerjaan
d. Perubahan elevasi, ukuran, dan atau letak suatu jenis pekerjaan
e. Perlu dimunculkannya suatu jenis pekerjaan baru
f. Memeriksa dan melakukan koreksi yang diperlukan terhadap Gambar Kerja yang
diajukan oleh Kontraktor
g. Memberikan masukan kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik tentang
penyesuaian yang diperlukan dalam bentuk Technical Justification.
2. Menyampaikan pertimbangan teknis (Technical Justification) kepada Kepala Satuan
Kerja Sementara Fisik secara tertulis mengenai penyesuaian yang diperlukan.
3. Memeriksa dan menanda tangani Gambar Kerja (Shop Dawing) yang diajukan
Kontraktor.
4. Membuat konsep CCO/Addendum.

Uraian kegiatan konsultan pengawas dalam pelaksanaan Review Design adalah


sebagai berikut :
1. Mengkoordinir pengambilan data lapangan secara akurat yang dilakukan oleh
Kontraktor guna Review Design untuk perubahan-perubahan yang
direkomendasikan.
2. Menyelenggarakan Review Design terhadap Design yang ada sesuai dengan
perubahan-perubahan yang direkomendasikan/ diperlukan.
3. Menyiapkan perkiraan biaya dan addendum serta perubahan tender dokumen
sehubungan dengan Review Design tersebut.

3.2.2.4 Pengendalian Mutu


Selama proses pekerjaan fisik berlangsung, Konsultan melakukan pengecekan
terhadap mutu pekerjaan. Mutu pekerjaan harus sesuai dengan RKS dan Dokumen Kontrak,
selain itu metode kerja juga sangat diperhatikan karena mempengaruhi mutu pekerjaan juga.
Jika mutu pekerjaan dibawah standar yang telah ditentukan, Konsultan akan menolak hasil
pekerjaan dengan memberikan surat tertulis kepada Pengguna Jasa.
Untuk dapat mewujudkan produk pekerjaan yang memenuhi persyaratan mutu
diperlukan sistem pengendalian mutu yang baik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
pengawasan teknik ini Konsultan akan melakukan pengendalian mutu pada setiap tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang mencakup :
1. Melaksanakan pengawasan harian terhadap pekerjaan/kegiatan sehingga dengan
demikian dapat menjamin kebenaran material yang dipakai dan prosedur pelaksanaan
sesuai dokumen kontrak dan peraturan-peraturan yang berlaku seperti jasa konstruksi
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Memberikan instruksi/penjelasan secara tertulis kepada Kontraktor dengan cara yang
sejelas-jelasnya terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dikehendaki sehingga dengan
demikian dapat diperoleh hasil pelaksanaan/mutu yang lebih baik.
3. Memeriksa semua bahan/material yang ditempatkan dilapangan/kegiatan betul-betul
memenuhi persyaratan spesifikasi sesuai dengan testing material yang dilaksanakan
secara benar.
4. Memeriksa semua gambar-gambar (Shop Drawing, Detail Drawing & As built
Drawing) dengan teliti dan disetujui bila memenuhi kontrak dokumen.
5. Memeriksa dan memberikan instruksi tertulis kepada Penyedia barang dan jasa untuk
memperbaiki semua kerusakan-kerusakan kekurangan pekerjaan, yang tidak
memenuhi persyaratan spesifikasi dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
6. Ikut serta dalam inspeksi pemeriksaan akhir kegiatan sebelum pelaksanaan Take Over
(serah terima Hasil kegiatan 100% dan serah terima kegiatan setelah pemeliharaan)
dari Penyedia jasa konstruksi kepada KPA.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung ini, hasil pekerjaan harus
memenuhi persyaratan mutu sebagaimana ditentukan di dalam Dokumen Kontrak (yang
dinyatakan dalam Spesifikasi dan Gambar/Desain). Ketentuan dan persyaratan yang
ditentukan di dalam Spesifikasi mencakup : persyaratan bahan mentah, persyaratan bahan
olahan, cara/metode pelaksanaan, dan persyaratan pekerjaan jadi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan ini, hasil pekerjaan harus
memenuhi persyaratan mutu sebagaimana ditentukan di dalam Dokumen Kontrak (yang
dinyatakan dalam Spesifikasi dan Gambar/Desain). Ketentuan dan persyaratan yang
ditentukan di dalam Spesifikasi mencakup: persyaratan bahan mentah, persyaratan bahan
olahan, cara/metode pelaksanaan, dan persyaratan pekerjaan jadi. Sedangkan ketentuan
yang dinyatakan di dalam Gambar mencakup: Dimensi (Panjang, Lebar, Tebal) , Elevasi,
Kemiringan dan Lokasi.
Selama periode konstruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan,
arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut dibawah
ini namun tidak terbatas pada :
• Peralatan laboratorium
• Penyimpanan bahan / material
• Cara pengangkutan material / campuran ke lokasi kerja.
• Pengujian material yang akan digunakan.
• Penyiapan job mix formula campuran
• Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
• Tes lapangan
• Administrasi dan formulir-formulir
Pengendalian kualitas tersebut diatas seperti diuraikan berikut ini :
1. Peralatan laboratorium dan personil
• Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan, seperti disebutkan pada
bukuspesifikasi, dan dimungkinkan dapat menggunakan laboratorium / fasilitas
pengujian yang berbadan hukum resmi atas persetujuan Pemberi Tugas.
• Personil / tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup
berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun
lapangan.
2. Penyimpanan bahan / material
• Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.
• Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah
dapat diperiksa oleh konsultan.
• Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.
• Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas
dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
• Bahan-bahan (crushed stone, dlsb.) harus disimpan dengan cara yang sedemikian
rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadar air.
• Tinggi maksimum tumpukan 5 m. Penumpukan berbagai ragam agregat untuk
hotmix, beton, harus dipisahkan dengan papan pembatas guna mencegah
pencampuran bahan-bahan.
• Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan
agregat yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.
3. Cara pengangkutan material / campuran
• Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk
perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar proyek.
• Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan bahan tebal guna mempertahankan
suhu campuran.
• Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan
mempunyai wewenang untuk memerintahkan kontraktor dan untuk menentukan
urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh
proyek.
4. Pengujian material yang akan digunakan
• Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh konsultan.
Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk
menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja
kontraktor.
• Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,
namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan.
• Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat
persertujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.
5. Job Mix Formula
Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,
sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang
disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan : Beton, Aggregate Base Class A & B,
Hotmix.
6. Pengujian routin laboratorium
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau
campuran-campuran perlu dilakukan pengujian routin harian atau selama pekerjaan
berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi /
jumlah test routin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.
7. Test lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan pengujian/test
lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.
8. Formulir-formulir pengujian
Formulir-formulir pengujian baik untuk testing di laboratorium dan lapangan,
menggunakan form yang sudah baku dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Proposal Material Diajukan Kontraktor

- Aspal
- Material Urugan
Survey Quarry - Batu Kali
- Pasir
- Baja
Stock Material

Test/Uji
Laboraturium

Proses Analisa Macam Analisa

- Density &
Kepadatan
Job Mix Formula - CBR Lab
- Abrasi
- Water Content
- Marshall Test
Test/Uji - Stabilitas
- Dan Sebagainya
Laboraturium

Konstruksi

Analisa Stabilitas

Test/Uji
Lapangan

Implementasi

Gambar 3.13 Bagan Alir Pemeriksaan Dan Pengendalian Kualitas/Mutu Bahan Dan
Material
A. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi antara lain sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1. Peralatan laboratorium dan personil/teknisi laboratorium
2. Pengujian material yang akan digunakan.
3. Penyimpanan bahan/material
4. Penyiapan rancangan campuran kerja (mix design dan job mix formula)
5. Pelaksanaan uji rancangan campuran kerja dan penghamparan
6. Cara pengangkutan bahan/campuran bahan.
7. Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
8. Pengujian lapangan
9. Persetujuan/Penolakan terhadap hasil pekerjaan
B. Peralatan Laboratorium dan Personil
1. Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan , jika tidak ditentukan lain
akan mencakup peralatan untuk :
a. Compaction Test
Compaction tes Tanah ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara
kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkandi dalam cetakan
silinder berukuran tertentu dengan mengunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5
lbs) dan tinggi jatuh 30 cm ( 12” ). Pemeriksaan kepadatan standar dalpat
dilakukan dengan 4 (empat) cara sebagai berikut :
• Cara A : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
• Cara B : cetakan diameter 152 mm (6”) beban lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
• Cara C : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 19 mm
(3/4”)
• Cara D : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 19 mm
(3/4”)
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori
tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan
dilapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan
cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar
air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan
diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah
sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai
kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga
air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.
Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai
kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat
keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air
dimana dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air
optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik
hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini
digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai
keadaan paling padat, dapat dilakukan :
- Percobaan pemadatan di lapangan.
- Percobaan pemadatan di laboratorium.
Percobaan pemadatan di laboratorium dapat dilakukan dengan dua cara :
- Percobaan pemadatan standart (standart compaction test).
- Percobaan pemadatan modified (modified compaction test).
Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka
kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai :
- Kekuatan yang lebih besar.
- Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil.
- Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air.

Gambar 3.14 Alat Uji Pemadatan


b. DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman + 70
cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah
dasar (sub grad),. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya
konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap
pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai California Bearing Ratio
(CBR) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan.

Gambar 3.15 Dynamic Cone Penetrometer

c. CBR (California Bearing Ratio)


Uji CBR itu adalah pengujian pada tanah yang dilakukan dengan cara
pembebanan penetrasi tanah yang dilakukan dalam laboratorium ataupun
dilapangan. Uji CBR ini berguna untuk membuat perencanaan ketebalan
lapisan perkerasan. Metode ini digunakan untuk menentukan lapisan
tambahan (overlay) serta perkerasan lentur ( Flexible Pavement ) suatu jalan.
Gambar 3.16 Alat Pengujian CBR

d. Sand Cone
Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini
untuk menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan
menggunaka pasir baik itu lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang
dipadatkan. Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian
yang dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan)
tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik
pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan
(degreed of compaction) yaitu perbandingan antara yd (kerucut pasir)
dengan yd hasil percobaan pemadatan dilaboraturium. Percobaan ini
biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction),
yaitu perbandingan antara yd lapangan (kerucut pasir) dengan yd maks.
hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam persentase lapangan.
Kerucut pasir (sand cone) terdiri dari sebuah botol plastik atau kaca dengan
sebuah kerucut logam dipasang diatasnya. Botol kaca dan kerucut ini diisi
dengan pasir Ottawa kering yang bergradasi buruk, yang berat isinya sudah
diketahui. Apabila menggunakan pasir lain, cari terlebih dahulu berat isi
pasir tersebut. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali pada permukaan
tanah yang telah dipadatkan. Apabila berat tanah yang telah digali dari
lubang tersebut dapat ditentukan (Wwet) dan kadar air dari tanah galian itu
juga diketahui, maka berat kering dari tanah (Wdry) dapat dicari dengan
persamaan:
Wdry = Wwet / (1 + (w/100))
Dimana:
w = kadar air.
Setelah lubang tersebut digali (tanah asli ditimbang seluruhnya), kerucut
dengan botol berisi pasir diletakkan di atas lubang itu. Pasir dibiarkan
mengalir keluar dari botol mengisi seluruh lubang dan kerucut. Sesudah itu,
berat dari botol, kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang. Volume dari
tanah yang digali dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
V = (Wch - Wc) / γdry
Dimana:
Wch = berat pasir yang mengisi kerucut dan lubang pada tanah
Wc = berat pasir yang mengisi kerucut
γdry = berat isi kering (pasir)
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat- sifat teknisnya, Oleh karena itu, sifat teknis timbunan
sangat penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat
keringnya. Pengujian untuk control pemadatan dalapangan disfesifikasikan
dan hasilnya menjadi standar untuk mengontrol suatu royek. Ada 2
spesifikasi untk pekerjaan tanah yaitu:
- Sfesifikasi dari hasil akhir
- Sfesifikasi untuk cara pemadatan.
Selain itu test sand cone bertujuan untuk menentukan derajad kepadatan
lapangan yang didapat dari presentase perbandingan antara berat isi tanah
kering di lapangan (kepadatan kering lapangan) dan berat isi tanah kering
pada saat pengujian di laboratorium (kepadatan standar). Pengujian sand
cone Biasa digunakan untuk pengujian pada perencaan pondasi atau jalan
raya.
Gambar 3.17 Alat Pengujian Sand Cone

e. Pemeriksaan Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)


Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan volume
butir, pada temperatur tertentu. Tanah yang dimaksud disini adalah berat
butir tanah itu sendiri tanpa ada air atau udara (tanpa pori). Sedangkan
volume tanah yang dimaksud dalam hal ini adalah volume tanah tanpa
mengandung pori. Untuk melakukan percobaan ini diperlukan air suling.
Rumus untuk menemukan jeneis tanah adalah :

dimana :
• Berat Piknometer (W1)
• Berat Piknometer + Tanah (W2)
• Berat Piknometer + Tanah + Air (W3)
• Berat Piknometer + Air (W4)
Berat jenis tanah sangat dipengaruhi oleh zat-zat yang membentuk tanah itu
dimana masing – masing zat itu berbeda pula berat jenisnya. Berat jenis
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 dan dinyatakan tanpa
satuan.dimana :
• Berat Piknometer (W1)
• Berat Piknometer + Tanah (W2)
• Berat Piknometer + Tanah + Air (W3)
• Berat Piknometer + Air (W4)
Berat jenis tanah sangat dipengaruhi oleh zat-zat yang membentuk tanah itu
dimana masing – masing zat itu berbeda pula berat jenisnya. Berat jenis
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 dan dinyatakan tanpa satuan.

Gambar 3.18 Piknometer

f. Penetrasi Tanah
Penetrasi tanah adalah daya yang dibutuhkan oleh sebuah benda untuk
masuk ke dalam tanah. Spangler dan Handy (1982) melakukan percobaan
sederhana, mulai dari penggunaan ibu jari tangan sampai hak sepatu boot
untuk mengetahui penetrasi tanah. Mereka berpendapat, penggunaan ibu
jari tangan yang didorong ke dalam tanah dengan tenaga penuh merupakan
cara tertua untuk mendapatkan ukuran kekuatan tekanan tanah (unconfined
compressive strength) atau kapasitas menahan (bearing capacity) dari tanah.
Di bidang teknik sipil, penetrometer dirancang untuk mengetahui
ketahanan tanah sampai kedalaman lebih dari satu meter. Penetrasi tanah
merupakan refleksi atau gambaran dari kemampuan akar tanaman
menembus tanah. Masuknya akar tanaman ke dalam tanah tergantung dari
kemampuan akar tanaman itu sendiri, sifatsifat fisik tanah seperti struktur,
tekstur dan kepadatan tanah, retakanretakan yang ada di dalam tanah,
kandungan bahan organik tanah, dan kondisi kelembapan tanah.
Penetrometer digunakan untuk mengetahui sifat-sifat tanah tanpa merusak
massa tanah, sehingga kalaupun ada kerusakan yang diakibatkan oleh
penggunaan penetrometer sangat kecil. Ada dua prinsip dasar penetrometer,
yaitu dinamis dan statis. Ketahanan penetrasi tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik tanah, tetapi juga oleh jenis penetrometer yang digunakan,
khususnya sudut dan diameter ujung alat, serta kekasaran permukaan ujung
penetrometer tersebut. Semakin kasar permukaan ujung penetrometer,
semakin besar tahanan penetrasinya. Dalam bidang pertanian, rancang
bangun diameter ujung penetrometer harus menjadi pertimbangan utama.
Pada tanah tanpa struktur dan permukaannya homogen, ketahanan
penetrasi tidak tergantung pada diameter ujung alat. Pada tanah dengan
struktur kuat, jika diameter ujung penetrometer besar, maka keragaman
ketahanan penetrasi tanahnya menjadi rendah. Jika diameter ujung
penetrometer kecil, maka keragaman ketahanan penetrasinya menjadi besar
karena rendahnya ketahanan retakan (cracks) antara unit struktur tanah.

Gambar 3.19 Penetrometer

g. Pengujian Sondir (Soil Test)


Pengujian sondir adalah suatu metode uji penekanan yang dilakukan untuk
menganalisa daya dukung tanah dan mengukur kedalaman lapisan tanah
keras atau pendukung yang biasa disebut tanah sondir. Dengan mengetahui
kedalaman tanah keras (sondir) yang akan dijadikan pijakan untuk tiang
pancang atau pile maka kontraktor dapat membuat desain pondasi yang
sesuai dengan standart keamanan untuk menyokong kolom bangunan. Jenis
tanah yang biasanya dapat diuji dengan metode sondir adalah tanah yang
lunak atau tidak berbatu. Jenis tanah tersebut akan lebih mudah ditembus
oleh alat yang digunakan.
Komponen utama yang digunakan pada proses sondir adalah konus. Konus
tersebut akan ditekan ke dalam tanah dan dapat mengetahui karakteristik
tanah di setiap kedalaman 20 cm. Hal yang utama diukur dari uji sondir ini
merupakan perlawanan gaya ujung yang ingin diambil sebagai gaya tekan
atau penetrasi per satuan luas ujung sondir. Besaran gaya tersebut dapat
menunjukkan karakteristik tanah serta konsistensi tanah. Acuan yang dapat
dilakukan setelah pengujian sondir adalah sebagai berikut:
• Tanah sangat keras hasil sondir > 150 kg/cm2
• Tanah keras hasil sondir 50 -150 kg/cm2
• Tanah sangat kenyal hasil sondr 40 – 80 kg/cm2
• Tanah teguh hasil sondir 10 – 20 kg/cm2
• Tanah lunak hasil sondir 5-10 kg/cm2
• Tanah sangat lunak hasil sondir <5 kg/cm2
Untuk mendapatkan hasil data pengukuran yang akurat, pengujian sondir
dari jasa soil test dapat dilakukan secara berulang. Hasil pengujian sondir
biasanya akan berupa grafik yang menunjukkan nilai qc. Nantinya laporan
tersebut akan dijadikan sebagai acuan untuk tahap selanjutnya atau
ditindaklanjuti untuk menentukan desain konstruksi yang sesuai. Alat
sondir bisa dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
• Alat Sondir Pengujian Ringan
Alat ini memiliki kapasitas 0-250 kg/cm2.
• Alat Sondir Pengujian Berat
Alat ini memiliki kapasitas 0-600 kg/cm2
Gambar 3.20 Jenis Alat Sondir

h. Boring Test
Berbeda dengan uji sondir, boring test yaitu pengujian tanah untuk
mengetahui kondisi tanah setiap layer hingga sampai ke tanah keras.
Standart yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu SPT (Standart
Peneteration Test) dengan nilai setiap interval 2,0m. Standart ini mengacu
pada ASTM D.1586 dengan berat hammer yang digunakan adalah 63,5 kg
dengan tinggi jatuh bebas hammer yaitu 76 cm. Biasanya, model alat boring
yang digunakan memiliki hammer otomatis.

Gambar 3.21 Alat Uji Boring


i. Atterberg Limit Test
Tanah biasanya terdiri dari tiga komponen padat, cair, dan gas. Partikel
padat diklasifikasikan berdasarkan ukuran menjadi :
1. Berangkal (boulder), potongan-potongan besar yang berukuran antara
250 – 300 mm.
2. Kerakal (cobbles), fragmen tanah dengan ukuran antara 150 – 250 mm.
3. Kerikil (gravel), merupakan partikel tanah yang berukuran antara 5 –
150 mm.
4. Pasir (sand), partikel tanah dengan ukuran 0,074 – 5 mm
5. Lanau (silt), partikel tanah dengan ukuran 0,002 - 0,074 mm.
6. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran kurang dari 0,002
mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi tanah
pada tanah kohesif.
7. Koloid (colloids), merupakan partikel tanah dengan ukuran kurang
dari 0,001 mm
Tingkat cair pada tanah lazimnya terdiri atas kadar air yang terkandung dan
jumlah elekrolit terlarut. Tanah, seperti material teknis lainnya, dapat
berubah bentuk ketika mendapat beban. Hal ini dapat berupa geser/ luncur,
distorsi/penyimpangan dan compression (pemampatan/ pengurangan
volume udara). Pada umumnya, tanah tidak dapat melawan tekanan. Di
beberapa situasi, pertikel-pertikel tersebut dapat merkat bersmaan dan
sebagian kecil tekanan dapat ditahan, tapi bukan untuk waktu yang lama.
• Atterberg Limits Determination/ Batas-Batas Atterberg
Atterberg Limit diciptakan oleh Albert Atterberg seorang kimiawan
Swedia, yang kemudian diperbaharui oleh Arthur Casagrande. Limit
ini adalah Perhitungan dasar dari tanah butir halus. Apabila tanah
butir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
di remas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif
ini disebabkan karena adanya air yang terserap di sekeliling
permukaannya.
Atterberg mengembangkan metode untuk menjelaskan sifat
konsistensi tanah butir halus pada kadar air yang bervariasi.
Berdasaarkan pada jumlah air pada tanah, tanah dapat dipisahkan
dalam 4 keadaan dasar: solid, semi-solid, plastis, dan cair. Setiap
tingkat mempunyai kepadatan dan tingkah laku tanah berbeda-beda
dan begitu juga properti teknisnya. Batas perbedaan antara setiap
bentuk dapat ditentukan berdasarkan perubahan kebiasaan tanah
tersebut. Atterberg dapat digunakan antara silt dan clay, yang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bagian pada setiap jenisnya.
• Shrinkage Limit (SL)
The shrinkage limit (SL) /batas susut adalah kandungan air kelolosan
air tidak menyebabkan penurunan volume. Tanah akan menyusut
apabila air yang dikandungnya hilang perlahan dalam tanah. Dengan
hilangnya air terus menerus, tanah akan mencapai suatu
keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak mengurangi
volume. Pengujian untuk menentukan shrinkage limit adalah ASTM
International D427. Shrinkage limit lebih jarang digunakan daripada
liquid limit dan plastic limit.
SL = wi (%) - ∆w(%)
wi = kadar air tanah mula
∆w =perubahan kadar air
• Plastic limit (PL)/batas plastis
PL yaitu keadaan kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah
mulai berlaku seperti plastis. Apabila tanah digulung sampai dengan
diameter 3mm dan menjadi retak. Batas plastis merupakan batas
terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara pengujiannya
sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah
berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
• Indeks plastis/ The plasticity index (PI)
Yaitu ukuran plastis tanah. PI adalah perbedaan lantara batas cair dan
batas plastis suatu tanah.
PI = LL-PL
Liquid limit (LL)/ Batas cair
LL merupakan kadar air dimana tingkah laku tanahnya merupakan
perubahan dari plastis ke Liquidity index/ indeks cair.
LI=(W-PL)/(LL-PL), dimana W = kadar air alami.
• Aktifitas/Activity (A)
Aktifitas pada tanah yaitu PI dibagi persentase berat fraksi berukuran.
Beda jenis pada lempung mempunyai mineral yang berbeda-beda.
Karena sifat plastis tanah disebabkan oleh air yang terserappada
permukaan lempung, maka diharapkan bahwa tipe dan jumlah
mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan
mempengaruhi batas plastis dan batas cair tanah tersebut. PI suatu
tanah bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya
persentase dari fraksi berukuran lempung.
A = PI/ (% berat fraksi berukuran lempung)

Gambar 3.22 Alat Uji Atterberg Limit

j. Marshall Test
Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui nilai stabilitas dan
kelelehan (flow), serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk
dari gradasi agregat campuran tertentu, sesuai spesifikasi campuran. Metode
Marshall dikembangkan untuk rancangan campuran aspal beton. Sebelum
membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal optimum
dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan
proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya
menentukan kadar aspal total dalam campuran. Kadar aspal total dalam
campuran beton aspal adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau
menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah
dengan kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-masing
butir agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat
benda uji.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda
uji dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Sebelum
dilakukan pengujian Marshall terhadap briket, maka dicari dulu berat
jenisnya dan diukur ketebalan dan diameternya di tiga sisi yang berbeda.
Melakukan uji Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow)
benda uji mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991 AASHTO T245-90.
Parameter Marshall yang dihitung antara lain: VIM, VMA, VFA, berat
volume, dan parameter lain sesuai parameter yang ada pada spesifikasi
campuran. Setelah semua parameter briket didapat, maka digambar grafik
hubungan kadar aspal dengan parameternya yang kemudian dapat
ditentukan kadar aspal optimumnya. Kadar aspal optimum adalah nilai
tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi Marshall test modifikasi.
Modifikasi alat Marshall ini terletak pada alat pemegang benda uji. Kalau
pada uji Marshall konvensional benda uji merupakan silinder dengan
diameter 10 cm, maka pada alat Marshall modifikasi ini benda uji berupa
balok yang terbuat dari campuran beton aspal. Seperti pada Gambar 3.5. alat
ini berfungsi untuk mengukur ketahanan campuran beton aspal menahan
beban lentur dengan cara ”three point bending test”. Dari tes ini sekaligus
akan dapat diukur lendungan maksimum yang bisa ditahan, serta proses
penjalaran retak sebelum benda uji mengalami keruntuhan.
Gambar 3.23 Alat Uji Marshall

k. Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Aspal/Gmm Test


Berat jenis aspal adalah perbandingan antara volume aspal dan volume air.
Pemeriksaan berat jenis aspal bertujuan untuk mengetahui berat jenis aspal
keras yang terdapat di laboratorium. Besarnya berat jenis aspal penting
dalam perencanaan campuran agregat dan aspal, karena pada umumnya
berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal
dalam suatu campuran. Untuk aspal keras disyaratkan harus mempunyai
nilai berat jenisaspal minimal 1 gram/cm3 (SKB I - 2.4.2.6.1987)

Gambar 3.24 Pengujian Berat Jenis Aspal


l. Termometer Logam
Termometer logam ini digunakan untuk mengecek suhu aspal. Jenis
termometer ini adalah termometer bimetal yang menggunakan logam
sebagai bahan untuk menunjukkan adanya perubahan suhu dengan prinsip
logam akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Prinsip
kerjanya, keping bimetal dibentuk spiral dan tipis. Ujung spiral bimetal
ditahan, atau tidak bergerak dan ujung lainnya menempel pada gir
penunjuk. Semakin besar suhu, keping bimetal semakin melengkung dan
menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan ke angka yang lebih besar.
Jika suhu turun, jarum penunjuk bergerak ke kiri ke arah angka yang lebih
kecil. Skala yang dibuat biasa dibentuk lingkaran.

Gambar 3.25 Termometer Logam


m. Core Drill
Pengujian kuat tekan dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal
dengan pengujian “Beton Inti” (SNI 03-3403-1994). Alat uji yang digunakan
adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN.
Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban
uji yang konstan berkisar antara 0,2 N/mm2 sampai 0,4 N/mm2 per detik
hingga benda uji hancur.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya,
benda uji silinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila
beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa
layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40 jam dan diuji
dalam kondisi basah.
Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh dapat dinyatakan tidak
membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder beton)
yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi 2 (dua) persyaratan
sebagai berikut:
1. Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’
2. Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.

Gambar 3.26 Pengujian Core Drill

n. Pengujian Beton
Khusus untuk material beton, Pemborong diminta mengajukan hasil uji
propertis material sebagai bahan dasar evaluasi Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengujian propertis material yang disaksikan oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan
melakukan evaluasi terhadap rancangan campuran (mix design) Usulan
Pemborong, melakukan trial mix, pengujian hasil trial dan melakukan
evaluasi terhadap mix design hingga tercapainya rancangan campuran yang
memenuhi spesifikasi teknis sebelum pekerjaan permanen mulai
dilaksanakan Perbandingan kekuatan tarik beton dan kuat tekan beton pada
berbagai benda uji :
1. Kuat Tarik Beton
Kekuatan tarik material batuan biasanya didefinisikan sebagai tegangan
tarik maksimum yang dapat dialami oleh suatu material dalah hal ini batuan
atau beton. Material batuan biasanya memiliki kekuatan tarik rendah, yang
dapat ditentukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Uji brazilian
adalah salah satu pengujian kekuatan tarik secara tidak langsung (Tensile
Strength Test), yang paling populer dilakukan untuk mengetahui kuat tarik
batuan, pengujian ini lebih sering digunakan, karena lebih mudah dan
sederhana dibanding dengan uji kuat tarik batuan secara langsung yang
prosesnya rumit dalam hal sample preparation-nya.

Gambar 3.27 Metode Kuat Tarik (Pengelola Data, 2020)

Secara kronologis, pencipta metode uji kuat tarik tidak langsung ini adalah
Carneiro (1943), yang memperkenalkan metode uji untuk mendapatkan nilai
kekuatan tarik beton dan menciptakan rumus untuk menghitung kekuatan
tarik sampel dalam bentuk silinder yang dibebani konstant secara perlahan
hingga sampel batuan menunjukkan bidang keruntuhan.

Dimana P (kN) adalah beban tekan maksimal sampai sampel pecah, D (mm)
adalah diameter silinder dan t (mm) adalah panjang/tebal/thickness benda
uji. Hasil uji kuat tarik brazilian adalah dalam (MPa). Rasio panjang /
diameter harus 0,5 hingga 0,6 atau (L= 2D). Beban terus ditingkatkan pada
tingkat yang konstan sampai kegagalan sampel terjadi dalam beberapa
menit. Tingkat pemuatan tergantung pada bahan dan dapat dari 10 hingga
50 kN / menit.
2. Kuat Tekan Beton
Tabel 3.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton

Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95

Silinder 15 x 30 cm 0,83

Sumber : Pengelola Data, 2021

Gambar 3.28 Bentuk benda Uji (Pengelola Data, 2020)

Apabila tidak ditentukan maka mutu beton dapat diperiksa dengan cara
perbandingan kekuatan tekan pada berbagai umur terhadap beton yang
berumur 28 hari, seperti pada table dibawah ini:
Tabel 3.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton, 2020
Umur Beton
3 7 14 21 28 90 365
(hari)
Semen Portland 1.0 1.3
0.40 0.65 0.88 0.95 1.20
biasa 0 5
Semen dengan
1.0 1.2
kekuatan awal 0.55 0.75 0.90 0.95 1.15
0 0
yang tinggi
Sumber : Pengelola Data, 2021

Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila


dipenuhi syarat-syarat berikut:
a) Tidak boleh lebih dari 1 nilai di antara 20 nilai antara 20 nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari σ'bk.
b) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut terjadi kurang dari ((σ 'bk + 0.82 sr). Selisih antara nilai
tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 sr.
c) Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus
memenuhi kekuatan tekan beton karakteristik

N
s− ∑ (σ ' b − σ ' bm)
1
2

N −1

Dimana
S = deviasi standar (kg/cm2)
σ'b = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing -
masing benda uji (kg/cm2)
σ'bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
Menurut rumus :
N

∑σ 'b
σ ' bm = 1
N

N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jading jumlah


seluruh benda uji yang diperiksa, yang harus diambil minimal 20
buah.
Berbagai mutu pelaksanaan pada berbagai bagian isi pekerjaan dicantumkan
dalam table dibawah ini:
Tabel 3.4 Mutu Pelaksanaan

Isi Pekerjaan Deviasi Standart (Kg/cm²)

Sebutan Jumlah Baik Baik Dapat di


Beton per Sekali Terima
(m³)

Kecil < 1000 45<S≤55 55<S≤65 65<S≤85

Sedang 1000-3000 35<S≤45 45<S≤55 55<S≤75

Besar > 3000 25<S≤35 35<S≤45 45<S≤65

Sumber : Pengelola Data, 2021


Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji menyebar
normal (mengikuti, lengkung dari Gauss), maka kekuatan tekan beton
karakteristik (σ'bK, dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak
memenuhi syarat seperti ditentukan sebagai berikut:

σ'bK, = σ'bm – 1,64. S

Dimana
s = deviasi standar yang ditetapkan.

3. Pengujian Slump Test


Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu kental atau terlalu
encer pemborong dianjurkan untuk menggunakan pedoman nilai-nilai
slump test yang sudah ditentukan seperti dibawah ini.
Tabel 3.5 Pedoman Nilai – Nilai Slump

URAIAN SLUMP (cm)


Maksimum Minimum

Dinding, plat pondasi dan pondasi


12.5 5.0
telapak bertulang

Pondasi telapak bertulang, kaison


9.0 2.5
dan konstruksi di bawah tanah.
Plat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5
Sumber : Pengelola Data, 2021

4. Tegangan Beton
Untuk pelaksanaan penggunaan bahan besi beton konsultan Pengawasan
akan memintah kepada pemborong untuk melaksanakan pengujian bahan
tersebut sesuai dengan kontrak dan hasil pengujian akan di perinci dengan
tegangan-tegangan beton yang diijinkan, seperti dalam table sebagai berikut:
Tabel 3.6 Tegangan – Tegangan Beton Yang di Ijikan
Tegangan leleh karakteristik (σau) atau
tegangan karakteristik yang
MUTU SEBUTAN
memberikan
regangan tetap 0.2 % (σ 0.2) (kg/cm2)
U - 22 Baja lunak 2.200
U - 24 Baja lunak 2-400
U - 32 Baja sedang 3.200
U -30 Baja Keras 3.900
U - 48 Baja Keras 4.800
Sumber : Pengelola Data, 2021

Untuk penggunaan material atap baja bahan yang didatangkan harus


langsung di cat anti karat (sinkromate) agar tidak terjadi korosi, apabila
dilakukan pengelasan maka tali lasnya harus dibersihkan dan langsung di
cat dengan sinkromate, hal ini untuk menanggulangi terjadinya korosi
sehingga berpengaruh pada umur baja.
• Peralatan Yang digunakan
Ketepatan dan kondisi jenis peralatan yang digunakan pada saat
pemeriksaan dilaboratorium maupun yang dilakukan dilapangan.
1. Alat Uji
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan beton yang
tinggi namun kuat Tarik lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering
digunakan satuan kg/cm2 dengan symbol K untuk benda uji kubus dan fc
untuk benda uji silinder. Alat uji beton terdiri dari:
- Hammer Test, adalah alat pemeriksa mutu beton tanpa merusak beton.

Gambar 3.29 Hammer Test

- Compression Machine, adalah alat pengujian untuk mengetahui


kekuatan bahan yang dipakai.

Gambar 3.30 Compression Machine


- Hydrolic concrete beam testing machine, adalah untuk menentukan
kekuatan lentur balok beton dengan menggunakan balok sederhana
dengan pemuatan titik ketiga.

Gambar 3.31 Hydrolic Concrete Beam Testing Machine

- Vibrating table, adalah alat untuk memadatkan agregat dalam wadah


baja.

Gambar 3.32 Vibrating Table

- Slump test set, adalah metode yang digunakan untuk menentukan


konsisten atau kekakuan.
Gambar 3.33 Slump Test

- Vertical cylinder capping, adalah peralatan untuk membentuk tutup


pada ujung silinder beton diameter 15 cm untuk memberikan
permukaan loading yang seragam untuk benda uji tekan.

Gambar 3.34 Vertical Cylinder Capping


o. Uji Kekerasan Dan Mutu Pada Besi Dan Baja
Pembangunan fisik yang semakin meningkat memacu kita untuk dapat
menjawab segala tantangan yang akan timbul pada masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Salah satunya adalah pada bidang forensik struktur.
Pada forensik struktur, sering sekali dijumpai kecacatan ataupun kegagalan
pada material benda uji. Kecacatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang
kurang mendukung, ataupun material yang tidak sesuai dengan desain.
Selain beton, material yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi saat
ini adalah logam (baja dan besi). Secara umum, proses pengujian pada bahan
logam dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok metode pengujian, yaitu :
a. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat
menimbulkan kerusakan logam yang diuji.
b. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak
dapat menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji.
c. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi
kimianya, unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk
strukturnya.
Pada beberapa kondisi, Destructive Test tidaklah efektif karena
mengharuskan adanya kerusakan pada material pengujian. Apalagi jika
material yang akan diuji adalah bagian struktur yang sudah ada atau kondisi
eksisting. Sehingga NDT (Non Destructive Test) merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan. Tuntutan akan praktisitas mengenai sifat dan
kekuatan baja pun ikut meningkat dengan berkembangnya teknologi.
Sehingga dalam hal ini, dilakukan penelitian uji coba terhadap baja dengan
menggunakan 3 (tiga) alat yaitu :
a) Uji Tarik (Tensile Test) dengan Universal Testing Machine (UTM)

Gambar 3.35 Universal Testing Machine (UTM)


b) Electric Brinell Hardness Tester

Gambar 3.36 Electric Brinell Hardness Tester


c) Uji hardness dengan menggunakan Equotip Portable Rockwell
Hardness, dimana Equotip Portable Rockwell Hardness merupakan alat
Non Destructive Test.

Gambar 3.37 Equotip Portable Rockwell Hardness


Pada Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 pengujian materal baja hanya dapat
dilakukan di laboratorium sehingga harus dilakukan pengambilan sampel
benda uji atau destructive test. Untuk pengujian dengan menggunakan
Equoti Hardness dapat dilakukan langsung pada struktur atau elemen baja
di lapangan atau kondisi eksisting. Sebagai contoh, terdapat konstruksi baja
atau gudang yang sudah dibangun namun diperlukan analisis eksisting
bangunan baik mutu maupun kapasitas bangunan tersebut.

Gambar 3.38 Destructive Test


Dengan menggunakan Equotip Hardness, nilai mutu dan kekerasan baja
dapat diketahui tanpa melakukan perusakan atau pengambilan sampel
untuk dibawa ke laboratorium, sehingga kapasitas struktur eksisting dapat
dihitung. Berikut contoh hasil pengujian dengan menggunakan Equotip
Hardness yang dapat langsung dibaca:

Gambar 3.39 Contoh Hasil Pengujia Equotip Hardness

Dari contoh di atas terlihat hasil pengujian kekerasan leeb dengan jenis
material baja, jumlah pantulan 9, dari arah tumbukan otomatis, hal tersebut
dapat disimpulkan nilai tensile strength = 480 MPa.
Disamping itu sebuah gedung memerlukan suatu kelengkapan fasilitas
bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur
kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas
dalam bangunan.
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan
menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan
yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur,
perancangan interior dan perancangan lainnya. Berikut merupakan Utilitas
Bangunan sebuah gedung :

p. Tes Tekan Instalasi Pipa Air Bersih


Jika membut beton, untuk mengetahui mutunya dibuatlah benda uji
berbentuk kubus atau silinder beton yang kemudian dibawa ke laboratorium
untuk di tes tekan. Dari hasil tes tekan ini kemudian disimpulkan, apakah
mutu yang diinginkan tercapai atau tidak dan langkah selanjutnya yg
ditempuh.

q. Tes Instalasi Pipa Air Bersih di Dalam Ruangan


Tes untuk instalasi pipa juga harus dilakukan karena jika kebocoran baru
diketahui setelah bangunan jadi, akan menyusahkan untuk perbaikannya.
Hampir sama dengan tes beton, tes instalasi pipa saluran air bersih
dilakukan dengan memberi tekanan air pada pipa sebesar yang diinginkan,
misalnya 10 bar. Semua pipa yang nantinya sebagai outlet ditutup terlebih
dahulu kecuali 1 pipa sebagai tempat memasukkan air. Setelah pipa yang
akan di tes terisi air, kemudian disambungkan dengan alat berupa pompa
yang juga tersambung dengan alat pengukur tekanannya. Air dipompakan
sedikit demi sedikit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian dikunci
pada tekanan tersebut. Berselang sehari, tekanan yang tertera pada alat ukur
dibaca. Apabila tekanan berkurang, berarti ada kebocoran. Jadi tinggal dicari
dimanakah bocornya untuk kemudian diperbaiki.

r. Menguji Kebocoran Pipa


Setelah pemasanganan instalasi pipa distribusi, demi memantapkan
setidaknya kita harus megecek apakah ada kebocoran pada pipa tersebut
atau tidak, biasanya kontraktor kerap kali mengeluh dengan pengecekan
yang harus ia lalukan jika pemasangan pipa berada pada daerah terpencil
karena keterbatasan alat. Mudah saja jika kita membutuhkan alatnya, bisa
dibuat sendiri (bagi kontraktor yang terdapat unit alat pengetes kebocoran
pipa tentu ada nilai plus tersendiri). Berikut alat yang diperlukan:
 Tangki sesuai kebutuhan kita, 2 m3 juga sudah cukup, sehingga
fleksible dapat dibawa kemana-mana menggunakan mobil pick-up.
 Kompressor ukuran kecil, ini biasa dipakai oleh jasa perawatan AC
 Pengukur tekanan, dapat diperoleh dengan mudah di toko alat ukur,
setidaknya yang 10 bar (kg/cm2) itu mencukupi.
 Kunci pas, ember, Kunci inggris, dan juga penghitung waktu.
 Anda harus melakukan dua hal pada pengujian ini yakni uji tekanan,
serta uji kebocoran itu sendiri, kedua hal tersebut dapat dilakukan
secara bersamaan ataupun terpisah. Sebelum melakukan test juga ada
syarat yang wajib dipenuhi yaitu:
Pastikan seluruh katub (valve), sambungan (joint) telah terpasang
pada trhust blok yang sudah sudah lebih dari 7 hari.
Pastikan Katub (valve), sumbat, dalam kondisi tertutup.
Lakukanlah pengujian dengan panjang maksimal 500 meter, jadi
tidak secara keseluruhan, lakukanlah perbagian.
 Bilas terlebih dahulu pipa yang akan diuji dengan air bersih, dan
setelah itu isilah dengan air secara perlahan supaya tidak terdapat
udara didalamnya.
 Pengetesan akan terasa lebih mudah jika pipa tidak diurug terlebih
dahulu, karena kita akan dapat melihat dimana sumber kebocoran pipa
tersebut.

s. Dan lain-lain, sebagaimana ditentukan dalam Spesifikasi.


Bahan material dilapangan harus sesuai dengan spesifikasi umum dan
teknik pengerjaan yang sudah ditetapkan pada kontrak pekerjaan.
Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku, Memenuhi ukuran,
pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam Gambar dan Seksi lain
dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui tertulis oleh
Direksi Pekerjaan, dan semua produk harus baru. Apabila perlu, di lakukan
di laboratorium yang independen, untuk menguji dan menyaksikan
kebenaran pernyataan. Untuk material konstruksi yang merupakan produk
fabrikasi, umumnya perlu diberikan pembanding/alternatif material yang
sesuai dengan spesifikasi. Dalam proses pemberian persetujuan, konsultan
pengawas dan pemborong pekerjaan akan mengunjungi lokasi fabrikasi
apabila dirasa perlu (terutama material yang dianggap khusus atau
dianggap ketersediaan material tersebut menganggu kelancaran pelaksaan
pekerjaan konstruksi). Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari
tanaman dan sampah, bebas dari genangan air dan permukaannya harus
lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan diatas tanah
tidak boleh digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah
tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang
terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm.

Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

Mengevaluasi kesesuaian terhadap


Permohonan Spesifikasi (uji tes laboratorium, kunjungan
review & ke supplier jika diperlukan)
persetujuan
material 1. Disetujui;
2. Tidak disetujui.
Konsultan
Pengawas
Pemilik Pekerjaan :

Memberikan persetujuan berdasarkan


rekomendasi Konsultan

Pengawasan terhadap Kontraktor


Kualitas Material dilakukan
Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan
secara rutin berkala dan
pekerjaan
harus memperoleh
t j K lt Jika ‘tidak disetujui’ mencari alternatif

Gambar 3.40 Prosedur Penggunaan Material Konstruksi


(Pengelola Data, 2021)

Personil/tenaga teknisi yang terkait untuk melaksanakan pengujian


harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang pengujian
laboratorium maupun pengujian lapangan. Selain itu Konsultan juga akan
melakukan pemeriksaan terhadap kelayakan semua peralatan laboratorium
yang akan digunakan , mencatat nomor serinya, termasuk data/laporan
hasil kalibrasi dan masa berlakunya. Jika suatu peralatan telah habis masa
berlaku kalibrasinya atau diragukan akurasinya, maka peralatan tersebut
harus dikalibrasi kembali untuk mengetahui kelayakannya sebelum dapat
digunakan.
1. Pengujian Material
Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk menguji
setiap jenis material yang akan digunakan dalam pekerjaan untuk
mengetahui kelayakannya terhadap parsyaratan Spesifikasi. Jenis,
jumlah dan frekwensi pengujian harus sesuai dengan yang disebutkan
dalam Spesifikasi. Setiap jenis material yang tidak memenuhi
persyaratan Spesifikasi tidak akan diterima untuk digunakan dalam
pekerjaan, dan untuk itu Konsultan akan menginstruksikan secara
tertulis kepada Kontraktor untuk mengganti material tersebut hingga
memenuhi persyaratan Spesifikasi. Apabila hasil pengujian
menunjukkan bahwa material memenuhi persyaratan Spesifikasi, maka
Konsultan akan menyetujui/merekomendasikan bahwa material
tersebut dapat digunakan dalam pekerjaan.
Semua material yang telah disetujui oleh Konsultan dapat disimpan ( di
stock file) dengan cara yang benar sehingga tidak menimbulkan
kerusakan, segregasi , terkontaminasi oleh material lain atau kotoran (
untuk agregat) , korosi (baja tulangan). Namun demikian, untuk
bahan-bahan yang telah disimpan dan telah disetujui sebelum
penyimpanannya, apabila sewaktu - wa ktu dibutuhkan ternyata
material tersebut dalam kondisi yang diragukan kualitasnya, maka
Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk melakukan
pengujian sebagaiman ketentuan di dalam spesifikasi.
Seluruh proses pengujian material akan selalu diawasi dan dicatat
oleh Teknisi Laboratorium dari Konsultan, mulai dari cara
pengambilan contoh, pemberian label, penyimpanan contoh,
penyiapan benda uji, penyiapan peralatan (termasuk kalibrasi alat) ,
proses pengujian, pengolahan data hasil penguian, di!. yang harus
sesuai dengan prosedur standard yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
Pengujian material akan dilakukan dengan mengacu pada Spesifikasi
maupun standar AASHTO/ASTM atau standar internasional lainnya
yang relevan.
2. Penyimpanan Bahan Material
Konsultan akan memerintahkan secara lisan maupun tertulis kepada
Kontraktor untuk melaksanakan penyimpanan material dengan
mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. Tempat penyimpanan material harus bebas dari tumbuh ­
tumbuhan, puing dan bahan-bahan lain yang dapat
mempengaruhi kualitas material/campuran material, dan harus
mempunyai sistem drainase yang lancar.
b. Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian
rupa untuk menjamin perlindungan kualitas dan untuk
memudahkan dalam penggunaan maupun pemeriksaannya
sewaktu-waktu.
c. Penempatan bahan-bahan harus sedemikian rupa untuk
mencegah terjadinya segregasi, menjaga kesesuaian gradasi dan
kadar airnya.
d. Penumpukan berbagai ragam agregat untuk pekerjaan aspal
hotmix dan beton harus dipisahkan dengan papan pembatas guna
mencegah terjadinya pencampuran dari bahan-bahan yang
berbeda.
e. Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah
terjadinya kejenuhan agregat oleh air yang akan mengakibatkan
penurunan kualitas.
Konsultan juga akan secara melakukan pengawasan dan
memberikan pengarahan terhadap proses pelaksanaan kegiatan
ini.
3. Penyiapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix Formula)
Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan
spesifikasi, maka sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan suatu Job
Mix Formula (JMF). JMF yang akan dibuat antara lain untuk
pekerjaan Agrngate Base Class A dan B, Campuran Aspal Panas
(Hotmix) dan Beton. Konsultan akan mengawasi, memeriksa dan
mencatat seluruh proses pembuatan JMF yang dilakukan oleh
Kontraktor hingga diperoleh JMF yang benar dan membuat
persetujuan atas JMF tersebut, mencakup :
a. Penyiapan contoh material dan benda uji.
b. Pengujian awal material seperti: untuk agregat (tes abrasi ,
gradasi, berat jenis dan kadar air, sand equivalent, soft
fragment), untuk aspal ( tes penetrasi, titik lembek, berat jenis)
c. Pembuatan mix design di laboratorium meliputi:
- Untuk lapis pondasi bawah dan atas meliputi: perhitungan
perbandingan komposisi agregat, gradasi, berat jenis,
kepadatan kering, kadar air dan CBR, bidang pecah agregat
kasar, % lolos # N0.200.
- Untuk campuran aspal panas (hot mix aspal) meliputi al:
Perbandingan komposisi campuran, gradasi, berat jenis,
kelekatan agregat terhadap aspal, bidang pecah, kepipihan
dan kelonjongan, % lolos # N0.200, pengujian Marshall
(stabilitas, flow/kelelehan, MQ, kepadatan, berat jenis
campuran maksimum/Gmm, stabilitas sisa rendaman 24 jam)
- Percobaan pencampuran di AMP (untuk hot mix),
penghamparan dan pemadatan di lapangan untuk hot
mix dan lapis pondasi atas dan bawah, dan pembuatan
Standard Kepadatan Kerja (JSD)
- Untuk beton: komposisi agregat, kadar air , kadar semen ,
perbandingan air dan semen, slump, kuat tekan pada
umur 3,7 ,14 dan 28 hari (sesuai yang disyaratkan dalam
spesifikasi) .
- Pembuatan laporan berupa Job Mix Design yang mencakup
nilai-nilai karakteristik bahan dan campuran,
'perbandingan komposisi campuran, tebal gembur, jumlah
lintasan dan alat yang dipakai untuk pemadatan (awal,
medium dan akhir), Job Standard Density untuk lapis
pondasi dan hotmix. Sedangkan untuk betonmeliputi
komposisi agregat ( kasar, halus/pasir , air dan semen),
gradasi capuran dan kuat tekan beton sesuai dengan kuat
tekan yang di inginkan.
d. Uji Pelaksanaan Rancangan Campuran Kerja
Sebelum rancangan campuran kerja dilaksanakan pada pekerjaan
yang sebenarnya, Konsultan akan memerintahkan kepada
Kontraktor untuk melakukan uji coba pelaksanaan pekerjaan
dilanjutkan dengan pengujian terhadap hasil pekerjaan uji coba
tersebut, dengan mengikuti prosedur standar sebagaimana
ditentukan dalam spesifikasi. Uji coba ini dapat dilaksanakan di
luar lokasi pekerjaan atau pada lokasi pekerjaan. Apabila
pelaksanaan uji coba dilakukan pada lokasi pekerjaan, dan hasil
pengujian terhadap hasil pekerjaan uji. coba menunjukkan
bahwa :
e. Hasil pekerjaan uji coba tidak memenuhi persyaratan Spesifikasi ,
maka Konsultan akan memerintahkan kepada kontraktor untuk
melakukan perbaikan pada rancangan campuran kerja yang telah
dibuatnya, dan semua lapisan/konstruksi hasil pekerjaan uji coba
tersebut harus dibuang.
f. hasil pekerjaan uji coba dapat memenuhi persyaratan Spesifikasi
dan Gambar Desain, maka Konsultan akan menyetujui rancangan
campuran kerja tersebut sebagai rumusan campuran kerja (JMF)
untuk pekerjaan yang bersangkutan , dan lapisan/konstruksi hasil
pelaksanaan pekerjaan uji coba tersebut dapat diterima dan dapat
dibayar sebagai pekerjaan yang sebenarnya .
4. Cara Pengangkutan Material/Campuran Material
Konsultan akan menentukan batasan maksimum yang diijinkan untuk
berat pengangkutan pada truk pengangkut material ke dan dari loaksi
pekerjaan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang
ada disekitar lokasi pekerjaan.Pengangkutan material aspal hotmix
perlu ditutup dengan terpal guna mempertahankan suhu campuran.
Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan yang
bersamaan, maka konsultan berhap untuk menentukan urutan
pelaksanaan tiap-tiap pekerjaan/bagian pekerjaan tersebut secara logis
dan memerintahkannya kepada kontraktor guna mempercepat
penyelesaian seluruh pekerjaan.
5. Pengujian Rutin Laboratorium
Selama pelaksanaan pekerjaan, Konsultan akan memerintahkan kepada
Kontraktor untuk melakukan pengujian rutin harian atau selama
pekerjaan berlangsung terhadap bahan-bahan dan/atau campuran
bahan guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan,
sebagaimana yang disebutkan dalam spesifikasi.Jenis dan
frekuensi/jumlah pengujian rutin ini adalah seperti yang ditentukan
di dalam spesifikasi.
6. Pengujian Lapangan
Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk melakukan
pengujian lapangan terhadap pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan, sebagaimana yang disebutkan dalam persyaratan
pengujian/ spesifikasi. Apabila hasil pengujian lapangan terhadap
suatu pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan menunjukkan adanya
penyimpangan terhadap persyaratan Spesifikasi , maka Konsultan akan
memerintahkan kepada Kontraktor untuk memperbaiki pekerjaan
tersebut. Selanjutnya Konsultan bersama Kontraktor akan melakukan
penyelidikan dan pengkajian terhadap seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan itu untuk memastikan penyebab terjadinya penyimpangan.
Apabila penyebab terjadinyapenyimpangan ini ditemukan, maka
selanjutnya Konsultan akan memerintahkan kepada Kontraktor untuk
melakukan perbaikan pada proses pelaksanaan pekerjaan agar
kesalahan/ penyimpangan yang sama tidak terjadi lagi dalam
pelaksanaan pekerjaan serupa pada lokasi/segmen jalan yang
berbeda.Konsultan akan mencatat peristiwa ini (penyimpangan dan
langkah/tindakan perbaikannya) dan akan menyampaikannya kepada
Kepala SKS Fisik sebagai laporan.
7. "Penerimaan" / "Penolakan" atas Pekerjaan
Pada setiap bagian pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan oleh
Kontraktor, Konsultan akan melakukan "lnspeksi untuk
penerimaan/penolakan hasil pekerjaan" secara tepat. Jika pekerjaan
sudah dilakukan secara memuaskan dan sesuai dengan spesifikasi dan
bagian lain dari Dokumen Kontrak, Konsultan akan membuat
rekomendasi secara resmi kepada Kepala Satuan Kerja Sementara
Fisik untuk penerimaan pekerjaan.Terhadap pekerjaan yang tidak
dapat diterima/tidak memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi, baik
yang disebabkan oleh hasil dari pelaksanaan yang buruk atau
pemakaian bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat, rusak oleh
ketidak hati-hatian atau disebabkan hal lainnya, Konsultan akan
membuat penolakan atas pekerjaan secara tertulis dengan
menyebutkan alasan-alasan dari penolakan tersebut, tetapi sebelumnya
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik akan diberitahu terlebih dahulu
tentang hal-hal yang berkaitan dengan setiap pekerjaan yang ditotak.

Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Konsultan akan mengusulkan


bentuk formulir inspeksi kepada kontraktor, yang nantinya digunakan
sebagai formulir pengecekan dan hasil inspeksi lapangan. Secara
umum formulir ini akan mencakup tahapan-tahapan kerja sesuai
dengan persyaratan di dalam Spesifikasi dan kaedah teknis serta
kesesuaian pekerjaan terhadap gambar Shop Drawing. Berdasarkan
formulir ini yang mencatat hasil inspeksi lapangan, maka hasil
pekerjaan dapat diterima atau ditolak oleh konsultan dan Direksi
Pekerjaan. Formulir ini nantinya juga akan dipakai sebagai dokumen
pendukung dalam memberikan persetujuan pembayaran.
Rekomendasi Konsultan :
Kontraktor
Mengecek dan memberikan persetujuan
atas pekerjaan di lapangan yang meliputi :
Mengundang
Konsultan a. Kesesuaian tahapan pekerjaan di
Pengawas dan lapangan dengan isian formulir
Direksi (Spesifikasi)
Pekerjaan b. Kesesuaian bentuk dengan Shop Drawing
untuk c. Kesesuain material yang digunakan

Konsultan
Direksi Lapangan :
Pengawas
Melakukan pengecekan bersama dengan
Konsultan pengawas

Kontraktor :

Jika ‘disetujui’  melanjutkan ke tahapan


berikutnya;

Jika ‘tidak disetujui’ memperbaiki


pekerjaan di lapangan sesuai dengan

Gambar 3.41 Prosedur Pengecekan (Inspeksi) Lapangan


(Pengelola Data, 2021)

3.2.2.5 Pengendalian Waktu


1. Umum
Untuk menjaga agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai jadwal waktu yang
telah ditentukan, maka sangatlah penting menerapkan sistem kendali/kontrol
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan berbagai pekerjaan yang saling berkaitan
dan melakukan perhitungan untuk menjamin tercapainya kemajuan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana.
2. Evaluasi Terhadap Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Berdasarkan pengalaman Konsultan dalam pelaksanaan layanan kerjakan
konstruksi pada pekerjaan yang sejenis, Konsultan menyadari bahwa evaluasi
terhadap Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor secara simultan dan terintegrasi
dengan keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh Kontraktor selalu harus
dilakukan, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelemahan struktur
organisasi Kontraktor, metoda pelaksanaa, penugasan personii, penggunaan
peralatan dan lain sebagainya .Berdasarkan kemajuan pekerjaan yang dicapai
dalam setiap satu minggu, Konsultan akan mengevaluasi kemajuan dari kegiatan
Kontraktor dilapangan terhadap target kemajuan rencana, dan akan selalu
memberikan masukan, saran atau instruksi mengenai langkah ­ langkah perbaikan
yang perlu/harus dilakukan untuk dapat lebih meningkatkan pencapaian
kemajuan pekerjaan atau untuk mengejar keterlambatan yang mungkin
dialami.Jika sekiranya didapati bahwa critical path mungkin terlambat, Konsultan
akan segera mengadakan rapat dengan Kontraktor untuk mendiskusikan semua
item pekerjaan yang berhubungan dengan keterlambatan tersebut, menunjukkan
secara tepat apa permasalahannya, memberi pengarahan bagaimana mencari jalan
keluarnya dan menginstruksikan Kontraktor untuk segera mengambil tindakan.
Perlu ditekankan bahwa Konsultan akan melakukan langkah ini sebelum critical
path terlambat, bukan sesudahnya.

Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Jadwal Pelaksanaan


sesuai dengan usulannya pada saat pelaksanaan fisik untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan/pokja. Dalam melakukan kontrol dan pengendalian
kemajuan pelaksanaan pekerjaan dengan cara :
a. Pertemuan rutin mingguan (Weekly Meeting) untuk membahas rencana
pekerjaan kedepan, evaluasi kemajuan pekerjaan minggu berjalan, serta
permasalahan yang timbul di lapangan serta solusi pemecahannya. Diharapkan
dengan dilakukannya pertemuan mingguan ini, dapat menjaga pelaksanaan
lapangan tetap sesuai dengan waktu pelaksanaan yang ada dan jadwal
pelaksanaan yang telah disepakati bersama, sehingga tidak berdampak
terhadap biaya pekerjaan (fisik) secara keseluruhan.
b. Laporan dan Rencana Kerja Harian harus disiapkan oleh kontraktor sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang telah disepakati. Dari laporan dan rencana
kerja harian ini, maka konsultan pengawas dapat mengevaluasi kemajuan
pekerjaan sesuai dengan hasil dari Pertemuan Rutin.
c. Mengontrol dan mengevaluasi kinerja terhadap Critical Work yang ditemui dari
Jadwal Pelaksanaan pekerjaan. Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan
harus memberikan solusi atau rekomendasi kepada pekerja jika dirasa
kinerjanya menurun saat melalui ‘Critical Work’.

Kontraktor Rekomendasi Konsultan :


Mengevaluasi dan menyetujui Jadwal Pelaksanan
Permohonan
Pekerjaan yang diajukan oleh
persetujuan
Jadwal
Kontraktor.Memberikanperhatian khusus terhadap
Pelaksanaan ‘Critical Work’.

Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan

Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan

1. Evaluasi Rencana Kerja dan Laporan Harian


2. Weekly/Monthly Meeting
3. Solusi, rekomendasi serta koordinasi &
komunikasi yang baik guna menghindari
keterlambatan pekerjaan

Gambar 3.42 Prosedur Persetujuan dan Kontrol Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


(Pengelola Data, 2021)

3. Evaluasi Rencana Kerja Kontraktor


Sebelum dimulainya pelaksanaan setiap bagian pekerjaan kontruksi, Konsultan
akan mengkaji ulang dan mengevaluasi rencana kerja Kontraktor yang
memperlihatkan metode dan prosedur pelaksanaan setiap bagian pekerjaan
konstruksi tersebut maupun rencana kerja secara keseluruhan. Rencana kerja ini
menggambarkan secara detail kegiatan Kontraktor pada periode mobilisasi,
manajemen lalu lintas/faktor keamanan, metode pelaksanaan, metode penyediaan
dan penyimpanan material, pemilihan jenis peralatan kerja, organisasi kerja,
target waktu pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan, program pengendalian mutu,
sub kontraktor (jika ada) dan lain­ lainnya.Pertimbangan Konsultan atas rencana
kerja Kontraktor memerlukan perhatian khusus pada beberapa pokok persoa1an
berikut ini :

a. Metode pelaksanaan untuk mendapatkan mutu kerja yang sesuai dengan


spesifikasi dan syarat-syarat kontrak. Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara
detail dengan metode critical path dengan pertimbangan semua kegiatan
pekerjaan yang saling berkaitan.
b. Pengendalian keselamatan, khususnya dari sudut pengaturan dan
pengamanan lalu lintas yang ada dan mempertimbangkan kenyamanan
masyarakat setempat

Metode pelaksanaan akan dievaluasi oleh konsultan pengawas dan perlu dilakukan
diskusi/verifikasi dengan pihak pengguan jasa agar sesuai dengan keahliannya
dengan memperhatikan kondisi aktual lapangan, tingkat kesulitannya serta hasil
dari pelaksanaan pekerjaan yang harus sesuai dengan Spesifikasi Umum dan
Teknis pekerjaan, serta kaedah-kaedah teknis perencanaan (bangunan harus dapat
berfungsi optimal sesuai perencanaan). Untuk mendukung program "Total Quality
Control" yang akan diterapkan Konsultan Pengawas akan menginstruksikan
kepada Pemborong untuk mengajukan Permohonan Inspeksi (Request for
Inspection, RFI atau Aviablity for Inspection, AFI) kepada Konsultan Pengawas
dengan tembusan kepada Pemberi Tugas minimal 24 jam sebelum pelaksanaan
pekerjaan. Permohonan Inspeksi ini meliputi semua pekerjaan diantaranya namun
tidak terbatas pada tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan
hasil kerja yang tepat spesitikasi, tepat volume, tepat workmenship dan tepat
fungsi sebagaimana mestinya.
Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

Mengevaluasi kesesuaian metode pelaksanaan dengan


Permohonan
review & kondisi lapangan, tingkat kesulitan & keberhasilannya,
persetujuan serta kesesuaian hasil pelaksanaan dengan Spesifikasi.
metode
pelaksanaan 1. Disetujui (tanpa atau dengan review minor).
2. Tidak disetujui (perlu perbaikan).

Konsultan
Pemilik Pekerjaan :
Pengawas
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Konsultan

Kontraktor

Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan pekerjaan

Jika ‘tidak disetujui’ memperbaiki metode


pelaksanaan sesuai dengan komentar/review Konsultan
dan mengajukannya lagi.

Gambar 3.43 Prosedur Metode Pelaksanaan


(Pengelola Data, 2021)

4. Pemantauan Kemajuan Pekerjaan


Pencapaian kemajuan pelaksanaan setiap bagian pekerjaan di lapangan perlu selalu
dimonitor setiap saat, agar apabila terjadi hal-hal yang potensial menghambat
penyelesaian pekerjaan dapat segera diketahui dan diantisipasi. Untuk ini
Konsultan akan selalu memonitor jadwal/rencana dan realisasi pelaksanaan
pekerjaan secara rutin selama pelaksanan pekerjaan. Salah satu metode yang
efektif untuk memantau kemajuan pekerjaan adalah dengan mengadakan rapat
koordinasi mingguan antara Konsultan dan Kontraktor (sebaiknya, di adakan pada
setiap awal minggu/hari Senin), agar apabila terjadi hal-hal yang potensial
menghambat penyelesaian pekerjaan dapat segera diketahui dan diantisipasi antara
lain dengan cara memperbaharui/memperbaiki rencana kerja.Rapat koordinasi
dan evaluasi ini harus dihadiri oleh personil inti dari kedua pihak untuk
merumuskan kesamaan pendapat mengenai permasalahan kemajuan pekerjan
yang ada dan penyusunan rencana kerja selanjutnya. Pada saat yang sama, setiap
masalah yang timbul yang mungkin mempengaruhi metode CPM akan
dianalisa dengan langkah-langkah yang tepat untuk mendapatkan pemecahannya
.Sebelum diadakan rapat seperti yang dijelaskan diatas , Kontraktor perlu
mengadakan rapat bersama stafnya pada setiap akhir minggu untuk membahas
kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dan kendala-kendala yang ada. Kemudian
Kontraktor diharuskan mempersiapkan sebu§ih jadwal bar chart sederhana yang
mempelihatkan rencana kerja untuk minggu berikutnya untuk dibahas di dalam
rapat koordinasi mingguan bersama Konsultan. Walaupun jadwal mingguan
Kontraktor hanyalah bersifat sementara , namun hal ini akan sangat membantu
baik bagi Konsultan maupun bagi Kontraktor sendiri di lapangan guna
menghilangkan keraguan dalam pengaturan jadwal kerja personilnya , sehingga
diharapkan akan dapat menghasilkan kemajuan yang positif. Dengan
terpeliharanya koordinasi yang baik antara Konsultan dan Kontraktor, diharapkan
akan dapat membantu memudahkan untuk memperbaiki kesalahan­kesalahan
dengan segera, memecahkan permasalahan tanpa menundanya lebih lama dan
menghindarkan timbulnya kesalah pahaman dalam pelaksanaan pekerjaan,
sehingga dengan demikian akan memungkinkan tercapainya kemajuan pekerjaan
yang optimal.
5. Penyiapan Gambar Pelaksanaan
Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar pelaksanaan (shop drawing) kepada
Konsultan untuk diperiksa dan disetujui, yang memperlihatkan secara lengkap dan
terinci seluruh bagian pekerjaan konstruksi yang harus dikerjakan, lokasi pekerjaan
dan peralatan konstruksi yang akan digunakan . Dalam hal ini jangka waktu yang
diperlukan untuk pekerjaan persiapan, pemeriksaan gambar, perbaikan dan
persetujuan gambar pelaksanaan juga perlu dipertimbangkan agar tidak akan
menyebabkan terjadinya keterlambatan yang Menyadari hal ini, Konsultan
bersama Kontraktor akan menyusun jadwal proses penyiapan gambar
pelaksanaan, sejak tahap persiapan hingga persetujuan gambar dengan
memberikan prioritas kepada hal-hal yang mempengaruhi critical path. Untuk itu
maka Konsultan akan segera memeriksa setiap gambar pelaksanaan yang diajukan
oleh Kontraktor dan segera mengembalikannya kepada Kontraktor dengan setiap
koreksi jika memang diperlukan, yang kemudian gambar tersebut dikirim kembali
untuk persetujuan akhir. Komentar akan diberikan secara jelas dengan
persetujuan secara tertulis. Prosedur ini dipertimbangkan untuk menghindarkan
keterlambatan kemajuan pekerjaan khususnya critical path.

Pemborong diwajibkan untuk membuat Gambar Kerja (Shop Drawing) baik


terhadap pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara.Gambar Kerja harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan jika perlu oleh Pemberi
Tugas sebelum Pemborong memulai pekerjaan. Gambar Kerja yang dibuat oleh
Pemborong harus menerjemahkan gambar rencana yang dibuat oleh Konsultan
Perencana yang telah menjadi dokumen kontrak dan harus dibuat dalam bentuk
standart, cukup informatif (khususnya ukuran panjang, lebar, ketebalan, jarak atau
spasi), jenis bahan, mutu bahan dan mudah untuk dibaca serta dilaksanakan oleh
siapa Baja yang terlibat dilapangan.

Kontraktor Rekomendasi Konsultan :

1. Disetujui (tanpa komentar);


2. Disetujui (ada komentar/review minor), dapat
Permohonan dilaksanakan;
review & 3. Tidak disetujui (perlu perbaikan).
persetujuan

Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan

Kontraktor

Jika ‘disetujui’ mulai pelaksanaan pekerjaan

Jika ‘tidak disetujui’ perbaikan dan mengulang


prosedur perrsetujuan

Gambar 3.44 Prosedur Review dan Persetujuan Gambar


(Pengelola Data, 2021)

3.2.2.6 Pengendalian Kuantitas dan Biaya Pekerjaan


Konsultan menyadari pentingnya pengendalian biaya yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan, dan untuk itu Konsultan akan melakukan upaya-upaya
pengendalian biaya tersebut sejak permulaan hingga akhir tahap konstruksi. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian biaya pekerjaan, antara lain dengan
penggunaan system mikro komputer dalam pengolahan data pembiayaan, tidak
membiarkan terjadinya hal-hal yang dapat mengakibatkan keterlambatan kemajuan
pekerjaan, pekerjaan tambah kurang diusahakan seminimal mungkin, dan menjamin
prosedur pelaksanaan konstruksi yang efisien dilaksanakan dan diikuti. Cara lain yang
dapat diterapkan dalam pengendalian biaya proyek adalah meminimalkan biaya operasi
lapangan, menyiapkan sertifikat pembayaran bulanan secara teliti dan meyakinkan
Kontraktor dengan membayar pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan segera,
menyiapkan perkiraan kuantitas dan biaya pekerjaan sisa secara berkala sehingga jadwal
pembayaran bisa diperkirakan berdasarkan kemajuan pekerJaan yang ditaksir, dan
menjamin bahwa pekerjaan yang diterima sudah sesuai dengan spesifikasi .Sebagai
ringkasan, cara terbaik untuk mengendalikan biaya proyek secara keseluruhan adalah
mengkonsentrasikan kepada pekerjaan yang sudah di selesaikan dan menjamin bahwa
tanggal penyelesaian kontrak dicapai tanpa adanya perpanjangan waktu. Mengenai
penggunaan mikro komputer untuk mengendalikan biaya proyek, pengolahan
pengeluaran rekening kontraktor dan terus memeriksa keseimbangan jumlah bahan
yang tersisa selama pelaksanaan pekerjaan diuraikan secara singkat pada sub bab di
bawah ini.
1. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Menjaga data biaya proyek yang terbaru adalah bagian yang terpenting dari
supevisi konstruksi tetapi kegiatan ini sangat sulit dan memerlukan waktu,
akibatnya sering menjadikan kurang efektifnya metode ini. Tetapi pada
layanan ini Konsultan akan menggunakan sistem mikro komputer yang bisa
beroperasi dilapangan tanpa memerlukan alat penunjang yang canggih. lni
berarti Konsultan akan dapat mengolah semua data yang berhubungan dengan
pengontrolan biaya proyek dengan cara yang cepat dan teliti.
2. Penyiapan dan Pemeriksaan Tagihan Bulanan.
Konsultan akan memeriksa dan menentukan pengukuran material yang
diterima dari pekerjaan sesuai dengan ketentuan Dokumen Kontrak.
Metoda pengukuran dan perhitungan yang dipakai dalam menentukan
jumlah material terpasang dan pekerjaan yang diterima akan dilakukan
sesuai Dokumen Kontrak. Mengingat pentingnya hal ini, maka Konsultan
akan memeriksa pengukuran hasil pekerjaan yang diterima dengan: pada
setiap akhir bulan. Konsultan dengan cara cepat akan msmeriksa pengukuran
hasi! pekerjaan yang sudah disiapkan oleh kontraktor dan akan menerima
hanya jumlah pekerjaan yang benar dan memenuhi persyaratan di dalam
spesifikasi konsultan kemudian akan menyiapkan sertifikat pembayaran
bulanan atas pekerjaan yang sudah selesai di setujui. Formulir yang akan di
gunakan untuk menyiapkan sertifikat pembayaran bulanan harus di setujui
oleh kepala satuan kerja sementara fisik PPTK atau PPK. Jumlah pembayaran
secara bertahap akan di hitung sebagai mana mestinya sesuai dengan harga
satuan dan jumlah/kuantitas pekerjaan yang sudah di setujui oleh konsultan.
Sertifikat bulanan di tanda tangani oleh ahli pengawas konsultan dan wakil
kontraktor dan di teruskan di PPTK atau PPK secepatnya untuk pemeriksaan
akhir dan persetujuan pembayaran.
3. Perhitungan Pekerjaan Sisa dan Keseimbangan Pembayaran. Konsultan akan
mengkaji ulang dan memeriksa secara berkala semua pekerjaan sisa sehingga dapat
membuat perkiraan biaya untuk semua pekerjaan yang masih akan dilaksanakan
dan memberitahukannya kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik secara
berkesinambungan tentang keadaan perkiraan keseimbangan pekerjaan yang
harus diselesaikan .Untuk hal ini Konsultan akan menyiapkan jadwal pembayaran
berdasarkan kemajuan pekerjaan yang diperkirakan dan akan diperbarui secara
berkala sejalan dengan kemajuan pekerjaan yang sebenarnya dan juga setiap
perubahan jadwal pekerjaan.
4. Pengendalian Keselamatan Kerja
Keselamatan adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan da1am setiap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Untuk ini Konsultan akan memberikan
perhatian khusus dan merninta Kontraktor untuk mengambil tindakan sebaik
mungkin untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan juga hal-hal
yang membahayakan bagi pengguna jalan maupun bagi pekerja sendiri.
5. Penyiapan Change Order dan Pekerjaan Tambah kurang
Walaupun pekerjaan tambah/kurang tidak dinginkan, oleh karena akan dapat
mengakibatkan pertambahan biaya dan membolehkan perpanjangan waktu,
Konsultan tetap harus menyiapkan untuk kemungkinan timbulnya perubahan
perintah selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan. Pertama-tama,
sebelum membuat keputusan untuk melakukan perubahan beberapa jenis
pekerjaan dan memberitahukannya kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik,
Konsultan akan melakukan studi dan memasukan data penunjang yang disiapkan,
seperti rencana pendahuluan/sketsa, perkiraan kuantitas pekerjaan, perkiraan
kebutuhan tenaga/ peralatan, perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan, perkiraan biaya, perkiraan waktu yang dibutuhkan
untuk persetujuan dan timbulnya perintah perubahan dan hal-hal yang mungkin
akan mempengaruhi keseluruhan pekerjaan. Data dan hasil studi ini akan
diserahkan kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik untuk diperiksa. Dan jika
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik menyetujuinya dan memutuskan untuk
dilakukannya perintah perubahan, maka Kontraktor harus segera melakukan
persiapan-persiapan, dan Konsultan akan menyiapkan perintah perubahan tersebut
(termasuk gambar rencana perubahan, spesifikasi dan data-data yang terkait),
cara/metode yang memungkinkan, kebutuhan waktu penyelesaiannya. Terkait
dengan biaya konstruksi, Konsultan akan mengupayakan untuk dapat menekan
biaya konstruksi seminimal mungkin. Pekerjaan yang diperlukan oleh perintah
perubahan akan dinilai pada harga dan biaya sesuai Dokumen Kontrak. Dalam hal
kontrak tidak memuat harga satuan yang dapat digunakan untuk pekerjaan
tambahan yang diperlukan, Konsultan akan merekomendasikan harga satuan baru,
dan akan membantu PPTK atau PPK dalam hal negosiasi dengan Kontraktor. Satu
kali perintah perubahan sudah disiapkan dan dimunculkan, Konsultan akan
membantu Kontraktor untuk memandu pekerjaan baru dengan pekerjaan yang
sedang berjalan guna mendapat cara penyelesaian yang tercepat dan praktis.
6. Penyiapan Sertifikat Provisonal Hand Over.
Setelah semua kekurangan dalam daftar periksa (check list) mengenai kekurangan
pekerjaan selesai diperbaiki oleh Kontraktor, Konsultan bersama Kepala Satuan
Kerja Sementara Fisik akan melakukan pemeriksaan ulang (re-check) untuk
penerimaanpekerjaan, dan membantu menyiapkan penerbitan sertifikat
provesianal hand over.
3.2.3 Tahap Pasca Konstruksi
Serah terima pekerjaan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
• Serah terima pekerjaan sebagian, yaitu suatu proses serah terima pekerjaan yang
dilakukan pada sebagian dari keseluruhan pekerjaan Fisik, dikarenakan alasan
teknis dari pekerjaan itu sendiri atau dikarenakan kebutuhan Pemilik Pekerjaan
atas sebagian dari hasil pekerjaan fisik yang dibutuhkan segera.
• Serah terima pekerjaan seluruhnya, yaitu proses serah terima pekerjaan yang
dilakukan pada saat akhir masa pelaksanaan dan dilakukan terhadap
keseluruhan pekerjaan fisik.
• Laporan ini merupakan hasil kerja bersama, sehingga harus dibuat bersama-
sama.

PROYEK SELESAI

Kontraktor Mengajukan Permohonan


Serah Terima Pekerjaan

Inspeksi Final Pengecekan Final Administrasi (Konsultan


Pengawas, Direksi Pekerjaan), meliputi:
(Tim FHO, Direksi Pekerjaan,
Konsultan Pengawas) As-Built Drawing, Laporan sesuai kontrak,
Backup pembayaran, dsb.

Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan menyempurnakan
Pekerjaan dapat belum dapat
diterima
Pemberian Sertifikat Serah Terima
Laporan PPK
Pekerjaan Pertama

Gambar 3.45 Prosedur Serah Terima Pekerjaan Pertama


(Pengelola Data, 2021)

Setelah dikeluarkannya Sertifikat Serah Terima Pekerjaan Pertama, kontraktor


masih memiliki tanggung jawab atas hasil pekerjaannya sampai masa pemeliharaan
selesai. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor wajib memelihara hasil
pekerjaannya untuk menjamin fungsi bangunan/struktur yang dikerjakan. Selama
masa pemeliharaan, inspeksi berkala akan dilakukan oleh Direksi Pekerjaan,
(Konsultan Pengawas bila masih ada) dan bersama pekerja untuk memeriksa
kondisi hasil pekerjaan, dan memberikan catatan terhadap pemeliharaan yang
perlu dilakukan. Setelah melalui masa pemeliharaan, Serah Terima Pekerjaan Akhir
akan dilakukan.

AKHIR MASA PEMELIHARAAN

Kontraktor Mengajukan
Permohonan Serah Terima

Inspeksi Final Pengecekan Kelengkapan


Administrasi Final
(Tim, Direksi Satker
(Tim , Direksi bila ada)
Pekerjaan, bila ada)

Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan belum Menyempurnakan
Pekerjaan dapat diterima
dapat diterima

Laporan Pimpinan Proyek ke Pemberian Sertifikat Serah


Atasannya Terima Pekerjaan Kedua/Akhir

Gambar 3.46 Prosedur Serah Terima Pekerjaan Kedua/Akhir


(Pengelola Data, 2021)

Sering terjadi kecenderungan aktivitas kontraktor terlalu lambat pada akhir masa
konstruksi, dimana pada saat tanggal penyelesaian teryata masih ada beberapa pekerjaan
belum selesai (biasanya dihubungkan dengan kejadian­ kejadian alam yang tidak begitu
mengganggu.
Untuk itu Konsultan akan mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan hal ini
tidak akan terjadi. Untuk membantu dalam tahap penyelesaian konstruksi agar efisien,
Konsultan akan meminta kepada Kontraktor untuk menyiapkan dan menyerahkan :
1. Jadwal/rencana demobilisasi sekurang-kurangnya 30 hari sebelum hari
penyelesaian pekerjaan yang disyaratkan
2. Schedule mengenai bagaimana dan kapan setiap bagian dari operasinya akan
selesai (mencakup jenis pekerjaan, peralatan konstruksi , gedung­ gedung kantor ,
laporan/gambar terlaksana dan sebagainya).
3. Demobilisasi yang tidak sempurna dari setiap uraian tidak akan diperbolehkan .
Dalam waktu sekitar 4 minggu sebelum tanggal rencana penyelesaian, Konsultan
akan :
- Melakukan inspeksi pendahuluan untuk mendata dan menysunan daftar
kekurangan-kekurangan penyelesaian pekerjaan (defect liaibi!ity)
- Segera menyerahkan daftar kekurangan ini kepada Kontraktor, dan
memerintahkan Kontraktor untuk segera melakukan perbaikan/
penyelesaian yang diperlukan.
Metoda ini akan memungkinkan inspeksi akhir yang bebas dari kekurangan. Pada
saat kontraktor sudah menyelesaikan pekerjaan konstruksi, Konsultan akan segera
melakukan inspeksi akhir untuk meyakinkan bahwa seluruh pekerjaan sudah diselesaikan
sesuai dengan kontrak. lnspeksi akhir akan direncanakan dan dilaksanakan dengan pola
umum yang sama dengan inspeksi pendahuluan. Bagaimanapun, oleh karena hasil dari
petunjuk inspeksi pendahuluan sudah didapat, hanya kekurangan-kekurangan kecil yang
dapat diamati.
Konsultan kemudian akan menyerahkan daftar kekurangan yang masih ditemukan
selama inspeksi akhir kepada Kontraktor dan memerintahkan Kontraktor untuk
mempebaiki setiap kekurangan dengan waktu khusus.
Setelah inspeksi akhir dilakukan, untuk mengkonfirmas ikan penyelesaia pekerjaan
yang memuaskan, Konsultan akan memberikan rekomendasi kepada Kepala satuan
Kerja Sementara Fisik PPTK atau PPK penerimaan pekerjaan.
1. Koordinasi Kegiatan Pekerjaan
Apabila seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan dapat diselenggarakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, dukungan tenaga dan peralatan yang cukup
dan kondisi yang baik, serta koordinasi yang baik antara Pemberi Tugas, Konsultan
dan Kontraktor maka diharapkan akan dapat dicapai hasil yang baik dalam
penyelesaian proyek. Dalam hal ini Konsultan akan melakukan segala usaha untuk
mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan proyek sebaik – baiknya.
Salah satu cara terbaik untuk menjaga terjalinnya koordinasi yang baik adalah
dengan menyelenggarakan rapat secara teratur, terutama antara Konsultan dan
Kontraktor. Jenis rapat koordinasi yang dapat diselenggarakan antara lain rapat
mingguan dan rapat bulanan, yang dapat diuraikan dibawah ini.
2. Rapat Mingguan Tim Konsultan
Jenis rapat ini akan diadakan setiap hari Sabtu, yang merupakan rapat koordinasi
antara Ahli Pengawas dan Pengawas Lapangan. Di dalam rapat ini akan dibahas
masalah-masalah penting yang ditemui dalam pelaksanaan pekerjaan seperti
permasalahan quality control, kemajuan pekerjaan, pengendalian dan keselamatan
lalu lintas, dll. Dalam rapat ini juga akan dibahas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam minggu-minggu yang telah lewat, rencana kerja untuk
minggu-minggu berikutnya dan menyiapkan agenda untuk rapat mingguan
bersama Kontraktor yang pada umumnya diadakan pada hari Senin berikutnya.
3. Rapat Mingguan Konsultan dengan Kontraktor
Rapat ini akan lebih baik apabila dapat diselenggarakan pada awal minggu / hari
Senin dan dihadiri oleh staf inti Konsultan dan staf inti Kontraktor. Pada saat
dimulainya rapat, Konsultan akan menyampaikan agenda rapat dan hal – hal
prinsip yang akan dibahas. Dan Kontraktor akan mempresentasikan rencana kerja
tentative untuk periode 1 minggu yang akan dilaksanakan, sehingga para staf inti
Kontraktor dan staf inti Konsultan akan mengetahui hal – hal apa yang diharapkan
dapat diselesaikan dan hal – hal lain yang berkaitan pada minggu yang akan
dijalani.
Masalah lain yang akan dibahas secara serius adalah mengenai pengenda!ian
kualitas, kemajuan pekerjaan, status/penggunaan peralatan, pengaturan dan
pengendalian lalu lintas, pengendalian keamanan, dan hal-hal lain yang tidak
sesuai dengan rencana yang telah dibuat serta mengenai solusi untuk
mengoreksinya.
Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam rapat akan dicatat sebagai risalah
rapat. Risalah rapat yang juga berisi tentang rencana­ rencana pelaksanan pekerjaan
untuk minggu yang akan dijalani tersebut, kemudian digandakan untuk dibagikan
kepada pihak Kontraktor dan Konsultan sebagai acuan/pegangan untuk
pelaksanan pekerjaan pada minggu tersebut. Berdasarkan pengalaman, risalah
rapat ini terbukti sangat berguna, baik untuk mengendalikan pelaksanan pekerjaan
maupun sebagai data referensi pada waktu-waktu mendatang.
4. Rapat Bulanan Pemberi Tugas/Konsultan dan Kontraktor
Rapat ini idealnya diadakan pada akhir atau awal bulan, yang akan dihadiri oleh
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik beserta staf yang dipilihnya, tim inti
Konsultan dan tim inti kontraktor.
Sebelum dilakukannya pertemuan, Konsultan akan menyiapkan agenda rapat yang
merupakan permasalahan utama (penting) yang akan dibahas berasama Pemberi
tugas dan Kontraktor. Permasalahan tersebut mencakup masalah-masalah
pengendalian kualitas pekerjaan, kemajuan pekerjaan terhadap target rencana
pekerjaan bulanan, pengendalian dan keamanan lalu lintas, hubungan dengan
masyarakat dan lain-lain. Jadwal CPM yang sesuai dapat digunakan sebagai acuan
untuk memperlihatkan status terakhir dari kemajuan pekerjaan. Risalah rapat
akan disiapkan oleh Konsultan untuk selanjutnya dibagikan kepada semua peserta
rapat. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa risalah-risalah rapat ini sering
kali terbukti sangat penting, sebagai data referensi pada waktu-waktu
mendatang.

3.3 APRESIASI TERHADAP INOVASI


Apresiasi dan inovasi merupakan upaya yang dilakukan olehkonsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan khasanahterhadap kerangka acuan kerja yang
telah diberikan. Sehingga diharapkan melalui apresiasi dan inovasi tersebut dapat
memberikan hasil akhirpekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaansesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam aanwidjzing. Kedudukan
apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat padagambar diagram
berikut ini :
Gambar 3.47 Kedudukan apresiasi dan inovasi

Apresiasi Inovasi Terhadap Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan Supervisi


dilaksanakan sejak dikeluarkannya SPMK, masa Konstruksi sampai dengan masa
pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Dalam
pelaksanaan tugas ini konsultan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan. Secara Umum
Sistematika pelaksanaan kegiatan Konsultan Pengawasan tersebut sudah dijelaskan dalam
kerangka acuan kerja akan tetapi didalam pelaksanaannya pihak penyedia jasa akan
melaksanakan kegiatan Pengawasan tersebut lebih terfokus dengan cara metode
pengendalian dan pengawasan yang kami sebut dengan "Total Quality Control"
pelaksanaan pekerjaan ini akan mengacu pada isi kontrak antara konsultan Pengawas dan
Pemberi Tugas dengan sedikit modifikasi pada strategi pelaksanaan pengendalian dan
pengawasan.
Secara garis besar, untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka
proses Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih, mencakup langkah-langkah
strategis yang di cantumkan pada bagan berikut :
1. Tahap Persiapan

Tahap Persiapan mencakup kegatan-kegiatan berupa :

 Pekerjaan Persiapan

 Rapat Pra-Konstruksi ( Pre-Construction Meeting/ PC M )

 Survey Lapangan

2. Tahap Konstruksi/ Pengawasan

Tahap Konstruksi mencakup kegiatan-kegiatan:

 Staking Out

 Rekayasa Lapangan

 Tinjau Ulang (Review) Desain

 Pengendalian mutu meliputi pengujian mutu material/bahan, Pengujian


mutu pekerjaan terlaksana, Penerimaan/penolakan bahan/pekerjaan

 Pengendalian Waktu Pelaksanaan yang dimaksud meliputi evaluasi rencana


schedule, evaluasi tahapan pelaksanaan, pemantauan kemajuan pekerjaan,
review jadwal dan tahapan

 Pelaksanaan Pekerjaan Pengendalian Kuantitas dan Biaya meliputi


perhitungan volume kemajuan pekerjaan, perhitungan volume material di
lapangan, penyusunan sertifikat pembayaran, pengendalian keselamatan
kerja, penyiapan change order, penyelesaian klaim dan perselisihan

3. Tahap Pasca Konstruksi/ Pengawasan

Tahap pasca konstruksi, mencakup kegiatan-kegiatan:

 Pemeriksaan Provisional Hand Over

 Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over.

Untuk menigkatkan kualitas pada hasil pekerjaan pengawasan ini sesuai dengan
KAK, PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT memberikan inovasi antara lain :
1. Pengambilan dokumentasi pekerjaan dengan menggunakan drone
2. Pengukuran Jarak (Digital Laser Measurement)
3. Penerapan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di lokasi
pekerjaan

3.4 DUKUNGAN DATA


Dukungan data yang disediakan oleh PPK yang dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh PENYEDIA jasa dapat berupa :
1. Laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta photografi (bila ada).
2. Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama
proyek berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara pelaksanaan, syarat-
syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan – keterangan lain yang
hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS menjadi syarat yang harus
dipenuhi oleh penyedia jasa atau rekanan sehingga dapat dimasukan ke dalam
Standar Dokumen Pengadaan (SDP). RKS penting untuk direview dan dipahami
oleh pihak penyedia demi kelancaran pelaksanaan proyek. Hal ini untuk
menghindari terjadi RKS tidak applicable terhadap kondisi aktual di lapangan.
Semua pihak wajib melakukan review dokumen RKS demi pelaksanaan proyek
yang baik dan lancar. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) berupa
instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut:
a. RKS berisi instruksi atau pedoman yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk
menyiapkan dokumen penawarannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. RKS berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak,
termasuk hak, kewajiban, dan risiko dimuat dalam syarat-syarat umum
kontrak. Oleh sebab itu, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama
untuk menghindari salah tafsir.
c. RKS berisikan mengenai data proyek dengan memuat ketentuan, informasi
tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada penyedia jasa sesuai dengan
kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.
3. Gambar – gambar pelaksanaan
Gambar yang dimaksud ialah Gambar Bestek perencanaan bangunan gedung yang
akan digunakan untuk pengecekan kesesuaian gambar dengan kenyataan yang ada
dilapangan. Pengawas Konsultan juga bertugas mengoreksi dan menyetujui
gambar Bestek yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek. Selain itu, Konsultan Pengawas dapat memilih dan
memberikan persetujuan mengenai spesifikasi, tipe dan merek yang diusulkan oleh
kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman
dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
4. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan Volume digunakan sebagai acuan pengawas apabila ada
pertimbangan desain ulang (review design).
5. Bar Chart dan Kurva S
Bar Chart adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk
menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengetahui
waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini, pengawas konsultan harus mengetahui alur pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat mengontrol pekerjaan dilapangan.
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan dalam
bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan pada
sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kurva S
digunakan sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek, dalam Kurva S dapat
dilihat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan proyek. Dengan adanya Kurva S,
prosentase progress pekerjaan yang sudah dicapai pada waktu tertentu sehingga
dapat diperkirangan pekerjaan kurang dan pekerjaan tambah yang bisa diterapkan
dilapangan. Selain itu, Kurva S dapat dijadikan pedoman dalam pengadaan
material, tenaga dan peralatan proyek sesuai dengan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan setiap tanggalnya.

Selain data perencanaan, dibutuhkan juga standar dan pengaturan teknis yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya menggunakan standar yang
berlaku, antara lain :
a) Undang undang No : 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b) Peraturan Pemerintah No:36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c) Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 beserta peraturan perubahan dan peraturan
teknisnya;
d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2OO6 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
e) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
31/PRT/M/2015 tentang perubahan ketiga atas peraturan menteri pekerjaan
umum nomor 07/PRT/M/2011 tentang standar dan pedoman pengadaan
pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
g) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 576 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), dan
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara;
h) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/003/I/2005
Tentang Pedoman Teknis Rencana Terinci Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir (Apron) pada Bandar Udara di
Indonesia;
i) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/78/VI/2005
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir Apron serta Fasilitas Penunjang di
Bandar Udara;
j) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/11/I/2001;
k) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/42/III/2010
TentangPetunjuk dan Tata cara peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139-03 Manajemen bahaya hewan liar di Bandar Udara dan sekitarnya (Advisory
Circular CASR 139-03, Wildlife Hazard Management on or in the vicinity of an
aerodrome);
l) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/301/V/2011
Tentang Petunjuk dan Tata cara Peraturan keselamatan penerbangan sipil Bagian
139-10 (Advisory Circular CASR Part 139-10), Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat Bandar Udara);
m) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010
Tentang Tata cara pemeriksaan keamanan penumpang, personil pesawat udara dan
barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan orang perseorangan.

3.5 URAIAN TUGAS


Konsultan Pengawas harus membuat uraian kegiatan secara terinci yang sesuai
dengan setiap bagian pekerjaan pengawasan pelaksanaan yang dihadapi di lapangan
yang secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
a. Menyusun Program Kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan pengawasan.
b. Memeriksa time schedule/bar chart, S-curve dan Network Planning yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk diteruskan kepada Pengelola
kegiatan.
2. Pekerjaan Teknis Pengawasan
a. Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi kegiatan konstruksi agar pelaksanaan teknis yang
dilakukan dapat secara terus menerus sampai dengan Serah Terima Akhir
(FHO).
b. Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas dari bahan atau
komponen konstruksi, peralatan atau perlengkapan selama pekerjaan
pelaksanaan di lapangan atau ditempat kerja lainnya.
c. Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat dan
cepat, agar batas waktu pelaksanaan minimal sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
d. Memberikan masukan atau pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan pekerjaan yangdapat mempengaruhi biaya dan waktu pekerjaan
serta berpengaruh pada ketentuan kontrak, untuk mendapatkan persetujuan
dari Pemberi Tugas.
e. Memberi petunjuk, perintah, sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta tidak menyimpang dari kontrak,
dapat langsung disampaikan kepada Kontraktor Pelaksana, dengan
pemberitahuan terltulis kepada Pemberi Tugas.
3. Konsultasi
a. Melakukan konsultasi kepada Pemberi Tugas untuk membahas segala masalah
dan persoalan yang timbul selama masa pembangunan.
b. Mengadakan rapat lapangan secara berkala dengan Pemberi Tugas, Perencana,
dan Kontraktor Pelaksana dengan tujuan untuk membicarakan masalah dan
persoalan yang timbul dalam pelaksanaan, kemudian membuat risalah dan
mengirimkan kepada semua pihak yang bersangkutan, serta sudah diterima
paling lambat 1 minggu kemudian.
4. Laporan
a. Memberi laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis teknologis
kepada Pemberi Tugas, mengenai volume, presentase dan nilai bobot bagian-
bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor pelaksana.
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan, dan dibandingkan
dengan jadwal yang telah disetujui.
c. Melaporkan bahan-bahan materialkonstruksi yang dipakai, tenaga kerja dan
alat yang digunakan.
d. Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuatoleh Kontraktor
Pelaksana terutama yang mengakibatkantambahan atau berkurangnya
pekerjaan, dan jugaperhitungan serta gambar konstruksi yang dibuat
olehKontraktor pelaksana (Shop Drawings).

3.6 PROGRAM KERJA


Program Kerja/Rencana kerja di susun oleh konsultan setelah memahami inti dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan lingkup yang diberikan. Rencana kerja ini sangat
diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi tim pelaksana pekerjaan untuk mengetahui
tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk mengkoordinasi setiap kegiatan, sehingga akan
dihasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien. Metodologi pelaksanaan kegiatan Konsultan
untuk layanan pengawasan teknik ini secara garis besar akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan

Tahap Persiapan mencakup kegatan-kegiatan berupa :

a. Pekerjaan Persiapan

b. Rapat Pra-Konstruksi ( Pre-Construction Meeting/ PC M )

c. Survey Lapangan

2. Tahap Konstruksi/ Pengawasan

Tahap Konstruksi mencakup kegiatan-kegiatan:

a. Staking Out

b. Rekayasa Lapangan

c. Tinjau Ulang (Review) Desain

d. Pengendalian mutu meliputi pengujian mutu material/bahan, Pengujian


mutu pekerjaan terlaksana, Penerimaan/penolakan bahan/pekerjaan

e. Pengendalian Waktu Pelaksanaan yang dimaksud meliputi evaluasi rencana


schedule, evaluasi tahapan pelaksanaan, pemantauan kemajuan pekerjaan,
review jadwal dan tahapan

f. Pelaksanaan Pekerjaan Pengendalian Kuantitas dan Biaya meliputi


perhitungan volume kemajuan pekerjaan, perhitungan volume material di
lapangan, penyusunan sertifikat pembayaran, pengendalian keselamatan kerja,
penyiapan change order, penyelesaian klaim dan perselisihan

3. Tahap Pasca Konstruksi/ Pengawasan

Tahap pasca konstruksi, mencakup kegiatan-kegiatan:

a. Pemeriksaan Provisional Hand Over


b. Penyusunan Sertifikat Provisional Hand Over.

Dengan mengacu kepada alur tahapan pelaksanaan dan rencana kerja Supervisi
Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih berikut ini disusun jadwal pelaksanaan pekerjaan,
jadwal penugasan personil, dan jadwal pemakaian peralatan. Jadwal tersebut disusun
juga berdasarkan jumlah waktu dan tenaga ahli yang tersedia, untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Dari uraian setiap pekerjaan (seperti tersebut dalam metodologi), maka dapat
disusun jadwal pelaksanaan sesuai waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan tersebut disusun dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan,
personil yang terlibat, dan hasil pekerjaan yang dicapai serta kemungkinan kendala di
lapangan.
Tim konsultan menyusun jadwal penugasan personil sesuai dengan tahapan
pekerjaan dan koordinasi tim. Jadwal penugasan tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran yang nyata kepada setiap personil yang terlibat dalam pekerjaan sehingga
dapat melaksanakan tugasnya secara efisien sesuai batasan waktu yang ada dan dapat
berkoordinasi untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Jadwal penugasan personil
dapat dilihat pada tabel berikut.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
SUPERVISI REVITALISASI UPPKB LUBUK SELASIH
TAHUN ANGGARAN 2022

BULAN KE-I BULAN KE-II BULAN KE-III BULAN KE-IV BULAN KE-V BULAN KE-VI BULAN KE-VII BULAN KE-VIII BULAN KE-IX BULAN KE-X
NO KEGIATAN KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A B C D
I TAHAP PERSIAPAN
1 Menyiapkan Master Schedule
2 Mobilisasi Personil
3 Persiapan Administrasi
4 Pre Construction Meeting
5 Survey Lapangan
6 Kajian Desain
II TAHAP PENGAWASAN
1 Persiapan Pelaksanaan
2 Pemantauan dan Pengawasan Fisik
3 Rapat Koordinasi Lapangan
4 Penyampaian Laporan Mingguan
5 Penyampaian Laporan Bulanan
6 Penyampaian Laporan Akhir
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih
Tabel 3.7 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

JADWAL PENUGASAN
POSISI
NO NAMA PERSONIL BULAN KE -
PENUGASAN
I II III IV V VI VII VIII IX X

Team Leader/ Ahli Moch. Yusuf Kurniawan, ST.


1
Sipil

2 Ahli Arsitektur Ir. Djamrud Mangestu Putro

Pengawas
3 Aji Pratama Putra, ST
Lapangan

Administrasi/
4 Catur Hari Wahono, SE
Operator Komputer

Keterangan : Masuk Penuh Waktu

Masuk Paruh Waktu


3.7 ORGANISASI
Dalam suatu pelaksanaan proyek, diperlukan struktur organisasi proyek yang
mampu berperan optimal agar dapat dicapai efiensi dan efektifitas penggunaan sumber
daya yang ada sehingga proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan hasil
yang sebaik-baiknya. Berkaitan pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih ini,
maka struktur organisasinya akan menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas
dengan penerima atau pelaksana pekerjaan (konsultan).
Dalam melakukan tugas, tim konsultan pengawas akan selalu mengadakan
hubungan kerja dengan pihak pemberi tugas. Untuk hal-hal yang berkaitan berkaitan
dengan aspek administrasi proyek, tim konsultan pengawas akan selalu berhubungan
dengan pejabat pembuat komitmen anggaran selaku pengendali proyek, sedangkan untuk
hal-hal yang berkaitan dengan aspek teknis pengawasan, tim konsultan pengawas akan
berhubungan dengan tim teknis yang telah ditunjuk dan disusun oleh pejabat pembuat
komitmen (PPK).
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka prinsip efisiensi dan efektifitas
merupakan perioritas utama dalam mekanisme kerja tim konsultan pengawas. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi pemborosan materi, tenaga, serta waktu. Penerapan
mekanisme kerja internal tim konsultan pengawas terutama antara tiap komponen dari
struktur organisasi kerja dilakukan secara terpadu, saling mengisi dan menunjang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut tim konsultan pengawas mengajukan usulan struktur
organisasi kerja yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
• Direktur
• Team leader
• Sub Tenaga ahli
Diharapkan dengan susunan usulan struktur organsasi tersebut pekerjaan Supervisi
Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih ini dapat lebih terarah sehingga hasil yang didapatkan
pun bisa lebih optimal dengan pola kerja yang efektif dan efisien. Berdasarkan struktur
organsasi yang sudah tersusun pada Gambar maka deskripsi kewenangan dan tugas dari
personil utama konsultan pengawas selanjutnya dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini
:
TENAGA AHLI
1. Direktur perusahaan
 Selaku penanggung jawab utama pelaksanaan pekerjaan Pekerjaan Supervisi
Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih.
 Bertanggung jawab atas penyelesaian masalah administrasi terhadap
pekerjaan Pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih.

2. Team Leader
Pendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas negeri atau swasta yang
telah diakreditasi, berpengalaman lebih dari 3 tahun sesuai dengan bidangnya,
diutamakan yang telah memiliki (SKA) Muda Ahli Teknik Bangunan Gedung (201),
dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung jawabnya adalah
sebagai berikut :
 Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
 Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, memberikan petunjuk-
petunjuk atas wewenang yang diberikan pelaksana kegiatan
 Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi pada
setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani).
 Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian mutu dan
volume pekerjaan.

3. Ahli Arsitektur
Pendidikan minimal S1 Teknik Arsitektur lulusan universitas negeri atau swasta
yang telah diakreditasi, berpengalaman minimal lebih dari 1 tahun sesuai dengan
bidangnya, diutamakan yang telah memiliki Sertifikasi Keahlian (SKA) Muda Ahli
Arsitek (101), dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut :
 Memberikan bantuan pengawasan kapada para KPA dan PPK
 Melakukan koordinasi dan komunakasi dengan penyelenggaraan program
Pembangunan Proyek pekerjaan pengawasan
 Bersama-sama kontraktor Membantu proyek menyiapkan soft drawing dan
as-buld drawing .
 Memantau peyampaian pelaporan pembangunan kepada team leader
 Melakukan konsolidasi laporan penanggung jawab kegiatan dan pengawas
bangunan dalam setiap bulannya.
 Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada penyelenggara kegiatan di lapangan ;
 Memberikan dukungan teknis, manajemen kepada pengawas bangunan.
 Melakukan dokumentasi foto-foto pelaksanaan.

4. Pengawas Lapangan
Pendidikan minimal S1 Teknik Sipil, lulusan universitas negeri atau swasta yang
telah diakreditasi, berpengalaman minimal lebih dari 2 tahun sesuai dengan
bidangnya, diutamakan yang telah memiliki sertifikat tenaga terampil (SKT)
Klasifikasi Arsitektur Sub Klasifikasi Pengawas Bangunan Gedung (TA 024) yang
masih berlaku, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut :
 Terus menerus mengawasi dan mencatat serta mengecek hasil pengukuran
dan dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.
 Menyiapkan pengawasan yang terus menerus di lapangan setiap harinya,
termasuk menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga dan bahan yang
digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan harian dan
dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.
 Setiap hari senantiasa meringkas semua kegiatan konstruksi, mencatat cuaca,
material yang dikirim kelapangan, perubahan dan kebutuhan tenaga kerja
peralatan dilapangan, jumlah pekerjaan yang telah selesai, dan pengukuran
lapangan, hal-hal khusus dan sebagainya, dengan formulir laporan yang
standar dan dikirim ke dan dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.

5. Administrasi/ Operator Komputer


Pendidikan Minimal SMK/SLTA, berpengalaman minimal lebih dari 3 tahun sesuai
dengan bidangnya, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung
jawabnya adalah mengerjakan pengetikan surat menyurat dan menyusun arsip
surat-surat baik masuk maupun keluar yang ditandatangani oleh Pengawas
Lapangan dan Ahli Sipil/Arsitektur membuat surat baik kepada pihak Penyedia
barang dan jasa maupun kepada pihak Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
Wilayah III Provinsi Sumatera Barat (staf teknis, PPK dan KPA).

Susunan organisasi Perusahaan dapat dilihat pada Bagan Organisasi Perusahaan


sebagaimana disajikan pada gambar berikut.
STURKTUR ORGANISASI
PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

DIREKTUR
MOCH. YUSUF K., ST.

ADMINISTRASI

PERENCANAAN PENGAWASAN

TENAGA AHLI ASISTEN TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI

SURVEYOR ESTIMATOR DRAFTER OPERATOR KOMPUTER PENGAWAS LAPANGAN


STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
SUPERVISI REVITALISASI UPPKB LUBUK SELASIH

DIREKTUR
Moch. Yusuf Kurniawan, ST.

TEAM LEADER
Moch. Yusuf Kurniawan, ST.
ADMINISTRASI
Catur Hari Wahono, SE

AHLI ARSITEKTUR PENGAWAS LAPANGAN


Ir. Djamrud Mangestu Putro Aji Pratama Putra, ST
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
SUPERVISI REVITALISASI UPPKB LUBUK SELASIH

SATKER

PEJABAT PEMBUAT
TIM TEKNIS
KOMITMEN

KONSULTAN
PENGAWAS

TEAM LEADER

TENAGA AHLI

DOKUMEN PENYUSUNAN

Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih


3.8 FASILITAS PENUNJANG
Pada Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih membutuhkan fasilitas
maupun peralatan penunjang untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Dalam
hal ini PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT menyediakan beberapa alat yang dapat
digunakan dalam proses pekerjaan ini. Alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.8 Data Peralatan Perusahaan PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
Jumlah Lokasi Status
No. Jenis Merk/Type Tahun Kondisi
(Unit) Sekarang Kepemilikan
1. Komputer Six Core, Eight
10 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Core
2. Laptop 2012,
Asus, Lenovo,
4 2016, Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Acer
2017
3. Printer 8 Canon 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
4. Scanner 3 Canon 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
5. Jilid Spiral 1 - 2018 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
6. Drone 1 - 2018 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
7. GPS 2013,
4 Garmin 2017, Baik Banyuwangi Milik Sendiri
2018
8. Theodolit 1 Nikon 2009 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
9. Waterpass 1 Topcon AT-B4 2014 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
10. Roll Meter 6 J – Tech, Jason 2017 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
11. Meteran Leica Distro
2 2017
Laser Meter
12. Helm 12 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
13. Rompi 12 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
14. Sepatu
20 - 2019 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Boot
15. Kamera Sony, Casio,
2010,
15 Canon, Baik Banyuwangi Milik Sendiri
2017
Nikon
16. Hardisk 4 - Baik Banyuwangi Milik Sendiri
17. Handy
3 Baofeng 2021 Baik Banyuwangi Milik Sendiri
Talky
Dalam proses pengawasan ini diperlukan kendaraan operasional untuk akomodasi
tenaga ahli maupun tenaga pendukung. Hal ini PT. CONCEPT DESIGN
ARCHITECT menyediakan kendaraan berupa kendaraan roda 4 maupun roda 2.
BAB IV
PENYAJIAN HASIL KERJA
BAB IV
PENYAJIAN HASIL KERJA

4.1 PENYAJIAN HASIL KERJA


Dalam pelaksanaan proyek konstruksi terdapat tiga aspek penting yang
menjadi indiaktor keberhasilan suatu proyek yaitu biaya, time schedule (waktu
pelaksanaan proyek yang ditetapkan), dan mutu. Jika biaya dan waktu pelaksanaan
proyek sesuai dengan perencanaan serta kualitas telah dipenuhi, maka proyek
tersebut dapat dikatakan berhasil dan sukses. Dan untuk dapat mencapai
keberhasilan proyek tersebut, maka salah satu faktor yang dapat menunjang adalah
dengan membuat suatu jadwal perencanaan yang betul-betul yang sesuai dengan
keinginan yang akan dicapai.
Dengan adanya jadwal perencanaan akan diperoleh gambaran yang jelas
mengenai urutan kegiatan proyek, hubungan ketergantungan antara kegiatan yang
satu dengan yang lain, mana saja yang merupakan kegiatan-kegiatan kritis,
kebutuhan sumber daya serta alokasinya untuk tiap-tiap kegiatan, dan alokasi waktu
pelaksanaan proyek. Jadwal perencanaan dengan kurva S juga mampu menganalisa
dan bisa dijadikan sebagai fungsi pengelolaan, apabila terjadi keterlambatan waktu
pelaksanaaan suatu kegiatan, bagaimana pengaruhnya terhadap jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, kurva S diperlukan sebagai pedoman
dalam melakukan aktifitas pembangunan agar dapat berjalan tepat waktu. Selain itu,
kurva S juga digunakan sebagai acuan dalam merencanakan biaya proyek. Di dalam
pengaplikasiannya, kurva S dapat berfungsi sebagai :
1. Pengarah penilaian atas progres pekerjaan secara keseluruhan.
2. Sebagai informasi untuk mengontrol pelaksanaan suatu proyek dengan cara
membandingkan deviasi antara kurva rencana dengan kurva realisai. Jika
terjadi deviasi, maka segera dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi.
3. Kurva S dapat berfungsi sebagai pengkoreksi jadwal yang telah dibuat.
4. Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan
kurva realisasi terhadap kurva rencana perubahan apakah pekerjaan lebih
cepat atau lebih lembat dari waktu yang sudah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.

Gambar 4.1 Kurva S (Pengelola Data, 2021)

Dengan adanya kurva S dapat diketahui progres yang telah dicapai. Setiap
progres dilaporkan dengan format yang telah ditentukan. Berikut adalah contoh
laporan yang dihasilkan dari progres pekerjaan:
Gambar 4.2 Laporan Progress Komulatif
(Pengelola Data, 2021)
Gambar 4.3 Laporan Kemajuan Mingguan
(Pengelola Data, 2021)

Gambar 4.4 Laporan Pengamatan Cuaca


(Pengelola Data, 2021)
Gambar 4.5 Laporan Jumlah Tenaga Kerja
(Pengelola Data, 2021)

Gambar 4.6 Laporan Pemasukan Bahan


(Pengelola Data, 2021)
Gambar 4.7 Laporan Pengguanaan Alat
(Pengelola Data, 2021)

4.2 PENYAJIAN SPESIFIKASI


Spesifikasi Teknik adalah bagian dari Dokumen Pelelangan yang berisi
ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan.
Persyaratan Teknis tersebut mencakup persyaratan teknis bahan baku, persyaratan
teknik bahan olahan, persyaratan teknis cara pelaksanaan pekerjaan termasuk
persyaratan teknis peralatan yang dipergunakan, dan persyaratan teknis produk
akhir yang harus dicapai. Dapat dikatakan bahwa Spesifikasi Teknik merupakan
standar mutu yang ingin dicapai dari hasil Pekerjaan yang dilelangkan. Spesifikasi
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengawasan ini meliputi
pekerjaan jalan dan bangunan gedung.

4.2.1 Spesifikasi Khusus Pekerjaan Jalan Aspal


Spesifikasi Jenis-Jenis Aspal dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B Campuran-campuran ini ditujukan untuk
jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya pada daerah dimana agregat kasar
sulit diperoleh. Pemilihan Kelas A atau B terutama tergantung pada tebal
nominal minimum. Campuran Latasir biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.
2. Lataston (HRS) Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis
Pondasi (HRS Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS Wearing Course)
dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm.
Lataston Lapis Pondasi (HRS Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar
lebih besar dari pada Lataston Lapis Permukaan (HRS Wearing Course).
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang
sampai memenuhi semua ketentuan harus dilaksanakan berdasarkan
spesifikasi teknis. Dua kunci utama dalam pekerjaan ini adalah :
a. Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi senjang, maka
hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah
hasil penggilingan mesin. Bilamana pasir (alam) halus tidak tersedia
untuk memperoleh gradasi senjang maka campuran Laston bisa
digunakan.
b. Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.
3. Laston (AC) Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Aus
(AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-
Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19
mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan
Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal
Multigrade disebut masing-masin

Aspal untuk bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir) dapat digunakan salah satu
dari aspal keras penetrasi 40 atau penetrasi 60, sesuai dengan persyaratan dalam
RSNI S-01-2003, aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan aspal batu buton
(Asbuton), atau aspal multigrade, yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 4.1,
Tabel 4.2, atau Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Persayaratan Aspal Polimer

Tabel 4.2 Persayaratan Aspal Dimodifikasi Dengan Asbuton

Tabel 4.3 Persayaratan Aspal Multigrate (Bahan Dasar Aspal Pen 60/70)
4.2.2 Bahan Pencampur
A. Agregat
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri atas pasir atau hasil
pengayakan batu pecah, dan terdiri atas bahan yang lolos ayakan 2,36 mm
(No. 8) sesuai dengan SNI 03-6819-2002;
b) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batuan induk agregat
halus harus mempunyai abrasi maksimum 40, diuji sesuai dengan SNI 03-
2417-1991;
c) Agregat halus untuk Latasir kelas A dan Latasir kelas B boleh dari kerikil
bersih yang dipecah.
Tabel 4.4. Persyaratan Pasir (Agregat Halus)

B. Bahan pengisi
Bila diperlukan bahan pengisi harus dari semen portland. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. Debu batu (stone dust) yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan, dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai dengan SNI 03-4142-1996 harus sesuai dengan
persyaratan bahan pengisi untuk campuran beraspal (SNI 03-6723-2002),
yaitu mengandung bahan yang lolos ayakan 0,279 mm (No. 50) minimum 95%
dan lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) minimum 70 % terhadap beratnya, serta
mempunyai sifat non plastis.

4.2.3 Syarat Pencampuran


1. Gradasi Campuran
Gradasi campuran Latasir harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 4.5 atau
Gambar 4.1.
Tabel 4.5 Persyaratan Gradasi Campuran

2. Sifat-sifat campuran Latasir


Campuran Latasir harus memenuhi sifat-sifat campuran, sesuai dengan
persyaratan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Persyaratan Sifat-Sifat Campuran Latasir Kelas A dan Kelas B

Gambar 4.8 Gradasi Latasir


4.2.4 Metoda Pekerjaan Latasir
Latasir atau aspal sand sheet adalah campuran antara pasir dan aspal yang
dicampur dan dipanaskan secara bersamaan di lapangan menggunakan peralatan
sederhana. Pencampuran dan pemanasan dilakukan pada sebuah wadah lembaran
tipis yang terbuat dari besi yang diletakkan di atas drum minyak yang telah kosong.
Di bawah plat tempat pengadukan dilakukan pemanasan dengan menggunakan
kayu bakar. Komposisi yang tepat dari campuran akan menghasilkan suatu
campuran yang mempunyai kualitas bagus, dan juga untuk memperoleh hasil yang
baik harus dilakukan pemanasan setiap material secara terpisah sebelum dilakukan
pencampuran. Hal yang paling penting lainnya adalah suhu pemanasan yang harus
dikontrol secara cermat untuk memastikan kualitas campuran. Hal – hal penting
dalam pekerjaan ini adalah Pencapuran Aspal dilapangan dan Penyemprotan Prime
Coat pada permukaan lapisan perkerasan sebelumnya.
1. Penyeprotan Prime Coat Pada Permukaan Lapisan Base Jalan
Sebelum pelaksanaan pengaspalan (latasir) base course jalan harus di prime
terlebih dahulu agar adanya adhesi yang bagus antara lapisan pengaspalan
dengan base course. Material untuk prime coat adalah aspal yang dipanaskan
dan dicampur dengan minyak tanah dengan komposisi 35-40 %. Campuran
untuk prime coat tersebut harus disemprotkan seara hati-hati dan dikontrol
jumlah/kadar penyemprotannya. Setelah penyemprotan, jalan harus ditutup
untuk lalu lintas yang akan melalui jalan tersebut agar prime coat tersebut
dapat kering dan berfungsi dengan baik.
2. Penghamparan Campuran Latasir
Ketika lapisan prime coat telah kering dan latasir selesai dicampur tiba
saatnya untuk dilaksanakan penghamparan. Campuran latasir harus ditutup
dengan kanvas selama pengangkutan ke tempat lokasi penghamparan untuk
menjaga kualitas campuran tetap baik, tidak kehilangan suhu dan mencegah
terkontaminasi dengan material lain. Hal penting lainnya adalah
menggunakan wadah pengangkut yang mempunyai kondisi bagus untuk
meminimalkan campuran latasir yang tumpah. Penghamparan harus dimulai
dari titik terjauh dari tempat pencampuran aspal. Mal pembatas yang terbuat
dari kayu sangat berguna digunakan untuk menjaga agar ketika
penghamparan campuran menutupi daerah yang tepat dan mempunyai
ketebalan yang sama, dan harus dipasang pada sisi tepi bagian pengaspalan
dan di As jalan. Penghamparan harus dilaksanakan per setengah bagian
lintasan jalan untuk setiap penghamparannya. Untuk mendapatkan hasil
akhir yang mempuai kualitas yang baik penghamparan campuran latasir
harus dikontrol dengan baik.
3. Pemadatan Latasir
Pemadatan harus dilaksanakan secepatnya setelah penghamparan, dan untuk
hasil yang bagus dilakukan pemadatan dengan menggunakan mesin
penggilas pneumatic double steel drum roller 6-8 ton. Pastika jumlah lintasan
pemadatan mencukupi dan jaga agar lapisan permukaan aspal tetap basah
dengan air selama pemadatan dilakukan. Setelah dilaksanakan pemadatan
permukaan latasir akan meninggalkan bekas-bekas jejak pemadatan, jalan
harus ditutup terlebih dahulu dari lalu lintas berat antara 1-2 jam untuk
mencegah terjadinya pembebanan berlebih.

4.2.3 Spesifikasi Khusus Pekerjaan Jalan Beton


Perkerasan jalan beton terdiri dari plat beton semen (slab) yang
bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton
menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau
dengan lapisan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka plat beton tersebut dianggap
sebagai lapis pondasi (base course), dan di atasnya dapat dilapisi dengan aspal beton
(hot mix asphalt) sebagai lapis permukaan (surface course), sedangkan di bawahnya
terdapat lapis pondasi bawah (subbase course) yang terdiri dari lapisan lean concrete
atau agregat.
Gambar 4.9 Struktur Perkerasan Jalan Beton

Lapis pondasi bawah dalam struktur perkerasan jalan beton tidak selalu
dipasang, tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dan pada umumnya didesain
untuk tidak ikut menahan beban (non struktural). Toleransi dimensi untuk
perkerasan jalan beton harus dimonitor dengan pengukuran ketinggian (levelling)
dan penggunaan “Crown Template dan Straight Edge” berukuran panjang 3 meter.
Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat beton harus dilakukan
dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros.
Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen:
1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain Concrete Pavement /JPCP);
2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced
Concrete Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement /PCP).
Gambar 4.10 Jenis – Jenis Perkerasan Beton Semen

4.2.5 Penetapan Bahan Pokok Beton


4.2.5.1 Air
Air yang dipergunakan untuk beton harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-
2002 (AASHTO T26). Jika dapat diminum, maka air te rsebut dapat dipakai untuk
pembuatan perkerasan jalan beton tanpa melalui pengujian laboratorium.

4.2.5.2 Semen
Semen yang digunakan memenuhi SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85) kecuali
jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas,
bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan. Hanya satu merk semen portland yang dapat
digunakan di dalam proyek. Admixture (Bahan Tambah/Aditiv) tidak boleh
digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

4.2.5.3 Agregat
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton.
4.2.5.4 Penetapan Baja Tulangan
Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Struktur Beton dan detailnya tertera pada Gambar Rencana. Tulangan baja harus
sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 35, AASHTO M 221 dan AASHTO M
31.

4.2.6 Penetapan Perancangan Campuran Beton


4.2.6.1 Proporsi Bahan Campuran Beton
Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari
jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu
tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan disain campurannya
(mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan.
Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Struktur
Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi
agregat halus harus dibuat minimum. Setiap perubahan terhadap perbandingan itu
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

4.2.6.2 Kekuatan Beton


Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2
pada umur 28 hari, bila diuji sesuai dengan SNI 03-4431-1997. Kuat lentur beton
minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural strength)
minimum pada umur 28 hari.

4.2.6.3 Kemudahan Pengerjaan (Nilai Slump)


Slump sebagaimana diukur dengan cara pengujian SNI 03-1972-1990 untuk
acuan tetap (fixed form) harus antara 40 mm sampai 60 mm dan untuk acuan gelincir
(slip form) harus antara 20 mm sampai 40 mm.

4.2.7 Pembersihan Jalan


Pelaksana akan memelihara kebersihan halaman tempat pekerjaan baik
berupa sampah-sampah, gundukan tanah maupun bahan-bahan yang sudah tidak
terpakai lagi dan lain sebagainya. Pembersihan dan kebersihan halaman setelah
proyek selesai sampai dengan penyerahan kedua, menjadi beban dan tanggung
jawab Pelaksana.

4.2.8 Standar Pelaksanaan Bangunan Gedung


Apabila tidak ditentukan lain dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan
mengikat ketentuanketentuan yang tersebut di bawah ini dan dianggap Kontraktor
telah mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini, yaitu :
1. Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia ( PBBI )
2. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB – NI .3 )
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI –71 ) dan atau SNI Beton untuk
Bangunan Gedung 1992 ( SKSNI T-15-1991-02 ).
4. Peraturan Perencanaan Perhitungan beton (SNI T-15-1991-03).
5. Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-15-1990-03).
6. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
7. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
8. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
9. Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
10. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
11. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
12. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).
13. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
14. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A).
15. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
16. ASTM C144 untuk aggregate, C150 untuk portlan cement
17. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah
setempat, yang berhubungan dengan permasalahan bangunan.

4.2.4 Gambar-Gambar Dokumen


Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar
yang ada, maupun perbedaan yang terjadi akibat keadaan di tapak, Kontraktor
diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada perencanan atau konsultan Pengawas
secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan di tapak setelah
dilakukan pembahasan antara perencana dengan Pemberi Tugas dan atau direksi
teknis. Semua ukuran yang tertera digambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai terpasang.
Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan
pengawas. Bila hal tersebut terjadi, segala akibat akan menjadi tanggung jawab
kontraktor. Kontarktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing
dua salinan, segala gambar, spesifikasi teknis, gambar-gambar pelaksanaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi setiap
saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen-
dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

4.2.9 Persyaratan Bahan-Bahan Bangunan


1. Air
Air yang di pergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis atau lainnya yang dapat merusak beton. Air
yang di pergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut, sesuai
dengan PBI –1971 ( bab 3 ayat 4 ) serta PUBI-9 standard untuk air agregat.
2. Tanah timbun / Tanah Urug
Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari tanah
humus maupun akar kayu serta rumput, bebas sampah dan bebas dari bahan-
bahan organis.
3. Pasir / Agregat Halus
Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari desintegrasi
alami batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui.
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering) yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan
0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus
dicuci.
4. Kerikil / Agregat kasar
Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat besar
butir lebih dari 5 mm. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori. Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat agregat seluruhnya. Butir-butir Agregat kasar harus bersifat, kekal
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ( ditentukan
terhadap berat kering yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0.063 mm). Apabila kadar lumpur melampaui 1 %,
maka aregat kasar harus dicuci. Agregat kasar tidak boleh mengadung zat-zat
yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali. Besar butir
agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau bekas-bekas
tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila menurut
penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa
sehingga menjamin tidak terjadinya sarangsarang kerikil.
5. Semen
Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi ( Semen Type I ),
berat dan volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada zak
semen. Pada umumnya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam
NI.8. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih
dari 2,5 %.
6. Baja Tulangan
Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari
kotoran-kotoran, lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan. Diameter baja
tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang ditentukan
dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail. Jika ternyata dalam
pemeriksaan pengawas, diameter hasil dimaksudkan tidak sesuai dengan
diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas. Penyimpangan penggunaan
baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dinyatakan tidak dapat
di terima. Mutu baja tulangan menggunakan fy 3900 untuk Ø > 13 mm dan fy
2400 untuk Ø < 13 mm.
7. Bahan-bahan lain
Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum di sebutkan
disini akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai
harus di tunjukan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk diperiksa guna
mendapatkan izin pemakaiannya. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak
di tunjukkan kepada Pengawas atau ditolak oleh Pengawas, tidak dibenarkan
pemakainnya dan harus dibawa keluar lokasi segera mungkin. Pemakaian
bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus dibongkar dan
kerugian yang ditimbulkannya sepebuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai di
pasaran dengan ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan
terhentinya/tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

4.2.10 Penyimpanan Bahan-Bahan


1. Semen
Semen harus ditempatkan / disimpan dalam gudang tertutup, di tempat yang
kering tidak menjadi lembab, tidak mudah rusak dan tidak mudah bercampur
dengan bahan-bahan lain. Semen yang sudah tersimpan lama diragukan
mutunya, maka sebelum dipakai harus diperiksa dahulu kepada pengawas.
2. Agregat
Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah.
Jika tempat dasar selalu basah pada musim hujan , maka sebaiknya
penempatannya harus didasari alas tepas/papan.
3. Baja tulangan
Baja tulangan tidak boleh disimpan /ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi
di beri alas/ganjal berupa balok-balok. Penimbunan di tempat terbuka dalam
waktu lama harus di hindarkan.
4. Bahan-bahan lain
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan
cuaca sebaiknya ditempatkan di gudang penyimpanan.

4.2.11 Pekerjaan Persiapan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus mempersiapkan jalur
jalan ke lokasi proyekuntuk mempermudah pemasukan bahan bangunan ke
lokasi proyek.
2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor harus terlebih
dahulu merundingkan pembagian halaman kerja untuk tempat mendirikan
kantor, gudang, dan los kerja,tempat penimbunan bahan-bahan dan lain
sebagainya.
3. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka Kontraktor harus
menyediakan kantor dengan perlengkapannya, gudang tempat penyimpanan
bahan-bahan dan alat-alat bekerja serta los kerja tempat mengerjakan bahan-
bahan.
4. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai
100 % dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari Pengawas.
5. Pembersihan tapak proyek
• Lapangan harus terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, semak, akar-
akar pohon dll.
• Segala macam sampah dan barang bongkaran harus dikeluarkan dari
tapak proyek, dan tidak dibenarkan ditimbun di luar pagar proyek
walaupun untuk sementara
6. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas
dari debu, lumpur, minyak dan bahan kiamia lainnya yang merusak.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari
sambungan PLN setempat selama masa pelaksanaan, atau menggunakan
diesel .
c. Segala biaya atas pemakaiandaya listrik dan air adalah beban kontraktor.
7. Penyediaan alat pemadam kebakaran
a. Selama pembangunan berlangsung kontraktor harus menyediakan alat
pemadam kebakaran
b. Apabila pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam
kebakaran menjadi milik pemberi tugas.
8. Drainase tapak
a. Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada.
b. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan konsultanpengawas.
9. Pagar pengaman proyek
a. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaan, maka terlebih
dahulu harus memberi pagar pengaman sekeliling lokasi.
b. Syarat pagar pengaman:
• Pagar dari seng gelombang BJLS 20 tinggi 180 cm
• Tiang dolken miminum diameter 8 cm, rangka kayu 4 x 6 cm,
dengan pemasangan 4 jalur menurut tinggi pagar
• Pagar dilengkapi pinti masuk dari bahan yang sama.
10. Kantor direksi lapangan
a. Kantor direksi lapangan harus disediakan oleh kontarktor, terbuat dari
rangka kayu, dinding papan multiplek di cat, cukup pencahayan dan
penghawaan. Kantor direksi dekat dengan kantor kontraktor tetapi
terpisah tegas.
b. Perlengkapan kantor direksi :
• 1 buah meja rapat ukuran 1,2 m x 1,8 m, dengan 10 kursi lipat
• 1 buah meja tulis
• 2 buah AC ukuran 1 pk
• 1 buah lemari ukuran 1,5 x 2 x 0,5 m, dapat dikunci
• 1 buah rak untuk contoh material
• 1 set komputer lengakap dengan printer ukuran A3
b. Dilengkapi dengan ruang WC dengan air bersih secukupnya
c. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di proyek adalah :
• 1 buah kamera digital
• 1 buah alat ukur theodolit dan 1 buah WP
• Topi proyek minimal 10

4.2.12 Pekerjaan Campuran


1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut "adukan" atau
"mortar" merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran
ditentukan dengan ukuran isi, seperti sebagai berikut :
a. Adukan 1:2 untuk adukan pas. dinding 1/2 batu/kedap air. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.
b. Adukan 1:3 untuk pondasi lajur/Afwerking beton. Berarti menggunakan
1 zak semen : 3 zak pasir.
c. Adukan 1:4 untuk pas. dinding 1/2 batu/adukan biasa. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.
2. Pekerjaan campuran semen , pasir, kerikil dan air yang disebut "beton" jumlah
semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, BI dan K-
125 K-175 dan K 225 ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu K-125 dan mutu yang
lebih tinggi ditentukan dengan ukuran berat atau direncanakan, seperti
sebagai berikut:
a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5. Berarti menggunakan 1 zak
semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.
b. Untuk beton mutu BI dan K-125 dengan beton 1 : 2 : 3. Berarti
menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir : 3 zak kerikil.
c. Untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi dipakai
perbandingan ukuran berat.
3. Pengadukan mutu adukan mutu K-175 dan beton mutu B0 sedapatnya diaduk
dengan mesin pengaduk, sedangkan untuk beton mutu BI hingga mutu yang
lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.
4. Mutu beton pada poer, sloof, balok, kolom dan pelat menggunakan beton
ready mix/beton aduk ditempat dengan memakai molen/concrete mixer
dengan mutu beton adalah beton K250 (PBI 71) atau beton dengan fc : 20,75
Mpa (SNI 1992).
5. Standard :
a. NI-3, Standard untuk pasir.
b. NI-8 Standard untuk PC.
c. NI-10 Standard untuk pasangan bata.
d. PUBI standard untuk air agregat.
6. Bahan/produk
a. Portland Cement : ASTM C150 tipe I merk : semen padang, tiga roda,
atau cibinong.
b. Agregat : Standard type pasangan, memenuhi ASTM C144, bersih,
kering dan terlindung dariminyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak dan alkali.
7. Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan
dinyatakan ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar
dan kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

4.3 PENYAJIAN LAPORAN – LAPORAN


Pada saat Pelaksanaan Konsultan Pengawas harus mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mendukung kelancaran tugas dan tanggung jawabnya yang
menyangkut kualitas, kuantitas, dana, waktu dan kebenaran administrasi, yang
harus dipersiapkan, berupa format:
1. Menyusun organisasi kerja pelaksanaan Pengawasan dan rencana kerja
Pengawasan dengan:
• Memahami dan mempelajari ruang lingkup tugas Supervisi/
Pengawasan. Menyiapkan kontrak beserta kelengkapannya untuk siap
ditanda tangani dan disahkan.
• Menyiapkan Tenaga Kerja SDM
• Jadwal dan frekuensi tim Pengawasan setempat
• Membuat daftar kegiatan khusus untuk kegiatan yang kritis
2. Menetapkan struktur organisasi kerja konsultan pengawas. Pada tahap ini
konsultan pengawas harus sudah mengajukan struktur organisasi kerja dan
pelaksanaan termasuk nama – nama personilnya.
3. Menetapkan dan mengesahkan jadwal induk pelaksanaan / rencana.
Jadwal induk pelaksanaan tersebut dituangkan dalam Time Schedule yang
terdiri dari bar chart dan S – curve.
4. Laporan Mingguan
Berupa laporan singkat, dibuat dengan menggunakan bentuk standar sesuai
yang dikeluarkan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III
Provinsi Sumatera Barat, menunjukkan kemajuan fisik tiap hari dari tiap
paket. Isi statistik yang utama dari laporan mingguan harus disampaikan ke
Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera
Barat dalam waktu akhir Minggu sebanyak 5 (lima) Set.
5. Laporan Bulanan
Berupa laporan singkat, dibuat dengan menggunakan bentuk standar sesuai
yang dikeluarkan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III
Provinsi Sumatera Barat, menunjukkan kemajuan fisik dan keuangan dari tiap
paket. Isi statistik yang utama dari laporan bulanan harus disampaikan ke
Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera
Barat, dalam waktu 5 (lima) hari dihitung akhir bulan sebanyak 5 (lima) Set.
6. Laporan Akhir
Pada saat berakhirnya kegiatan atau setelah Take Over (TO), konsultan harus
menyerahkan Laporan Akhir yang berisi ringkasan konstruksi yang telah
dilaksanakan, rekomendasi untuk pemeliharaan yang akan datang, segala
permasalahan yang teknis muncul selama pelaksanaan, persoalan yang
mungkin akan timbul bila ada, dan berbagai macam perbaikan yang
diperlukan dimasa datang oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
Wilayah III Provinsi Sumatera Barat bagi kegiatan-kegiatan sejenis sebanyak 5
(lima) Set.
BAB V
GAGASAN BARU
BAB V
GAGASAN BARU

5.1. UMUM
Gagasan baru merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan inovasi baru terhadap keluaran pekerjaan
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Sehingga diharapkan melalui
gagasan tersebut dapat memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan
tetap mengacu pada lingkup pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan
dalam aanwidjzing.

5.2 INOVASI TERHADAP PEKERJAAN PENGAWASASAN


Dalam pandangan konsultan PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT untuk
melaksanakan suatu pekerjaan diperlukan inovasi-inovasi yang fokus pada
peningkatan produk pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Sebagaimana biasanya pelaksanaan suatu pekerjaan yang menyangkut data
pekerjaan sebagai dasar dari suatu pengawasan teknis jalan, maka
pengambilan data diupayakan seakurat mungkin dan menggunakan alat yang
mendukung, yakni dengan melakukan pengukuran sedetail-detailnya dan
diupayakan dengan ketelitian yang lebih dari apa yang ada dalam ketentuan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) seperti menggunakan Drone untuk
pengambilan dokumentasi 0%, 25%, 50%, 70%, sampai dengan 100%.
Dokumentasi yang didapatkan dari pengambilan drone dapat dijadikan
Executive Sumary (Album Foto Pelaksanaan) yang berisi gambaran singkat
proyek dan foto pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 5.1 Drone

2. Pengukuran Jarak (Digital Laser Measurement)


Alat pengukur jarak sudah berkembang sedemikian canggih sehingga tidak
perlu lagi menggunakan rol meter yang mempunyai kelemahan dalam hal
ketelitian dan waktu pelaksanaan serta tenaga pelaksana. Konsultan akan
menggunakan alat digital untuk pelaksanaan pengukuran baik jarak maupun
dimensi bangunan yang akan ditangani.

Gambar 5.4 Digital Laser Measurement


3. Penerapan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di
lokasi pekerjaan untuk menjamin dan melindungi keselamatan, kesehatan dan
keamanan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Adapun tujuan penerapan K3 di lokasi pekerjaan antara
lain :
• Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yang terencana, terukur dan
terintegrasi;
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh;
• Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di
perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki banyak
fungsi, baik bagi perusahaan maupun karyawan, yaitu:
• Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
• Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
• Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja
di lingkungan kerja.
• Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan, dan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;
• Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan program
pengendalian bahaya.
• Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan
tindakan darurat lainnya.

Klasifikasi Kecelakaan Kerja


1. Menurut Jenis Kecelakaan
- Terjatuh
- Tertimpa benda jatuh
- Tertumbuk atau terkena benda
- Terjepit oleh benda
- Gerakan yang melebihi kemampuan pengaruh suhu tinggi
- Terkena sengatan arus listrik tersambar petir
- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya, dan lain-lain
2. Menurut Sumber atau Penyebab Kecelakaan
- Dari mesin
- Alat angkat dan alat angkut
- Bahan atau zat berbahaya dan radiasi
- Lingkungan kerja
3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan : Patah tu1ang, memar, gegar otak, Iuka
bakar, keracunan mendadak, akibat cuaca, dsb.

Prosedur K3 Sederhana
Berikut prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) yang
dapat dilakukan di lokasi pekerjaan :
1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.
2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD)
dan penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat
yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan
kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3
dan pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan
dalam bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme
kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.

Selain pekerja, pengawas K3 pun harus mengikuti prosedur yang ditetapkan


untuknya setelah para pekerja memulai pekerjaannya, yaitu ;
- Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah pekerja melakukan
pekerjaan sesuai prosedur K3 atau tidak;
- Melakukan patroli keamanan untuk memastikan keamanan pekerja dan
melakukan penertiban sesuai peraturan perusahaan;
- Melakukan pendataan kejadian di lapangan, termasuk mencatat apakah ada
kecelakaan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung atau tidak.

Peralatan Perlindungan Diri


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa
terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang
bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh
seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak
yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective
Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Rompi
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Megingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor.

Gambar 5.2 Rompi


2. Safety shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

Gambar 5.3 Safety Shoes

3. Kacamata Safety
Kacarnata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpihan besi yang beterbangan. Mengingat partikel – partikel debu
berukuran sangat kecil yang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya maka
perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.

Gambar 5.4 Kacamata safety


4. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Gambar 5.5 Kacamata safety

5. Helm Safety
Helm Safety berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.

Gambar 5.6 Helm Safety

6. Sabuk Pengaman / Body Harnes


Body Harnes berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada
di atas ketinggian. Dengan menggunakan Body Harnes pekerja dapat
terlindungi ketika bekerja di lokasi ketinggian.

Gambar 5.7 Body Harnes


7. Penutup Telinga (Ear Plug)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
Dengan menggunakan penutup telinga pekerja dapat terlindungi.

Gambar 5.8 Penutup Telinga (Ear Plug)

8. Masker
Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan pekerja dari debu –
debu halus. Dengan menggunakan masker pekerja dapat terhindar dari
gangguan pernafasan yang diakibatkan dari debu.

Gambar 5.9 Masker


SURAT PERNYATAAN
MANAJEMEN TIDAK DALAM PENGAWASAN PENGADILAN, TIDAK
BANGKRUT/PAILIT, TIDAK SEDANG DIHENTIKAN KEGIATAN USAHA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : concept_designmuda@yahoo.com/concept.designmuda@gmail.com

Bersama ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa perusahaan kami sejak berdiri hingga
saat ini selalu memiliki managemen tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan
tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya baik dilingkungan Instansi
Pemerintah/Swasta/BUMN dan BUMD diwilayah hukum Negara Republik Indonesia.

Surat pernyataan ini dibuat untuk Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan kami sanggup dituntut dimuka
Pengadilan apabila semua keterangan yang diberikan ternyata tidak benar.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 13 Desember 2021


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.


Direktur
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MASUK DALAM DAFTAR HITAM

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : concept_designmuda@yahoo.com/concept.designmuda@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 13 Desember 2021


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.


Direktur
SURAT PERNYATAAN
Kesanggupan Menanggung Segala Resiko

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT
dan atas nama
Alamat : Jl. Merpati No. 18 Genteng - Banyuwangi
Telepon/Fax : 0333-844332/ 0333-844332
E-mail : concept_designmuda@yahoo.com/concept.designmuda@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili, sanggup dan bersedia menanggung segala resiko yang ditimbulkan
terhadap kesalahan dokumen pengawasan (Gambar, RAB dan Struktur) terhadap
ketidaksesuaian dilapangan.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banyuwangi, 13 Desember 2021


PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT

MOCH. YUSUF KURNIAWAN, ST.


Direktur

Anda mungkin juga menyukai