1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin di capai untuk Pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih adalah membantu Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi
Sumatera Barat dalam pelaksanaan pengawasan konstruksi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih agar dalam pelaksanaannya memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen kontrak baik itu Spesifikasi (RKS), Gambar Rencana maupun HPS.
2. Laporan Bulanan
Berupa laporan singkat, dibuat dengan menggunakan bentuk standar sesuai yang
dikeluarkan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi
Sumatera Barat, menunjukkan kemajuan fisik dan keuangan dari tiap paket. Isi
statistik yang utama dari laporan bulanan harus disampaikan ke Balai Pengelola
Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat, dalam waktu 5
(lima) hari
dihitung akhir bulan sebanyak 5 (lima) Set.
3. Laporan Akhir
Pada saat berakhirnya kegiatan atau setelah Take Over (TO), konsultan harus
menyerahkan Laporan Akhir yang berisi ringkasan konstruksi yang telah
dilaksanakan, rekomendasi untuk pemeliharaan yang akan datang, segala
permasalahan yang teknis muncul selama pelaksanaan, persoalan yang mungkin
akan timbul bila ada, dan berbagai macam perbaikan yang diperlukan dimasa datang
oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat
bagi kegiatan-kegiatan sejenis sebanyak 5 (lima) Set.
1.12 AZAZ-AZAS
Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Pengawas hendaknya memperhatikan
azas-azas bangunan gedung Negara sebagai berikut:
1. Azas tercapainya tujuan, ditujukan Ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau
deviasi perencanaan.
2. Azas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.
3. Azas tanggung jawab, azas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.
4. Azas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah
pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu
sekarang maupun di masa yang akan datang.
5. Azas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
6. Azas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7. Azas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan
sesuaidengan struktur organisasi dankewenangan masing-masing.
8. Azas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan standar
yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.
9. Azas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif danefisien
memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktoryang
strategis.
10. Azas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan
kegagalan pelaksanaan perencanaan.
11. Azas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar
sistimyang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
12. Azas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran
untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasidan
pelaksanaan.
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA
2.1. UMUM
Dalam rangka pengadaan jasa pada pekerjaan Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk
Selasih, Konsultan PT. CONCEPT DESIGN ARCITECT sebagai salah satu penyedia jasa
peserta pemilihan telah mendapatkan Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan 02
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini
akan dijadikan acuan pelaksanaan pekerjaan Konsultan yang secara garis besar memuat
penjelasan umum pekerjaan, data-data penunjang, ruang lingkup pekerjaan serta keluaran-
keluaran yang diharapkan. Meskipun hanya dalam bentuk penjelasan pekerjaan secara garis
besar, KAK ini telah dibuat dengan cukup jelas dan dapat dipahami sehingga Konsultan
telah mendapatkan gambaran secara umun mengenai pekerjaan. Dalam KAK ini, telah
dijelaskan maksud dan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai terkait pelaksanaan pekerjaan
yang dimaksud.
Pemahaman terhadap KAK adalah sebuah langkah awal bagi Kosultan untuk dapat
menangkap maksud dan tujuan serta mewujudkan sasaran yang ingin dicapai Pengguna
Jasa melalui suatu layanan Penyedia Jasa Konsultansi. Untuk itu, Konsultan telah
mempelajari secara menyeluruh terhadap pokok-pokok uraian dalam KAK ini sehingga
mendapatkan pemahaman yang jelas dan lengkap agar dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan yang diharapkan.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar
ikatan perjanjian antar Pengguna Jasa dan calon Penyedia Jasa pemenang seleksi. KAK akan
menjadi bagian dalam dokumen kontrak yang mengikat dan tidak terpisahkan. Untuk itu,
KAK harus dikaji secara mendalam terkait isi dan subtansi yang dikandung didalamnya.
Adapun pokok-pokok penjelasan dalam KAK yang menjadi fokus perhatian Konsultan
adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan uraian kegitan yang akan dilaksanakan meliputi : latar belakang, maksud
dan tujuan, lokasi kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, keluaran yang diinginkan,
sumber pendanaan, jumlah tenaga ahli yang diperlukan, dan halhal lainnya.
2. Penjelasan jenis, isi, dan jumlah keluaran yang harus dihasilkan.
3. Penjelasan waktu pelaksanaan yang diperlukan, termasuk kapan jadwal pelaporan
pekerjaan tersebut harus diserahkan.
4. Penjelasan persyaratan Penyedia Jasa dan kualifikasi tenaga ahli serta jumlah
personil inti agar tidak mengarah kepada individu tertentu kecuali untuk pekerjaan
yang bersifat rahasia.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dibuat dengan bahasa dan kalimat yang jelas dan
konsisten sehingga secara subtansi dapat memberikan penjelasan yang tepat sehingga dapat
meminimalkan perbedaan penafsiran dari para peserta pemilihan. Berdasarkan pemahaman
Konsultan terhadap KAK, dalam dokumen teknis ini akan disampaikan tanggapan dan
saran Konsultan dalam rangka meningkatkan kinerja untuk menghasilkan hasil pekerjaan
yang optimal.
2.1.3. Sasaran
Konsultan Pengawas akan bersungguh-sungguh bekerja secara profesional untuk
memenuhi apa yang menjadi sasaran pekerjaan. Dalam Kerangka Acuan kerja disebutkan
sasaran dalam pekerjaan ini adalah membantu Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
Wilayah III Provinsi Sumatera Barat dalam pelaksanaan pengawasan konstruksi Revitalisasi
UPPKB Lubuk Selasih agar dalam pelaksanaannya memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen kontrak baik itu Spesifikasi (RKS), Gambar Rencana maupun
HPS.
2.1.4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi kegiatan pengawasan sudah disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang terletak di UPPKB Lubuk Selasih Kabupaten Solok.
2.1.11. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Pengawas terhadap pelaksanaan Pekerjaan
02 Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) adalah kualitas pekerjaan yang baik sesuai dengan spesifikasi teknik, tepat waktu dan
dana yang berupa :
Laporan Mingguan
Laporan Bulanan
Laporan Akhir
2.1.12. Laporan
Laporan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini sudah menjelaskan mengenai jenis
laporan, format laporan maupun waktu penyerahan laporan secara rinci. Dalam hal ini
Konsultan Pengawas akan memberikan laporan sesuai dengan ketentuan pemberi jasa.
2.3. SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
2.2.1. Referensi Hukum
Referensi Hukum yang perlu ditambahkan pada Kerangka Acuan Kerja yang
digunakan sebagai acuan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut :
a) Undang undang No : 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b) Peraturan Pemerintah No:36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c) Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 beserta peraturan perubahan dan peraturan
teknisnya;
d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2OO6 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
e) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
31/PRT/M/2015 tentang perubahan ketiga atas peraturan menteri pekerjaan umum
nomor 07/PRT/M/2011 tentang standar dan pedoman pengadaan pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultansi;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
g) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 576 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), dan
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara;
h) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/003/I/2005
Tentang Pedoman Teknis Rencana Terinci Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir (Apron) pada Bandar Udara di
Indonesia;
i) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/78/VI/2005 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Konstruksi Landas Pacu (Runway), Landas
Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir Apron serta Fasilitas Penunjang di Bandar
Udara;
j) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/11/I/2001;
k) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/42/III/2010
TentangPetunjuk dan Tata cara peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139-03 Manajemen bahaya hewan liar di Bandar Udara dan sekitarnya (Advisory
Circular CASR 139-03, Wildlife Hazard Management on or in the vicinity of an
aerodrome);
l) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/301/V/2011
Tentang Petunjuk dan Tata cara Peraturan keselamatan penerbangan sipil Bagian
139-10 (Advisory Circular CASR Part 139-10), Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat Bandar Udara);
m) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010
Tentang Tata cara pemeriksaan keamanan penumpang, personil pesawat udara dan
barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan orang perseorangan.
Mengenai Dasar Hukum yang ada dan mengingat kondisi saat ini yang sedang
mengalami pandemic Corona Virus Diseases 19 (COVID-19), proses pekerjaan pengawasan
pada pembangunan ini harus lebih mengutamakan protokol kesehatan dengan tepat dan
sesuai untuk keselamatan semua pekerja sehingga pekerjaan dapat berjalan lancar dan dapat
selesai tepat waktu. Pencegahan terhadap Corona Virus Diseases 19 (COVID-19) mengacu
pada peraturan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor
02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi.
Perkembangan pandemik Corona virus Disease 2019 (COVID-19) dan
menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 Maret 2020 terkait
upaya pencegahan COVID-19 serta mempertimbangkan adanya penetapan wabah Corona
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia perlu
dilakukan upaya pencegahan penyebaran dan dampak COVID- 19 dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi dan dalam upaya pencegahan dampak COVID-19 tersebut diperlukan
protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi bagi
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, yang merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan
untuk mewujudkan keselamatan konstruksi termasuk keselamatan dan kesehatan kerja,
keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan pada setiap tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi. Berikut skema protokol pencegahan Covid-19 dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi :
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19
- Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID-
19 yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
- Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada point pertama
dibentuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
- Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada point pertama
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas 1 (satu) Ketua
merangkap anggota; dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa.
- Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan
untuk melakukan:
Sosialisasi,
Pembelajaran (edukasi),
Promosi teknik,
Metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapanegan,
Berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian
PUPR melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan,
Pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua
pekerja dan tamu proyek
Pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian
mobilisasi/demobilisasi pekerja,
Pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas
pekerja,
Pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan,
Melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan sementara.
2. ldentifikasi Potensi Bahaya COVlD-19 di lapangan.
a) Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan
COVID-19 Kementerian PUPR untuk menentukan identifikasi potensi risiko
lokasi proyek terhadap pusat sebaran penyebaran COVID-19 di daerah yang
bersangkutan; Kesesuaian fasilitas kesehatan di Lapangan dengan protokol
pcnanganan COVID-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah; Tindak lanjut
terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi : Memiliki
risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran, Telah ditemukan
pekerja yang posilif dan atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau
Pimpinan Kementerian/ Lembaga/ lnstansi/ Kepala Daerah telah
mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat
keadaan kahar, Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat
diberhentikan sementara akibat Keadaaan Kahar;
c) Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan
urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak
sosial dan ekonomi dari COVID- 19, maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan: Mendapatkan persetujuan dari
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Melaksanakan protokol
pencegahan COVlD- 19 dengan disiplin tinggi dan dilaporkan secara berkala
oleh Satgas Pencegahan COVID- 19; Menghentikan sementara ketika terjadi
(telah ditemukan peketja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) untuk melakukan penanganan sesuai protokol Pemerinlah.
3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan
di lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara
Iain tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur
tekanan darah, obat-obatan, dan petugas medis;
b) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional
perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID- 19 dengan rumah sakit dan/
atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
c) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan
antara lain: pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker
dikantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan
d) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan
nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.
4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan
a) Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster baik digital maupun fisik
tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID-19 untuk disebarluaskan atau
dipasang di tempat-tempat strategis di lokasi proyek;
b) Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan
penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam
setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);
c) Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi,
siang, dan sore;
d) Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan;
e) Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan
(PDP) COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa
dan/atau Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
f) Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi
dan penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan
kerja; dan
g) Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan
disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja
yang pemah melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah
selesai.
Gambar 2.1 Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
2. Pengendalian Mutu
Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tergantung dari biaya, waktu dan hasil mutu
pengerjaannya. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan adalah bagian dari proses
manajemen proyek yang bertujuan memonitor secara teratur agar tidak terjadi
penyimpangan. Sehingga apabila dikemudian hari ditemukan penyimpangan, maka
perubahan rencana perlu dilakukan agar dampak yang terjadi dari penyimpangan
tersebut dapat teratasi. Pengendalian tersebut dilakukan disemua bidang pekerjaan
yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut.
Untuk setiap mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, Konsultan
akan selalu mengawasi sehingga seluruh pekerjaan yang dilaksanakan diharapkan
sesuai dengan persyaratan/spesifikasi yang tercantum dalam dokumen kontrak.
Untuk itu Konsultan akan menerapkan pola pengendalian mutu sebagaimana dikenal
di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan istilah "Pola 3-2-5", yang artinya
bertahap 3 (tiga), berlingkup 2 (dua) dan berstruktur 5 (lima). Pola tersebut dapat
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a) Tahapan Pengujian :
Pengujian bahan baku
Pengujian bahan olahan
Pengujian bahan jadi
b) Lingkup Pengujian :
Dimensi
Kualitas
c) Struktur Pengujian :
Jenis Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan
Frekuensi Pemeriksaan
Spesifikasi
Toleransi Hasil Pekerjaan
Prosedur pengendalian mutu seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pengendalian Mutu
3. Pengendalian Biaya
IMPLEMENTASI PROGRAM
Hasil Test
Lapangan /
Labolaturium
Pelaksanaan/Finishing
Pembersihan Sisa-sisa
- Aspal
Pembersihan/Perapihan
- Urugan
- Bahu Jalan
- Beton
- Pasangan Batu
Pemeliharaan - Dan Sebagainya
Penyerahan
1. Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Persiapan
c. Survey Lapangan
a. Staking Out
b. Rekayasa Lapangan
Segera setelah Konsultan menerima Surat Perintah Kerja atau surat resmi lainnya dari
Pemberi Tugas/Pengguna Jasa, Konsultan akan memobilisasi tim pengawasan teknik untuk
pekerjaan pengawasan teknik jalan. Selanjutnya tim pengawasan teknik (dalam hal ini Ahli
Pengawas) segera melakukan koordinasi awal dengan Pejabat Pembuat Komitmen Supervisi
Pembangunan dan Rekonstruksi Jalan dan Kontraktor untuk paket pekerjaan fisik yang
bersangkutan dalam rangka penyelenggaraan Rapat Pra Konstruksi (Pre-Construction
Meeting/PCM).
Gambar 3.7 Gambaran Umum Lokasi Pengawasan
Kegiatan persiapan yang akan dilakukan oleh Konsultan (Tim Pengawasan Teknik)
dalam rangka PCM dan pelaksanaan pekerjaan pengawasan teknik antara lain sebagai
berikut :
a. Penyediaan kantor beserta fasiltas dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan pengawasan teknik.
b. lnventarisasi Dokumen Kontrak pekerjaan fisik yang akan diawasi serta data dan
informasi lain yang terkait.
c. Mengkaji Dokumen Kontrak dikaitkan dengan target fisik yang mesti dicapai,
mencakup:
- Pasal-pasal Dokumen Kontrak
- Cakupan/isi Dokumen Kontrak
- Ketentuan Umum/Syarat-syarat Umum
- Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus
- Ketentuan Khusus/Syarat-Syarat Khusus
- Daftar Kuantitas & Harga, Harga Satuan (termasuk Analisa Harga Satuan)
- Gambar Rencana
d. Menyiapkan formulir-formulir standar yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan, antara lain :
- Formulir untuk keperluan survey topografi
- Formulir Laporan Harian
- Formulir Quality Control untuk pengujian material/bahan, Test CBR lapangan,
Test Density, pemeriksaan Gradasi, pengujian Beton, Aspal dan lain-lain.
- Formulir pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan.
- Formulir instruksi lapangan kepada kontraktor.
- Formulir surat izin untuk memulai pelaksanaan pekerjaan (Request for Works).
- Formulir surat menyurat antara konsultan dengan pihak SKS Fisik dan Kontraktor.
- Formulir-formulir pendukung lainnya seperti grafik cuaca, tenaga kerja dan
peralatan.
e. Mengkaji (review) Usulan Rencana Kerja Kontraktor
f. Mengkaji (review) Usulan Program Mobilisasi Kontraktor
g. Mengkaji (review) Usulan Daftar Peralatan dan Daftar Personil Kontraktor
h. Mengkaji (review) pengajuan Sub Kontraktor (bila ada) dari Kontraktor kepada Kepala
Satuan Kerja Sementara Fisik
i. Mengkaji (review) Polis Asuransi Kontraktor
Theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu pengukuran
kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa kelebihan di
antaranya dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan cepat. Produk
dari pengukuran wilayah menggunakan theodolite ini salah satunya adalah peta
situasi dan peta kontur tanah. Peta situasi adalah peta suatu wilayah yang dihasilkan
dari pengukuran di lapangan yang didalamnya terdapat data letak bangunan, elevasi
tanah atau kontur, letak pohon, letak saluran drainase, koordinat bangunan tertentu,
benchmark, sungai, dan sebagainya. Sedangkan peta kontur berisi data kontur tanah
saja pada wilayah tertentu.
Theodolite ini juga bisa digunakan untuk pengukuran bendungan, sungai, tebing, jalan,
ataupun setting out bangunan. Setting out bangunan adalah kegiatan menentukan
patok-patok pondasi di lapangan. Istilah lain adalah memindahkan data pada gambar
kerja ke lapangan. Pada proyek gedung alat ini biasa digunakan untuk menentukan
as-as pondasi atau kolom, marking elevasi lantai atau patok, cek vertikal kolom, dan
sebagainya. ini lah beberapa kegunaan theodolite di lapangan.
2. Waterpass
Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan theodolite.
Selain instrument ini lebih kecil dan ringan, bagian-bagian di dalamnya pun lebih
sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga terbatas. Fungsi waterpass di
lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau ketinggian tanah.
Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan lapangan bola, cross dan
long section pada jalan atau sungai, untuk marking elevasi pada bowplank atau patok,
penentuan elevasi bantu pada kolom bangunan dan sebagainya.
Review Design yang telah disetujui akan diserahkan copynya kepada Pelaksana
Kegiatan Fisik untuk monitoring pekerjaan fisik. Review design dilakukan dengan
memperhitungkan data-data/informasiinformasi terbaru tentang kondisi fisik dan
struktural pekerjaan yang ada serta biaya, sebelum memasuki pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Faktor-faktor/besaran-besaran yang diperlukan untuk Review Design menurut
RDS (Road Design System) antara lain:
1. Rebound Deflection, yang diperoleh dari survey Benkelman Beam dengan interval per
200 meter (untuk jalan eksisting dengan perkerasan aspal), untuk menentukan tebal
perkerasan. Benkelman Beam adalah alat yang digunakan untuk uji lendutan perkerasan
lentur. Alat ini sangat mudah digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang
akan digunakan dalam analisa struktur perkerasan.
Berdasarkan pada hasil pengkajian terhadap desain asli dan hasil pengolahan data
survey kondisi eksisting jalan, apabila ternyata ditemukan bahwa kondisi lapangan
membutuhkan jenis penanganan yang tidak sama dengan (tidak terdapat di dalam) desain
asli (original design), maka Konsultan akan segera mempersiapkan review design dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mempersiapkan pertimbangan teknis (Technical Justification) terhadap review design
yang diajukan, antara lain yang menyangkut :
a. Penambahan/pengurangan volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak
b. Dihapusnya suatu jenis/item pekerjaan
c. Perubahan Spesifikasi untuk suatu jenis pekerjaan
d. Perubahan elevasi, ukuran, dan atau letak suatu jenis pekerjaan
e. Perlu dimunculkannya suatu jenis pekerjaan baru
f. Memeriksa dan melakukan koreksi yang diperlukan terhadap Gambar Kerja yang
diajukan oleh Kontraktor
g. Memberikan masukan kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik tentang
penyesuaian yang diperlukan dalam bentuk Technical Justification.
2. Menyampaikan pertimbangan teknis (Technical Justification) kepada Kepala Satuan
Kerja Sementara Fisik secara tertulis mengenai penyesuaian yang diperlukan.
3. Memeriksa dan menanda tangani Gambar Kerja (Shop Dawing) yang diajukan
Kontraktor.
4. Membuat konsep CCO/Addendum.
- Aspal
- Material Urugan
Survey Quarry - Batu Kali
- Pasir
- Baja
Stock Material
Test/Uji
Laboraturium
- Density &
Kepadatan
Job Mix Formula - CBR Lab
- Abrasi
- Water Content
- Marshall Test
Test/Uji - Stabilitas
- Dan Sebagainya
Laboraturium
Konstruksi
Analisa Stabilitas
Test/Uji
Lapangan
Implementasi
Gambar 3.13 Bagan Alir Pemeriksaan Dan Pengendalian Kualitas/Mutu Bahan Dan
Material
A. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi antara lain sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1. Peralatan laboratorium dan personil/teknisi laboratorium
2. Pengujian material yang akan digunakan.
3. Penyimpanan bahan/material
4. Penyiapan rancangan campuran kerja (mix design dan job mix formula)
5. Pelaksanaan uji rancangan campuran kerja dan penghamparan
6. Cara pengangkutan bahan/campuran bahan.
7. Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
8. Pengujian lapangan
9. Persetujuan/Penolakan terhadap hasil pekerjaan
B. Peralatan Laboratorium dan Personil
1. Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan , jika tidak ditentukan lain
akan mencakup peralatan untuk :
a. Compaction Test
Compaction tes Tanah ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara
kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkandi dalam cetakan
silinder berukuran tertentu dengan mengunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5
lbs) dan tinggi jatuh 30 cm ( 12” ). Pemeriksaan kepadatan standar dalpat
dilakukan dengan 4 (empat) cara sebagai berikut :
• Cara A : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
• Cara B : cetakan diameter 152 mm (6”) beban lewat saringan 4,75 mm
(no.4)
• Cara C : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 19 mm
(3/4”)
• Cara D : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 19 mm
(3/4”)
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori
tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan
dilapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan
cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar
air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan
diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah
sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai
kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga
air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.
Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai
kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat
keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air
dimana dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air
optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik
hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini
digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai
keadaan paling padat, dapat dilakukan :
- Percobaan pemadatan di lapangan.
- Percobaan pemadatan di laboratorium.
Percobaan pemadatan di laboratorium dapat dilakukan dengan dua cara :
- Percobaan pemadatan standart (standart compaction test).
- Percobaan pemadatan modified (modified compaction test).
Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka
kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai :
- Kekuatan yang lebih besar.
- Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil.
- Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air.
d. Sand Cone
Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini
untuk menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan
menggunaka pasir baik itu lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang
dipadatkan. Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian
yang dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan)
tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik
pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan
(degreed of compaction) yaitu perbandingan antara yd (kerucut pasir)
dengan yd hasil percobaan pemadatan dilaboraturium. Percobaan ini
biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction),
yaitu perbandingan antara yd lapangan (kerucut pasir) dengan yd maks.
hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam persentase lapangan.
Kerucut pasir (sand cone) terdiri dari sebuah botol plastik atau kaca dengan
sebuah kerucut logam dipasang diatasnya. Botol kaca dan kerucut ini diisi
dengan pasir Ottawa kering yang bergradasi buruk, yang berat isinya sudah
diketahui. Apabila menggunakan pasir lain, cari terlebih dahulu berat isi
pasir tersebut. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali pada permukaan
tanah yang telah dipadatkan. Apabila berat tanah yang telah digali dari
lubang tersebut dapat ditentukan (Wwet) dan kadar air dari tanah galian itu
juga diketahui, maka berat kering dari tanah (Wdry) dapat dicari dengan
persamaan:
Wdry = Wwet / (1 + (w/100))
Dimana:
w = kadar air.
Setelah lubang tersebut digali (tanah asli ditimbang seluruhnya), kerucut
dengan botol berisi pasir diletakkan di atas lubang itu. Pasir dibiarkan
mengalir keluar dari botol mengisi seluruh lubang dan kerucut. Sesudah itu,
berat dari botol, kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang. Volume dari
tanah yang digali dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
V = (Wch - Wc) / γdry
Dimana:
Wch = berat pasir yang mengisi kerucut dan lubang pada tanah
Wc = berat pasir yang mengisi kerucut
γdry = berat isi kering (pasir)
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat- sifat teknisnya, Oleh karena itu, sifat teknis timbunan
sangat penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat
keringnya. Pengujian untuk control pemadatan dalapangan disfesifikasikan
dan hasilnya menjadi standar untuk mengontrol suatu royek. Ada 2
spesifikasi untk pekerjaan tanah yaitu:
- Sfesifikasi dari hasil akhir
- Sfesifikasi untuk cara pemadatan.
Selain itu test sand cone bertujuan untuk menentukan derajad kepadatan
lapangan yang didapat dari presentase perbandingan antara berat isi tanah
kering di lapangan (kepadatan kering lapangan) dan berat isi tanah kering
pada saat pengujian di laboratorium (kepadatan standar). Pengujian sand
cone Biasa digunakan untuk pengujian pada perencaan pondasi atau jalan
raya.
Gambar 3.17 Alat Pengujian Sand Cone
dimana :
• Berat Piknometer (W1)
• Berat Piknometer + Tanah (W2)
• Berat Piknometer + Tanah + Air (W3)
• Berat Piknometer + Air (W4)
Berat jenis tanah sangat dipengaruhi oleh zat-zat yang membentuk tanah itu
dimana masing – masing zat itu berbeda pula berat jenisnya. Berat jenis
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 dan dinyatakan tanpa
satuan.dimana :
• Berat Piknometer (W1)
• Berat Piknometer + Tanah (W2)
• Berat Piknometer + Tanah + Air (W3)
• Berat Piknometer + Air (W4)
Berat jenis tanah sangat dipengaruhi oleh zat-zat yang membentuk tanah itu
dimana masing – masing zat itu berbeda pula berat jenisnya. Berat jenis
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 dan dinyatakan tanpa satuan.
f. Penetrasi Tanah
Penetrasi tanah adalah daya yang dibutuhkan oleh sebuah benda untuk
masuk ke dalam tanah. Spangler dan Handy (1982) melakukan percobaan
sederhana, mulai dari penggunaan ibu jari tangan sampai hak sepatu boot
untuk mengetahui penetrasi tanah. Mereka berpendapat, penggunaan ibu
jari tangan yang didorong ke dalam tanah dengan tenaga penuh merupakan
cara tertua untuk mendapatkan ukuran kekuatan tekanan tanah (unconfined
compressive strength) atau kapasitas menahan (bearing capacity) dari tanah.
Di bidang teknik sipil, penetrometer dirancang untuk mengetahui
ketahanan tanah sampai kedalaman lebih dari satu meter. Penetrasi tanah
merupakan refleksi atau gambaran dari kemampuan akar tanaman
menembus tanah. Masuknya akar tanaman ke dalam tanah tergantung dari
kemampuan akar tanaman itu sendiri, sifatsifat fisik tanah seperti struktur,
tekstur dan kepadatan tanah, retakanretakan yang ada di dalam tanah,
kandungan bahan organik tanah, dan kondisi kelembapan tanah.
Penetrometer digunakan untuk mengetahui sifat-sifat tanah tanpa merusak
massa tanah, sehingga kalaupun ada kerusakan yang diakibatkan oleh
penggunaan penetrometer sangat kecil. Ada dua prinsip dasar penetrometer,
yaitu dinamis dan statis. Ketahanan penetrasi tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik tanah, tetapi juga oleh jenis penetrometer yang digunakan,
khususnya sudut dan diameter ujung alat, serta kekasaran permukaan ujung
penetrometer tersebut. Semakin kasar permukaan ujung penetrometer,
semakin besar tahanan penetrasinya. Dalam bidang pertanian, rancang
bangun diameter ujung penetrometer harus menjadi pertimbangan utama.
Pada tanah tanpa struktur dan permukaannya homogen, ketahanan
penetrasi tidak tergantung pada diameter ujung alat. Pada tanah dengan
struktur kuat, jika diameter ujung penetrometer besar, maka keragaman
ketahanan penetrasi tanahnya menjadi rendah. Jika diameter ujung
penetrometer kecil, maka keragaman ketahanan penetrasinya menjadi besar
karena rendahnya ketahanan retakan (cracks) antara unit struktur tanah.
h. Boring Test
Berbeda dengan uji sondir, boring test yaitu pengujian tanah untuk
mengetahui kondisi tanah setiap layer hingga sampai ke tanah keras.
Standart yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu SPT (Standart
Peneteration Test) dengan nilai setiap interval 2,0m. Standart ini mengacu
pada ASTM D.1586 dengan berat hammer yang digunakan adalah 63,5 kg
dengan tinggi jatuh bebas hammer yaitu 76 cm. Biasanya, model alat boring
yang digunakan memiliki hammer otomatis.
j. Marshall Test
Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui nilai stabilitas dan
kelelehan (flow), serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk
dari gradasi agregat campuran tertentu, sesuai spesifikasi campuran. Metode
Marshall dikembangkan untuk rancangan campuran aspal beton. Sebelum
membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal optimum
dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan
proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya
menentukan kadar aspal total dalam campuran. Kadar aspal total dalam
campuran beton aspal adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau
menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah
dengan kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-masing
butir agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat
benda uji.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda
uji dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Sebelum
dilakukan pengujian Marshall terhadap briket, maka dicari dulu berat
jenisnya dan diukur ketebalan dan diameternya di tiga sisi yang berbeda.
Melakukan uji Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow)
benda uji mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991 AASHTO T245-90.
Parameter Marshall yang dihitung antara lain: VIM, VMA, VFA, berat
volume, dan parameter lain sesuai parameter yang ada pada spesifikasi
campuran. Setelah semua parameter briket didapat, maka digambar grafik
hubungan kadar aspal dengan parameternya yang kemudian dapat
ditentukan kadar aspal optimumnya. Kadar aspal optimum adalah nilai
tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi Marshall test modifikasi.
Modifikasi alat Marshall ini terletak pada alat pemegang benda uji. Kalau
pada uji Marshall konvensional benda uji merupakan silinder dengan
diameter 10 cm, maka pada alat Marshall modifikasi ini benda uji berupa
balok yang terbuat dari campuran beton aspal. Seperti pada Gambar 3.5. alat
ini berfungsi untuk mengukur ketahanan campuran beton aspal menahan
beban lentur dengan cara ”three point bending test”. Dari tes ini sekaligus
akan dapat diukur lendungan maksimum yang bisa ditahan, serta proses
penjalaran retak sebelum benda uji mengalami keruntuhan.
Gambar 3.23 Alat Uji Marshall
n. Pengujian Beton
Khusus untuk material beton, Pemborong diminta mengajukan hasil uji
propertis material sebagai bahan dasar evaluasi Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengujian propertis material yang disaksikan oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan
melakukan evaluasi terhadap rancangan campuran (mix design) Usulan
Pemborong, melakukan trial mix, pengujian hasil trial dan melakukan
evaluasi terhadap mix design hingga tercapainya rancangan campuran yang
memenuhi spesifikasi teknis sebelum pekerjaan permanen mulai
dilaksanakan Perbandingan kekuatan tarik beton dan kuat tekan beton pada
berbagai benda uji :
1. Kuat Tarik Beton
Kekuatan tarik material batuan biasanya didefinisikan sebagai tegangan
tarik maksimum yang dapat dialami oleh suatu material dalah hal ini batuan
atau beton. Material batuan biasanya memiliki kekuatan tarik rendah, yang
dapat ditentukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Uji brazilian
adalah salah satu pengujian kekuatan tarik secara tidak langsung (Tensile
Strength Test), yang paling populer dilakukan untuk mengetahui kuat tarik
batuan, pengujian ini lebih sering digunakan, karena lebih mudah dan
sederhana dibanding dengan uji kuat tarik batuan secara langsung yang
prosesnya rumit dalam hal sample preparation-nya.
Secara kronologis, pencipta metode uji kuat tarik tidak langsung ini adalah
Carneiro (1943), yang memperkenalkan metode uji untuk mendapatkan nilai
kekuatan tarik beton dan menciptakan rumus untuk menghitung kekuatan
tarik sampel dalam bentuk silinder yang dibebani konstant secara perlahan
hingga sampel batuan menunjukkan bidang keruntuhan.
Dimana P (kN) adalah beban tekan maksimal sampai sampel pecah, D (mm)
adalah diameter silinder dan t (mm) adalah panjang/tebal/thickness benda
uji. Hasil uji kuat tarik brazilian adalah dalam (MPa). Rasio panjang /
diameter harus 0,5 hingga 0,6 atau (L= 2D). Beban terus ditingkatkan pada
tingkat yang konstan sampai kegagalan sampel terjadi dalam beberapa
menit. Tingkat pemuatan tergantung pada bahan dan dapat dari 10 hingga
50 kN / menit.
2. Kuat Tekan Beton
Tabel 3.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95
Silinder 15 x 30 cm 0,83
Apabila tidak ditentukan maka mutu beton dapat diperiksa dengan cara
perbandingan kekuatan tekan pada berbagai umur terhadap beton yang
berumur 28 hari, seperti pada table dibawah ini:
Tabel 3.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton, 2020
Umur Beton
3 7 14 21 28 90 365
(hari)
Semen Portland 1.0 1.3
0.40 0.65 0.88 0.95 1.20
biasa 0 5
Semen dengan
1.0 1.2
kekuatan awal 0.55 0.75 0.90 0.95 1.15
0 0
yang tinggi
Sumber : Pengelola Data, 2021
N
s− ∑ (σ ' b − σ ' bm)
1
2
N −1
Dimana
S = deviasi standar (kg/cm2)
σ'b = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing -
masing benda uji (kg/cm2)
σ'bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
Menurut rumus :
N
∑σ 'b
σ ' bm = 1
N
Dimana
s = deviasi standar yang ditetapkan.
4. Tegangan Beton
Untuk pelaksanaan penggunaan bahan besi beton konsultan Pengawasan
akan memintah kepada pemborong untuk melaksanakan pengujian bahan
tersebut sesuai dengan kontrak dan hasil pengujian akan di perinci dengan
tegangan-tegangan beton yang diijinkan, seperti dalam table sebagai berikut:
Tabel 3.6 Tegangan – Tegangan Beton Yang di Ijikan
Tegangan leleh karakteristik (σau) atau
tegangan karakteristik yang
MUTU SEBUTAN
memberikan
regangan tetap 0.2 % (σ 0.2) (kg/cm2)
U - 22 Baja lunak 2.200
U - 24 Baja lunak 2-400
U - 32 Baja sedang 3.200
U -30 Baja Keras 3.900
U - 48 Baja Keras 4.800
Sumber : Pengelola Data, 2021
Dari contoh di atas terlihat hasil pengujian kekerasan leeb dengan jenis
material baja, jumlah pantulan 9, dari arah tumbukan otomatis, hal tersebut
dapat disimpulkan nilai tensile strength = 480 MPa.
Disamping itu sebuah gedung memerlukan suatu kelengkapan fasilitas
bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur
kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas
dalam bangunan.
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan
menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan
yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur,
perancangan interior dan perancangan lainnya. Berikut merupakan Utilitas
Bangunan sebuah gedung :
Konsultan
Direksi Lapangan :
Pengawas
Melakukan pengecekan bersama dengan
Konsultan pengawas
Kontraktor :
Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan
Metode pelaksanaan akan dievaluasi oleh konsultan pengawas dan perlu dilakukan
diskusi/verifikasi dengan pihak pengguan jasa agar sesuai dengan keahliannya
dengan memperhatikan kondisi aktual lapangan, tingkat kesulitannya serta hasil
dari pelaksanaan pekerjaan yang harus sesuai dengan Spesifikasi Umum dan
Teknis pekerjaan, serta kaedah-kaedah teknis perencanaan (bangunan harus dapat
berfungsi optimal sesuai perencanaan). Untuk mendukung program "Total Quality
Control" yang akan diterapkan Konsultan Pengawas akan menginstruksikan
kepada Pemborong untuk mengajukan Permohonan Inspeksi (Request for
Inspection, RFI atau Aviablity for Inspection, AFI) kepada Konsultan Pengawas
dengan tembusan kepada Pemberi Tugas minimal 24 jam sebelum pelaksanaan
pekerjaan. Permohonan Inspeksi ini meliputi semua pekerjaan diantaranya namun
tidak terbatas pada tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan
hasil kerja yang tepat spesitikasi, tepat volume, tepat workmenship dan tepat
fungsi sebagaimana mestinya.
Kontraktor Rekomendasi Konsultan :
Konsultan
Pemilik Pekerjaan :
Pengawas
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Konsultan
Kontraktor
Pemilik Pekerjaan :
Konsultan
Memberikan persetujuan berdasarkan rekomendasi
Pengawas
Konsultan
Kontraktor
PROYEK SELESAI
Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan menyempurnakan
Pekerjaan dapat belum dapat
diterima
Pemberian Sertifikat Serah Terima
Laporan PPK
Pekerjaan Pertama
Kontraktor Mengajukan
Permohonan Serah Terima
Kontraktor
Rekomendasi
Pekerjaan belum Menyempurnakan
Pekerjaan dapat diterima
dapat diterima
Sering terjadi kecenderungan aktivitas kontraktor terlalu lambat pada akhir masa
konstruksi, dimana pada saat tanggal penyelesaian teryata masih ada beberapa pekerjaan
belum selesai (biasanya dihubungkan dengan kejadian kejadian alam yang tidak begitu
mengganggu.
Untuk itu Konsultan akan mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan hal ini
tidak akan terjadi. Untuk membantu dalam tahap penyelesaian konstruksi agar efisien,
Konsultan akan meminta kepada Kontraktor untuk menyiapkan dan menyerahkan :
1. Jadwal/rencana demobilisasi sekurang-kurangnya 30 hari sebelum hari
penyelesaian pekerjaan yang disyaratkan
2. Schedule mengenai bagaimana dan kapan setiap bagian dari operasinya akan
selesai (mencakup jenis pekerjaan, peralatan konstruksi , gedung gedung kantor ,
laporan/gambar terlaksana dan sebagainya).
3. Demobilisasi yang tidak sempurna dari setiap uraian tidak akan diperbolehkan .
Dalam waktu sekitar 4 minggu sebelum tanggal rencana penyelesaian, Konsultan
akan :
- Melakukan inspeksi pendahuluan untuk mendata dan menysunan daftar
kekurangan-kekurangan penyelesaian pekerjaan (defect liaibi!ity)
- Segera menyerahkan daftar kekurangan ini kepada Kontraktor, dan
memerintahkan Kontraktor untuk segera melakukan perbaikan/
penyelesaian yang diperlukan.
Metoda ini akan memungkinkan inspeksi akhir yang bebas dari kekurangan. Pada
saat kontraktor sudah menyelesaikan pekerjaan konstruksi, Konsultan akan segera
melakukan inspeksi akhir untuk meyakinkan bahwa seluruh pekerjaan sudah diselesaikan
sesuai dengan kontrak. lnspeksi akhir akan direncanakan dan dilaksanakan dengan pola
umum yang sama dengan inspeksi pendahuluan. Bagaimanapun, oleh karena hasil dari
petunjuk inspeksi pendahuluan sudah didapat, hanya kekurangan-kekurangan kecil yang
dapat diamati.
Konsultan kemudian akan menyerahkan daftar kekurangan yang masih ditemukan
selama inspeksi akhir kepada Kontraktor dan memerintahkan Kontraktor untuk
mempebaiki setiap kekurangan dengan waktu khusus.
Setelah inspeksi akhir dilakukan, untuk mengkonfirmas ikan penyelesaia pekerjaan
yang memuaskan, Konsultan akan memberikan rekomendasi kepada Kepala satuan
Kerja Sementara Fisik PPTK atau PPK penerimaan pekerjaan.
1. Koordinasi Kegiatan Pekerjaan
Apabila seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan dapat diselenggarakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, dukungan tenaga dan peralatan yang cukup
dan kondisi yang baik, serta koordinasi yang baik antara Pemberi Tugas, Konsultan
dan Kontraktor maka diharapkan akan dapat dicapai hasil yang baik dalam
penyelesaian proyek. Dalam hal ini Konsultan akan melakukan segala usaha untuk
mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan proyek sebaik – baiknya.
Salah satu cara terbaik untuk menjaga terjalinnya koordinasi yang baik adalah
dengan menyelenggarakan rapat secara teratur, terutama antara Konsultan dan
Kontraktor. Jenis rapat koordinasi yang dapat diselenggarakan antara lain rapat
mingguan dan rapat bulanan, yang dapat diuraikan dibawah ini.
2. Rapat Mingguan Tim Konsultan
Jenis rapat ini akan diadakan setiap hari Sabtu, yang merupakan rapat koordinasi
antara Ahli Pengawas dan Pengawas Lapangan. Di dalam rapat ini akan dibahas
masalah-masalah penting yang ditemui dalam pelaksanaan pekerjaan seperti
permasalahan quality control, kemajuan pekerjaan, pengendalian dan keselamatan
lalu lintas, dll. Dalam rapat ini juga akan dibahas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam minggu-minggu yang telah lewat, rencana kerja untuk
minggu-minggu berikutnya dan menyiapkan agenda untuk rapat mingguan
bersama Kontraktor yang pada umumnya diadakan pada hari Senin berikutnya.
3. Rapat Mingguan Konsultan dengan Kontraktor
Rapat ini akan lebih baik apabila dapat diselenggarakan pada awal minggu / hari
Senin dan dihadiri oleh staf inti Konsultan dan staf inti Kontraktor. Pada saat
dimulainya rapat, Konsultan akan menyampaikan agenda rapat dan hal – hal
prinsip yang akan dibahas. Dan Kontraktor akan mempresentasikan rencana kerja
tentative untuk periode 1 minggu yang akan dilaksanakan, sehingga para staf inti
Kontraktor dan staf inti Konsultan akan mengetahui hal – hal apa yang diharapkan
dapat diselesaikan dan hal – hal lain yang berkaitan pada minggu yang akan
dijalani.
Masalah lain yang akan dibahas secara serius adalah mengenai pengenda!ian
kualitas, kemajuan pekerjaan, status/penggunaan peralatan, pengaturan dan
pengendalian lalu lintas, pengendalian keamanan, dan hal-hal lain yang tidak
sesuai dengan rencana yang telah dibuat serta mengenai solusi untuk
mengoreksinya.
Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam rapat akan dicatat sebagai risalah
rapat. Risalah rapat yang juga berisi tentang rencana rencana pelaksanan pekerjaan
untuk minggu yang akan dijalani tersebut, kemudian digandakan untuk dibagikan
kepada pihak Kontraktor dan Konsultan sebagai acuan/pegangan untuk
pelaksanan pekerjaan pada minggu tersebut. Berdasarkan pengalaman, risalah
rapat ini terbukti sangat berguna, baik untuk mengendalikan pelaksanan pekerjaan
maupun sebagai data referensi pada waktu-waktu mendatang.
4. Rapat Bulanan Pemberi Tugas/Konsultan dan Kontraktor
Rapat ini idealnya diadakan pada akhir atau awal bulan, yang akan dihadiri oleh
Kepala Satuan Kerja Sementara Fisik beserta staf yang dipilihnya, tim inti
Konsultan dan tim inti kontraktor.
Sebelum dilakukannya pertemuan, Konsultan akan menyiapkan agenda rapat yang
merupakan permasalahan utama (penting) yang akan dibahas berasama Pemberi
tugas dan Kontraktor. Permasalahan tersebut mencakup masalah-masalah
pengendalian kualitas pekerjaan, kemajuan pekerjaan terhadap target rencana
pekerjaan bulanan, pengendalian dan keamanan lalu lintas, hubungan dengan
masyarakat dan lain-lain. Jadwal CPM yang sesuai dapat digunakan sebagai acuan
untuk memperlihatkan status terakhir dari kemajuan pekerjaan. Risalah rapat
akan disiapkan oleh Konsultan untuk selanjutnya dibagikan kepada semua peserta
rapat. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa risalah-risalah rapat ini sering
kali terbukti sangat penting, sebagai data referensi pada waktu-waktu
mendatang.
Pekerjaan Persiapan
Survey Lapangan
Staking Out
Rekayasa Lapangan
Untuk menigkatkan kualitas pada hasil pekerjaan pengawasan ini sesuai dengan
KAK, PT. CONCEPT DESIGN ARCHITECT memberikan inovasi antara lain :
1. Pengambilan dokumentasi pekerjaan dengan menggunakan drone
2. Pengukuran Jarak (Digital Laser Measurement)
3. Penerapan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di lokasi
pekerjaan
Selain data perencanaan, dibutuhkan juga standar dan pengaturan teknis yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya menggunakan standar yang
berlaku, antara lain :
a) Undang undang No : 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
b) Peraturan Pemerintah No:36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c) Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 beserta peraturan perubahan dan peraturan
teknisnya;
d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2OO6 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
e) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
31/PRT/M/2015 tentang perubahan ketiga atas peraturan menteri pekerjaan
umum nomor 07/PRT/M/2011 tentang standar dan pedoman pengadaan
pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
g) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 576 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), dan
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara;
h) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/003/I/2005
Tentang Pedoman Teknis Rencana Terinci Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir (Apron) pada Bandar Udara di
Indonesia;
i) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/78/VI/2005
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Konstruksi Landas Pacu (Runway),
Landas Hubung (Taxiway), dan Landas Parkir Apron serta Fasilitas Penunjang di
Bandar Udara;
j) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/11/I/2001;
k) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/42/III/2010
TentangPetunjuk dan Tata cara peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139-03 Manajemen bahaya hewan liar di Bandar Udara dan sekitarnya (Advisory
Circular CASR 139-03, Wildlife Hazard Management on or in the vicinity of an
aerodrome);
l) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/301/V/2011
Tentang Petunjuk dan Tata cara Peraturan keselamatan penerbangan sipil Bagian
139-10 (Advisory Circular CASR Part 139-10), Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat Bandar Udara);
m) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010
Tentang Tata cara pemeriksaan keamanan penumpang, personil pesawat udara dan
barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan orang perseorangan.
a. Pekerjaan Persiapan
c. Survey Lapangan
a. Staking Out
b. Rekayasa Lapangan
Dengan mengacu kepada alur tahapan pelaksanaan dan rencana kerja Supervisi
Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih berikut ini disusun jadwal pelaksanaan pekerjaan,
jadwal penugasan personil, dan jadwal pemakaian peralatan. Jadwal tersebut disusun
juga berdasarkan jumlah waktu dan tenaga ahli yang tersedia, untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Dari uraian setiap pekerjaan (seperti tersebut dalam metodologi), maka dapat
disusun jadwal pelaksanaan sesuai waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan tersebut disusun dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan,
personil yang terlibat, dan hasil pekerjaan yang dicapai serta kemungkinan kendala di
lapangan.
Tim konsultan menyusun jadwal penugasan personil sesuai dengan tahapan
pekerjaan dan koordinasi tim. Jadwal penugasan tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran yang nyata kepada setiap personil yang terlibat dalam pekerjaan sehingga
dapat melaksanakan tugasnya secara efisien sesuai batasan waktu yang ada dan dapat
berkoordinasi untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Jadwal penugasan personil
dapat dilihat pada tabel berikut.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
SUPERVISI REVITALISASI UPPKB LUBUK SELASIH
TAHUN ANGGARAN 2022
BULAN KE-I BULAN KE-II BULAN KE-III BULAN KE-IV BULAN KE-V BULAN KE-VI BULAN KE-VII BULAN KE-VIII BULAN KE-IX BULAN KE-X
NO KEGIATAN KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A B C D
I TAHAP PERSIAPAN
1 Menyiapkan Master Schedule
2 Mobilisasi Personil
3 Persiapan Administrasi
4 Pre Construction Meeting
5 Survey Lapangan
6 Kajian Desain
II TAHAP PENGAWASAN
1 Persiapan Pelaksanaan
2 Pemantauan dan Pengawasan Fisik
3 Rapat Koordinasi Lapangan
4 Penyampaian Laporan Mingguan
5 Penyampaian Laporan Bulanan
6 Penyampaian Laporan Akhir
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih
Tabel 3.7 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
JADWAL PENUGASAN
POSISI
NO NAMA PERSONIL BULAN KE -
PENUGASAN
I II III IV V VI VII VIII IX X
Pengawas
3 Aji Pratama Putra, ST
Lapangan
Administrasi/
4 Catur Hari Wahono, SE
Operator Komputer
2. Team Leader
Pendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas negeri atau swasta yang
telah diakreditasi, berpengalaman lebih dari 3 tahun sesuai dengan bidangnya,
diutamakan yang telah memiliki (SKA) Muda Ahli Teknik Bangunan Gedung (201),
dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung jawabnya adalah
sebagai berikut :
Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, memberikan petunjuk-
petunjuk atas wewenang yang diberikan pelaksana kegiatan
Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi pada
setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani).
Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian mutu dan
volume pekerjaan.
3. Ahli Arsitektur
Pendidikan minimal S1 Teknik Arsitektur lulusan universitas negeri atau swasta
yang telah diakreditasi, berpengalaman minimal lebih dari 1 tahun sesuai dengan
bidangnya, diutamakan yang telah memiliki Sertifikasi Keahlian (SKA) Muda Ahli
Arsitek (101), dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut :
Memberikan bantuan pengawasan kapada para KPA dan PPK
Melakukan koordinasi dan komunakasi dengan penyelenggaraan program
Pembangunan Proyek pekerjaan pengawasan
Bersama-sama kontraktor Membantu proyek menyiapkan soft drawing dan
as-buld drawing .
Memantau peyampaian pelaporan pembangunan kepada team leader
Melakukan konsolidasi laporan penanggung jawab kegiatan dan pengawas
bangunan dalam setiap bulannya.
Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada penyelenggara kegiatan di lapangan ;
Memberikan dukungan teknis, manajemen kepada pengawas bangunan.
Melakukan dokumentasi foto-foto pelaksanaan.
4. Pengawas Lapangan
Pendidikan minimal S1 Teknik Sipil, lulusan universitas negeri atau swasta yang
telah diakreditasi, berpengalaman minimal lebih dari 2 tahun sesuai dengan
bidangnya, diutamakan yang telah memiliki sertifikat tenaga terampil (SKT)
Klasifikasi Arsitektur Sub Klasifikasi Pengawas Bangunan Gedung (TA 024) yang
masih berlaku, dengan jumlah personil 1 (satu) orang, tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut :
Terus menerus mengawasi dan mencatat serta mengecek hasil pengukuran
dan dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.
Menyiapkan pengawasan yang terus menerus di lapangan setiap harinya,
termasuk menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga dan bahan yang
digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan harian dan
dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.
Setiap hari senantiasa meringkas semua kegiatan konstruksi, mencatat cuaca,
material yang dikirim kelapangan, perubahan dan kebutuhan tenaga kerja
peralatan dilapangan, jumlah pekerjaan yang telah selesai, dan pengukuran
lapangan, hal-hal khusus dan sebagainya, dengan formulir laporan yang
standar dan dikirim ke dan dilaporkan kepada staf teknis ataupun PPK.
DIREKTUR
MOCH. YUSUF K., ST.
ADMINISTRASI
PERENCANAAN PENGAWASAN
DIREKTUR
Moch. Yusuf Kurniawan, ST.
TEAM LEADER
Moch. Yusuf Kurniawan, ST.
ADMINISTRASI
Catur Hari Wahono, SE
SATKER
PEJABAT PEMBUAT
TIM TEKNIS
KOMITMEN
KONSULTAN
PENGAWAS
TEAM LEADER
TENAGA AHLI
DOKUMEN PENYUSUNAN
Dengan adanya kurva S dapat diketahui progres yang telah dicapai. Setiap
progres dilaporkan dengan format yang telah ditentukan. Berikut adalah contoh
laporan yang dihasilkan dari progres pekerjaan:
Gambar 4.2 Laporan Progress Komulatif
(Pengelola Data, 2021)
Gambar 4.3 Laporan Kemajuan Mingguan
(Pengelola Data, 2021)
Aspal untuk bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir) dapat digunakan salah satu
dari aspal keras penetrasi 40 atau penetrasi 60, sesuai dengan persyaratan dalam
RSNI S-01-2003, aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan aspal batu buton
(Asbuton), atau aspal multigrade, yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 4.1,
Tabel 4.2, atau Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Persayaratan Aspal Polimer
Tabel 4.3 Persayaratan Aspal Multigrate (Bahan Dasar Aspal Pen 60/70)
4.2.2 Bahan Pencampur
A. Agregat
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri atas pasir atau hasil
pengayakan batu pecah, dan terdiri atas bahan yang lolos ayakan 2,36 mm
(No. 8) sesuai dengan SNI 03-6819-2002;
b) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batuan induk agregat
halus harus mempunyai abrasi maksimum 40, diuji sesuai dengan SNI 03-
2417-1991;
c) Agregat halus untuk Latasir kelas A dan Latasir kelas B boleh dari kerikil
bersih yang dipecah.
Tabel 4.4. Persyaratan Pasir (Agregat Halus)
B. Bahan pengisi
Bila diperlukan bahan pengisi harus dari semen portland. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. Debu batu (stone dust) yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan, dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai dengan SNI 03-4142-1996 harus sesuai dengan
persyaratan bahan pengisi untuk campuran beraspal (SNI 03-6723-2002),
yaitu mengandung bahan yang lolos ayakan 0,279 mm (No. 50) minimum 95%
dan lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) minimum 70 % terhadap beratnya, serta
mempunyai sifat non plastis.
Lapis pondasi bawah dalam struktur perkerasan jalan beton tidak selalu
dipasang, tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dan pada umumnya didesain
untuk tidak ikut menahan beban (non struktural). Toleransi dimensi untuk
perkerasan jalan beton harus dimonitor dengan pengukuran ketinggian (levelling)
dan penggunaan “Crown Template dan Straight Edge” berukuran panjang 3 meter.
Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat beton harus dilakukan
dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros.
Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen:
1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain Concrete Pavement /JPCP);
2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced
Concrete Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement /PCP).
Gambar 4.10 Jenis – Jenis Perkerasan Beton Semen
4.2.5.2 Semen
Semen yang digunakan memenuhi SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85) kecuali
jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas,
bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan. Hanya satu merk semen portland yang dapat
digunakan di dalam proyek. Admixture (Bahan Tambah/Aditiv) tidak boleh
digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
4.2.5.3 Agregat
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton.
4.2.5.4 Penetapan Baja Tulangan
Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Struktur Beton dan detailnya tertera pada Gambar Rencana. Tulangan baja harus
sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 35, AASHTO M 221 dan AASHTO M
31.
5.1. UMUM
Gagasan baru merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan inovasi baru terhadap keluaran pekerjaan
Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih. Sehingga diharapkan melalui
gagasan tersebut dapat memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan
tetap mengacu pada lingkup pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan
dalam aanwidjzing.
Prosedur K3 Sederhana
Berikut prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) yang
dapat dilakukan di lokasi pekerjaan :
1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.
2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD)
dan penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat
yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan
kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3
dan pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan
dalam bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme
kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
3. Kacamata Safety
Kacarnata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpihan besi yang beterbangan. Mengingat partikel – partikel debu
berukuran sangat kecil yang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya maka
perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.
5. Helm Safety
Helm Safety berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
8. Masker
Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan pekerja dari debu –
debu halus. Dengan menggunakan masker pekerja dapat terhindar dari
gangguan pernafasan yang diakibatkan dari debu.
Bersama ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa perusahaan kami sejak berdiri hingga
saat ini selalu memiliki managemen tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan
tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya baik dilingkungan Instansi
Pemerintah/Swasta/BUMN dan BUMD diwilayah hukum Negara Republik Indonesia.
Surat pernyataan ini dibuat untuk Supervisi Revitalisasi UPPKB Lubuk Selasih.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan kami sanggup dituntut dimuka
Pengadilan apabila semua keterangan yang diberikan ternyata tidak benar.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya dan/atau semua pengurus Badan
Usaha yang saya wakili, sanggup dan bersedia menanggung segala resiko yang ditimbulkan
terhadap kesalahan dokumen pengawasan (Gambar, RAB dan Struktur) terhadap
ketidaksesuaian dilapangan.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar – benarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.