Anda di halaman 1dari 18

HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022

ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

Pemikiran Tan Malaka Mengenai Partai Politik dalam Teks Pidato Uraian
Mendadak
Yusuf Budi Prasetya Santosa
Pendidikan Sejarah, Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia
e-mail korespondensi: prasetyabudi29@gmail.com

Received 8 December 2021; Received in revised form 27 March 2022; Accepted 28 March 2022

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Tan Malaka mengenai partai
politik yang tersirat di dalam teks pidatonya, uraian mendadak, yang dibacakan di
kongres peleburan tiga partai, sekaligus pembentukan Partai Murba pada 7 November
1948. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah atau metode
historis dengan tahapan antara lain: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan jika partai politik sebaiknya tidak hanya menjadi
mesin pengeruk massa, yakni mencari dukungan massa sebanyak-banyaknya,
melainkan juga membantu menyadarkan massa atas situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi. Partai juga harus menghasilkan kader-kader yang disiplin dan memiliki
keyakinan akan tujuan dan anggaran dasar partai. Para kader harus mengenal dan
menyelami massa, dengan cara berada bersama massa. Partai juga tidak boleh
terasing dari massa, dan sebaliknya massa juga tidak boleh terasing dari partai. Partai
dan massa secara bersama-sama berjuang untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu
kemerdekaan 100%.
Kata kunci: Tan Malaka, Murba, Partai.

Abstract
This study aims to determine the views of Tan Malaka regarding political parties
implied in the text of his speech, the sudden description, which was read at the
congress for the consolidation of the three parties, as well as the formation of the
Murba Party on November 7, 1948. The method used in this research is the historical
method or the method used in this study. A historical method with stages, among
others: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The research results
are presented with a descriptive-narrative approach. The results of this study explain
that political parties should not only be machines for mass extraction, namely seeking
as much support from the masses as possible, but also helping to make the masses
aware of the situation and conditions they are currently facing. The party must also
produce cadres who are disciplined and have confidence in the party's goals and
statutes. The cadres must know and understand the masses, by being with the masses.
The party must also not be alienated from the masses, and conversely, the masses
must not be alienated from the party. The party and the masses are working together
to achieve the goal of the struggle, namely 100% independence.
Keywords: Tan Malaka, Murba, Party.

PENDAHULUAN Indonesia (PKI). Tan Malaka memang lebih


Generasi milenial saat ini memang tidak mudah jika diidentifikasi dengan PKI. Hal
asing dengan nama Tan Malaka. Namun tersebut tidak salah, sebab Tan Malaka
pengetahuan mereka mengenai Tan memang merupakan salah satu tokoh PKI.
Malaka mungkin tidak berbeda dengan Namun, pembahasan mengenai Tan Malaka
para generasi baby boomers. Dimana Tan tidak hanya menyoal pada PKI. Simplifikasi
Malaka identik dengan Partai Komunis atas Tan Malaka terjadi karena pada masa

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 151


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

pemerintahan orde baru, dimana Belanda. Di tuliskan karakter gerakan


pengetahuan atas Sejarah Indonesia saat komunis yang suka memberontak. Namun
itu, khususnya yang berhubungan dengan di tanpa diberikan penjelasan atas konteks
tema "kiri" Indonesia sangat dibatasi. Hal dan situasi saat itu (Triyana, 2016).
ini tidak lepas dari kewaspadaan Orde Peranan positif yang dilakukan oleh tokoh
Baru terhadap hal yang “berbau kiri", pergerakan “kiri” tidak pernah dituliskan
seperti tentang sosialisme dan pada narasi sejarah Orde Baru.
komunisme. Bahkan pemerintah Orde Baru Salah satu tokoh pergerakan “kiri”
melalui Ketetapan MPRS Nomor yang namanya hilang dalam narasi sejarah
XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 melarang Orde Baru adalah Tan Malaka. Padahal Tan
penyebaran dan mempelajari kedua Malaka merupakan salah salah satu tokoh
ideologi tersebut, dan hal lainnya yang pergerakan yang mengabdikan separuh
“berbau kiri”. hidupnya untuk memperjuangkan
Pelarangan penyebaran dan kemerdekaan Indonesia. Namun berbagai
pembelajaran ideologi "kiri" serta hal lain perjuangan yang dilakukannya tidak
yang “kekirian” juga diikuti dengan mendapatkan tempat dalam narasi sejarah
pengerdilan peran para tokoh-tokoh "kiri" Orde Baru. Perjuangan Tan Malaka sendiri
dalam Sejarah Indonesia. Di dalam buku tidak hanya terbatas pada perjuangan
pelajaran sejarah peran tokoh “kiri” fisik, namun juga melalui ide dan gagasan.
bahkan dihilangkan. Tokoh-tokoh Tan Malaka termasuk tokoh pergerakan
pergerakan "kiri" dianggap tidak yang produktif dalam menuliskan ide dan
berpartisipasi dalam perjuangan gagasannya. Beberapa ide dan gagasan
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. dihasilkan pada masa sebelum
Tokoh-tokoh "kiri", seperti Alimin atau Tan kemerdekaan, yang kemudian
Malaka dalam narasi sejarah nasional diperbanyak, lalu diselundupkan ke Hindia
pemerintah Orde Baru digambarkan Belanda. Beberapa ide dan gagasan
layaknya sebagai tokoh antagonis dalam tersebut, antara lain Aksi Massa (1926),
Sejarah Indonesia. Misalnya di dalam buku Naar de Republik (1927), dan yang paling
Gerakan 30 September Pemberontakan terkenal sampai saat ini, yaitu Madilog
Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, (Juli 1942-Maret 1943). Beberapa ide dan
Aksi dan Penumpasannya yang disusun dan gagasan ditulis ketika Indonesia telah
diterbitkan oleh Sekertariat Negara merdeka, antara lain: GERPOLEK (1948),
Republik Indonesia di masa Moerdiono Merdeka 100% (1945), Thesis (1946), dan
sebagai menterinya. Pada halaman 7 Uraian Mendadak (1948). Berbagai ide dan
sampai 14 dijelaskan mengenai kelahiran gagasan Tan Malaka yang dituliskan ke
dan perkembangan komunisme di Hindia dalam esai-esai tersebut, merupakan

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 152


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

sebuah pandangan terhadap situasi yang diplomasi, parlementariat, maupun partai


sedang terjadi atau dialami oleh bangsa politik. Ide dan gagasan mengenai partai
Indonesia. politik inilah dalam Uraian Mendadak yang
Pasca kemerdekaan Tan Malaka akan dilihat. Bagaimana pandangan Tan
lebih memilih opsi politik di luar Malaka mengenai partai politik? dan apa
pemerintahan atau oposisi. Tan Malaka yang melatarbelakangi pandangan
sering memberikan masukan dan kritik tersebut?.
terhadap pemerintahan yang sedang
berjalan. Salah satu ide dan gagasannya METODE
ialah Uraian Mendadak yang merupakan Penelitian ini menggunakan metode
sebuah pidato politik, yang dibacakannya sejarah atau metode historis (Setiawan &
dalam kongres pembentukan Partai Murba Aman, 2019). Dimana metode ini
pada tanggal 7 November 1948. Pidato digunakan untuk mendeskripsikan
Uraian mendadak merupakan pidato peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di
politik yang diberikan oleh Tan Malaka masa lalu. Adapun langkah-langkah dalam
khusus kepada para pemimpin, kader, dan metode historis, antara lain: (1) Heuristik,
simpatisan Partai Murba, partai yang baru yaitu merupakan tahap awal dalam proses
didirikannya. Di dalam pidato Uraian penelitian berupa pengumpulan sumber
Mendadak berisi tiga hal persoalan. dan data yang diperlukan serta
Pertama ialah soal internasional, kedua berhubungan dengan masalah yang hendak
ialah soal nasional, dan ketiga adalah soal dibahas; (2) Kritik, merupakan penilaian
partai politik. atas sumber dan data yang telah
Dua hal persoalan, yaitu didapatkan sebelumnya. Tahap ini
internasional dan nasional adalah dilakukan untuk memperoleh sumber yang
pandangannya terhadap situasi dan kondisi telah tervalidasi dengan cara mempelajari
yang mempengaruhi soal yang ketika, dan membandingkan sumber-sumber
yaitu partai politik. Hal ini menarik, sebab sejarah satu dengan lainnya; (3)
sebelumnya Tan Malaka seakan sudah Interpretasi, yaitu proses penafsiran dan
tidak lagi mempercayai partai politik dan penyimpulan atas sumber dan data yang
juga perjuangan melalui jalur telah divalidasi dalam proses kritik; (4)
parlementer. Ide dan gagasannya yang Historiografi, merupakan tahap akhir dari
terdahulu selalu membahas mengenai penelitian sejarah. Pada tahap ini hasil
perpindahan kekuasaan yang cepat, serta pemikiran, penafsiran dan penyimpulan
tidak adanya sikap kompromistis terhadap dituliskan (Anggito, A., & Setiawan, 2018;
hal-hal yang dianggapnya reaksioner atau Ismaun, 1984; Pranata et al., 2020;
kontra revolusi, seperti perjuangan

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 153


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

Sastranegara et al., 2020; Wibowo et al., Malaka kelak menjadi guru seperti dirinya.
2020). Horensma lah yang mengurus berbagai
persiapan dan keperluan Tan Malaka di
HASIL DAN PEMBAHASAN Belanda, bahkan ikut menyumbangkan
Perjalanan Hidup Tan Malaka sebagian uangnya (Poeze, 2008). Di
Tan Malaka terlahir dari keluarga kelas Belanda Tan Malaka terserang penyakit
menengah pribumi yang taat beragama. Ia paru-paru, penyakit yang umum
bernama lengkap (Datuk) Sutan Ibrahim menyerang orang-orang Indonesia yang
Tan Malaka. Ayahnya adalah seorang datang di Belanda. Bahkan, tiga bulan
mantri kesehatan dan seorang Islam yang sebelum ujian, Tan Malaka terkena
taat. Sejak kecil Tan Malaka dididik dalam Pleuritus yang membuatnya harus ujian
budaya Islam yang kuat layaknya tradisi dengan surat dokter dan tidak lulus
masyarakat Minangkabau yang religius. dibeberapa ujian pelajaran.
Pendidikan Agama Islam yang didapatnya Selain studi, selama di Belanda,
sejak kecil membekas dalam diri Tan Tan Malaka bertemu dengan beberapa
Malaka, bahkan ikut mempengaruhi alam tokoh penting, seperti Snouck Hourgronje,
pikirannya. Baginya meskipun telah Suwardi Suryadiningrat, dan Henk
bergelut dengan kebudayaan Eropa, Sneevliet. Pertemuan Tan Malaka dengan
namun Islam tetap hidup di dalam jiwanya Snouck Hourgronje, tokoh yang menjadi
(Malaka, 2000). 'otak' kemenangan Belanda dalam
Selain pendidikan Agama Islam, menaklukkan Kerajaan Aceh, memberikan
selayaknya kelas menengah pribumi pada kesan bagi Tan Malaka. Hourgronje yang
masa itu, Tan Malaka juga mengenyam lahir dan besar di Jerman, namun enggan
pendidikan formal ala Eropa. Pada 1908 mendidik anak-anak Jerman dan lebih
Tan Malaka bersekolah di Kweekschool dan senang mendidik anak-anak Belanda. Tan
disinilah dirinya mengenal pengetahuan Malaka juga bertemu dengan Suwardi
Eropa. Di sekolah, Tan Malaka menggemari Suryaningrat yang kelak lebih dikenal
pelajaran Bahasa Belanda dan oleh dengan nama Ki Hajar Dewantara, yang
karenanya Horensma, gurunya, memintanya menjadi perwakilan Indische
menyarankannya untuk menjadi guru di Vereeniging dalam pertemuan kongres
sekolah Belanda (Syaifuddin, 2012). pemuda Indonesia dan pelajar Indologie di
Pada 1913 Tan Malaka lulus dari Deventer, Belanda. Dan terakhir ialah
Kweekschool dan melanjutkan studinya ke pertemuannya dengan tokoh komunis
Belanda. Kepergian Tan Malaka ke Belanda Belanda, Henk Sneevliet yang kelak
tidak terlepas dari peran Sang Guru, G.H. menginspirasinya untuk melakukan
Horensma yang sangat menginginkan Tan

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 154


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

perjuangan bagi kemerdekaan Hindia- Sutopo pula yang mengenalkan Tan Malaka
Belanda. dengan Sarekat Islam (SI) dan juga
Setelah enam tahun melaksanakan memperkenalkannya kepada H.O.S.
studi di Belanda pada 1919 Tan Malaka Tjokroaminoto, Darsono, dan Semaun. Di
kembali ke Indonesia. Sebenarnya ia dalam buku Dari Penjara ke Penjara
sendiri belum berkeinginan untuk kembali Bagian Satu, Tjokroaminoto bahkan
ke Indonesia, sebab berkeinginan untuk menawarkan Tan Malaka menjadi anggota
mendapatkan Akta Guru Kepala yang SI (Malaka, 2000). Sikap Tan Malaka yang
sebelumnya gagal didapatkanya. mudah bergaul menarik perhatian Semaun
Sekembalinya di tanah kelahirannya, yang kemudian mengajaknya untuk tinggal
Sumatra, Tan Malaka mendapatkan di Semarang (Malaka, 2000). Semaun
tawaran dari C.W. Janssen untuk mengajar meminta Tan Malaka untuk memimpin
anak-anak kuli kontrak di Deli. Akan tetapi sekolah swasta yang bernaung di bawah
pekerjaannya tidak berlangsung lama, Tan Sarekat Islam, yaitu SI Onderwijs. Dalam
Malaka lebih banyak berselisih dengan brosur kecil “S.I dan Onderwijs”, Tan
para tuan kebun. Perselisihan Tan Malaka Malaka menuliskan jika tujuan dari
dengan para tuan kebun adalah karena sekolahnya adalah untuk mendidik anak-
masalah warna kulit (Malaka, 2000). Tan anak kemampuan untuk mencari nafkah
Malaka melihat diskriminasi yang bagi dirinya dan keluarganya, serta
dilakukan para tuan besar kepada kaum membantu rakyat dalam pergerakan.
pribumi, khususnya para kuli kontrak. Eksistensi Sekolah swasta Sarekat Islam
Tidak lama Tan Malaka keluar dari sekolah berakhir seiring dengan pembuangan Tan
ini dan memilih untuk hijrah ke Pulau Malaka ke Belanda pada Maret 1922.
Jawa, dan tiba di Batavia pada Februari Pada November 1921 Tan Malaka
1921 (Poeze, 1988). Di Batavia, Tan terpilih menjadi ketua PKI menggantikan
Malaka berkunjung ke rumah Horensma Semaun. Penunjukannya sebagai Ketua PKI
yang telah menjadi Inspektur Sekolah memang di luar dugaan Tan Malaka
Rendah. Tan Malaka menolak ketika sendiri. Ia dipilih dengan suara bulat untuk
ditawari untuk menjadi guru oleh menggantikan Semaun, bahkan Tan Malaka
Horensma, dan tetap berkeinginan untuk tidak kuasa menolaknya (Malaka, 2000).
mendirikan sekolahnya sendiri (Malaka, Aktivitasnya di PKI membuat Tan Malaka
2000). mendapatkan pengawasan dari Pemerintah
Tan Malaka kemudian memutuskan Kolonial. Pada 13 Februari 1922 tanpa
untuk pindah ke Yogyakarta. Di sana Tan alasan yang jelas Tan Malaka ditangkap. Ia
Malaka bertemu dengan Sutopo yang dituduh menggangu ketertiban umum dan
mengajaknya untuk tinggal di rumahnya. menyebarkan kebencian terhadap

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 155


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

Pemerintah Kolonial. Melalui putusan dengan Sukarni dan Chaerul Shaleh di


pemerintah tanggal 2 Maret 1922, No 1a Jakarta (Poeze, 2008). Tan Malaka hadir
dan 2a, dirinya jatuhi hukuman pada saat dilaksanakannya rapat akbar di
pembuangan. Semula tujuannya adalah ke Lapangan IKADA, Tan Malaka.
Kupang, namun Tan Malaka lebih memilih Setelah kemerdekaan Tan Malaka
untuk diasingkan ke Belanda. Di Belanda, bertemu dengan Sukarno dan Hatta.
perjuangan Tan Malaka untuk Indonesia Pertemuan itu terjadi di rumah dr.
tidak berhenti. Ia pernah mencalonkan diri Soeharto pada 9 September 1945. Di
menjadi anggota parlemen dari Partai dalam pertemuan itu, Sukarno dan Hatta
Komunis Belanda namun tidak terpilih. berpesan kepada Tan Malaka dan ketiga
Selanjutnya Tan Malaka kemudian orang lannya, jika dikemudian hari terjadi
berpindah-pindah ke berbagai negara, sesuai maka kepemimpinan akan dialihkan
seperti Rusia, Cina, Thailand, Burma, ke Tan Malaka dan tiga orang lainnya (Tan
Filipina, dan Singapura. Pada 1942 setelah Malaka; Bapak Republik Yang Dilupakan,
kedatangan Jepang, secara diam-diam Tan n.d.). Hatta kemudian mengusulkan
Malaka kembali ke Indonesia. kepada Tan Malaka agar melakukan
Sesampainya di Indonesia Tan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk lebih
Malaka tinggal di Rawa Jati, dekat pabrik dikenal oleh rakyat. Namun dalam
sepatu Kali Bata, disebuah kamar indekos perjalanannya Tan Malaka kemudian
dengan panjang kurang dari 5 meter dan berselisih dengan Sutan Sjahrir. Selama
lebar kurang dari 3 meter (Tan Malaka, dua tahun, sampai 1948, Tan Malaka
2000). Kehidupan Tan Malaka jauh dari dipenjara tanpa diadili. Pada 1948 dirinya
kemewahan, hidupnya bahkan dapat dibebaskan, dan tidak lama pada tanggal 7
digolongkan prihatin dan jauh dari November 1948, Tan Malaka mendirikan
kecukupan. Kehidupan Tan Malaka di Rawa Parta Murba. Perjalanan hidup Tan Malaka
Jati sebagian besar dihabiskan untuk berakhir pada 1949. Ketika dirinya
membaca di perpustakaan di Gambir dan ditangkap oleh sekelompok tentara dan
menyelesaikan bukunya, Madilog. Di akhir dieksekusi mati atas perintah Letnan Dua
masa pendudukan Jepang, Tan Malaka Soekotjo dari Batalion Sikatan, bagian
bekerja di pertambangan arang yang Divisi IV Jawa Timur pada 21 Februari 1949
berada di Bayah, Banten. Disana Tan di Desa Selopanggung, Kediri (Tan Malaka;
Malaka tidak hanya bekerja, dirinya Bapak Republik Yang Dilupakan, n.d.).
mengorganisir para buruh tambang dan
pemuda di Banten. Bahkan sebelum Seputar Alam Pikiran Tan Malaka
kemerdekaan Tan Malaka diutus menjadi Tan Malaka memang lebih dikenal sebagai
perwakilan pemuda Banten untuk bertemu salah satu pentolan Partai Komunis

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 156


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

Indonesia. Dirinya terpilih menggantikan Islamannya. Bahkan dirinya menulis jika


Semaun sebagai pemimpin Partai Komunis Islam adalah sumber penghidupannya dan
Indonesia pada November 1921. Tan tertanam di dalam jiwanya (Malaka,
Malaka bahkan pernah mewakili Asia 2000). Tan Malaka memang berbeda
Timur dalam Kongres Komintern Keempat dengan pemimpin komunis lain yang justru
di Moskow pada Desember 1922. Meski memisahkan Islam dari arena politik. Ia
mendapat kesempatan berbicara selama justru hendak memadukan antara Islam
lima menit, namun Tan Malaka hanya dengan komunisme untuk melawan
berstatus sebagai penasihat dan bukan imperialisme kolonial. Pandangannya
sebagai anggota yang memiliki hak suara tentang perlunya persatuan Islam dan
(Tan Malaka; Bapak Republik Yang komunisme dikemukakannya selama lima
Dilupakan, n.d.). Setelah Kongres menit dalam Kongres Sarekat Islam di
Komintern Keempat selesai, Tan Malaka Surabaya pada 1921. Tan Malaka
diberikan tugas untuk menjadi pengawas menyampaikan pendapatnya tentang
partai komunis yang berada di Asia Timur. persatuan Islam dan komunisme dalam
Dari berbagai tugas dan jabatan yang perjuangan (Malaka, 2000). Pandangan
diembannya dapat dilihat bahwa Tan Tan Malaka atas persatuan Islam dan
Malaka memiliki kapasitas dan integritas komunisme tidak semata-mata didasari
yang baik. Akan tetapi, Tan Malaka tidak atas kondisi material berupa 250 juta
terlahir sebagai seorang komunis. rakyat Hindia-Belanda adalah muslim,
Kepercayaannya pada ideologi tersebut melainkan ia melihat persamaan antara
adalah hasil dari pergulatan pemikiran Islam dan komunisme dalam memandang
yang merupakan refleksi atas pengelihatan imperialisme.
dan perasaannya terhadap kondisi saat Selain atas pengaruh pendidikan
itu. Agama Islam yang dienyamnya sewaktu
Tan Malaka terlahir dari keluarga kecil, alam pikiran Tan Malaka sepenuhnya
Minang yang religius dan memiliki terbentuk di Eropa, ketika dirinya
sensibilitas minang yang membuatnya mengenyam pendidikan di Harlem dan
memiliki optimisme yang solid akan bertemu banyak orang di berbagai forum
kekuatan mengubah dari Islam dan konsep akademik maupun politik. Sejak kecil Tan
rantah (Poeze, 2008). Pendidikan Agama Malaka adalah sosok yang memiliki rasa
Islam yang diterimanya sejak kecil simpati yang tinggi. Terlahir dari kelas
memberikan kesan mendalam dalam diri menengah, kehidupan Tan Malaka kecil
Tan Malaka. Meski lekat dengan citranya berada di tengah-tengah batas sosial,
sebagai tokoh komunis, namun Tan Malaka antara kelas kecil dan bawah. Belanda
tidak pernah melepaskan status ke- jelas berbeda dengan Suliki kampung

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 157


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

halamannya. Di Belanda, Tan Malaka tidak untuk menghidupi dirinya karena kiriman
merasakan diskriminasi seperti yang dari Suliki terkadang tidak cukup. Dua hal
dirasakannya ketika berada di Indonesi. ini lah yang kemudian banyak membentuk
Para perantau, khususnya para pelajar karakter Tan Malaka.
yang berasal dari Indonesia dapat dengan Pertemuannya dengan banyak
bebas belajar bersama dengan para tokoh komunis Belanda, serta bacaan
pelajar Belanda. Tidak ada sekolah favoritnya tentang Perang Dunia I,
pribumi dan sekolah Eropa, para pelajar Nietzche dan Karl Marx memberikannya
belajar di kelas yang sama, bahkan perspektif berpikir yang baru. Perang
mereka makan di meja yang sama. Kondisi Dunia I telah menunjukkan padanya jika
itu sempat membuat pandangannya Belanda hanyalah negara kecil yang lemah
terhadap ide-ide pembebasan terasa kabur di bidang militer, sedangkan dalam
dan tidak solid (Malaka, 2000). Namun Nietzche dan Karl Marx, Tan Malaka
kondisi tersebut tidak lama, melihat adanya harapan bagi bangsanya
pertemuannya dengan para pelajar yang terjajah untuk meraih
Indonesia, beberapa tokoh komunis, dan kemerdekaannya, tidak dengan berpasrah
buku-buku tentang Marx dan Revolusi diri atau berharap kepada pada kekuatan
Bolsyewik menyadarkannya, jika ia berasal besar, melainkan dengan upayanya
dari negeri yang sedang di jajah. sendiri.
Selain menulis dan membaca buku Meski seorang komunis namun Tan
Tan Malaka memanfaatkan tahun-tahun di Malaka tidak menelan bulat-bulat teori
negeri Belanda dengan menjalin hubungan revolusi milik Marx. Hal ini dibuktikannya
dengan perkumpulan pelajar Indonesia ketika dirinya mengkritik upaya coup yang
dan orang-orang komunis di Belanda dilakukan oleh PKI pada 1926. PKI kala itu
(Jarvis & Suwarto, 2000). Sesungguhnya memang berencana untuk melaksanakan
Tan Malaka bukan tipikal penyenderi sebuah gerakan yang bertujuan untuk
seperti yang diketahui banyak orang atau menggulingkan pemerintahan kolonial,
dinarasikan dalam sejarah. Tan Malaka yang dianggap semakin menindas dan
adalah orang yang pandai dalam bergaul. melarang aktivitas politik pribumi. Tan
Hal ini dibuktikan dari banyaknya Malaka merespon hal tersebut dengan
pertemuan-pertemuan yang dihadirinya menulis sebuah brosur yang berjudul
ketika berada di Belanda. Kehidupan Tan “Naar de Republiek Indonesia” pada 1925.
Malaka di Belanda juga tergolong biasa Dalam brosurnya Tan Malaka menjelaskan
saja, bahkan cenderung menyedihkan. jika tujuan PKI saat itu belum lah sampai
Dirinya bahkan tinggal di kamar yang kepada tahap pemberontakan. Seperti
sempit, dan terkadang harus menghutang

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 158


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

yang dijelaskannya di dalam brosurnya Terbukti pemberontakan yang dilakukan


(Malaka, 1925): PKI pada 1926 gagal menggulingkan
“ .... Akan tetapi masih pemerintahan kolonial. Sebaliknya,
belum dapat dikatakan
pemerintah kolonial justru semakin
bahwa ia telah dapat
mengorganisir semua menekan kegiatan politik yang dilakukan
lapisan masyarakat dan
oleh kaum nasionalis. Pemerintah kolonial
membawanya di bawah
pimpinannya. Masih juga kemudian melarang aktivitas PKI dan
belum cukup, jika semua
menjatuhkan hukuman mati atau
orang Indonesia yang
tertindas menaruh pembuangan ke Boven Digul kepada para
simpati pada PKI, akan
anggota dan simpatisan PKI yang terlibat
tetapi jika waktunya
telah datang rakyat yang dalam pemberontakan. Atas respon hal
tertindas yang berjuta-
tersebut Tan Malaka kembali menulis
juta orang jumlahnya itu
setiap waktu akan sebuah brosur yang berjudul Aksi Massa.
mengikuti juga seruan
Selain pandangan atas teori
PKI. Bukan hanya dalam
kemenangan, tapi juga revolusi Marx, Tan Malaka juga selalu
dalam kekalahan
mengawali pemikirannya dengan
kepercayaan dan
ketaatan pada PKI pembacaan situasi internasional. Sebagian
sebagai partai rakyat
besar brosur yang ditulisnya, selalu
revolusioner harus tetap
tak berubah. dimulai dengan pembacaan situasi
Kita harus akui, bahwa
internasional. Hal ini dilakukan oleh Tan
propaganda dan agitasi
kita di daerah-daerah Malaka sebab kondisi yang terjadi di
luar Jawa juga di Jawa
Indonesia dipengaruhi oleh situasi yang
sendiri masih belum
konkrit dan cukup kuat terjadi di luar negeri atau internasional,
dan karenanya masih
khususnya di negara dunia pertama dan
belum cukup dalam
meresapnya. Kekurangan kedua. Tan Malaka (2015:10) dalam pidato
tenaga dan alat,
Kongres Persatuan Perjuangan pada 4-5
kekurangan pengetahuan
dan pengalaman tentang November 1946 dengan judul “Situasi
keadaan daerah-daerah
Politik Luar dan Dalam Negeri menuliskan,
di luar Jawa adalah
sebab yang terutama “bukankah negara kita ini bagian dari
mengapa tenaga-tenaga
dunia luar? Bukankah pula dunia luar itu
revolusioner kita
sementara masih lebih besar dari negara kita? Bukankah
tertimbun di Jawa dan
akhirnya politik dunia itu bisa sama sekali
aksi-aksi kita tetap
terbatas di Jawa. .... “ menghambat atau menghalang-halangi
politik negara kita sendiri?”. Bagi Tan
Tan Malaka menganjurkan jika
Malaka pembacaan situasi internasional
perebutan kekuasaan melalui sebuah aksi
sangat penting. Dengan adanya
massa harus direncanakan dengan matang.

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 159


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

pembacaan atas situasi internasional, dapat terwujud, tradisi lama atau pola
maka strategi perjuangan yang dirumuskan pikir tradisional harus digantikan dengan
akan lebih tepat kepada sasaran. tradisi baru yang progresif. Dan untuk
Satu lagi hasil alam pikiran seorang mencapainya, maka diperlukan pendidikan
Tan Malaka adalah Murba yang merupakan yang bertujuan untuk mencerahkan kaum
akronim dari Musyawarah Rakyat Banyak. Murba. Pada November 1948, bersama
Sebelum digunakan menjadi nama partai Chairul Shaleh, Sukarni, dan Adam Malik,
politik, Murba sendiri adalah gambaran Tan Malaka menggunakan Murba sebagai
atas manusia Indonesia yang hidup di masa nama partai politiknya yang baru.
kolonial. Pemikiran Tan Malaka mengenai
Murba dapat disandingkan dengan Harapan Terakhir Tan Malaka; Pendirian
Marhaen yang merupakan buah pemikiran Partai Murba
Sukarno. Pemikiran tentang Murba Meski di akhir-akhir perjalanan hidupnya
didorong oleh keinginan untuk Tan Malaka memilih untuk tidak menjadi
memperoleh kemerdekaan 100% yang anggota partai politik manapun, namun
merupakan kemerdekaan politik, ekonomi, dirinya bukanlah orang yang anti dengan
dan sosial-kebudayaan. Sebuah visi yang partai politik. Sepanjang karir dan
mencita-citakan suatu sistem perjuangannya Tan Malaka selalu
kemasyarakatan yang demokratis, anti memanfaatkan partai sebagai alat
feodalisme, anti totalitarian, dan anti perjuangan. Partai politik pertama Tan
penjajahan dalam bentuk apapun (Alfian, Malaka ialah Partai Komunis Indonesia
1986). (PKI). Bergabungnya Tan Malaka ke dalam
Konsep Murba milik Tan Malaka PKI tidak terlepas dari pengaruh Semaun,
tidak berbeda dengan konsep Marhaen pemimpin pertama PKI yang juga
milik Sukarno. Tidak seperti Marhaen yang merupakan Ketua Sarekat Islam cabang
masih memiliki arit dan pacul sebagai Semarang. Pada akhirnya keterlibatan Tan
modal untuk bekerja. Dalam pandangan Malaka dalam PKI tidak hanya sekedar
Murba massa rakyat Indonesia hanya menjadi anggota, namun kemudian dirinya
memiliki waktu dan tenaga, semua modal juga menjabat sebagai ketua partai
produksi dikuasai oleh pemerintah menggantikan Semaun yang pergi ke Uni
Kolonial. Bagi Tan Malaka revolusi menjadi Soviet (Poeze, 2008). Tan Malaka tetap
pemecahan frustasi rakyat, karena sangat menjadi ketua PKI meskipun dirinya
dibutuhkan guna memerangi sisa berada di Belanda sebagai seorang
feodalisme dalam skala kecil dan “buangan”.
imperialisme barat dalam skala besar Namun, hubungan Tan Malaka
(Mrazek, 1994). Agar revolusi kaum Murba dengan PKI harus berakhir pada 1927,

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 160


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

ketika PKI melakukan pemberontakan Poeze dalam bukunya Tan Malaka,


terhadap Pemerintah Kolonial yang Gerakan Kiri, Dan Revolusi Indonesia Jilid
berujung pada pembubaran dan 3: Maret 1947-Agustus 1948, menulis jika
pelarangan PKI. Bagi Tan Malaka, PKI tidak pada periode tersebut Tan Malaka lebih
dapat dipergunakan sebagai alat banyak berjuang bersama kaum buruh dan
perjuangan, maka dirinya bersama para pemuda. Dirinya bahkan
Soebangkat dan Djamaloeddin Tamim berseberangan dengan Front Demokrasi
mendirikan Partai Repoeblik Indonesia Rakyat (FDR) yang dipimpin oleh tokoh
(PARI) pada 1927 di Bangkok, Thailand komunis „tua‟ Musso dan mantan Perdana
(Poeze, 2008). PARI menjadi partai politik Menteri Indonesia yang juga merupakan
kedua bagi Tan Malaka sekaligus alat tokoh komunis, Amir Sjarifudin (Poeze,
perjuangan yang digunakannya setelah 2008).
PKI. Ketika Jepang menduduki Indonesia, Pada September 1948, Tan Malaka
Tan Malaka memutuskan untuk pulang ke dan Sukarni dibebaskan dari hukuman
Indonesia setelah kurang lebih dua puluh penjara tanpa peradilan yang
tahun berjuang dari luar negeri. Ketika itu dijalankannya selama dua tahun karena
PARI telah ia bubarkan, dan dirinya tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup.
memilih untuk tidak berpartai. Kebebasan Tan Malaka disambut baik oleh
Pada masa kemerdekaan, para pengikut dan kolega, akan tetapi Tan
setidaknya sampai akhir ajalnya Tan Malaka justru merasa terpukul melihat
Malaka bukan merupakan anggota partai Persatuan Perjuangan yang kian terpuruk
politik manapun. Di masa ini perjuangan (Hadidjojo, 2009). Tan Malaka
politik Tan Malaka tidak berpihak pada menggunakan Persatuan Perjuangan (PP)
suatu kelompok politik tertentu. Tan yang merupakan aliansi militer dan para
Malaka memilih untuk bekerja sama militer sebagai „kendaraan‟ politik untuk
dengan berbagai pihak yang menurutnya beroposisi kepada pemerintah. Akan tetapi
dapat dijadikan kawan seperjuangan. Ini stigma pemberontak yang dilekatkan
di karenakan Tan Malaka adalah seorang kepada PP dan kebijakan Reorganisasi dan
revolusioner yang antara lain menerima Rasionalisasi atau ReRa yang dilaksanakan
Marxisme sebagai petunjuk, tetapi jauh di oleh Perdana Menteri Hatta pada akhir
lubuk hatinya lebih meresapkan 1947 membuat PP menjadi semakin
nasionalisme (Lionar et al., 2021). Pada lemah.
1946, bersama Panglima Besar Jendral Tan Malaka mempunyai gagasan
Sudirman, Tan Malaka membentuk oposisi bahwa kekuatan yang masih mendukung
pertama di Indonesia, Persatuan tujuan Persatuan Perjuangan harus
Perjuangan (Irfan Teguh, 2018). Harry A. dipersatukan kembali dalam satu wadah

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 161


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

yang lebih solid (Hadidjojo, 2009). Tan yang menyatukan tujuan menentang
Malaka berpendapat jika kekuatan yang kapitalisme dan imperialisme (Kedaulatan
terhimpun ini harus diwadahi oleh suatu Rakjat, “Rapat Umum Partai Murba”, 7
organisasi yang kuat, yang mampu November 1948). Tidak seperti PKI yang
menghimpun, mengorganisasi, dan berideologikan komunis, Partai Murba
mengagitasi kekuatan revolusioner. Tan mengusung garis pandangan yang
Malaka juga menggaris bawahi, bahwa menggabungkan tiga pandangan
untuk bisa memenangkan perang ekonomi Nasionalisme, Agama, dan Sosialisme. Hal
melawan kapitalis Belanda, terlebih ini sesuai dengan dasar perjuangan Partai
dahulu masyarakat Indonesia harus bisa Murba ialah kebangsaan, keagamaan, dan
memenangkan kekuasaan politik kemurbaan (Kedaulatan Rakjat, "Partai
seutuhnya (R adiwilaga, Y Alfian, 2019). Murba", 5 November 1948). Meskipun
Kali ini Tan Malaka tidak bukan sebuah partai komunis, namun Tan
membentuk aliansi dengan kelompok lain, Malaka tetap meletakkan Marxisme
seperti tentara dan para militer. Tan sebagai landasan berpikir dan pandangan
Malaka memilih untuk menghimpun massa bagi para anggota parta. Keberadaan
aksi yang memang sepemikiran Partai Murba bertujuan untuk
dengannya. Tan Malaka juga tidak mempertahankan dan memperkokoh
membentuk organisasi taktis seperti PP, kemerdekaan Indonesia (Prabowo, 2002).
dirinya lebih memilih untuk membentuk Meskipun Partai Murba adalah
partai politik. Tan Malaka memandang gagasan Tan Malaka, akan tetapi dirinya
perlunya dibentuk sebuah partai tidak berada di dalam struktur partai. Tan
revolusioner yang dapat mengumpulkan Malaka lebih memilih untuk berada di
dan memusatkan kekuatan revolusioner balik layar, sebagaimana kebiasaan yang
Indonesia dengan jalan aksi massa teratur telah melekat pada dirinya selama
untuk meretas kemerdekaan nasional bertahun-tahun hidup dalam kejaran
(Malaka & Yogaswara, 2000). Pada tanggal (Isnaeni, 2010). Struktur organisasi Partai
7 November 1948 bersama Chaerul Saleh, Murba diisi oleh kader-kader muda dari
Sukarni dan Adam Malik, Tan Malaka berbagai latar belakang. Surat kabar
mendirikan partai politik yakni Partai Nasional tertanggal 11 November 1948,
Murba (Tan Malaka; Bapak Republik Yang dalam artikel berjudul “Tritunggal Partai
Dilupakan, n.d.). Murba”, menguraikan struktur organisasi
Partai Murba merupakan fusi dari Partai Murba. Berkedudukan sebagai Ketua
beberapa partai yang tergabung dalam adalah Sukarni; Ketua I dan II adalah
GRR antara lain; Partai Rakjat, Partai Maruto Nitimihardjo dan Sutan Darwis;
Rakjat Djelata, dan Partai Buruh Merdeka, Sekretaris Jenderal adalah Sjamsu Harja

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 162


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

Udaya; dan Sekretaris Umum adalah Pandu perkataan sendiri saja. Karena ini bukan
Karta Wiguna. Di bawah para pemimpin pidato semata-mata, bukan kursus
terdapat 25 anggota dewan partai. Meski semata-mata melainkan suatu uraian yang
tidak pernah sebesar PKI, akan tetapi pada saya rasa penting buat wakil yang kelak
pemilu 1955 Partai Murba berhasil akan kembali ke daerah masing-masing,
memperoleh dua kursi dalam parlemen. ...” (Malaka, 2006). Jadi kiranya
Partai Murba sulit berkembang karena berdasarkan perkataan itulah kemudian
dikenal sebagai partai yang keras dan dipilih nama Uraian Mendadak. Pidato
selalu bersikap oposisi terhadap Uraian Mendadak terbagi ke dalam tiga
pemerintah (Hadidjojo, 2009). Partai sub bahasan, yakni Soal Internasional, Soal
Murba tetap eksis meski Tan Malaka Nasional, dan Soal Partai.
sebagai inisiator harus tewas dua bulan Pada sub bahasan internasional Tan
setelah partai ini berdiri. Malaka menguraikan tentang pertentangan
yang terjadi antara dua sistem, yaitu
Partai di Mata Tan Malaka; Idealisme Tan kapitalis dan sosialisme. Dimana Amerika
Malaka Tentang Partai Politik dalam Serikat sebagai pemimpin blok kapitalis
Pidato Uraian Mendadak dan Rusia sebagai pemimpin blok sosialis.
Pada kongres peleburan tiga partai Tan Malaka mengajak untuk melihat
sekaligus pendirian Partai Murba, 7 semua gejala yang terjadi di luar sebagai
November 1948, Tan Malaka indikator dalam menentukan sikap. Sikap
berkesempatan berpidato untuk yang dimaksud oleh Tan Malaka ialah
memberikan pandangannya. Pidato Tan bagaimana mempersiapkan diri jika salah
Malaka tersebut dikenal sebagai teks satu, dari kedua pihak yang bersaing
Uraian Mendadak. Pidato yang berdurasi memenangkan pertarungan. Menurut Tan
kurang lebih dua jam ini, berisi pandangan Malaka persaingan yang terjadi antara
Tan Malaka terhadap situasi Indonesia saat kedua belah pihak telah mencapai
itu. Nama Uraian Mendadak sendiri bukan puncaknya dan dirinya percaya akan
lah pemberian Tan Malaka melainkan kemenangan blok sosialisme (Malaka,
pemberian nama kemudian. Pemilihan 2006). Menurut pandangan Tan Malaka
nama Uraian Mendadak didasari atas situasi internasional akan berpengaruh
perkataan Tan Malaka dalam pembukaan, terhadap kondisi nasional yang sedang
yakni “Kepada saudara stenografis saya terjadi.
minta kadang-kadang memakai perkataan Tan malaka membuka pembahasan
sendiri, sebab mungkin juga saya nanti sub kedua, yakni soal nasionalisme dengan
memakai ilustrasi. Jadi Ilustrasi itu menjabarkan rencana Merle Cochran, Duta
penjelasan/penerangan diisi dengan Besar Amerika Serikat mengenai tiga hal,

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 163


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

diantaranya pendirian pemerintahan mengancam. Tugas untuk menyadarkan


federal sementara, pembentukan federal rakyat akan bahaya yang mengintai adalah
council, dan dewan perwakilan sementara. tugas sebuah partai politik. Maka dari itu
Tan Malaka menghimbau jika rencana pada sub pembahasan ketiga, dan
Cochran akan mengancam kemerdekaan terakhirnya Tan Malaka membahas
Indonesia. Belanda yang berhasil kembali mengenai Partai Politik. Pada pembukaan
bangkit setelah perang atas bantuan sub bab pembahasan soal partai, Tan
Amerika Serikat melalui program Marshall Malaka langsung berseru kepada para
Plan berupaya untuk kembali berkuasa kader tentang tugas partai. Penjelasan
atas Indonesia. Tan Malaka menuding tugas partai dijabarkan Tan Malaka pada
bahwa Amerika Serikat berada dibalik alinea pertama sebagai berikut (Malaka,
upaya Belanda untuk kembali menduduki 2006):
Indonesia dengan rencana Cochran. Bagi “Sifat “PARTAI MURBA”
Tan Malaka, rencana Cochran adalah suatu ialah menggalang Rakyat
politik adu domba atau devide et impera, Murba. Dan saudara
dimana bangsa Indonesia akan masuk ke sekalian, yang akan menjadi
dalam peperangan antara blok kapitalis kader, yang bekerja buat
dan blok sosialis. Menurutnya mengikuti dan untuk Murba, dari
rencana Cochran sama dengan Murba. Saudara yang akan
menyerahkan kemerdekaan Indonesia, memimpin gerakan seluruh
“Kalau usul COCHRAN kita terima, maka Murba di Indonesia buat
kita akan dipakai oleh blok kapitalis buat melanjutkan perjuangan
dikerahkan menghadapi blok Sosialis kita. Jadi bukan kader
(Malaka, 2006). Tan Malaka tetap teguh terpisah dari Murba, yang
pada penderiannya untuk menolak segala terpisah dari Rakyat, tetapi
bentuk perundingan, dan waspada kepada yang di tengah-tengah
sikap Amerika Serikat yang Anti-Komunis Murba. Maka harus ada
dan ingin menghalangi kemerdekaan 100%. kontak rapat dengan Murba,
Dari dua sub bahasan tersebut, ialah buruh dan tani”
tentang internasional dan nasional, Tan Dari penjabarannya, Tan Malaka
Malaka menginginkan jika rakyat Indonesia menginignkan jika partai politik tidak
harus memiliki pandangan yang utuh hanya dijadikan sebagai mesin untuk
tentang kondisi dan situasi yang sedang mengumpulkan massa, namun juga harus
dihadapi. Menurut Tan Malaka rakyat yang mampu menjadi fasilitator bagi rakyat.
tidak tahu harus segera diberitahu, segera Setiap kader partai politik harus menjadi
disadarkan akan adanya bahaya yang intelektual organik, yang mengenal dan

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 164


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

mendalami kehidupan rakyat, khususnya Menurut Tan Malaka dengan adanya


buruh dan tani. Tan Malaka juga memiliki kepercayaan yang tumbuh antara partai
pandangan jika kegiatan partai tidak harus dan massa, maka tujuan partai akan
selalu soal politik. Partai harus mampu terwujud dan dengan sendirinya massa
selalu „ada‟ untuk rakyat, harus mampu akan mendukungnya. Dengan membangun
mendengar kebutuhan rakyat, dan tidak kedekatan dengan massa, Tan Malaka
hanya datang disaat membuhkan rakyat. meyakinin jika segala bentuk serangan
Sebab partai bertujuan untuk membangun yang datang dari luar guna mengancam
pengertian, membangun keyakinan dan kemerdekaan akan dapat diatasi. Soal
memberikan jalan melalui organisasi, bentuk dari pada partai politik, Tan
serta menggerakan organisasi dengan Malaka mengharuskan jika partai politik
dukungan massa Seperti yang harus berbentuk partai kader, dimana
dijabarkannya sebagai berikut (Malaka, massa yang mendukung kader haruslah
2006): massa terdidik, yang bergerak atas
“Kunjungilah kaum Murba. kesadaran yang dimilikinya, kader yang
Janganlah bosan memberi disiplin dan bersikap konsekwen dalam
pertolongan atau segala hal, serta memegang teguh tujuan,
penerangan, juga kepada anggaran dasar, dan semua keputusan
Murba buta huruf. Kita yang diambil secara mufakat (Malaka,
memerlukan perhubungan 2006).
(kontak). Dan kontak berarti Pada penutup pidatonya Tan
bersama menyelesaikan soal Malaka berpesan pada setiap kader yang
penghidupan sehari-hari. hadir dalam kongres untuk segara
Perlihatkan perhatian penuh mempraktikannya pada massa, selepas
kaum Murba. Berikanlah kembali ke kampung halamannya masing-
bantuan lahir batin kepada masing. Dan terakhir Tan Malaka
mereka dimana perlunya. mengatakan jika partai tidak akan
Saudara sendiri mengerti bertahan tanpa adanya keinsyafan, usaha,
apa artinya ramah tamah keyakinan, dan kecakapan para kadernya
bagi kaum Murba Indonesia. (Malaka, 2006). Tanpa semua itu maka
Pakailah semua kesempatan partai tidak akan sanggu menahan
buat mengadakan kontak serangan dari luar. Sebab perjuangan
dengan sikap ramah-tamah untuk mendapatkan kemerdekaan 100%
dan semangat tolong- merupakan jalan yang terjal.
menolong”

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 165


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

PENUTUP nasionalisme, kedua soal nasional, dan


Tan Malaka merupakan salah satu tokoh ketiga ialah soal partai. Jika dibandingkan
pergerakan yang sepak terjangnya tidak dengan karyanya yang lain, struktur uraian
perlu diragukan lagi. Selama hampir dua mendadak tidaklah berbeda dengan
puluh tahun, Tan Malaka hidup dalam karyanya yang lain. Seperti sudah menjadi
pembuangan. Pembuangan tidak kebiasaan seorang Tan Malaka untuk
menghentikan langkahnya untuk menjabarkan tiga poin penting, yakni
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. tentang hal internasional, nasional, dan
Untuk menghindari penangkapan, dirinya lokal. Struktur tersebut sangat dimungkin
beberapa kali berpindah-pindah tempat dipengaruhi oleh sudut pandang
tinggal dari satu negara ke negara lain. marxisme, dimana seperti yang diketahui
Namun justru di masa pembuangan itulah jika Tan Malaka adalah seorang marxisme.
jati dirinya ditempa. Meski harus hidup Marxisme yang merupakan sebuah ideologi
dalam pengasingan, dan dibayangi dengan yang didasarkan oleh aliran pemikiran
ancaman penangkapan, Tan Malaka tidak materialisme ala Marx, yakni materialisme
pernah melupakan tujuan atas (historis). Singkatnya, setiap gejala yang
perjuangannya, yaitu kemerdekaan ada merupakan hasil atau dampak dari
Indonesia. Selain merupakan tokoh politik, fenomena lainnya yang saling
Tan Malaka juga adalah seorang terhubungkan. Namun teks pidato uraian
intelektual yang menuangkan mendadak agak berbeda dengan karyanya
pemikirannya dalam berbagai tulisan. yang lain. Hal ini dikarenakan uraian
Dirinya telah banyak menghasilkan karya mendadak adalah sebuah pesan bagi para
pemikiran yang kemudian dicetak ke kader dan simpatisan Partai Murba, partai
dalam brosur atau buku. Salah satu yang baru dibentuknya. Pada pidato ini
karyanya adalah sebuah teks pidato yang Tan Malaka memberikan pandangan bahwa
dibacakannya di dalam kongres peleburan, partai harus dapat menjadi mesin massa
sekaligus pembentukan Partai Murba pada untuk berorganisasi dan bergerak. Tan
7 November 1948, yang kemudian dikenal juga berpikir, jika seharusnya partai tidak
dengan nama Uraian Mendadak. Perihal boleh teralienasi dari massa, atau
judul bukanlah Tan Malaka yang sebaliknya. Tan Malaka meyakini jika
memberikannya, melainkan muncul partai telah menjalankan fungsinya,
belakangan, yang disinyalir merupakan sebagai suluh bagi rakyat, dan rakyat juga
improvisasi para stenograf yang merasa memiliki partai, maka perjuangan
mencatatkan poin-poin pidatonya. Pidato untuk mencapai tujuan bersama, yakni
Uraian Mendadak terbagi ke dalam tiga kemerdekaan 100% akan dapat
sub bahasan, pertama adalah soal diwujudkan.

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 166


HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 10 (2) 2022
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728)

DAFTAR PUSTAKA Maret 1947-Agustus 1948 (Vol. 3).


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Alfian. (1986). Transformasi Sosial Budaya
dalam Pembangunan Sosial. UI Press. Prabowo, H. (2002). Perspektif Marxisme:
Tan Malaka, teori dan praksis menuju
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). republik. Jendela.
Metodologi penelitian kualitatif. CV
Jejak (Jejak Publisher). Pranata, R. H., Aman, & Setiawan, J.
(2020). Implementation of
Hadidjojo. (2009). Ayahku Maroeto Multicultural Values in Indonesian
Nitimihardjo: Mengungkap Rahasia History Learning to Build Tolerance
Gerakan Kemerdekaan. Hasta Mitra. and Nationalism Attitudes of
Irfan Teguh. (2018). Umur Pendek Students of Ngaglik 1 Senior High
Persatuan Perjuangan, Oposisi School, Sleman. 398, 131–136.
Pertama di Indonesia. Tirto.Id. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200
130.028
Ismaun. (1984). Pengantar Ilmu Sejarah.
Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS- R adiwilaga, Y Alfian, U. R. (2019).
IKIP. Mengurai Gagasan Tan Malaka sebagai
Bentuk Kontribusi Terhadap
Isnaeni, H. F. (2010). Dimusuhi PKI, PRD Pemerintah Republik Indonesia.
Ikut Murba. Historia.Id. Forum Ilmu Sosial, 46(December),
142–153.
Jarvis, H., & Suwarto, W. (2000). Tan
Malaka: pejuang revolusioner atau Sastranegara, T., Suryo, D., & Setiawan,
murtad? Cermin. J. (2020). A Study of the Use of
Quipper School in History Learning
Lionar, U., Yefterson, R. B., & Naldi, H. during COVID-19 Pandemic Era.
(2021). Tan Malaka : Dari Gerakan International Journal of Learning and
hingga Kontroversi. Criksetra, 10(1), Development, 10(3), 20.
43–59. https://doi.org/10.5296/ijld.v10i3.17
https://doi.org/https://doi.org/10.3 212
6706/jc.v10i1.13012
Setiawan, J., & Aman. (2019). Character
Malaka, T. (1925). Naar de Republik Education Values in the Youth Pledge
Indonesia (menuju Republik History Learning Materials.
Indonesia). Yayasan Murba. 323(February 2001), 266–271.
Malaka, T. (2000a). Dari Penjara Ke https://doi.org/10.2991/icossce-
Penjara Jilid 1. Teplok Press. icsmc-18.2019.49

Malaka, T. (2000b). Islam dalam tinjauan Syaifuddin. (2012). Tan Malaka: Merajut
Madilog. Komunitas Bambu. Masyarakat dan Pendidikan Indonesia
yang Sosialistis. Ar-Ruzz Media.
Malaka, T. (2006). Uraian Mendadak.
Jakarta: LPPM Tan Malaka. Tan Malaka; Bapak Republik yang
Dilupakan (p. 15). (n.d.). KPG.
Malaka, T., & Yogaswara, A. (2000). Aksi
massa. Cedi & Aliansi Press. Tan Malaka. (2000). Dari Penjara Ke
Penjara Jilid 2. Teplok Press.
Mrazek, R. (1994). Semesta Tan Malaka.
Bigraf Publishing. Triyana, B. (2016). Tere Liye dan Asal Usul
Pengingkaran Sejarah Gerakan Kiri di
Poeze, H. A. (1988). Tan Malaka Indonesia. Historia.Id.
Pergulatan Menuju Republik I.
Pustaka Utama Grafiti. Wibowo, B. P., Wulandari, T., & Setiawan,
J. (2020). Character education values
Poeze, H. A. (2008). Tan Malaka, Gerakan as reflected in K.H. Gholib struggles
kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 3: of defending Indonesian

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 167


Pemikiran Tan Malaka mengenai Partai Politik dalam …, Yusuf Budi Prasetya Santoso, 151-168

independence in Lampung.
International Journal of Learning and
Development, 10(4), 22–41.
https://doi.org/10.5296/ijld.v10i4.17
608

DOI : 10.24127/hj.v10i2.4543 168

Anda mungkin juga menyukai