Anda di halaman 1dari 5

RESUME BAHASA INDONESIA

“KESANTUNAN BERBAHASA SEBAGAI DASAR MEWUJUDKAN


INTEGRASI NASIONAL DAN HARMONI SOSIAL”

DI SUSUN OLEH
Bambang Dermawan (60600121006)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Hj.Dahlia Patiung, M.Pd

PRODI TEKNIK INFORMATIKA


SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Atas berkat dan karuninya saya
dapat menyelesaikan resume ini yang berjudul “KESANTUNAN BERBAHASA
SEBAGAI DASAR MEWUJUDKAN INTEGRASI NASIONAL DAN
HARMONI SOSIAL” dengan baik.

Tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi maupun
pikirannya

Kami menyadari sepenuhnya bahwa resume ini masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga resume ini
memberikan manfaat khususnya menambah pengetahuan.
A. Pendahuluan
Kesantunan ( politeness ) atau kesopansantunan atau etiket adalah
tata cara , adat , atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat . Kesantunan
merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh
suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat
yang disepakati oleh perilaku sosial . Oleh karena itu , kesantunan ini biasa
disebut " tata krama " ( Muslich , 2006 ) .
B. Jenis Kesantunan
Kesantunan itu ada tiga macam, yaitu kesantunan berpakaian,
kesantunan berbuat, dan kesantunan berbahasa. Dalam kesantunan
berpakaian (berbusana , berdandan), ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, berpakaianlah dengan sopan di tempat umum, yaitu hindarilah
pakaian yang dapat merangsang orang lain terutama lawan jenis, seperti
pakaian tembus pandang (transparan), menampakkan bagian badan yang
pada umumnya ditutup, dan rok yang terlalu mini atau terbelah terlalu
tinggi. Kedua, berpakaianlah dengan rapi dan sesuai dengan keadaan , yaitu
berpakaian resmi pada acara resmi, berpakaian santai pada situasi santai,
berpakaian renang pada waktu berenang. Kesantunan perbuatan adalah tata
cara bertindak atau gerak-gerik ketika menghadapi sesuatu atau dalam
situasi tertentu .
C. Hubungan Kesantunan dan Budaya
Bahasa merupakan salah satu unsur pembentuk budaya. Di samping
itu, bahasa juga merupakan bagian dari budaya itu sendiri. Kesantunan itu
sendiri sebenarnya merupakan bagian integral bahasa. Karena kesantunan
itu merupakan bagian dari bahasa dan bahasa merupakan bagian dari budaya
, kesatunan tidak terpisahkan dari budaya. Tata cara berbahasa seseorang
dipengaruhi norma - norma budaya suku bangsa atau kelompok masyarakat
tertentu. Tata cara berbahasa orang Indonesia tentu berbeda dengan perilaku
berbahasa orang asing, seperti orang Amerika dan Inggris meskipun mereka
sama - sama berbahasa Inggris . Begitu juga , tata cara berbahasa orang Jawa
berbeda dengan tata cara berbahasa orang Bali , meskipun mereka sama -
sama berbahasa Indonesia . Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan yang
sudah mendarah daging pada diri seseorang berpengaruh pada pola
berbahasanya.

D. Pembentukan Kesantunan Berbahasa .

Dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan prinsip kerja sama


(cooperative principle) dengan keempat maksim (aturan) percakapannya ,
yaitu (1) maksim kuantitas , artinya ketika berkomunikasi , yang
dikomunikasikan harus sesuai dengan yang diperlukan , tidak lebih dan
tidak kurang ; (2) maksim kualitas , artinya informasi yang disampaikan
harus didukung dengan date;(3) maksim relevansi , artinya yang dibicarakan
harus relevan atau berkaitan dengan yang sedang dibicarakan mitra tutur ,
dan (4) maksim cara, artinya di samping , ada masalah yang dibicarakan ,
juga harus diperhatikan bagaimana cara-cara menyampaikan masalah
tersebut.

E. Pengaruh Aspek Nonverbal Terhadap Kesantunan

Berbahasa Keefektifan komunikasi tampaknya tidak hanya


ditentukan oleh keserasian pilihan penggunan bahasa dan ragam bahasa
yang ada dengan aspek sosial budaya masyarakat , tetapi juga oleh adanya
keserasian antara kedua hal tersebut dengan perilaku nonverbal yang
menyertainya. Mulyana ( 2000 : 308 ) menyatakan bahwa manusia tidak
hanya dipersepsi lewat bahasa verbalnya : bagaimana bahasanya ( halus ,
kasar, dan seterusnya), tetapi juga melalui perilaku nonverbalnya.
Dinyatakan juga bahwa meskipun secara teoretis komunikasi verbal dapat
dipisahkan dari komunikasi nonverbal, dalam kenyataannya , kedua jenis
komunikasi itu jalin - menjalin dalam komunikasi tatap muka . Sejalan
dengan hal itu , Effendy ( 1981 : 31 ) menyatakan bahwa komunikasi verbal
dan nonverbal itu saling mengisi untuk mencapai efektivitas komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Suandi, I Nengah, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. 2017. Keterampilan


Berbahasa Indonesia. Depok : PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai