Anda di halaman 1dari 2

Nama: Bangun Parikesit Sodikin

NIM:2021021119
Prodi: Manajemen
Mata kuliah: Bahasa Indonesia
Pepatah “ Banyak Anak, banyak rezeki :

“ Banyak anak, banyak rezeki “ pepatah ini merupakan pepatah yang sudah tumbuh mengakar di
Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu. Tak heran njika banyak orang tua yang banyak percaya
dan berharap suatu saat anak – anaknya bisa mengangkat derajat keluarga.Padahal bagi masyarakat
yang memiliki banyak anak belum tentu derajat mereka terangkat. Beberapa hal yang perlu di ingat
derajat keluarga dapat terangkat karena kualitas anak bukan kuantitas. Selain itu, peraturan hukum
Indonesia juga tidak berpihak lagi pada pepatah banyak anak banyak rezeki karena beban negara
akan bertambah jika satu keluarga banyak anak.

Hal tersebut di atas, sesuai dengan pedapat Rahman Sulistyo, seorang Sosiolog yang diungkapkan
dalam Liputan6.com, ia mengungkapkan bahwa,
“Ungkapan banyak anak banyak rezeki sudah tidak pas lagi pada zaman sekarang. Indonesia di
zaman modern ini sangat membutuhkan kualitas manusianya yang akan membangun bangsa. Para
orang tua yang mempunyai banyak anak belum tentu mempunyai biaya untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya.”
Dengan demikian, anak yang tidak dididik dengan kualitas pendidikan yang bagus biasanya
mereka tidak mempunyai kemampuan yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Hingga akhirnya anak
tersebut akan menjadi beban dan tidak dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Selain itu, orang
tua juga akan stres jika memiliki terlalu banyak anak karena mengakibatkan turunnya kualitas
kehidupan keluarga tersebut.
Selain itu, pada UU Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 25(1) berbunyi “ Suami dan istri mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana.” Terlihat
dari peraturan pada undang-undang tersebut bahwa jelas sebuah keluarga harus merencanakan
dengan baik tentang jumlah anak. Anak yang diinginkan dan direncanakan tentu akan
menghasilkan kualitas ana yang mandiri, memiliki kemampuan, dan tentunya yang dapat menjadi
generasi baik bagi negeri ini. Kita sebagai warga negara sudah seharusnya sadar kondisi negeri ini
dengan tidak melahirkan keturunan yang berlebih serta menelantarkan anak-anak tersebut.
Sebaiknya kita melahirkan keturunan dengan jumlah yang sudah ditentukan pada undang-undang
dengan kualitas anak yang baik.
Menurut Siswanto, seorang budayawan dalam nikenapriliana.wordpress.com. mengatakan bahwa
pepatah ini masih dipegang kuat oleh masyarakat di pedesaan. Pekerjaan yang mereka geluti
sebagian besar sangat membutuhkan tenaga manusia, maka mereka lebih memilih untuk
melahirkan banyak anak. Namun, seharusnya kita kembalikan lagi pada situasi saat ini. Anak yang
tidak memiliki kemampuan, biasanya selalu bergantung pada orang lain. Bisa saja memiliki
banyak anak, asalkan anak tersebut dididik dengan baik sehingga menjadi generasi yang baik. Jika
memiliki banyak anak dan tidak bisa mendidiknya dengan baik. Alangkah lebih baik jika setiap
keluarga memiliki dua anak cukup.
Sudah sepatutnya kita semua sadar dengan zaman yang terus berkembang dan persaingan yang
semakin ketat. Apabila kualitas manusia di negeri ini masih di bawah rata-rata, kita harus terus
berkembang untuk meningkatkan kualitas manusianya bukan malah meningkatkan kuantitasnya.
Apalagi pada saat sekarang sudah ada peraturan pemerintah mengenai keluarga berencana. Oleh
karena itu, kita tidak boleh terus menerus berpegang pada pepatah “Banyak anak banyak rezeki.”
Kutipan pada paragraph pertama yang berdasarkan pada fakta yaitu kutipan yang dikatakan oleh
seorang sosiolog bernama Rahmat Sulistyo.
“Ungkapan banyak anak banyak rezeki sudah tidak pas lagi pada zaman sekarang. Indonesia di zaman
modern ini sangat membutuhkan kualitas manusianya yang akan membangun bangsa. Para orang tua
yang mempunyai banyak anak belum tentu mempunyai biaya untuk membiayai pendidikan anak-
anaknya.”

Kutipan pada paragraph kedua yang berdasarkan fakta atau dukungan yang lebih kuat yaitu

Selain itu, pada UU Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 25(1) berbunyi “ Suami dan istri mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana.”

Pada paragraph ke empat yaitu bantah yang bersebrangan terhadap pendapatan saya yaitu

‘’Bisa saja memiliki banyak anak, asalkan anak tersebut dididik dengan baik sehingga menjadi generasi
yang baik.’’

Pada paragraph ke lima kesimpulan yang berada di teks argumentasi tersebut yaitu

Sudah sepatutnya kita semua sadar dengan zaman yang terus berkembang dan persaingan yang semakin
ketat. Apabila kualitas manusia di negeri ini masih di bawah rata-rata, kita harus terus berkembang untuk
meningkatkan kualitas manusianya bukan malah meningkatkan kuantitasnya. Apalagi pada saat sekarang
sudah ada peraturan pemerintah mengenai keluarga berencana. Oleh karena itu, kita tidak boleh terus
menerus berpegang pada pepatah “Banyak anak banyak rezeki.”

Anda mungkin juga menyukai