A . Sistem Hukum .
LUAR
LUAR HUKUM
HUKUM
Perjanjian Lain.
4?
Dipindai dengan CamScanner
tsX^
^nean Undang-Undang, maka Keputusan HaU™ .
asar
Hukuranya adalah
^^2^3 ^^^tedaan lain
antara kaedah hukum denBan v . L lainnya? Kaedah hukum bersifat “attributif’
dan “normaw Kaedah bersifat atribut artinya kaedah yang memberikan hak dan
kaedah normatif adalah kaedah yang membebankan kewajiban
Kaedah agama, adalah kaedah normatif, demikian pula kaedah
kesusilaan juga kaedah yang bersifat normatif karena bertujuan untuk
menyempurnakan diri manusia dan karenanya hanya membebankan kewajiban.
43
Btehu 44
Dipindai dengan CamScanner
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Akhirnya dapat dilihat definisi hukum dari “vo« savigny” dan “roscoe
pound', Von savigny" menyatakan “des recht wird nicM d™ wal^ Tedemah™
'bebasnya adalah: Hukum itu tidak dibuat dengari sengaja, tetapi tumbuh, lahir
dan berkembang secara spontan dalam masyarakat.
Roscoe Pound menyatakan “law is a tool of social engineering -hukum
adalah merupakan alat untuk menggerakkan masyarakat) .
d^amperundang-undang^
X P~K ‘B « "" r""lh“>,,l,h b'rsi,“ ■*> rencana, bukan suatu yang definitif, demikian
juga menurut Horst : Demikianlah KUHPdt diambil sebagai contoh, KUHPdt
hanya merupakan suatu rencana. Kapan dikatakan sebagai huku^ yang konkrit,
4
5
46
Dipindai dengan CamScanner
ini bukanlah hukum.
47 '
1
■ ■ ■ ’ ■ . i ■ ?; ■ •' ' - . ■ • •
48
49
50
2. Kelompok avonturir
Kelompok amatir, adalah kelompok fungsionaris tinggi yang
bukan Saijana Hukum yang mencoba-coba memberi hukumnya
menciptakan dan mengkonstruksi hukum sedangkan kelompok avonturir
adalah kelompok Sarjana Hukum yang sengaja menyimpang dari hukum
untuk tujuan-tujuan tertentu. Kedua kelompok ini tentunya merusak dunia
hukum dan karena itu kita harus menguasai sistem hukum agar kontraksi
hukum yang diciptakan tidak menyimpang dari sistem hukum itu.
Penemuan hukum adalah suatu proses pembentukan hukum oleh
hakim atau petugas-petugas hukum lainnya terhadap peristiwa- peristiwa
hukum yang konkrit. Dengan kata lain penemuan hukum ini adalah
konkritisasi atau individualisasi dari peraturan hukum yang bersifat umum
itu kepada suatu peristiwa konkrit. ■■ -
Sistem penemuan hukum ada 2, yaitu:
J 1. Sistem otonom, dan
J 2. Sistem heteronom
Sistem Otonom, adalah suatu sistem penemuan hukum yang
menekankan pada faktor dalam dirinya. Sistem ini dikenal di negara
Anglo Saxon. Sedangkan sistem heteronom adalah suatu sistem penemuan
hukum yang dipengaruhi oleh faktor di luar dirinya, lingkungan, politik,
ekonomi dan sebagainya. Sistem ini dikenal di negara-negara Eropah
Kontinental.
Di dalam perkembangannya, kedua sistem ini sudah saling
mempengaruhi. Seperti semula di Inggris, bagaimana hukumnya suatu
kasus, semata-mata ditentukan oleh person hakim. Akan tetapi dalam
perkembangan kemudian berubah menjadi the bindingforce
£ T-.* ‘ • ■ _• ’ 1 ” ’ ’ 7* ’ r" * 1 * ■ ' ’ * .?•' ' " • -'t ri- • i’ 5
51
52
53
55
i a. Interpretasi Undang-Undang
Dalam problematika dari penemuan hukum (oleh hakim) maka
interpretasi undang-undang pada gilirannya mewujudkai medan penelitian
utama. Tema-tema penelitian (yang mungkin)4 sini adalah: suatu penelitian
tentang jenis-jenis metode-metod mteipretasi yang mungkin dan dapat
digunakan, hal menyusu* suam hierarki metode-metode interpretasi atas dasar
bahan-bah* • t en * . obyektif, kebutuhan pada suatu metodofo?
M
ipreasi yang sesuai dengan cabang dari hukum terlou'
■ . '
■ ■ •• , • • '
koherensi dari perilaku inteipretasi faktual dari para hakim «Hb. spefisik
dari mtepretasi undang-undang dalam pemCgll n dengan interpretasi atas
teks-teks lain, sifat dari bahasa yane digunakan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim, pertanyaan dalam derajat apa pendekatan-pendekatan
interpretasi diderteminasi oleh titik-titik tolak dalam bidang Teori Hukum
dan Filsafat Hukum dari pada interpretator, peranan dari Logika pada
interpretasi undang-undang. Terbawa oleh sifatnya, berbagai metode
interpretasi secara tersendiri, atau suatu faset tertentu dari metode- metode
inteipretasi itu, dapat juga mewujudkan pokok-telaah dari penelitian
57
■ ' .
L ’
memandang
Apakah oran® dang.Undangan terhadap situasi yang’’ kekosongan
dalam P bahwa sebuah undang-undj ;
dan dengan dem kt^ sebaliknya: apakah orang baru ha^ ’ Xara‘ tentang
“kekosongan” dalam perundang-undangan jikj i 2 eTudah misalnya
dilakukan suatu intetpretas. analogi ti^ j Zt ditunjuk satu pun undang-
undang yang dapat diterapkan? .g; d P Di samping pertanyaan dalam
derajat apa hakim dapat j mengambil unsur dari dalam perundang-
undangan atau dari sistem hukum yang berlaku dalam keseluruhannya
untuk dalam suatu kejadian konkret mengisi kekosongan-kekosongan,
juga tampil ke muka misalnya pertanyaan sejauh mana kekosongan-
kekosongan dalam cabang-cabang hukum tertentu, seperti misalnya
hukum pidana, dapat dan boleh diisi.
c. Antmomi-Antinomi.dalam Hukum /
Sama seperti pada kekosongan dalam hukum juga uraian batasan
pengertian dari pengertian “antinomi” dalam derajat besar ditentukan
oleh pandangan-pandangan interpretasi dari peneliti. Sebab ihwalnya
dapat saja bahwa suatu pertentangan tertentu antara dua teks undang-
undang dalam kerangka dari salah satu teori interpretasi dapat ditiadakan
dengan interpretasi, sehingga yang tampak seolah-olah antinomi
(antinomi semu) hilang, sedangkan suatu teori interpretasi lain
memandang suatu pendekatan interpretasi yang demikian luas itu adalah
tidak mungkin dan karena itu juga harus menyelesaikan masalah itu
sebagai sebuah persoalan antinomi-
Orangjuga baru dapat berbicara tentang antinomi jika orang
roem®dang keseluruhan aturan-aturan hukum, yang di dalamnya antinomi
59
y.
6
0
Dipindai dengan CamScanner
peranan fakta-fakta dalam putusan-putusan yuridikal. Secara umum
dapatlah dilaksanakan penelitian yang cukup luas tentang kemungkinan
dapat digunakannya berbagai Ilmu Sosial pada interpretasi fakta-fakta oleh
hakim.
Juga keseluruhan problematika penempatan para pakar dan cara
yang berdasarkannya mereka menilai fakta-fakta dalam konteks ini dapat
diteliti. Interpretasi atas fakta-fakta ini pada akhirnya dengan cara yang
menentukan dipengaruhi oleh aturan- aturan pembuktian yang berlaku.
Keseluruhan problematika pembuktian ini karena itu pada penelitian bidang
Teori Hukum tentang interpretasi atas fakta-fakta juga akan harus
dilibatkan dan untuk sebagian bahkan secara langsung mewujudkan pokok-
pokok dari penelitian tersebut
61
g. Argumentasi Yuridikal */
Jika argumentasi yuridik dipelajari, ihwalnya dalan kenyataan
secara umum selalu berkenaan dengan suatu penelitiar tentang
argumentasi kehakiman. Hal ini dapat dijelaskan di satu pihak oleh
dapat dimasukinya, informasi tentang hal ini (khususnya oleh
berlimpahnya publikasi putusan-putusan badan kehakiman) dan di lain
pihak oleh kewajiban-kewajiban motivering yang mengakibatkan bahwa
tiap vonis setidaknya dalam asasnya, bermuatan suatu jalan pikiran
terstruktur yang jelas. Demikianlah problematika motivering dari
putusan-putusan kehakiman berkaitan erat dengan
problematika.argumentasi yuridik.
Dalam kerangka problematika ini, topik-topik penelitian .
berikut ini dapat ditunjuk: t/ie dissenting opinions, kaitan antara
argumentasi yuridik dan metodologi penemuan hukum, kaitan antara
argumentasi kehakiman dan teori pengambilan putusan, rasionalitas,
“ketepatan” atau “obyektivitas” dari argumentasi'' argumentasi yuridik,
jenis-jenis “argumen yang (dapat digunakan dalam sebuah argumentasi
yuridik, dan argumentasi pada penerapan kaidah-kaidah kabur”.
D Sistem Hukum Dunia
62
■ 63
d dipisahkan
iknt melalui peng^^ hukuin dapat dilakukan tanPa ^SS^aenganad^
-----Tanpa Sengketa
Pelaksanaan Hukum
-----Ada Sengketa - Pengadilan
-----Tanpa Sengketa
66
Syllobisme
Dikonstatir
dengan
pembuktian
67
:■
I
I
I
diterapkan
i
I
- ■f - ■
:
.
I
I
Pasal 39 Pp 9/1975
pasal 39 PF’'1975
Janda Duda
Ilmu
69