Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS GUNADARMA

Mata Kuliah: Psikologi Sosial 2 Tanggal: 28 Mei 2022


Fakultas: Psikologi Waktu: 120 Menit
Jenjang: S1 Dosen : Asrini Mahdia.,SE.,MA
Kelas: 2PA09 Sifat: Open Book
Tahun: ATA 2021/2022 Jumlah Soal : 3 Essay
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Trianisa Mayangsari
NPM : 11520060
Kelas : 2PA09

AGRESI

Berbagai kejadian bullying belakangan ini kerap terjadi pada remaja. Dari mulai berkata kasar
di media sosial, hingga melakukan kekerasan fisik.

Pertanyaan: Jelaskan dengan teori dan pengetahuan agresi dalam psikologi sosial, faktor-
faktor apa sajakah yang paling berperan dalam fenomena ini? Jika Anda menjadi
konsultan/psikolog anak, apa solusi yang Anda lakukan untuk mentreatment pelaku agar tidak
melakukan agresi itu kembali?

Jawab:

Faktor-faktor umum penyebab terjadinya bullying adalah faktor kepribadian, pola


asuh, dan peran kelompok teman sebaya. Lebih rincinya lagi adalah karena pernah
menyaksikan/merasakan kekerasan, kurangnya hubungan antara anak dengan orangtua,
memiliki orang tua yang bersifat permisif, memiliki saudara kandung yang abusif, tidak
percaya diri lalu membullly agar merasa memiliki kekuatan/dominasi, kebiasaan mengejek
orang lain, haus akan kekuasaan, ingin populer, tidak memiliki empati, dorongan teman
sebaya, minimnya perhatian terhadap bullying, serta pelampiasan frustrasi/emosi yang
salah.
Yang akan saya lakukan ada 4 langkah, yaitu pertama adalah penanaman moral dengan
berbicara pada pelaku bullying dan memberi tahu bahwa perundungan dapat membahayakan
kesehatan mental bahkan fisik korban. Kedua memberikan kasih sayang dan pengertian serta
mengajarkan kepedulian dan empati pada pelaku, karena mereka umumnya kurang akan hal
tersebut. Ketiga, mengamati emosi yang pelaku keluarkan, karena sebagai seorang psikolog
memang seharusnya kita pintar adalam mengobservasi dan membaca sikap orang. Kita tidak
bisa sembarang menggunakan terapi untuk penyembuhan, bahkan menghargai perilaku yang
ia keluarkan itu penting. Keempat, setelah memahami pola emosi pelaku, barulah perlahan
saya mengajari pelaku bagaimana cara mengontrol dan mengekspresikan emosi yang baik.

KONFORMITAS

Hari ini adalah hari pertama Anda masuk kerja sebagai karyawan baru di sebuah
perusahaan. Perusahaan baru ini bergerak dibidang bisnis yang berbeda dengan perusahaan
tempat kerja Anda sebelumnya. Anda tahu bahwa keduanya pasti akan memiliki budaya
yang berbeda. Namun, tidak pernah terbesit di pikiran Anda bahwa budaya perusahaan akan
sejauh itu mempengaruhi gaya berbusana para karyawannya. Di hari pertama, karena belum
memiliki kesempatan untuk mengenal lebih jauh perusahaan ini, Anda datang dengan gaya
busana formal. Berkemeja, menggunakan rok span atau berdasi, menggunakan jas atau
blazer, dan sepatu yang berbahan kulit. Sayangnya, bukannya terlihat rapi dan professional,
hari ini Anda justru terlihat seperti ‘badut’ di siang bolong. Tentu saja karena tampilan Anda
yang berbeda. Mayoritas karyawan di perusahaan ini berpakaian casual. Jangankan
menggunakan jas atau blazer, kemeja pun mereka ganti dengan kaos tak berkerah, walaupun
masih terlihat rapi dan sopan. Sepatu, tentu saja bukan pantofel berbahan kulit. Mayoritas
mereka menggunakan sepatu kasual, sport, bahkan sepatu sandal. Sepanjang hari, begitu
banyak tatapan mata yang sebenarnya tidak Anda inginkan. Dan, bagi Anda, tentu saja hari
ini menjadi hari paling melelahkan walaupun seharian Anda hanya perlu duduk diam
melihat bagaimana senior Anda bekerja.
Pertanyaan: Terkait dengan teori konformitas, bisakah Anda memperkirakan apa yang akan
teman- teman Anda lakukan di hari kedua Anda dan mereka bekerja di perusahaan tersebut
untuk menghindari ‘kelelahan’ ketika menghadapi udara panas/siang hari karena berpakaian
formal?
Jawab:
Menurut perkiraan saya berdasarkan teori konformitas (perubahan perilaku/sikap
akibat pengaruh sosial/kelompok), yang akan saya lakukan di hari kedua untuk menghindari
“kelelahan” adalah saya akan mulai menyesuaikan cara berpakaian saya dengan cara
berpakaian rekan-rekan kantor. Perlahan berusaha untuk menggunakan pakaian yang
menurut saya kasual namun tetap terlihat sopan dan nyaman. Seperti memakai kaos
berkerah dan celana bahan atau rok midi. Lalu saya menggunakan flat shoes atau
menggunakan sepatu kasual. Dan tidak lupa membawa atau meyimpan jas/outer di loker,
agar tetap bisa terlihat lebih formal ketika ada meeting mendadak dengan klien/atasan.

PROSOSIAL
Jelaskan secara detil, persamaan dan perbedaan antara filantropi dan altruisme!

Jawab:
1) Persamaannya adalah filantropi dan altruisme ini sama-sama
menolong/mempedulikan orang lain baik itu dengan tenaga atau dengan harta. Dan
pada dasarnya sama-sama perilaku baik dan terpuji.
2) Perbedaan

• Perilaku filantropi mengacu untuk menolong orang lain namun terkadang


masih memikirkan diri sendiri, kalau altruisme benar benar menolong orang
lain tanpa mempedulikan diri sendiri.

• Perilaku filantropi terkadang dilakukan hanya karena ingin dipuji, kalau


altruisme itu karena benar-benar tulus ingin membantu.

• Tidak semua filantropi adalah altruisme, tapi semua altruisme


adalah/mendukung filantropi.

Anda mungkin juga menyukai