Anda di halaman 1dari 13

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA SETU


NOMOR: A 012/SK/DIR/RSKH-Setu/IX/ 2019

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN BAGIAN UMUM
RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA SETU
DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA SETU

Menimbang a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang


: berkualitas terhadap masyarakat Kabupaten Bekasi sesuai dengan Visi
dan Misi serta Falsafah dan Tujuan Kartika Husada Setu, maka
dipandang perlu ditetapkan kebijakan umum Kartika Husada Setu
Kabupaten Bekasi;
b. bahwa untuk mencapai tujuan pada butir (a), perlu ditetapkan melalui
Surat Keputusan Direktur Kartika Husada Setu

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran


: Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);
2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431);
3. Undang-undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara 3637);
5. Akte Notaris Martinef, SH MSi. Keputusan RUPS Luar Biasa PT.
Kartika Medika, No.17 tanggal 13 Maret 2018
6. Izin Operasional Tetap RS No. 503/27/Dinkes/RS?2014, tanggal 15
Desember 2014
Peraturan Perusahaan RS Kartika Husada tanggal 14 Februari 2019
7. yang telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Bekasi pada tanggal 14
Februari 2019
Surat Keputusan Direksi RS Kartika Husada Setu tentang Struktur
8.
Organisasi RS Kartika Husada
Surat Keputusan Dirktur Corporate tanggal 15 September 2019, No.
9.
007/SK/DIR/PTKM/IX/2019 tentang pengangkatan dr. Budi Santoso
sebgai Jabatan Pelaksanan Tugas (PLT) Direktur Operasional RS
Kartika Husada Setu.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Kartika Husada Setu Kabupaten
Bekasi Tentang Kebijakan Umum di Rumah Sakit Kartika Husada
Setu;
KEDUA : Menetapkan kebijakan umum Rumah Sakit Kartika Husada Setu yang
mengacu pada konsep Balanced Score Card beserta indikator
kinerjanya.
KETIGA : Kebijakan Umum sebagaimana dimaksud diktum kedua adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan Umum perspektif Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Kebijakan Umum perspektif Pelanggan.
3. Kebijakan Umum perspektif Keuangan.
KEEMPAT : Kebijakan-kebijakan beserta indikator Manajemen dan indikator Klinik
yang merupakan penjabaran dari keempat perspektif merupakan
lampiran yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KELIMA : Perubahan berupa penambahan atau pengurangan kebijakan dan
indikator kinerja pada lampiran, selama menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak merubah surat
keputusan ini.
KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian hari
diketemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Bekasi
Pada Tanggal : 02 September 2019
Direktur RS Kartika Husada Setu

dr. Budi Santoso, MM

LAMPIRAN : Surat Keputusan Direktur RS Kartika Husada Setu


Nomor : A 012/SK/DIR/RSKH-Setu/IX/ 2019
Perihal : Tentang Kebijakan Umum RS Kartika Husada Setu
Kebijakan Umum
Rumah Sakit Kartika Husada Setu

I. Kebijakan Umum Perspektif SDM


1. Sumber daya manusia Kartika Husada Setu Kabupaten Bekasi dikelola secara
terstruktur oleh Sub Bagian Sumber Daya Manusia, bekerja sama dengan unit terkait,
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya akan melaksanakan fungsi manajemen
SDM berupa perencanaan, rekruitmen dan seleksi, penempatan, pengembangan
karier, penggajian. Sedangkan pengangkatan, dan pemberhentian pegawai menjadi
kewenangan Direktur. Sumber Daya Manusia Kartika Husada Setu pengelolaannya
mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Secara Teknis Pengelolaan SDM
Kartika Husada Setu diatur lebih lanjut dalam Pedoman/Panduan oleh direktur

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf medis/pegawai dilaksanakan melalui


program peningkatan profesionalisme SDM dengan pendidikan formal berkelanjutan
sesuai kriteria, pemberian pelatihan teknis dan manajerial sesuai bidangnya, atau
mengikuti workshop, seminar dan simposium didalam dan diluar rumah sakit.

3. Peningkatan profesionalisme SDM rumah sakit harus ditunjang dengan perpustakaan


serta pendukungnya sebagai sumber referensi bagi staf medis(fasilitas internet)

4. Pimpinan unit kerja adalah penanggung jawab manajerial, (sedangkan staf ahli/tenaga
fungsional adalah penanggung jawab teknis profesi sesuai bidangnya), dipilih
berdasarkan kompetensi (Skill, knowledge, attitude) dan ditetapkan dengan surat
keputusan Direksi untuk pimpinan puncak dan lapisan kedua (atas usulan Direktur
RS), sedangkan untuk pimpinan lapis ketiga dan pimpinan unit kerja fungsional
dengan surat keputusan Direktur RS ( dengan konsultasi pada Direksi) .

5. Kelompok pejabat struktural bertugas mengendalikan manajemen rumah sakit


(manajemen non klinis) sedangkan kelompok fungsional medis (SMF)bertugas
mengendalikan operasional pelayanan medis (manajemen klinis) sesuai standar
profesi serta menjaga dan meningkatkan1mutu pelayanan medis.
6. Tenaga ahli / tenaga fungsional purna waktu bekerja sesuai kebutuhan rumah sakit,
mempunyai sertifikat pelatihan teknis sesuai bidangnya dan memberikan pelayanan
sesuai pedoman, prosedur dan tata laksana yang ditetapkan rumah sakit.

7. SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan medis adalah dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis , dokter gigi spesialis dengan pembinaan profesi melalui
komite medis, sedangkan pelayanan kefarmasian oleh apoteker dengan pembinaan
profesi oleh komite profesi.

8. SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan paramedis keperawatan


adalah perawat (D3 Keperawatan, D3 Anestesi, S1 Keperawatan, SKP Ners) dan
bidan (D3 Kebidanan) dengan pembinaan profesi melalui Komite Keperawatan.

9. SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan paramedis non keperawatan


adalah D3 Analis, D3 dan D4 Radiologi, D3 dan D4 Gizi, D3 Terapi Okupasi, D3
Fisioterapi, D3 Terapi Wicara dan asisten apoteker, dengan pembinaan profesi
melalui Komite Paramedis. (belum ada panduan, tapi dapat dimulai dengan mengacu
pada konsep komite medis dan komite keperawatan /komite hanya berfungsi
membuat regulasi profesi dan supervisi pelaksanaan profesi terkait mutu dan etika,
dan tidak menjadi eksekutor seperti struktural)

10. Imbal jasa yang diberikan pada karyawan selain gaji dan tunjangan, adalah berbentuk
insentif melalui sistim remunerasi yang berbasis kinerja,yang dibangun bersama oleh
Direksi dan Direktur RS dengan melibatkan semua perwakilan unsur karyawan yang
ada di RS, serta dievaluasi secara berkala efektifitas dan relevansinya oleh SPI.
Sedangkan imbal jasa bagi tenaga medis maupun paramedis non karyawan
ditentukan atas kesepakatan direktur RS dengan pihak terkait yang kemudian
dituangkan dalam perjanjian kerja sama .

11. Kesejahteraan pegawai dilaksanakan melalui jaminan pelayanan kesehatan (JPK),


perlindungan kesehatan, kenaikan gaji berkala, reward, santunan bagi keluarga yang
mendapat musibah, pemberian bantuan biaya pendidikan serta rekreasi dan dana
pensiun sesuai kemampuan rumah sakit.

II. Kebijakan Umum Perspektif Proses Bisnis Internal


1. Untuk melindungi kepentingan pasien dan kepentingan rumah sakit, setiap
pelayanan/tindakan/kegiatan yang dilakukan di rumah sakit harus dilandasi dan sesuai
dengan kebijakan operasional berupa pedoman tertulis ( dalam bentuk prosedur tetap,
quality function deployment yaitu penjabaran pelayanan prima pada tingkat
pelaksana).

2. Kebijakan operasional berupa prosedur tetap (protap), quality function deployment


(QFD) dibuat oleh masing-masing unit kerja dengan format baku, disahkan oleh
direktur rumah sakit, disosialisasikan kepada unit terkait di lingkungan rumah sakit
serta dievaluasi dan direvisi secara berkala.2

3. Pelayanan sesuai konsep Business Experience, maksudnya memberikan kesan


mendalam pada pelanggan sehingga bisa terus diingat dengan mengutamakan
pelayanan yang ramah disetiap lini, diberikan secara terintegrasi antar disiplin ilmu,
tanpa membedakan pasien berdasar kemampuan finansialnya.

4. Penerapan program pemerintah disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit


berdasarkan kesepakatan.

5. Hubungan kerja sama dengan pihak ketiga atau pemasok diatur dengan kontrak kerja
sama atau Nota kesepahaman (MOU) yang ditanda tangani Direktur, pelaksanaannya
dievaluasi secara berkala.

6. Penataan tata letak/zoning rumah sakit sesuai dengan fungsi pelayanan tercantum
dalam Block Plan rumah sakit yang disetujui direksi dan mengacu pada pedoman
Kemenkes. Setiap perobahan tataletak dan bangunan harus mendapat persetujuan
direksi.

7. Sarana pelayanan berupa gedung/bangunan dan ruangan disediakan sesuai standar


pelayanan, dipantau dan dilakukan upaya penyehatan lingkungan secara berkala,
suasana kerja diupayakan sesuai standar untuk mendukung fungsi pelayanan.

8. Prasarana pelayanan berupa listrik, air, telepon, instalasi penangkal petir, instalasi
pengolahan limbah dan fasilitas sanitasi disediakan sesuai dengan ketentuan,
dilakukan pemeliharaan berkala oleh instansi berwenang dan tersertifikasi.

9. Rambu, marka, papan petunjuk dan denah tempat yang berisiko, ditempatkan secara
strategis, dibuat guna mempermudah akses bagi pengguna jasa rumah sakit juga untuk
evakuasi guna menghindari risiko apabila terjadi bencana.
10. Peralatan medis dan non medis, peralatan pemadam kebakaran, dilengkapi dengan
manual yang mudah dimengerti, disediakan sesuai standar untuk mendukung fungsi
pelayanan, mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
dikalibrasi secara berkala, mempunyai sertifikat/izin, dilakukan pemeliharaan rutin
serta selalu siap dan laik pakai.

11. Peralatan perlengkapan keamanan pasien, peralatan pelindung diri para pekerja dan
peralatan kebersihan rumah sakit, tersedia sesuai standar pelayanan, digunakan secara
benar, dipelihara rutin dan dalam kondisi laik pakai.

12. Daftar inventaris peralatan medis dan non medis unit kerja dievaluasi dan direvisi
secara berkala, daftar bahan habis pakai (BHP) kebutuhan pemakaian di ruangan
disesuaikan dengan spesifikasi pelayanan guna menunjang kecepatan, kegawat-
daruratan, life saving dan basic emergency set.

3
13. Tindakan medis harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya melalui
informed consent (IC), sesuai dengan peraturan Menkes 290/tahun 2008, serta
kebijakan lain untuk menghilangkan efek emosional dan memberikan rasa amanpada
pasien.

14. Pencatatan medis ditulis dalam rekam medis oleh setiap pelaksana pelayanan pada
saat transaksi secara teratur, rinci dan akurat untuk efisiensi dan akuntabilitas
pelayanan medis.

15. Dokumen rekam medis menggunakan simbol, kode ICD dan tanda-tanda khusus
sesuai dengan pedoman rekam medis yang telah ditetapkan rumah sakit serta
mengacu pada Permenkes 269/Menkes/per/III/2008.

16. Tindakan/pelayanan/kegiatan yang telah diberikan kepada pasien atau telah


dilaksanakan dicatat dengan lengkap, akurat dan benar dalam dokumen, dibuatkan
tanda bukti apabila diperlukan, untuk melindungi kepentingan pasien dan kepentingan
rumah sakit.

17. Informasi yang harus diketahui oleh pasien dan keluarganya selama berada di rumah
sakit diberikan secara tertulis berupa papan pengumuman/larangan secara lisan
melalui pemberitahuan dengan alat sound sistim atau dengan penyuluhan dan
konsultasi pada saat yang tepat oleh petugas yang tepat.
18. Pasien yang datang ke rumah sakit digolongkan menurut keadaan penyakit dan cara
pembayaran serta ditangani sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Maksudnya
segmentasi pasien di RS, agar tidak timbul komplain dari pasien kalau dia dilayani
dengan cara yang berbeda karena memang aturan yang dibuat oleh pembayarnya
memang berbeda atau pasien dengan kondisi gawat darurat dipercepat,pasien elektif
bisa ditunda.

19. Penanggulangan KLB/bencana/disaster, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja


ditangani secara terstruktur sesuai dengan manajemen risiko (K3 RS) dan
dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

20. Forum komunikasi formal pimpinan rumah sakit dengan seluruh staf setiap bulan
pada apel 17- an, forum komunikasi pimpinan rumah sakit dengan Komite medis pada
rapat Senin minggu pertama di ruang rapat Lantai 2. Forum komunikasi pimpinan
rumah sakit dengan para manajer dan forum komunikasi antara kepala unit kerja
setiap hari senin pagi dan senin siang di ruang rapat lantai 2.

21. Unit kerja mengadakan pertemuan berkala di unit masing-masing sebagai forum
penyampaian informasi atau ilmu (yang didapat pada forum komunikasi dengan
pimpinan) dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan pelayanan serta pembinaan para
pelaksana.

22. Peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan didukung oleh sistim informasi yang
handal, manual atau komputerisasi pada tiap unit kerja, sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan.
4
23. Pencatatan dan pelaporan kegiatan serta pencapaian target unit kerja berupa laporan
akuntabilitas, dibuat dan disampaikan secara terstruktur, diolah dan dianalisa menjadi
informasi sebagai bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan, disajikan untuk
kepentingan internal dan eksternal rumah sakit (dikelola oleh SPI).

24. Sarana komunikasi pendukung pelayanan cepat dan terintegrasi berupa sambungan
telepon internal dan eksternal, facsimile, public address (PA) dan radio panggil (HT)
serta jalur komunikasi radio, dioperasionalkan tepat waktu dan tepat guna
25. Fungsi manajemen logistik berupa perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pemusnahan, dilakukan secara terstruktur oleh
pejabat berwenang sesuai tugas pokok dan fungsinya, diatur dengan prosedur tetap
untuk menjaga efisiensi biaya rumah sakit.

26. Penyediaan kebutuhan alat medis dan non medis serta bahan habis pakai (BHP) sesuai
dengan perencanaan buttom up melalui bisnis plan dan Strategic action plan unit
kerja, direkap dengan mempertimbangkan variabel persediaan, pemakaian tahun lalu,
trend dan peramalan tahun kedepan, serta kaidah-kaidah manajemen logistik.

27. Pembelian/pengadaan barang dan jasa kebutuhan rumah sakit dikelola oleh Sub
Bagian Logistik/UPBJ sesuai dengan perencanaan dan anggaran yang telah
ditetapkan. Pembelian/ pengadaan barang rutin dilakukan oleh panitia
pembelian/pengadaan/UPBJ sedangkan pembelian barang aktiva/barang non
rutin/pengadaan asset dilakukan oleh panitia/ tim pengadaan yang melibatkan pihak
ULP sesuai peraturan yang berlaku. Khusus dalam perencanaan kebutuhan alat medis
panitia juga melibatkan user dan staf medis terkait terutama dalam penetapan
spesifikasi alat.

28. Pembelian barang yang bersifat emergensi dan tidak rutin serta tidak tercantum dalam
anggaran, mengikuti peraturan yang berlaku.

29. Pengadaan barang berbahaya mengikuti prosedur yang ditetapkan rumah sakit dan
mengikuti standar serta harus dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS)
atau Lembar data pengaman (LDP).

30. Pemanfaatan barang-barang inventaris berupa alat medis dievaluasi setiap tahun oleh
Bidang Pelayanan bersama Komite medis, sedangkan alat non medis dievaluasi oleh
Bidang Penunjang Operasional .

31. Penghapusan barang inventaris rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia/Tim


Penghapusan Barang sesuai dengan aturan yang berlaku, dengan cara pemusnahan
atau pelelangan, hasil pelelangan menjadi pendapatan rumah sakit pada pos lain-lain,
atau disetorkan ke pemerintah daerah sesuai peraturan yang berlaku.
32. Indikator kinerja manajemen dan indikator kinerja klinik masing-masing unit sesuai
bidangnya ditetapkan berdasarkan konsep Balanced Score Card seperti yang termuat
dalam Business plan dan Strategic Action plan masing-masing.

33. Mutu pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku, dievaluasi dengan post delivery
5
audit (PDA), dipantau berkala dengan survey kepuasan pelanggan, pengukuran Time
Motion (respons time, service time, waiting time) yang dilakukan oleh unit kerja
bersangkutan atau bekerja sama dengan Komite Mutu. Yang merupakan kegiatan
monitoring dan evaluasi mutu pelayanan.

34. Pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan internal (PMI) dilaksanakan melalui
forum Quality Assurance dan Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS).
Pengendalian mutu eksternal (PME) dilaksanakan mengikuti aturan yang ditetapkan
Kemenkes (akreditasi RS/JCI)

35. Penanganan dan pengendalian serta tindak lanjut masalah infeksi rumah sakit
(Hospital infection control) dilaksanakan secara terstruktur sesuai pedoman yang
ditetapkan rumah sakit dan mengacu kepada peraturan yang berlaku (Permenkes).

36. Pelayanan medis baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan pengembangannya
harus sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, serta mengacu pada
konsep pasien safety. Pengawasan dilaksanakan melalui audit medis secara rutin dan
terstruktur (sesuai Permenkes).

37. Pelayanan medis yang berpotensi menimbulkan masalah medico-legal beserta


pencegahan dan penanganannya disosialisasikan kepada seluruh staf, bekerja sama
dengan komite etik dan hukum rumah sakit.

38. Penanganan/penyelesaian dan tindak lanjut masalah etik medis dan etik non medis
dilaksanakan secara terstruktur sesuai pedoman yang ditetapkan rumah sakit, serta
mengacu kepada standar kode etik yang berlaku.

39. Penyimpanan arsip data primer dan sekunder baik yang aktif maupun non aktif di unit
kerja dan di pusat penyimpanan arsip, dilaksanakan sesuai pedoman rumah sakit dan
mengacu pada peraturan yang berlaku. (data primer adalah data langsung seperti hasil
lab, ekspertise Ro sedangkan data sekunder adalah hasil rekapan atau laporan bulanan
dlsb).
40. Tuntutan perdata terhadap rumah sakit atas kelalaian dalam pelaksanaan tugas oleh
tenaga part timer (non karyawan), menjadi tanggung jawab bersama antara rumah
sakit dan pelaksana, besarnya kontribusi tiap pihak ditentukan dalam PKS.
Sedangkan bagi SDM karyawan berlaku sesuai asas vicarious liability (tanggung
renteng), kontribusi ditetapkan oleh Direktur RS berdasarkan analisa terhadap
prosedur pelaksanaan tugas (kesesuaian dengan SOP,dll).

III. Kebijakan umum perspektif pelanggan


1. Konsep pelayanan rumah sakit adalah menciptakan delighted customer yang artinya
pelanggan yang tersenangkan, dengan memberikan pelayanan prima yang tampil beda
untuk memenangkan persaingan melalui strategi diferensiasi.

2. Kepuasan pelanggan diukur secara berkala


6 dengan survey pada tiap unit kerja
(leading sektor adalah tim Mutu/atau marketing) yang hasilnya disoasialisasikan dan
ditindak lanjuti sesuai bidang terkait.

3. Keluhan pelanggan internal dan eksternal serta eror dalam pemberian pelayanan
ditangani secara terstruktur dan ditindak lanjuti sesuai kewenangan yang dimiliki oleh
setiap pejabat baik struktural maupun manajemen fungsional.

4. Perluasan dan penerobosan pasar dilakukan dalam upaya memanfaatkan peluang dari
masyarakat industri yang ada di daerah kerja RS, melalui peningkatan kerja sama
dengan perusahaan dan asuransi kesehatan, baik yang ada di Kabupaten Bekasi
maupun dari luar Kabupaten Bekasi, akan dituangkan dalam kontrak kerja sama serta
dievaluasi secara berkala dan ditindak lanjuti sesuai aturan yang disepakati.

5. RS terbuka bagi kunjungan dinas/instansi/perorangan untuk studi banding atau


magang dan akan dilayani sesuai prosedur yang ditetapkan.

IV. Kebijakan Umum perspektif Keuangan


1. Keuangan rumah sakit dikelola secara efisien melalui satu pintu, menggunakan sistim
billing, akuntasi double entry dengan konsep acrual based.
2. Laporan keuangan disajikan secara berkala bulanan, berupa realisasi pendapatan dan
pembelanjaan, triwulan berupa laporan laba rugi, laporan utang-piutang dan neraca,
dan laporan tahunan berupa seluruh format disertai ratio analisa keuangan.

3. Investasi alat medis dan non medis berupa aktifa tetap, ditentukan atas dasar masa
manfaat atau umur pemakaian lebih dari satu tahun, pemakaian secara berulang dan
atau besaran harga perolehan/pembelian. Pengadaan barang investasi mengikuti
peraturan perundangan yang berlaku.

4. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan dilaksanakan secara terstruktur,


pengawasan melekat, serta dilakukan audit intern oleh SPI , sedangkan pengawasan
ekstern sesuai peraturan perudangan yang berlaku.

5. Penghasilan rumah sakit berasal dari pendapatan operasional dan pendapatan lain-
lain rumah sakit masuk kedalam rekening BLUD RSU Sekarwangi, selanjutnya biaya
operasional dan biaya investasi atau belanja modal, sesuai dengan kemampuan dan
mata anggaran yang telah ditetapkan atas persetujuan direktur, atau mengikuti
peraturan perudangan yang berlaku.

6. Anggaran pendapatan dan anggaran belanja rumah sakit disusun oleh subag
Perencanaan berdasarkan usulan dari unit kerja dengan memperhatikan kebutuhan riil
rumah sakit, dibahas dalam rapat kerja tahunan bersama Direksi dan menghasilkan
Rencana Anggaran Tahunan Rumah Sakit /RBA, untuk diajukan pada Pemerintah
daerah Kabupaten Bekasi. Selanjutnya dapat dilakukan perubahan /perbaikan melalui
konsultasi dengan pemerintah daerah.

7. Pola tarif rumah sakit ditetapkan berdasarkan perhitungan unit cost dengan
mempertimbangkan tarif rumah sakit pesaing serta kemampuan dan kemauan
membayar masyarakat (Abillity To Pay and Willingness To Pay).

8. Perubahan tarip dan ketentuannya melalui usulan direktur RS kepada Bupati melalui
sekretaris daerah.

9. Utilisasi sumber daya rumah sakit dipantau secara berkala dengan penerapan konsep
efisiensi serta diukur dengan menggunakan indikator kinerja masing-masing unit
untuk mencapai efisiensi pembiayaan rumah sakit.
10. Penagihan biaya perawatan kepada pasien dilakukan setiap tiga hari sekali untuk
menjamin cash flow rumah sakit, dan untuk mencegah membengkaknya bad debt.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada Tanggal : 02 September 2019
Direktur RS Kartika Husada Setu

dr. Budi Santoso, MM

Anda mungkin juga menyukai