Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG


Nomor : 000/SK/Dir-RSMD/IX/2017
Tentang
KEBIJAKAN UMUM
RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG

Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas


terhadap masyarakat Kabupaten Bekasi sesuai dengan Visi dan Misi serta
Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Medirossa Cikarang, maka dipandang
perlu ditetapkan Kebijakan Umum Rumah Sakit Medirossa Cikarang;
b. bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Medirossa Cikarang;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;


2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
436/MenKes/SK/VI/1993 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit;
4. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Nomor
503/19/Dinkes/RS/2014 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit Medirossa
Cikarang, Bekasi;
5. Keputusan Direktur PT. xxxx Nomor 15/SK – DIR/XXX/II/2013 Tentang
Pengangkatan dr. Dedi Wahyudi sebagai Direktur Rumah Sakit Medirossa
Cikarang;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU: Menetapkan kebijakan umum Rumah Sakit Medirossa Cikarang yang mengacu
pada konsep Balanced Score Card beserta indikator kinerjanya.

KEDUA: Kebijakan Umum sebagaimana dimaksud diktum pertama adalah sebagai


berikut :
1. Kebijakan Umum Perspektif Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Kebijakan Umum Perspektif Proses Bisnis Internal (PBI).
3. Kebijakan Umum Perspektif Keuangan.
4. Kebijakan Umum Perspektif Pelanggan.

KETIGA: Kebijakan – kebijakan beserta indikator manajemen dan indikator klinik yang
merupakan penjabaran dari keempat perspektif merupakan lampiran yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.

KEEMPAT: Perubahan berupa penambahan atau pengurangan kebijakan dan indikator


kinerja pada lampiran tidak merubah keputusan ini.
KELIMA: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian hari
diketemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 00 September 2017
Rumah Sakit Medirossa Cikarang

dr. Dedi Wahyudi


Direktur
Lampiran
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG
Nomor : XXX/SK/Dir-RSMD/XXX/2017
Tanggal : 00 September 2017
Tentang
KEBIJAKAN UMUM
RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG

I. Kebijakan Umum Perspektif Sumber Daya Manusia


1.1 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Medirossa Cikarang dikelola secara terstruktur
oleh Sub Bagian Sumber Daya Manusia, bekerjasama dengan unit terkait, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya akan melaksanakan fungsi manajemen SDM
berupa perencanaan, perekrutan dan seleksi, penempatan, pengembangan karier dan
penggajian dengan sepengetahuan PT. Putra Wijaya Aldittama. Pengangkatan,
pemberhentian atau pensiun pegawai menjadi kewenangan PT. Putra Wijaya
Aldittama, setelah mendapat usulan dari Direktur Rumah Sakit Medirossa Cikarang.
1.2 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf medis/pegawai dilaksanakan melalui
program peningkatan profesionalisme SDM dengan pendidikan formal berkelanjutan
sesuai kriteria, pemberian pelatihan teknis dan manajerial sesuai bidangnya, atau
mengikuti workshop, seminar dan simposium di dalam dan di luar rumah sakit
dengan melibatkan komite medis/komite keperawatan/komite profesi lainnya untuk
rekomendasi materi kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
1.3 Peningkatan profesionalisme SDM rumah sakit harus ditunjang dengan perpustakaan
serta pendukungnya sebagai sumber referensi bagi staf medis (fasilitas internet).
1.4 Pimpinan unit kerja adalah penanggung jawab manajerial, (sedangkan staf
ahli/tenaga fungsional adalah penanggung jawab teknis profesi sesuai bidangnya),
dipilih berdasarkan kompetensi (skill, knowledge, attitude) dan ditetapkan dengan
surat keputusan direksi PT. Putra Wijaya Aldittama untuk pimpinan puncak rumah
sakit (direktur) dan lapisan kedua (kepala bagian, kepala bidang; atas usulan Direktur
Rumah Sakit), sedangkan untuk pimpinan lapis ketiga (Kepala Sub Bagian, Kepala
Seksi) dan pimpinan unit kerja fungsional (Kepala Instalasi) dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit dengan sepengetahuan dari Direksi PT. Putra Wijaya
Aldittama.
1.5 Kelompok pejabat struktural bertugas mengendalikan manajemen rumah sakit
(manajemen non klinis) sedangkan kelompok Staf Medis Fungsional (SMF)
bertugas mengendalikan operasional pelayanan medis (manajemen klinis) sesuai
standar profesi serta menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan medis.
1.6 Komite merupakan organisasi non struktural yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga di rumah sakit melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etik dan disiplin
profesi. Keperawatan dan kebidanan dibawah naungan Komite Keperawatan, staf
medis dibawah naungan Komite Medis dan staf klinis lainnya (penunjang medis
lainnya) dibawah naungan komite profesi lain. Komite Peningkatan Mutu dan
Manajemen Resiko menaungi dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan
pengelolaan manajemen resiko. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
bertugas meminimalisasi infeksi dalam pelayanan di rumah sakit, Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjaga kualitas pelayanan di rumah sakit aman
bagi petugas yang melaksanakan pelayanan, standar pelayanan minimal dan
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, Komite Keselamatan Pasien menaungi
keselamatan pasien rumah sakit dengan memperhatikan standar pelayanan minimal.
Komite Etik dan Hukum memelihara dan menyelesaikan masalah etik dan hukum di
rumah sakit. Komite profesi lainnya (staf klinis lainnya) bertugas melakukan
kredensial dan rekredensial, memelihara mutu profesi staf dan menjaga displin, etika
dan perilaku staf profesi lainnya (non medis dan non keperawatan) di rumah sakit.
1.7 Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) melakukan pengujian regulasi dengan
pelaksanaan, pembinaan staf rumah sakit terkait regulasi dan pengembangan regulasi
rumah sakit yang mengacu pada standar Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
yang hasilnya dilaporkan ke direktur rumah sakit dengan tembusan ke Direksi PT.
Putra Wijaya Aldittama.
1.8 SDM bekerja sesuai kebutuhan rumah sakit, memberikan pelayanan sesuai pedoman,
prosedur dan tata laksana yang ditetapkan rumah sakit dan mempunyai sertifikat
pelatihan teknis sesuai bidangnya (untuk bidang yang memerlukan keahlian khusus).
1.9 SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan medis adalah dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dengan pembinaan profesi melalui
komite medis, sedangkan pelayanan kefarmasian oleh apoteker dengan pembinaan
profesi oleh komite profesi.
1.10 SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan paramedis keperawatan
adalah perawat (Diploma 3 Keperawatan, perawat mahir anestesi, Strata 1
Keperawatan, S.Kep, Ners) dan bidan (Diploma 3 Kebidanan) dengan pembinaan
profesi melalui Komite Keperawatan.
1.11 SDM fungsional yang berwenang melakukan pelayanan paramedis non keperawatan
adalah Diploma 3 Analis, Diploma 3 Radiologi, Diploma 3 Gizi, Diploma 3
Fisioterapi, dan asisten apoteker, dengan pembinaan profesi melalui Komite Profesi
lain (belum ada panduan, tapi dapat dimulai dengan mengacu pada konsep komite
medis, komite mutu dan komite keperawatan. Komite hanya berfungsi membuat
regulasi profesi dan supervisi pelaksanaan profesi terkait mutu dan etika dan tidak
menjadi eksekutor seperti struktural).
1.12 Imbal jasa yang diberikan pada karyawan selain gaji dan tunjangan adalah berbentuk
insentif melalui sistim remunerasi yang berbasis kinerja,yang dibangun bersama oleh
direksi dan direktur rumah sakit dengan melibatkan semua perwakilan unsur
karyawan yang ada di rumah sakit, serta dievaluasi secara berkala efektifitas dan
relevansinya oleh Satuan Pemeriksaan Internal (SPI). Sedangkan imbal jasa bagi
tenaga medis maupun paramedis non karyawan ditentukan atas kesepakatan direktur
rumah sakit dengan pihak terkait yang kemudian dituangkan dalam perjanjian kerja
sama.
1.13 Biaya pegawai dilaksanakan melalui remunerasi berbasis kinerja dengan
mempertimbangkan kesejahteraan karyawan berupa jaminan kesehatan nasional
(BPJS Kesehatan), BPJS Ketenagakerjaan, Tunjangan Hari Raya (THR), reward,
santunan bagi keluarga yang mendapat musibah, biaya suka cita, pemberian bantuan
biaya pendidikan serta rekreasi dan dana pensiun sesuai kemampuan rumah sakit.
1.14 Setiap karyawan berkewajiban memberikan pengetahuan yang dimilikinya kepada
sesama karyawan yang berhubungan dengan pengetahuannya. Proses pemberian
diatur dalam kegiatan inservice training.
1.15 Setiap karyawan yang dikirim keluar rumah sakit untuk mendapatkan
informasi/pengetahuan/pertemuan lainnya membuat laporan tertulis dari hasil
pertemuan tersebut dan selanjutnya dikontribusikan ke unit yang terkait dengan
muatan laporan.
1.16 Karyawan yang membuat kesalahan yang berakibat kerugian material maka kerugian
menjadi tanggung jawab karyawan. Dalam halnya menjadi tanggung renteng dengan
unit kerja atau dengan rumah sakit ditetapkan setelah hasil audit oleh manajemen
rumah sakit.
1.17 Penentuan status dan grade karyawan ditetapkan sesuai kebutuhan dan kualitas
karyawan.
1.18 Menjaga kebersihan tempat dan alat menjadi tanggung jawab masing – masing SDM
yang bertugas di unit kerja tersebut. Pelaksana kebersihan menjadi tenaga fungsional
yang membantu kebersihan tempat dan alat di unit kerja.

II. Kebijakan Umum Perspektif Proses Bisnis Internal


2.1 Untuk melindungi kepentingan pasien dan kepentingan rumah sakit, setiap
pelayanan/tindakan/kegiatan yang dilakukan di rumah sakit harus dilandasi dan
sesuai dengan kebijakan operasional berupa regulasi tertulis (dalam bentuk
kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur tetap). Standar Prosedur Operasional
(SPO) sebagai acuan resmi pelaksanaan pelayanan dibuat oleh masing-masing unit
kerja dengan format baku, disahkan oleh direktur rumah sakit, disosialisasikan
kepada unit terkait di lingkungan rumah sakit serta dievaluasi dan direvisi secara
berkala.
2.2 Pelayanan sesuai konsep pelayanan berfokus pasien (patient centered care) yang
akan memberikan kesan mendalam pada pasien (pelanggan) sehingga bisa terus
diingat oleh pasien, karena pelayanan diberikan dengan mengutamakan pelayanan
yang ramah disetiap lini, diberikan secara kolaboratif dana terintegrasi antar disiplin
ilmu, tanpa membedakan pasien berdasar kemampuan finansialnya.
2.3 Penerapan program pemerintah disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit
berdasarkan kesepakatan.
2.4 Hubungan kerja sama dengan pihak ketiga atau pemasok diatur dengan kontrak kerja
sama atau Nota Kesepahaman (MOU) yang ditandatangani Direktur Rumah Sakit
(untuk masa kerja sama dibawah satu tahun) dan Direksi PT. Putra Wijaya Aldittama
(untuk masa kerja sama lebih dari satu tahun), pelaksanaannya dievaluasi secara
berkala.
2.5 Penataan tata letak/zoning rumah sakit sesuai dengan fungsi pelayanan tercantum
dalam Block Plan rumah sakit yang disetujui direksi PT. Putra Wijaya Aldittama dan
mengacu pada pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Setiap
perubahan tataletak dan bangunan harus mendapat persetujuan direksi.
2.6 Sarana pelayanan berupa gedung/bangunan dan ruangan disediakan sesuai standar
pelayanan, dipantau dan dilakukan upaya penyehatan lingkungan secara berkala,
suasana kerja diupayakan sesuai standar untuk mendukung fungsi pelayanan.
2.7 Prasarana pelayanan berupa listrik, air, telepon, instalasi penangkal petir, instalasi
pengolahan limbah dan fasilitas sanitasi disediakan sesuai dengan ketentuan,
dilakukan pemeliharaan berkala oleh instansi berwenang dan tersertifikasi.
2.8 Rambu, marka, papan petunjuk dan denah tempat yang berisiko, ditempatkan secara
strategis, dibuat guna mempermudah akses bagi pengguna jasa rumah sakit juga
untuk evakuasi guna menghindari risiko apabila terjadi bencana.
2.9 Peralatan medis dan non medis, peralatan pemadam kebakaran dilengkapi dengan
manual yang mudah dimengerti, disediakan sesuai standar untuk mendukung fungsi
pelayanan, mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
dikalibrasi secara berkala, mempunyai sertifikat/izin, dilakukan pemeliharaan rutin
serta selalu siap dan laik pakai.
2.10 Peralatan perlengkapan keamanan pasien, peralatan pelindung diri para pekerja dan
peralatan kebersihan rumah sakit, tersedia sesuai standar pelayanan, digunakan
secara benar, dipelihara rutin dan dalam kondisi laik pakai.
2.11 Daftar inventaris peralatan medis dan non medis unit kerja dievaluasi dan direvisi
secara berkala, daftar Bahan Habis Pakai (BHP) kebutuhan pemakaian di ruangan
disesuaikan dengan spesifikasi pelayanan guna menunjang kecepatan, kegawat-
daruratan, life saving dan basic emergency set.
2.12 Tindakan medis harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya melalui
Informed Consent (IC), sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290
Tahun 2008, serta kebijakan lain untuk menghilangkan efek emosional dan
memberikan rasa aman pada pasien.
2.13 Pencatatan medis ditulis dalam rekam medis oleh setiap pelaksana pelayanan pada
saat transaksi secara teratur, rinci dan akurat untuk efisiensi dan akuntabilitas
pelayanan medis.
2.14 Dokumen rekam medis menggunakan simbol, kode ICD dan tanda – tanda khusus
sesuai dengan pedoman rekam medis yang telah ditetapkan rumah sakit serta
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis.
2.15 Tindakan/pelayanan/kegiatan yang telah diberikan kepada pasien atau telah
dilaksanakan dicatat dengan lengkap, akurat dan benar dalam dokumen, dibuatkan
tanda bukti apabila diperlukan, untuk melindungi kepentingan pasien dan
kepentingan rumah sakit.
2.16 Informasi yang harus diketahui oleh pasien dan keluarganya selama berada di rumah
sakit diberikan secara lisan dan tertulis. Informasi dapat berupa papan
pengumuman/larangan secara lisan melalui pemberitahuan dengan alat sound sistem
atau dengan penyuluhan dan konsultasi pada saat yang tepat oleh petugas yang tepat.
General concent diberikan saat pasien masuk ke pelayanan rawat inap di admisi.
2.17 Pasien yang datang ke rumah sakit digolongkan menurut keadaan penyakit dan cara
pembayaran serta ditangani sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk
pelayanan dasar baik medis dan keperawatan harus diberikan secara seragam dan
standar. Sedangkan segmentasi pasien dilakukan berdasar pemilahan atas kegawatan,
kedaruratan atau cara pembayaran (hanya untuk pelayanan suportif/penunjang), agar
tidak timbul komplain dari pasien bila dilayani dengan cara yang berbeda karena
memang aturan yang dibuat oleh pembayarnya memang berbeda atau pasien dengan
kondisi gawat darurat dipercepat, pasien elektif bisa ditunda.
2.18 Case manajer dan manajer on duty merupakan aplikasi asuhan medis, asuhan
keperawatan, administrasi pasien hingga admisnistrasi rumah sakit berjalan sesuai
dengan regulasi yang telah ditentukan di rumah sakit.
2.19 Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/bencana/disaster, kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja ditangani secara terstruktur sesuai dengan manajemen risiko
(K3RS) dan dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
2.20 Forum komunikasi formal pimpinan rumah sakit dengan seluruh staf setiap bulan
pada apel tanggal 17. Forum komunikasi pimpinan rumah sakit dengan para manajer
dan antara kepala unit kerja dan komite – komite setiap hari senin pagi. Forum
komunikasi formal penanggung jawab dengan pelaksana dilakukan setiap bulan di
unit kerja masing – masing.
2.21 Unit kerja mengadakan pertemuan berkala di unit masing-masing sebagai forum
penyampaian informasi atau ilmu (yang didapat pada forum komunikasi dengan
pimpinan) dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan pelayanan serta pembinaan para
pelaksana dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
2.22 Peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan dikelola oleh unit kerja lintas fungsi
yang didukung oleh sistim informasi yang handal, manual atau komputerisasi pada
tiap unit kerja, sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
2.23 Pencatatan dan pelaporan kegiatan serta pencapaian target unit kerja berupa laporan
akuntabilitas, dibuat dan disampaikan secara terstruktur, diolah dan dianalisa menjadi
informasi sebagai bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan, disajikan untuk
kepentingan internal dan eksternal rumah sakit (dikelola oleh SPI).
2.24 Waktu pelaporan dibagi untuk mempermudah proses pelaporan. Laporan bulanan
dilakukan pada tengah minggu pertama. Laporan triwulan dilakukan pada tengah
minggu kedua. Untuk rapat kerja tahunan dilakukan pada minggu kedua di triwulan
keempat. Laporan tahunan dilakukan pada minggu ketiga bulan Januari.
2.25 Sarana komunikasi pendukung pelayanan cepat dan terintegrasi berupa sambungan
telepon internal dan eksternal, facsimile, Public Address (PA) dan/atau radio panggil
(HT) serta jalur komunikasi radio, dioperasionalkan tepat waktu dan tepat guna.
2.26 Fungsi manajemen logistik berupa perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pemusnahan, dilakukan secara terstruktur oleh
pejabat berwenang sesuai tugas pokok dan fungsinya, diatur dengan prosedur tetap
untuk menjaga efisiensi biaya rumah sakit.
2.27 Pengadaan barang mempunyai sistem satu pintu. Barang logistik farmasi melalui
instalasi farmasi dan barang logistik umum melalui bagian logistik.
2.28 Penyediaan kebutuhan alat medis dan non medis serta Bahan Habis Pakai (BHP)
sesuai dengan perencanaan buttom up melalui bisnis plan dan strategic action plan
unit kerja, direkap dengan mempertimbangkan variabel persediaan, pemakaian tahun
lalu, trend dan peramalan tahun kedepan, serta kaidah-kaidah manajemen logistik.
2.29 Perencanaan kebutuhan alat medis dan non medis serta Bahan Habis Pakai (BHP)
dilakukan oleh masing–masing unit dengan kepala bagian/bidang sebagai
penanggungjawab pengguna. Perencanaan harus melalui proses seleksi oleh
keuangan tentang skala prioritas pembelian dan verifikasi harga yang disesuaikan
dengan kemampuan keuangan sebelum dilakukan pembelian/pengadaan.
2.30 Permintaan barang yang belum terealisasi dianggap gugur dalam kurun waktu
triwulan berjalan. Permintaan barang dibuat ulang di triwulan selanjutnya.
2.31 Pembelian/pengadaan barang dan jasa kebutuhan rumah sakit dikelola oleh Sub
Bagian Logistik sesuai dengan perencanaan dan anggaran yang telah ditetapkan.
Pembelian/pengadaan barang rutin dilakukan oleh masing masing kepala
bidang/kepala bagian sedangkan pembelian/pengadaan barang aktiva/barang non
rutin dilakukan oleh panitia/tim pengadaan yang melibatkan pihak Direksi PT. Putra
Wijaya Aldittama. Khusus dalam perencanaan kebutuhan alat medis panitia juga
melibatkan pengguna dan staf medis terkait terutama dalam penetapan spesifikasi
alat.
2.32 Pembelian barang yang bersifat tidak rutin, tidak tercantum dalam perencanaan
anggaran dan jumlah nominal yang telah ditetapkan peraturan Anggaran Dasar
Rumah Tangga (ADRT) Rumah Sakit Medirossa Cikarang maka harus dengan
persetujuan Direksi PT. Putra Wijaya Aldittama.
2.33 Pengadaan barang berbahaya mengikuti prosedur yang ditetapkan rumah sakit dan
mengikuti standar serta harus dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS)
atau Lembar Data Pengaman (LDP).
2.34 Pemanfaatan barang-barang inventaris berupa alat medis dievaluasi setiap tahun oleh
Bidang Penunjang Medis, sedangkan alat non medis dievaluasi oleh Bidang
Penunjang Operasional.
2.35 Penghapusan barang inventaris rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia Penghapusan
Barang sesuai dengan aturan yang berlaku, dengan cara pemusnahan atau pelelangan,
hasil pelelangan menjadi pendapatan rumah sakit pada pos lain-lain.
2.36 Penerimaan barang dihadiri oleh staf keuangan, bagian logistik dan unit pengguna
dengan memeriksa data barang yang dipesan.
2.37 Indikator kinerja manajemen dan indikator kinerja klinik masing-masing unit sesuai
bidangnya ditetapkan berdasarkan konsep Balanced Score Card seperti yang termuat
dalam business plan dan strategic action plan masing-masing.
2.38 Mutu pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku, dievaluasi dengan Post
Delivery Audit (PDA), dipantau berkala dengan survey kepuasan pelanggan,
pencapaian delight costumer, pengukuran Time Motion (respons time, on time
delivery, service time, waiting time) yang dilakukan oleh unit kerja bersangkutan dan
bekerja sama dengan Komite Peningkatan Mutu dan Manajenen Resiko yang
merupakan kegiatan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan.
2.39 Pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan internal (PMI) dilaksanakan melalui
komite mutu dan mendapat masukan dari direktur, kepala bidang dan komite.
Pengendalian Mutu Eksternal (PME) dilaksanakan mengikuti aturan yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).
2.40 Penanganan dan pengendalian serta tindak lanjut masalah infeksi rumah sakit (PPI)
dilaksanakan secara terstruktur sesuai pedoman yang ditetapkan rumah sakit dan
mengacu kepada peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia).
2.41 Pelayanan medis baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan pengembangannya
harus sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, serta mengacu pada
konsep patient safety. Pengawasan dilaksanakan melalui audit medis secara rutin dan
terstruktur (sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia).
2.42 Pelayanan medis yang berpotensi menimbulkan masalah medico-legal beserta
pencegahan dan penanganannya disosialisasikan kepada seluruh staf, bekerja sama
dengan komite etik dan hukum rumah sakit.
2.43 Penanganan/penyelesaian dan tindak lanjut masalah etik medis dan etik non medis
dilaksanakan secara terstruktur sesuai pedoman yang ditetapkan rumah sakit, serta
mengacu kepada standar kode etik yang berlaku.
2.44 Penyimpanan arsip data primer dan sekunder baik yang aktif maupun non aktif di
unit kerja dan di pusat penyimpanan arsip, dilaksanakan sesuai pedoman rumah sakit
dan mengacu pada peraturan yang berlaku. (data primer adalah data langsung seperti
resep, hasil laboratorium dan ekspertise rontgen, sedangkan data sekunder adalah
hasil rekapan atau laporan bulanan/berkala).
2.45 Tuntutan perdata terhadap rumah sakit atas kelalaian dalam pelaksanaan tugas oleh
tenaga part timer (non karyawan) menjadi tanggung jawab bersama antara rumah
sakit dan pelaksana, besarnya kontribusi tiap pihak ditentukan dalam Perjanjian
Kerja Sama. Sedangkan bagi SDM karyawan berlaku sesuai asas vicarious liability
(tanggung renteng), kontribusi ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit berdasarkan
analisa terhadap prosedur pelaksanaan tugas (kesesuaian dengan SPO, dan lain lain).
2.46 Satuan pengamanan berfokus kepada keamanan pasien, keluarga pasien, karyawan
dan masyarakat di lingkungan rumah sakit. Dapat membantu unit kerja lain bila
diperlukan.
2.47 Kamar jenazah dikelola secara khusus untuk keperluan pasien dalam rumah sakit
atau dari luar rumah sakit.
2.48 Pengelola parkir menjamin kenyamanan dan keamanan kendaraan yang berada di
dalam area tempat parkir yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit.
2.49 Setiap unit kerja menjalankan lean manajemen untuk menjamin kelancaran dan
efektifitas kerja unit.
2.50 Kebersihan menjadi tanggung jawab semua karyawan yang berada di lingkup rumah
sakit dengan petugas kebersihan sebagai media untuk lingkungan rumah sakit
menjadi lebih bersih.

III. Kebijakan Umum Perspektif Keuangan


3.1 Keuangan rumah sakit dikelola secara efisien melalui satu pintu, menggunakan
sistim billing, akuntasi double entry dengan konsep acrual based.
3.2 Investasi alat medis dan non medis berupa aktiva tetap, ditentukan atas dasar masa
manfaat atau umur pemakaian lebih dari satu tahun, pemakaian secara berulang dan
atau besaran harga perolehan/pembelian. Pengadaan barang investasi menjadi
wewenang Direksi PT. Putra Wijaya Aldittama dengan melibatkan Direktur Rumah
Sakit.
3.3 Pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan dilaksanakan secara terstruktur,
pengawasan melekat, serta dilakukan audit intern oleh SPI, sedangkan pengawasan
ekstern oleh PT. Putra Wijaya Aldittama (Direksi dan Komisaris).
3.4 Penghasilan rumah sakit berasal dari pendapatan operasional dan pendapatan lain-
lain rumah sakit masuk kedalam rekening PT. Putra Wijaya Aldittama, selanjutnya
biaya operasional dan biaya investasi atau belanja modal, diberikan oleh PT. Putra
Wijaya Aldittama sesuai dengan kemampuan dan mata anggaran yang telah
ditetapkan.
3.5 Anggaran pendapatan dan anggaran belanja rumah sakit disusun oleh Tim Anggaran
sesuai dengan anggaran rumah tangga, berdasarkan usulan dari unit kerja dengan
memperhatikan kebutuhan real rumah sakit, dibahas dalam rapat kerja tahunan
bersama Direksi dan menghasilkan Rencana Anggaran Tahunan (RAT), untuk
diajukan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Putra Wijaya Aldittama.
Selanjutnya dapat dilakukan perubahan/perbaikan melalui rapat konsultasi berkala
antara Direktur Rumah Sakit dengan Direksi.
3.6 Pola tarif rumah sakit ditetapkan berdasarkan perhitungan unit cost dan double
distribusi dengan mempertimbangkan tarif rumah sakit pesaing serta kemampuan dan
kemauan membayar masyarakat (Abillity To Pay and Willingness To Pay).
3.7 Tarif dan ketentuannya yang sudah ditetapkan Direktur Rumah Sakit hanya dapat
diubah dengan ketetapan Direktur Rumah Sakit lagi.
3.8 Utilisasi sumber daya rumah sakit dipantau secara berkala dengan penerapan konsep
efisiensi serta diukur dengan menggunakan indikator kinerja masing – masing unit
untuk mencapai efisiensi pembiayaan rumah sakit.
3.9 Penagihan dan informasi biaya perawatan kepada pasien yang sedang menjalani
perawatan dilakukan setiap hari sekali untuk menjamin cash flow rumah sakit, dan
untuk mencegah membengkaknya bad debt.
3.10 Penagihan piutang umum dan asuransi dikelola oleh keuangan dengan bekerja sama
dengan pihak – pihak yang ditunjuk bagian keuangan dengan sepengetahuan
Direktur Rumah Sakit.
3.11 Operasional rumah sakit selalu memperhatikan kendali mutu dan kendali biaya
dengan menjalankan value based service dan cost containment.
3.12 Laporan keuangan disajikan secara berkala bulanan berupa realisasi pendapatan dan
pembelanjaan, triwulan berupa laporan laba rugi, laporan utang – piutang dan neraca
dan laporan tahunan berupa seluruh format disertai ratio analisa keuangan dan
pertumbuhan keuangan.
3.13 Penyusunan rencana kerja melalui pendekatan balanced score card, scenario
planning dan anggaran berdasarkan value based payment.

IV. Kebijakan Umum Perspektif Pelanggan


4.1 Konsep pelayanan rumah sakit adalah menciptakan loyalty customer yang artinya
pelanggan yang setia, dengan memberikan pelayanan berfokus pasien yang berkesan
untuk memenangkan persaingan melalui strategi konsolidasi.
4.2 Kepuasan pelanggan diukur secara berkala dengan survey pada tiap unit kerja
(leading sektor adalah komite mutu dan marketing) yang hasilnya disosialisasikan
dan ditindaklanjuti sesuai bidang terkait.
4.3 Keluhan pelanggan internal dan eksternal serta error dalam pemberian pelayanan
ditangani secara terstruktur dan ditindaklanjuti sesuai kewenangan yang dimiliki oleh
setiap pejabat baik struktural maupun manajemen fungsional.
4.4 Perluasan dan penerobosan pasar dilakukan dalam upaya memanfaatkan peluang dari
masyarakat industri yang ada di daerah kerja rumah sakit, melalui peningkatan kerja
sama dengan perusahaan dan asuransi kesehatan, baik yang ada di wilayah kabupaten
Bekasi maupun dari luar Kabupaten Bekasi, akan dituangkan dalam kontrak kerja
sama serta dievaluasi secara berkala dan ditindaklanjuti sesuai aturan yang
disepakati.
4.5 Rumah sakit terbuka bagi kunjungan dinas/instansi/perorangan untuk studi banding
atau magang dan akan dilayani sesuai prosedur yang ditetapkan. Karyawan yang
dipercaya memberikan pengetahuan keluar rumah sakit diatur dalam prosedur dan
dapat menjadi pendapatan untuk rumah sakit yang diatur oleh subbagian diklat.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 00 September 2017
Rumah Sakit Medirossa Cikarang

dr. Dedi Wahyudi


Direktur

Anda mungkin juga menyukai