JurnalGuru
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan – INDONESIA
www.e-jurnalguru.com
ISSN: 2459-9743
JUNAL GURU Vol. VI No. 10 Hal. 213-263 Indralaya Januari – Juni 2022
e-ISSN: 2549-3469
JurnalGuru
Volume VI, No. 10 (2022)
Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan – INDONESIA 30862
www.e-jurnalguru.com
Jurnal Guru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Volume VI, No. 10 (2022)
JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Penerbit:
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
Mitra Bestari:
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. (Jakarta)
Prof. Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. (Yogyakarta)
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd.I. (Palembang)
Dr. Silvi Hevria, M.Pd. (Padang)
Dr. Yanti Triana, M.A. (Bandung)
Dr. Abjan Halek, S.E., M.Si. (Manado)
Dr. Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. (Tangerang)
Dr. H.M. Arbi Syarif, M.M. (Jakarta)
Dr. Marlia Saridewi, M.M. (Tanjung Pinang)
Dr. Solahudin, S.Kom., M.M. (Purwakarta)
Alamat Penyuntingan:
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp : +62 877-9661-7691
Email : ejurnalguru@gmail.com
Website : www.e-jurnalguru.com
Jurnal Guru menerima kiriman naskah yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal atau media lain. Tulisan dikirim dalam
bentuk word dengan format penulisan seperti tercantum dalam laman authour guidelines/pedoman penulisan dan
artikel di submit/dikirim ke website Jurnal Guru di www.e-jurnalguru.com. Setiap naskah yang masuk akan direview
oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan dan disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan
penulisan yang berlaku di jurnal ini.
DAFTAR ISI
• Pengaruh Pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan Pendidikan dan Pelatihan
terhadap Profesionalisme Guru di SMP Negeri 2 Kuningan
TITIN SUPARTINAH ................................................................................................ 230-234
• Penerapan Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa di Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjuk Lubuk
NOVI NURAINI, IRMA MARTINA, DAN SITI RUKIYAH ……..................................... 239-244
• Meningkatkan Hasil Belajar PKN Materi Hakikat Demokrasi melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri dengan Media Audio Visual Gerak pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
3 Lubuklinggau
SRI AGUSLATIANA ................................................................................................. 245-254
N. Eha
Guru SMP Negeri 2 Cigugur, Kuningan, Jawa Barat
Email: ehamail@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran fungsi,
peran, dan kedudukan lembaga-lembaga negara melalui implementasi model pembelajaran TGT (Team
Game Tournament). Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Cigugur dengan jumlah
subyek sebanyak 28 orang. Metode penelitian menggunakan metode observasi dan soal tes hasil belajar.
Untuk mengukur keberhasilan belajar ditetapkan indikator keberhasilan dengan KKM sebesar 73 dan
prosentase ketuntasan sebesar 100 persen. Penelitian ini dilaksanaan dalam dua siklus dengan hasil
sebagai berikut: 1) terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dari 86 persen pada siklus
I menjadi 96 persen pada siklus II, 2) terjadi peningkatan skor hasil belajar siswa dari 79 pada siklus I
menjadi 87 pada siklus II, dan 3) terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari 79 persen pada siklus I menjadi
100 persen pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT
(Team Game Tournament) berhasil secara efektif meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
fungsi, peran, dan kedudukan lembaga-lembaga negara.
pelajaran PKn di kelas VIII A SMP Negeri 2 Cigugur. a. Komponen-komponen yang menentukan
4. Manfaat Penelitian keterlibatan siswa dalam proses belajar
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini mengajar meliputi: siswa, guru, materi,
adalah sebagai berikut: tempat, waktu, dan fasilitas:
a. Bagi siswa: dapat meningkatkan keterlibatan 1) Siswa. Siswa adalah inti dari proses
siswa dalam pembelajaran fungsi, peran, dan belajar mengajar. Untuk mendorong
kedudukan lembaga-lembaga negara yang keterlibatan itu sendiri perlu adanya
akan berdampak pada peningkatan hasil perhatian pada motivasi belajar siswa.
belajar siswa. 2) Guru. Guru sangat berperan penting
b. Bagi guru: dapat meningkatkan pengalaman dalam menciptakan kelas yang
dan inovasi guru dalam menyelenggarakan komunikatif, peran guru adalah sebagai
pembelajaran. fasilitator , sebagai partisipan, sebagai
c. Bagi sekolah: dapat meningkatkan pengamat.
ketercapaian KTSP dalam mata pelajaran PKn. 3) Materi. Materi juga merupakan salah
satu factor penentu keterlibatan siswa.
B. Kajian Pustaka 4) Tempat. Ruang kelas adalah tempat
1. Pengertian Keterlibatan Siswa dimana proses belajar mengajar
Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah
berperan aktif sebagai partisipan dalam proses siswa akan berdampak pada penerapan
belajar mengajar, keaktifan siswa dapat didorong teknik dan metode mengajar yang
oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi berbeda.
kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, 5) Waktu. Alokasi waktu untuk melakukan
memproses dan mengelola perolehan belajarnya. aktivitas dalam proses belajar mengajar
Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa juga menentukan teknik dan metode
dalam proses belajar-mengajar , guru dapat yang akan diterapkan oleh guru.
melakukannya dengan cara: melibatkan secara 6) Fasilitas. Fasilitas dibutuhkan untuk
langsung siswa baik secara individual maupun mendukung proses belajar mengajar di
kelompok, menciptakan peluang yang mendorong kelas.
siswa untuk melakukan eksperimen, b. Langkah-langkah model belajar TGT:
mengikutsertakan siswa dengan memberikan tugas 1) guru menyampaikan materi dengan
kepada siswa untuk memperoleh informasi dari pengajaran langsung,
sumber luar kelas atau sekolah, serta melibatkan 2) siswa dalam kelompok (team)
siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan mengerjakan tugas untuk lebih
pembelajaran. mendalami materi pelajaran.
Kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa 3) game (siswa diberi pertanyaan, siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal yang menjawab benar mendapat score,
dan eksternal. Faktor internal itu meliputi: fisik, score ini di kumpulkan untuk turnamen)
motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitas 4) turnamen (guru membagi siswa kedalam
yang diberikan, kecerdasan, dan sebagainya, beberapa meja turnamen, tiga nilai
sedangkan secara eksternal meliputi: guru, materi tertinggi dikelompokan pada meja I, tiga
pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas siswa berikutnya pada meja II dan
belajar, dan sebagainya. seterusnya)
2. Model Belajar TGT (Team Game 5) team recignize (penghargaan kelompok)
Tournament) team yang mendapat nilai tertinggi
Model belajar TGT (Team Game Tournament) mendapatkan hadiah
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif 4. Hipotesis
yang mudah diterapkan dengan melibatkan aktifitas Hipotesis tindakan dalam penelitian ini
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status adalah: model pembelajaran TGT (Team Game
dan melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya Tournament) dapat meningkatkan keterlibatan
yang mengandung unsur permainan dan siswa dalam proses pembelajaran fungsi, peran, dan
reinforcement. kedudukan lembaga-lembaga negara.
Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu:
Penyajian kelas, kelompok (team), game, C. Metode Penelitian
turnament, dan team recognize. 1. Setting Penelitian
3. Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester II di nilai 2209, rata-rata nilai 79, nilai tertinggi 100,
kelas VIII A SMPN 2 Cigugur dengan jumlah siswa nilai terendah 33, siswa yang tuntas belajar 22
sebanyak 28 orang. Penelitian berlangsung selama orang (79%), siswa yang belum tuntas belajar
dua kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung 6 orang (21%), prosentase keberhasilan siswa
selama 2 x 40 menit dari pukul 07.00 WIB sampai adalah 79%. Dan hasil pengamatan terhadap
dengan pukul 08.20 WIB. Subjek penelitian adalah kegiatan siswa adalah sebagai berikut: ketika
penulis selaku guru PKn kelas VIII di SMPN 2 guru membuka pelajaran 21 orang (75%) siswa
Cigugur yang melaksanakan tindakan berkolaborasi memperhatikan/ terlibat dalam kegiatan
dengan guru PKn kelas VII sebagai pengamat. pembelajaran, pada waktu guru menyajikan
2. Metode Pengumpulan Data materi pelajaran, 24 orang siswa (8%) terlibat
a. Observasi dalam pembelajaran, pada waktu diskusi
Observasi dilaksanakan secara terfokus kelompok 26 siswa (93%) siswa terlibat dalam
terhadap siswa dengan berfokus pada keterlibatan kegiatan pembelajaran, pada waktu game 22
siswa dalam proses pembelajaran PKn, khususnya orang (79%) siswa terlibat dalam
pada materi fungsi, peran, dan kedudukan lembaga- pembelajaran, pada waktu guru memberikan
lembaga negara. Sedangkan observasi terhadap kesimpulan 21 orang (75%) siswa
guru dilakukan secara terfokus pada usaha guru memperhatikan, pada waktu evaluasi 100%
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam siswa mengerjakan soal tes.
proses permbelajaran dengan menggunakan model 2) Hasil pengamatan terhadap suasana kelas
TGT. Sementara terhadap metode pembelajaran dan adalah sebagai berikut: Ketika pembelajaran
suasan akelas dilaksanakan melalui observasi berlangsung keterlibatan siswa semakin
secara terbuka. meningkat, meskipun masih ada satu, dua
b. Tes (digunakan untuk meneliti hasil belajar siswa yang kurang terlibat dalam
siswa). pembelajaran, pada waktu dilaksanakan tes
3. Indikator Keberhasilan seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran.
Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam Pada waktu game siswa berebutan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut: menjawab pertanyaan (karena ingin mendapat
a. Untuk keterlibatan siswa dalam proses skor). Secara keseluruhan model belajar TGT
pembelajaran ditetapkan dengan rata-rata dapat menciptakan suasana belajar yang
prosentase keterlibatan siswa sebagai berikut: menyenangkan, siswa dapat belajar lebih
(1). 95% - 100% Sangat Berhasil, (2). 90% - 94 rileks.
% Berhasil, (3). 85% - 89% Cukup Berhasil, (4). 3) Hasil pengamatan terhadap guru; guru kurang
80% - 84% Kurang Berhasil, dan (5). 0% - bisa mengelola kelas, hal ini dapat dilihat pada
79% Tidak Berhasil. waktu game keadaan kelas menjadi gaduh
b. Untuk rata-rata nilai tes ditetapkan sebagai karena siswa berebutan untuk menjawab
berikut: (1). 86 - 100 Sangat Berhasil, (2). 76 - pertanyaan.. Ketika menyajikan materi guru
85 Berhasil, (3). 66 – 75 Cukup Berhasil, (4). 56 terlalu lama sehingga siswa merasa bosan.
- 65 Kurang Berhasil, dan (5). 0 - 55 Tidak Belum maksimalnya guru dalam pengelolaan
Berhasil.Sedangkan kemampuan siswa kelas cukup menyita waktu sehingga pada
berdasarkan ranah kognitif diukur dengan waktu evaluasi siswa kekurangan waktu untuk
angka KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). mengerjakan soal. Secara keseluruhan usaha
Penulis menetapkan angka KKM untuk materi guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa
fungsi, peran, dan kedudukan lembaga- dalam pembelajaran sudah ada tetapi belum
lembaga negara pada mata pelajaran PKn di maksimal.
kelas VIII A SMPN 2 Cigugur sebesar 73. b. Siklus II
Keberhasilan PTK ditentukan dengan 100% 1) Hasil pengamatan terhadap siswa yaitu nilai
siswa tuntas belajar. hasil belajar siswa(hasil tes) dengan jumlah
nilai 2442, rata-rata nilai 87, nilai tertinggi 100,
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan nilai terendah 77, siswa yang tuntas belajar
1. Hasil Penelitian 100%. Dan hasil pengamatan terhadap
a. Siklus I keterlibatan siswa dalam pembelajaran
1) Hasil pengamatan terhadap siswa yaitu nilai adalah sebagai berikut: ketika guru membuka
hasil belajar siswa (hasil tes) dengan jumlah - pelajaran 24 siswa (86%) memperhatikan/
terlibat dalam kegiatan belajar, ketika guru -
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dekdiknas.
Hardjodipuro, Siswoyo. (1997). Action Research,
Sintetis Teoritik. Jakarta: IKIP Jakarta.
Suparno, A.S. (1998). Penelitian Tindakan Kelas.
Makalah disajikan dalam Lokakarya
Instruktur Depdikbud (Tidak Diterbitkan).
Team Game Tournament. (2012). Diunduh dari
www.modelpembelajarankooperatif.blogspot.
com. Diunduh tanggal 14 Agustus 2012.
Keterlibatan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar.
(2012). Diunduh dari
www.belajarpsikologi.com. Diunduh tanggal
21 April 2012.
Wardani, IGAK. (2001). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiraatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI ATPH2 SMK-PP
Negeri Sembawa pada materi pencemaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas XI ATPH2 SMK-PP Negeri Sembawa dengan jumlah subyek sebanyak 28
orang. Metode penelitian menggunakan metode tindakan kelas. Untuk mengukur keberhasilan belajar
ditetapkan indikator keberhasilan dengan KKM sebesar 65 dan prosentase ketuntasan sebesar 85 persen.
Penelitian ini dilaksanaan dalam dua siklus dengan hasil sebagai berikut: 1) nilai rata-rata hasil belajar pada
Siklus I adalah 75,17 meningkat menjadi 86,41 pada siklus II, 2) keaktifan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran pada siklus I 52% meningkat pada Siklus II menjadi 71,5%, dan 3) nilai rata-rata praktik dan
laporan hasil adalah 81,33 yang dilakukan pada Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berhasil secara efektif meningkatkan hasil
belajar Biologi materi pencemaran lingkungan.
Kata Kunci: hasil Belajar, pencemaran lingkungan, Problem Based Learning (PBL)
Berdasarkan data tersebut di atas penulis Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil
meminta bantuan pada teman sejawat untuk Belajar Biologi Materi Pencemaran Lingkungan pada
megidentifikasi kekurangan yang terjadi di kelas Siswa Kelas XI ATPH2 SMK-PP Negeri Sembawa”.
yang di teliti. Dari diskusi diperoleh beberapa 2. Identifikasi Masalah
masalah: a) siswa tidak dapat mengerjakan tugas, b) Berdasarkan latar belakang masalah yang
siswa tidak aktif dalam pembelajaran, c) siswa diam telah diuraikan di atas, maka dapat ditentukan
dan tidak mau bertanya, dan d) tingkat penguasaan identifikasi masalah sebagai berikut: a) motivasi
materi rendah. belajar biologi siswa masih rendah, b) metode
Setelah melakukan diskusi dengan supervisor mengajar yang digunakan guru masih monoton, c)
dan teman sejawat, diketahui bahwa faktor keaktifan siswa kurang dioptimalkan, dan d) belum
penyebab rendahnya nilai tugas biologi adalah: a) diketahui implementasi model PBL dalam upaya
tidak menggunakan alat peraga pembelajaran, b) meningkatkan hasil belajar biologi materi
menggunaan model atau metode pembelajaran pencemaran lingkungan
yang kurang tepat, c) latihan soal yang diberikan 3. Batasan Masalah
oleh guru kurang dipahami, d) kurang pemberian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
tugas secara khusus, e) siswa tidak menguasai diuraikan di atas, peneliti memberikan pembatasan
materi yang diberikan, dan f) siswa tidak dimotivasi masalah yaitu rendahnya hasil belajar yang
untuk bertanya. diperoleh siswa dilihat dari pencapaian ketuntasan
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman belajar dengan implementasi model PBL pada materi
sejawat, perbaikan yang harus dilakukan adalah pencemaran lingkungan.
penerapan pada model atau metode pembelajaran, 4. Rumusan Masalah
dimana metode pembelajaran dianggap penting Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
model-model pembelajaran yang dapat berikut:
dipergunakan guru dalam membantu siswa a. Apakah dengan menggunakan model PBL
mencapai kompetensi. Salah satunya adalah model dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran berbasis masalah (problem base materi pencemaran lingkungan kelas XI ATPH2
learning). SMK-PP Negeri Sembawa?
Pembelajaran berbasis masalah (problem base b. Apakah dengan menggunakan model PBL
learning) merupakan sebuah pendekatan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
pembelajaran yang menyajikan masalah pada materi pencemaran lingkungan kelas XI
kontekstual sehingga merangsang siswa untuk ATPH2 SMK-PP Negeri Sembawa?
belajar. Dalam kelas yang menerapkan 5. Pemecahan Masalah
pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja Alternatif tindakan yang dapat dilakukan
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. untuk memecahkan masalah di atas adalah dengan
(Wijaya, 2004). menerapkan penilaian individual maupun klasikal.
Pembelajaran berbasis masalah pada intinya Argumentasi yang mendasari pemecahan masalah
merupakan suatu strategi pembelajaran yang tersebut adalah sesuai dengan materi pencemaran
diawali dengan penyajian adanya suatu masalah lingkungan di kelas XI dengan penerapan penilaian
dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian individual dan klasikal, siswa diberi kesempatan
digunakan untuk membuat atau merangsang siswa untuk melakukan pengamatan dengan pemecahan
untuk belajar lebih lanjut. Langkah-langkah (tahap- masalah melalui model pembelajaran PBL.
tahap) pembelajaran berbasis masalah yang telah 6. Tujuan Penelitian
dikemukakan terlihat bahwa pembelajaran berbasis Penelitian ini bertujuan untuk:
masalah pada intinya merupakan suatu strategi a. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
yang digunakan guru dalam membelajarkan suatu ATPH2 SMK-PP Negeri Sembawa pada materi
materi pokok (materi pelajaran) terkait dengan pencemaran dengan menggunakan model PBL.
kompetensi dasar yang dipilihnya dengan melalui b. Mendeskripsikan penggunaan model PBL
pemberian masalah kepada siswa untuk untuk Meningkatkan hasil belajar siswa kelas
diselesaikannya. Pemberian masalah yang harus XI SMK-PP Negeri Sembawa pada materi
diselesaikan ini hanyalah sebagai alat atau media pencemaran.
agar siswa melakukan kegiatan belajar lebih lanjut.
Dengan dasar tersebut, penulis tertarik untuk B. Kajian Pustaka
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul 1. Hasil Belajar Biologi
“Implementasi Model Pembelajaran Problem Based a. Pengertian Belajar
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan sebagai dari perencanaan sampai dengan penilaian
berikut: a) guru meminta peserta didk untuk terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang
mengembangkan hasil penyelidikan, dan b) guru berupa kegiatan belajar-mengajar untuk
meminta perwakilan kelompok untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan
menyampaikan hasil temuannya (jawaban terhadap (Depdiknas, 2003).
masalah yang diberikan) dan memberi kesempatan 3. Desain Penelitian
kepada kelompok lain untuk menanggapi dan Penelitian tindakan memiliki disain yang
memberi pendapat terhadap presentasi kelompok. berupa daur spiral dengan empat langkah utama,
5) Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah refleksi. Dari disain penelitian di bawah ini tampak
Pada tahap ini guru memandu/memfasilitasi bahwa penelitian tindakan merupakan proses
peserta didk untuk menganalisa dan mengevaluasi perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan
proses pemecahan masalah yang diperolehnya. yang masih mengandung kelemahan sebagaimana
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan sebagai hasil refleksi yang menuju ke arah yang semakin
berikut: a) guru membimbing siswa untuk sempurna. Penelitian Tindakan Kelas ini
melakukan analisis terhadap pemecahan masalah, dilaksanakan melalui beberapa siklus, setiap siklus
b) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi mempunyai langkah-langkah sebagai siklus spiral
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan meliputi: a) perencanaan, b) tindakan, c) observasi,
proses-proses yang mereka gunakan, dan c) guru d) refleksi dan perencanaan ulang sebagai dasar
melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi untuk pemecahan masalah.
yang telah dipelajari siswa. 4. Teknik Pengumpulan Data
5. Kompetensi Dasar pada Materi Pencemaran Teknik pengumpulan data yang digunakan
Lingkungan dalam penelitian ini adalah:
Materi pencemaran lingkungan terdapat pada a. Observasi terhadap keaktifan belajar siswa.
materi Kelas XI semester ganjil, dengan Standar Data tentang keaktifan belajar siswa diambil
Kompetensi: Memahami pengaruh dan peranan dengan lembar observasi dan dibantu oleh 1
manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan. observer. Pada penelitian ini keaktifan dinilai
Kompetensi dasar: Menganalisis dampak polusi dari aktivitas yang terlihat dalam proses
terhadap perubahan lingkungan hidup dan pembelajaran. Hal-hal yang diobservasi adalah
kesehatan. Indikatornya: a) mengidentifikasikan kegiatan pengamatan, lisan dan
jenis polusi pada lingkungan sekitar kita, b) mendengarkan yang masing-masing terdiri
Mengidentifikasikan macam-macam polusi, c) dari 3 diskriptor. Dalam setiap observasi,
mengidentifikasikan dampak polusi terhadap observer memberi tanda centang () pada
lingkungan kerja dan kesehatan tumbuhan, hewan diskriptor yang tampak pada lembar observasi
dan manusia, dan d) menentukan teknik yang telah disediakan.
penanganan dan pencegahan polusi b. Tes Hasil Belajar. Data hasil belajar diambil
dengan memberikan tes bentuk uraian pada
C. Metode Penelitian setiap akhir siklus. Tes yang diberikan terdiri
1. Subjek, Tempat, dan waktu Penelitian dari soal yang materi pokoknya mencakup
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di pencemaran lingkungan.
kelas XI ATPH 2 SMK-PP Negeri Sembawa 5. Teknik Analisis Data
Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin. Teknik analisis data yang digunakan dalam
Dimana jumlah siswa adalah 28 orang terdiri dari 17 penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tindakan kuantitatif. Data yang diperoleh melalui observasi
perbaikan difokuskan pada mata pelajaran biologi dianalisis setiap akhir pertemuan di setiap siklus.
dengan materi pencemaran lingkungan. Sedangkan data hasil belajar dianalisis dengan
2. Metode Penelitian menggunakan percentages correction (hasil yang
Metode yang penulis gunakan dalam dicapai setiap siswa dihitung dari persentase
penelitian ini adalah metode action research atau jawaban yang benar).
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas Dari persentase hasil belajar siswa bisa
adalah suatu penelitian yang dilakukan secara ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa sesuai
sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau dengan Departemen Pendidikan Nasional (2000)
tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti, mulai - sebagai berikut:
informasi yang berkaitan dengan masalah yang terdiri atas 4-5 orang. Pembagian
yang diberikan. kelompok secara heterogen dengan
Guru meminta siswa untuk melakukan memperhatikan kemampuan anak. Guru
penyelidikan dengan mengumpulkan informasi membagikan lembar kerja siswa (LKS didapat
terkait pencemaran lingkungan. Guru dari internet dengan modifikasi). Guru
membimbing siswa dengan memberikan memberi tugas kelompok untuk menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan kritis dalam mencari masalah tentang pencemaran lingkungan
jawaban terkait dengan masalah yang telah melalui diskusi kelompok. Guru memberi
diberikan. Guru meminta siswa untuk kesempatan kepada kelompok untuk
mengembangkan hasil penyelidikan. Setiap membaca buku siswa atau sumber lain atau
kelompok siswa mencatat hasil diskusi melakukan penyelidikan guna memperoleh
mereka. Guru meminta perwakilan kelompok informasi yang berkaitan dengan masalah
untuk menyampaikan hasil temuannya yang diberikan.
(jawaban terhadap masalah yang diberikan) Guru meminta siswa untuk melakukan
dan memberi kesempatan kepada kelompok penyelidikan dengan mengumpulkan informasi
lain untuk menanggapi dan memberi pendapat terkait dampak polusi terhadap lingkungan.
terhadap presentasi kelompok. Guru membimbing siswa dengan memberikan
Guru membimbing siswa untuk pertanyaan-pertanyaan kritis dalam mencari
melakukan analisis terhadap masalah jawaban terkait dengan masalah yang telah
pencemaran lingkungan. Pada kegiatan diberikan. Guru meminta siswa untuk
penutup, guru mengajak siswa membuat mengembangkan hasil penyelidikan. Setiap
rangkuman tentang materi pencemaran kelompok siswa mencatat hasil diskusi mereka
lingkungan. Guru membantu siswa untuk Guru meminta perwakilan kelompok untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap menyampaikan hasil temuannya (jawaban
penyelidikan mereka dan proses-proses yang terhadap masalah yang diberikan) dan
mereka gunakan. Guru melakukan evaluasi memberi kesempatan kepada kelompok lain
hasil belajar mengenai materi yang telah untuk menanggapi dan memberi pendapat
dipelajari siswa. terhadap presentasi kelompok.
b) Pada pertemuan kedua, dimulai dengan Guru membimbing siswa untuk
kegiatan pendahuluan menyampaikan tujuan melakukan analisis terhadap masalah tentang
pembelajaran yaitu setelah melalui dampak polusi terhadap lingkungan. Pada
pembelajaran berbasis masalah siswa dapat kegiatan penutup Guru mengajak siswa untuk
menjelaskan keterkaitan masalah perusakan merangkum materi pelajaran hari ini tentang
dan pelestarian lingkungan. Memberikan pencemaran lingkungan. Guru membantu
motivasi kepada siswa dengan cara guru siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
menjelaskan kepada siswa, apabila siswa terhadap penyelidikan mereka dan proses-
memahami materi jenis polusi pada lingkungan proses yang mereka gunakan. Guru melakukan
sekitar kita, macam-macam polusi maka akan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang
mempermudahkan pada materi dampak polusi telah dipelajari siswa.
terhadap lingkungan (polusi udara, polusi air, c) Pada pertemuan ketiga dilakukanan tes untuk
polusi tanah dan polusi suara). melihat hasil belajar siswa
Melakukan apersepsi guru mengingatkan Pada pertemuan pertama dan kedua, peneliti
kembali tentang materi yang telah dipelajari dibantu oleh satu orang observer untuk
yaitu tentang jenis polusi, macam-macam mengobservasi kegiatan atau aktivitas siswa selama
polusi dan dampak polusi terhadap proses pembelajaran berlangsung. Observer mengisi
lingkungan. (polusi udara, polusi air, polusi lembar observasi yang telah disiapkan dengan
tanah dan polusi suara). Selanjutnya guru memberikan tanda centang pada diskriptor yang
menjelaskan cara pembelajaran yang akan tampak. Tujuannya untuk melihat sampai dimana
dilaksanakan berikutnya yaitu melalui keberhasilan tindakan-tindakan yang telah
penyelidikan, kerja kelompok, dan presentasi dilakukan pada Siklus I, dan hasil tes tersebut dapat
hasil. dilihat pada tabel.
Pada kegiatan Inti guru 3) Analisis Hasil Penelitian Siklus I
mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2006. Undang-Undang RI Tentang Guru
dan Dosen serta Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: CV. Tamita
Utama.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2005. Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Biologi. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Bahri Saipul. 2005. Guru dan Anak Didik
Dalam Interaksi edukatif. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Djamarah, Bahri Saipul. 2010. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 SMK/MAK.
Jakarta: BPSDMP dan PMP Kemdikbud.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Slmeto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian
Pendekatan,Strategi, Metode, Teknik, Taktik,
dan Model Pembelajaran. Tersedia: http://
www.psbpsma.org/content/blog/pengertian-
pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-
dan-modelpembelajaran.html.[2Maret2011]
Sudjana, Nana. 2002. Dasar Dan Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Titin Supartinah
Kepala SMP Negeri 1 Pancalang, Kuningan, Jawa Barat
Email: titinsupartinah123@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan
pendidikan dan pelatihan (diklat) terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri 2 Kuningan. Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kuningan pada tanggal 2 Januari - 30 April 2021 dengan jumlah subyek
sebanyak 38 orang. Pengambilan data menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif dengan bantuan program statistik SPSS. Dari
analisis tersebut diperoleh hasil sebagai berikut; (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pembinaan MGMP dengan profesionalisme guru dengan koefisien regresi sebesar 0,336 dan thitung sebesar
3,738, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara diklat dengan profesionalisme guru dengan
koefisien regresi sebesar 0,674 dan thitung sebesar 7,506, dan (3) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara pembinaan MGMP dan diklat secara bersama-sama dengan profesionalisme guru dengan
koefisien regresi berganda sebesar 0,779 dan Fhitung sebesar 61,619.
masyarakat berdasarkan konsep link and match, 8) pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan pembelajaran, memaksimalkan pemakaian
penunjang, 9) pengakuan masyarakat terhadap sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber
profesi guru, 10) perlunya pengukuhan program belajar, dan sebagainya.
Akta Mengajar melalui peraturan perundangan, dan Selain itu MGMP juga bertujuan untuk
11) kompetisi profesional yang positif dengan memberi kesempatan kepada anggota kelompok
pemberian kesejahteraan yang layak. kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi
Akhirnya perlu disadari bersama bahwa pengalaman serta saling memberikan bantuan dan
peningkatan profesionalisme guru merupakan umpan balik. Dimsaping itu MGMP ini juga
kebutuhan berkesinambungan namun memerlukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka peningkatan keterampilan serta mengadopsi pendekatan
mutu pendidikan, guru memiliki multifungsi yaitu pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih
sebagai fasilitator, motivator, informator, profesional bagi peserta kelompok kerja atau
komunikator, transformator, agent of change, musyawarah kerja. Selanjutnya MGMP ini juga
inovator, konselor, evaluator, dan administrator. dimaksudkan untuk memberdayakan dan
Jadi guru memiliki peran utama dalam sistem membantu anggota kelompok kerja dalam
pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita melakukan tugas-tugas pembelajaran di sekolah,
umumnya. mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja
2. Rumusan Masalah atau musyawarah kerja (meningkatkan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat pengetahuan, kompetensi, dan kinerja) dan
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: mengembangkan profesionalisme guru melalui
a. Bagaimana pengaruh pembinaan MGMP kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme
terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri di tingkat MGMP, meningkatkan mutu proses
2 Kuningan? pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari
b. Bagaimana pengaruh diklat terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik, dan
profesionalisme guru di SMP Negeri 2 meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-
Kuningan? kegiatan di tingkat MGMP.
c. Bagaimana pengaruh pembinaan MGMP dan Secara esensial MGMP memiliki kegiatan-
diklat secara bersama-sama terhadap kegiatan berupa pengembangan kurikulum/silabus
profesionalisme guru di SMP Negeri 2 implementatif yang sesuai dengan standar
Kuningan? kompetensi pada mata pelajaran (mapel) terkait,
3. Tujuan Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis kompetensi
Penelitian ini bertujuan untuk: pada mapel terkait, pengembangan metode
a. Mengetahui pengaruh pembinaan MGMP pembelajaran yang sesuai, menarik, dan
terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri menyenangkan, pengembangan media
2 Kuningan; pembelajaran yang sesuai, menarik, dan
b. Mengetahui pengaruh diklat terhadap menyenangkan, pembuatan alat peraga
profesionalisme guru di SMP Negeri 2 pembelajaran bermutu untuk mapel terkait,
Kuningan; penelitian dan pengembangan, serta
c. Mengetahui pengaruh peranan pembinaan pengembangan profesi dan karir guru serta
MGMP dan diklat secara bersama-sama penulisan karya ilmiah.
terhadap profesionalisme guru di SMP Negeri 2. Pendidikan dan Pelatihan
2 Kuningan. Menurut Bernardin dan Russel (1993)
pelatihan adalah setiap upaya guna meningkatkan
B. Kajian Pustaka kinerja pekerjaan yang dipegang seseorang pegawai
1. Pembinaan MGMP atau yang berkaitan dengan hal-hal tersebut.
MGMP telah muncul sejak tahun 1980-an. Selanjutnya menurut Cascio (1995) bahwa pelatihan
Lembaga ini didirikan dengan tujuan terdiri dari desain program yang terencana guna
mengembangkan Sistem Pembinaan Profesional meningkatkan kinerja pada tingkatan individual,
(SPP) guru di Indonesia. Tujuan pendirian MGMP kelompok dan organisasi. Peningkatan kinerja
adalah untuk memperluas wawasan dan mencakup perubahan-perubahan yang terukur
pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya dari pengetahuan, keahlian, sikap dan perilaku
penguasaan substansi materi pembelajaran, sosial.
penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan
Menurut Wekley dan Yukl (dalam f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan
Mangkunegara, 2007) pelatihan dan standar pelayanan,disiplin diri dalam profesi,
pengembangan adalah usaha-usaha yang terencana serta kesejahteraan anggotanya.
dan dirancang untuk mencapai penguasaan g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan,
keterampilan, pengetahuan dan sikap pegawai spesialisasi, dan kemandirian.
dalam organisasi. Sedangkan menurut Proctor dan h. Memandang profesi guru suatu karier hidup
Thornton (dalam Darmayanti, 2008) pelatihan dan menjadi seorang anggota yang permanen.
adalah tindakan yang disengaja memberikan alat (PLPG, 2008)
agar pembelajaran dapat dilaksanakan. 4. Hipotesis
3. Profesionalisme Guru Berdasarkan uraian diatas maka dapat
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan a. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia pembinaan MGMP terhadap profesionalisme
yang potensial di bidang pembangunan. Oleh guru di SMP Negeri 2 Kuningan;
karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
bidang kependidikan harus berperan secara aktif diklat terhadap profesionalisme guru di SMP
dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga Negeri 2 Kuningan;
profesional sesuai tuntutan masyarakat yang c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
semakin berkembang. pembinaan MGMP dan diklat secara bersama-
Sebagai tenaga profesionali guru adalah sama terhadap profesionalisme guru di SMP
profesi yang mulia. Menurut Hornby (dalam PLPG, Negeri 2 Kuningan.
2008) profesi menunjukkan dan mengungkapkan
suatu kepercayaan bahkan suatu keyakinan atas C. Metode Penelitian
sesuatu kebenaran atau kredibilitas seseorang. 1. Populasi dan Tehnik Pengambilan sampel
Webster’s New World Dictionary (dalam PLPG, Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru
2008) mengkategorikan profesi sebagai pekerjaan SMP Negeri 2 Kuningan yang berjumlah 61 orang.
yang menuntut pendidikan tinggi. Profesi sendiri Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dan
merupakan suatu pekerjaan yang meminta jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan
persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan rumus Yamane (dalam Rakhmat, 1998:82) sebagai
tinggi dan diatur oleh suatu kode etika khusus. berikut:
Dari penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa 𝑁
𝑛=
profesi pada hakekatnya merupakan suatu 𝑁 𝑑2 + 1
pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah
khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan sampel (n) sebagai berikut :
𝑁 61 61
memperoleh kepercayaan pihak yang 𝑛= 2 = 2 = = 37,88 = 38
𝑁 𝑑 +1 61.0,1 +1 1,61
memerlukannya. responden
Robert W.Richey (dalam PLPG, 2008) 2. Tempat Penelitian
mengemukakan ciri-ciri dan syarat-syarat guru Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2
profesional diantaranya sebagai berikut: Kuningan, Jalan Otto Iskandardinata Nomor 136 ,
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
yang ideal dibandingkan dengan kepentingan 3. Metode Pengumpulan Data
pribadi. Pengumpulan data dilakukan dengan
b. Seorang guru profesional secara aktif menggunakan metode studi literatur, dokumentasi,
memerlukan waktu yang panjang untuk dan kuesioner.
mempelajari konsep-konsep serta prinsip- 4. Metode Analisis Data
prinsip pengetahuan khusus yang mendukung Analisis data menggunakan metode analisis
keahliannya. kuantitatif dengan teknik analisis sebagai berikut:
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki a. Pengujian Asumsi Klasik
profesi tersebut serta mampu mengikuti Dalam penelitian ini akan dilakukan uji
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. terhadap ada tidaknya gangguan multikolinieritas,
d. Memiliki kode etik yang mengatur heteroskedasitas, dan korelasi serial (uji asumsi
keanggotaan, tingkah laku, sikap, dan cara normalitas, korelasi serial, dan multikolinieritas).
kerja. b. Analisis Koefisien Regresi
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang
tinggi.
hipotesis yang akan diuji diberi simbol H0, 7,506, sedangkan ttabel dengan 0,05%
sedangkan untuk hipotesis alternatif diberi simbol diperoleh ttabel sebesar 2,024. Dengan
H a. demikian thitung (7,506) > ttabel (2,024), maka Ho
1) Uji hipotesis t untuk variabel pembinaan ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa
MGMP (X1) dengan profesionalisme guru (Y) terdapat hubungan yang positif dan signifikan
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai thitung antara diklat dengan profesionalisme guru di
sebesar 3,738, sedangkan ttabel dengan 0,05% SMP Negeri 2 Kuningan.
diperoleh ttabel sebesar 2,024. Dengan demikian c. Nilai koefisien regresi berganda pembinaan
thitung (3,738) > ttabel (2,024), maka Ho ditolak dan Ha MGMP dan diklat terhadap profesionalisme
diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan guru adalah 0,779, artinya keeratan hubungan
yang positif dan signifikan antara pembinaan antara pembinaan MGMP dan diklat secara
MGMP dengan profesionalisme guru di SMP Negeri bersama-sama terhadap profesionalisme guru
2 Kuningan. Dari hasil output SPSS diperoleh nilai adalah sebesar 77,9%. Dari perhitungan
thitung sebesar 7,506, sedangkan ttabel dengan 0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 61,619,
% diperoleh ttabel sebesar 2,024. Dengan demikian sedangkan Ftabel dengan ketentuan taraf
thitung (7,506) > ttabel (2,024), maka Ho ditolak dan Ha signifikansi 0,05% dan derajat kebebasan
diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan (DK) dengan ketentuan jumlah variable (n – 1)
yang positif dan signifikan antara diklat dengan = 3 – 1 = 2 (pembilang) dan jumlah sampel –
profesionalisme guru Di SMP Negeri 2 Kuningan. jumlah variabel = 38 – 3 = 35 (penyebut)
2) Uji hipotesis F untuk variabel pembinaan diperoleh Ftabel (0,05, 2/35) sebesar 3,2674. Dengan
MGMP (X1) dan diklat (X2) dengan demikian Fhitung (61,619) > Ftabel (3,2674), maka
profesionalisme guru (Y) Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai Fhitung bahwa terdapat hubungan yang positif dan
sebesar 61,619, sedangkan Ftabel dengan ketentuan signifikan antara pembinaan MGMP dan diklat
taraf signifikansi 0,05 % dan derajat kebebasan secara bersama-sama dengan profesional guru
(DK) dengan ketentuan jumlah variable (n – 1) = 3 – di SMP Negeri 2 Kuningan.
1 = 2 (pembilang) dan jumlah sampel – jumlah 2. Saran
variabel = 38 – 3 = 35 (penyebut) diperoleh Ftabel (0,05, a. Disarankan agar pembinaan MGMP menunjang
2/35) sebesar 3,2674. Dengan demikian Fhitung (61,619)
program kerja dan materi pembinaan disesuaikan
> Ftabel (3,2674), maka Ho ditolak dan Ha diterima. dengan kebutuhan guru di lapangan.
b. Disarankan agar perekrutan peserta diklat dapat
Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang
dilakukan secara transparan dan sesuai dengan
positif dan signifikan antara pembinaan MGMP dan
mata pelajaran yang diampunya.
diklat secara bersama-sama dengan c. Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar
profesionalisme guru di SMP Negeri 2 Kuningan. disarankan untuk terus-menerus meningkatkan
kompetensinya agar tercipta kualitas pendidikan
E. Kesimpulan dan Saran yang lebih baik.
1. Kesimpulan
a. Nilai koefisien regresi pembinaan MGMP (X1) Daftar Pustaka
dengan profesionalisme guru 0,336, artinya Benardin, H. John and Joyce E. A. Russell. 1993. Human
keeratan hubungan antara pembinaan MGMP Resources Management: An Expriential Approach.
dengan profesionalisme guru sebesar 33,6%. McGraw-Hill. New York: Series In Management.
Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar Cascio, W.F., 1995. Managing Human Resource
3,738, sedangkan ttabel dengan 0,05% Productivity, Quality of Work, Life and Profit, 4th.
Edition. New York: Mc. Graw Hill, Inc.
diperoleh ttabel sebesar 2,024. Dengan
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber
demikian thitung (3,738) > ttabel (2,024), maka Ho Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa Rosdakarya.
terdapat hubungan yang positif dan signifikan Darmayanti. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia,
antara pembinaan MGMP dengan Reformasi, Birokrasi, dan Manajemen Pegawai
profesionalisme guru di SMP Negeri 2 Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Kuningan. PLPG. 2008. Modul Pengembangan Profesionalisme
b. Nilai koefisien regresi diklat (X2) terhadap Guru. PLPG Sertifikasi Guru. Bandung: Tim UPI
profesionalisme guru (Y) adalah 0,674 artinya Bandung.
Rakhmat, Jalaluddin. (1998). Metode Penelitian
keeratan hubungan antara diklat dengan
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
profesionalisme guru sebesar 67,4%. Dari
perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -
Sugianto
Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda, LPMP Provinsi Sumatera Selatan
Email: sugianto@gmail.com
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan tinjauan atas kebijakan pemerintah mengenai program digitalisasi
sekolah guna meningkatkan mutu pembelajaran melalui program sekolah penggerak sebagai salah satu
program prioritas dalam bidang pendidikan. Ada lima langkah intervensi holistik yang akan diterapkan pada
program sekolah penggerak ini, yaitu: pendekatan yang konsultatif, pembelajaran dengan paradigma baru,
perencanaan dengan berbasis data, penguatan SDM sekolah, dan digitalisasi sekolah. Terkait dengan
digitalisasi sekolah ini, pemerintah telah menjadikan program digitalisasi sekolah sebagai terobosan baru
dalam pendidikan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam berbagai aspek
pengajaran. Dalam mendorong penggunaan teknologi pembelajaran berbasis TIK di sekolah ini, tentu saja
masih menghadapi banyak kendala. Untuk mengatasi berbagai kendala itu, paling tidak ada lima aspek
yang perlu mendapat perhatian pemerintah, yaitu: 1) proses digitalisasi sekolah ini tidak boleh hanya
terbatas pada implementasi teknologi digital di sekolah semata, 2) proses digitalisasi sekolah ini harus
berakar pada obyek pedagogis dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa, 3) proses
digitalisasi sekolah ini membutuhkan adanya komitmen yang kuat dari semua pihak, utamanya warga
sekolah, 4) fasilitas dan akses penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK) dalam pendidikan belum
tentu membuat sekolah mampu menggunakan TIK secara efektif dalam pembelajarannya, dan 5) proses
digitalisasi sekolah harus mampu membawa perubahan yang signifikan bagi pendidikan dan sekolah itu
sendiri.
dengan internet generasi terkini, yang Pertama, proses digitalisasi sekolah ini tidak
memungkinkan proses digitalisasi sekolah ini dapat boleh hanya terbatas pada implementasi teknologi
berjalan secara optimal. Belum lagi jika melihat hasil digital di sekolah semata. Digitalisasi sekolah juga
indeks literasi digital Indonesia yang saat ini masih harus diikuti dengan adanya perubahan pedagogis
berada diangka 3.47 atau berada di level sedang. dan perubahan organisasi sekolah secara
Sehingga dengan demikian, masih dibutuhkan masa keseluruhan.
penyesuaian yang cukup panjang untuk bisa Seperti diketahui, adanya pandemi Covid-19
mengaplikasikan berbagai program digitalisasi ini telah mengakibatkan gangguan yang belum
sekolah itu sebagaimana yang diharapkan pernah terjadi sebelumnya pada sistem pendidikan
(Fundrika, B.A., 2021). kita. Covid-19 telah mendekonstruksi kemapanan
Adapun alat atau sarana dan prasarana yang pedagogi konvensional. Semua aktor pendidikan,
diperlukan untuk program digitalisasi sekolah ini, mulai dari guru, dosen, murid, mahasiswa, hingga
antara lain: PC, laptop, LCD, router, dan eksternal orang tua, "dipaksa" melakukan adaptasi dan
hard disc. Dalam setiap PC, Laptop, dan eksternal perubahan strategi dari belajar model konvensional
hard disc ini nantinya akan diisi dengan aplikasi dan tatap muka, ke model nontatap muka melalui
rumah belajar yang menyediakan delapan fitur daring atau virtual (Hollweck & Doucet, 2020).
utama, yakni: sumber belajar, buku sekolah Oleh karena itu, semua pelaku pendidikan
elektronik, bank soal, laboratorium maya, peta harus menata kembali kompetensi pedagogisnya
budaya, wahana jelajah angkasa, pengembangan dalam mengelola pembelajaran untuk diaplikasikan
keprofesian berkelanjutan, dan kelas maya. kepada semua peserta didik secara efektif. Menurut
Tujuan program digitalisasi sekolah ini adalah Wahyudi (2012) kompetensi pedagogi adalah
untuk mempermudah proses belajar mengajar di kemampuan seorang guru dalam mengelola proses
sekolah dan para siswa dapat mengakses semua pembelajaran peserta didik. Pengelolaan proses
bahan ajar ataupun bahan ujian dalam satu pembelajaran ini tentunya mencakup pelaksanaan,
jaringan. Selain itu, program ini juga sebagai bentuk evaluasi, serta pengembangan karakter peserta
kesiapan sekolah dalam menghadapi revolusi didik.
industri 4.0, sehingga semua sekolah (diharapkan) Menurut Payong (2011) pedagogi berarti
dapat meningkatkan kualitas satuan pendidikannya segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk
menjadi satu-dua tingkat lebih maju dari kondisi membimbing anak muda menjadi manusia yang
sebelumnya. dewasa dan matang. Di sini tampak jelas bahwa
Pada program digitalisasi sekolah ini, ternyata pedagogik justru lebih mengutamakan
pemanfaat platform teknologi pada sistem pembimbingan karakter anak untuk menjadi lebih
digitalisasi sekolah ini diharapkan mampu dewasa. Selain itu, pendekatan pedagogi hari ini
mengurangi kompleksitas, meningkatkan efisiensi, ternyata lebih memfokuskan pada cara
dan inspirasi melalui pendekatan yang sudah penyampaian berbagai bimbingan tersebut lewat
disesuaikan. Adapun beberapa platform yang sudah berbagai aktivitas yang lebih efektif dan efisien
disediakan secara digital ini, antara lain: platform dibandingkan dengan hanya sekedar ceramah atau
profil dan pengembangan guru, platform nasihat (Thabroni, 2021).
pembelajaran, platform sumber daya sekolah, dan Dalam konteks perubahan pedagogi sebagai
dashboard raport pendidikan. persyaratan digitalisasi sekolah di atas, maka semua
Dari uraian di atas, ada satu pertanyaan guru di tanah air sudah seyogianya meningkatkan
mendasar yang kemudian mengemuka, yakni kemampuan dan kompetensinya dalam mengelola
apakah pemerintah sudah menyiapkan langkah proses pembelajaran peserta didik secara digital.
antisipasi guna menjawab keraguan masyarakat Oleh karena itu, program digitalisasi sekolah ini
bahwa program ini hanya sebatas project semata jangan sampai tidak menyentuh peningkatan
yang tidak berdampak pada peningkatan efektivitas kompetensi pedagogis guru, karena walaupun
dan mutu pembelajaran di sekolah? program digitalisasi sekolah itu dilakukan secara
masif, namun ketika program itu tidak diikuti
B. Pembahasan dengan peningkatan kompetensi pegagogis digital,
Terkait dengan program digitalisasi sekolah maka program itu tidak akan berarti apa-apa.
sebagai salah satu intervensi holistik yang Selain itu, digitalisasi sekolah ini juga harus
diterapkan pada sekolah penggerak ini, ada menyentuh organisasi sekolah. Sebagai sebuah
beberapa catatan yang menurut hemat penulis sistem, organisasi sekolah juga harus bermigrasi
harus menjadi perhatian pemerintah. dari sistem manual ke sistem digital. Kedepan, -
sekolah tidak boleh lagi dipenuhi dengan berbagai Selain itu, yang tidak kalah penting, digitalisasi
produksi dan administrasi yang menumpuk di sekolah ini juga jangan dijadikan sebagai alat untuk
ruangan kantor dan kelas. Data-data tentang guru, mendukung praktek-praktek lama yang sudah ada
tenaga kependidikan, siswa, orangtua siswa, raport, di sekolah sebelumnya, misalnya: menjadikan
administrasi sekolah, dan lain-lain sudah harus perangkat digital hanya sebagai alat tulis dan
tersimpan rapi secara digital di laptop ataupun di kelengkapan kantor belaka. Lebih dari itu,
media penyimpanan online lainnya. digitalisasi harus menjadi alat dukung bagi sekolah
Kedua, proses digitalisasi sekolah harus untuk berubah dan berkembang (Glover., et al,
berakar pada obyek pedagogis dalam upaya 2016; Håkansson Lindqvist, 2015; Jenkins, dkk,
meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa. 2011).
Menurut Agélii Genlott dan Grönlund (2016), Keempat, saat ini sudah cukup banyak sekolah
digitalisasi yang tidak berakar pada obyek yang melaksanakan penggunaan Teknologi
pedagogis seringkali gagal mengubah praktik dan Informasi dan Komputer (TIK) dalam proses
gagal meningkatkan pembelajaran siswa di sekolah. pembelajarannya, meskipun dalam skala yang
Seperti diketahui, pedagogi itu sendiri terdiri masih sederhana. Namun menurut Haelermans
dari dua obyek, yaitu: obyek material dan obyek (2017), memiliki fasilitas dan akses ke TIK dalam
formal. Obyek material adalah sesuatu yang pendidikan ini, belum tentu membuat sekolah
dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud materinya mampu menggunakan TIK secara efektif dalam
yang dalam hal ini adalah manusia, sedangkan pembelajarannya. Oleh karena itu, disinilah letak
obyek formal adalah suatu bentuk yang khas atau pentingnya peningkatan kompetensi digital guru
spesifik dari obyek material yang dalam istilah secara terus menerus dan masif, agar penggunaan
Drikarya dan Langeveld (Syaripudin T. Kurniasih, TIK itu dapat terus berkembang seiring dengan
2008) disebut dengan fenomena pendidikan atau perubahan zaman.
situasi pendidikan. Kelima, proses digitalisasi sekolah harus
Untuk itu setiap sekolah harus didorong mampu membawa perubahan yang signifikan bagi
mengenai cara berpikir baru tentang belajar pendidikan dan sekolah itu sendiri. Perubahan itu
mengajar di sekolah melalui digitalisasi ini (Agélii mesti terukur dan dapat dilihat progres
Genlott dan Grönlund, 2016). Salah satu caranya perbaikannya secara digital atau elektronik yang
adalah dengan tidak menjadikan warga sekolah dapat diakses oleh seluruh masyarakat di berbagai
sebagai obyek pembelajaran, namun belahan dunia.
menjadikannya sebagai subjek pembelajaran. Menurut Vanderlinde dan Van Braak (2010)
Obyek pembelajaran adalah segala sesuatu yang yang mengembangkan model e-kapasitas bagi
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang sekolah, mereka pernah mengemukakan bahwa
menjadi titik perhatian, misalnya: digitalisasi sekolah-sekolah yang telah menerapkan digitalisasi
pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan subjek dalam pembelajarannya, merupakan cerminan dari
pembelajaran adalah orang yang melakukan proses kemampuan sekolah itu dalam menciptakan dan
belajar baik guru maupun siswa. mengoptimalkan peran sekolah dan guru secara
Ketiga, proses digitalisasi sekolah ini berkelanjutan, sehingga mampu membawa
membutuhkan adanya komitmen yang kuat dari perubahan sekolah ke arah yang lebih efektif.
semua pihak, utamanya warga sekolah. Tanpa
adanya komitmen ini, maka digitalisasi tersebut C. Kesimpulan
hanya akan menjadi masalah yang terus berlanjut di Upaya pemerintah untuk mewujudkan
sekolah (Hauge, 2014; Aesaert., et al, 2015) dan program digitalisasi sekolah ini mesti didorong dan
digitalisasi juga akan menjadi suatu proses yang didukung oleh semua stakeholders pendidikan,
rumit untuk diterapkan di sekolah (Hauge, 2014; sebagai perwujudan dari harapan masyarakat untuk
Håkansson Lindqvist, 2015). menjadikan pendidikan di tanah air semakin mudah
Agar tidak menjadi masalah yang terus diakses oleh semua kalangan. Untuk itu, maka
berkelanjutan, maka program digitalisasi ini harus program digitalisasi sekolah ini harus dapat
dibangun atas dasar bahwa digitalisasi sekolah itu diimplementasikan tidak hanya sebatas pada
adalah sebuah keharusan dan keniscayaan bagi implementasi teknologi digital di sekolah semata,
sekolah dalam mengembangkan kualitas diri tetapi lebih dari itu, juga menyentuh aspek
sebagai pusat keunggulan (centre of excellent) bagi peningkatan kompetensi digital para guru dan
pendidikan di wilayahnya. tenaga kependidikan serta digitalisasi organisasi
sekolah secara keseluruhan.
Selain itu, proses digitalisasi sekolah ini juga Payong, M.R .(2011). Sertifikasi Profesi Guru.
harus berakar pada obyek pedagogi dalam upaya Jakarta Barat: PT Indeks.
meningkatkan efektivitas dan mutu pembelajaran di Syarifudin, T. Kurniasih. (2008). Pengantar Filsafat
sekolah. Oleh karenanya dibutuhkan adanya Pendidikan. Bandung: Percikan llmu.
komitmen yang kuat dari semua pihak, utamanya Thabroni, G. (2022) Pengertian, Kompetensi,
warga sekolah agar proses digitalisasi sekolah ini Manfaat, Fungsi dan Tujuan. Diakses dari
mampu membawa perubahan yang signifikan bagi https://serupa.id/pedagogik-pengertian-
peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas kompetensi-manfaat-fungsi-tujuan/ pada 2
sekolah itu sendiri. Januari 2022.
Vanderlinde, R., & van Braak, J. (2010). The E-
Daftar Pustaka Capacity of Primary Schools: Development of a
Aesaert, K., Van Braak, J., Van Nijlen, D., & Conceptual Model and Scale Construction
Vanderlinde, R. (2015). Primary School Pupils’ from a School Improvement Perspective.
ICT Competences: Extensive Model and Scale Computers & Education, 55, 541–553.
Development. Computers & Education, 81, Wahyudi, Imam. (2012). Panduan Lengkap Uji
326–334. Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Prestasi.
Agélii Genlott, A., & Grönlund, Å. (2016). Closing the
Gaps–Improving Literacy and Mathematics by
ICT-Enhanced Collaboration. Computers &
Education, 99, 68–80.
Fundrika, B.A., (2021). Kategori Sedang, Literasi
Digital Masyarakat Indonesia Masih Perlu
Ditingkatkan. Suara, Edisi Rabu, 10 November
2021.
Glover, I., Hepplestone, S., Parkin, H., Rodger, H., &
Irwin, B. (2016). Pedagogy First: Realising
Technology Enhanced Learning by Focusing on
Teaching Practice. British Journal of
Educational Technology, 47 (5), 993–1002.
Haelermans, C. (2017). Digital Tools in Education. In
On Usage, Effects, and the Role of the
Teacher. Diakses dari
https://www.sns.se/aktuellt/digital-tools-in-
education-on-usage-effects-and-the-role-of-
the-teacher pada tanggal 2 Januari 2022.
Håkansson Lindqvist, M. (2015). Gaining and
Sustaining TEL in a 1:1 Laptop Initiative:
Possibilities and Challenges for Teachers and
Students. Computers in the Schools, 32 (1), 35–
62.
Hauge, T. E. (2014). Up-Take and Use of Technology:
Bridging Design for Teaching and Learning.
Technology, Pedagogy & Education, 23 (3),
311–323.
Hollweck, T. and Doucet, A. (2020), Pracademics in
the Pandemic: Pedagogies and
Professionalism. Journal of Professional
Capital and Community, pp. 1-11.
Jenkins, M., Browne, T., Walker, R., & Hewitt, R.
(2011). The Development of Technology
Enhanced Learning: Findings from a 2008
Survey of UK Higher Education Institutions.
Interactive Learning Environments, 19 (5),
447–465.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Double Loop Problem
Solving (DLPS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Bahasa Indonesia di kelas VII
SMP Negeri 2 Tanjung Lubuk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Lubuk yang berjumlah 106 siswa,
sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 54 siswa yang diperoleh melalui teknik sampling porposive.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes tertulis, dan dokumentasi. Adapun teknik
analisis data menggunakan teknik uji t. Berdasarkan hasil analisis terhadap data tes tertulis dapat
disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran DLPS sebesar
66,70, dan (2) hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran DLPS sebesar 81,07. Dengan
demikian maka ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran DLPS dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran DLPS, dengan nilai
uji t sebesar 1,67 (taraf signifikan 5%) dan sebesar 1,26 (taraf signifikan 1%), serta nilai thitung sebesar 1,67 <
6,79 > 1,26.
Kata Kunci: model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS), hasil belajar siswa
analysis is needed; and if so). hasil belajar bergantung pada prosesnya. belajar
e. Mendeteksi penyebab masalah yang arasnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
lebih tinggi (detecting higher level causes). siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif
Merancang solusi akar masalah (designing dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan
root cause solutions) belajar. Demikian dengan indikator hasil belajar
2. Hasil Belajar meliputi daya serap terhadap bahan pengajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil yang diajarkan dan perilaku yang digariskan dalam
adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha. tujuan pengajaran.
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang Hasil belajar yang dicapai dalam proses
baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun pembelajaran (Hamalik, 2004) menjelaskan ukuran
dalam pembahasan ini masing-masing para ahli hasil upaya yang dilakukan oleh pendidik dan
memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda- peserta didik dengan segala faktor yang terkait.
beda, walaupun secara praktis masing-masing kita Tingkat keberhasilan belajar dapat dikategorikan
sudah sangat memahami apa yang dimaksud sebagai berikut:
dengan belajar tersebut. a. Istimewa atau maksimal bila semua bahan
Menurut Gegne belajar adalah suatu proses pelajaran dikuasai 100%
dimana suatu organisme berubah perilakunya b. Baik sekali atau optimal bila sebagian besar
sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar materi dikuasai antara 79%-99%
merupakan dua konsep yang tidak dapat c. Baik atau minimal bila bahan dikuasai hanya
dipisahkan. Dan ia menyebutkan bahwa belajar 60%-75%
dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh d. Kurang bila bahan yang dikuasai kurang dari
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, 60%
kebiasaan dan tingkah laku (Susanto, 2012). Ketentuan tingkat keberhasilan antara
Adapun menurut Burton dalam (Slameto, lembaga pendidikan satu dengan lembaga
2010) belajar dapat diartikan sebagai perubahan pendidikan lainnya berbeda, bahkan sekarang
tingkah laku pada diri individu berkat adanya satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk
interaksi antara individu dengan individu dengan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimum
lingkungannya. Sementara itu menurut pengertian (KKM) sendiri-sendiri.
secara psikologis belajar merupakan suatu proses 3. Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai Dalam proses belajar mengajar evaluasi hasil
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam belajar (Zuhairini, 1993) dapat dibedakan ke dalam:
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- a. Evaluasi formatif
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan
aspek tingkah laku. sesudah diselesaikannya satu pokok bahasan.
Menurut Dymiati dan Mudjiono mengatakan Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangka
bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan pendek. Dalam pelaksanaanya disekolah evaluasi
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti sebuah formatif ini merupakan ulangan harian.
kegiatan pembelajaran, dimana tingkat b. Evaluasi sumatif
keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan
skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol sesudah diselesaikannya beberapa pokok bahasan.
(Ismail, 2013). Menurut Sudijarto hasil belajar Dengan demikian evaluasi sumatif adalah evaluasi
adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa hasil belajar jangka panjang. Dalam
dalam mengikuti program pembelajaran sesuai pelaksanaannya disekolah evaluasi sumatif ini
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan, dilaksanakan pada akhir catur wulan atau akhir
karenanya hasil belajar siswa mencakup tiga aspek semester.
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik c. Evaluasi diagnostik
(Khodijah, 2014). Evaluasi diagnostik yaitu suatu evaluasi yang
Maka, dari pernyataan diatas bahwa hasil berfungsi untuk mengenal latar belakang kehidupan
belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang
setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
merupakan suatu proses dari seseorang yang memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku
yang relatif menetap. Hasil belajar merupakan C. Metode Penelitian
akibat dari suatu proses belajar, bahwa optimalnya
pembelajaran DLPS yang tergolong tinggi (baik) signifikan 1% yaitu 1,29 setelah dikonsultasikan
sebanyak 14 orang siswa (51,86%), tergolong sedang ternyata thitung atau 1,67 < 6,79 > 1,29 hal ini
sebanyak 5 orang siswa (18,52%) dan yang menunjukkan bahwa HO ditolak dan Ha diterima.
tergolong rendah sebanyak 8 orang siswa (29,62%) Hasil perhitungan dengan rumus uji t pada
2. Hasil Belajar Siswa yang Tidak Menerapkan soal post test diperoleh harga thitung sebesar 6,79
Model Pembelajaran DLPS kemudian dikonsultasikan dengan harga ttabel
Setelah menentukan kelas interval, banyak dengan df = (n1+n2) – 2 = (27 + 27) – 2 = 52 dengan
kelas, dan pajang interval maka dapat dibuat tabel taraf signifikan 5% yaitu 1,67 dan pada taraf
frekuensi untuk sampel kelas VII yang menggunakan signifikan 1% yaitu 1,26 setelah dikonsultasikan
model pembelajaran DLPS sebagai berikut: ternyata thitung atau 1,67 < 6,79 > 1,26 hal ini
menunjukkan bahwa HO ditolak dan Ha diterima.
Tabel 3. Disteribusi Frekuensi Hasil Belajar Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada
Kelas Kontrol (Post Test) perbedaan yang signifikan setelah menerapkan
model pembelajaran DLPS untuk meningkatkan
Skor F1 X1 X12 F1X1 F1X12 hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
79–85 4 82 6,724 328 26,896
bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung
72–78 6 75 5,625 450 33,750
65–71 8 68 4,624 544 36,992
Lubuk.
58–64 3 61 3,721 183 11,163 Hal ini disebabkan oleh adanya model
51–57 2 54 2,916 108 5,832 pembelajaran yang membantu siswa dalam
44–50 4 47 2,209 188 8,836 memahami dan mengingat materi pada sub bab
Jumlah N=27 387 25,819 1,801 123,469 “Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih
Mudah” yang diajarkan. Pembelajaran dengan
Setelah diketahui skor rata-rata mengenai menggunakan model pembelajaran DLPS pada kelas
hasil belajar yang tidak menggunakan model eksperimen memberikan peningkatan dan peluang
pembelajaran DLPS maka selanjutnya yang besar bagi siswa agar lebih mudah dalam
mengelompokkan hasil belajar kedalam tiga memahami bahan ajar.
kelompok yang tinggi, sedang dan rendah (TSR): Berdasarkan data hasil belajar di atas, terlihat
Berdasarkan kategori skor tinggi, sedang dan jelas bahwa hasil belajar di kelas eksperimen lebih
rendah (TSR) yang telah dijelaskan di atas maka tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dan hal ini
langkah selanjutnya adalah memasukkan kedalam menunjukkan adanya pengaruh penerapan model
rumus persentase, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pembelajaran DLPS untuk meningkatkan hasil
pada tabel berikut: belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung
Tabel 4. Presentasi Hasil Belajar Siswa yang Lubuk.
Tidak Menggunakan Model Pembelajaran DLPS
E. Kesimpulan
Hasil Belajar PAI Frekuensi Persentase Dari hasil analisis data penelitian di atas maka
Tinggi 10 37,03% dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sedang 11 40,75% 1. Hasil belajar siswa yang menerapkan model
Rendah 6 22,22% pembelajaran DLPS dalam proses
Jumlah 27 100% pembelajaran mata pelajaran pendidikan
Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Tanjung Lubuk lebih tinggi dibandingkan
bahwa hasil belajar siswa yang tidak menggunakan dengan hasil belajar kelas kontrol, hal ini dapat
model pembelajaran double loop problem solving dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas
(DLPS) yang tergolong tinggi (baik) sebanyak 10 eksperimen yaitu 83,35.
orang siswa (37,03%), tergolong sedang sebanyak 11 2. Hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang
orang siswa (40,75%) dan yang tergolong rendah tidak menerapkan model pembelajaran DLPS
sebanyak 6 orang siswa (22,22%). dalam proses pembelajaran mata pelajaran
Dari hasil pengujian hipotesis dengan uji t Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 2
pada soal post test diperoleh harga thitung sebesar Tanjung Lubuk sangat berbeda dengan kelas
6,79 kemudian dikonsultasikan dengan harga ttabel eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
dengan df = (n1+n2) – 2 = (27 + 27) – 2 = 52 dengan nilai yang diperoleh yaitu 66,46.
taraf signifikan 5% yaitu 1,67 dan pada taraf
Daftar Pustaka
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ismail, F. (2013). Evaluasi Pendidikan. Palembang:
Tunas Gemilang Press.
Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Depok:
Rajawali Press.
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran
(Pendidikan Agama Islam). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Shoimin, A. (2014). Model-Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum. Sleman: Ar- Ruzz
Media.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
(17th ed.). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian, (Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Susanto, A. (2012). Teori, Belajar dan
Pemebelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Zuhairini. (1993). Metodologi Pendidikan Agama.
Solo: Pustaka Ramadhani.
Sri Aguslatiana
Guru SMP Negeri 3 Lubuklinggau, Sumatera Selatan
Email: sriagus789@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Lubuklinggau pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Hakikat Demokrasi dengan
menggunakan model pembalajaran inkuiri melalui media audio gerak. Penelitian dilaksanakan dengan
subyek sebanyak 30 orang. Metode penelitian menggunakan metode tindakan kelas. Untuk mengukur
keberhasilan belajar ditetapkan indikator keberhasilan dengan KKM sebesar 75 dan prosentase ketuntasan
sebesar 75 persen. Penelitian ini dilaksanaan dalam dua siklus dengan hasil sebagai berikut: 1) nilai rata-
rata hasil belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran inkuiri sebesar 46,40 dengan tingkat
ketuntasan 40,62%, 2) nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 69,66 dengan tingkat
ketuntasan 43,33% meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 76,03 dan tingkat ketuntasan 90,02%.
Dengan demikian maka penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media audio gerak ini efektif
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hakikat Demokrasi pada siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Lubuklinggau.
Kata Kunci: hasil belajar, model pembelajaran inkuiri, media audio visual gerak
juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh Visual Gerak pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
karena itu siswa perlu diberi kesempatan untuk Lubuklinggau”.
mengembangkan keterampilan dan pemahaman
yang dimilikinya dalam proses pembelajaran. B. Kajian Pustaka
Pendekatan pembelajaran dalam proses 1. Model Pembelajaran Inkuiri
pembelajaran di sekolah adalah sesuatu yang tidak a. Pengertian model pembelajaran
dapat diabaikan untuk kemajuan suatu bangsa. Menurut Rusman (2012) model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan bagian yang adalah suatu rencana atau pola yang dapat
sangat penting dalam proses pendidikan, selain itu digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
guru juga di tuntut menyiapkan perangkat pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
pembelajaran dan mampu menciptakan kreasi, bahan pembelajaran, dan membimbing
inovasi, yang dapat memberikan pembelajaran pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut
yang terbaik bagi siswanya sehingga terjadi proses Istarani (2011) model pembelajaran adalah seluruh
pembelajaran yang efektif. rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
Mempertimbangkan proses pembelajaran aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang
dan hasil belajar yang kurang baik, peneliti dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait dan
melakukan penelitian dengan menerapkan model yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
inkuiri dengan media audio visual gerak. Inkuiri dalam proses belajar mengajar.
merupakan model pembelajaran yang mendorong, Model pembelajaran mempunyai 4 ciri
melatih dan membuat siswa berpikir secara kritis, khusus yang tidak dimiliki oleh srategi, metode, atau
analitis, dan sistematis dalam menemukan sendiri prosedur lain. Ciri-ciri tersebut yaitu: bersifat
jawaban dari permasalahan materi yang sedang rasional teoritis, berorientasi pada pencapaian
dipelajari. Inkuiri diterapkan pada siswa yang tujuan pembelajaran, berpijak pada khusus agar
kurang pengalaman belajar. Dengan model inkuiri model tersebut sukses dilaksanakan, dan terpijak
ini, maka proses belajar siswa lebih diorientasikan pada lingkungan belajar kondusif agar tujuan
kepada petunjuk dan bimbingan guru agar siswa pembelajaran tercapai.
mampu memahami konsep-konsep dalam proses b. Pengertian model pembelajaran inkuiri
belajar mengajar. Hamdani (2011) menjelaskan bahwa inkuiri
Adapun pemilihan media audio visual gerak adalah salah satu belajar atau penelaahan yang
untuk mendukung penelitian ini karena audio visual bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan
gerak adalah media intruksional modern yang cara kritis, analitis, dan ilmiah dengan menggunakan
sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan
ilmu pengetahuan dan teknologi). Karena meliputi yang meyakinkan karena didukung oleh data atau
penglihatan, pendengaran, dan gerakan, serta kenyataan.
menampilkan unsur gambar yang bergerak Amri (2010) menyatakan inkuiri berasal dari
sehingga memberikan pembelajaran yang nyata bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
bagi siswa. proses bertanya dan mencari tahu jawaban
Berdasarkan pengamatan penulis, setelah terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Dengan
mengajar di kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuklinggau kata lain, inkuiri merupakan suatu proses untuk
tahun ajaran 2018/2019, guru menemukan memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
permasalahan saat mengajar Pendidikan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
Kewarganegaraan. Pertama, kurangnya minat mencari jawaban atau memecahkan masalah
siswa dalam mempelajari materi yang ditandai terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
dengan kurangnya partisipasi siswa dalam menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
pembelajaran. Kedua, dari hasil pre test tanggal 30 Menurut Hamdani (2010) inkuiri adalah teknik
April 2019 menunjukkan bahwa sekitar 56% siswa pengajaran guru dengan membagi tugas kepada
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). siswa untuk meneliti suatu masalah. Model
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu:
masih perlu ada upaya yang harus dilaksanakan 1) Mendorong siswa untuk berpikir dan atas
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan
Dari uraian diatas, penulis kemudian tertarik terbuka.
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas 2) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
dengan Judul “Meningkatkan Hasil Belajar PKN 3) Dapat membantu dan mengembangkan sel
Materi Hakikat Demokrasi melalui Penerapan concept pada diri siswa
Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Audio
4) Membantu dalam menggunakan ingatan dan 4) Meningkatkan daya tarik materi pelajaran
transfer pada situasi belajar yang baru. dan perhatian peserta belajar
Menurut Sanjaya (2008), peran guru dalam 5) Meningkatkan sistematika pengajaran.
kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah c. Ciri-ciri media audio visual
menjadi motivator, memberi rangsangan agar siswa Menurut Rusman (2014), ciri-ciri media audio
aktif, dan bergairah dalam berpikir, dengan aspek- visual adalah sebagai berikut:
aspek sebagai berikut; 1) mereka biasanya bersifat linier
1) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa 2) mereka biasanya menyajikan visual yang
mengalami kesulitan. dinamis
2) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan 3) mereka digunakan dengan cara yang telah
yang mereka buat. yang ditetapkan yang sebelumnya
3) Administrator, bertanggung jawab terhadap sebelumnya oleh perancang.
seluruh kegiatan kelas. 4) Mereka merupakan representasi fisik dari
4) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk gagasan real atau gagasan abstrak.
mencapai tujuan yang diharapkan. 5) Mereka dikembangkan menurut prinsip
5) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, psikologis, behaviorisme, dan kognitif.
dan organisasi kelas. 6) Umumnya mereka berorientasi kepada guru
6) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang
yang dicapai. rendah.
c. Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran d. Jenis-jenis media pembelajaran
Inkuiri Menurut Asrar (2013) ada beberapa jenis
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri media pembelajaran yang bisa digunakan dalam
dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu: proses pengajaran yaitu: media audio, media cetak,
1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh media visual diam, media audio semi gerak, media
siswa audio semi diam, media semi gerak, media audio
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih visual diam, dan media audio visual gerak
dikenal dengan istilah hipotesis Audio visual gerak adalah media yang
3) Mencari informasi, data, dan fakta yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar,
diperlukan contohnya seperti film gerak bersuara, video NCD
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dan televisi. Jenis media ini mempunyai kemampuan
5) Mengaplikasikan kesimpulan. yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media
2. Media Audio Visual Gerak auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media
a. Pengertian media audio visual merupakan sebuah alat bantu audio
Menurut Asrar, dkk (2013), media merupakan visual yang berarti bahan atau alat yang
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dipergunakan dalam situasi belajar untuk
berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam
media adalah komponen sumber belajar atau menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
wahana fisik yang mengandung materi instruksional 3. Hasil Belajar
dari lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa a. Pengertian hasil belajar
untuk belajar. Menurut Azhar Arsyad (2011), kata Belajar merupakan suatu proses dari seorang
media berasal dari kata latin dan merupakan bentuk individu yang berupaya mencapai tujuan belajar
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti atau biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk
perantara atau pengantar. perubahan perilaku yang relative tetap. Hakim
b. Fungsi media pembelajaran (2008) mengatakan bahwa belajar adalah suatu
Menurut Hamzah (2011) media pembelajaran proses perubahan didalam kepribadian manusia,
mempunyai fungsi antara lain: dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
1) Dapat memperbesar benda yang sangat kecil peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku,
2) Dapat menyajikan benda atau peristiwa yang seperti: peningkatan kecakapan, pengetahuan,
terletak jauh di luar jangkauan ke hadapan sikap, kebiasaan, pemahaman, daya fikir, dan lain-
peserta belajar. lain.
3) Menyajikan peristiwa kompleks, rumit, Hal ini sejalan dengan Slameto (2003) yang
berlangsung cepat menjadi lebih sederhana, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
dan sistematis. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara -
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri 1959) yang terdiri masa demokrasi liberal 1950-1959
dalam interaksi dan lingkungannya. dan masa demokrasi terpimpin 1959-1966, 3)
Perubahan-perubahan yang dialami akibat dari pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru (1966-
belajar tersebut merupakan hasil belajar. Jadi, hasil 1998), dan pelaksanaan demokrasi reformasi (1998-
belajar merupakan indikator untuk mengukur sekarang).
kemampuan siswa dalam proses belajar. Hasil c. Macam-macam demokrasi.
belajar menggambarkan tingkat pencapaian siswa 1) Demokrasi langsung (Direct Democracy),
atas tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. adalah demokrasi yang secara langsung
Hasil belajar tercermin dari kepribadian siswa melibatkan rakyat dalam pengambilan
berupa perubahan tingkah laku setelah mengalami keputusan suatu negara.
proses pembelajaran. Hasil belajar ini 2) Demokrasi tidak langsung (Indirect
menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa Demokracy), adalah demokrasi yang
baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. melibatkan seluruh rakyat dalam pengambilan
Menurut Sudjana (2009) hasil belajar suatu keputusan Negara secara tidak
merupakan perubahan tingkah laku bidang kognitif, langsung.
afektif, dan psikomotorik. Jelas dalam belajar, 5. Kerangka Konseptual
perubahan yang timbul pada diri individu itu harus Hasil belajar siswa dapat dilihat dengan
mengarah pada perubahan yang positif berupa adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
kecakapan sikap, kebiasaan, dan pengertian”. merupakan hasil proses belajar mengajar yang
b. Tujuan belajar mereka alami sesuai tujuan pendidikan. Dimana
Menurut Hamzah (2011) tujuan belajar tujuan pendidikan adalah dapat mencerdaskan anak
merupakan salah satu aspek yang perlu bangsa. Untuk memperoleh tujuan tersebut ada cara
dipertimbangkan dalam merencanakan untuk menempuhnya, salah satunya dalam
pembelajaran. Keuntungan yang dapat diperoleh pemilihan model pembelajaran yang tepat
melalui penuangan tujuan belajar tersebut adalah merupakan strategi dalam memperbaiki dan
sebagai berikut: meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
1) Waktu belajar dapat di alokasikan dan Saat mempelajari Pendidikan
dimanfaatkan secara tepat. Kewarganegaraan memerlukan pemahaman konsep-
2) Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, konsep yang ada pada tiap materi pelajaran. Dan
sehingga tidak ada materi pelajaran yang guru sebagai perancang pembelajaran harus dapat
dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit. menyajikan materi PKn dengan semenarik mungkin,
3) Guru dapat menetapkan berapa banyak materi agar siswa tertarik dan termotivasi, serta guru juga
pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan harus mampu menciptakan suasana belajar di dalam
dalam setiap jam pelajaran. kelas menjadi hidup, dengan cara memilih model
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa pembelajaran yang tepat untuk materi pelajaran
hasil belajar itu sendiri melukiskan tingkat tertentu dan menyelesaikan pelajaran secara
pencapaian siswa melalui proses belajar dan maksimal.
tercermin dari kepribadian siswa berupa perubahan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
tingkah laku setelah proses pembelajaran. Ini berarti membutuhkan model pembelajaran yang tepat dan
hasil belajar menggambarkan kemampuan yang membutuhkan keaktifan dan motivasi. Model
dimiliki siswa dalam aspek kognitif, afektif, pembelajaran inkuri diharapkan mampu
psikomotorik. meningkatkan hasil belajar siswa. Model
4. Materi Pembelajaran pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang
a. Hakikat demokrasi memberikan peluang yang sama dengan portofolio,
Kata demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
yaitu demos dan kratos. Kata itu memiliki masing- kelas yang berpusat pada siswa dan memungkinkan
masing arti yang berbeda. Demos berarti rakyat dan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber
kratos berarti kedaulatan. Jadi demokrasi berarti belajar dan tidak hanya menjadikan guru sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk satu-satunya sumber belajar.
rakyat. Penelitian tindakan kelas diperlukan untuk
b. Sejarah perkembangan demokrasi di indonesia mempelajari peningkatan hasil belajar dalam satu
Pelaksanan demokrasi dibagi menjadi pokok bahasan, dimana guru dapat menanggulangi
beberapa periodesasi, antara lain: 1) pelaksanaan masalah-masalah yang di hadapi di kelas, serta
demokrasi pada masa revolusi (1945-1950), 2) memperbaiki dan meningkatkannya. Hal-hal yang
pelaksanaan demokrasi pada masa orde lama (1950- tidak/kurang memuaskan dapat disempurnakan -
lagi untuk menuju keadaan yang lebih baik. 2) Menerapkan model pembelajaran inkuri.
6. Hipotesis Tindakan c. Pengamatan (observing)
Hipotesis yang diajukan dalan penelitian Pada tahap ini, peneliti mengamati minat
tindakan ini adalah pembelajaran model inkuiri belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran
dengan penggunaan media audio visual gerak dapat dan mencatat semua hal yang diperlukan yang
meningkatkan hasil belajar PKn materi Hakikat terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung
Demokrasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 dengan menggunakan lembar observasi siswa.
Lubuklinggau. d. Refleksi (reflecting)
Dalam tahapan ini, peneliti mengkaji atau
C. Metode Penelitian menganalisis atau menilai secara menyeluruh data
1. Subjek Penelitian yang dikumpul dari tahap pelaksanaan dan
Pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP pengamatan. Hasil refleksi ini akan digunakan
Negeri 3 Lubuklinggau yang berjumlah 30 orang sebagai dasar untuk menentukan apakah perlu
yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. pelaksanaan siklus berikutnya. Jika pada siklus I
2. Lokasi Penelitian terdapat hambatan atau kesulitan yang
Penelitian ini, dilaksanakan di SMP Negeri 3 mengakibatkan tidak tercapainya hasil yang
Lubuklinggau yang berlokasi di Jalan Jenderal diharapkan, maka guru harus melanjutkan ke siklus
Sudirman, Kali Serayu, Kecamatan Lubuk Linggau II untuk memperbaiki langkah-langkah
Utara II, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera perbaikan.
Selatan. 5. Intrument Penelitian
3. Waktu Penelitian a. Tes tertulis
Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2019 Pengumpulan data dilakukan melalui data
sampai dengan bulan April 2019. dilakukan melalui data post-test. Dalam penelitian
4. Jenis Penelitian ini instrument penelitian yang digunakan adalah tes
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan hasil belajar sebagai hasil pengumpulan data-data
kelas (classroom action research). Penelitian ini dalam bentuk essay test.
terdiri dari 4 tahap y a n g t e r d i r i d a r i : a) tahap b. Observasi
perencanaan tindakan, b) tahap pelaksanaan Pengumpulan data untuk memperoleh
tindakan, c) tahap observasi, dan d) tahap refleksi kegiatan guru dan siswa dinilai dari lembar observasi
dan evaluasi (Arikunto dkk, 2008). Berikut dan dinilai dari setiap siklus.
digambarkan model pada penelitian tindakan kelas 6. Teknik Analisis Data
yang akan digunakan dalam penelitian ini: Teknik analisis data dalam penelitian ini
a. Perencanaan (planning) menggunakan teknik analisis kualitatif dan
1) Melakukan observasi ke sekolah untuk kuantitatif. Data analisis dilakukan dengan cara
mendapatkan gambaran keadaan lingkungan reduksi, yaitu memilih, menyederhanakan, dan
dan keadaan kelas saat guru melaksanakan mentransformasikan data kasar di lapangan.
pembelajaran. Kemudian data yang telah direduksi tersebut dicari
2) Mewawancarai guru PKn yaitu peneliti tingkat ketuntasan belajarnya.
mengenai model pembelajaran yang selama ini
diterapkan di sekolah, buku bahan ajar yang D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dipakai, serta keaktifan siswa saat proses 1. Hasil Penelitian
belajar mengajar. Lalu meminta silabus mata Penelitian berbentuk penelitian tindakan kelas
pelajaran PKn yang dipakai dan meminta data (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri 3
nilai ujian mid semester siswa kelas VIII. Lubuklinggau Tahun Pembelajaran 2018/2019,
3) Menyusun RPP sesuai dengan model dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
pembelajaran yang akan diterapkan. dengan menggunakan media audio visual gerak
4) Menyiapkan materi pelajaran yang akan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi
diajarkan Hakikat Demokrasi pada siswa kelas VIII.
5) Membuat lembar observasi siswa Untuk mendapatkan data yang valid dan
6) Membuat soal tes hasil belajar. akurat, peneliti akan menggunakan instrumen tes
b. Pelaksanaan tindakan (acting) hasil belajar, lembar observasi siswa, post-test
1) Mengadakan pre-test untuk mengetahui hasil untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
belajar siswa sebelum menerapkan model tindakan dilakukan.
pembelajaran inkuiri.
kegiatan belajar mengajar dan memberikan termotivasi dalam belajar. Setelah video berakhir
pengarahan kepada siswa agar lebih aktif dalam maka guru selanjutnya memberikan soal yang
bertanya dan memberikan tanggapan serta lebih berhubungan dengan materi pembelajaran dan
memperhatikan siswa dalam menyelesaikan soal. video yang sudah ditayangkan. Selanjutnya siswa
b. Deskripsi hasil pelaksanaan pada Siklus II mengerjakan soal tersebut dengan menggunakan
1) Perencanaan kertas lembar jawaban yang sudah disediakan.
Hasil perolehan nilai siswa setelah dilakukan • Kegiatan akhir
refleksi masih belum mencapai kriteria ketuntasan Guru memberi kesempatan kepada siswa
minimal secara klasikal yaitu 75% siswa harus untuk bertanya jawab seputar materi yang sudah
memperolah nilai sesuai KKM. Hasil observasi disampaikan. Sebelum menutup pelajaran, guru
belum sesuai dengan yang diharapkan, untuk itu melakukan tes akhir di siklus II, yaitu post-test.
peneliti kembali membuat rencana pelaksanaan Kemudian guru dan siswa bersama-sama membuat
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus kesimpulan dan melakukan refleksi terhadap
II. Pada siklus II dirancang untuk memperbaiki pembelajaran yang sudah dilakukan.
kekurangan- kekuranganyang ditemukan pada Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai
siklus I. rata-rata siswa sebesar 76,03 dari 30 siswa pada
2) Pelaksanaan saat ini diberikan post-test siklus II, sebanyak 11
a) Melakukan apersepsi yaitu mengucapkan orang yang tidak tuntas dengan persentase
salam dan doa serta mengkondisikan kelas (36,66%), dan sebanyak 19 orang siswa yang tuntas
lalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang dengan persentase (63,33%) maka ada
berkaitan dengan siswa. peningkatan dari siklus I ke siklus II.
b) Menampilakan atau menayangkan video a. Observasi
dokumenter yang berhubungan dengan Sama seperti siklus I, hasil observasi siswa
materi ajar yaitu film berdemokrasi. pada saat proses pembelajaran akan dijadikan
c) Pada tahap menentukan isi pembelajaran, sebagai bahan refleksi. Hasil observasi kinerja
pokok bahasan yang akan diajarkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran pada
mendemonstrasikan hakikat demokrasi, siklus II tergolong berprestasi siswa lebih terbuka
macam-macam demonstrasi dan sejarah mengemukakan masalah yang dihadapi dan siswa
demonstrasi. saling berlomba untuk memperoleh skor yang tinggi
d) Penilaian kemampuan awal siswa sudah dalam proses pembelajaran inkuiri dengan
dilakukan sebelumnya dengan memberikan menggunakan media audio visual gerak. Adapun
post test untuk mengetahui sampai dimana peningkatan disiklus II yaitu menjadi 63,33% atau
pemahaman siswa dengan materi. 19 siswa yang tuntas.
e) Menentukan model pembelajaran. Hasil observasi guru pada siklus II yaitu
3) Pelaksanaan tindakan pada pertemuan siklus hasilnya sangat baik. Hampir semua indikator
II observasi telah dimiliki nilai baik, yaitu dengan
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai jumlah siswa yang kurang baik 10 orang, kemudian
berikut: jumlah siswa yang baik 18 orang dan jumlah siswa
• Kegiatan awal yang sangat baik ada 2 orang. Guru mampu menarik
Terlebih dahulu guru memberikan salam, lalu kemampuan siswa dalam membuka pelajaran dan
menanyakan kabar dan meminta ketua kelas untuk mampu menarik perhatian siswa dalam keaktifan
menyiapkan dan memimpin doa sebelum memulai belajar.
kegiatan belajar. Guru menertibkan siswa dan b. Pengamatan
memotivasi siswa sebelum proses pembelajaran Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan
dilakukan, kemudian guru melakukan apersepsi oleh teman atau guru bidang studi yang
dengan melakukan tanya jawab mengenai materi bersangkutan yang berperan sebagai pengamat
yang sudah diajarkan. (observer) mengamati aktivitas siswa selama
• Kegiatan inti pembelajaran sedang berlangsung. Hasil observasi
Guru membentuk kelompok yang terdiri dari aktivitas belajar siswa menunjukkan secara umum
4-5 orang, kemudian guru menjelaskan tentang siswa merasa asing dengan penerapan model
materi pembelajaran, yaitu tentang hakikat pembelajaran inkuiri pada proses pembelajaran
berdemokrasi. Kemudian guru menampilkan video yang berlangsung terdapat beberapa siswa yang
dokumenter yang berkaitan dengan materi ajar dan pasif dan hanya mengamati temannya.
menyuruh siswa menyimak atau memperhatikan c. Refleksi tindakan
video tersebut. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan
Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pembelajaran PKn dengan materi hakikat
pada tabel diatas diperoleh nilai rata-rata hasil demokrasi.
belajar siswa pada post-test II telah meningkat 2. Pembahasan
76,03 serta persentase ketuntasan 63,33% untuk Dalam simulasi pada awal pembelajaran, guru
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: bidang studi PKn mengajar seperti biasanya, dimana
guru hanya menggunakan metode konvesional dan
Tabel 2. tanya jawab sederhana. Dalam menerangkan materi
Distribusi Tingkat Hasil Belajar pada Siklus II pembelajaran, guru kurang memperhatikan tingkah
laku siswa sehingga siswa merasa kurang atau tidak
Nilai Frekuensi Presentase diperhatikan oleh guru saat kegiatan belajar
50 – 59 3 10% mengajar berlangsung. Hal ini mengakibatkan siswa
60 – 70 8 26,66% kurang semangat dalam belajar, merasa bahwa
71 – 79 7 23,33% belajar PKn membosankan dan ada juga siswa yang
80 – 89 6 20% dengan sengaja ribut di dalam kelas pada saat
90 – 100 6 20% kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Jumlah nilai 2281 Dalam kegiatan belajar mengajar dengan
Jumlah siswa 30 menggunakan metode konvesional ini, sebagian
siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar
Dari data diatas, dapat dilihat peningkatan dan siswa jarang bertanya dan mengemukakan
terhadap hasil belajar siswadengan menggunakan pendapat. Proses belajar mengajar terjadi satu arah
model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan (hanya berpusat pada guru). Dengan demikian hasil
media audio visual gerak. Dimana siswa yang belajar siswa masih tergolong rendah. Oleh karena
memperoleh nilai 50-59 sebanyak 3 orang dengan itu, peneliti merencanakan menggunakan media
persentase 10%, nilai 60 - 70 sebanyak 8 orang audio visual gerak untuk menarik minat belajar siswa
atau 26,66%, nilai 71-79 sebanyak 7 orang atau agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar
23,33%, nilai 80-80 sebanyak 6 orang atau 20% dan tidak membosankan. Pada awal kegiatan
dan nilai 90-100 sebanyak 6 orang dengan penelitian, peneliti memberikan pre-test kepada
persentase 20%. Dari uraian diatas, tingkat siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat
ketuntasan belajar siswa siklus II dapat pemahaman siswa terhadap materi yang akan
digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: dipelajari dan pada akhir pembelajaran diberikan
post-test, yaitu soal test yang sesuai dengan materi
yang diajarkan oleh guru.
Kemudian pemberian post-test diakhir siklus
untuk mengetahui perubahan yang terjadi terhadap
hasil belajar siswa. Apabila hasil belajar siswa belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
75, maka siswa yang dinyatakan belum tuntas dan
apabila 75% dari jumlah siswa belum mencapai nilai
50-59 60-70 71-79 80-89 90-100 75 maka ketuntasan secara klasikal belum terpenuhi
sehingga akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Berikut ini dapat dilihat nilai rata-rata hasil
Gambar 2.
belajar siswa dari mulai tindakan awal, siklus I
Grafik Persentase Ketuntasan pada Siklus II
sampai siklus II.
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat nilai
Tabel 3.
yang didapat siswa terbanyak pada nilai 90-100
Perbandingan Nilai pada Setiap Siklus
berjumlah 6 orang. Dari siklus I terdapat jumlah
siswa yang tuntas yaitu, 13 siswa dan setelah
Nilai
dilakukan tindakan siklus II siswa yang tuntas No Hasil Test Persentase
Rata-rata
menjadi 19 orang siswa. Hal itu dapat dilihat
1 Pra Siklus 65,36 23,33%
perubahan peningkatan dari siklus I ke siklus II
2 Siklus I 69,66 43,33%
yang sudah dikategorikan sangat baik. Setelah itu
3 Siklus II 76,03 63,33%
hasil belajar siklus II akan digunakan sebagai
acuan dalam memberikan tindakan -
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun proposal penelitian
tindakan kelas melalui pendampingan pada guru SMP Negeri 1 Indralaya. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada tanggal 23 - 25 Mei 2022 dengan jumlah subyek
sebanyak 27 orang. Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest-posttest design yang
merupakan bagian dari pre-experimental designs. Analisis data menggunakan statistik parametrik dengan
bantuan program statistik SPSS versi 25 dan skala Guttman. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah: 1) tidak ada hubungan pendampingan dengan peningkatan keterampilan menyusun proposal
penelitian tindakan kelas pada guru SMP Negeri 1 Indralaya (Ho), dan ada hubungan pendampingan
dengan peningkatan keterampilan menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru SMP Negeri 1
Indralaya (Ha). Dari hasil analisis data diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan sangat
signifikan antara pendampingan dengan peningkatan keterampilan menyusun proposal penelitian
tindakan kelas pada guru SMP Negeri 1 Indralaya. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima.
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). bantuan riil kepada guru sehingga kemampuan
Kemampuan guru untuk melakukan PTK mereka melakukan PTK meningkat secara
merupakan bagian dari kompetensi pedagogi dan signifikan.
kompetensi profesional di mana keduanya 2. Tujuan Penelitian
menuntut agar guru memiliki kemampuan reflektif. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
Pada kompetensi pedagogi guru harus memiliki keterampilan menyusun proposal Penelitian
kemampuan melakukan tindakan reflektif untuk Tindakan Kelas melalui pendampingan pada guru
peningkatan kualitas pembelajaran, dan pada SMP Negeri 1 Indralaya. Indikatornya adalah
kompetensi profesional guru dituntut memiliki peningkatan keterampilan menyusun proposal
kemampuan mengembangkan keprofesionalan Penelitian Tindakan Kelas pada guru SMP Negeri 1
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan Indralaya. Dan hipotesis penelitian ini adalah
reflektif. pendampingan meningkatkan keterampilan
Namun tidak dapat dipungkiri pada menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas pada
kenyataannya tidak sedikit dari para guru yang guru SMP Negeri 1 Indralaya.
gagap dalam melaksanakan PTK. Kondisi ini
membuat penulis merasa terpanggil untuk B. Kajian Pustaka
mendampingi para guru membuat proposal 1. Pendampingan
Penelitian Tindakan Kelas, sehingga penjaminan Ada beberapa cara dalam menolong para guru
mutu pendidikan yang terkait standar kompetensi untuk meningkatkan kompetensi mereka, di
lulusan (SKL) dan Rencana Proyek Kepemimpinan antaranya dengan pelatihan dan pendampingan.
(RPK) yang dibuat Kepala Sekolah berjalan seiring Pendekatan yang paling rasional untuk menolong
sejalan, saling mendukung dan menguatkan guru di kelas adalah dengan cara mengadakan
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. penelitian praktis tentang komponen-komponen
Pada kegiatan penelitian, sebenarnya para proses belajar mengajar menyeluruh, yang juga
guru tidaklah benar-benar awam akan hal itu, mencakup guru, anak didik dan lingkungan mereka
setidaknya para guru itu melakukannya penelitian (Satori, 2016).
ketika mereka menyelesaikan tugas akhir dari Penelitian ini adalah bentuk pertolongan
pendidikan S1 mereka. Namun begitu mereka kepada guru dalam pengelolaan kelas yang juga
diminta untuk melakukan penelitian kembali dalam dalam bentuk penelitian yaitu penelitian yang
hal ini PTK, tidak sedikit dari mereka yang bersifat praktis yang dikenal dengan nama lain
menghindari kegiatan ini. Penyegaran kembali yaitu Penelitian Tindakan kelas. Hanya saja
tentang penelitian dibutuhkan para guru. Namun penelitian ini tidak dilakukan secara menyeluruh
para guru sepertinya kekurangan waktu untuk pada proses PTK, penelitian ini hanya dibatasi pada
selalu mengupdate diri mereka, selain mereka harus proses penyusunan proposal PTK, hal ini
mengelola kelas mereka juga masih harus disebabkan waktu yang sangat terbatas yang
berkegiatan sebagai mahluk sosial, sehingga waktu dimiliki penulis untuk menyerahkan laporan ini
untuk para guru belajar menjadi sangat sedikit. sebagai bagian dari pelatihan karya tulis ilmiah
Terlebih lagi kondisi pandemi mendorong para yang diselengarakan oleh Pusat Pendidikan dan
guru ke situasi yang memaksa mereka belajar Pelatihan Pegawai Kementerian Pendidikan,
sesuatu untuk dapat memahami dan menggunakan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yaitu hanya
kemajuan teknologi di bidang komunikasi, tidak sebulan.
sedikit dari mereka yang terbata-bata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
menyesuaikan diri dengan tuntutan dunia “pendampingan” berasal dari kata dasar “damping”
pendidikan terkini yang menggunakan beragam yang artinya dekat, karib, rapat. Kata
gawai, jaringan dunia maya bahkan media sosial. “pendampingan” bermakna proses, cara, perbuatan
Sehingga kegiatan penelitian tindakan kelas mendampingi atau mendampingkan. Sedangkan
dikesampingkan dulu. Namun seiring membaiknya kata “mendampingi” bermakna menemani,
kondisi kesehatan dunia pasca Covid-19, kiranya menyertai dekat-dekat. Tetapi “pendampingan”
para guru dapat belajar lagi guna mengupgrade pada judul penelitian ini tidak hanya sekedar
kompetensi mereka. bermakna perbuatan mendampingi atau menemani
Dengan latar belakang yang demikian, di atau menyertai para guru dari dekat dalam
mana tidak sedikit guru yang kurang terampil menyusun proposal PTK, tetapi juga pendampingan
melakukan PTK dan guru tersebut juga kesulitan yang bermakna memberi bantuan.
melakukan penyegaran kembali kemampuan Untuk hal ini kita akan membandingkannya
mereka akan penelitian, kiranya penting memberi dengan pengertian kata “pendampingan” pada -
Permendikbud RI No. 105 Tahun 2014 tentang mengutip Johann Amos Comenius pendidik pada
pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada abad 18 yang menyatakan bahwa yang dimaksud
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, pasal dengan “kelas” dalam konsep pendidikan dan
1 butir 1 yang berbunyi; Pendampingan Pelatihan pengajaran adalah sekelompok peserta didik yang
Kurikulum 2013 yang selanjutnya disebut dalam waktu yang sama, belajar hal yang sama dari
pendampingan adalah proses pemberian bantuan pendidik yang sama pula.
penguatan pelaksanaan kurikulum 2013 pada Menurut Arikunto, yang dimaksud kelas
satuan pendidikan. Maka pengertian kata dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang
“pendampingan” pada penelitian ini juga dapat dalam waktu yang sama, belajar hal yang sama dari
dimaknai sebagai proses pemberian bantuan pendidik yang sama pula. Artinya penelitian
penguatan dari dekat. tindakan kelas tidak kehilangan arti pentingnya
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk tetap dilakukan para guru, bahkan kondisi
Berikut adalah beberapa definisi dari “kelas” pada masa pandemi dapat menjadi objek
Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan penelitian dengan aspek yang baru (aktual).
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, Sebelum melakukan PTK para guru perlu
dapat secara individu atau kelompok, yang membuat proposal atau usulan PTK yang berisi
dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas rencana penelitian. Secara administrasi proposal
dengan tujuan untuk mengatasi masalah PTK perlu dibuat oleh guru sebagai syarat izin
pembelajaran (Sutoyo, 2021). Penelitian tindakan penelitian dari kepala sekolah. Dan secara teknis
kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di proposal PTK perlu dibuat karena proposal PTK
kelas (di sekolah) tempat ia mengajar dengan merupakan rambu-rambu yang membatasi
tekanan pada penyempurnaan atau peningkatan penelitian, baik dari sisi teknis metodologis
proses dan praksis pembelajaran (Aqib & maupun dari sisi administratif finansial (Muslich,
Chotibuddin, 2021). 2014).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan (PTK) secara sistematika hampir sama dengan
memperbaiki mutu pratik pembelajaran di penulisan laporan PTK, hanya saja tidak memuat
kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar- abstrak, hasil dan analisis penelitian, simpulan dan
mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada saran. Proposal PTK umumnya terdiri atas dua
situasi alami (Suhardjono, 2019). Penelitian bagian penting yaitu bagian awal dan bagian isi,
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan bagian awal berisi halam judul dan halaman
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi pengesahan yang berisi judul PTK, bidang ilmu dan
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya kategori penelitian, tim peneliti, lokasi penelitian,
sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat biaya penelitian dan sumber dana penelitian.
berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa Sedangkan bagian isi beriisi judul penelitian,
meningkat (Uno dkk, 2014). pendahuluan/latar belakang masalah, perumusan
Dari beberapa defenisi di atas kata “kelas” masalah, cara pemecahan masalah, tinjauan
disebutkan secara jelas. Jika mengaitkan hal ini pustaka (kerangka teori dan hipotesis tindakan),
dengan kondisi pendidikan dalam dua tahun tujuan, kontribusi/ manfaat, metode atau rencana,
terakhir ini di mana pandemi Covid-19 melanda jadual dan rencana anggaran penelitian, daftar
dunia dan pandemi ini sangat mempengaruhi cara pustaka dan lampiran (Muslich, 2014).
pembelajaran pada pendidikan formal, di mana Menurut Suhardjono (2019) usulan PTK
para siswa tidak lagi belajar di dalam kelas yang terdiri atas bagian awal yang didalamnya terdapat
merupakan ruang-ruang yang secara fisik halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar
merupakan bagian dari sekolah. gambar; dan bagian isi yang terdiri dari bab
Pada masa pandemi kelas pembelajaran telah pendahuluan yang memuat latar belakang,
berpindah ke dalam ruang kelas maya dengan perumusan masalah, cara pemecahan masalah,
segala kemudahan dan juga kerumitan teknologi tujuan dan manfaat hasil penelitian; bab tinjauan
yang menyertainya. Lalu munculah per-tanyaan pustaka; bab rencana metode pelaksanaan yang
masih pentingkah para guru untuk melakukan berisi rencana dan prosedur penelitian; bab
penelitian tindakan kelas? Ketika makna “kelas” penjelasan pendukung yang berisi jadual
tidak lagi sebatas sebuah ruangan di sekolah yang penelitian, sarana pendukung, identitas anggota
dibatasi dinding-dinding, maka kondisi ini sangat penelitian (bila ada) dan rencana biaya (bila
sesuai dengan pendapat Arikunto (2019) yang - diperlukan).
Sistematika proposal PTK (Uno dkk., 2014): pemecahan masalah, dan 5) alasan pembenar
Sampul Usulan Penelitian dipilihnya alternatif tersebut (Sutoyo, 2021).
Halaman Pengesahan Usulan Pada perumusan masalah sebaiknya dihindari
Penelitian permasalahan yang tidak mungkin guru selesaikan,
Judul Penelitian fokus pada permasalahan yang berukuran kecil
Bidang Ilmu yang solusinya dapat dicari dalam waktu singkat
Bidang Kajian (Wiriaatmadja, 2008) Dengan kata lain hindari
Latar Belakang Penelitian perumusan masalah jika tingkat permasalahan
Rumusan masalah tersebut di luar wewenang guru. Masalah yang
Tujuan Penelitian diteliti haruslah masalah yang penting dan
Manfaat Penelitian mendesak untuk dipecahkan, serta dapat
Kajian Pustaka dilaksanakan, dilihat dari segi ketersedia waktu,
Metodologi Penelitian biaya, dan daya dukung lainnya (Uno dkk, 2014).
Jadual Penelitian Secara teknis rumusan masalah sebaiknya
Pesonalia Penelitian ditulis dalam bentuk kalimat tanya, karena pada
Biaya Penelitian hakikatnya rumusan masalah adalah pertanyaan
Daftar Pustaka yang akan dicari jawabannya melalui penelitian.
Lampiran Rumusan masalah adalah pertanyaan yang
Dari ketiga pendapat di atas tentang nantinya akan dijawab pada bagian simpulan
sistematika penulisan proposal secara umum (Arikunto, 2019).
memuat hal yang sama, hanya saja susunannya Tujuan penelitian dibuat berdasarkan
sedikit berbeda. permasalahan dan cara pemecahan permasalahan
Pada praktiknya judul proposal PTK hanya (Sutoyo, 2021). Tujuan penelitian dijabarkan ke
dapat dibuat setelah guru sebagai pihak yang akan dalam Tujuan Umum dan Tujuan Khusus yang
melakukan penelitian menentukan permasalahan diuraikan dengan jelas, sehingga tampak
apa yang hendak ditelitinya. Artinya bagian keberhasilannya (Asrori, 2008). Tujuan penelitian
pendahuluan dari proposal penelitian telah dibuat berdasarkan rumusan masalah. Karena
tergambar secara garis besar, meskipun mungkin rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah
belum tertata rapi secara bahasa dan serupa tapi bukan sama persis. Jika rumusan
penulisannya atau bahkan belum tertulis sama masalah ada 4 maka tujuan penelitian juga ada 4
sekali tetapi masih ada dalam pikiran. (Arikunto, 2019). Dari segi manfaat PTK sebagai
Maharani (2014) dalam bukunya hasil penelitian haruslah dirasakan oleh siswa,
memformulakan penulisan judul PTK sebagai guru dan sekolah (Sutoyo, 2021).
berikut: Memilih teori atau pustaka yang tepat
V. Harapan + V. Tindakan + Setting merupakan bagian dari membangun kerangka
V. Harapan + Setting + V. Tindakan berpikir. Perbedaan kajian pustaka pada penelitian
V. Tindakan +V. Harapan + Setting formal (empiris) dan kajian pustaka pada PTK
V. Tindakan + Setting +V. Harapan menurut Supardi (2019) adalah pada penelitian
Judul proposal penelitian harus mengandung formal ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah
3 unsur yaitu what, apa yang akan ditingkatkan, secara mendalam literatur terkait sedangkan pada
who, siapa yang akan ditingkatkan dan how, PTK kajian pustaka hanya dimaksudkan untuk
tindakan apa yang harus dilakukan oleh subjek memberi petunjuk bahwa suatu tindakan
tindakan (Arikunto, 2019). How adalah bagaimana dibenarkan secara teoritis.
cara meningkatkannya (Maharani, 2014). Atau Arikunto dalam bukunya menjelaskan bahwa
dalam kalimat yang lain namun dengan makna yang penulisan kajian pustaka untuk PTK lebih mudah
serupa Sutoyo (2021) menyebutkan pembuatan dan terarah dibandingkan penelitian jenis lain.
judul proposal PTK mencakup: masalah yang akan Menurutnya kajian pustaka untuk PTK selain dicari
diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, dan untuk mendukung variabel who, what dan how.
subjek. Menurutnya subjek ini meliputi siswa, What adalah objek penelitian/tindakan, Who
kelas, tempat dan waktu. adalah subjek tindakan, dan how adalah model
Pembuatan latar belakang masalah suatu tindakan, peneliti juga harus mengaitkan what
penelitian tindakan kelas hendaknya memuat lima dengan who, what dengan how, dan who dengan
hal: 1) apa yang seharusnya terjadi (kondisi yang how. Untuk what teori dan kajiannya dapat dicari
diharapkan), 2) kenyataan yang terjadi 3) di buku-buku psikologi dan pendidikan, pada buku-
penyebab munculnya masalah, 4) alternatif buku itu banyak dijelaskan hal belajar dan -
pembelajaran. Untuk who kajian teori dapat dicari observasi dan interprestasi serta analisis dan
pada buku psikologi perkembangan. Dan untuk refleksi (Muslich, 2014). Rencana Pelaksanaan PTK
how, kajian pustakanya dapat dicari pada buku- terdiri dari 4 rangkaian kegiatan yaitu
buku metode atau teknik mengajar (Arikunto, perencanaan, tindakan, pengamatan, serta
2019)). evaluasi dan refleksi (Suhardjono, 2019).
Untuk kajian teori yang menyangkut variabel Menurut Arikunto (2019) banyak peneliti
lainnya kiranya dapat dicari pada buku-buku yang yang keliru mengangap langkah penelitian sebagai
memuat hal kondisi pembelajaran, metode/strategi prosedur penelitian tindakan yang berupa siklus-
pembelajaran dan hasil pembelajaran. Karena siklus. Menurutnya prosedur penelitian tindakan
ketiga hal tersebut adalah variabel pembelajaran adalah langkah umum dalam PTK dan bukan
(Reigeluth dan Merril, dalam Uno dkk., 2014). langkah tindakan. Langkah penelitian adalah
Untuk hipotesis yang biasanya dituliskan pada langkah perencaan yang ada dalam siklus. Jika
bagian akhir tinjauan pustaka pada penelitian jenis menilik dari contoh-contoh yang diberikan
lain, tapi pada PTK hipotesis sifatnya hanya Arikunto, maka langkah penelitian yang
alternatif saja, boleh ada boleh tidak. Hal ini dimaksudnya adalah rencana langkah tindakan riil
dikarenakan PTK adalah penelitian yang yang berupa skenario pembelajaran.
mementingkan proses bukan hasil (Arikunto, 2019). Indikator kinerja atau indikator keberhasilan
Hipotesis sendiri merupakan jawaban sementara perlu disebutkan secara eksplisit dalam metode
dari rumusan masalah. Perumusan hipotesis penelitian, sehingga memudahkan dalam
berdasarkan kerangka berpikir (Sutoyo, 2021). verifikasinya (Muslich, 2014). Selanjutnya dalam
Langkah selanjutnya pada penyusunan proposal PTK dimuat juga jadual penelitian mulai
proposal PTK adalah menyusun metode penelitian, dari kegiatan persiapan, pelaksanaan hingga
yang di dalamnya menjelaskan tentang setting penyusunan laporan. Pada bagian akhir dari
penelitian, subjek penelitian, variabel yang diteliti, proposal disebutkan personalia penelitian yang
rencana tindakan, data dan cara mengumpulkan terdiri dari nama-nama ketua dan anggota tim
data, cara menganalisis data, indikator peneliti. Pada bagian ini juga disebutkan uraian
keberhasilan dan prosedur penelitian. peran dan alokasi waktu penelitian. Dan yang
Setting penelitian menjelaskan di mana PTK terakhir sebagai bagian penutup dari proposal PTK
dilakukan, kelas berapa dan bagaimana tentu saja Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran.
karakteristik kelas (seperti komposisi pria dan 3. Rumusan Masalah
wanita) (Muslich, 2019). Juga perlu disebutkan Berdasarkan latar belakang dan kajian
keadaan fisik ruangan seperti halnya ukuran ruang pustaka di atas maka rumusan masalah pada
kelas, pencahayaan dan sirkulasi udara, jumlah penelitian ini adalah: apakah pendampingan
siswa dalam rombongan belajar, dan suasana kelas meningkatkan keterampilan menyusun proposal
apakah akrab, ramai, pasif, kreatif, atau adakah Penelitian Tindakan Kelas bagi guru SMP Negeri 1
siswa yang menonjol pandainya, dah hal-hal lain Indralaya?
yang berpengaruh terhadap PTK (Arikunto, 2019).
Subjek penelitian adalah orang yang dikenai C. Metode Penelitian
tindakan, biasanya ini adalah siswa. Tetapi guru, 1. Subjek, Tempat, dan waktu Penelitian
pegawai dan kepala sekolah juga dapat menjadi Penelitian ini dilakukan pada guru-guru SMP
subjek penelitian (Maharani, 2014). Data PTK Negeri 1 Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan,
dapat berupa data kualitatif atau kuantitatif atau pada tanggal 23 – 25 Mei 2022, dengan pola 30 jam
kombinasi keduanya. Data dapat diambil dari pelajaran, 6 jam pelajaran digunakan untuk
observasi, interview, kuesioner, tes, jurnal siswa, penguatan materi di dalam kelas, dan 24 jam
asesmen, pekerjaan siswa, audio taping or video pelajaran digunakan untuk pendampingan tugas
taping, catatan tingkah laku siswa, attitude scales, mandiri.
dokumentasi (Uno dkk., 2014). 2. Desain Penelitian
Kegiatan yang satu ini memiliki beberapa Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
nama namun hakikatnya adalah sama yaitu didasarkan pada cara pengambilan data yang
Mushlich menyebutnya sebagai rencana tindakan, menggunakan kuesioner dan untuk menguji
Suhardjono menyebutnya sebagai rencana hipotesis menggunakan statistik (Sugiono, 2013).
pelaksanaan PTK atau dan Arikunto menyebutnya Penelitian ini menggunakan metode one group
sebagai langkah penelitian. Rencana tindakan pretest-postest design yang merupakan bagian dari
berisikan perencanaan, pelaksanaan tindakan, - pre experimental design, hal ini dikarenakan -
penelitian ini tidak memiliki kelompok kontrol dan Sesuai dengan design atau rancangan
sampel tidak dipilih secara random. Nilai pretest penelitian ini yaitu one group pretest-posttest ke-
digunakan sebagai pembanding untuk nilai postest. 27 sampel diberikan perlakuan, berikut rancangan
(Sugiono, 2013). itu digambarkan:
kategori keterampilan penyusunan PTK adalah a. Jumlah sampel dari populasi yang kecil
sebagai berikut: sedapat mungkin mendekati jumlah populasi
atau jika memungkinkan dilakukan dengan
Tabel 9. Kategori Kompetensi Keterampilan metode sensus, agar memudahkan dalam
Menyususn Proposal PTK mengolah data. Atau perlu dicari cara agar
sampel yang kecil tetap dapat dianalisa
Kategori Range Skor secara ilmiah.
Kategori Skor
Kompetensi Total b. Ditambahnya durasi penelitian sehingga
Sangat Terampil Kuartil 3 ≤ X ≤ Skor maksimal 10,5 - 14 dapat dilakukan uji pendahuluan.
c. Diperlukan kerjasama yang kuat antara
Terampil Median ≤ X ≤ Skor 3 7 - 10,5
peneliti dengan kepala sekolah agar guru mau
Kurang Terampil Kuartil 1 ≤ X ≤ Median 3,5 - 7 mengikuti pendampingan dan menghilangkan
Tidak Terampil Skor Minimal ≤ X ≤ Kuartil 1 0 - 3,5 anggapan bahwa pendampingan hanya
menambah beban kerja.
Dari hasil kuesioner didapat hasil sebagai
Daftar Pustaka
berikut: pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2021). Teori dan
Kompetensi Keterampilan menyusun PTK pada
Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas.
guru SMP Negeri 1 Indralaya sebelum dan sesudah
Yogyakarta: Deepublish - Budi Utama.
pendampingan ada peningkatan dengan hasil
Arbangi, Dakir, & Umiarso. (2022). Manajemen
sebagai berikut:
Mutu Pendidikan. Depok: Kencana -
Prenadamedia Group.
Tabel 10. Kompetensi Keterampilan Menyususn
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2019).
Proposal PTK
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kategori Kompetensi Pretest Posttest Asori, M. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Sangat Terampil 3 17 Bandung: Wacana Prima.
Terampil 3 10
Hanief, Y. H. (2017). Statistik Pendidikan.
kurang Terampil 10 0
Yogyakarta: Deepublish-Budi Utama Group.
Tidak Terampil 11 0
Jumlah 27 27 KBBI. (2016-2022). KBBI V 0.4.1 (41). Dipetik Mei
2022, dari KBBI V Daring:
Terlihat bahwa pendampingan mampu kbbi.kemendikbud.go.id
meningkatkan keterampilan guru SMP Negeri 1 Kemendikbud, R. (2014). Peraturan Menteri
Indralaya menyusun proposal PTK dengan sangat Pendidikan dan kebudayaan RI No. 105 Tahun
tinggi. 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
E. Kesimpulan dan Saran Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian
1. Kesimpulan Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Berdasarkan hasil pengujian statistik yaitu Indonesia.
Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis Kemendiknas, R. (2007). Peraturan Menteri
penelitian ini yaitu pendampingan meningkatkan Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
keterampilan guru dalam menyusun proposal 16 tahun 2007. Jakarta: Kementerian
Penelitian Tindakan Kelas pada guru SMP Negeri 1 Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Indralaya terbukti. Begitu juga dengan pembuktian Maharani, E. (2014). Panduan Sukses Menulis
yang menggunakan skala Guttman menunjukan Penelitian Tindakan Kelas Yang Simpel, Cepat
peningkatan keterampilan menyusun proposal PTK dan Memikat. Yogyakarta: Parasmu.
pada guru SMP Negeri 1 Indralaya. Dengan Muslich, M. (2014). Melaksanakan Penelitian
demikian rumusan masalah mendapat jawaban Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: Bumi
bahwa pendampingan meningkatkan keterampilan Aksara.
menyusun proposal PTK pada guru SMP Negeri 1 Priyatno, D. (2018). SPSS Panduan Mudah Olah
Indralaya. Data Bagi Mahasiswa dan Umum. Yogyakarta:
2. Saran Andi Offset.
Jika penelitian sejenis akan dilakukan Republik, I. (2005). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
dikemudian hari berikut adalah hal yang harus
Nasional Pendidikan. Jakarta: Pemerintah Republik
diperhatikan: Indonesia.