Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/272944397

Studi Karakteristik Levitasi Magnet Pada Dua Rol Tembaga yang Berputar
Dengan Model Kereta Maglev Sebagai Pengembangan Industri Transportasi
Masa Depan

Conference Paper · January 2010

CITATIONS READS
0 1,697

2 authors:

Galih Bangga Hendro Nurhadi


Det Norske Veritas Institut Teknologi Sepuluh Nopember
101 PUBLICATIONS   818 CITATIONS    67 PUBLICATIONS   257 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Special Issue “Consistent Computational Approaches for Wind Energy Applications“ View project

Optimization of SMES and TCSC using particle swarm optimization for oscillation mitigation in a multi machines power system View project

All content following this page was uploaded by Galih Bangga on 13 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Study Karakteristik Levitasi Magnet Pada Dua Rol Tembaga yang
Berputar Dengan Model Kereta Maglev Sebagai Pengembangan Industri
Transportasi Masa Depan

Galih STA Bangga1, Hendro Nurhadi2


1,2
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri ITS
Email : probability.schrodinger@gmail.com

Abstrak
Pada makalah ini akan dibahas mengenai study karakteristik levitasi magnet pada dua rol tembaga yang
berputar sebagai pemodelan kereta maglev dengan metode numerik. Disini akan dibahas mengenai
bagaimanakah pengaruh kecepatan putaran motor, massa model kereta maglev, gap antara dua rol tembaga yang
digunakan serta diameter roll tembaga itu sendiri sebagai variabel bebas. Dengan metode numerik dilakukan
analisa agar didapatkan parameter yang optimal pada model kereta maglev ini. Didapatkan perbandingan antara
kecepatan putaran, massa beban, gap serta diameter rol yang disajikan dalam secara grafik dan dapat digunakan
sebagai referensi pemodelan kereta maglev. Dengan diketahuinya parameter yang sesuai, maka dapat digunakan
sebagai dasar dalam desain kereta maglev sebagai industri yang potensial pada sistem transportasi masa depan.

1. Pendahuluan tahun kemudian Chetouani mempublikasikan


levitasi diamagnetik pada sel hidup. Semua hal
Di Indonesia, pertambahan jumlah kendaraan tersebut dilakukan dengan melevitasikan material
berkisar antara 8 - 12% per-tahun, sedangkan diamagnetik di atas magnet permanet maupun
pertambahan panjang jalan berkisar antara 2 - 5% elektromagnet. Namun, sedikit yang dilakukan
per-tahun dengan rata-rata jaringan jalan di penelitian mengenai levitasi magnet permanen di
Indonesia kurang dari 4% dari total luas wilayah atas material diamagnetik (Kee-Bong Choi, 2003) .
kota (Dirjen Perhubungan Darat, 1998). Hal ini Kasus dimana magnet dilevitasikan oleh bahan
menimbulkan masalah tersendiri di bidang diamagnetik dapat dibedakan menjadi dua situasi :
transportasi dan lalu lintas, yaitu kemacetan. Oleh 1. Situasi klasik, dimana magnet
karena itu, pemerintah dipacu untuk melakukan dilevitasikan oleh susunan magnet yang
perubahan sistem dan inovasi di bidang transportasi fixed, namun levitasi ini tidaklah stabil
darat seperti perubahan penggunaan kereta listrik sehingga harus diberikan bahan
diganti menjadi penggunaan kereta cepat yang diamagnetik untuk kestabilan.
menggunakan prinsisp levitasi magnet yang biasa 2. Situasi kedua, dimana magnet permanen
disebut kereta maglev. dilevitasikan di atas material diamagnetik
Salah satu faktor yang penting dalam menggunakan magnetisasi khusus dari
merancang sistem transportasi ini adalah harus material diamagnetik itu sendiri.
memperhatikan kestabilan dari levitasi magnet itu Levitasi magnet di atas material diamagnetik
sendiri, karena tidak mungkin membuat suatu jenis kedua dapat terjadi karena material
levitasi magnet stabil hanya dengan menggunakan diamagnetik mempunyai suseptibilitas magnet yang
magnet permanen saja sesuai dengan teori Earnshaw negatif sehingga material mengalami tolakan oleh
yang menyatakan bahwa setidaknya ada satu arah sumber magnet itu sendiri. Efek ini dikarenakan
yang harus secara aktif stabil. elektron merubah orbitnya untuk malawan medan
Berdasarkan Braunbeck levitasi yang stabil magnet yang diberikan. Fenomena ini adalah bentuk
dimungkinkan apabila material diamagnetik ada dari hukum Lenz dalam skala atomik. Gaya
pada sistem. Pada 1939 eksperimen yang dilakukan diamagnetik yang timbul dapat diekspresikan secara
berhasil membuat levitasi magnet stabil dengan matematis sebagai :
menggunakan material diamagnetik bismuth dan
karbon pirolitik. Kendall memperagakan eksperimen  = − ∭
( . )  (1)
pembanding dan mengajukan beberapa aplikasi dimana   adalah medan magnet pada bahan, V
praktis yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah adalah volume obyek diamagnetik,  permeabilitas
untuk melevitasikan material diamagnetik organik ruang hampa serta
adalah suseptibilitas magnet
pada medan magnet yang besar. Pada 2004 dalam bentuk matriks ordo 3x3, dimana
Lyuksyutov mempublikasikan hasil eksperimen dan suseptibilitas magnet pada dan diluar bidang

posisi pico- atau femto-droplets dan partikel dan tiga serta
⏊ yang tidak lain ada pada diagonal.
Gambar 1 : Hasil eksperimen semi analitis dimensi model kereta maglev

Gambar 1 menjelaskan mengenai hasil lokal. Dimana energi efektif dari sistem dapat
eksperimen semi analitis yang dilakukan mengenai dirumuskan :
ketinggian levitasi magnet terhadap dimensi dari
model kereta berdasarkan untuk magnetisasi magnet ()) = *+ + | | (2)
yang seragam (garis kontinu) yang biasa disebut dimana m adalah massa levitron, g adalah pecepatan
dipolar dan magnetisasi magnet multipolar (garis gravitasi serta z adalah ketinggian levitasi.
putus-putus). Dari penelitian Profijt didaapatkan
perbandingan optimum antara diameter dengan
ketebalan magnet yang optimum untuk dilevitasikan
di atas Highly Oriented Pyrolytic Graphite (H.B.
Profijt et al., 2009).
Paper ini membahas bagaimana magnet yang
melayang di atas dua roll tembaga yang berputar,
prinsip kerja dari penelitian ini mirip seperti cara
kerja mainan anak-anak yg disebut levitron. Prinsip
utama yang digunakan untuk levitasi ini disebut
“Adiabatic approximation” (S. Gov et al., 1999).
Pada saat benda dilevitasikan, titik momen magnetk
yang ada akan antiparalel dengan magnetisasi dari
landasan untuk mensuplai gaya tolak magnet yang
akan melawan gaya gravitasi.
Saat berlevitasi, levitron mengalami osilasi
lateral yang pelan (Ω ≅ 1 ) dibandingkan
persesinya ( Ω !!"#$ ~5  ). Kemudian, itupun
lebih kecil dibandingkan spin nya (Ω!"$ ~25 ).
Berdasarkan keaadaan ini, spin terjadi di daerah
Gambar 2 : levitasi magnet pada levitron di dekat titik
sekitar medan magnet lokal H (Adiabatic keseimbangan
approximation). Secara rata-rata momen titik
magnetik µ antiparalel dengan garis medan magnet
2. Levitasi Model Kereta Maglev

Pada paper ini, model penelitian yang dilakukan mirip dengan cara kerja levitron. Hanya saja pada
penelitian ini, bukan benda yang melayang yang berputar, melainkan lintasan atau landasan yang berupa roll
yang terbuat dari tembaga.
Karena kemiripannya, maka persamaan yang dikembangkan untuk menganalisa sistem ini dapat
menggunakan pendekatan seperti levitron. Ditentukan bahwa titik keseimbangan ada pada sumbu simetri,
dimana H sejajar g ./.

Gambar 3 : Pemodelan vektor pada sistem levitasi magnet permanen di atas dua roll tembaga yang berputar

Berdasarkan pendekatan menurut levitron, maka dapat digunakan pemodelan matematika sebagai berikut,
dimana medan magnet pada bahan H diuraikan dalam fungsi ρ dan z
2 2 2
(0,.) = − 4(5 +55 )0
6 + 7 + 5  + 55 8 3 − 4 3 9: ./ (3)
3 3 3

dimana , 5 dan 55 adalah medan magnet vertikal yang merupakan turunan pertama dan kedua sepanjang
arah sumbu z secara berturut-turut pada posisi seimbang dimana H akan sejajar percepatan gravitasi g ./.
Energi potensial pada magnet yang melayang sebagai model kereta maglev ini adalah penjumlahan dari
energi interaksi antara dipol magnet dengan medan magnet itu sendiri ditambah dengan energi potensial gravitasi
yang dipengaruhi oleh gaya berat dari model kereta maglev ini.
( = −2; . (0,.) + *+ (4)
dimana pada energi potensial akibat interaksi momen dipol magnet dengan medan magnet pada persamaan di
atas muncul angka 2, hal ini dikarenakan ada dua roll tembaga, sehingga akan ada dua potensial magnetik akibat
dua rol tersebut.
Persamaan gerak untuk sistem tersebut sebagai berikut dimana < = 0 + . adalah
*<= = 2>(; . ) − *+./ (5)

3. Keadaan Stasioner mensubtitusikan syarat ini pada persamaan 5


menghasilkan
Pada keadaan stasioner, model akan berada
2 5 = *@ (6)
pada titik simetri, dimana jarak r antara magnet
dengan pusat rol 1 dengan rol 2 akan sama sehingga
mensyaratkan 0(?) dan .(?) konstan. Dengan
4. Pemodelan Matematika Performance Indicator semakin besar sehingga ketinggian levitasi pun akan
pada keadaan stasioiner berkurang.

Pada paper ini, yang dimaksudkan sebagai 3


performance indikator adalah ketingian dari levitasi
itu sendiri. Ketinggian dari levitasi ini merupakan 2.5
fungsi dari kecepatan putaran roll tembaga, gap
antara dua roll, massa magnet yang dilevitasikan. 2
Dimana dengan semakin besarnya rol, gaya
diamagnetik yang terjadi akan semakin besar. Hal 1.5
sebaliknya terjadi pada pengaruh besarnya gap. Rol
yang semakin besar akan menghasilkan luasan 1
permukaan yang lebih besar, sesuai dengan
pesamaan 1 maka dengan panjang rol konstan, akan 0.5
dihasilkan volume yang lebih besar sehingga gaya
diamagnet juga akan lebih besar pula. 0
Dengan membuat perbandingan dimensi antara
diameter roll dengan gap konstan yang dapat 0 200 400 600
diformulasikan :
Gambar 5 : Grafik kecenderungan pengaruh massa magnet
∅/ = CDEFGEG (7) terhadap ketinggian levitasi
maka akan didapat besaran tanpa dimensi yang dapat Sedangkan untuk pemodelan matematika
digunakan dalam menentukan perbandingan ideal berdasarkan kecepatan putaran rol tembaga pada
diameter dengan gap terhadap levitasi magnet yang titik stasioner dapat menggunakan pendekatan
optimum. Dimana berdasarkan pendekatan semi sebagai berikut:
analitis didapatkan bahwa rasio gap dengan diameter
terdadap ketinggian levitasi menunjukan J/G = 2; K (8)
kecenderungan yang mendekati linier hingga pada 2 3
L = *∅ (9)
akhirnya ketinggian levitasi yang diperoleh akan M
bernilai konstan seterlah frekuensi natural HI dimana L adalah momentum sudut dan I adalah
tercapai untuk besar medan magnet yang konstan. momen inersia rol tembaga yang berbentuk silinder.
Dengan mensubtitusikan persamaan 9 ke persamaan
10 8 maka didapatkan hubungan :
9 N QH
*∅P = 2; K (10)
8 O Q?
7
HU dengan ω adalahkecepatan putaran rol tembaga.
Sehingga dapat dibuat bentuk hubungan dalam
6
5 persamaan integral
N
4 R O *∅P QH = 2 R(; K )G (11)
3
Dengan dimensi dan massa konstan, maka ruas
2
kiri persamaan 11 dapat dengan mudah diselesaikan.
1 Bahan yang digunakan juga sama, karena itu ruas
0 kanan persamaan 11 juga bernilai konstan, sehingga
0 100 200 300 400 untuk S = 2 R(; K )G , persamaan 11 dapat
dituliskan menjadi :
OS
Gambar 4 : Grafik kecenderungan pengaruh perbandingan H= (12)
diameter rol dengan gap terhadap ketinggian levitasi T∅P

Pada analisa mengenai massa magnet yang Konstanta C disini akan secara langsung
dilevitasikan daat menggunakan persamaan 4 dan 5. mempengaruhi ketinggian levitasi karena
Dimana pada keadaan stasioner persamaan 6 juga berdasarkan persamaan 4 levitasi akan sangat
akan valid, sehingga massa magnet akan berbanding dipengaruhi oleh Hdan µ.
terbalik dengan ketinggian levitasi. Hal ini sudah
jelas terlihat, karena dengan bertambahnya massa
magnet yang dilevitasikan, gaya berat yang harus
dilawan oleh gaya diamagnetik magnet akan
6 DAFTAR PUSTAKA
HU
5 S. Earnshaw. (1842). Trans. Cambridge Philos. Soc.,
7, 97.
Kee-Bong Choi. (2003), Stabilization of one
4 degree-of-freedom control type levitation table
with permanent magnet repulsive forces,
Mechatronics, 13, 587–603.
3 W. Braunbek. (1939) , Z. Phys, 112 753.
B.R.F. Kendall, M.F. Vollero, L.D. Hinkle, J. Vac.
Sci. (1987) , Technol. A, 5, 2458.
2
I.F. Lyuksyutov, D.G. Naugle, K.D.D. Rathnayaka.
(2004) , A.P.L., 85, 1817.
1 H. Chetouani, V. Haguet, C. Jeandey, C. Pigot, A.
Walther, N.M. Dempsey, F. Chatelain, B.
Delinchant, G. Reyne. (2007), IEEE
0 Transducers Eurosensors, 715.
0 100 200 300 400 H.B. Profijt, C.Pigot, G.Reyne, R.M.Grechishkin,
O.Cugat. (2009), Stable diamagnetic self-
Gambar 6 : Grafik kecenderungan pengaruh kecepatan putaran rol levitation of a micro-magnet by improvement of
tembaga terhadap ketinggian levitasi its magnetic gradients, Journal of Magnetism
and Magnetic Materials, 321, 259–262.
R. Pelrine, Am. Sci. (2004), 92, 428.
S. Gov, S. Shtrikman, H. Thomas. (1999), On the
4. Kesimpulan
dynamical stability of the hovering magnetic
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan top, Physica D, 126, 214–224.
bahawa besarnya perbandingan antara diameter rol
tembaga dengan gap dan kecepatan putaran rol
tembaga akan sebanding dengan ketinggian levitasi
sampai pada frekuensi natural ketinggian levitasi
akan cenderung konstan. Hal sebaliknya terjadi pada
parameter massa magnet yang dilevitasikan, dengan
bertambahnya massa magnet, ketinggian levitasi
akan semakin kecil dengan medan magnet yang
sama.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai