A. DEFENISI KONSTRUK
1. Penerimaan diri merupakan tanda penting dari kesehatan mental (Carson dan
Langer, 2006). Menurut pendapat Ryff dan Singer (1996), penerimaan diri yaitu
sesuatu yang melibatkan pertimbangan yang tidak menghakimi baik aspek baik
dan buruk diri di masa lalu, sekarang, dan masa depan diri individu.
2. Penerimaan diri didefinisikan sebagai penerimaan individu terhadap semua
atribut, positif atau negatif. Dalam dirinya. Ceyhan dan Ceyhan (2011)
berpendapat bahwa penerimaan diri memungkinkan seorang individu untuk
secara tepat mengevaluasi fitur-fiturnya yang efisien dan tidak efisien dalam diri
mereka dan menerima segala aspek negatif sebagai bagian dari kepribadian
mereka.
3. Penerimaan diri didefinisikan sebagai penerimaan individu terhadap semua sisi
positif dan negatifnya (Ceyhan & Ceyhan, 2011), melibatkan kesadaran realistis
dan subjektif dari kekuatan dan kelemahan seseorang (Bernard, 2013).
Penerimaan diri merupakan komponen evaluatif dari konsep diri dan mengacu
pada kepuasan dan kebahagiaan individu dengan dirinya sendiri (Shepard, 1979).
Dengan demikian penerimaan diri terjadi jika seseorang menerima berbagai sifat
dan karakter yang dilihatnya melalui konsep dirinya. Konsep diri adalah
'kesadaran individu dari serangkaian karakteristik yang menjadi milik mereka'
(Rosenberg, 1986).
4. Penerimaan diri berarti mengakui dan menerima berbagai aspek diri, baik kualitas
baik maupun buruk. Ini juga berarti merasa positif tentang kehidupan masa lalu.
Skor tinggi pada penerimaan diri menyiratkan sikap positif terhadap diri sendiri.
Penerimaan diri yang rendah menyiratkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri
dan kecewa dengan kehidupan masa lalu seseorang serta bermasalah tentang
kualitas pribadi tertentu dan keinginan untuk menjadi berbeda (Ryff, 2014).
5. Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap setiap aspek masa lalu, sekarang
dan masa depan individu, yang merupakan tanda penting kesehatan mental (Xu et
al., 2017). Namun, ketika individu tidak menerima diri, mudah untuk
menghasilkan rasa rendah diri. Penerimaan diri sangat penting bagi kesehatan
mental individu, dan tingkat penerimaan diri yang lebih tinggi dapat mengurangi
tingkat depresi individu dan mengarah pada lebih banyak kebahagiaan (Chen et
al., 2017).
6. Penerimaan diri adalah konstruksi yang telah ditunjukkan untuk memfasilitasi
kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental. Penerimaan diri berkorelasi
positif dengan harga diri yang tinggi dan kepuasan interpersonal (Crocker & Park,
2004; Ryff, 1989). Penerimaan diri yaitu individu yang realistis dan tidak
menghakimi baik atribut positif maupun negatif dari diri dan masa lalu seseorang,
terlepas dari apa yang orang lain mungkin pikirkan, tanpa mencoba untuk
mengubah, menghindari, atau mengontrol (Ellis, 2005; Hayes, Strosahl, &
Wilson, 1999). Berger (1952) menggambarkan SA sebagai beberapa karakteristik
yang terkait erat termasuk: mengandalkan standar sendiri sebagai lawan dari
tekanan eksternal; memiliki keyakinan pada kemampuan seseorang untuk
mengatasi kehidupan; memikul tanggung jawab dan menerima konsekuensi atas
perilakunya sendiri; menerima kritik atau pujian secara objektif; menerima
daripada menyangkal atau mendistorsi perasaan, motif, kemampuan, dan
keterbatasan; melihat diri sendiri sebagai orang yang berharga, setara dengan
orang lain; tidak mengharapkan penolakan oleh orang lain dengan atau tanpa
alasan; tidak memandang diri sendiri berbeda dari orang lain; dan tidak malu atau
minder. Ini melibatkan upaya untuk mempertahankan sikap positif terhadap diri
sendiri, tidak mengkritik kekurangan seseorang, dan menerima kekurangan ini
sebagai bagian dari pengalaman hidup seseorang.
B. ASPEK
Sheerer mengemukakan aspek penerimaan diri yang sedikit diubah oleh Berger
(dalam Cronbach, 1963).
1. Perasaan sederajat
Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang
lain. Individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari
orang lain. Individu merasa dirinya sama dengan orang lain yang mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
2. Percaya kemampuan
3. Bertanggung jawab
Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada ke dalam diri,
tidak malu yang menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan
toleran terhadap orang lain sehingga akan mendapatkan penerimaan
sosial dari lingkungannya.
5. Berpendirian
6. Menyadari keterbatasan
2
Merasa puas dengan 3 2
menjadi diri sendiri.