Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH SOSIALISASI DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB

PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN


BARITO SELATAN

Disusun oleh

NAMA : MAULIDY SETIAWAN


NPP : 30.0953
KELAS : F-2
PRODI : KEUANGAN PUBLIK
ABSEN : 18

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi Dan
Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Sarang Burung
Walet Di Kabupaten Barito Selatan”. Salam dan Shalawat penulis lantunkan kepada
junjungan kita semua Rasulullah Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari
zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Ilmu
Pemerintahan (S.Tr.IP) pada Program Studi Keuangan Publik Institut Pemerintahan
Dalam Negeri

Secara Khusus Peneliti ingin mengucapkan Terima kasih yang sebesar besarnya
dan sedalam dalamnya kepada kedua Orang tua tercinta ibunda Isnaniah dan
ayahanda M. Sufiany yang telah mempertaruhkan seluruh hidupnya demi kesuksesan
anaknya serta membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang dan sepenuh hati.

Selama menempuh dan menyelesaikan penelitian ini, Penulis banyak dibantu


oleh berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Bapak Prof. selaku


2. Bapak Prof. selaku
3.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
a. Manfaat Teoritis......................................................................................................4
b. Manfaat praktis.......................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................5
2.1 Konsep Teori............................................................................................................5
2.1.1 Teori Kepatuhan Hukum...................................................................................5
2.2 Pajak........................................................................................................................6
2.2.1 Pengertian Pajak...............................................................................................6
2.2.2 Fungsi Pajak......................................................................................................7
2.3 Sosialisasi Pajak......................................................................................................8
2.4 Sanksi Pajak............................................................................................................9
2.5 Kepatuhan Wajib Pajak..........................................................................................10
2.5.1 Pengertian Kepatuhan.....................................................................................10
2.5.2 Kepatuhan wajib pajak....................................................................................11
BAB III..............................................................................................................................12
3.1 Desain Magang......................................................................................................12
3.2 Kerangka kerja.......................................................................................................13
3.3 Teknik pengumpulan data dan jenis data..............................................................13
3.4 Jenis dan Lokasi Penelitian...................................................................................13
3.4.1 Jenis Penelitian...............................................................................................13
3.4.2 Lokasi Penelitian.............................................................................................14
3.5 Populasi dan Sampel.............................................................................................14
3.5.1 Populasi Penelitian..........................................................................................14
3.5.2 Sampel Penelitian...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang penerimaan dana terbesarnya yaitu melalui


pajak. Pemerintah terus melakukan pembangunan demi meningkatkan sektor ekonomi.
Untuk melakukan pembangunan tentunya diperlukan biaya yang cukup besar. Salah
satu sumber biaya tersebut ialah dari pajak. Pada sektor perpajakan mampu
menggapai lebih dari 50% penerimaan negara daripada sektor sektor lainnya Pajak
merupakan tulang punggung Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara (APBN)
karena tanpa pajak negara ini akan sulit melakukan pembangunan (Koentarto,
2011;243).

Pajak merupakan sumber terbesar penerimaan negara. Hal ini membuat


pemerintah lebih semangat lagi dalam membangun perekonomian masyarakat. Karena
jika ekonomi masyarakat tinggi maka pendapatan masyarakat akan tinggi pula dan
akan meningkatkan potensi masyarakat dalam membayar pajak. Semakin tinggi tingkat
pembayaran pajak maka akan semakin membantu pemerintah dalam melakukan
pembangunan. Dalam konteks perpajakan, pajak atau harta yang diberikan oleh wajib
pajak kepada pemerintah itu akan dipergunakan untuk melakukan pembangunan demi
kesejahteraan masyarakat termasuk wajib pajak yang membayarkan pajak tersebut.
salah satu contohnya adalah untuk membangun atau memperbaiki jalan jembatan yang
sebelumnya rusak. Maka dampak nya akan dirasakan oleh masyarakat yang memalui
jembatan tersebut.

Pajak merupakan sebuah setoran wajib masyarakat kepada pemerintah (kas


negara) karena suatu keadaan tertentu. Penerimaan negara dalam sektor pajak terdiri
dari berbagai bentuk pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak bumi bangunan,
pajak reklame, pajak sarang burung walet dan lain lain. Pajak yang potensinya bagus di
sebagian daerah contohnya provinsi Kalimantan tengah adalah pajak sarang burung
walet. Karena daerah yang masih didominasi oleh alam yang asri membuat banyak
orang memiliki bisnis atau menjadi petani sarang burung walet. Terlebih lagi dengan
keistimewaan dan khasiat dari sarang burung walet bagi kesehatan tubuh membuatnya
banyak diminati masyarakat serta memiliki nilai jual yang bisa dibilang cukup tinggi.

Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet (UU PDRD pasal 1 angka 35). Pajak sarang burung
walet merupakan salah satu penerimaan pajak kabupatan/kota. Maka dari itu
pemungutan pajak sarang burung walet ini dilakukan pada tingkat kabupaten/kota.
Pajak Bumi dan Bangunan sepenuhnya menjadi pajak daerah yang dikelola oleh
daerah dan penerimaannya pun masuk ke kas Daerah. Maka dari itu tiap-tiap daerah di
Indonesia yang mempunyai potensi sarang burung walet yang besar berhak mengelola,
meningkatkan, serta mengoptimalkan Pajak sarang burung walet masing masing.
Tentunya dalam mengoptimalisasi pendapatan pajak sarang burung walet harus
didukung oleh kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak hasil dari
pengusahaan sarang burung walet yang dimilikinya.

Kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak dapat meringankan atau


membantu tugas pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya.
Namun pada kenyataanya saat ini para wajib pajak seolah olah tidak memperhatikan,
seolah olah tidak tau tentang peraturan pajak, bahkan ada yang menghindari pajak. Hal
hal tersebut membuat pemerintah gagal dalam merealisasikan target penerimaan pajak
yang telah dibuat. Ini mengakibatkan pembangunan daerah jadi terhambat.

Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayarkan pajak adalah dengan cara sosialisasi pajak. Sosialisasi merupakan salah
satu cara atau alat yang dapat digunakan untuk menggugah dan memberikan
pengetahuan kepada para wajib pajak tentang Peraturan, Tata Cara Perpajakan,
Prosedur, serta waktu pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Binambuni, 2013;2081).
Tentunya hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dan memahami tentang
peraturan pajak terutama pajak sarang burung walet. Jika hal ini dijalankan dengan baik
maka tentunya akan meningkaykan kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak
sarang burung walet.
Selain upaya sosialisasi, ad acara lain yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak membayar pajaknya yaitu dengan
memberlakukan sanksi pajak. Pengenaan sanksi pajak dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak taat atau tidak
disiplin melakukan pembayaran pajak sarang burung walet sesuai dengan ketentuan
Undang – undang ataupun Peraturan Daerah yang berlaku.pegenaan sanksi pajak
diharapkan dapat membuat efek jera bagi wajib pajak agar patuh dalam membayar
pajak. Samksi pajak yang tegas tentunya akan membantu meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.

Apapun upaya dari pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak


dalam membayarkan pajak tetap tidak akan membuahkan hasil maksimal jika bukan
kesadaran wajib pajak itu sendiri dalam membayarkan pajak sarang burung waletnya.
Hal tersebut jelas karena kesadaran merupakan sesuatu yang muncul dalam hati nurani
seseorang. Kesadaran ini haruslah menjadi perhatian penting bagi pemerintah karena
dengan kesadaran ini merupakan sebuah jantung penggerak dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Kesadaran masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam membayar
pajak. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak yang paling berpengaruh
dalam kepatuhan wajib pajak.

Banyaknya peminat serta potensi nilai jual yang tinggi membuat pajak sarang
burung walet menjadi salah satu potensi penerimaan pajak daerah yang patut digali.
Namun, beberapa daerah mengaku jenis pajak ini sulit untuk dipungut. Lantas,
mengapa demikian?

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat ditemukan


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?


2. Apakah sanksi pajak berpengaruh dominan terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apa saja Faktor – faktor yang menjadi penghambat pemungutan sarang burung
walet?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh dari sosialisasi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayarkan pajak sarang burung walet
2. Untuk menguji pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
membayarkan pajak sarang burung walet.
3. Untuk menguji pengaruh sosialisasi dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak membayarkan pajak sarang burung walet.
4. Untuk mengetahui faktor penghambat pemungutan pajak sarang burung walet

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk mendukung dan


mempertegas keabsahan hasil penelitian ini. Teori atribusi menyatakan bahwa
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang lebih dominan pengaruhnya dan
teori pembelajaran sosial menyatakan wajib pajak akan patuh bayar pajak
bilamana mereka melihat kontribusi nyata atas pajak yang dibayarnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa keuduanya berbanding lurus dengan hasil
penelitian.

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan hasil dari penelitian
ini dapat menjadi acuan bagi peneliti peneliti kedepannya dan diharapkan juga
menambah wawasan pembaca dan akademis mengenai pentingnya pajak bagi
pembangunan suatu daerah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Teori Kepatuhan Hukum

Hukum merupakan sebuah aturan yang menjerat masyarakat, hukum juga


disebut sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik itu tingkah laku maupun
perbuatan manusia itu sendiri dalam kehidupannya bermasyarakat. Hukum pada
dasarnya memuat aturan atau rencana tindakan atau perilaku pada kondisi dan situasi
tertentu.

Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai hukum ini salah satunya


adalah menurut Plato:

“Hukum adalah segala peraturan yang tersusun dengan baik dan teratur yang
mempunyai sifat mengikat hakim dan masyarakat.”

Disamping itu Karl max juga berpendapat:

“Hukum adalah cerminan dari hubungan hukum ekonomis suatu masyarakat di


dalam suatu tahap perkembangan tertentu.”

Sedangkan menurut Satjipto Raharjo:

“Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisi petunjuk tingkah
laku. Hukum merupakan cerminan dari kehendak manusia mengenai bagaimana
seharusnya masyakat dibina dan kemana masyarakat harus diarahkan. Pertama hukum
harus rekaman dari ide yang dipilih oleh masyarakat tempat hukum dibuat, ide tersebut
berupa ide tentang keadilan.”

Hukum juga di definisikan oleh Prof. Achmad Ali sebagai berikut:

“Hukum adalah seperangkat asas-asas hukum, aturan-aturan hukum, norma-


norma hukum yang mengatur dan menetapkan perbuatan yang dilarang dan yang
benar, diakui oleh negara tetapi belum tentu dibuat oleh negara, yang berlaku tetapi
belum tentu dalam realitas nya berlaku karena ada faktor internal (psikologis) dan faktor
eksternal (politik, budaya, sosial, ekonomi) yang apabila dilanggar akan mendapatkan
sanksi.”

Dari berbagai definisi para ahli yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hukum adalah seperangkat ide ide atau gagasan yang dijadikan
sebagai peraturan peraturan yang bersifat mengikat dan wajib ditaati oleh semua orang
yang berada di wilayah hukum tersebut demi keadilan serta kemakmuran masyarakat
dan hukum juga mempunyai sanksi jika ada yang melanggar.

Kepatuhan merupakan perbuatan atau sikap taat pada aturan yang berlaku,
bukan disebabkan oleh adanya sanksi tegas ataupun adanya badan penegak hukum
pada saat itu. Kepatuhan merupakan kesadaran dalam diri seseorang yang muncul dari
dorongan tanggung jawab sebagai seorang warga negara.

Kepatuhan Hukum adalah bentuk kesetiaan seorang warga negara dalam bentuk
perilaku yang seharusnya patuh terhadap nilai-nilai hukum itu sendiri serta dapat dilihat
dan dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat. Kepatuhan hukum sejatinya
merupakan kesadaran atau nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang
ada.

2.2 Pajak
2.2.1 Pengertian Pajak

Dr. Soeparman Soemahamidjaja menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa


uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma- norma hukum,
guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum (Waluyo, 2010;3). Menurut Priantara (2009) dalam Sapriadi
(2013;5) pajak diartikan sebagai iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada
negara.
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH mengatakan Pengertian
pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri ciri pajak adalah sebagai
berikut:

1. Pajak bersifat memaksa


2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku
3. Pajak merupakan suatu kewajiban
4. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan daerah
5. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat dan daerah
6. Pajak dipungut untuk kesejahteraan bersama, contohnya untuk pembangunan
serta kepentingan negara
7. Pajak tidak memberikan imbalan langsung pada masyarakat

2.2.2 Fungsi Pajak


Pajak memiliki 4 Fungsi utama yaitu:

1. Fungsi Anggaran
Pemerintah memiliki tugas untuk melakukan pembangunan nasional
seperti menyediakan fasilitas kesehatan ,pendidikan, penyediaan infrastruktur
dan lain lain. Nah dalam melakukan tugas oembangunan nasional maka
tentunya diperlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut sebagian besar
didapat melalui pajak. Karena pajak merupakan Kontributor terbesar dalam
penerimaan negara.

2. Fungsi Mengatur
Fungsi pajak satu ini mencerminkan kebijakan perekonomian suatu
negara. Salah satu contohnya adalah kebijakan tarif PPh Final 0,5% yang diatur
melalui PP Nomor 23 Tahun 2018. Melalui kebijakan ini pemerintah berkeinginan
mengurangi beban pajak pelaku UMKM sekaligus menarik minat pelaku UMKM
untuk masuk dalam sistem perpajakan.

3. Fungsi Stabilitas
Pajak juga berfungsi mengatasi Inflasi maupun Deflasi. Salah satu
contohnya adalah ketika nilai rupiah menurun maka pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan perpajakan yang mendukung penguatan Rupiah seperti
meningkatkan bea masuk maupun PPN impor.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan


Dana yang didapatkan dari pajak dapat dipakai untuk membuka lapangan
pekerjaan yang baru, maka dengan bertambahnya lapangan pekerjaan, semakin
banyak pula penyerapan tenaga kerja sehingga pendapatan masyarakat pun
dapat diperoleh secara merata.

2.3 Sosialisasi Pajak

Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam membayar pajak. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memperlancar proses pembangunan. Apabila wajib pajak tidak
patuh bayar pajak, maka penerimaan negara tidak maksimal . Hal tersebut akan
berdampak pada pembangunan di berbagai sektor akan terhambat. Terhambatnya
pembangunan disebabkan kas negara yang kurang sebagai akibat kurangnya
kesadaran masyarakat membayar pajak. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya pajak yang dibayarkan
kepada negara. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan
melakukan sosialisasi pajak. Kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sosialisasi (Kurniawan, 2006;1).
Menurut Jumiarti (2012;4) pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat tentang
PBB merupakan satu kegiatan rutin yang harus dilaksanakan agar meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat atau wajib pajak dalam
melakukan pembayaran PBB. Sosialisasi pajak diharpakan mampu memberikan
kesadaran kepada masyarakat untuk membayar pajak. Masyarakat harus diberi
pemahaman tentang pentingnya setiap pajak yang dibayarkan kepada negera. Setiap
masyarakat terutama wajib pajak harus sadar betul tentang pentingnya membayar
pajak, bahwa pajak yang dikeluarkan bukan semata- mata untuk kepentingan
pemerintah dan untuk menguntungkan pemerintah tetapi lebih dari pada itu untuk
mengutamakan kepentingan rakyat (Binambuni, 2013;2081).

Dengan kesadaran masyarakat yang tinggi maka pembangunan nasional tidak


akan terhambat karena uang kas negara untuk melakukan pembangunan tidak akan
pernah kekurangan. Hal tersebut akan dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan
rehabilitasi maupun pembangunan di berbagai sektor berupa sarana dan prasarana
yang dapat menunjam aktivitas masyarakat pada umumnya. Tujuan akhirnya adalah
untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri. Jadi dapat didimpulkan bahwa pajak
yang dibayarkan akan kembali kepada diri sendiri, pemerintah hanya mengelola.

2.4 Sanksi Pajak

Menurut Jatmiko (2006;19) sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang
melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena
melanggar peraturan dan hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi
denda adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara
membayar uang.

Menurut Mardiasmo (2009:57) menyatakan bahwa sanksi perpajakan


merupakan jaminan bahwa ketentuan peratuaran perundang-undangan perpajakan
(norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar
norma perpajakan.
Menurut Pranadata (2014;7) sanksi pajak merupakan alat kontrol yang
mengontrol agar wajib pajak tetap memenuhi kewajiban perpajakannya dikarenakan
dengan adanya kerugian yang akan didapat oleh wajib pajak apabila tidak
membayarkan pajak yang secara otomatis akan membuat wajib pajak harus berpikir
apabila tidak ingin memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi pajak adalah hukuman yang
diberikan kepada wajib pajak yang melanggar aturan aturan perpajakan baik disengaja
maupun karena lupa.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan disebutkan ada dua macam sanksi, yakni:

1. Sanksi Administrasi, terdiri dari:


a. Sanksi administrasi berupa denda.
b. Sanksi administrasi berupa bunga.
c. Sanksi admnistrasi berupa kenaikan.
2. Sanksi pidana, terdiri dari:
a. Pidana kurungan.
b. Pidana penjara.

Berdasarkan undang- undang diatas jelas bahwa setiap wajib pajak yang
melanggar akan dikenakan sanksi yakni sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi merupakan bentuk pembayaran kerugian kepada negara karena telat
membayar pajak, sedangkan sanksi pidana merupakan jeratan hukum yang diberikan
kepada wajib pajak yang pelanggarannya tergolong berat.

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak


2.5.1 Pengertian Kepatuhan

Patuh dalam pengertian secara umum merupakan tunduk dan taat terhadap
suatu hal. Patuh dalam istilah perpajakan berarti tunduk dan taat terhadap peraturan
perpajakan yang berlaku. Menurut Devano dan Rahayu (2006) dalam Sapriadi 33
(2013;7) menyatakan kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh
serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Gibson dkk (2000) dalam Santi (2012;17)
berpendapat bahwa kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Kahono (2003;22) “ Kepatuhan berarti patuh dan taat pada peraturan
yang berlaku. Dalam hal perpajakan aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah tunduk dan
taat terhadap suatu aturan yang berlaku. Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti
keadaan Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, secara disiplin, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan serta cara perpajakan yang berlaku (Prihartanto dan
Devy, 2013;4). Seorang wajib pajak harus tunduk dan patuh terhadap aturan
perpajakan yang disertai dengan motivasi yang tinggi.

2.5.2 Kepatuhan wajib pajak

Kepatuhan wajib pajak dapat diuraikan sebagai berikut :


a. Tepat waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dalam 3 tahun terakhir.
b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa tidak lebih dari 3 (tiga) masa
pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut- turut. 34
c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan jenis pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
e. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawas
keuangan pemeintah dengan opini wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun
berturut-turut.
f. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan, berdasar pada putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum
tetap dalam jangka 5 tahun terakhir.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Magang

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematis dalam waktu
yang cukup lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan aturan yang
berlaku untuk menghasilkan suatu penelitian yang baik.

Setiap penelitian tentunya harus mempunyai perencanaan yang baik. Desain


penelitian merupakan keseluruhan proses dari perencanaan sampai dengan pelaksaan
penelitian. Oleh karena itu desain penelitian dijadikan kerangka dasar atau acuan
dalam melaksanakan penelitian. Dalam arti sempit desain penelitian hanya mencakup
pengumpulan dan analisis data. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas desain
penelitian merupakan seluruh proses yang terdiri dari perencanaan penelitian dan
pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi yuridis dan


ekonometrik. Hal ini dikarenakan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak sarang burung walet harus ada ketentuannya, aturan dan tata cara
pembayaran pajak yang diatur dalam undang undang perpajakan yang mana mengatur
bahwa wajib pajak harus melaksanakan kewajibannya yaitu membayarkan iuran
kepada negara. Hal tersebut berkaitan dengan yuridis. Sedangkan pendekatan
ekonometrik merupakan salah satu bidang statistika yang mengukur dan menguji
hubungan antara variabel - variabel ekonomi secara kuantitatif berdasarkan data
empiris.
3.2 Kerangka kerja

3.3 Teknik pengumpulan data dan jenis data

Metode adalah sebuah prosedur atau cara untuk mengetahui seseuatu dengan
langkah langkah yang sistematis. Mardalis (1992:24) mengemukakan bahwa, “Metode
penelitian adalah suatu cara atau tekhnik yang dilakukan dalam proses penelitian”.
Kemudian berdasarkan pendapar Sugiyono (2006:1), “Metode penelitian merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah
berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan.

Dalam penelitian ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan metode


observasi dengan menyebarkan kusioner tertutup kepada wajib pajak. Kusioner ini
diberikan secara langsung kepada wajib pajak selaku responden dan untuk
pengembaliannya akan dijemput oleh penulis dalam waktu yang sudah ditentukan. Hal
ini tentunya untuk mengetahui pengaruh sosialisasi dan sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak sarang burung walet. Maka kusioner
ini harus diisi sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.

3.4 Jenis dan Lokasi Penelitian


3.4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis deskriptif kuantitatif. Hal ini
dikarenakan dalam mengetahui pengaruh sosialisasi dan sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak sarang burung walet menggunakan data
data berupa angka angka. Angka tersebut didapatkan dari jawaban responden melalui
kusioner yang telah dibagikan. Mengingat banyaknya responden maka disini peneliti
dibantu oleh aplikasi SPSS dalam mengelola data. Klasifikasi penelitian ini berdasrkan
sifat dan jenis data menggunakan penelitian opini. Hal ini dikarenakan data yang
didapatkan berupa opini atau pendapat orang (responden) baik secara individu maupun
secara kelompok.

3.4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kabupaten Barito Selatan. Peneliti melakukan


penelitian di daerah ini karena menurut peneliti sendiri potensi sarang burung walet
sangat tinggi dan kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak sarang burung
walet masih diragukan karena beberapa orang yang peneliti kenal dan sebagai petani
walet mengaku bahwa dia tidak pernah membayar pajak sarang burung walet
sebelumnya.

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini ditujukan kepada masyarakat atau wajib pajak yang
memiliki usaha sarang burung walet di kabupaten Barito Selatan. Jumlah wajib pajak
sarang burung walet di daerah kab. Barito Selatan adalah sebanyak _____ orang.
Pemilihan lokasi tersebut karena penulis merasa potensi pajak sarang burung walet
yang tinggi dan apakah potensi ini sudah dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
kabupaten Barito selatan dengan cara mengoptimalkan pemungutan pajaknya.

3.5.2 Sampel Penelitian

Dalam penarikan sampel penulis menggunakan metode purposive sampling.


Sampel/responden yang dipilih kriterianya adalah wajib pajak yang umurnya 20 tahun
keatas, pendidikannya minimal tamatan SMU dan sudah menjadi wajib pajak.
Penentuan jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin berikut :

Keterangan:
N : Populasi

e : tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat ditoleransi (ditentukan 10%)

Anda mungkin juga menyukai