Tugas Makalah Kelompok Hukum Pemerintahan Daerah Dan Otonomi Khusus Papua
Tugas Makalah Kelompok Hukum Pemerintahan Daerah Dan Otonomi Khusus Papua
“Penyelenggaraan
Pemerintahaan yang Bersifat Khusus Provinsi
Papua”
Oleh :
KELOMPOK II
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2022
Nama nama anggota kelompok
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................v
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Pengertian Otonomi Khusus.....................................................................................2
1.1.1. Nilai-nilai Dasar................................................................................................3
1.1.2. Garis-garis Besar pokok pikiran yang dimasukkan ke dalam Undang-Undang
Otonomi Khusus Papua..............................................................................................6
1.1.3. Ekonomi dan Keuangan....................................................................................7
1.1.4. Pelayanan kesehatan masyarakat....................................................................9
1.1.5. Keagamaan.....................................................................................................10
BAB II................................................................................................................................11
UNDANG-UNDANG TENTANG OTONOMI KHUSUS PAPUA..........................................11
2.1. Provinsi Papua.......................................................................................................12
2.2. Wilayah Papua.......................................................................................................12
2.1.1 Pemerintahan..................................................................................................14
2.1.2 Legislatif..........................................................................................................14
2.1.3 Eksekutif..........................................................................................................14
2.1.4. MRP (Majelis Rakyat Papua)...........................................................................15
2.1.5. DPRP (Dewan Perwakilan Pemerintah Papua)................................................16
2.1.6. Parpol.......................................................................................................17
2.1.7. Peraturan Daerah Khusus...............................................................................17
2.1.8. Keuangan.......................................................................................................17
2.1.9. Dana lain-lain..................................................................................................18
2.1.10. Perekonomian..............................................................................................18
1.1.11. Penegakan Hukum....................................................................................19
2.1.12. Adat Papua dan Perlindungannya................................................................20
2.1.13. Hak Asasi dan Rekonsiliasi............................................................................21
iii
1.1.14. Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan......................................................21
2.1.15. Lingkungan Hidup.........................................................................................22
BAB III...............................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................23
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................23
3.2. Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya, maka laporan akhir dari Tim Penelitan Hukum
tentang “Penyelenggaraan Pemerintahaan yang Bersifat Khusus Provinsi Papua”,
dapat diselesaikan. Sebagai kebijakan negara Indonesia, pembentukan otonomi
khusus di suatu daerah di dalam negara berdaulat merupakan kompromi politik
yang di kemas dalam produk peraturan perundang-undangan, agar tidak terjadi
disintegrasi bangsa, dan tidak ada pemisahan wilayah dari negara induk.
v
BAB I
PENDAHULUAN
vi
1.2 Pengertian Otonomi Khusus
Otonomi Khusus bagi Papua harus diartikan secara jelas dan tegas sejak
awal, karena telah terbentuk berbagai pemahaman yang negative mengenai
Otonomi di kalangan rakyat Papua. Pengalaman jelek yang dialami oleh rakyat
Papua dalam masa pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru, yang juga
memperlakukan daerah Papua sebagai suatu daerah otonomi, merupakan alasan
penting dimilikinya sikap negatif ini.
1
Jurnal DINAMIS Vol 17. No. 1. Juli 2020 ( La Achmady 81- 88)
vii
31.1.1. Nilai-nilai Dasar
1) Perlindungan hak hidup orang Papua di Tanah Papua yaitu suatu kualitas
kehidupan yang bebas dari rasa takut serta terpenuhi seluruh kebutuhan
jasmani dan rohaninya secara baik dan proporsional.
2) Perlindungan hak-hak orang Papua atas tanah dan air dalam batas-batas
tertentu dengan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
3) Perlindungan hak-hak orang Papua untuk berkumpul dan mengeluarkan
pendapat dan aspirasinya.
4) Perlindungan hak-hak orang Papua untuk terlibat secara nyata dalam
kelembagaan politik dan pemerintahan melalui penerapan kehidupan
berdemokrasi yang sehat.
5) Perlindungan kebebasan orang Papua untuk memilih dan menjalankan ajaran
agama yang diyakininya,tanpa ada penekanan dari pihak manapun; dan
6) Perlindungan kebudayaan dan istiadat orang Papua.
viii
kuat dan efektif demi tercapainya kehidupan berdemokrasi secara dewasa dan
bertanggung jawab.
Etika dan Moral merupakan tuntutan hidup orang Papua sejak dahulu yang
telah dikembangkan oleh nenek moyang dan merupakan bagian dari adat-istiadat.
Etika dan Moral ini kemudian diperkaya oleh ajaran-ajaran agama Kristen
Protestan, Katolik, Islam, dan agama-agama lain yang dipeluk oleh orang-orang
Papua sejak kurang lebih 200 tahun lalu. Penghargaan etika dan moral inilah yang
memungkinkan Tanah Papua hingga kini masih jauh lebih aman dibandingkan
beberapa daerah tertentu di Indonesia, walaupun ada pihak-pihak yang terus
menerus menyebarluaskan kesan bahwa Papua adalah daerah yang rawan
keamanan. Hubungan sosial yang erat dan saling menghormati antarsesama warga
Tanah Papua yang terus dipertahankan bahkan dikembangkan hingga saat ini
adalah akibat adanya penghargaan terhadap etika dan moral yang telah ada sejak
dahulu.
ix
5. Penegakan Supremasi Hukum
Rakyat Papua pada dasarnya patuh pada hukum, sepanjang hukum itu
memang berpihak kepada kepentingan orang banyak, diwadahi dalam suatu
sistem yang professional dan bebas dari intervensi pihak manapun, dan para
penegaknya dapat menjadi suri teladan bagi masyarakat. Keadaan yang
disebutkan di atas merupakan salah satu modal dasar yang ampuh dalam rangka
mencapai kesejahteraan rakyat di Tanah Papua. Di dalam Otonomi Khusus Papua,
supremasi hukum harus dapat ditegakkan dan terlihat secara nyata dalam
penyelenggaraan pemerintahan, proses peradilan dan penegakan HAM.
Penghargaan akan pluralisme yang telah dianut sejak dahulu harus terus
dapat dipelihara dan dimanfaatkan di Tanah Papua dalam era Otonomi Khusus.
Penghargaan akan pluralisme yang dimaksud adalah barang tentu harus diwarnai
dengan keberpihakan secara tegas kepada mereka yang paling menderita, paling
tertinggal, dan berada pada hierarki paling bawah dalam hal akses terhadap
berbagai fasilitas kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya.
x
masyarakat Papua untuk dalam waktu yang secepatnya dapat terlayani hak-hak
dan memenuhi kewajiban-kewajibannya sama seperti semua warga negara lain.2
2
Sumule (edl, Mencari Jalan Tengah, 2004, hal. 53-60)
xi
Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis, profesional dan
bersih, dan sekaligus memiliki ciri-ciri kebudayaan dan jati diri rakyat Papua,
serta mengakomodasi sebanyak mungkin kepentingan penduduk asli Papua, perlu
dibentuk empat badan/ lembaga, yaitu:
xii
1.1.3. Ekonomi dan Keuangan
xiii
adat, memberi kepastian hukum bagi pengusaha, serta pelestarian lingkungan
dan pembangunan yang berkelanjutan.
2) Pengolahan lanjutan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam
sebagaimana yang dimaksud pada butir di atas diupayakan untuk dilakukan
sepenuhnya di Tanah Papua.
3) Perizinan dan perjanjian kerjasama yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi dengan pihak lain tetap berlaku dan dihormati
sepanjang tidak merugikan masyarakat asli Papua dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan semangat Undang-undang Otonomi Khusus Papua.
4) Pembangunan perekonomian berbasis kerakyatan dilaksanakan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat adat dan
atau masyarakat setempat.
5) Perundingan yang dilakukan antara Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota
dan penanam modal harus melibatkan masyarakat adat.
xiv
2) Peranan penyelenggaraan pelayanan kesehatan diberikan sebesar-besarnya
kepada lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha
yang memenuhi persyaratan.
Hal yang sama berlaku pula untuk program perbaikan dan peningkatan
gizi penduduk Papua, terutama untuk memenuhi kelompok-kelompok rawan gizi
seperti ibu-ibu hamil dan balita.
1.1.5. Keagamaan
Salah satu realitas terpenting dari kebebasan suara hati nurani adalah
kebebasan beragama. Dalam kebebasan seperti ini, setiap orang berhak untuk
menentukan sendiri bagaimana ia beragama, ia juga berhak untuk hidup sesuai
dengan keyakinan agamanya, ia juga berhak untuk mengkomunikasikan
agamanya kepada orang lain sepanjang orang itu bersedia tanpa paksaan
menerima komunikasi itu, ia juga berhak untuk meninggalkan agamanya dan
memeluk agama baru yang diyakininya, dan bahkan ia pun berhak untuk tidak
didiskriminasikan kaerna agama atau keyakinannya.
xv
BAB II
UNDANG-UNDANG TENTANG OTONOMI KHUSUS PAPUA
3
Kajian, Vol, No.2, Juni 2011
xvi
2.1. Provinsi Papua
Provinsi Papua sebagai bagian dari NKRI menggunakan Sang Merah Putih
sebagai Bendera Negara dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Provinsi
Papua dapat memiliki lambang daerah sebagai panji kebesaran dan simbol
kultural bagi kemegahan jati diri orang Papua dalam bentuk bendera daerah dan
lagu daerah yang tidak diposisikan sebagai simbol kedaulatan.
Provinsi Papua terdiri atas Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang masing-
masing sebagai Daerah Otonom. Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas sejumlah
Distrik. Distrik adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia, terdapat
provinsi Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua
Selatan, yang berada di bawah kabupaten atau kota. Istilah "distrik" menggantikan
"kecamatan" yang sebelumnya digunakan seperti halnya di provinsi-provinsi lain
di Indonesia. Penetapan ini menyusul diterapkannya Undang-undang Nomor 2
Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Distrik merupakan
perangkat Daerah Kabupaten atau Kota di Papua yang mempunyai wilayah kerja
tertentu yang dipimpin oleh seorang Kepala Distrik.
Distrik terdiri atas sejumlah kampung atau yang disebut dengan nama lain.
Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum
xvii
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten/Kota.
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonomi hak
tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan urusan Pemerintah
(pusat) yang diserahkan kepada Daerah. Istilah sendiri dalam hak
mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu
daerah penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri, serta
pembiayaan dan pertanggungjawaban daerah sendiri, maka hak itu
dikembalikan kepada pihak yang memberi, dan berubah kembali menjadi
urusan Pemerintah (pusat).
xviii
4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur
dan mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan subordinasi
hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain
2.1.1 Pemerintahan
2.1.2 Legislatif
2.1.3 Eksekutif
xix
Gubernur ditetapkan dengan Perdasus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Berbeda dengan Provinsi-provinsi lain di Indonesia, yang dapat dipilih
menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua memerlukan syarat khusus,
diantaranya adalah Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat:
4
Indra J. Piliang, Otonomi Khusus Papua dan MRP, Suara Pembaruan, 11 Juli 2003
xx
Provinsi Papua, khususyang menyangkut perlindungan hak Orang Asli
Papua;
Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, pengaduan masyarakat adat,
umat beragama, kaum perempuan, dan masyarakat pada umumnya yang
menyangkut hak-hak Orang Asli Papua, serta memfasilitasi tindak lanjut
penyelesaiannya; dan
memberikan pertimbangan kepada DPRP, Gubernur, DPRK, dan
Bupati/Wali Kota mengenai hal-hal yang terkait dengan perlindungan hak-
hak Orang Asli Papua.5
5
Undang-undang RI No 21 Tahun 2001 tentang otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
xxi
G. menyusun dan menetapkan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bersama Gubernur dengan berpedoman pada sistem perencanaan
pembangunan nasional dan memperhatikan kekhususan Provinsi Papua;
H. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah
Provinsi Papua
I. terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan
daerah ;6
2.1.6. Parpol
6
Pasal 73, Peraturan Pemerontah No 54 Tahun 2004
xxii
2.1.8. Keuangan
1. Dana Perimbangan
xxiii
(dua puluh) tahun. Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus
yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan
Provinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan
pembangunan infrastruktur.
2.1.10. Perekonomian
2. Peradilan
xxiv
sengketa perdata adat dan perkara pidana di antara para warga masyarakat hukum
adat yang bersangkutan. Pengadilan adat disusun menurut ketentuan hukum adat
masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam
masyarakat hukum adat, mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta mempunyai
sanksi. Masyarakat Hukum Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang sejak
kelahirannya hidup dalam wilayah tertentu dan terikat serta tunduk kepada hukum
adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para anggotanya.
xxv
Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat
tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para
warganya, yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta
isinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyediaan tanah ulayat dan
tanah perorangan warga masyarakat hukum adat untuk keperluan apapun,
dilakukan melalui musyawarah dengan masyarakat hukum adat dan warga yang
bersangkutan untuk memperoleh kesepakatan mengenai penyerahan tanah yang
diperlukan maupun imbalannya.
xxvi
Dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa di Provinsi
Papua dibentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Tugas Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi adalah melakukan klarifikasi sejarah Papua untuk pemantapan
persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
merumuskan dan menetapkan langkah-langkah rekonsiliasi.
xxvii
jenjang pendidikan. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar di
jenjang pendidikan dasar sesuai kebutuhan.
xxviii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. MRP (Majelis Rakyat Papua) mempunyai tugas dan wewenang, yang diatur
dengan Perdasus
b. DPRP (Dewan Perwakilan Rakyat Papua)
c. Peraturan daerah khusus dll
xxix
3.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang ada pada penelitian ini, beberapa
saran sebagai berikut :
xxx
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan perundang-undangan.
2. sumber lain:
http://geschidenis01.blogspot.com/2013/03/otonomi-khusus-papua-
dinamika-dan.html
http://pahalajunedipandapotanhutauruk.blogspot.com/p/otonomi-khusu-
papua-dalam-kaitannya.html
.https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/download/2801/2328
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/download/11474/11076
xxxi
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jhs/article/view/412/353
xxxii