Simpan Dlu BNTR
Simpan Dlu BNTR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Hukum Mawaris”. Makalah ini berisikan
bagaimanatentang warisan atau mawaris itu dibahas dalam islam.Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1.4 Pengertian mawaris
Menurut bahasa,mawaris merupakan bentuk jamak dari kata miras
artinya harta yang diwariskan. Sedangkan secara istilah,mawaris adalah ilmu
yang mempelajari cara pembagian harta peninggalan setelah orang
meninggal dunia.
Ilmu mawaris juga disebut dengan ilmu Faraid,yaitu ilmu yang
menjelaskan perkara pusaka. Pusaka adalah peninggalan orang yang sudah
mati,artinya harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang sudah
mati untuk dibagikan kepada yang berhak
menerimanya.
Dengan demikian,dapat disimpulkan,definisi ilmu mawaris adalah
ilmu yang mempelajari tentang ketentua- ketentuan pembagian harta pusaka
bagi ahli waris menurut hukum islam. tujuan ilmu mawaris atau Faraid
adalah untuk menyelamatkaan harta orang yang meninggal agar terhindar
dari pengambilan oleh oran- orang yang tidak berhak menerimanya,dan agar
jangan ada orang yang memakan harta hak milik oranag lain.
Istri = ¼ = 3/12 = 3
(separuh)) / aul 9
Suami =½=3
Ibu = 1/6 = 1
2 Saudara kandung = A =1
Suami =½=3
Ibu = 1/6 = 1
Berserikat
6. Dan sebagainya
أ والد االم االخ ا لشقيقN ا لفروض ا لتركة يشاركNوفي ا لحا لة ا لثا نية إذا ا ستغرقت
دمNNالمتق هNNو جNNم الثلث بيهم على الNNثر ويقسNNقيقة ا وأ كNN أ ومع أ خت شNواال خىة اال شقاء باإلنفراد
artinya :Dalam keadaan kedua (mendapat1/3), bila faradl dari ashabul furudl
telah menghabiskan harta peninggalan, anak-anak ibu berserikat dengan
saudara kandung dan saudara-saudara kandung dengan infirad (sendiri tidak
bersama-sama dengan saudari) atau berserta saudari kandung 1 (satu) atau
lebih, dan 1/3 tersebut dibagi antara mereka menurut ketentuan yang telah
lalu (sama rata) . (Fatchur Rahman, 1994, 326)