Rahmat Kurniawan
TEKNIK ELEKTRO
STT PLN
E-mail: rahmatkurniawan@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya dan
energi pada sistem 1 fasa dan menganalisa hasil pengukuran tegangan, arus,
daya, faktor daya dan energi pada beban linier dan non linier di sistem 1 fasa.
Hal-hal yang terkait dengan pengukuran serta alat yang akan digunakan
nantinya pada percobaan yang dilakukan. Metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan alat ukur clamp meter. Hasil yang didapat adalah
keadaan dari lampu yang digunakan pada saat percobaan.
Kata kunci: pengukuran, tegangan, arus, daya
1. PENDAHULUAN
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur. Misalnya untuk mengukur tinggi,
maka seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek yang diukur
merupakan objek kasat mata dengan satuan yang sudah disepakati secara
internasional. Percobaan ini mengukur besaran listrik agar kita bisa tahu
konsep dari pengukuran, tegangan, arus, daya, serta mampu menganalisa hasil
dari pengukuran itu sendiri. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat
ukur digita clampmeter.
2. METODE PRAKTIKUM
PROSEDUR
1. Siapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti alat ukur, Slide
Voltage Regulator serta beban lampu yang dibutuhkan.
2. Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang
tertera pada modul yang digunakan
3. Rangkai papan modul sesuai dengan diagram pengkabelan yang
diberikan
4. Pastikan bahwa penunjukan alat ukur yang akan digunakan sama dengan
nol. Lalu siapkan Tabel yang telah diberikan untuk mengisi data-data
hasil pengukuran.
5. Pasang beban sesuai yang diminta pada tabel pengukuran
6. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi on, kemudian ukur
semua parameter yang ditanyakan sesuai tabel
7. Untuk pengukuran energi, atur tegangan SVR ke 200 V. Catat energi
yang terbaca pada KWh Meter dan masukkan ke tabel.
8. Ulangi prosedur 1-7 untuk setiap jenis tabel/pengukuran
9. Setelah percobaan selesai, rapikan kembali seluruh peralatan
Data Pengamatan
TABEL 1
BESARAN
BEBAN LAMPU PIJAR KETERANGAN
LISTRIK
Cukup terang
ARUS (A) 0,15 0,153 0,158 0,162 0,166 (190v)
Terang sekali
FAKTOR 0,999 0,999 0,999 0,999 0,999 (220v)
DAYA 2 2 3 4 3
WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI
PADA
TEGANGA 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1
N 220 V
(Wh)
TABEL 2
BESARA
KETERANG
N BEBAN LAMPU PIJAR
AN
LISTRIK
TEGANG Fluorescent
AN mulai jalan
SUMBER 180 190 200 210 220 (180v)
(V)
Fluorescent
ARUS (A) 0,242 0,228 0,254 0,260 0,250 jalannya makin
cepat (190v)
DAYA Fluorescent
AKTIF 29,47 29,61 32,36 35,65 35,08 semakin cepat
(W) (200v)
Fluorescent
DAYA
semakin cepat
REAKTIF -29,8 -35,8 -37,5 -36,9 -43,6
dan terang
(VAR)
(210v)
Fluorescent
FAKTOR 0,6598 0,6268 0,6250 0,6571 0,6296 semakin cepat
DAYA 1 8 9 7 3 dan terang
(220v)
WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI
PADA
TEGANG 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1
AN 220 V
(Wh)
I perhitungan (A)
Grafik I perhitungan terhadap Tegangan
0.17
0.167
0.165
0.162
0.16 0.159
0.155 0.154
0.15 0.15
0.145
0.14
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225
Tegangan (V)
I Percobaan (A)
0.165 0.166
0.162
0.16
0.158
0.155
0.153
0.15 0.15
0.145
0.14
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225
Tegangan (V)
Energi (Wh)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (s)
Energi (Wh)
Grafik Energi terhadap Waktu
1.2
1 1 1 1
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu (s)
I perhitungan (A)
Tegangan (V)
I Percobaan (A)
0.25
0.242
0.25
0.24
0.228
0.23
0.22
0.21
175 180 185 190 195 200 205 210 215
Tegangan (V)
ANALISA MODUL 1
Pada praktikum modul satu yaitu berjudul pengukuran besaran listrik pada system
satu fasa yang tujuan untuk memahami konsep teori dan metode pengukuran
tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi pada sistem 1 fasa dan mampu
menganalisa hasil pengukuruan tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi pada
beban linear dan nonlinear di sistem 1 fasa. Pada percobaan yang pertama
dilakukan pada lampu pijar dengan daya 100 watt, nilai arus pada setiap tegangan
sumber dinaikan maka arusnya juga ikut naik, nilai daya aktif (w) juga ikut naik
dan pada daya reaktif hampir tidak berubah namun hasilnya minus ini
menandakan bahwa daya reaktifnya mrnyuplai daya pada rangkaian, nilai pada
faktor daya juga hampir tidak berubah hampir mendekati satu. Lalu pada
keterangan pada saat tegangan sumber 180 volt kabel wollframe nya mulai
terbakar. Wollframe adalah suatu unsur kimia dalam table periodic yang memiliki
lambing W dan nomor atom 74. Pada lampu pijar pada saat diberi tegangan 180
volt kabel wolfram mulai terbakar dan lampu mulai menyala, semakin besar nilai
tegangan yang diberikan maka lampu juga semakin terang, lalu pada percobaan
juga ada mencari energi pada tegangan dengan mengatur stopwatch dan melihat
perubahan energinya setiap menit, namun pada percobaan yang didapat adalah
dari menit ke dua sampai ke lima nilai dari energi tersebut adalah 1 Wh. Pada
percobaan kedua dilakukan pada lampu ballast elektronik 36 W. Nilai arus, daya
aktif dan daya reaktif akan semakin besar jika nilai tegangan sumber juga semakin
besar, Nilai dari faktor daya hampir tidak berubah dan berada di kisaran 0,625.
Pada keterangannya adalah pada saat diberi tegangan 180 volt fluorescent nya
mulai jalan. Fluorescent adalah daerah hitam yang ada didalam lampu ballast dan
semakin besar tegangan yang diberikan maka fluorescent juga semakin cepat
bergeraknya. Hal-hal yang menjadi penyebab galat pada saat pengukuran yaitu
seperti kondisi alat yang kurang baik, adanya arus sisa atau rugi-rugi pada kabel
penghubung, salahnya pembacaan hasil pengukuran, kurang telitinya dalam
percobaan dan juga mungkin karena adanya faktor manusia seperti pada saat
pengukuran kabel tersentuh oleh tangan. Beban jenis yang mengkonsumsi daya
reaktif paling besar adalah LED dan BALLAST karenamada komponen kapasitor
dan inductor pada lampu tersebut, L menyerap daya reaktif dan var yang
dihasilkan dari C. Beban jenis yang memberi faktor daya paling besar adalah
lampu pijar contohnya pada beban resistif. Lampu pijar masih mengkonsumsi
daya reaktif adalah karena bukan resistif murni, dia ada woll frame atau kumparan
(beban induktif) menyerap reaktif. Grafik perubahan atau konsumsi energi listrik
pada percobaan ini adalah dimana pada menit pertama masih 0 Wh dan pada
menit kedua sampai menit kelima adalah bernilai 1 Wh. Sumber kesalahan yang
ada pada percobaan ini adalah adanya rugi-rugi arus yang menyebabkan tidak
akuratnya pengukuran, kondisi alat yang kurang baik, dan juga kesalahan pada
membaca alat ukur digital clampmeter.
KESIMPULAN
Dari tujuan modul 1 tentang pengukuran besaran listrik pada sistem satu fasa
dapat disimpulkan bahwa:
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://rumusrumus.com/pengertian-pengukuran-2/
[2] http://artikel-teknologi.com/pengertian-daya-semu-daya-nyata-dan-daya-
reaktif/
[3] http://belajar-tanpa-henti.blogspot.com/2015/03/faktor-daya-listrik-power-
factor.html
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-
EMPAT KAWAT
Rahmat Kurniawan
TEKNIK ELEKTRO
STT PLN
E-mail: rahmatrakur@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk memahami konsep teori dan metode pengukuran
tegangan, arus, tegangan, daya dan faktor daya pada sistem 3 fasa 4 kawat,
mampu menganalisa hasil pengukuran besaran listrik pada beban linier dan
beban non linier di sistem 3 fasa 4 kawat, dan memahami fenomena
ketidakseimbangan beban dan besaran-besaran listrik pada tiap beban terkait
fenomena tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat
clampmeter pada saat percobaan.
Kata kunci: linier, non linier, pengukuran
1. PENDAHULUAN
percobaan beban seimbang juga dilakukan dua kali percobaan yaitu pada
lampu pijar dan lampu ballast elektronik, cara adalah dengan menggunakan
alat clamp meter, untuk pengukuran dilakukan dengan memasukkan kabel
kedalam capit dari clamp meter tersebut dan untuk mencari nilai tegangan dan
daya dilakukan dengan memasang probe ke terminal beban. Untuk
membandingkan hasil pengukuran secara teori dan praktek adalah dengan
menetukan nilai dari I dan KR nya setelah itu barulah kita bisa melihat
perbandingannya.
2. METODE PRAKTIKUM
Gambar 2
Rangkaian pengukuran besaran listrik fasa tiga beban seimbang.
Gambar 3
Contoh pengkabelan paralel beban L1 dan L2
1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul
yang tertera pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang
digunakan sesuai tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel
pengamatan. Misalkan untuk pengukuran dengan beban lampu pijar
daya 100 watt, siapkan 3 buah bohlam lalu pasang ke 3 fitting lampu
bohlam pada meja tera.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan
dengan masing-masing terminal beban yang sesuai. Untuk kabel netral,
hubungkan terminal beban yang terpakai saja dengan terminal netral
sumber tegangan.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin
diparalelkan, lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang
terparalel dengan fasa sumber tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau
terhubung singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan
pengukuran parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke
mode tegangan lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power
analyzer sesuai dengan parameter yang ingin diukur, kemudian
masukkan kabel yang ingin diukur arusnya ke capit clamp meter. Dan
untuk pengukuran daya, pasang kedua probe pengukur tegangan ke
terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel ke capit clamp
meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban
L1 : 40 W L2 : 40 W L3 : 40 W L1 : 36 W L2 : 36W L3 : 36W
DAYA
BALLAST
LAMPU PIJAR
BESARAN MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK
R S T R S T
ARUS
BALLAST
LAMPU PIJAR
BESARAN MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN
DAYA
ARUS
TEGANGAN
BALLAST
LAMPU PIJAR
BESARAN MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN
Pada percobaan modul 2 yaitu berjudul pengukuran besaran listrik pada sistem
tiga fasa empat kawat yang bertujuan untuk memahami konsep teori dan metode
pengukuran tegangan, arus, daya dan faktor daya pada sistem 3 fasa 4 kawat,
mampu menganalisa hasil pengukuran besaran listrik pada beban linier dan non
linier di sistem 3 fasa 4 kawat dan memahami ketidakseimbangan beban dan
besaran-besaran listrik pada tiap beban terkait fenomena tersebut. Dipercobaan ini
kami melakukaan dua kali percobaan yaitu pada beban seimbang dan pada beban
tak seimbang. Pada percobaan beban seimbang juga dilakukan dua kali percobaan
yaitu pada lampu pijar dan lampu ballast elektronik, cara adalah dengan
menggunakan alat clamp meter, untuk pengukuran dilakukan dengan
memasukkan kabel kedalam capit dari clamp meter tersebut dan untuk mencari
nilai tegangan dan daya dilakukan dengan memasang probe ke terminal beban.
Pada lampu pijar didapat hasil pengkuran daya aktif nya adalah nilai dari R,S,T
nya berbeda-beda begitu juga nilai daya reaktif dan daya semu nya, namun nilai
faktor daya nya hampir sama tiap fasanya. Pada percobaan lampu ballast nilai dari
daya aktif, daya reaktif, daya semu dan faktor dayanya hampir sama tiap fasanya
hanya berselisih sedikit dan tidak terlalu jauh berbeda. Pada percobaan lampu
pijar digunakan tiga buah bola lampu dengan daya masing-masing adalah 40 W,
dan pada percobaan lampu ballast juga digunakan tiga buah lampu dengan
masing-masing dayanya adalah 36 W. Dipercobaan kedua yaitu beban tak
seimbang, pada percobaan ini juga dilakukan dua kali percobaan yaitu pada lampu
pijar dan lampu ballast elektronik, percobaan lampu pijar menggunakan tiga buah
lampu pijar dengan masing-masing daya nya adalah 40 W dan untuk percobaan
lampu ballst juga digunakan tiga buah lampu ballast dengan masing-masing daya
nya adalah 36 W sama dengan percobaan sebelumnya yang membedakan adalah
hasil dari pengukurannya. Pada percobaan kedua ini nilai yang didapat dari tiap-
tiap fasanya berbeda baik yang lampu ballast maupun yang lampu pijar, dan juga
terdapat ada nilai dari daya reaktif nya bernilai negative maupun positif, jika nilai
daya reaktif nya adalah negative berarti dia menyuplai daya pada rangkaian dan
jika dia positif berarti menyerap daya yang ada pada rangkaian. Untuk
membandingkan hasil pengukuran secara teori dan praktek adalah dengan
menetukan nilai dari I dan KR nya setelah itu barulah kita bisa melihat
perbandingannya. Hal yang mempengaruhi adanya arus pada penghantar netral
pada beban adalah karena ketidakseimbangan beban dan juga karena adanya arus
harmonisa sebagai banyaknya penggunaan beban nonlinier. Nilai arus netral pada
setiap beban berbeda ini terjadi karena perbedaan nilai arus pada setiap beban
berbeda satu sama lainnya.
KESIMPULAN
Dari tujuan modul 2 yang berjudul pengukuran besaran listrik pada sistem tiga
fasa empat kawat dapat disimpulkan bahwa:
SARAN
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
http://muchammadsalim.blogspot.com/2012/07/sistem-3-phasa_20.html
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/sistem-3-fasa.html
https://www.researchgate.net/publication/43649428_Pengaruh_Ketidakse
imbangan_Beban_Terhadap_Arus_Netral_dan_Losses_Pada_Trafo_Dist
ribusi
Rahmat Kurniawan
TEKNIK ELEKTRO
STT PLN
E-mail: rahmatrakur@gmail.com
ABSTRACT
This experiment aims to measure the value of total harmonic distortion (THD)
of currents in systems containing harmonic currents by using digital measuring
devices (clampmeters) at linear loads (incandescent lamps) and non-linear
(electronic / magnetic ballasts), knowing the effect of harmonic currents on a
three-phase four-wire power distribution system, and conducts comparison
experiments with linear and non-linear loads. Measurements were made using
a digital measuring instrument namely the clampmeter to see the magnitude of
the harmonic in the circuit.
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur nilai total harmonic distortion (THD)
arus pada sistem yang mengandung arus harmonic dengan menggunakan alat
ukur digital (clampmeter) pada beban yang linier (lampu pijar) dan non linier
(ballast elektronik/magnetic), mengetahui pengaruh arus harmonic pada sistem
distribusi tenaga listrik tiga fasa-empat kawat, dan melakukan perbandingan
percobaan dengan beban yang linier dan non linier. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat ukur digital yaitu clampmeter untuk melihat besarnya
harmonic pada rangkaian.
Kata kunci: pengukuran, harmonic, linier, non linier.
1. PENDAHULUAN
Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik
akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya,
harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan
frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan
frekuensi dasarnya. Penyebab terjadinya gelombang harmonik ini adalah
penggunaan beban-beban non linier pada sistem tenaga yang menimbulkan
distorsi pada bentuk gelombang sinus. Beban non-linier ini dimodelkan
sebagai sumber arus yang menginjeksikan arus harmonisa ke dalam sistem
tenaga. Salah satu dampak yang umum dari gangguan harmonik adalah
panas lebih pada kawat netral dan transformator sebagai akibat timbulnya
harmonik ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan listrik satu phase. Pada
keadaan normal, arus beban setiap phase dari beban linier yang seimbang
pada frekuensi dasarnya akan saling mengurangi sehingga arus netralnya
menjadi nol. Sebaliknya beban tidak linier satu phase akan menimbulkan
harmonik kelipatan tiga ganjil yang disebut triplen harmonic.
2. METODE PRAKTIKUM
LANGKAH PRAKTIKUM
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Buat rangkaian pada gambar 6 untuk mengukur besaran-besaran listrik yang
diperlukan pada pengukuran THD, dengan beban lampu fluorescent (ballast
elektronik/magnetic)
3. Siapkan alat ukur digital Clampmeter.
TABEL MODUL 3
Komponen THD
V RMS I RMS Hz DF
Harmonik (%)
DC 227,4 0,48 0
Fundamental 227,6 0,49 50,1 0,8%
2 0,5 0,49 100,2
3 0,6 0,49 150,3
4 0,0 0,49 200,4
5 1,5 0,49 250,5
6 0,0 0,49 300,6
7 0,0 0,49 350,7
8 0,0 0,49 400,8
9 0,0 0,49 450,9
10 0,0 0,49 501
11 0,0 0,49 551,1
12 0,0 0,49 601,2
0,0 0,49 0,8%
13 651,3
14 0,0 0,49 701,4
15 0,0 0,49 751,5
16 0,0 0,49 801,6
17 0,0 0,49 851,7
18 0,0 0,49 901,8
19 0,0 0,49 951,9
20 0,0 0,49 1002
21 0,0 0,49 1052
22 0,0 0,49 1102
23 0,0 0,49 1152
24 0,0 0,49 1202
25 0,0 0,49 1252
Komponen THD
V RMS I RMS Hz DF
Harmonik (%)
DC 228,1 0,45 0
Fundamental 0,225 0,47 50,6 28,8%
2 0,225 0,47 101,2
3 0,225 0,47 151,8
4 0,225 0,47 202,4
5 0,225 0,47 253
6 0,225 0,47 303,6
7 0,225 0,47 354,2
8 0,225 0,47 404,8
9 0,225 0,47 455,4
10 0,225 0,47 506
11 0,225 0,47 556,6
0,225 0,47
12 607,2 0,6%
13 0,225 0,47 650,8
14 0,225 0,47 708,4
15 0,225 0,47 759
16 0,225 0,47 809,6
17 0,225 0,47 860,2
18 0,225 0,47 910,8
19 0,225 0,47 961,4
20 0,225 0,47 1012
21 0,225 0,47 1062
22 0,225 0,47 1113
23 0,225 0,47 1163
24 0,225 0,47 1214
25 0,225 0,47 1265
ANALISA MODUL 3
KESIMPULAN MODUL 3
Dari tujuan modul tiga yaitu pengukuran harmonisa gelombang tegangan dan arus
pada beban linier dan non linier dapat disimpilkan bahwa:
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://www.elektroindonesia.com/elektro/ener25.html
[2] http://electric-mechanic.blogspot.com/2012/09/umur-kapasitor-harmonik-
dan-detuned.html
[3] https://konversi.wordpress.com/2014/04/13/pengaruh-harmonisa-pada-
sistem-tenaga-listrik/
PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN
Rahmat Kurniawan
TEKNIK ELEKTRO
STT PLN
E-mail: rahmatrakur@gmail.com
ABSTRACT
Earthing is a system used to secure living things and electrical equipment from
lightning currents. The principle of measurement is to use a digital earth
resistance tester on the amount to be measured. The condition of a soil greatly
influences an earth's soil or the more moist a soil is, the better it is to be used as
grounding because the conductive value is greater. Earthing is a system of
grounding itself.
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
Pembumian adalah sistem mengamankan makhluk hidup dan peralatan-
peralatan listrik dari arus petir yang fungsinya mengalirkan arus petir ketanah.
Alat untuk menguji layak atau tidaknya untuk dilakukan pembumian adalah
digital earth resistance tester, disana bisa dilihat berapa besar hambatan dari
kondisi tanah yang diuji. Kondisi tanah sangat menentukan untuk pemasangan
grounding semakin lembab tanah maka semakin bagus untuk pembumian
karena jika semakin basah maka membuat nilai konduktifnya semakin besar.
2. METODE PRAKTIKUM
LANGKAH PRAKTIKUM
1. Persiapan untuk pengukuran
1.1. Cek tegangan batery
Masukkan saklar ke posisi on, jika layar display tidak
menampilkan simbol low battery, maka tegangan battery cukup.
Tetapi jika layar display kosong sama sekali atau simbol
terindikasi, ganti battery atas persetujuan dan pengawasan asisten
praktikum.
1.2. Memasang Test Probe
Masukkan ujung tusuk ( plug ) probe hati-hati ke terminal-
terminal alat. Hubungan yang kendor dapat mengakibatkan hasil
pengukuran yang tidak akurat.
2. Instruksi-instruksi pengoperasian
2.1. Pengukuran ( dengan Test Probe M-7095 )
2.1.1. Tancapkan pasak (spike) pembunian Bantu P dan C ke dalam
tanah yang dalam. Hubungan kabel hijau ke elektroda pembumian
yang dites, kabel kuning ke pasak pembumian bantu P dan kabel
merah ke pasak pembumian bantu C.
Cat :
Beri air jika ditancapkan ke dalam bagian tanah yang kering,
berbatu atau berpasir.
Jika tempat menancapkan pasak serupa, maka baringkan
pasak itu dan basahi dengan air atau ditutup dengan kain
basah
Bahaya :
Harap dipastikan untuk gunakan detektor tegangan untuk mengecek
tanah keadaan sekitar dari power supply komersial
Jangan gunakan alat untuk mengecek tanah keadaan sekitar dari power
supply komersial.
Bahaya akan terjadi karena tegangan mungkin tidak akan ditampilkan
walaupun konduktor berarus saat menghubungkan elektroda pembumian
yang akan diukur telah mati, ataupun saat hubungan dari kabel tes dari
alat tidak benar dsb.
Jangan gunakan alat ukut untuk mengukur tegangan dari power supply
komersial. Saat menggunakan probe tambahan MODEL 7127, terminal P
dan C akan di hubung singkat dan impedansi masukan akan dikurangi.
Sisa arus circuit breaker mungkin beroperasi saat membuat pengukuran
dari tegangan pada rangkaian dengan breaker.
Re = Rx + re
Rx = Re – re
Percobaan 1. Grounding TegakLurus (Arah 1)
Percobaan 2. Grounding TegakLurus (Arah 2)
Percobaan 3. Grounding Miring (Arah 1)
Percobaan 5. Grounding Pararel (Arah 1)
ANALISA MODUL 4
KESIMPULAN
SARAN
1. Jangan terburu-buru dalam praktikum
2. Jika ada alat yang rusak dimohon untuk diperbarui
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://electricdot.wordpress.com/2012/09/19/sistem-pentanahan/
[2] https://inymsukralestiawan.wordpress.com/2013/08/29/elektroda-
pembumian/
[3] http://iqbalsenoelectro.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-
in-x-none-x.html
PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR
Rahmat Kurniawan
TEKNIK ELEKTRO
STT PLN
E-mail: rahmatrakur@gmail.com
ABSTRACT
Kelvin double bridge adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai
tahanan pada suatu bahan yang hambatannya sangat kecil. sebuah alat ukur
yang ditemukan oleh William Thomson kecuali kehadiran dari resistor
tambahan. resistor nilai rendah tambahan ini dan pengaturan internal dari
jembatan adalah pengubahan untuk secara substansial mengurangi kesalahan
pengukuran yang diakibatkan oleh turunnya voltase pada arus tinggi (hambatan
rendah) pada lengan jembatan. Bahan yang diukur adalah besi dan tembaga
pada percobaan ini.
1. PENDAHULUAN
Kelvin double bridge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
resistor listrik yang tidak diketahui di bawah 1 ohm . Ini dirancang khusus
untuk mengukur resistor yang dibangun sebagai empat resistor terminal.
Percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai dari tahanan pada konduktor
yaitu besi dan tembaga dengan menggunakan alat pengukuran nilai tahanan
suatu bahan penghantar (kelvin double bridge). Hukum yang terkait pada
percobaan ini adalah hukum ohm yang berbunyi jika suatu hambatan diberi
tegangan maka akan timbul arus pada suatu rangkaian tertutup. Bahan yang
digunakan pada percobaan adalah besi dan tembaga yang mana bisa
menghantarkan arus listrik namun mempunyai tahan yang berbeda dan itulah
yang akan diukur pada percobaan ini.
2. METODE PRAKTIKUM
LANGKAH PRAKTIKUM
DATA PENGAMATAN
Percobaan 1
Konduktor Besi (Besar)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 15,41
2 15,4
3 15,25 15,226 11,952
4 15,04
5 15,03
No l (mm) Rx (Ω) ρ
1 1000 1,1.10-3 1,31472.10-8
2 1200 1,35.10-3 1,3446.10-8
3 1400 1,55.10-3 1,3233.10-8
Percobaan 2
Konduktor Tembaga 1 (Sedang)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 3,29
2 3,49
3 3,35 3,368 2,644
4 3,4
5 3,31
No l (mm) Rx (Ω) ρ
1 1000 1,52.10-3 0,402.10-8
2 1200 2,05.10-3 0,4517.10-8
3 1400 2,4.10-3 0,4532.10-8
Percobaan 3
Konduktor Tembaga 2 (Kecil)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1 2,11
2 2,3
3 2,06 2,127 1,6697
4 2,09
5 2,075
No l (mm) Rx (Ω) Ρ
1 1000 2,85.10-3 0,476.10-8
2 1200 3,45.10-3 0,48.10-8
3 1400 3,90.10-3 0,465.10-8
ANALISA MODUL 5
KESIMPULAN
Dari tujuan modul pengukuran tahanan penghantar (kelvin double bridge) dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kelvin double bridge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
resistor listrik yang tidak diketahui di bawah 1 ohm.
2. Ada banyak cara mengukur tahanan pada konduktor salah satunya
menggunakan kelvin double bridge yang untuk mengukur tahana yang
sangat kecil.
3. Nilai tahanan suatu bahan bisa diukur menggunakan beberapa alat seperti
ohmmeter, multimeter dan juga kelvin double bridge.
SARAN
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://indonesian.alibaba.com/product-detail/kelvin-double-bridge-
108241782.html
[2] http://electricsourcestation.blogspot.com/2009/06/pengukuran-tahanan.html
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Kelvin