Anda di halaman 1dari 1

Paulo Coelho

(Seri I: Petualangan yang tidak Pernah Diharapkan Terjadi dalam Hidup)

Coelho tidak pernah berharap ia akan terpaut dengan pengalaman-pengalaman yang tidak
pernah diharapkan terjadi dalam hidup atau dikenal dengan istilah pengalaman anomali. Baginya, ia
begitu terbuka terhadap kemungkinan diserang aneka situasi kejam dan menyakitkan, kendati kelak ia
memandangnya kembali sebagai suatu pelajaran yang berharga. Misalkan, tatkala ia dimasukan oleh
orang tuanya ke rumah sakit jiwa sebanyak tiga kali, sebetulnya berawal dari sikap pemberontakannya
yang non-konformis terhadap orang tua. Ia anak muda yang senantiasa memberontak, anak zaman
1986 sejati, zaman penuh keterbukaan dan kegilaan, senantiasa mencari sesuatu yang bakal mengisinya
dari dalam, tidak pernah membolehkan dirinya didominasi oleh aturan-aturan dan masyarakat yang
baku.
Hal lain yang memberatkan tuduhan ayahnya atas Coelho yang gila adalah ia tidak tertarik
dengan agama yang kaku dan konservatif seperti yang diajarkan imam-imam Jesuit kala itu. Alasan
tersebut membuat Coelho dengan mudah meninggalkan sekolah, lantas bergabung dalam gerakan-
gerakan mahasiswa yang paling maju yang disebut ‘Kafir”. Mulai saat itu ia mengenal tulisan-tulisan
Marx, Engels dan Hegel yang sangat sekular.
Tuduhan mereka terhadap Coelho membuat ia cukup kesal. Dalam laporan medis ia didiagnosa
sakit jiwa karena Coelho adalah seorang pemarah, mengganggu orang-orang secara politis, di sekolah
makin anjlok, ibunya mengira ada persoalan seks, radikal dan ekstrem. Padahal menurutnya, ia masih
waras bahkan dengan penuh kesadaran ia menulis puisi di tempat karantina itu. Ia diisolir dan tentu saja
keluarganya enggan menerimanya kembali, buktinya Coelho masuk keluar sebanyak tiga kali karena
alasan yang kurang lebih sama. Peristiwa malang tersebut tepatnya terjadi ketika Coelho beranjak
remaja, saat di mana ia jatuh cinta dengan dunia sastra. Kata mereka, “Paulo sudah gila, sekarang ia
ingin berteater.”
Pengalaman kelam ini akhirnya usai setelah ia menjumpai psikiater bernama Fajardo. Pria
hidung pesek dan aneh menurut Coelho. Fajardo membuka babak baru bagi Coelho setelah ia bertindak
cukup edan: menghancurkan seisi kamar lantaran depresi yang berkepanjangan. Sangkanya, mereka
akan langsung membawanya ke rumah sakit jiwa, tetapi ia terkejut mendengar Fajardo berkata lembut:
“Sesudah merobek semuanya sampai berkeping-berkeping kau bisa memulai hidup baru…kau hancurkan
masa lalu yang negatif untuk memulai masa depan yang positif.”

Anda mungkin juga menyukai