FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2022
SASARAN BELAJAR
1. Coass harus memiliki pendapat dalam perspektif sebagai koas terhadap setiap
tokoh yang ada di scenario
2. Coass harus bisa menyatakan ada nya pelanggaran atau tidak dalam skenario
tersebut
3. Coass harus mengetahui aturan / regulasi apa yang dilanggar, kategori
pelanggaran (ringan / sedang / berat) dan sanksi
4. Coass harus mampu menghubungkan pelanggaran tersebut dengan 20 etika
dokter muslim
5. Coass harus mampu menjelaskan bagaimana jalan keluar masalah
6. Coass harus mampu menjelaskan cara pencegahan terhadap masalah
7. Coass harus mampu alur / rujukan terhdapa penyelesaian masalah
Skenario 1
Grace merasa senang karena seluruh stase yang dianggap berat sudah dilaluinya
dengan baik, kini dia hanya perlu mengikuti stase kecil yang menurut informasi
yang beredar memiliki pengawasan yang longgar. Grace merasa beruntung
dengan pandemi karena seluruh coass menggunakan masker penuh selama stase
sehingga dia yakin bahwa dokter / konsulen yang bertugas tidak akan
memperhatikan wajah-wajah coassnya. Satu hari yang lalu Grace mendapat kabar
bahwa ibunda sakit dan dirawat, Grace memutuskan untuk pulang menemui
ibunya di Pontianak. Baginya pulang 2 hari dan tidak mengikuti coass tidak
masalah, apalagi sahabatnya yang sedang libur stase mau menggantikan posisi
Grace selama koass. Hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi saat stase ini.
I. Perspektif Tokoh
Dalam skenario ini, Grace menggunakan joki untuk menggantikannya selama
Grace menjenguk ibunya dan teman Grace setuju untuk melakukannya.
II. Pelanggaran
Grace melanggar tata tertib kepaniteraan klinik yang berbunyi “Peserta didik
yang dengan sengaja menggantikan atau digantikan kedudukannya atau
melakukan tugas/kegiatan peserta didik lain atas kehendak sendiri atau
permintaan peserta didik lain tanpa izin”.
Grace melanggar KODEKI Pasal 9 yang berbunyi “seorang dokter wajib
bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan teman sejawatnya dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien
diketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan”
Perjokian merupakan pelanggaran berat menurut peraturan akademik
Universitas YARSI yang berbunyi “Mahasiswa yang dengan sengaja
menggantikan atau digantikan kedudukannya atau melakukan tugas/kegiatan
peserta didik lain atas kehendak sendiri atau permintaan peserta didik lain
tanpa izin dosen pembimbing”.
Teman Grace juga melanggar karena setuju menggantikannya tanpa izin dan
juga terkena pelanggaran berat. Hal ini juga merupakan pelanggaran pasal
378 KUHP yang berbunyi “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
III. Sanksi
A. Karena kejadia ini terjadi antara sesama mahasiswa Universitas Yarsi. Maka
sanki yang akan diberikan adalah sanksi terhadapat pelanggaran berat
akademik yaitu berupa:
Dicabut hak atau ijin mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik untuk
sementara waktu oleh pimpinan fakultas selama 1 semester apabila
melakukan pelanggaran akademik berat sebanyak satu kali.
Dicabut hak atau ijin mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik untuk
sementara waktu oleh pimpinan fakultas selama 2 semester apabila
melakukan pelanggaran akademik berat untuk yang kedua kalinya.
B. Sedangkan apabila kejadian ini terjadi antara mahasiswa Universitas Yarsi
dengan orang dari luar Universitas Yarsi akan dihukum pidana penjara paling
lama 4 tahun
V. Solusi
Grace seharusnya bertanya mengenai apa yang perlu dilakukan dan bersikap
jujur dan meminta izin untuk pergi menjenguk ibunya.
Apabila tidak diizinkan pulang Grace harus tetap profesional dalam
menjalankan tugasnya dan mengabari ibunya bahwa ia tidak dapat pulang
untuk menjenguk.
Grace dan temannya seharusnya tidak menyepelekan tanggung jawabnya
hanya karena peserta koas sudah biasa menjadi dan menggunakan joki.
Kebiasaan tersebut harus ditinggalkan dan diubah.
VI. Pencegahan
Untuk mencegah perjokian seharusnya setiap peserta koas menggunakan
kartu identitas dengan nama dan foto.
Setiap koas harus mengetahui aturan-aturan dan kebijakan yang berlaku agar
tidak terjadi pelanggaran.
Dosen harus melakukan cross check untuk memastikan secara objektif akan
penyakit ibu Grace.
Penerapan sanksi yang tegas sesuai aturan.
Komunikasi antara kordik dengan ketua stase lebih diintensifkan.
I. Perspektif Tokoh
Dalam skenario ini, Thomas kesulitan menemui konsulennya yang sangat sibuk
sehingga Thomas memalsukan tanda tangannya agar bisa melanjutkan stase di
Jakarta.
II. Pelanggaran
Thomas melakukan pelanggaran berupa pemalsuan tanda tangan. Hal ini
melanggar KUHP pasal 263 ayat 1 yang berbunyi “Barangsiapa membuat
surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menerbitkan sesuatu hak, suatu
perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh
dipergunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan, dengan maksud akan
menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-
olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat
mendatangkan suatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan
hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun”. Selain itu, pemalsuan tanda
tangan merupakan pelanggaran berat menurut peraturan kepaniteraan klinik,
fakultas, dan universitas.
Pemalsuan tanda tangan merupakan pelanggaran berat menurut peraturan
akademik Universitas YARSI yang berbunyi “ Mahasiswa yang dengan
sengaja atau tidak, mengganti atau mengubah atau memalsukan nama, tanda
tangan, nilai atau transkrip nilai akademik, ijasah, kartu tanda mahasiswa,
absen, tugas - tugas, praktikum, keterangan atau laporan, catatan medis pasien
tapa ijin dari dosen pembimbing dalam kegiatan akademik di kepaniteraan
klinik “.
III. Sanksi
Sanksi menurut peraturan universitas adalah dicabut hak atau izin untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik untuk sementara waktu oleh pimpinan
fakultas selama 1 semester apabila melakukan pelanggaran akademik berat
sebanyak 1 kali.
Pemalsuan tanda tangan termasuk pelanggaran berat menurut peraturan
fakultas dan kepaniteraan dengan sanksi peringatan keras secara lisan dan
tertulis oleh kepala KSM/Komkordik/Bakordik, diberhentikan dari kegiatan
dan dinyatakan tidak lulus dari kepaniteraan klinik yang sedang berlangsung,
dan bila melakukan pelanggaran berat sebanyak 2 kali, peserta didik akan di
skorsing selama 1 semester (6 bulan) melalui keputusan dekan FK YARSI.
V. Solusi
Mencoba menghubungi konsulen lagi agar bisa bertemu dan meminta tanda
tangan.
Menghubungi kordik untuk mencari solusi.
Pihak kampus memberikan keringanan agar peserta koas dapat mengurus
tanda tangan tersebut sambil melanjutkan stase berikutnya.
VI. Pencegahan
Pencegahan yang bisa diterapkan adalah penerapan sanksi pemalsuan tanda
tangan lebih ditegaskan agar peserta koas tidak tergiur melakukan pelanggaran.
I. Perspektif Tokoh
Veronica merasa jengkel dengan tingkah laku pasien yang genit walaupun
Veronica sudah bersikap ramah. Karena enggan bertemu dengan pasien tersebut,
Veronica memalsukan catatan medis pasien dengan menuliskan hasil pemeriksaan
yang sama dengan kemarin tanpa memeriksa pasien secara langsung.
II. Pelanggaran
Veronica dalam skenario ini bersikap tidak profesional yang melanggar
KODEKI pasal 2 yaitu “Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan
keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
profesional dalam ukuran yang tertinggi” dan KODEKI pasal yaitu 3 “dalam
melakukan pekerjaannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu
yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi”.
Veronica juga menolak memeriksa pasien karena jengkel terhadap pasien
tersebut yang merupakan pelanggaran KODEKI pasal 8 yang berbunyi
“seorang dokter wajib dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa
kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia”.
Pemalsuan catatan medis pasien merupakan pelanggaran berat menurut
peraturan akademik Universitas YARSI yang berbunyi “ Mahasiswa yang
dengan sengaja atau tidak, mengganti atau mengubah atau memalsukan nama,
tanda tangan, nilai atau transkrip nilai akademik, ijasah, kartu tanda
mahasiswa, absen, tugas - tugas, praktikum, keterangan atau laporan, catatan
medis pasien tapa ijin dari dosen pembimbing dalam kegiatan akademik di
kepaniteraan klinik “.
Veronica juga melanggar Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 267 KUHP,
yaitu “Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan
palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam
dengan pidana penjara paling lama 4 tahun”. yang dilakukan Veronica adalah
pemalsuan catatan medis pasien yang merupakan pelanggaran berat peraturan
akademik dengan sanksi peringatan keras secara lisan dan tertulis oleh kepala
KSM/Komkordik/Bakordik, diberhentikan dari kegiatan dan dinyatakan tidak
lulus dari kepaniteraan klinik yang sedang berlangsung, dan bila melakukan
pelanggaran berat sebanyak 2 kali, peserta didik akan di skorsing selama 1
semester (6 bulan) melalui keputusan dekan FK Yarsi.
Namun dalam skenario ini, Veronica bisa jadi melakukan pelanggaran karena
merasa terancam oleh pasien. Menurut UU TPKS pasal 4 ayat 1 pasien
melakukan pelecehan seksual secara fisik atau nonfisik.
III. Sanksi
Sanksi yang akan diberikan adalah
Mendapatkan teguran keras karena mempermainkan laporan medis.
Dicabut hak atau ijin mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik untuk sementara
waktu oleh pimpinan fakultas selama 1 semester apabila melakukan
pelanggaran akademik berat sebanyak satu kali.
Dicabut hak atau ijin mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik untuk sementara
waktu oleh pimpinan fakultas selama 2 semester apabila melakukan
pelanggaran akademik berat untuk yang kedua kalinya.
V. Solusi
Veronica seharusnya tetap bersikap profesional, memeriksa pasien, dan tidak
memalsukan catatan medis.
Menaati kriteria dokter muslim yang mengedepankan kejujuran dan memiliki
rasa tanggung jawab.
Veronica bersikap tegas kepada pasien agar tidak melakukan perilaku yang
membuatnya tidak nyaman.
Setiap tindakan pasien yang membuat tidak nyaman harus dilaporkan.
VI. Pencegahan
Peserta koas sebaiknya didampingi oleh perawat atau kerabat pasien saat
memeriksa pasien yang berlainan jenis.
Pihak rumah sakit memberi intervensi dengan melindungi peserta koas dan
mengedukasi mengenai etika pasien.
Perlu dipastikan perilaku apa yang dilakukan sampai dianggap genit.
Memastikan apakah ada koas lain yang menerima perlakuan yang sama.
Melaporkan kepada POSAPA Universitas YARSI jika menerima perlakuan
yang membuat tidak nyaman.
Memberi masukan kepada komkordik bahwa koas mendapat perlakuan yang
membuat tidak nyaman.