Anda di halaman 1dari 51

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Ekokritik dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Novel Kekal mengandung banyak kritik ekologi yang disampaikan
secara tersurat dan tersirat. Penulis secara gamblang menyoroti berbagai
bentuk perusakan lingkungan di beberapa daerah melalui karyanya. Hal
tersebut juga didukung hasil wawancara yang dilaksanakan, Warsno selaku
guru Bahasa Indonesia kelas XII yang menyatakan, ―Saya rasa novel ini
sangat bagus untuk dijadikan bahan bacaan. Biasanya kan novel remaja
banyak yang bertema cinta atau perjuangan, tetapi novel ini berbeda,
temanya lebih ke kritik ekologi. Saya rasa ini juga relevan dengan kondisi
lingkungan kita saat ini, jadi pembaca bisa sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan,‖. Peserta didik pun merasakan adanya hubungan yang nyata
antara novel Kekal dengan lingkungan. Hal ini terlihat dari pertanyaan tentang
adakah kritik ekologi pada novel Kekal, Tegar Taryan M. Selaku siswa kelas
XII menjawab, ―Ada, yang saya ingat itu tentang Perusahaan P yang merusak
Cagar Alam Kamojang,‖.
Ekokritik dalam novel Kekal karya Jalu Kancana tergolong dalam
bentuk ekokritik sastra antropogenik. Sebagaimana disebutkan Endraswara
(2016: 45) ekokritik sastra antropogenik adalah karya sastra yang terfokus
pada karya yang menggambarkan kerusakan, kepunahan, kehancuran
lingkungan akibat ulah manusia. Bukan rahasia lagi, dewasa ini kemajuan
tehnologi dan modernisasi yang merambah seluruh aspek kehidupan memberi
dampak bagi pola hidup dan pola pikir manusia. Manusia yang diberkati oleh
daya nafsu sering melakukan tindakan yang merusak lingkungan demi
mendapat keuntungan pribadi maupun kelompok. Tindakan destruktif inilah
yang banyak menjadi sorotan ekokritik dalam novel Kekal. Secara garis besar,
peneliti menemukan lima bentuk ekokritik dalam novel Kekal karya Jalu
Kancana.
27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

a. Penjamahan Cagar Alam


Daerah pertama dan utama yang disoroti penulis dari sudut
pandang ekokritik adalah wilayah cagar alam. Penulis, dalam novel Kekal
menekankan tentang keawaman dan minimnya pengetahuan masyarakat
tentang cara berhubungan dengan cagar alam.
Cagar Alam Kamojang dalam novel Kekal merupakan latar yang
didasarkan pada dunia nyata. Hal ini mendasari keterkaitan keadaan
ekologi Cagar Alam Kamojang di dunia nyata dengan kritik ekologi yang
disampaikan dalam novel Kekal ini. Cagar alam merupakan wilayah yang
seharusnya tidak dimasuki oleh manusia. Tempat ini diperuntukkan hanya
untuk flora dan fauna tanpa adanya gangguan atau campur tangan dari
manusia. Hal ini secara jelas telah dikemukakan dalam UU No. 5 Tahun
1990 pasal 21 ayat (1) dan (2) yang bunyinya adalah sebagai berikut:
(1) Setiap orang dilarang untuk :
a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan
yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup atau mati;
b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-
bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat
di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
(2) Setiap orang dilarang untuk :
a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup;
b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan
mati;
c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;
d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh,
atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-
barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat
lain di dalam atau di luar Indonesia;
e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan,
menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang
dillindungi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Melalui novel Kekal penulis menggambarkan bahwa pengetahuan


tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama cagar alam tidak
disadari oleh masyarakat luas. Banyak kegiatan penjamahan terhadap
Cagar Alam Kamojang yang disoroti oleh penulis. Pertama, penulis
menyoroti kegiatan para pengendara motor trail dan pendaki yang
melakukan aktivitas di kawasan Cagar Alam Kamojang.
1) Pengendara Motor Trail dan Pendaki Memasuki Wilayah Cagar Alam
Kamojang
Alit dan teman-temannya yang tergabung di dalam kegiatan
Save Ciharus mendapati fakta bahwa banyak pengendara motor trail
yang memasuki kawasan Cagar Alam Kamojang. Peneliti menemukan
empat data yang menunjukkan adanya kegiatan pengendara motor trail
di kawasan Cagar Alam Kamojang.
a) Rupanya di sana terdapat empat pengendara motor trail yang baru
saja selesai mengaso (Kancana, 2019: 6).
b) ―Sebelumnya, kami di sini mau memohon bantuan dan kerja
samanya untuk mengabari rekan-rekan pengendara motor trail
lainnya, supaya tidak lagi berkegiatan di kawasan ini. Saya mohon,
Kang.‖ (Kancana, 2019: 7).
c) Ah! Bising yang tak seharusnya ada di tempat seelok ini (Kancana,
2019: 7).
d) SK25 itu, Perusahaan P bersengsek itu, kelompok motor trail itu,
sosialisasi itu, Ciharus, nyawaku sendiri, hingga bahkan sosok
Renata bersama masa depan kami yang bernama Kelana itu,
semuanya akan kupikul sepanjang perjalanan nanti (Kancana,
2019: 59).
Dari keempat data di atas, dapat dilihat ada beberapa tokoh
dalam novel, yakni beberapa pengendara motor trail yang sedang
beristirahat di kawasan Cagar Alam Kamojang. Secara tersirat, penulis
ingin menyampaikan dampak aktivitas balapan motor trail yang
mengakibatkan rusaknya struktur tanah. Hal ini menyebabkan tanah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

yang menjadi jalur balapan menjadi tandus dan tidak ditumbuhi


tumbuhan atau pepohonan. Suara bising dari mesin dan knalpot motor
trail juga membuat hewan-hewan yang ada di Cagar Alam Kamojang
menjadi terganggu. Suara bising ini dapat mengakibatkan stres
terhadap hewan-hewan tertentu. Selain itu kegiatan fauna untuk
mencari makan, minum, dan berburu akan terganggu karena aktivitas
manusia.
2) Perluasan Pertambangan Panas Bumi oleh Perusahaan P hingga
Memasuki Cagar Alam Kamojang
a) ―Kita semua tahu ada pertambangan panas bumi di luar kawasan
Cagar Alam Kamojang itu. Tapi ternyata, dalam kawasan cagar
alamnya pun punya potensi yang lebih besar. Terlebih di sekitar
Danau Ciharus,‖ jelas Pepep. (Kancana, 2019: 16).
b) ―Direktur utama Perusahaan P sama timnya itu, enggak sengaja
terekam waktu mereka survei buat lokasi pembukaan lahan
pertambangan di Ciharus!‖ (Kancana, 2019: 55).
c) ―Ciharus, Ki, Ciharus. Semakin lama aku buang-buang waktu di
sini, semakin cepat perkembangan si mafia tengik dari Perusahaan
P itu merusak Ciharus. Ada proyek pembukaan lahan baru untuk
pertambangan panas bumi yang dilegalkan SK25 di sana.‖
(Kancana, 2019: 119).
d) Perusaaan P itu berdiri sejak tahun 1928, bersamaan dengan era
awal penelitian panas bumi di sana, maka wajar saja jika para
penggiat Save Ciharus mengalami babak belur seperti itu (Kancana,
2019: 154).
Salah satu tokoh antagonis di dalam novel Kekal adalah
Perusahaan P yang digambarkan ingin memperluas wilayah tambang
panas bumi hingga memasuki wilayah Cagar Alam Kamojang. Hal ini
tentu merupakan pelanggaran hukum, sebab pada UU No 5 Tahun
1990 Pasal 19 ayat (1) yang disebutkan ―setiap orang dilarang
melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

keutuhan kawasan suaka alam‖. Pembukaan lahan baru untuk


pertambangan panas bumi ini akan mengakibatkan perubahan yang
besar terhadap kekayaan alam hayati di Cagar Alam Kamojang.
Pengeboran untuk mengakses panas bumi akan merusak struktur tanah
dan batuan. Pembangunan pertambangan juga akan merusak struktur
hutan alami. Perusahaan juga pasti akan melakukan penebangan pohon
yang berdampak pada berkurangnya sumber makanan bagi hewan
herbivora. Selain itu, dalam pengoperasian pertambangan tersebut
maka manusia akan keluar masuk kawasan Cagar Alam Kamojang
setiap hari. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan terhadap
hewan-hewan di sekitar pertambangan dan juga memungkinkan
adanya stress pada fauna di sekitar. Dampaknya, aktivitas perburuan
oleh hewan herbivora akan terganggu, bahkan hewan-hewan tertentu,
seperti Owa Jawa tidak dapat kawin karena terganggu oleh aktivitas
manusia dan pertambangan.
Melalui konflik ini penulis berusaha memberikan kritik
terhadap perusahaan pertambangan, khususnya di Indonesia yang
bersikap semena-mena terhadap flora dan fauna. Konflik ini
menunjukkan dengan jelas betapa kebutuhan manusia akan materi,
terutama uang selalu diletakkan pada kepentingan paling atas.
Keserakahan manusia terhadap uang membuatnya lupa akan
pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menaati peraturan.
3) Pembiaran BBKSDA terhadap Aktivitas Manusia di Cagar Alam
Kamojang
a) Perlu kututurkan segala perihal Save Ciharus yang kuperjuangkan
bersama Pepep dan kawan-kawan yang lain. Bagaimana kami
selama sepuluh hari melakukan kampanye di dalam cagar alam.
Menyebarkan selembaran kepada siapa saja yang masuk ke sana
karena badan pemerintah yang bernama BBKSDA itu melakukan
pembiaran (Kancana, 2019: 24).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

b) ―Bukannya ini fatal?! BBKSDA sudah membiarkan pelanggaran


UU No. 5 Tahun 1990 kalau begitu.‖ (Kancana, 2019: 55).
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam adalah badan yang
bertugas melakukakan konservasi SDA yang ada. Mengkonservasi
pada dasarnya menjaga, namun pada kenyataannya lembaga
pemerintah tersebut malah melakukan pembiaran terhadap aktivitas
manusia di dalam kawasan Cagar Alam Kamojang yang berdampak
pada kerusakan kekayaan alam hayati yang ada. Melalui masalah yang
dikisahkan ini, penulis ingin mengkritik masalah kelalaian lembaga
pemerintah dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam
mengkonservasi sumber daya alam. Dampak kelalaian ini sangat besar,
masyarakat dan oknum-oknum tertentu akan tambah tidak peduli
terhadap kelestarian sumber daya alam. Mereka akan semakin leluasa
dalam menjamah cagar alam karena BBKSDA tidak memberikan
peringatan atau sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan.
4) Media Tidak Peduli Akan Kerusakan Ciharus
Selain BBKSDA, media cetak sebagai media penyebaran
informasi kepada masyarakat luas juga tidak peduli terhadap
pentingnya konservasi Cagar Alam Kamojang. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan penulis yang berbunyi ―Lihat koran-koran itu. Sudah
berapa kali kita minta bantu sama mereka. Hasilnya? Mereka enggak
peduli sama Ciharus. Mereka malah turun ke jalan demonstrasi
memperjuangkan hutan Kota Bandung bekas bangunan Palaguna itu.
Mereka peduli sama tata kota, bukan tata hutan! Mereka enggak peduli
sama Ciharus. Sama sekali enggak!‖ (Kancana, 2019: 45). Dari
kutipan tersebut jelas, media cetak lokal sama sekali tidak tertarik
untuk mengangkat masalah konservasi cagar alam.
Pada bagian ini, penulis menunjukkan fakta dunia media massa
yang lebih banyak memberitakan hal-hal yang dapat menarik perhatian
masyarakat luas. Penulis menyoroti betapa isu mengenai konservasi
cagar alam tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari media massa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Hal ini pun diperkuat dengan berbagai media massa yang banyak
memberitakan dan menginformasikan hal-hal fenomenal namun
mengesampingkan hal-hal yang fundamental.
5) Penurunan Status Kawasan Bukit Barisan untuk Kepentingan
Pertambangan
Penelitian itu direncanakan Pak Siam jauh-jauh hari setelah
pemerintah menurunkan status kawasan Bukit Barisan untuk dijadikan
lahan garapan pertambangan. Saat itu, Pak Siam benar-benar marah
dan sakit hati terhadap penurunan status itu (Kancana, 2019: 145).
Kutipan tersebut menunjukkan tokoh Pak Siam kecewa atas penurunan
status kawasan Bukit Barisan. Kritik ekologi yang disoroti penulis dari
kutipan ini adalah adanya kecurangan terhadap alam oleh oknum-
oknum tertentu untuk kepentingan pribadi. Pasalnya banyak kegiatan
industri, pertambangan, atau kegiatan-kegiatan penggerak ekonomi
yang mengesampingkan kelestarian alam. Penurunan status kawasan
ini tentu berdampak pada kegiatan konservasi sumber daya alam hayati.
Kawasan yang seharusnya tidak diakses dan dijamah manusia malah
dijadikan sebagai taman wisata, yang artinya manusia dapat dengan
mudah mengakses Kawasan Bukit Barisan. Terlebih lagi aktivitas
pertambangan juga akan memberi berbagai dampak buruk terhadap
ekologi Kawasan Bukit Barisan.
6) Kolusi untuk Merusak Cagar Alam demi Kepentingan Ekonomi
Menurut KBBI (1988: 527) kolusi adalah persekongkolan
rahasia untuk maksud atau tujuan tidak terpuji. Dalam novel Kekal,
penulis berusaha menyampaikan kritik terhadap kolusi untuk
menggagalkan kegiatan konservasi kekayaan alam hayati.
a) Penerbitan SK25 Tanpa Penyebarluasan Kepada Masyarakat
(1) Surat tersebut menjelaskan bahwa kawasan Cagar Alam
Kamojang dan Papandayan diturunkan fungsinya menjadi
taman wisata alam. Dan telah diresmikan semenjak satu tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

yang lalu tanpa pemberitahuan kepada siapa pun, termasuk


kepada para pegiat alam bebas (Kancana, 2019: 56).
(2) Maka dengan caranya yang licik, mereka mempermainkan
hukum dan kaum akademisi supaya memiliki akses guna
mengekploitasi cagar alam. Dengan SK25 itu, mereka akan
kebal oleh apa pun. Semudah itu hukum dipermainkan!
(Kancana, 2019: 61).
(3) Kini perusahaan tua itu merambah Lubuk Kilangan atas
bantuan izin dari pemerintah melalui penurunan kawasan.
Persis seperti kasus SK25 ini, di mana aku dan kawan-kawan di
Bandung mesti melawan perusahaan pertambangan di Ciharus.
(Kancana, 2019: 154)
Berdasarkan penggambaran yang disampaikan oleh penulis,
SK25/MENLHK/SETJEN/PLA2/1/2015 adalah SK yang
diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
SK tersebut menjelaskan bahwa kawasan Cagar Alam Kamojang
dan Papandayan diturunkan fungsinya menjadi taman wisata alam.
Selain itu, penulis juga menggambarkan bahwa SK tersebut
merupakan pesanan Perusahaan P agar dapat melakukan
penambangan panas bumi yang terdapat di dekat Danau Ciharus.
Melalui masalah ini, penulis memberikan kritik terhadap
pemerintah yang bersekongkol dengan perusahaan tertentu untuk
mengeruk kekayaan alam hayati yang seharusnya dijaga. Meskipun
tidak dijelaskan keuntungan atau imbalan apa yang diperoleh oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, namun jelas
adanya persengkongkolan atau kolusi dalam kegiatan ini. Terlebih
lagi, penulis menekankan SK25 tersebut diterbitkan tanpa adanya
penyebarluasan terhadap khalayak ramai. Hal ini menandakan ada
hal yang ingin disembunyikan, karena sudah pasti jika penerbitan
SK25 ini diketahui oleh para pegiat alam, akan ada penentangan
dan penuntutan untuk mencabut SK tersebut, sebab jelas SK25 ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

merugikan keberlangsungan kelestarian sumber daya alam hayati


di kawasan Cagar Alam Kamojang dan Papandayan.
b) Rekayasa Hasil Penelitian Oleh Oknum-Oknum Tertentu
(1) ―Lantas, riset mereka enggak masuk akal.‖ (Kancana, 2019:
57)
(2) ―Di laporan penelitian mereka, dijelaskan seolah-olah mereka
pergi ke lapangan dan mengumpulkan data-data paling
mutakhir. Tapi mereka menggunakan data-data usang. Dan
mereka hanya melakukan penelitian itu dalam waktu lima hari,
dengan cagar alam yang sebegitu luasnya, ....‖ (Kancana, 2019:
57)
(3) ―Hasilnya, tentu saja, denggak sedikit pun ada keberpihakan
mereka terhadap flora dan fauna. Mereka berpihak pada
ekonomi negara, bukan pada ekologi yang jadi kebutuhan
paling mendasar buat kita.‖ (Kancana, 2019: 57)
Bukan hanya penerbitan SK25 yang dilakukan secara diam-
diam, teryata SK tersebut diterbitkan atas dasar hasil riset yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penulis
menggambarkan tokoh antagonis Perusahaan P melakukan kolusi
dengan oknum-oknum dari lembaga riset dan sebuah universitas
ternama. Kolusi ini menghasilkan data riset yang menguntungkan
perusahaan P agar dilakukan penurunan status kawasan terhadap
Cagar Alam Kamojang dan Papandayan. Riset atau penelitian
dilakukan hanya selama lima hari dan data yang dihasilkan tidak
benar-benar memberikan gambaran terhadap kekayaan alam hayati
yang ada di Cagar Alam Kamojang dan Papandayan. Dari hasil
riset yang direkayasa ini, Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan memutuskan untuk menurunkan status kawasan kedua
cagar alam tersebut. Dengan demikian, rencana Perusahaan P
untuk melakukan perluasan wilayah pertambangan panas bumi ke
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

kawasan Danau Ciharus tidak akan melanggar hukum dan dapat


terlaksana tanpa adanya protes dari para pegiat alam.
c) Oknum Kepolisian Membantu Perusahaan C untuk Mengeruk
Kekayaan Alam di Sumatera
Bahkan menurut Triyogo, terdapat oknum-oknum dari
pihak kepolisian dan pemerintah yang terlibat. Tak heran kiranya
jika ponsel-ponsel yang mereka gunakan rentan disadap, dan
gerak-gerik mereka pun dapat terpantai, sehingga teror serta
ancaman sering berdatangan menghantui (Kancana, 2019: 187).
Melalui kutipan tersebut, penulis hendak menyampaikan kritik
kepada kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
oknum-oknum polisi. Kongkalikong antara Perusahaan C dengan
oknum-oknum tersebut bertujuan untuk menggagalkan usaha
konservasi yang dilakukan oleh para pegiat alam dalam novel
Kekal. Oknum-oknum tersebut bahkan melakukan pelanggaran
privasi dengan melakukan penyelidikan latar belakang para pegiat
alam bahkan melakukan penyadapan terhadap telepon genggam
yang digunakan.
b. Perusakan Hutan dan Pembukaan Lahan
1) Penebangan Hutan untuk Pembukaan Pertambangan Mineral
Menurut Bapak, dulu, Kakek menyaksikan betul bagaimana
tanah negeri ini dikeruk ketika dirinya bertugas sebagai anggota militer
di pedalaman rimba pada tahun 1967. Banyak investor asing yang turut
campur tangan dalam pengerukan mineral di sana. Belantara yang
lebat; tabungan oksigen umat manusia, diratakan demi perusahaan
pertambangan asing. Seluas 10.000 Ha pohon-pohon ditumbangkan,
dan tempat tinggal hewan-hewan digusur seolah mereka menjadi
pengganggu roda ekonomi negara. Mengerikan! (Kancana, 2019: 33-
34).
Data di atas menunjukkan penulis ingin menyampaikan bahwa
perusakan alam, terutama hutan sudah terjadi dalam kurun waktu yang
lama. Penebangan hutan seluas 10.000 Ha dalam novel Kekal ini
menunjukkan kepentingan manusia untuk mengeruk kekayaan alam
memberikan dampak yang sangat besar. Penebangan ini menyebabkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

bekurangnya pohon yang menjadi sumber oksigen. Selain itu, pastilah


hewan-hewan yang semula tinggal di kawasan pepohonan tersebut
telah kehilangan habitatnya. Selain penebangan hutan, perusahaan
asing juga melakukan pengerukan mineral, yang artinya terjadi
kerusakan struktur tanah. Hal ini pastilah menyebabkan berkurangnya
sumber air di kawasan tersebut.
2) Pembukaan Lahan untuk Perkebunan Sawit, Kopi, dan Karet
Peneliti menemukan 12 data yang menunjukkan adanya
pembukaan hutan untuk perkebunan yang ada di novel Kekal. Berikut
adalah kutipan data yang dimaksud.
a) ―Iya. Penelitian Kakek yang jadi alasan supaya enggak ada lagi
pembukaan lahan untuk sawit itu, tentu saja dibantu sama orang-
orang lokal di sana.‖ (Kancana, 2019: 35).
b) Dari generasi ke generasi, mereka berjuang menyuarakan
tuntutanya kepada pemerintah untuk mengadakan cagar alam—
yang benar-benar cagar alam—di provinsi mereka, sebelum hutan-
hutan di beberapa wilayahnya menjadi kawasan industri lahan
perkebunan oleh perusahaan asing. Anang menyebutnya seba gai
Perusahaan C (Kancana, 2019: 70).
c) Bahkan kebakaran tersebut merugikan kebun sawit milik warga
hingga miliaran rupiah (Kancana, 2019: 71)
d) ―Sekuat apa pun kelompok semacam kalian, pembukaan lahan
untuk proyek bosku pasti terlaksana ....‖ (Kancana, 2019: 78-79).
e) Dari Lubuklinggau ke arah utara, pemandangan disominasi
perkebunan dan hutan. Sawit, karet, kopi, rawa, begitu terus.
Sesekali terdapat perdesaan, atau rumah makan yang menyediakan
tempat peristirahatan bagi sopir truk (Kancana, 2019: 94).
f) ―Persoalannya banyak. Hasil Status Lingkungan Hidup Daerah
Jambi di tahun 2014 saja, menghitung pengurangan hutan di Jambi
sampai 75% dari sebelumnya.‖ (Kancana, 2019: 105).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

g) ―Lihat perkebunan sawit di hutan-hutan kami, pertambangan di


kawasan Lahat atau Sumatra Barat, perdagangan karbon di Jambi
dan Riau, atau produsen kertas yang berebut pohon akasia dengan
gajah-gajah di lingkungan taman nasional, dan masih banyak lagi
eksploitasi persahaan-perusahaan asing dan lokal di sini.‖
(Kancana, 2019: 119-120).
h) Sedang di Sumatra Selatan, aku mendapati pula kelompok orang
yang menuntut pengadaan cagar alam, supaya perusahaan-
perusahaan lokal dan asing tidak terus menggerogoti rimba-rimba
indahnya (Kancana, 2019: 150).
i) Perlakuan perusahaan asing bernama C bersama antek-anteknya
yang menjadi akar permasalahan para pegiat alam di pulau ini
(Kancana, 2019: 170)
j) ―Penebangan hutan yang berdampak buruk terhadap ekosistem di
sana, yang bahkan mengantongi izin dari pemerintah dikelola olah
anak perusahaan dari Perusahaan C.‖ (Kancana, 2019: 183)
k) ―Untuk kasus Deliana, dari informasi yang kami kumpulkan,
perusahaan C rupanya memiliki proyek pembukaan lahan sawit di
kawasan Rawa Singkil.‖ (Kancana, 2019: 183)
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan
hutan beserta berbagai macam komoditas alam lainnya. Hutan-hutan
yang dimiliki sebagian besar berfungsi untuk menyediakan oksigen,
bahkan hutan Indonesia mendapat julukan julukan sebagai paru-paru
dunia. Namun, dewasa ini hutan alami atau hutan liar sudah banyak
dijamah oleh manusia. Penjamahan yang paling umum dilakukan
adalah pembukaan hutan untuk menjadi lahan perkebunan. Sejak
zaman penjajahan, hutan-hutan di Indonesia mulai mengalami
penurunan yang drastis. Dari fakta yang ada, penulis novel Kekal juga
menyoroti masalah tersebut dan mengemasnya sedemikian rupa
sehingga pembaca dapat menyadari fenomena pembukaan hutan ini
sudah sangat marak terjadi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Dalam novel Kekal penulis memberikan kritik melalui


penggambaran kegiatan Perusahaan P, Perusahaan C, dan masyarakat
yang kerap melakukan pembukaan hutan. Umumnya, hutan yang telah
dibabat akan difungsikan menjadi perkebunan sawit, kopi, dan karet.
Sekali lagi, penulis memberikan gambaran yang nyata bahwa
kebutuhan ekonomi selalu diutamakan dan berakibat pada
dilupakannya hal-hal penting lain, terutama mengenai pentingnya
menjaga keseimbangan ekologi dan kelestariannya.
3) Pembakaran Hutan
Pada novel Kekal penulis memberikan kritik terhadap
Perusahaan C yang melakukan pembakaran hutan di Riau dengan
sengaja. Kegiatan ini tentu saja melanggar hukum dan pelakunya harus
dikenakan sanksi hukum. Namun dalam novel Kekal jelas sekali pihak
dari perusahaan C mengkambinghitamkan tokoh Pak Murat dan anak-
anak didikannya atas kejadian tersebut. Dijelaskan dalam novel,
kegiatan konservasi alam yang dilakukan Pak Murat bersama para
anak didiknya menghalangi proyek-proyek Perusahaan C. Berikut ini
adalah data yang peneliti temukan pada novel Kekal berkenaan dengan
masalah pembakaran hutan.
a) ―... Makannya segala hal soal kebakaran hutan di Riau itu kami
selidiki sampai ke akarnya. Itu pun dibantu kelompok-kelompok
lain.‖ (Kancana, 2019: 72).
b) Tampak di sana kegiatan beberapa orang yang tengah menyulut api
di tengah hutan (Kancana, 2019: 78).
c) Selang beberapa menit, sebagian dari mereka melakukakn
pembakaran pada tumpukan daun kering di dekat belukar.
Sebagian lagi mengguyurkan suatu cairan ke batang-batang
pepohonan. Mungkin itu bensin atau cairan-cairan yang mudah
terbakar (Kancana, 2019: 79).
d) Seketika, asap membumbung tinggi. Jilatan api begitu cepat
merambat pepohonan yang sebegitu tingginya. Burung-burung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

tampak berterbangan dari lebatnya pepohonan. Bajing-bajing


tampak berlarian dari satu pohon ke pohon lain. Ini kali pertama
aku Menyaksikan kerusakan hutan yang disertai tawa manusia
(Kancana, 2019: 79-80).
e) ―Termasuk kejadian pembakaran hutan yang dijadikan fitnah
kepada mendiang Pak Murat di Riau‖ (Kancana, 2019: 170).
f) ―Pertama, kasus tuduhan kebakaran hutan di Riau, yang melibatkan
mendiang Pak Murat, selaku guruku, juga rupanya melibatkan
Ridho dari Pekanbaru. Bukan begitu, Ridho?‖ (Kancana, 2019:
182).
Pembakaran hutan di Riau oleh Perusahaan C ini tentu
memberikan dampak buruk yang sangat besar terhadap berbagai
macam sektor ekologi. Pertama, fauna yang tinggal di hutan tersebut
akan kehilangan habitat dan sumber makanannya. Kedua, sumber daya
alam yang seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi terbuang sia-sia.
Ketiga, berkurangnya luas hutan Indonesia yang seharusnya mampu
menyediakan oksigen dan menyerap karbon. Keempat, terjadi
pencemaran udara berupa asap dan pelepasan karbon dioksida dalam
jumlah banyak ke atmosfer bumi. Selain itu, butuh waktu yang lama
dan tenaga yang banyak untuk merestorasi daerah hutan yang terbakar
agar kembali menjadi hutan alami.
4) Manusia Menjadikan Hutan sebagai Akomodasi Petualangan
a) ―... Hutan, gunung, dan laut hanya jadi akomodasi petualangan saja
bagi mereka. Bahkan aku berani bertaruh, kebanyakan orang-orang
tidak tahu adanya kawasan-kawasan yang diperuntukkan buat
pelestarian. Setahu mereka barangkali hutan rimba itu tempat bagi
para petualang untuk dijamah. Kan, begitu?‖ (Kancana, 2019: 166).
b) Catatan Pak Siam menunjukkan hal tersebut, penurunan jumlah
hutan secara signifikan terjadi di Sumatra dan Kalimantan. Paru-
paru dunia ini mulai berkurang diganti kebutuhan ekonomi
manusia (Kancana, 2019: 167).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Berdasarkan dua data di atas, penulis berusaha menyoroti


berbagai kegiatan para pecinta alam yang semena-mena memasuki
hutan tanpa memikirkan dampak buruknya. Bukan suatu rahasia lagi
bahwa dewasa ini alam memang menjadi sarana rekreasi yang
menantang dan mulai diminati oleh kaum muda. Tidak terkecuali
kegiatan mengekplorasi hutan. Keserakahan dan sifat egois manusia
mendorong untuk menunjukkan kehebatannya dalam berpetualang di
alam bebas. Maka, mulailah berkembang suatu penilaian bahwa
semakin liar hutan yang dijamah, manusia tersebut akan semakin
bangga. Kegiatan ini tidak jarang membawa dampak buruk terhadap
ekologi dan menghalangi kegiatan konservasi hutan-hutan yang
memang diperuntukkan sebagai cagar alam.
5) Perambahan Hutan Gambut di Suaka Margasatwa Rawa Singkil
Ia aktif mengamati konflik perambahan hutan gambut di Suaka
Margasatwa Rawa Sangkil (Kancana, 2019: 178). Penulis, melalui
tokoh Deliana memberikan kritikan terhadap aktivitas perambahan
hutan gambut. Tokoh Deliana berupaya melakukan pengamatan
terhadap aktivitas perusahaan C yang mulai merusak lahan gambut di
Suaka Marga Satwa Rawa Singkil. Menurut Joosten dalam Agus dan I.
G. M. Subiksa (2008: 17) lahan gambut hanya meliputi 3% dari luas
daratan di seluruh dunia, namun menyimpan 550 Gigaton C. Artinya,
lahan gambut memiliki peran dalam mengurangi gas rumah kaca. Hal
ini menunjukkan betapa berbahayanya dampak perambahan hutan
gambut yang digambarkan pada novel Kekal. Pembukaan lahan
gambut untuk perkebunan akan melepaskan emisi gas rumah kaca ke
atmosfer yang tentunya akan memperburuk pemanasan global.
c. Perusakan Lingkungan
1) Membuang Sampah Sembarangan
Selain perusakan lingkungan berskala besar, novel Kekal juga
menyoroti masalah perusakan lingkungan yang berskala kecil. Meski
demikian perusakan lingkungan berskala kecil ini sering dilakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan dampak kerusakan


lingkungan yang besar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan novel
kekal berikut. Jangankan proses penyediaan air alami yang ada di
Cagar Alam Kamojang ini, trotoar dan jalan raya saja jadi banyak
berserakan sampah. Puncak dan jalur gemunung pun dipenuhi jutaan
sampah plasik bekas para pendaki (Kancana, 2019: 10). Tidak jauh
berbeda dengan keadaan jalur pendakian pegunungan Cagar Alam
Kamojang, Gunung Kerinci juga menjadi daerah yang sering
menampung sampah plastik hasil peninggalan pendakinya. Hal ini
digambarkan oleh penulis pada kutipan ―O ya, adalagi puncak tertinggi
Sumatra: Gunung Kerinci, di sana bertumpuk-tumpuk sampah di
bawah semak cantingginya, sampah-sampah di sepanjang jalur
pendakiannya.‖ (Kancana, 2019: 120).
Selain menyebabkan pemandangan menjadi tidak elok,
sampah plastik juga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
terurai sehingga memengaruhi kualitas tanah. Namun, para pendaki,
seperti yang digambarkan dalam novel Kekal tidak memiliki cukup
kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka hanya
peduli dengan kesenangan yang diperoleh dari kegiatan mendaki,
namun mengesampingkan dampak dari sampah plastik yang mereka
tingggalkan.
Penulis, selain memberikan kritikan langsung terhadap pelaku
pembuangan sampah sembarangan juga memberikan kritik secara
implisit terhadap pihak-pihak tertentu. Pemerintah belum memberikan
aturan atau sanksi yang tegas terhadap aktivitas pembuangan sampah
sembarangan ini. Tidak adanya pendidikan moral yang cukup juga
memengaruhi rendahnya kesadaran untuk menjaga lingkungan. Selain
itu, pengadaan penanganan sampah plastik yang tepat juga perlu segera
diadakan mengingat plastik merupakan barang yang digunakan
manusia setiap hari dalam berbagai macam kegiatan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

2) Pembuangan Limbah ke Sungai


Peneliti menemukan data yang menunjukkan kritik penulis
terhadap aktivitas pembuangan limbah pabrik ke sungai. Limbah
diruahkan ke sungai oleh pabrik-pabrik. Polusi ditiupkan ke udara
(Kancana, 2019: 10). Kutipan novel tersebut menunjukkan
pencemaran juga terjadi pada sungai. Padahal sungai adalah sumber
utama untuk memenuhi kebutuhan berbagai makhluk hidup terhadap
air. Jika limbah yang dibuang ke sungai tentu akan menurunkan
kualitas air sungai sehingga berdampak pada fauna air yang hidup di
dalamnya. Sungai merupakan tempat bagi hewan-hewan untuk minum,
menjadi bahan utama bagi tumbuhan untuk berfotosintesis, dan
menjadi seumber utama bagi manusia akan air minum, pertanian, mck,
dan masih banyak lagi. Air sungai yang tercemah oleh limbah pabrik
tidak jarang menjadi sumber penyakit bagi makhluk-makhluk yang
menggunakannya, misalnya menyebakan diare atau gatal terhadap
manusia.
3) Penggerusan Karst
a) ―... Penelitian Lubuk Kilangan bakal jadi salah satu senjata supaya
pabrik semen itu enggak terus menggerus karst-karst persediaan air
kita‖ (Kancana, 2019: 150).
b) ―Kerusakan karst di sini juga?‖ tanya Riski (Kancana, 2019: 171).
c) ―Dari penyelidikan Triyogo, Perusaan C tengah mengembangkan
sahamnya ke dalam pertambangan semen di Sumatra Barat.
Namun, penelitian dari pihak kalian di Payakumbuh dan Lubuk
Kilangan jadi penghalang mereka untuk mengeruk karst-karst di
sana. Perusahaan C dengan perusahaan lainnya bekerja sama di
Lubuk Kulangan, sehingga hanya proyek di Lubuk Kilangan saja
yang lolos‖ (Kancana, 2019: 185).
Perusahaan C yang disebutkan hampir menguasai seluruh akses
untuk mengeruk kekayaan di Pulau Sumatera juga melebarkan
sayapnya untuk mengeksploitasi batuan karst di Lubuk Kilangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Batuan karst berfungsi sebagai penampung air sehingga menyediakan


sumber air bagi manusia. Namun dalam novel Kekal digambarkan nilai
jual semen yang menjanjikan keuntungan bagi perusahaan C membuat
manusia lupa akan pentingnya menjaga keutuhan batuan karst tersebut.
Penambangan batuan karst yang dilakukan setiap hari dan terus-
menerus tentu akan membuat lapisan batuan ini menipis. Dengan
demikian ketersediaan air akan berkurang.
4) Perusakan Terumbu Karang
Di sini, perusahaan C memporakporandakan hutan bakau dan
terumbu karang di wilayah Natuna (Kancana, 2019: 185). Data terse-
but menunjukkan adanya aktivitas Perusahaan C yang berdampak pada
rusaknya terumbu karang di wilayah Natuna. Pada bagian ini, penulis
memberikan kritik ekologi berdasarkan pada kenyataan yang terjadi di
dunia nyata. Terumbu karang berfungsi sebagai penyokong kehidupan
spesies ikan dan pelindung pantai dari abrasi atau pengikisan yang
terjadi oleh air laut. Namun demikian, pada kenyataan berdasarkan
studi tahun 2018 yang dilakukan oleh LIPI menunjukkan bahwa dari
18 seitus terumbu karang di Natuna, 5 situs berstatus cukup, sedangkan
13 situs lainnya berstatus jelek (Hadi, 2020). Perusakan terumbu
karang ini tentu akan memengaruhi ekosistem laut yang berdampak
pada menurunnya populasi ikan atau spesies laut tertentu karena
kehilangan habitat, yakni terumbu karang.
d. Perdagangan Karbon
1) Perdagangan Karbon Oleh Oknum Tertentu
a) ―Ya, di Jambi ini sama di Riau sana marak perdagangan karbon,
Lit. Belum pernah dengar?‖ (Kancana, 2019: 104)
b) ―Kalau begitu, hutan jadi komoditas dagang, dong?‖ ―Tepat! Selain
kayunya, fungsi mereka pun diperjualbelikan.‖ (Kancana, 2019:
105)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

c) ―Sementara penanaman jenis pohon penyerap karbon di Taman


Nasional Barbak itu malah mengurangi hutan alami yang sudah
berkurang sebanyak 75% itu.‖ (Kancana, 2019: 105).
d) ―... Lihat di Sumatra persoalan konservasi juga sama buruknya.
Bahkan bisa kukatakan lebih buruk. Lihat perkebunan sawit di
hutan-hutan kami, pertambangan di kawasan Lahat atau Sumatra
Barat, perdagangan karbon di Jambi dan Riau, atau produsen
kertas yang berebut pohon akasia dengan gajah-gajah di
lingkungan taman nasional, dan masih banyak lagi eksploitasi
persahaan-perusahaan asing dan lokal di sini (Kancana, 2019: 119-
120).
e) Seperti yang pernah kuketahui dari Kastia, ada juga para pegiat
alam bebas yang terjun bermain uang, menuai keuntungan dari
alam raya yang semestinya mereka sayangi, salah satunya mereka
yang direkrut jadi navigator proyek perdagangan karbon, seperti
para peneliti yang pernah berkonsultasi kepada Riski pula
(Kancana, 2019: 163)
f) ―Jambi bagaimana? Soal penyalahgunaan perdagangan karbon
itu?‖ (Kancana, 2019: 171).
Perdagangan karbon merupakan kegiatan memperjualbelikan
fungsi hutan. Secara sederhana konsepnya adalah, setiap negara yang
menghasilkan emisi karbon di atas 5% memiliki kewajiban untuk
mengurangi emisi karbon tersebut. Pengurangan dilakukan dengan
menjaga hutan sehingga pohon-pohon yang ada dapat menyerap
karbon. Dikarenakan tidak semua negara memiliki hutan yang cukup,
maka diakanlah perdagangan karbon ini. Biasanya negara maju yang
menghasilkan emisi karbon di atas 5% akan memberikan dana bagi
negara lain yang memiliki cukup hutan yang memiliki kapasitan
penyerapan karbon yang banyak, salah satunya Indonesia. Dana yang
diberikan ini dapat difungsikan untuk menjaga kelestarian hutan yang
ada, sehingga tetap memiliki nial jual dalam perdangan karbon. Selain
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

itu juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut.
Konsep perdagangan karbon ini merupakan jual beli yang
saling menguntungkan. Akan tetapi, pada kenyatannya, keserakahan
manusia tidak dapat dibendung, sehingga terjadi penyalahgunaan
perdagangan karbon, seperti yang disebutkan dalam novel Kekal.
Masalah yang disoroti oleh penulis adalah penanaman jenis pohon
penyerap karbon yang berdampak pada berkurangnya hutan alami.
Selain itu ada juga oknum-oknum yang menyalahgunakan kekuasaan
dan wewenang untuk mengorupsi uang hasil perdagangan karbon ini.
Tentu saja kebocoran dana ini berdampak pada kurang maksimalnya
pelestarian hutan penyerap karbon dan masyarakat di sekitar hutan pun
tidak memperoleh kesejahteraan seperti yang telah dijanjikan. Sekali
lagi, penyalahgunaan pedagangan karbon ini menguntungkan pihak-
pihak tertentu saja dan banyak merugikan pihak-pihak lainnya.
e. Ketidakpedulian terhadap Hewan Liar dan Habitatnya
1) Pembunuhan Hewan Liar
a) Lebih buruk lagi, pada video lainnya, kusaksikan seekor gajah
ditusuk-tusuk secara sengaja oleh sekelompok orang yang sama.
Sorot mata gajah itu seolah memohon belas kasihan kepada
manusia-manusia buas yang memperlakukan dirinya sebegitu
liarnya (Kancana, 2019: 80).
b) Pembakaran hutan, pembunuhan gajah dan harimau, dan tindakan-
tindakan bejat lainnya jelas tampak pada layar (Kancana, 2019:
185).
Penulis pada bagian ini memberikan kritik terhadap manusia
yang tidak memiliki hati nurani. Secara jelas digambarkan adanya
oknum dari pihak safari yang melakukan penyiksaan terhadap gajah
dan harimau. Hal ini menunjukkan betapa manusia yang digambarkan
dalam novel Kekal tidak peduli terhadap makhluk lainnya. Mereka
lupa bahwa alam ini bukan hanya milik manusia, tetapi juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

merupakan tempat hidup bagi tumbuhan dan hewan. Manusia, yang


disebut sebagai makhluk berakal malah melakukan penyiksaan
terhadap hewan liar, yang tentunya menyebabkan luka, cacat, bahkan
menyebabkan kematian. Penganiayaan ini menggambarkan betapa liar
dan buasnya manusia yang serakah dan telah tertutup hati nuraninya
untuk saling mengasihi sesama makhluk hidup. Sekali lagi,
kepentingan ekonomi menjadi alasan utama terjadinya kegiatan yang
tidak etis ini.
2) Berkurangnya Habitat Gajah
a) Pabrik Kertas yang Mengganggu Habitat Gajah di Sungai Teso dan
Nilo
Di dunia nyata wilayah Sungai Teso dan Nilo merupakan
tempat pelestarian gajah. Kancana, dalam novelnya menyebutkan
belum lagi dari Pangkalan Kerinci yang memperjuangkan habitat
gajah yang terganggu oleh pabrik kertas di wilayah Sungai Teso
dan Nilo (Kancana, 2019: 151). Penulis membawa masalah yang
sebenarnya benar dihadapi di dunia nyata ini ke dalam novelnya
untuk menunjukkan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam
melakukan pelestarian gajah. Habitat gajah telah direbut oleh
pabrik kertas. Pabrik tersebut lebih memilih menebang pohon
untuk dijadikan kertas, dibandingkan membiarkan dan menjaga
pohon-pohon tersebut untuk tetap tumbuh. Dampaknya, habitat
gajah semakin menyempit dan sumber makanan mereka semakin
menipis. Selain itu, aktivitas manusia menebang pohon, melakukan
pengangkutan, dan kegiatan-kegiatan lainnya juga mengganggu
aktivitas gajah. Hal ini dapat menyebabkan stress pada gajah
bahkan menyebabkan perubahan perilaku gajah.
3) Terancamnya Habitat Harimau
a) Kegiatan Industri yang Mengancam Habitat Harimau Sumatera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

(1) Mereka serupa pengawas nonformal yang cukup aktif dalam


kegiatan-kegiatan industri di sana—industri yang mengancam
habitat harimau tentunya (Kancana, 2019: 177).
(2) Di sana, sama halnya dengan Ridho, permasalahannya adalah
konflik harimau dengan manusia, yang berawal dari
penebangan hutan di kawasan Desa Hatapang oleh sebuah
perusahaan yang mengelola kayu. Dampaknya adalah
mengecilnya kawasan harimau dan berkurangnya jumlah
mangsa mereka sehinga harimau turun ke pemukiman
kemudian menjadi ancaman bagi warga sekitar (Kancana,
2019: 177).
Berdasarkan dua data yang peneliti kutip, terlihat penulis
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dampak industri
pengelolaan kayu terhadap keberlangsungan hidup harimau. Selain
habitat dan mangsa yang berkurang, harimau juga turun ke
pemukiman penduduk. Hal ini tentu lebih membahayakan, karena
penduduk akan mengusir, melukai, bahkan membunuh harimau
yang masuk ke pemukiman. Dampak lanjutan dari kegiatan ini
adalah berkurangnya spesies harimau. Padahal, Harimau Sumatera
merupakan spesies langka. Jika aktivitas industri ini terus
mengganggu habitat harimau, maka bukan hal yang tidak mungkin
spesies Harimau Sumatera akan punah.
2. Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Kemendiknas (2010: 9) menyatakan ada 18 aspek nilai-nilai
pendidikan karakter yakni: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Novel
Kekal selain sarat dengan kritik ekologi juga mengandung banyak nilai
pendidikan karakter. Suparno selaku guru Bahasa Indonesia kelas XII
menyatakan, ―Siswa bisa mencontoh nilai-nilai pendidikan karakter yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

baik seperti kerja keras, dan disiplin. Novel ini kan menggambarkan
perjuangan tokoh yang sangat luar biasa ditengah-tengah arus media sosial
yang seperti ini. Saya rasa ini bagus untuk dijadikan contoh bagi siswa
siswi,”. Azizah Tsary Sekar P. selaku siswa kelas XII menyatakan adanya
nilai tolong menolong dan menjaga kelestarian lingkungan yang terkandung
dalam novel Kekal. Hal yang sama disampaikan oleh Rahmawan Aditya P.
yang mengatakan adanya nilai peduli lingkungan, pantang menyerah, dan
kerja keras dalam novel Kekal. Dari hasil analisis yang dilaksanakan, peneliti
menemukan 7 aspek nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Kekal karya
Jalu Kancana. Nilai-nilai yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Peduli Lingkungan
Kemendiknas (2010:10) mendeskripsikan peduli lingkungan
sebagai sikap dan tidakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Semua kehidupan
manusia bersumber dari lingkungan, maka sudah sepantasnya manusia
merawatnya. Novel Kekal memang mengangkat tema konservasi sumber
daya alam, maka di dalam novel ini banyak ditemukan nilai pendidikan
karakter peduli lingkungan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya.
Nilai pendidikan karakter peduli lingkungan pertama yang dapat
dilihat dalam novel ini adalah usaha beberapa tokoh dalam menjaga
ekologi. Para tokoh yang terlibat dalam kegiatan Save Ciharus paham
bahwa cagar alam hanya diperuntukkan bagi flora dan fauna. Maka,
mereka melakukan tindakan menjaga kelestariannya, seperti terihat pada
kutipan berikut.
―Sebelumnya, kami di sini mau memohon bantuan dan kerja
samanya untuk mengabari rekan-rekan pengendara motor trail
lainnya, supaya tidak lagi berkegiatan di kawasan ini. Saya mohon,
Kang.‖ (Kancana, 2019: 7)

Maka dari itulah kami terpaksa memasuki kawasan Hutan Ciharus


ini karena pengendara motor trail dan para pendaki kerap
memasukinya. (Kancana, 2019: 8-9)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Para pegiat Save Ciharus menyadari adanya aktivitas manusia memasuki


kawasan Cagar Alam Kamojang. Ada beberapa pengendara motor trail
yang melakukan balapan dan para pendaki yang memasuki kawasan
tersebut. Balapan motor trail ini menyebabkan kerusakan tanah dan
kebisingan. Sementara itu, para pendaki meninggalkan sampah plastik
yang merusak keasrian Cagar Alam Kamojang. Oleh karenanya, para
pegiat Save Ciharus terpaksa melakukan camp di cagar alam tersebut
untuk memberi peringatan secara langsung. Mereka memberikan selebaran
berisi tentang informasi untuk tidak memasuki kawasan cagar alam dan
meminta secara baik-baik agar tidak melakukan aktivitas apapun di
dalamnya.
Usaha menjaga ekologi ini juga dilakukan oleh tokoh Kakek,
seperti terlihat pada kutipan-kutipan berikut.
Kata Bapak, itulah penyesalah seumur hidup Kakek, sehingga dua
tahun setelahnya, Kakek memutuskan untuk menyelamatkan
biosfer di Sumatra setelah pensiun dari pekerjaannya.
Meradangnya perkebunan sawit di pulau tersebut menjadi alasan
Kakek (Kancana, 2019: 34)

―... Di Sumatra pun enggak kalah rusak. Perkebunan sawit sejak


era penjajahan Belanda terus menjamur memakan hutan-hutan.
Tugas kakekmu itulah yang justru berbalapan melawan
perkembangan sawit di sana. Kakek terus membuat penelitian
tentang flora-fauna supaya jadi alasan enggak ada lagi pembukaan
lahan untuk sawit.‖ (Kancana, 2019: 34)

Kakek bersama rekan-rekannya itu melakukan penelitian tentang


flora-fauna di Sumatra ini, supaya perusahaan sawit tidak semudah
itu membuka lahan (Kancana, 2019: 89)

Tokoh Kakek menyadari bahwa biosfer di Sumatera sudah semakin rusak.


Perkebunan sawit sejak era penjajahan Belanda terus menjamur memakan
hutan-hutan. Tokoh Kakek sadar, jika kegiatan ini terus dilakukan, maka
hutan-hutan di Sumatera akan habis. Oleh karenanya, ia bergabung dengan
IUCN dan melakukan penelitian flora-fauna di Pulau Sumatera. Kakek
dibantu dengan kawan-kawannya berusaha mengumpulkan data-data yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

menunjukkan bahwa flora dan fauna juga memiliki hak atas hutan-hutan
tersebut. Hasil penelitian-penelitan yang dilakukan Kakek dan kawan-
kawannya, setidaknya dapat menghambat penggundulan hutan di
Sumatera.
Usaha menjaga ekologi ini juga terlihat dari usaha tokoh-tokoh
dalam menyelamatkan biosfer di Sumatera. Seperti terlihat pada kutipan
monolog tokoh Alit berikut.
Barangkali, di sudut-sudut tak terjamah di negeri ini, banyak juga
orang-orang seperti mereka: melakukan hal besar hingga
mengorbankan nyawanya sendiri demi keutuhan flora dan fauna
(Kancana, 2019: 178)

Ia menyadari banyak hal dari hari perjalanannya di Sumatera. Ia mengira


sudah tidak banyak orang yang peduli terhadap alam. Namun, pada
kenyatannya, ia menemui banyak orang yang peduli dan mau berjuang
demi menjaga kelestarian alam. Ia juga bertemu dengan kelompok pegiat
alam yang mengucurkan dana besar demi terlaksananya usaha konservasi,
seperti terlihat pada kutipan berikut.
Uang sebegini banyaknya rela dialirkan demi kebutuhan kawasan
konservasi (Kancana, 2019: 194).

Penyelenggaraan kampanye Sadar Kawasan di Bukit Serelo adalah


salah satu langkah besar pegiat alam untuk menyelamatkan dan menjaga
ekologi. Tokoh-tokoh ini rela menyibukkan diri di tahun baru tatkala
orang lain bersantai dan berlibur. Mereka berencana untuk menuntut
Perusahaan C agar berhenti mengeruk kekayaan di Sumatera. Agar pesan
mereka tersampaikan, mereka rela membuat event besar, yakni soloing
(pendakian tanpa alat bantu) di Bukit Serelo. Banyak hal yang harus
mereka persiapkan sehingga membutuhkan banyak uang dan tenaga.
Namun mereka tetap rela melakukannya demi lestarinya alam, seperti
terlihat pada kutipan berikut.
Mereka itu orang-orang hebat. Tatkala banyak orang di luar sana
merayakan pergantian tahun, mereka justru mempersiapkan hal
besar untuk konservasi (Kancana, 2019: 198)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Semangat usaha menjaga ekologi ini juga terlihat dari tokoh


Hendra. Hal ini terihat pada cuplikan berikut.
Lelaki berpangkat kominsaris tersebut telah lama melakukan
penyelidikan terkait pelanggaran terhdap UU No. 5 Tahun 1990 di
Sumatra ini. Terlebih, dia adalah pendiri Himpunan Mahasiswa
Pecinta Alam tempat Triyogo bernaung (Kancana, 2019: 206)

Pendiri Himpala itu menyambut keberhasilan kami, karena dengan


begitu, dirinya bisa melakukan penyelidikan secara leluasa
terhadap Perusahaan C beserta antek-anteknya (Kancana, 2019:
227)

Hendra adalah seorang polisi yang memiliki kepedulian terhadap ekologi.


Ia tidak bisa terlibat langsung dalam kampanye Sadar Kawasan. Ia lebih
berperan banyak dibalik layar. Dengan memanfaatkan jabatan yang ia
miliki, ia akan menyelidiki Perusahaan C. Melalui jabatannya, ia
menjalankan peran untuk mengadili mereka yang berbuat curang terhadap
alam. Pengetahuan tentang hukum yang ia miliki, dimanfaatkan untuk
menuntut perusahaan P atas perusakan-perusakan yang telah dilakukan di
pulau Sumatera.
Nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang kedua terlihat
pada tokoh Tama yang berkeinginan untuk melakukan kampanye darurat
konservasi.
―Terakhir kali aku jenguk dia, Tama bilang, setelah benar-benar
sembuh, dia berencana pergi ke timur meminta bantuan soal Save
Ciharus ini. Dia bakal kampanye soal darurat konservasi ke tiap-
tiap pegiat alam di timur sana.‖ (Kancana, 2019: 46)

Dalam rangka menyelamatkan Ciharus tokoh Tama bersedia melakukan


kampanye mengenai darurat konservasi. Ia berniat untuk menggalang
dukungan dari para pegiat alam di Indonesia Bagian Timur demi melawan
perusahaan P. Ia masih ingin berjuang menyelamatkan biosfer Ciharus
meskipun ia telah menjadi korban penembakan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Karakter peduli lingkungan yang ketiga adalah usaha untuk


melakukan pendidikan konservasi. Tokoh Pak Murat
Ternyata, Pak Murat merupakan pembina dari kelompok K8 ini.
Bertahun-tahun, kelompok mereka mendapatkan pendidikan
konservasi dari Pak Murat (Kancana, 2019: 70)

―Kata beliau: ‗Manusia memang tidak pernah bisa menciptakan.


Mereka hanya mampu menemukan, memindahkan, mengubah,
mengatur, dan menggunakan. Paling tidak, karena kita tidak bisa
menciptakan, kita bisa menanam satu pohon lain yang sudah kita
tebang‘.‖ (Kancana, 2019: 150)

Di Pulau Sumatera, tokoh Pak Murat berperan aktif dalam mendidik


kelompok K8 dalam hal konservasi. Ia meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran agar ilmu yang ia miliki terus turun-temurun ke setiap anak-anak
didiknya. Dengan demikian, akan selalu ada konservasionis yang bersedia
peduli dan mau untuk menjaga kelestarian SDA yang dimiliki Indonesia.
Pendidikan konservasi ini juga dilakukan oleh tokoh Alit. Hal ini
terlihat pada dua kutipan berikut.
―Baguslah kalau begitu. Ini saatnya menggabungkan Pulau
Sumatra dengan Pulau Jawa dalam hal kawasan konservasi.
Setidaknya, di Jawa Barat terlebih dahulu. Selanjutnya Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau-
pulau lainnya, semoga juga tiba juga isu Sadar Kawasan ini di
sana.‖ (Kancana, 2019: 201)

Aku tersenyum. ―Barangkali begitu. Aku memang berencana


menggabungkan Save Ciharus sama kampanye Sadar Kawasan ini.
Biar Ciharus menjadi isu pertama yang bergabung dari luar
Sumatra.‖ (Kancana, 2019: 215)

Setelah melihat kesuksesan kampanye Sadar Kawasan yang di Sumatera,


Alit berniat untuk menyebarkan semangat ini ke Jawa. Ia ingin
menggabungkan kegiatan Save Ciharus dengan kampanye Sadar Kawasan.
Jadi, selain bertujuan untuk menyelamatkan Ciharus, Alit juga berniat
untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya sadar kawasan. Alit
berkeinginan agar masyarakat paham ada etiket yang perlu manusia jaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

agar alam tetap lestari. Ia berharap, setiap daerah di Indonesia memiliki


masyarakat yang sadar akan etiket ini. Maka, langka pertama yang ia
lakukan adalah memulainya dari Jawa Barat, tepatnya di Ciharus.
b. Kerja Keras
Kerja keras memiliki deskripsi sebagai perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Kemendiknas,
2010: 10). Karakter kerja keras perlu dimiliki setiap manusia agar bisa
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Karakter kerja keras ini membantu
untuk kembali bangkit dan berjuang setiap kali ada hambatan dalam
mencapai tujuan.
Karakter kerja keras ini dimiliki oleh tokoh Alit. Hal ini tergambar
pada kutipan-kutipan berikut.
―Justru, Pep, kalau sampai kita engak meneruskan Save Ciharus ini,
nyawa Nugi bakal sia-sia...‖ (Kancana, 2019: 17)

Untuk Ciharus, apa pun rela kukorbankan. Asal jangan Ibu dan
Renata (Kancana, 2019: 21)

Aku memang terbilang baru dan masih belum tahu apa-apa perihal
yang dihadapi Save Ciharus ini. Maka segala risiko mesti
kuhadapi! (Kancana, 2019: 41)

Untuk itu, Pak, jalan menuju seorang konservasionis ini akan


kulaju melalui Ciharus. Mereka telah membangkitkanku setelah
gagal berkali-kali (Kancana, 2019: 163)

Tokoh Alit terus bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya


untuk menjadi konservasionis. Cita-citanya menjadi konservasionis ia
tempuh dengan bergabung dan turut aktif dalam kegiatan Save Ciharus.
Bersama anggota-anggota lain, ia terus bekerja keras untuk
menyelamatkan Cagar Alam Kamojang agar tetap lestari. Namun dalam
perjalanannya menjadi konservasionis, ternyata hambatan yang ia hadapi
sangat besar. Perusahaan P berusaha menggagalkan setiap usaha kelompok
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

Save Ciharus agar bisa melakukan tambang panas bumi di kawasan Cagar
Alam Kamojang.
Banyak hal yang dilakukan Perusahaan untuk menghentikan
kegiatan Save Ciharus. Beberapa diantaranya adalah, memata-matai dan
menyadap ponsel anggota kelompok Save Ciharus, melakukan teror dan
mengancam agar kegiatan Save Ciharus dihentikan, bahkan melakukan
penembakan hingga menewaskan salah satu anggota Save Ciharus, Nugi.
Semua hal buruk ini dilakukan Perusahaan P agar para pegiat Save
Ciharus berhenti mengkampanyekan pelestarian Kawasan Cagar Alam
Kamojang. Namun, Tokoh Alit tetap bekerja keras untuk melanjutkan
tujuannya mengkonservasi Kawasan Cagar Alam Kamojang. Ia sadar
dampak buruk apa saja yang akan terjadi jika penambagan panas bumi di
kawasan cagar alam tersebut diizinkan oleh pemerintah. Maka ia
memutuskan untuk pergi ke Sumatera, mencari bantuan anggota IUCN
yang dulu menjadi kawan kakeknya.
Tidak hanya di Jawa, dalam perjalanannya mencari tiga orang
anggota IUCN, Alit menghadapi berbagai macam hambatan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kutipan berikut.
Pak Murat dan Pak Siam telah meninggal. Satu harapan lainnya
masih ada: Pak Oentoeng. Tujuanku selanjutnya berarti Sumatra
Barat (Kancana, 2019: 110)

Jumlahnya sekira 250 artikel. Aku berharap, honor yang kutuai


nanti benar-benar besar. Sebagiannya akan kukirimkan pada Pepep
untuk biaya pengobatan Ibu, sedang sisanya kugunakan untuk
pulang (Kancana, 2019: 158)

Kubenarkan ucapan Hassan. Tak sepatutnya aku lekas menyerah


atas kegagalan ini. Semestinya, hal tersebut jadi penanda bahwa
orang-orang picik seperti mafia-mafia tengik ini kerap menyulitkan
(Kancana, 2019: 162)

Tiga kutipan di atas menunjukkan selama di Sumatra banyak hal


yang membuat Alit semakin jauh dari tujuannya. Pertama, Alit menemui
Pak Murat, namun ternyata Pak Murat mendapat fitnah atas pembakaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

hutan di Riau dan harus bersembunyi dari kejaran polisi. Meski demikian,
ia tidak menyerah, ia malah membantu membersihkan nama Pak Murat,
sebagai imbalannya Pak Murat akan membawa kasus Ciharus ke IUCN.
Namun sayangnya, sebelum menepati janji, Pak Murat meninggal. Tidak
hanya itu, dua orang lain yang dianggap bisa membantunya ternyata tidak
bisa membantu Alit. Pak Oentoeng telah meninggal dan Pak Siam
mengalami alzeimer, sehingga tidak bisa membantu Alit.
Kegagalan demi kegagalan yang Alit temui, tidak membuatnya
putus harapan. Ia memutuskan untuk membuat penelitian studi banding
sehingga bisa menunjukkan bahwa data menjadi dasar penerbitan SK25
adalah data usang dan tidak benar. Di sinilah, sekali lagi Alit menemui
halangan. Ibunya tiba-tiba sakit dan Pepep memintanya untuk pulang.
Selain itu, uang yang dimiliki Alit sudah mulai habis. Namun, sekali lagi
Alit tidak menyerah. Ia bekerja keras membuat tulisan SEO untuk
membayar biaya rumah sakit ibunya dan sebagian lagi untuk biayanya
hidup di Sumatera. Akhirnya kerja keras Alit membuahkan hasil.
Tujuannya untuk membawa permasalahan Ciharus ke dunia internasional
mulai tercapai, seperti terlihat dalam kutipan-kutipan berikut.
Saat ini, kurasakan beban runtuh dari pundak (Kancana, 2019: 220)

Organisasi TRAFFIC yang dibentuk IUCN dan WWF sudah mulai


melakukan penyelidikan terhadap perusahaan C beserta
perusahaan-perusahaan yang dinaunginya (Kancana, 2019: 230)

Akan tetapi, yang paling hebat lagi, Oka yang masih berada di
palembang guna berkoordinasi secara intens dengan TRAFFIC,
mulai menyingung kasus Ciharus di Jawa Barat. Itu berarti
tujuanperjalananku ke pulau ini sudah tuntas (Kancana, 2019: 230)

Kerja keras Alit untuk melawan Perusahaan P dan menyelamatkan


Ciharus ternyata membawanya berperan dalam penyelamatan sumber daya
alam di Sumatera. Para pegiat alam di Sumatera mencetuskan gerakan
Sadar Kawasan. Hak ini yang mendasari Alit untuk melakukan gerakan
yang sama di Pulau Jawa, dimulai dari Ciharus. Penelitian yang Alit susun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

dengan bantuan Pepep akhirnya mampu membuat TRAFFIC mulai


menyelidiki perusahaan C. Masyarakat sekitar juga mulai sadar bahaya
dari penurunan status kawasan sehingga mulai ada yang menuntut untuk
mencabut SK25.
Karakter kerja keras ini juga dimiliki oleh tokoh Renata. Renata
dalam novel Kekal digambarkan sebagai kekasih Alit. Ia memiliki peran
yang besar dalam membangkitkan semangat Alit untuk kembali
melanjutkan kuliah. Ia rela berkunjung ke rumah Alit setiap dua atau tiga
hari dalam seminggu. Hal ini ia lakukan agar Alit bangun dan mau
berangkat kuliah. Renata juga menyemangati Alit untuk mulai menata
hidupnya, ia menemani Alit bekerja menulis SEO sampai larut malam.
Kerja keras Renata ini membuahkan hasil yang manis. Alit bisa mulai
mengejar ketinggalan kuliahnya dan mulai menata kehidupannya, salah
satunya terlibat dengan kegiatan positif konservasi sumber daya alam di
bawah naungan Save Ciharus. Berikut adalah kutipan-kutipan yang
menunjukkan karakter kerja keras yang dimiliki oleh tokoh Renata.
Canduku itu, merupakan gadis yang gigih dalam merampas
reruntuhan semangatku dulu (Kancana, 2019: 25)

Dua atau tiga hari dalam seminggu, ia rela berkunjung ke rumahku


tepat pukul enam pagi (Kancana, 2019: 25)

Belum lagi waktu luang yang ia sempatkan untuk menemaniku


bekerja di malam hari (Kancana, 2019: 26)

Semuanya ia lakukan hanya untuk satu tujuan: ia hanya ingin aku


melanjutkan kuliahku yang berantakan dan membenahi hidupku
yang juga sudah berantakan (Kancana, 2019: 26)

c. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
(Kemendiknas, 2010: 10). Karakter peduli sosial ini sangat penting, sebab
pada dasarnya manuusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

tanpa bantuan orang lain. Karakter ini terlihat pada tokoh Pepep, seperti
pada cuplikan berikut.
―Aku hanya mampu bantu sebesar ini. Sebagian aku sisihkan buat
Tama nanti. Tabunganku habis semua. Ambillah.‖ (Kancana, 2019:
47)

Ketika Alit memutuskan untuk hitchhike dari Bandung ke Sumatera,


Pepep memberikan bantuan uang kepadanya. Pada saat itu, Pepep tahu
Alit membutuhkan uang untuk biaya perjalanan dan hidupnya di Sumatera.
Sedangkan, Tama yang dirawat karena luka tembak juga membutuhkan
uang untuk biaya rumah sakit. Sebagai bentuk kepeduliannya, Pepep
memberikan uang tabungannya kepada dua temannya yang membutuhkan.
Pepep juga menunjukkan karakter peduli sosialnya ketika Ibu Alit sakit,
sementara Alit berada di Sumatera. Sekali lagi ia memberikan bantuan
secara finansial seperti terlihat dalam cuplikan berikut.
―Biaya opname Ibu siapa yang tanggug, Pep?‖
―Adikmu.‖
―Siapa lagi?‖
―Enggak ada‖
―Ayolah! Enggak mungkin dia tanggung semuanya.‖
Pepep terdiam.
―Kamu, Pep?‖
―Hanya sebagian kecil,‖ jelasnya sedikit berat (Kancana, 2019:
156-157)

―Sudahlah. Soal biaya jangan dihiraikan dulu, sebaiknya kamu


fokus sama mandat perihal ‘tuntas’ yang dibilang Ibu barusan.
Kamu harus memikirkan itu. Soal biaya, sekali lagi, lebih baik
digunakan buat kebutuhanmu di sana dulu.‖ (Kancana, 2019: 161)

Alit hendak mengirimkan uang untuk biaya pengobatan ibunya, namun


Pepep melarangnya. Pepep meminta Alit untuk fokus pada tujuannya ke
Sumatera, yakni untuk menyelamatkan Ciharus. Pepep tahu Alit
membutuhkan uang untuk kebutuhan hidupnya di Sumatera. Oleh
karenanya, Pepep meminta Alit untuk tidak mengkhawatirkan biaya rumah
sakit ibu Alit.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Pepep juga merelakan waktunya untuk merawat ibu Alit, terlihat


pada cuplikan berikut.
―Dia menunggui Ibu waktu rawar inap di rumah sakit selama
satu minggu. Dia juga yang antar Ibu pulang. Pepep anak yang
baik. Beruntung kamu punya teman sebaik dia.‖ (Kancana,
2019: 238).

Bukan hanya secara finansial, Pepep juga meluangkan waktu dan


tenaganya untuk merawat ibu Alit. Selama seminggu Pepep menunggui
ibu Alit di rumah sakit dan mengantarnya pulang setelah perawatan selesai.
Hal ini Pepep lakukan tanpa pamrih. Ia tahu Alit memiliki tanggung jawab
yang harus segera diselesesaikan. Maka dari itu, Pepep merawat Alit, agar
bisa meringankan bebannya dan segera menuntaskan tugasnya di Sumatera.
Karakter peduli sosial juga dimiliki oleh tokoh Alit. Hal ini terlihat
pada dua cuplikan berikut.
Segera kususuri rotoar yang entah mengarah ke mana. Setelah
berjalan beberapa saat, kutemui mal besar. Di sana, kucari tempat
jual-beli alat elektronik. Laptop dan ponsel itu segera terkonversi
jadi beberapa lembar uang. Sedikit lebih banyak dari nominal yang
disebutkan Kastia (Kancana, 2019: 115)

Penjelasannya membuatku paham bahwa dirinya benar-benar


merasa serba salah karena menerima uang dariku tanpa alasan yang
jelas (Kancana, 2019: 128)

Tokoh Kastia memiliki hutang yang cukup besar. Ia dijebak oleh seorang
mucikari yang membuatnya menjadi pekerja seks komersial. Mucikari
yang meminjamkan uang kepada Kastia meminta bunga yang besar. Hal
ini membuat Kastia tidak pernah bisa melunasi hutannya dan terus terjebak
menjadi pekerja seks komersial. Mengetahui hal ini, Alit memutuskan
untuk menjual ponsel dan laptop yang ia miliki. Alit ingin membantu
membebaskan Kastia dari hutang agar ia bisa hidup selayaknya manusia
normal.
Selama melakukan hitchhike di Sumatera, Alit banyak menemukan
kesulitan. Meski demikian, ia bertemu banyak orang baik yang mau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

menolongnya. Ketika ia tidak memiliki tempat untuk tidur, Riski


menawarkan bantuan. Riski mempersilakan Alit untuk tidur di rumahnya,
seperti terlihat pada cuplikan berikut.
―Kalau malam ini masih di daerah sini dan engak ada tempat
menginap, di rumah saya saja, ya.‖ (Kancana, 2019: 99)

Selain Riski, di wakti dan tempat yang berbeda, Kastia juga menawarkan
bantuan yang sama. Kastia mengizinkan Alit untuk tidur di rumahnya
karena ia tidak memiliki tempat tujuan. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
Syukurlah aku bertemu Kastia. Gadis itu menawari untuk
menginap beberapa hari di tempat tinggal (Kancana, 2019: 107)

Dalam perjalannannya, Alit juga bertemu dengan banyak sopir


yang memberikan tumpangan. Salah satunya terlihat pada cuplikan berikut.
Kuteriakkan kata, ―Terima kasih,‖ kepada si Sopir karena telah
memberiku tumpangan (Kancana, 2019: 125)

Berkali-kali Alit menumpang pada orang yang tidak ia kenal. Orang-orang


tersebut tidak mengharapkan imbalan dari Alit. Bahkan ada yang
memberikan uang untuk Alit agar ia bisa naik travel.
Sopir itu menyodorkan beberapa lembar uang. Aku terkejut.
―Ini? Untuk apa, Pak?‖
―Pakai travel saja. Tengah malam begini belum tentu ada
kendaraan yang melintas.‖ (Kancana, 2019: 96)

Sopir yang ditumpangi Alit sama sekali tidak dikenalnya. Meski


demikian ia rela memberikan tumpangan dan uang kepada Alit. Hal ini
menunjukkan kepedulian sosial bisa datang dari siapa saja. Berbuat baik
dan menolong orang bisa dilakukan kepada siapa saja. Ketika kita mampu
dan mau, maka tidak ada salahnya meringankan beban orang lain,
meskipun orang yang tidak dikenal.
d. Mandiri
Kemendiknas (2010:10) mendeskripsikan mandiri sebagai sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

menyelesaikan tugas-tugas. Setiap orang dituntut untuk bisa menjadi


mandiri, terutama ketika telah menginjak usia dewasa. Sama halnya
dengan tokoh Alit, ia dihadapkan pada situasi yang menuntutnya untuk
mandiri. Ayahnya telah meninggal, ibunya sedang bekerja di luar negeri,
sedang adiknya tinggal di tempat yang berbeda karena tuntutan pekerjaan.
Meski masih berstatus sebagai mahasiswa, namun Alit sudah tidak
bergantung 100% kepada ibunya. Ia mulai kuliah sambil bekerja menjadi
penulis SEO untuk menambah uang saku. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan berikut.
―Renata, sekarang pun aku sudah dapat honor dari tulisan SEO-ku
itu,‖ balasku meredakan kekhawatiran. Meskipun kecil-kecilan. Itu
cukup untuk uang sakuku (Kancana, 2019: 27)

Meski demikian, ternyata di mata Renata menjadi penulis SEO


tidaklah cukup. Pada saat itu Renata menilai Alit terlalu fokus dengan
kegiatannya bersama kelompok Save Ciharus sehingga melupakan
kewajibannya sebagai mahasiswa dan tidak memikirkan masa depannya
bersama Renata. Renata pun memberi nasehat kepada Alit seperti pada
kutipan berikut.
―Kamu harus kerja mumpuni, Lit. Cari uang yang benar-benar bisa
kasih jaminan kamu. Kalau kamu mengulur kelulusan, bakal makin
lama kamu berkarier. Semakin lama kamu hidup mandiri ....‖
(Kancana, 2019: 25)

Karakter kemandirian juga ditunjukkan tokoh Alit ketika dalam


menyelesaikan masalahnya saat mendapat ancaman dari perusahaan P.
Awalnya ia berangkat ke Sumatera untuk meminta bantuan anggota UICN
untuk membawa masalah Ciharus ke dunia internasional. Pada
kenyataannya, banyak halangan yang ia temui yang membuat tujuannya
tidak tercapai. Akhirnya Riski, salah seorang konservasionis yang ia temui
memberikan saran untuk melawan Perusahaan P dengan kekuatannya
sendiri, yakni melalui sebuah penelitian komparatif.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

Riski menambahkan rencana baru, yakni membuat penelitian


perbandingan yang lebih autentik dari penelitian LIPI dan
universitas di Bogor tersebut (Kancana, 2019: 122).

―Ya, studi komparatif. Kau bisa mengumpulkan data cagar alam di


sepanjang Sumatra ini dan membandingkannya dengan Ciharus.‖
(Kancana, 2019: 123).

―Supaya mereka tahu, dengan tindakan kecilnya itu, kerusakan di


Indonesia ini cukup besar. Tidak hanya di Ciharus, tetapi juga
terjadi di sini dan belahan alam lainnya di negara ini. Bisa kau
jelaskan bahwa kemerosotan fungsi alam benar-benar terjadi. Kau
bisa menyerang mereka menggunakan data-data yang jitu. Begitu
maksudku.‖ (Kancana, 2019: 123).

Berdasarkan ketiga kutipan di atas, tokoh Riski memberikan saran


kepada Alit untuk membuat studi komparatif cagar alam Kamojang dan
cagar alam di Sumatera. Hasil penelitian ini akan digunakan untuk
menandingi hasil penelitian LIPI dan Universitas Bogor yang sebagian
besar datanya telah usang. Riski memberikan saran ini sebab, di Sumatera
sendiri para pegiat alam sedang menghadapi berbagai masalah sama
beratnya dengan Ciharus. Sudah banyak orang yang ditemui Alit dan
dimitai tolong, namun hasilnya nihil. Awalnya Alit menolak saran Riski
dan menganggap saran yang diberikan sebagai bentuk ketidakpedulian
terhadap Ciharus. Setelah menyadari semua usahanya untuk meminta
tolong kepada konservasionis di Sumatera memang tidak membuahkan
hasil, Alit mulai mempertimbangkan saran Riski. Hal ini terlihat pada
kutipan berikut.
Benar juga yang dikatakannya. Tak berguna jadi corong meminta
pertolongan ke sana kemari. Nyatanya aku gagal mendapat simpati
IUCN melongok Ciharus. Kuncinya memang riset. Itu memang
senjata mutakhir untuk menghadapi sebuah sistem (Kancana, 2019:
164).

Alit sadar, ia tidak bisa bertidak seperti anak kecil yang merengek
meminta bantuan kesana-kemari. Ia merasa menjadi lemah karena benar
semua perkataan Riski. Para pegiat alam dan konsevasionis di Sumatera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

sendiri kewalahan untuk mengkonservasi sumber daya alam di Sumatera.


Mereka tertekan oleh Perusahaan C yang menhalalkan berbagai macam
cara untuk mengeruk kekayaan alam di Sumatera. Alit memutuskan untuk
mengindahkan saran Riski dan memulai penelitiannya. Pada dasarnya
memang Alit bukanlah ahli pada bidang konservasi, maka waktu yang ia
miliki di Sumatera ia manfaatkan untuk berguru kepada banyak orang
mengenai konservasi, seperti pada kutipan berikut.

Sebelum tanggal keberangkatanku itu, kuteruskan penelitian yang


sempat kususun di Padang. Begitu pula pembelajaranku perihal
hukum konservasi. Bisa dikatakan, saat ini aku tengah berguru
pada banyak orang (Kancana, 2019: 229).

―Kalau begitu, kita mesti rampungkan penelitian kita ini. Ini bakal
jadi penelitian tandingan milik mereka! Lalu, kita sebarkan ke
pegiat alam bebas di sini. Begitu pula ke media-media di Jawa
Barat ini.‖ (Kancana, 2019: 241).

Saat Alit sudah kembali ke Bandung, ia masih tetap berusaha


menyempurnakan penelitiannya bersama Pepep. Kali ini Alit sudah tidak
bingung bergantung pada IUCN atau konservasionis lain. Ia sudah mampu
menentukan langkah apa yang akan ia ambil untuk menyelamatkan
Ciharus. Dengan penelitian yang lebih mutakhir, data yang lebih lengkap,
dan fakta-fakta yang ada, Alit akan memanfaatkan penelitian ini untuk
menandingi penelitian yang mendasari terbitnya SK25. Jika penelitian
yang dijadikan dasar penerbitan tersebut terbukti tidak mutakhir, maka
mereka akan memiliki kemungkinan untuk menuntut pencabutan SK
tersebut. Selain itu Alit dan Pepep juga berencana menyebarkannya ke
media massa di Jawa Barat agar semakin banyak perhatian tertuju pada
masalah ini.
e. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
(Kemendiknas, 2010:10). Membaca membuka jendela dunia. Kegemaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

membaca akan membuat manusia memiliki pengetahuan dan wawasan


yang luas. Pada novel Kekal, karakter gemar membaca dimiliki oleh tokoh
Pepep. Ia mendirikan sebuah perpustakaan pribadi, terlihat pada kutipan
berikut.
Tempat yang dimaksud adalah perpustakaan milik Pepep.
(Kancana, 2019: 15).

Kutipan di atas menunjukkan Tokoh Pepep memiliki kegemaran membaca.


Tidak mudah bagi seseorang untuk mengelola perpustakaan, menyisihkan
uang untuk membeli buku, serta merawatnya jika tidak didasari oleh
kegemaran atau rasa suka.
Tokoh lain yang digambarkan memiliki karakter gemar membaca
adalah tokoh Alit. Berikut cuplikan yang menunjukkan kegemaran
membaca dari tokoh Alit.
Sengaja, supaya Bapak tahu kalau aku pun pandai memasak, meski
resep masakan tersebut baru kudapati dari buku kuliner yang
dijajakan di emperan jalan (Kancana, 2019: 31)

―Enggak sengaja, waktu itu baca buku masakan di Jalan Dewi


Sartika. Haha.‖ (Kancana, 2019: 31)

Ketika ia sedang berada di Jalan Dewi Sartika, ia menyempatkan diri


untuk membaca sebuah buku resep masakan. Memang buku yang Alit
baca saat itu terkesan ringan dan tidak cocok untuk dibaca oleh laki-laki.
Namun pada kenyataannya, keisengannya membaca buku resep tersebut
membawa manfaat. Ia mendapatkan pengetahuan tentang cara memasak
pasta dan ia terapkan ketika Ayahnya datang. Ia bisa membuatkan
masakan spesial untuk ayahnya bermodalkan pengetahuan yang ia peroleh
dari membaca buku resep masakan.
Alit juga gemar membaca buku-buku yang ada di rumahnya. Hal
ini terlihat pada beberapa kutipan berikut.
―Masih, Pak. Tapi, aku enggak pernah mau baca buku-buku soal
ekonomi sama politik.‖ (Kancana, 2019: 32)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

―... Yang sering aku baca, justru buku-buku novel semacam karya
Kho Ping Hoo, Pramoedya, Ramadhan K. H. Hmm, siapa lagi ya?‖
(Kancana, 2019: 32)

―Coba lihat, ada buku-buku geografi, sejarah, linguistik. Itu buku-


buku yang paling dijaga sama mendiang kakekmu, Lit.‖ (Kancana,
2019: 32)

Kakek Alit diceritakan oleh penulis sebagai tokoh konservasionis yang


memiliki kepedulian yang sangat besar untuk melestarikan sumber daya
alam. Kakek Alit membaca dan memelajari banyak cabang ilmu
pengetahuan seperti geografi, sejarah, dan linguistik. Kakek Alit juga
mengoleksi buku lain seperti buku mengenai ekonomi, politik, dan buku-
buku sastra berupa novel. Hal ini menunjukkan Kakek Alit adalah orang
yang gemar membaca. Ketiga kutipan di atas juga menunjukkan Alit
sering membaca novel-novel yang merupakan peninggalan dari kakeknya.
f. Religius
Religius diartikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
(Kemendiknas, 2010: 9). Patuh beragama membuat hati seseorang menjadi
lega dan mencapai ketenangan, seperti yang tercermin pada cuplikan
berikut.
Kuturuti ucapannya. Lantas kutempelkan dahiku pada karpet
masjid. (Kancana, 2019: 157)
Tokoh Alit mendapat kabar buruk ketika dirinya sedang berada di
Sumatera. Ia mendapat kabar dari Pepep bahwa ibunya jatuh sakit dan
sedang dirawat di rumah sakit selama seminggu. Hal ini membuat Alit
merasa sangat bersalah sebab dalam keadaaan ketika ibunya sangat
membutuhkannya, ia malah tidak ada bahkan tidak membantu biaya sama
sekali. Ia menjadi kalut dan saat itulah Hassan memintanya untuk salat.
Alit segera mengambil wudu dan menumpahkan semua kekhawatirannya
di hadapan Tuhan. Selain pada kutipan di atas, tokoh Alit juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

digambarkan melaksanakan ibadah salat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Aku segera mengambil air wudu, sedang ia menggumandangkan
azan. Beberapa makmum berbondong-bondong menjawab
panggilan azan tersebut. Melihat mereka seperti itu, aku jadi malu
sendiri. Kuingat-ingat sudah berapa lama keningku ini tidak
bersujud kepada-Nya. (Kancana, 2019: 99)
Alit berniat meminta bantuan kepada tokoh Hassan, sehingga ia
mencarinya ke masjid tempat Hassan menjadi pengurus masjid. Di sanalah
Alit sadar bahwa selama ini ia telah melupakan kekuasaan dan keberadaan
Tuhan. Maka, ketika azan berkumandang, Alit memutuskan untuk
menunaikan ibadah salat. Selain Alit, penulis juga menggambarkan
beberapa makmum yang berbondong-bondong menuju masjid dan
melaksanakan salat berjamaah. Ada juga dua kutipan lain yang
menunjukkan tokoh melaksanakan ibadah salat.
―O begitu. Ya sudah, jangan lupa salat. Doakan mendiang
bapakmu. Kamu juga, dijaga makannya.‖ (Kancana, 2019: 20)
Maka kuletakkan carrier dan megambil air wudu, kemudian
bergabung dengan para jemaahdi shaf paling belakang (Kancana,
2019: 130)
Dari keempat kutipan di atas, dapat disimpulkan novel Kekal
memiliki nilai pendidikan karakter religius, yakni bersikap dan berperilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Religi atau
agama merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu pegangan
hidup manusia. Bahkan Pancasila memiliki sila pertama yang berbunyi
―Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Nilai pendidikan karakter religius dalam
novel kekal merupakan penggambaran kehidupan manusia di masa
modern ini yang sering lupa akan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.
Banyak manusia yang sibuk memenuhi kewajibannya di dunia sehingga
sering lupa akan kewajibannya terhadap Tuhan untuk beribadah. Melalui
pemikiran tokoh Alit, penulis mengingatkan kembali kepada pembaca,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

bahwa dalam keadaan apa pun, Tuhan adalah tempat manusia untuk
kembali mencapai ketenangan batin.
g. Tanggung Jawab
Kemendiknas (2010:10) mendeskripsikan tanggungjawab sebagai
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Karakter
ini dimiliki oleh tokoh Pepep, seperti terlihat pada cuplikan berikut.
Aku paham betul, Pepep merasa terbebani oleh hal ini. Sebagai
penggagas Save Ciharus, ia pasti merasa bersalah karena telah
melibatkan kami semua (Kancana, 2019:17)

Pepep merasa bersalah sebab dua kawannya menjadi korban penembakan


saat melakukan usaha konservasi Cagar Alam Papandayan. Pepep sebagai
penggagas Save Ciharus merasa bersalah dan berniat untuk menghentikan
aktivitas Save Ciharus. Ia tidak ingin ada korban lain, terlebih Nugi
meninggal akibat insiden tersebut. Ia tidak bisa melindungi kawannya satu
demi satu, maka ia memutuskan untuk menyudahi Save Ciharus agar tidak
menerima teror dari Perusahaan P lagi.
Karakter tanggung jawab juga disoroti penulis melalui perdebatan
Renata dan Alit pada cuplikan berikut.
―Kamu harus kerja mumpuni, Lit. Cari uang yang benar-benar bisa
kasih jaminan kamu. Kalau kamu mengulur kelulusan, bakal makin
lama kamu berkarier. Semakin lama kamu hidup mandiri ....‖
(Kancana, 2019: 25)

Renata mulai khawatir dengan masa depan Alit sebab ia lebih


mementingkan Save Ciharus ketimbang kuliahnya. Ia harus
mempersiapkan masa depan yang mandiri dan menata masa depannya.
Perdebatan ini menunjukkan karakter Alit yang kurang bertanggung jawab
kepada dirinya sendiri. Ia lalai untuk menyelesaikan kuliahnya, sehingga
berdampak kurang baik terhadap masa depannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Karakter bertanggung jawab juga dimiliki oleh tokoh Pak Murat


dalam melunasi hutangnya.
―Saya, Nak, punya utang lima ratus rupiah pada Ito dulu. Uang itu
saya simpan samapi sekarang. Berdosa saya ... berdosa ... kalau
sampai tidak utang itu tiba di tangannya.‖ (Kancana, 2019: 87).

Pak Murat memiliki hutang lima ratus rupiah kepada kakek Alit. Namun
karena suatu hal, ia tidak bisa melunasinya hingga saat ia bertemu Alit.
Setelah mengetahui Alit adalah cucu Ito (kakek Alit), ia segera mengambil
uang dan mebayarkannya kepada Alit. Hutang adalah hutang. Ketika Pak
Murat meminjam uang, maka pada saat itu juga ia memiliki kewajiban
untuk mengembalikannya. Meskipun hutang tersebut sudah lewat
bertahun-tahun, Pak Murat tetap mengingatnya hingga datang kesempatan
untuk membayarnya.
3. Relevansi Novel Kekal Karya Jalu Kancana sebagai Bahan Ajar Sastra di
Sekolah Menengah Atas
Dalam pembelajaran, sekolah atau guru sering menentukan buku teks
yang akan digunakan sebagai sumber materi pembelajaran. Penggungaan buku
teks tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Ketika terjadi
perubahan kurikulum maka diikuti pula dengan perubahan buku teks pelajaran
yang digunakan. Namun, buku teks bukanlah satu-satunya sumber materi
pembelajaran yang dapat digunakan. Guru dan peserta didik juga dapat
menggunakan buku nonteks untuk memperluas pemahaman materi
pembelajaran.
Materi pembelajaran adalah salah satu media yang digunakan dalam
pembelajaran untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Winkel (2007: 330)
menyebutkan bahwa materi pembelajaran dapat berupa naskah, gambar, isi
audiocasette, dan lain-lain. Karena digunakan di dalam pembelajaran, maka
materi pembelajaran harus menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran dan
juga memberikan dampak positif kepada peserta didik.
Materi pembelajaran yang baik harus relevan terhadap tujuan
instruksional yang harus dicapai; sesuai dalam taraf kesulitannya dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

kemampuan peserta didik; dapat menunjang motivasi peserta didik; dan harus
membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri
maupun dengan melakukan berbagai kegiatan (Winkel, 2007: 332).
Berdasarkan hal di atas, materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan
instruksional, maka dapat dikaitkan dengan kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik. Jadi, novel sebagai materi pelajaran harus sesuai dengan
kompetensi yang hendak dicapai oleh peserta didik. Kesesuaian tersebut dapat
dilihat dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD
Pelajaran Kurikulum 2013 untuk peserta didik SMA kelas XII kelas regular.
Tabel 4.1. KI dan KD Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
untuk Siswa SMA Kelas XII
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, 4. Mengolah, menalar, dan
menganalisis pengetahuan menyaji dalam ranah konkret
faktual, konseptual, prosedural dan ranah abstrak terkait
berdasarkan rasa ingintahunya dengan pengembangan dari
tentang ilmu pengetahuan, yang dipelajarinya di sekolah
teknologi, seni, budaya, dan secara mandiri, dan mampu
humaniora dengan wawasan menggunakan metoda sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kaidah keilmuan.
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkakn
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnnya untuk memecahkan
masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.4 Menganalisis kebahasaan cerita 4.4 Menulis cerita sejarah pribadi
atau novel sejarah dengan memerhatikan
kebahasaan
3.8 Menafsir pandangan pengarang 4.8 Menyajikan hasil interpretasi
terhadap kehidupan dalam terhadap pandangan pengarang
novel yang dibaca baik secara lisan mauoun tulis
3.9 Menganalisis isi dan 4.9 Merancang novel atau novelet
kebahasaan novel dengan memerhatikam isi dan
kebahasaan baik secara lisan
maupun tulis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peserta didik diharapkan dapat
memliki kompetensi menafsirkan dan menganalisis isi novel. Setelah
membaca novel, peserta didik diharapkakn dapat mengerti isi cerita yang
dapat dilihat melalui tokoh, peristiwa, maupun latar yang terdapat dalam novel.
Untuk menunjang ketercapaian pembelajaran maka novel yang
digunakan juga harus memiliki nilai-nilai yang positif serta dapat
mengembangkan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, novel yang
digunakan dalam pembelajaran sastra tidak boleh mengandung unsur
pornografi, kekerasan, SARA, dan tidak mengandung nilai penyimpangan
yang lainnya.
Novel Kekal karya Jalu Kancana memungkinkan dijadikan sebagai
materi pembelajaran sastra di SMA karena memiliki kesesuaian dengan
kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik. Selain itu, novel ini juga
tidak mengandung nilai-nilai penyimpangan yang dapat memberikan pengaruh
negatif kepada peserta didik. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan nilai-nilai positif dan memuat pendidikan karakter yang dapat
memotivasi peserta didik. Sebagai karya sastra, novel Kekal memenuhi prinsip
dulce et utile, di mana sebuah karya sastra selain menarik juga harus
memberikan manfaat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sarweno selaku guru Bahasa
Indonesia mengenai relevansi novel Kekal karya Jalu Kancana yang cocok
digunakan sebagai materi pembelajaran sastra karena nilai-nilai positif yang
terdapat di dalamnya, seperti pada ungkapan berikut.
Banyak, banyak sekali nilai pendidikan karakter yang baik dari novel
ini. Misalnya, yang paling disoroti ya, tentang kepedulian terhadap
lingkungan. Ada juga tentang disiplin, kerja sama, dan peduli sosial.
Ada banyak contoh di novel itu. Nah itu karakter yang baik, atau
karakter yang mulia.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel
merupakan suatu hal yang dapat memberikan dampak positif untuk peserta
didik. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur baik dan buruk.
Sebagai peserta didik, Zahwa Wetikhanza A. Y. dan Zahwa Wetikhanza A. Y.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

juga mengatakan hal yang sama, yaitu novel Kekal ini cocok digunakan
sebagai materi pembelajaran karena didukung nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung di dalamnya.
Kelayakan sebuah novel untuk dijadikan sebagai materi pembelajaran
sastra di SMA khususnya sebagai buku nonteks pelajaran dapat dilihat dari
empat segi, yaitu (1) kelayakan isi/materi, (2) kelayakan penyajian, (3)
kelayakan bahasa, dan (4) kelayakan kegrafikaan sesuai yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016.
a) Aspek isi/materi
Aspek materi yang harus diperhatikan salah satunya adalah mampu
memotivasi untuk mengembangkan diri dan mampu menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan mengakomodasi kebhinekaan, sifat gotong
royong, dan menghargai pelbagai perbedaan. Nilai-nilai tersebut yang
nantinya dapat mempengaruhi pribadi peserta didik walaupun tidak secara
langsung. Seperti yang diungkapkan Suparno sebagai guru Bahasa
Indonesia berikut.
Dalam novel ini kan kritik lingkungan jadi tema utama. Jadi
banyak menyoroti tentang perusakan lingkungan terutama
perusakan cagar alam. Saya rasa ini sangat bagus jika dijadikan
bahan bacaan, jadi selain sebagai media hiburan juga bisa menjadi
penambah wawasan, terutama tentang penyelamatan lingkungan.
Uraian materi yang terdapat dalam novel Kekal sesuai dengan
judul yang diangkat. Ceritanya juga dapat mencerminkan nilai gotong
royong dan kebhinekaan dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat dilihat
dari usaha para tokoh dalam Novel kekal untuk berjuang menyelamatkan
dan mempertahankan kelestarian alam, terlepas dari berbagai perbedaan
latar belakang dan keyakinan. Namun, perbedaan itu tidak menghambat
mereka untuk bekerja sama dan memperjuangkan hal-hal yang mereka
yakini tepat dan benar.
b) Aspek Bahasa
Dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa yang digunakan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan usia peserta didik. Bahasa yang digunakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

dalam novel Kekal masih dapat dipahami oleh peserta didik SMA. Hal ini
dikarenakan sebagain besar bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia dan sesuai dengan perkebangan usia peserta didik. Walaupun
novel menggunakan Sumatera sebagai latar daerah dengan porsi yang
cukup banyak, tetapi bahasa daerah yang digunakan hanya sebatas sapaan,
sedang selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
Warseno selaku Guru Bahasa Indonesia menyatakan bahwa novel
Kekal memiliki bahasa yang baik dan dapat dibaca oleh peserta didik
SMA kelas XII.
Dari segi isi, sudah baik. Bahasanya sederhana, tidak berbelit-belit,
apa adanya, dan bisa diterima oleh generasi sekarang, bisa
memotivasi dan mendorong peserta didik untuk menjadi pribadi
yang mandiri.
Secara keseluruhan, peserta didik masih mampu memahami jalan
cerita yang disuguhkan oleh pengarang. Dengan kata lain, bahasa yang
digunakan dalam novel komunikatif dan informatif sehingga pembaca
mampu memahami pesan positif yang disampaikan. Selain itu, judul dan
subjudul dapat menarik minat membaca peserta didik.
c) Aspek Penyajian
Kelayakan penyajian materi dapat dilihat dari penggunaan ilustrasi
yang sesuai dengan perkembangan usia dan untuk memperjelas materi
tidak mengandung unsur pornografi dan nilai penyimpangan lainnya.
Penyajian cerita dalam novel Kekal tidak lengkapi dengan ilustrasi yang
sesuai dengan judul, hal ini disebabkan karena karya jenis novel lebih
fokus pada isi cerita. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena novel pada
umumnya memang tidak dilengkapi dengan ilustrasi.
d) Aspek Kegrafikaan
Kelayakan kegrafikaan dapat dilihat dari segi fisik buku, antara
lain ukuran buku, ukuran huruf, dan penggunaan warna harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan usia. Ukuran novel Kekal memiliki ukuran
yang normal seperti novel pada umumnya. Penggunan huruf dan ukuran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

huruf juga sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik, tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tetapi masih bisa dibaca dengan jarak
normal. Penggunaan warna tidak berlebihan, tidak berwarna-warni, dan
sesuai untuk peserta didik SMA. Secara keseluruhan, seperti yang
diungkapkan oleh Warseno bahwa novel ini dikemas dengan menarik.
Suparno juga menambahkan, ketebalan novel Kekal karya Jalu Kancana
tidak masalah untuk peserta didik SMA. Menurutnya, hal itu sudah biasa
karena peserta didik SMA sudah terbiasa membaca novel dengan
ketebalan seperti novel Kekal.
Jika dilihat dari keempat aspek tersebut, menurut Warseno novel
Kekal dapat dikatakan layak apabila digunakan sebagai materi
pembelajaran sastra di sekolah. Seperti yang diungkapkan Warseno
berikut.
Dari segi isi, sudah baik. Bahasanya sederhana, tidak berbelit-belit,
apa adanya, dan bisa diterima oleh generasi sekarang, bisa
memotivasi dan mendorong peserta didik untuk menjadi pribadi
yang mandiri. Dari segi penyajian juga, menarik, ceritanya
dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik tertarik untuk
membaca. Terlebih banyak juga wawasan-wawasan baru yang bisa
diperoleh dari novel ini.

B. Pembahasan
1. Ekokritik dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Tema yang diangkat dalam novel Kekal adalah lingkungan. Secara
spesifik novel ini memberikan gambaran betapa bumi Indonesia semakin hari
semakin sakit karena ulah manusia. Pengarang melalui novel Kekal banyak
mengungkapkan tindakan oknum-oknum dari berbagai tataran yang berakibat
pada rusaknya alam, terutama cagar alam. Tokoh dalam novel Kekal ada
banyak sekali. Dalam penelitian ini semua tokoh memiliki kedudukan yang
sama, sebab peneliti lebih fokus terhadap kritik lingkungan yang disampaikan
pengarang dalam novel Kekal. Peneliti berusaha mencari interaksi tokoh
dengan lingkungan yang digunakan sebagai latar novel. Meski demikian
berikut tokoh-tokoh yang sering menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Alit, Kastia, Pepep, Riski, Oka, Triyogo, Pak Murat, Perusahaan P, dan
Perusahaan C.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan tokoh antagonis (Nurgiyantoro, 2013: 260). Tokoh utama
protagonis dalam novel adalah S Alit, Kastia, Pepep, Riski, Oka, Triyogo, dan
Pak Murat. Sedangkan yang termasuk tokoh utama antagonis adalah
Perusahaan P dan Perusahaan C. Penggambaran tokoh dilakukan dengan
teknik analitik dan juga teknik dramatik. Tokoh utama protagonis dalam novel
Kekal sama-sama memiliki sifat kerja keras, mandiri, dan bertanggung jawab.
Sedangkan tokoh utama antagonis menonjolkan sifat rakus dan kejam.
Alur dalam novel Kekal merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
menceritan perjuangan Alit dan tokoh-tokoh lain untuk melestarikan
lingkungan. Cerita dalam novel ini menggunakan alur campuran. Hal ini dapat
dilihat dari dua pulu dua bab novel Kekal ada satu bab yakni bab 5 yang
menggunakan alur mundur. Sementara itu, pada bab-bab lainnya
menggunakan alur maju. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum
novel Kekal ini menggunakan alur campuran.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 314), unsur latar dibedakan menjadi tiga,
yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Novel Kekal karya Jalu
Kancana memiliki ketiga latar tersebut. Latar tempat yang digunakan dalam
novel ini merupakan latar nyata, artinya di dunia nyata tempat-tempat yang
disebutkan dalam novel ini benar-benar ada. Latar tempat novel Kekal secara
keseluruhan meliputi Kota Bandung dan beberapa tempat di Pulau Sumatera
seperti Jambi, Palembang, Padang, Batam, Pagar Alam, dan Bukit Serelo.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini ada yang ditunjukkan secara
langsung. Penunjukan latar waktu secara langsung menggunakan keterangan
seperti pagi, siang, sorem tengah malam, subuh, malam tahun baru, tahun
2015-2016, tahun 2012, dan tahun 1965. Latar sosial yang digunakan dalam
novel menggambarkan kondisi Masyarakat Indonesia yang terfokus pada
kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

Nurgiyantoro (2013: 347 – 359) membagi jenis sudut pandang menjadi


empat, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, sudut
pandang orang ketiga, dan sudut pandang campuran. Sudut pandang yang
digunakan dalam novel Kekal adalah sudut pandang orang pertama. Hal ini
dapat dilihat dari penggunaan kata ―aku‖ yang merujuk pada tokoh utama
yakni Alit. Sudut pandang orang pertama ―aku‖ tokoh utama menempatkan
pengarang sebagai juru cerita. Tokoh ―aku‖ mampu mengisahkan kesadaran
dirinya sendiri dan peristiwa yang dia ketahui, serta sikapnya terhadap tokoh
lain. Sudut pandang orang ketiga ―dia‖ maha tahu menempatkan pengarang
sebagai orang ketiga atau seseorang yang berada di luar cerita.
Sastra yang baik adalah selain menarik dan menghibur juga harus
memberi manfaat. Manfaat di sini dapat dilihat dari amanat yang terkandung
di dalamnya. Secara keseluruhan, amanat yang terdapat dalam novel Kekal
antara lain: jadilah orang yang memiliki sikap jujur, kerja keras, tanggung
jawab, menghargai, dan rendah hati.
Dalam novel ini, peneliti mengkaji kritik lingkungan yang
disampaikan pengarang di dalam novel. Secara garis besar, peneliti
menemukan lima ekokritik sastra antropogenik yang bersifat destruktif.
Kelima poin tersebut adalah penjamahan cagar alam, kerusakan hutan dan
pembukaan lahan, kerusakan lingkungan, perdagangan karbon, dan
ketidakpedulian terhadap hewan liar dan lingkungannya. Keadaaan
lingkungan yang disampaikan penulis melalui novel Kekal sangat relevan
dengan keadaan bumi dewasa ini. Masyarakat secara umum memiliki
kesadaran yang minim akan pentingnya melakukan konservasi lingkungan.
2. Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Novel sebagai karya sastra yang baik hendaknya bersifat dulce et utile
seperti yang dikatakan Ismawati (2013: 115) bahwa sastra diakui sebagai salah
satu alat untuk menyampaikan pengajaran (pendidikan) yang berguna dan
menyenangkan (dulce et utile). Selain memberikan kesenangan, novel juga
harus memiliki nilai kebermanfaatan, salah satunya memberikan nilai
pendidikan karakter bagi pembaca.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

Novel Kekal karya Jalu Kancana dapat dikatakan sebagai karya sastra
yang dulce et utile jika dilihat dari nilai pendidikan karakter yang terkandung
di dalamnya. Dari 18 nilai pendidikan karakter yang tercantum dalam
Kemendiknas tahun 2010, terdapat 7 nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam novel Kekal. Nilai-nilai tersebut meliputi: peduli lingkungan, kerja
keras, peduli sosial, mandiri, gemar membaca, religius, dan tanggung jawab.
Nilai pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai pedoman peserta didik
untuk mengembangkan 120 perilaku positif. Nilai pendidikan karakter yang
terdapat dalam novel dapat dilihat dari perwatakan dan perilaku tokoh.
3. Relevansi Novel Kekal Karya Jalu Kancana sebagai Bahan Ajar Sastra di
Sekolah Menengah Atas
Novel Kekal karya Jalu Kancana dapat digunakan sebagai materi
pembelajaran sastra di SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII
reguler. Novel ini memenuhi kriteria materi pelajaran yang baik menurut
Winkel (2007: 332), yaitu materi pembelajaran yang baik harus relevan
terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai; sesuai dalam taraf
kesulitannya dengan kemampuan peserta didik; dapat menunjang motivasi
peserta didik; dan harus membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik
dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.
Novel Kekal memiliki tema lingkungan yang menekanankan betapa
pentingkanya kepedualian terhadap lingkungan. Melalui watak tokoh, peserta
didik dapat mempelajari kepribadian seseorang dan mencontaoh kepribadian-
kepribadian yang baik. Sementara itu, melalui ekokritik sastra peserta didik
akan tahu bahwa manusia harus menjaga kelestarian linkungan. Hal seperti
inilah yang dituntut dalam pembelajaran apresiasi sastra bahwa salah satu
tujuan pembelajaran sastra antara lain mengembangkan kepribadian seseorang
dan menambah wawasan tentang kemanusiaan.
Novel Kekal karya Jalu Kancana relevan jika dijadikan sebagai materi
pembelajaran sastra di SMA. Selain ceritanya yang menarik, novel ini juga
mengandung nilai-nilai yang positif. Selain itu, novel ini juga memenuhi
kriteria kelayakan buku nonteks berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

2016 yang meliputi: 1) aspek isi/materi, 2) aspek penyajian, 3) aspek bahasa,


dan 4) aspek kegrafikaan.

Anda mungkin juga menyukai