id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Ekokritik dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Novel Kekal mengandung banyak kritik ekologi yang disampaikan
secara tersurat dan tersirat. Penulis secara gamblang menyoroti berbagai
bentuk perusakan lingkungan di beberapa daerah melalui karyanya. Hal
tersebut juga didukung hasil wawancara yang dilaksanakan, Warsno selaku
guru Bahasa Indonesia kelas XII yang menyatakan, ―Saya rasa novel ini
sangat bagus untuk dijadikan bahan bacaan. Biasanya kan novel remaja
banyak yang bertema cinta atau perjuangan, tetapi novel ini berbeda,
temanya lebih ke kritik ekologi. Saya rasa ini juga relevan dengan kondisi
lingkungan kita saat ini, jadi pembaca bisa sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan,‖. Peserta didik pun merasakan adanya hubungan yang nyata
antara novel Kekal dengan lingkungan. Hal ini terlihat dari pertanyaan tentang
adakah kritik ekologi pada novel Kekal, Tegar Taryan M. Selaku siswa kelas
XII menjawab, ―Ada, yang saya ingat itu tentang Perusahaan P yang merusak
Cagar Alam Kamojang,‖.
Ekokritik dalam novel Kekal karya Jalu Kancana tergolong dalam
bentuk ekokritik sastra antropogenik. Sebagaimana disebutkan Endraswara
(2016: 45) ekokritik sastra antropogenik adalah karya sastra yang terfokus
pada karya yang menggambarkan kerusakan, kepunahan, kehancuran
lingkungan akibat ulah manusia. Bukan rahasia lagi, dewasa ini kemajuan
tehnologi dan modernisasi yang merambah seluruh aspek kehidupan memberi
dampak bagi pola hidup dan pola pikir manusia. Manusia yang diberkati oleh
daya nafsu sering melakukan tindakan yang merusak lingkungan demi
mendapat keuntungan pribadi maupun kelompok. Tindakan destruktif inilah
yang banyak menjadi sorotan ekokritik dalam novel Kekal. Secara garis besar,
peneliti menemukan lima bentuk ekokritik dalam novel Kekal karya Jalu
Kancana.
27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
29
30
31
32
33
Hal ini pun diperkuat dengan berbagai media massa yang banyak
memberitakan dan menginformasikan hal-hal fenomenal namun
mengesampingkan hal-hal yang fundamental.
5) Penurunan Status Kawasan Bukit Barisan untuk Kepentingan
Pertambangan
Penelitian itu direncanakan Pak Siam jauh-jauh hari setelah
pemerintah menurunkan status kawasan Bukit Barisan untuk dijadikan
lahan garapan pertambangan. Saat itu, Pak Siam benar-benar marah
dan sakit hati terhadap penurunan status itu (Kancana, 2019: 145).
Kutipan tersebut menunjukkan tokoh Pak Siam kecewa atas penurunan
status kawasan Bukit Barisan. Kritik ekologi yang disoroti penulis dari
kutipan ini adalah adanya kecurangan terhadap alam oleh oknum-
oknum tertentu untuk kepentingan pribadi. Pasalnya banyak kegiatan
industri, pertambangan, atau kegiatan-kegiatan penggerak ekonomi
yang mengesampingkan kelestarian alam. Penurunan status kawasan
ini tentu berdampak pada kegiatan konservasi sumber daya alam hayati.
Kawasan yang seharusnya tidak diakses dan dijamah manusia malah
dijadikan sebagai taman wisata, yang artinya manusia dapat dengan
mudah mengakses Kawasan Bukit Barisan. Terlebih lagi aktivitas
pertambangan juga akan memberi berbagai dampak buruk terhadap
ekologi Kawasan Bukit Barisan.
6) Kolusi untuk Merusak Cagar Alam demi Kepentingan Ekonomi
Menurut KBBI (1988: 527) kolusi adalah persekongkolan
rahasia untuk maksud atau tujuan tidak terpuji. Dalam novel Kekal,
penulis berusaha menyampaikan kritik terhadap kolusi untuk
menggagalkan kegiatan konservasi kekayaan alam hayati.
a) Penerbitan SK25 Tanpa Penyebarluasan Kepada Masyarakat
(1) Surat tersebut menjelaskan bahwa kawasan Cagar Alam
Kamojang dan Papandayan diturunkan fungsinya menjadi
taman wisata alam. Dan telah diresmikan semenjak satu tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
baik seperti kerja keras, dan disiplin. Novel ini kan menggambarkan
perjuangan tokoh yang sangat luar biasa ditengah-tengah arus media sosial
yang seperti ini. Saya rasa ini bagus untuk dijadikan contoh bagi siswa
siswi,”. Azizah Tsary Sekar P. selaku siswa kelas XII menyatakan adanya
nilai tolong menolong dan menjaga kelestarian lingkungan yang terkandung
dalam novel Kekal. Hal yang sama disampaikan oleh Rahmawan Aditya P.
yang mengatakan adanya nilai peduli lingkungan, pantang menyerah, dan
kerja keras dalam novel Kekal. Dari hasil analisis yang dilaksanakan, peneliti
menemukan 7 aspek nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Kekal karya
Jalu Kancana. Nilai-nilai yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Peduli Lingkungan
Kemendiknas (2010:10) mendeskripsikan peduli lingkungan
sebagai sikap dan tidakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Semua kehidupan
manusia bersumber dari lingkungan, maka sudah sepantasnya manusia
merawatnya. Novel Kekal memang mengangkat tema konservasi sumber
daya alam, maka di dalam novel ini banyak ditemukan nilai pendidikan
karakter peduli lingkungan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya.
Nilai pendidikan karakter peduli lingkungan pertama yang dapat
dilihat dalam novel ini adalah usaha beberapa tokoh dalam menjaga
ekologi. Para tokoh yang terlibat dalam kegiatan Save Ciharus paham
bahwa cagar alam hanya diperuntukkan bagi flora dan fauna. Maka,
mereka melakukan tindakan menjaga kelestariannya, seperti terihat pada
kutipan berikut.
―Sebelumnya, kami di sini mau memohon bantuan dan kerja
samanya untuk mengabari rekan-rekan pengendara motor trail
lainnya, supaya tidak lagi berkegiatan di kawasan ini. Saya mohon,
Kang.‖ (Kancana, 2019: 7)
50
51
menunjukkan bahwa flora dan fauna juga memiliki hak atas hutan-hutan
tersebut. Hasil penelitian-penelitan yang dilakukan Kakek dan kawan-
kawannya, setidaknya dapat menghambat penggundulan hutan di
Sumatera.
Usaha menjaga ekologi ini juga terlihat dari usaha tokoh-tokoh
dalam menyelamatkan biosfer di Sumatera. Seperti terlihat pada kutipan
monolog tokoh Alit berikut.
Barangkali, di sudut-sudut tak terjamah di negeri ini, banyak juga
orang-orang seperti mereka: melakukan hal besar hingga
mengorbankan nyawanya sendiri demi keutuhan flora dan fauna
(Kancana, 2019: 178)
52
53
54
Untuk Ciharus, apa pun rela kukorbankan. Asal jangan Ibu dan
Renata (Kancana, 2019: 21)
Aku memang terbilang baru dan masih belum tahu apa-apa perihal
yang dihadapi Save Ciharus ini. Maka segala risiko mesti
kuhadapi! (Kancana, 2019: 41)
55
Save Ciharus agar bisa melakukan tambang panas bumi di kawasan Cagar
Alam Kamojang.
Banyak hal yang dilakukan Perusahaan untuk menghentikan
kegiatan Save Ciharus. Beberapa diantaranya adalah, memata-matai dan
menyadap ponsel anggota kelompok Save Ciharus, melakukan teror dan
mengancam agar kegiatan Save Ciharus dihentikan, bahkan melakukan
penembakan hingga menewaskan salah satu anggota Save Ciharus, Nugi.
Semua hal buruk ini dilakukan Perusahaan P agar para pegiat Save
Ciharus berhenti mengkampanyekan pelestarian Kawasan Cagar Alam
Kamojang. Namun, Tokoh Alit tetap bekerja keras untuk melanjutkan
tujuannya mengkonservasi Kawasan Cagar Alam Kamojang. Ia sadar
dampak buruk apa saja yang akan terjadi jika penambagan panas bumi di
kawasan cagar alam tersebut diizinkan oleh pemerintah. Maka ia
memutuskan untuk pergi ke Sumatera, mencari bantuan anggota IUCN
yang dulu menjadi kawan kakeknya.
Tidak hanya di Jawa, dalam perjalanannya mencari tiga orang
anggota IUCN, Alit menghadapi berbagai macam hambatan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kutipan berikut.
Pak Murat dan Pak Siam telah meninggal. Satu harapan lainnya
masih ada: Pak Oentoeng. Tujuanku selanjutnya berarti Sumatra
Barat (Kancana, 2019: 110)
56
hutan di Riau dan harus bersembunyi dari kejaran polisi. Meski demikian,
ia tidak menyerah, ia malah membantu membersihkan nama Pak Murat,
sebagai imbalannya Pak Murat akan membawa kasus Ciharus ke IUCN.
Namun sayangnya, sebelum menepati janji, Pak Murat meninggal. Tidak
hanya itu, dua orang lain yang dianggap bisa membantunya ternyata tidak
bisa membantu Alit. Pak Oentoeng telah meninggal dan Pak Siam
mengalami alzeimer, sehingga tidak bisa membantu Alit.
Kegagalan demi kegagalan yang Alit temui, tidak membuatnya
putus harapan. Ia memutuskan untuk membuat penelitian studi banding
sehingga bisa menunjukkan bahwa data menjadi dasar penerbitan SK25
adalah data usang dan tidak benar. Di sinilah, sekali lagi Alit menemui
halangan. Ibunya tiba-tiba sakit dan Pepep memintanya untuk pulang.
Selain itu, uang yang dimiliki Alit sudah mulai habis. Namun, sekali lagi
Alit tidak menyerah. Ia bekerja keras membuat tulisan SEO untuk
membayar biaya rumah sakit ibunya dan sebagian lagi untuk biayanya
hidup di Sumatera. Akhirnya kerja keras Alit membuahkan hasil.
Tujuannya untuk membawa permasalahan Ciharus ke dunia internasional
mulai tercapai, seperti terlihat dalam kutipan-kutipan berikut.
Saat ini, kurasakan beban runtuh dari pundak (Kancana, 2019: 220)
Akan tetapi, yang paling hebat lagi, Oka yang masih berada di
palembang guna berkoordinasi secara intens dengan TRAFFIC,
mulai menyingung kasus Ciharus di Jawa Barat. Itu berarti
tujuanperjalananku ke pulau ini sudah tuntas (Kancana, 2019: 230)
57
c. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
(Kemendiknas, 2010: 10). Karakter peduli sosial ini sangat penting, sebab
pada dasarnya manuusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
tanpa bantuan orang lain. Karakter ini terlihat pada tokoh Pepep, seperti
pada cuplikan berikut.
―Aku hanya mampu bantu sebesar ini. Sebagian aku sisihkan buat
Tama nanti. Tabunganku habis semua. Ambillah.‖ (Kancana, 2019:
47)
59
Tokoh Kastia memiliki hutang yang cukup besar. Ia dijebak oleh seorang
mucikari yang membuatnya menjadi pekerja seks komersial. Mucikari
yang meminjamkan uang kepada Kastia meminta bunga yang besar. Hal
ini membuat Kastia tidak pernah bisa melunasi hutannya dan terus terjebak
menjadi pekerja seks komersial. Mengetahui hal ini, Alit memutuskan
untuk menjual ponsel dan laptop yang ia miliki. Alit ingin membantu
membebaskan Kastia dari hutang agar ia bisa hidup selayaknya manusia
normal.
Selama melakukan hitchhike di Sumatera, Alit banyak menemukan
kesulitan. Meski demikian, ia bertemu banyak orang baik yang mau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
Selain Riski, di wakti dan tempat yang berbeda, Kastia juga menawarkan
bantuan yang sama. Kastia mengizinkan Alit untuk tidur di rumahnya
karena ia tidak memiliki tempat tujuan. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
Syukurlah aku bertemu Kastia. Gadis itu menawari untuk
menginap beberapa hari di tempat tinggal (Kancana, 2019: 107)
61
62
Alit sadar, ia tidak bisa bertidak seperti anak kecil yang merengek
meminta bantuan kesana-kemari. Ia merasa menjadi lemah karena benar
semua perkataan Riski. Para pegiat alam dan konsevasionis di Sumatera
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
―Kalau begitu, kita mesti rampungkan penelitian kita ini. Ini bakal
jadi penelitian tandingan milik mereka! Lalu, kita sebarkan ke
pegiat alam bebas di sini. Begitu pula ke media-media di Jawa
Barat ini.‖ (Kancana, 2019: 241).
64
65
―... Yang sering aku baca, justru buku-buku novel semacam karya
Kho Ping Hoo, Pramoedya, Ramadhan K. H. Hmm, siapa lagi ya?‖
(Kancana, 2019: 32)
66
digambarkan melaksanakan ibadah salat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Aku segera mengambil air wudu, sedang ia menggumandangkan
azan. Beberapa makmum berbondong-bondong menjawab
panggilan azan tersebut. Melihat mereka seperti itu, aku jadi malu
sendiri. Kuingat-ingat sudah berapa lama keningku ini tidak
bersujud kepada-Nya. (Kancana, 2019: 99)
Alit berniat meminta bantuan kepada tokoh Hassan, sehingga ia
mencarinya ke masjid tempat Hassan menjadi pengurus masjid. Di sanalah
Alit sadar bahwa selama ini ia telah melupakan kekuasaan dan keberadaan
Tuhan. Maka, ketika azan berkumandang, Alit memutuskan untuk
menunaikan ibadah salat. Selain Alit, penulis juga menggambarkan
beberapa makmum yang berbondong-bondong menuju masjid dan
melaksanakan salat berjamaah. Ada juga dua kutipan lain yang
menunjukkan tokoh melaksanakan ibadah salat.
―O begitu. Ya sudah, jangan lupa salat. Doakan mendiang
bapakmu. Kamu juga, dijaga makannya.‖ (Kancana, 2019: 20)
Maka kuletakkan carrier dan megambil air wudu, kemudian
bergabung dengan para jemaahdi shaf paling belakang (Kancana,
2019: 130)
Dari keempat kutipan di atas, dapat disimpulkan novel Kekal
memiliki nilai pendidikan karakter religius, yakni bersikap dan berperilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Religi atau
agama merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu pegangan
hidup manusia. Bahkan Pancasila memiliki sila pertama yang berbunyi
―Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Nilai pendidikan karakter religius dalam
novel kekal merupakan penggambaran kehidupan manusia di masa
modern ini yang sering lupa akan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.
Banyak manusia yang sibuk memenuhi kewajibannya di dunia sehingga
sering lupa akan kewajibannya terhadap Tuhan untuk beribadah. Melalui
pemikiran tokoh Alit, penulis mengingatkan kembali kepada pembaca,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
bahwa dalam keadaan apa pun, Tuhan adalah tempat manusia untuk
kembali mencapai ketenangan batin.
g. Tanggung Jawab
Kemendiknas (2010:10) mendeskripsikan tanggungjawab sebagai
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Karakter
ini dimiliki oleh tokoh Pepep, seperti terlihat pada cuplikan berikut.
Aku paham betul, Pepep merasa terbebani oleh hal ini. Sebagai
penggagas Save Ciharus, ia pasti merasa bersalah karena telah
melibatkan kami semua (Kancana, 2019:17)
68
Pak Murat memiliki hutang lima ratus rupiah kepada kakek Alit. Namun
karena suatu hal, ia tidak bisa melunasinya hingga saat ia bertemu Alit.
Setelah mengetahui Alit adalah cucu Ito (kakek Alit), ia segera mengambil
uang dan mebayarkannya kepada Alit. Hutang adalah hutang. Ketika Pak
Murat meminjam uang, maka pada saat itu juga ia memiliki kewajiban
untuk mengembalikannya. Meskipun hutang tersebut sudah lewat
bertahun-tahun, Pak Murat tetap mengingatnya hingga datang kesempatan
untuk membayarnya.
3. Relevansi Novel Kekal Karya Jalu Kancana sebagai Bahan Ajar Sastra di
Sekolah Menengah Atas
Dalam pembelajaran, sekolah atau guru sering menentukan buku teks
yang akan digunakan sebagai sumber materi pembelajaran. Penggungaan buku
teks tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Ketika terjadi
perubahan kurikulum maka diikuti pula dengan perubahan buku teks pelajaran
yang digunakan. Namun, buku teks bukanlah satu-satunya sumber materi
pembelajaran yang dapat digunakan. Guru dan peserta didik juga dapat
menggunakan buku nonteks untuk memperluas pemahaman materi
pembelajaran.
Materi pembelajaran adalah salah satu media yang digunakan dalam
pembelajaran untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Winkel (2007: 330)
menyebutkan bahwa materi pembelajaran dapat berupa naskah, gambar, isi
audiocasette, dan lain-lain. Karena digunakan di dalam pembelajaran, maka
materi pembelajaran harus menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran dan
juga memberikan dampak positif kepada peserta didik.
Materi pembelajaran yang baik harus relevan terhadap tujuan
instruksional yang harus dicapai; sesuai dalam taraf kesulitannya dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
kemampuan peserta didik; dapat menunjang motivasi peserta didik; dan harus
membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri
maupun dengan melakukan berbagai kegiatan (Winkel, 2007: 332).
Berdasarkan hal di atas, materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan
instruksional, maka dapat dikaitkan dengan kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik. Jadi, novel sebagai materi pelajaran harus sesuai dengan
kompetensi yang hendak dicapai oleh peserta didik. Kesesuaian tersebut dapat
dilihat dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD
Pelajaran Kurikulum 2013 untuk peserta didik SMA kelas XII kelas regular.
Tabel 4.1. KI dan KD Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
untuk Siswa SMA Kelas XII
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, 4. Mengolah, menalar, dan
menganalisis pengetahuan menyaji dalam ranah konkret
faktual, konseptual, prosedural dan ranah abstrak terkait
berdasarkan rasa ingintahunya dengan pengembangan dari
tentang ilmu pengetahuan, yang dipelajarinya di sekolah
teknologi, seni, budaya, dan secara mandiri, dan mampu
humaniora dengan wawasan menggunakan metoda sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kaidah keilmuan.
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkakn
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnnya untuk memecahkan
masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.4 Menganalisis kebahasaan cerita 4.4 Menulis cerita sejarah pribadi
atau novel sejarah dengan memerhatikan
kebahasaan
3.8 Menafsir pandangan pengarang 4.8 Menyajikan hasil interpretasi
terhadap kehidupan dalam terhadap pandangan pengarang
novel yang dibaca baik secara lisan mauoun tulis
3.9 Menganalisis isi dan 4.9 Merancang novel atau novelet
kebahasaan novel dengan memerhatikam isi dan
kebahasaan baik secara lisan
maupun tulis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peserta didik diharapkan dapat
memliki kompetensi menafsirkan dan menganalisis isi novel. Setelah
membaca novel, peserta didik diharapkakn dapat mengerti isi cerita yang
dapat dilihat melalui tokoh, peristiwa, maupun latar yang terdapat dalam novel.
Untuk menunjang ketercapaian pembelajaran maka novel yang
digunakan juga harus memiliki nilai-nilai yang positif serta dapat
mengembangkan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, novel yang
digunakan dalam pembelajaran sastra tidak boleh mengandung unsur
pornografi, kekerasan, SARA, dan tidak mengandung nilai penyimpangan
yang lainnya.
Novel Kekal karya Jalu Kancana memungkinkan dijadikan sebagai
materi pembelajaran sastra di SMA karena memiliki kesesuaian dengan
kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik. Selain itu, novel ini juga
tidak mengandung nilai-nilai penyimpangan yang dapat memberikan pengaruh
negatif kepada peserta didik. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan nilai-nilai positif dan memuat pendidikan karakter yang dapat
memotivasi peserta didik. Sebagai karya sastra, novel Kekal memenuhi prinsip
dulce et utile, di mana sebuah karya sastra selain menarik juga harus
memberikan manfaat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sarweno selaku guru Bahasa
Indonesia mengenai relevansi novel Kekal karya Jalu Kancana yang cocok
digunakan sebagai materi pembelajaran sastra karena nilai-nilai positif yang
terdapat di dalamnya, seperti pada ungkapan berikut.
Banyak, banyak sekali nilai pendidikan karakter yang baik dari novel
ini. Misalnya, yang paling disoroti ya, tentang kepedulian terhadap
lingkungan. Ada juga tentang disiplin, kerja sama, dan peduli sosial.
Ada banyak contoh di novel itu. Nah itu karakter yang baik, atau
karakter yang mulia.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel
merupakan suatu hal yang dapat memberikan dampak positif untuk peserta
didik. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur baik dan buruk.
Sebagai peserta didik, Zahwa Wetikhanza A. Y. dan Zahwa Wetikhanza A. Y.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
juga mengatakan hal yang sama, yaitu novel Kekal ini cocok digunakan
sebagai materi pembelajaran karena didukung nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung di dalamnya.
Kelayakan sebuah novel untuk dijadikan sebagai materi pembelajaran
sastra di SMA khususnya sebagai buku nonteks pelajaran dapat dilihat dari
empat segi, yaitu (1) kelayakan isi/materi, (2) kelayakan penyajian, (3)
kelayakan bahasa, dan (4) kelayakan kegrafikaan sesuai yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016.
a) Aspek isi/materi
Aspek materi yang harus diperhatikan salah satunya adalah mampu
memotivasi untuk mengembangkan diri dan mampu menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan mengakomodasi kebhinekaan, sifat gotong
royong, dan menghargai pelbagai perbedaan. Nilai-nilai tersebut yang
nantinya dapat mempengaruhi pribadi peserta didik walaupun tidak secara
langsung. Seperti yang diungkapkan Suparno sebagai guru Bahasa
Indonesia berikut.
Dalam novel ini kan kritik lingkungan jadi tema utama. Jadi
banyak menyoroti tentang perusakan lingkungan terutama
perusakan cagar alam. Saya rasa ini sangat bagus jika dijadikan
bahan bacaan, jadi selain sebagai media hiburan juga bisa menjadi
penambah wawasan, terutama tentang penyelamatan lingkungan.
Uraian materi yang terdapat dalam novel Kekal sesuai dengan
judul yang diangkat. Ceritanya juga dapat mencerminkan nilai gotong
royong dan kebhinekaan dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat dilihat
dari usaha para tokoh dalam Novel kekal untuk berjuang menyelamatkan
dan mempertahankan kelestarian alam, terlepas dari berbagai perbedaan
latar belakang dan keyakinan. Namun, perbedaan itu tidak menghambat
mereka untuk bekerja sama dan memperjuangkan hal-hal yang mereka
yakini tepat dan benar.
b) Aspek Bahasa
Dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa yang digunakan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan usia peserta didik. Bahasa yang digunakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
dalam novel Kekal masih dapat dipahami oleh peserta didik SMA. Hal ini
dikarenakan sebagain besar bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia dan sesuai dengan perkebangan usia peserta didik. Walaupun
novel menggunakan Sumatera sebagai latar daerah dengan porsi yang
cukup banyak, tetapi bahasa daerah yang digunakan hanya sebatas sapaan,
sedang selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
Warseno selaku Guru Bahasa Indonesia menyatakan bahwa novel
Kekal memiliki bahasa yang baik dan dapat dibaca oleh peserta didik
SMA kelas XII.
Dari segi isi, sudah baik. Bahasanya sederhana, tidak berbelit-belit,
apa adanya, dan bisa diterima oleh generasi sekarang, bisa
memotivasi dan mendorong peserta didik untuk menjadi pribadi
yang mandiri.
Secara keseluruhan, peserta didik masih mampu memahami jalan
cerita yang disuguhkan oleh pengarang. Dengan kata lain, bahasa yang
digunakan dalam novel komunikatif dan informatif sehingga pembaca
mampu memahami pesan positif yang disampaikan. Selain itu, judul dan
subjudul dapat menarik minat membaca peserta didik.
c) Aspek Penyajian
Kelayakan penyajian materi dapat dilihat dari penggunaan ilustrasi
yang sesuai dengan perkembangan usia dan untuk memperjelas materi
tidak mengandung unsur pornografi dan nilai penyimpangan lainnya.
Penyajian cerita dalam novel Kekal tidak lengkapi dengan ilustrasi yang
sesuai dengan judul, hal ini disebabkan karena karya jenis novel lebih
fokus pada isi cerita. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena novel pada
umumnya memang tidak dilengkapi dengan ilustrasi.
d) Aspek Kegrafikaan
Kelayakan kegrafikaan dapat dilihat dari segi fisik buku, antara
lain ukuran buku, ukuran huruf, dan penggunaan warna harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan usia. Ukuran novel Kekal memiliki ukuran
yang normal seperti novel pada umumnya. Penggunan huruf dan ukuran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
huruf juga sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik, tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tetapi masih bisa dibaca dengan jarak
normal. Penggunaan warna tidak berlebihan, tidak berwarna-warni, dan
sesuai untuk peserta didik SMA. Secara keseluruhan, seperti yang
diungkapkan oleh Warseno bahwa novel ini dikemas dengan menarik.
Suparno juga menambahkan, ketebalan novel Kekal karya Jalu Kancana
tidak masalah untuk peserta didik SMA. Menurutnya, hal itu sudah biasa
karena peserta didik SMA sudah terbiasa membaca novel dengan
ketebalan seperti novel Kekal.
Jika dilihat dari keempat aspek tersebut, menurut Warseno novel
Kekal dapat dikatakan layak apabila digunakan sebagai materi
pembelajaran sastra di sekolah. Seperti yang diungkapkan Warseno
berikut.
Dari segi isi, sudah baik. Bahasanya sederhana, tidak berbelit-belit,
apa adanya, dan bisa diterima oleh generasi sekarang, bisa
memotivasi dan mendorong peserta didik untuk menjadi pribadi
yang mandiri. Dari segi penyajian juga, menarik, ceritanya
dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik tertarik untuk
membaca. Terlebih banyak juga wawasan-wawasan baru yang bisa
diperoleh dari novel ini.
B. Pembahasan
1. Ekokritik dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana
Tema yang diangkat dalam novel Kekal adalah lingkungan. Secara
spesifik novel ini memberikan gambaran betapa bumi Indonesia semakin hari
semakin sakit karena ulah manusia. Pengarang melalui novel Kekal banyak
mengungkapkan tindakan oknum-oknum dari berbagai tataran yang berakibat
pada rusaknya alam, terutama cagar alam. Tokoh dalam novel Kekal ada
banyak sekali. Dalam penelitian ini semua tokoh memiliki kedudukan yang
sama, sebab peneliti lebih fokus terhadap kritik lingkungan yang disampaikan
pengarang dalam novel Kekal. Peneliti berusaha mencari interaksi tokoh
dengan lingkungan yang digunakan sebagai latar novel. Meski demikian
berikut tokoh-tokoh yang sering menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Alit, Kastia, Pepep, Riski, Oka, Triyogo, Pak Murat, Perusahaan P, dan
Perusahaan C.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan tokoh antagonis (Nurgiyantoro, 2013: 260). Tokoh utama
protagonis dalam novel adalah S Alit, Kastia, Pepep, Riski, Oka, Triyogo, dan
Pak Murat. Sedangkan yang termasuk tokoh utama antagonis adalah
Perusahaan P dan Perusahaan C. Penggambaran tokoh dilakukan dengan
teknik analitik dan juga teknik dramatik. Tokoh utama protagonis dalam novel
Kekal sama-sama memiliki sifat kerja keras, mandiri, dan bertanggung jawab.
Sedangkan tokoh utama antagonis menonjolkan sifat rakus dan kejam.
Alur dalam novel Kekal merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
menceritan perjuangan Alit dan tokoh-tokoh lain untuk melestarikan
lingkungan. Cerita dalam novel ini menggunakan alur campuran. Hal ini dapat
dilihat dari dua pulu dua bab novel Kekal ada satu bab yakni bab 5 yang
menggunakan alur mundur. Sementara itu, pada bab-bab lainnya
menggunakan alur maju. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum
novel Kekal ini menggunakan alur campuran.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 314), unsur latar dibedakan menjadi tiga,
yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Novel Kekal karya Jalu
Kancana memiliki ketiga latar tersebut. Latar tempat yang digunakan dalam
novel ini merupakan latar nyata, artinya di dunia nyata tempat-tempat yang
disebutkan dalam novel ini benar-benar ada. Latar tempat novel Kekal secara
keseluruhan meliputi Kota Bandung dan beberapa tempat di Pulau Sumatera
seperti Jambi, Palembang, Padang, Batam, Pagar Alam, dan Bukit Serelo.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini ada yang ditunjukkan secara
langsung. Penunjukan latar waktu secara langsung menggunakan keterangan
seperti pagi, siang, sorem tengah malam, subuh, malam tahun baru, tahun
2015-2016, tahun 2012, dan tahun 1965. Latar sosial yang digunakan dalam
novel menggambarkan kondisi Masyarakat Indonesia yang terfokus pada
kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
76
Novel Kekal karya Jalu Kancana dapat dikatakan sebagai karya sastra
yang dulce et utile jika dilihat dari nilai pendidikan karakter yang terkandung
di dalamnya. Dari 18 nilai pendidikan karakter yang tercantum dalam
Kemendiknas tahun 2010, terdapat 7 nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam novel Kekal. Nilai-nilai tersebut meliputi: peduli lingkungan, kerja
keras, peduli sosial, mandiri, gemar membaca, religius, dan tanggung jawab.
Nilai pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai pedoman peserta didik
untuk mengembangkan 120 perilaku positif. Nilai pendidikan karakter yang
terdapat dalam novel dapat dilihat dari perwatakan dan perilaku tokoh.
3. Relevansi Novel Kekal Karya Jalu Kancana sebagai Bahan Ajar Sastra di
Sekolah Menengah Atas
Novel Kekal karya Jalu Kancana dapat digunakan sebagai materi
pembelajaran sastra di SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII
reguler. Novel ini memenuhi kriteria materi pelajaran yang baik menurut
Winkel (2007: 332), yaitu materi pembelajaran yang baik harus relevan
terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai; sesuai dalam taraf
kesulitannya dengan kemampuan peserta didik; dapat menunjang motivasi
peserta didik; dan harus membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik
dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.
Novel Kekal memiliki tema lingkungan yang menekanankan betapa
pentingkanya kepedualian terhadap lingkungan. Melalui watak tokoh, peserta
didik dapat mempelajari kepribadian seseorang dan mencontaoh kepribadian-
kepribadian yang baik. Sementara itu, melalui ekokritik sastra peserta didik
akan tahu bahwa manusia harus menjaga kelestarian linkungan. Hal seperti
inilah yang dituntut dalam pembelajaran apresiasi sastra bahwa salah satu
tujuan pembelajaran sastra antara lain mengembangkan kepribadian seseorang
dan menambah wawasan tentang kemanusiaan.
Novel Kekal karya Jalu Kancana relevan jika dijadikan sebagai materi
pembelajaran sastra di SMA. Selain ceritanya yang menarik, novel ini juga
mengandung nilai-nilai yang positif. Selain itu, novel ini juga memenuhi
kriteria kelayakan buku nonteks berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77