1. Pendahuluan
Anak usia sekolah 6 sampai 12 tahun merupakan periode yang paling tepat
pembentukan perilaku sehat. Karena pada masa ini anak memasuki masa industri,
anak mulai aktif meniru atau mempelajari perilaku terutama perilaku sehat. Sehingga
pembentukan perilaku sehat lebih mudah diajarkan pada masa ini, karena perilaku
sehat tersebut dapat menetap kelak kemudian hari.
Pada tahap kedua, diawali setelah perang dunia kedua perawat kesehatan sekolah
lebih dikenal dalam pelayanan humanitarian, preventive dan educational. Peran
perawat kesehatan sekolah diperluas ke arah pertolongan kegawatan, pendidik
kesehatan, konselor/coordinator/penghubung (liason) kesehatan antara pihak sekolah
(guru, murid, dan staf), orang tua, keluarga, dan masyarakat. Pada era kedua ini peran
perawat kesehatan sekolah meningkat. Selanjutnya peran perawat sekolah terlibat
dalam pengelolaan kesehatan sekolah secara komprehensif yang melibatkan berbagai
multidisilpin. Perawat mempunyai kesempatan sebagai manager atau koordinator
dalam pengembangan program kesehatan sekolah.
Model lainnya yang dikemukaan oleh Leavell & Clark’s; Courtesy Julie C, Novak,
University of Virginia, (1998) mengilustrasikan program yang komprehensif dan
integratif melibatkan berbagai komponen yang ada untuk saling berinteraksi,
berkomunikasi, berkoordinasi dan memberikan dukungan. Koordinator kesehatan
sekolah (dikepalai perawat kesehatan sekolah) yang melaksanakan program
kesehatan sekolah (pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dikelas, olah raga,
pengelolaan makanan, pelayanan kesehatan mental) mendapatkan dukungan dari
System Komunitas Sekolah, System Komunitas Kesehatan, dan System Pemerintahan
Local, State School Health Specialis, School Nurse Institute Partnership, Distric
School Board, District Health Advisory Boards.
b. Konsep Model
Beberapa konsep model dan teori yang mendasari asuhan keperawatan komunitas
dengan keamanan makanan pada tananan sekolah, sebagai berikut:
Tiga program utama UKS yaitu (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b)
pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang
berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS
(Diagram 1).
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan terhadap keamanan makanan ditujukan untuk membantu pelajar dalam
melaksanakan perilaku makan seimbang, pencegahan penyakit bawaan makanan, dan
pencegahan makanan yang mengandung kimia berbahaya. Pendidikan kesehatan
menekankankepada pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam mempertahankan pola makan yang sehat dan aman. Konsep
pembelajarankeamanan makanan termasuk pola makan sehat, ukuran porsi makan, tehnik
mengatur berat badan yang cocok/ideal, kosep dasar kemanan makan (kebersiahan,
pencegahan kontaminan silang, pemasakan, dan penyimpanan), pencegahan kimia berbahaya
(pemilihan makanan jajanan berwarna mencolok dan mengandung bahan pengawet
(Brainerd, 2004). Pendidikan kesehatan paling efektif apabila diintegrasikan kedalam
kurikulum sekolah. Metode yang baik digunakan adalah pembelajaran dengan penugasan
(mencari jawaban/pemecahan masalah), kerja kelompok, analisis situasi, peer
teaching,membuat tujuan dan komitmen untuk berubah, menentukan peluang untuk
meningkatkan manfaat dariperubahan perilaku sehat. Selain pelajar, pendidikan kesehatan
juga melibatkan guru, orang tua/angota keluarga, masyarakat, dan penjaja/pedagang makan di
lingkungan sekolah (stanhope & lancaster, 2004). Pelibatan orang tua/anggota keluarga
pelajar dan masyarakat pada pendidikan kesehatan nutrisi ini sekaligus berperan sebagai
pendukung dan reinforcing.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sekolah di fokuskan pada tiga tingkat pencegahan yaituprevensi
primer (promosi dan pendidikan kesehatan, pencegahan masalah kesehatan pada anak);
sekunder (skrining terhadap berbagai penyakit,monitoring tumbuh kembang anak,
memberi pertolongan pertama pada penyakit atau kecelakaan/cedera); tersier (perawatan
lanjutan pada anak yang membutuhkan pelayanan perawatan jangka panjang bersama-
sama dengan pihak pendidikan dan mansyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Pelayanan kesehatan yang diberikan di sekolah adalah pelayanan bersifat pencegahan
seperti imunisasi dan skrining, pelayanan yang bersifat emergecy(darurat), pengelolaan
penyakit akut dan kronik, rujukan, konseling kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup
sehat, dan administrasi pengobatan yang dibolehkan (Depkes. RI, 2010).
c. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizidisekolah dalam bentuk pemberiaan pola makan tambahan (PMT anak
sekolah) untuk pelajar yang kurang gizi/ BB kurang dari normal secara kontinu dalam waktu
tertentu (Depkes, RI 2004). Di negara maju seperti Amerika program seperti ini dikenal
dengan program school breakfast dan school lunch yang didanai oleh pemerintah dan
swadaya masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).Namun program tersebut menuai banyak
perdebatan dan kontroversi karena muncul berbagai masalah dan issu seperti kandungan
makanan tidak terkontrol, pelajar bosan karena menu kurang bervariasi, dan banyak sponsor
makanan tidak sehat masuk ke dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan masalah ini makan
pelayanan nutrisi/gizi lebih diarahkan kepada pendidikan kesehatan dan konseling nutrisi/gizi
terhadap siswa, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan
kesehatan
Gambar 3 Comprehensive school health model (sumber: Stanhope & Lancaster, 2004).
e. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmanimerupakan salah satu kurikulum sekolah yang mempromosikan
aktivitas fisik dan olahraga secara teratur yang diikuti semua pelajar untuk mempertahankan
berat badan normal dan kebugaran.Pendidikan jasmani mendorong anak untuk
mengurangi aktivitas santai dan meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga secara
teratur. Aktivitas fisik/olahraga teratur dapat meningkatkan atau mempertahankan
kesehatan otot dan tulang (Nies & McEwen, 2007).Lama aktivitas fisik yang baik adalah
3-5 kali per minggu selama satu jam atau 30 menit setiap hari (Depkes, 2002). Di Indonesia,
pendidikan jasmani dan olah raga ini masuk dalam kurikulum inti dengan nama mata ajar
Penjaskes. Menurut kurikulum pendidikan dasar Kemendikbud (2004) bahwa ruang lingkup
pembelajaran Penjaskes meliputi pendidikan jasmanai, pendidikan olah raga, dan pendidikan
kesehatan. Mata ajar ini diberikan dari kelas 1 sampai kelas VI.
f. Promosi Kesehatan bagi Staff Sekolah
Program kesehatanbagiguru dan staf sekolah sangat penting untuk dilakukan secara terus
menerus karena mereka menjadi role model dan pendidik kesehatan sehari hari bagi anak
didiknya dilingkungan sekolah (Story, 1999).Pendidikan ditujukan kepada semua guru, staff,
penjaga dan petugas kantin/warung sekolah.
g. Program Psikologis dan Konseling Sekolah
Konseling berbasis sekolah penting dilakukan jika muncul masalah kesehatan terhadap
pelajar yang tidak dapat diselesaikan dengan pelayanan rutin. Misalnya, ditemukan pelajar
dengan masalah gizi kurang atau buruk yang tidak ada perubahan setelah dilakukan
intervernsi rutin, maka dilakukan konseling gizi oleh guru yang terlatih, perawat
sekolah atau dirujuk ke ahli gizi.
h. Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat
Keberhasilan program keamanan makanan dipengaruhi oleh keterlibatan semua unsur yang
merupakan mata rantai proses makanan sampai kepada makanan tersebut di konsumsi
(Budapest, 2002).Keterlibatan keluarga dan masyarakat efektif dalam pembentukan perilaku
makan yang aman. Keluarga berperan dalam proses pengolahan makan, penyedian makan,
penyimpanan makan. Orangtua merupakan role model dan pendukung utama bagi
anggota keluarga dalam berperilaku sehat (Story, 1999).Masyarakat sekitar juga sanagat
berperan dalam mendukung dalam penyediaan makanan yang aman. Karena bahan bahan
makanan mentah maupun makan disediakan oleh masyarakat dari berbagai sumber. Perilaku
jajan anak sekolah menjadi faktor penting untuk di kontrol. Jika jajanan atau makanan yang
di jual oleh masyarakat adalah makan sehat, maka anak anak juga terhindar dari penyakit
bawaan makanan. Kantin sekolah menjadi faktor penting untuk diperhatikan.
Pada tahun 1987 Resnicow dan Allensworth melakukan modefikasi Comprehensif School
Modelini dengan memasukkan koordinator kesehatan sekolah (school health coordinator)
Staff Wellness
Health environment
dalam model ini.
Community/Parent
Food Services
PhysicalCounseling,
Educationpsychology, and Social Services
Peran koordinator kesehatan sekolah menjadi kunci dalam melakukan integrasi, koordinasi,
dan mengelola program kesehatan sekolah. Sehingga semua komponen yang ada
dilingkungan sekolah seperti komite sekolah (school health commitee), Koordinator konsil
kesehatan masyarakat sekolah (community School Health Coordinating ouncil), dan
koordinator aktivitas kecamatan dan kota (District and State Coordinating Activities) dapat
digerakkan dalam upaya memberikan dukungan dalam menjalankan program kesehatan
sekolah (lihat gambar 4). Melibatkan masyarakat di sekitar sekolah merupakan hal yang
sangat penting dalam menjalakan program kesehatan sekolah.
4.Peran Perawat Kesehatan Sekolah
Peran Perawat Kesehatan Sekolah memberikan perawatan siswa secara langsung, pendidikan
kesehatan, konseling, consultan, dan mengelola kasus (case manager) siswa, (stanhope &
Lancaster 2004). Dalam menjalankan perannya, perawat kesehatan sekolah berkoordinasi
dengan berbagai pihak terkait, termasuk pelayanan kesehatan disekolah (klinik sekolah) yang
biasa memberikan bantuan kesehatan seluruh siswa di sekolah. Secara rinci peran perawat
kesehatan sekolah dijabarkan berikut ini:
Perawat Kesehatan sekolah berharap dapat memberikan perawatan langsung pada saat siswa
atau staff sekolah sakit atau mengalami cidera di sekolah. Peran ini sebagai peran tradisional.
Sekolah negeri atau swasta yang mampu dapat membayar perawat untuk bekerja di klinik
sekolah yang merupakan bagian dari kegiatan UKS. Klinik ini buka pada jam belajar sekolah.
Untuk sekolah yang mempunyai asrama biasanya perawat bekerja selama 24 jam dalam 7
hari kerja untuk memberikan perawatan pada siswanya. Di Indonesia perawatan sekolah
adalah perawat puskesmas yang diberi tanggung jawab untuk memberikan perawatan pada
siswa sesuai dengan wilayah kerja puskesmasnya (Depkes RI 2010). Bila ada siswa yang
sakit atau cidera dirujuk ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Kasus yang sering
dialami oleh siswa adalah karena sakit perut yang ringan sampai berat disertai muntah
muntah sebagai akibat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat atau tidak aman
(Andarwulan et al.2009).
Peran perawat dalam pendidikan kesehatan di sekolah dapat melakukan pendidikan kesehatan
secara orang perorang atau secara kelompok dikelas. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan dengan pendekatan yang berbeda seperti pendidikan kesehatan tentang makanan
seimbang, makanan aman, jajanan sehat, keselamatan dan kesehatan. Untuk siswa yang lebih
tinggi kelasnya seperti kelas 5 dan 6, perawat biasanya memberikan penyuluhan tentang
pubertas.
c. Manager Kasus (Case Manager)
Perawat berharap dapat berperan sebagai manager kasus disekolah. Peran ini dapat membantu
koordinator kesehatan atau puskesmas apabila ada kasus yang komplek seperti kasus
penyakit kronik, penyakit kerancunan makanan, wabah, dan siswa yang mengalami
ketergantungan.
d. Konsultan (Consultan)
Perawat sekolah dapat menjadi sumber utama dalam informasi kesehatan. Perawat dapat
memberikan informasi kesehatan kepada siswa, guru, staff sekolah, orang tua, dan
masyarakat sekililing sekolah termasuk pedagang di lingkungan sekolah. Sebagai konsultan,
perawat dapat memerankan peran professional seperti kajian perubahan lingkungan sekolah,
atau kajian faktor resiko yang berpotensi menimbulkan masalah pada masyarakat sekolah.
Sebagai contoh, perawat dapat menganalisa prevalensi kesakitan siswa, status nutrisi, paparan
jajan tidak sehat atau aman, banyak fektor (lalat, nyamuk, dan kecoa) yang berpotensi
menimbulkan sakit dikemudian hari. Dengan kajian ini perawat dapat mengusulkan kebijakan
kesehatan seperti konsep kantin sehat dan konsep penyediaan makanan yang aman kepada
pihak sekolah, dinas kesehatan atau pimpinan wilayah setempat agar terciptakan lingkungan
sekolah yang sehat. Perawat dapat merekomendasikan pembentukan koalisi dalam upaya
mendukung lingkungan sekolah sehat sebagai upaya menguatkan kapasitas masyarakat.
e. Konselor (Counselor)
Perawat kesehatan sekolah mungkin dapat menjadi sorang yang dipercaya dalam memegang
rahasia siswa siswanya yang mempunyai masalah bersifat rahasia. Sebagai konselor, perawat
mempunyai reputasi sebagai pihak yang paling utama ditemui jika siswa mempunyai masalah
yang berat, seperti depresi berat, percobaan bunuh diri, kekerasan pada anak, dan keracunan
makanan. Sebagai peran tambahan perawat dapat membantu dalam proses berduka (griefing
conselor) disekolah.
g. Peneliti (Researcher)
Perawat kesehatan sekolah bertanggung jawab dalam meyakinkan masyarakat bahwa perawat
kesehatan sekolah bekerja berdasarkan kajian penelitian yang dikumpulkan dan bentuk
praktik berdasarkan evident (evident based practices). Perawat kesehatan sekolah sebagai
pendidik sangat tepat menjadi seorang peneliti, sehingga dapat meningkatkan praktik
keperawatan dikemudian hari secara konsisten
Lingkup praktik Keperawatan Kesehatan Sekolah luas tidak terbatas pada penanganan
kesehatan sehari hari seperti pertolongan pertama siswa sekolah, sakit perut, dan melakukan
immunisasi, namun perawat sekolah memberikan perawatan secara komprehensif kepada
siswa, seluruh staf sekolah, keluarga, dan masyarakat lain disekitar sekolah (Stanhope &
Lancaster, 2004). Masyarakat lain yang dimaksud adalah perawat sekolah tidak hanya
memperhatikan siswa di dalam gedung sekolah, namun juga memberikan perhatian atau
perawatan kepada anak anak gelandangan (Juvenile detention centre), kelompok PAUD dan
penitipan anak anak (Preschool and day-care centre), kunjungan wisata siswa, event olah raga
pada siswa, dan anak anak sekolah di rumah beserta keluarganya (National Assocoation of
School Nurses, 2001). Intervensi keperawatan yang diberikan selain perawatan langsung juga
dalam bentuk pendidikan kesehatan, dan counseling.
Lingkup praktik keperawatan kesehatan sekolah menurut American Nursing Association and
the National Association of School Nurses secara rinci adalah
- Memberikan perawatan langsung kepada para siswa
- Provide leadership for the provision of health services as a health care expert
- Melakukan screening kesehatan dan rujukan kesehatan
- Melakukan promosi lingkungan sekolah sehat
- Menunjuukan kepemimpinan dalam penentuan kebijakan kesehatan dan pengembangan
program
- Melakukan Aliansi antara staff sekolah, keluarga, masyarakat, dan petugas kesehatan
- Memberikan dukungan kepada siswa dengan memberikan pengkajian kesehatan,
intervensi, dan follow up dalam setting sekolah
- Memfasilitasi respon posistive siswa menuju perkembagan yang normal
- Melakukan promosi praktik prilaku sehat dan keamanan
- Melakukan intervensi langsung pada masalah aktual dan potensial
- Berkoordinasi dengan antar lintas program dan sektor dalam upaya menuju
keberlangsungan pelayanan kesehatan.
- Secara aktif berkolaborasi dengan komponen lain dimasyarakat untuk membangun
kapasitas yang kuat antara siswa, keluarga dan masyarakat sekolah dalam upaya
adaptasi, self managemen, self advokasi dan belajar
- Bersama profesi perawat mengunakan proses keperawatan untuk pengambilan
keputusan dan aksi.
- Menggunakan proses keperawatan dalam bekerja dan dalam pengambilan keputusan
sebagai bentuk professionalisme perawat
6. Kesimpulan
Berbagai konsep model kesehatan sekolah telah diterapkan di berbagai negara maju
dalam upaya meningkatkan kesehatan sekolah. Indonesia dapat memodifikasi model ini
dengan menyesuaikan kedalam budaya Struktur Organsiasi di Indonesia.
Allender, J.A & Spradley, B.W.(2005). Community health nursing: promoting and protecting
the public health., sixth edition. Philadelphia: Lippincott
Dinas Kesehatan .Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2009). Petunjuk Teknis Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah..
Pender, N.J., Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A. (2002). Health Promotion in Nursing
Practice.(4th ed).New Jersy: Prentice Hall
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. 6th ed. St.
Louis : Mosby.