Anda di halaman 1dari 41

NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

BISMILLAH LULUS STASE ANESTESI


• Macem anestesi
1. Anestesi Umum

II
a. Intravena
Regional
TIVA : Hal 2 total intra vena
b. Inhalasi : GA – Intubasi Hal 2 secara
c. Intramuskular
d. Rectal
rate pemberian
2. Anestesi Regional Abdomen extremity

If I
a. Subarachnoid → L3-L4 / L4-L5 (sejajar dengan SIAS) abdomen
➢ Indikasi :
Bedah extremitas bawah, bedah regio pelvis, SC, hemorhoid, urologi, abdomen bawah (apendixitis,
hernia).
➢ Kontraindikasi :
APS
Absolut : Pasien menolak, infeksi tempat suntikan, syok hipovolemi, koagulopati / terapi
antikoagulan, TIK tinggi.
Relatif : sepsis, kelainan neurologis dan psikis (ODGJ), penyakit jantung, nyeri punggung kronis. LBP
➢ Komplikasi : infeksi
Lokal : abses, hematom, nekrosis
to
Sistemik : intravasasi, hipersensitif, overdosis → urtikaria, syok anafilaktik, menggigil, mual, diruang
e
muntah, hipotensi, bradikardi RRy
Akut : hipotensi (dilatasi PD berlebihan), bradikardi & hipoventilasi (blok terlalu tinggi hingga T2),
mual, muntah.

e ter
Pasca tindakan : nyeri tempat suntikan, nyeri punggung, nyeri kepala, retensi urin.
➢ Keuntungan :
Perdarahan lebih berkurang, lebih murah, mengurangi respon terhadap stress, kontrol nyeri yang
lebih sempurna, menurunkan mortalitas pasca operasi
➢ Prosedur :
1) Persiapan : Informed consent, pasang monitor (ukur tanda vital), preload RL/NS 500cc (15
ml/kgBB)
Alat dan Obat :
- Bak besi steril + duk lubang & handscoon steril + povidone iodine + klem + spuit kosong (3cc) +
O kasa steril trolianestesi
- Spinocain uk. 25/26 (dewasa, kuning) uk. 27 (anak-anak, putih)
- Analgesik Lokal
Bucain : 1 vial 5mg/cc. untuk operasi lama seperti laparatomi, TURP, Femur, PPDS dll.
Lidodex (lidocain 5%) : 1 vial 100mg/2cc. untuk operasi cepat seperti SC inhibitNaion movement
- Epinephrine : 1 vial 1mg/cc
2) Posisi
Punggung pada tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher maksimal. Tarik garis sejajar
SIAS.
b. Epidural
c. Caudal
3. Anestesi Lokal
a. IV Regional
b. Infiltrasi (Ganglion)
c. Blok nervus (pleksus)

Nurlayli Hidayati Husein 1


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

➢ Tipe & Obat Anestesi


A. General Anestesi / Intubasi
- Indikasi : Operasi Mata, THT, Gigi, bedah mulut, Orto ekstremitas atas dengan perkiraan durasi
panjang, Bedah Syaraf dll
- Kontraindikasi : tanda vital tidak stabil, sulit dilakukan resusitasi
- Obat :
1. Hipnotik / sedative
t

I
a. Tiopol : 1 vial 500mg. diencerkan dengan PZ 20 cc, dikocok dan
rbiturat diambil dengan 2 spuit 10 cc. 1 spuit 10cc/250 mg → 1cc/25mg.
p Dosis 3-5 mg/kgBB.
b. Propofol : 1 vial 200mg/20cc → 1cc/10mg. Dosis 1-2 mg/kgBB
2. Analgetik narkotik opioid
Fentanyl : 1 vial 100mcg/2cc → 1cc/50mcg/0,05mg. Dosis 1-2
mcg/kgBB
3. Muscle relaxant
NJ
Rocuronium Bromide : 1 vial 50mg/5cc → 10mg/cc. Dosis 0,6-1,2
mg/kgBB
- + obat emergency set :
1) Efedrin : 1 vial 50mg/cc. diencerkan dengan PZ 9cc → 10cc/50mg → 1cc/5mg. Dosis 0,1-
0,3mg/kgBB stimulasiadrenergic a B COPVKA
2) Sulfas Atropin : 1 vial 0,25mg/cc. Dosis 0,005mg/kgBB
3) Dexamethason : 1 vial 5mg/cc
- 1 Spuit Propofol 10 cc
- 1 Spuit Tiopol 10 cc
- 1 Spuit Morfin 5 cc
- 1 Spuit Fentanyl 2 cc
- 1 Spuit Rokuronium 5 cc
B. TIVA (Total Intravena Anestesi)
- Indikasi : Operasi durasi singkat, ex : kuret, eksisi, insisi, ortho extremitas atas
- Kontraindikasi : tanda vital tidak stabil, sulit dilakukan resusitasi
- Obat : antagonisglutamatedicortex limbik
1. Ketamin : 1 vial 1000mg/10cc → ambil 1cc + diencerkan PZ 9cc → 10cc/100mg → 1cc/10mg.
Dosis 1-2,5 mg/kgBB
2. Midazolam : 1 vial 5mg/5cc → 1cc/1mg. Dosis 0,07-0,1mg/kgBB
3. Analgesia
a. Fentanyl : 1 vial 100mcg/2cc → 1cc/50mcg. Dosis 1-2 mcg/kgBB
b. Pethidin : 1 vial 100mg/2cc. diencerkan dengan PZ 8cc → 10cc/100mg → 1cc/10mg Dosis 0,5-
2 mg/kgBB
- + obat GA & Emergency set

inhibisi R Gaba Peksitari neural membrane


stabilised
hiperpolarisnsi

Pet
T K E
Nurlayli Hidayati Husein 2
NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

C. SAB ( Subarachnoid Block)


- Indikasi : SC, Urologi, Extremitas bawah
- Kontraindikasi : gangguan syaraf spinal, TIK tinggi, trauma / kelainan vertebrae, pasien ODGJ
- Obat :
1. Bak besi steril + duk lubang & handscoon steril + povidone iodine + klem + spuit kosong + kasa
steril
2. Spinocain uk. 25 (dewasa, kuning) uk. 27 (anak-anak, putih)
3. Analgesik Lokal
a. Bucain : 1 vial 5mg/cc. untuk operasi lama seperti laparatomi, TURP, Femur, PPDS dll.

4. Epinephrine : 1 vial 1mg/cc


- + obat TIVA + GA + Emergency set
00
b. Lidodex (lidocain 5%) : 1 vial 100mg/2cc. untuk operasi cepat seperti SC

stimulant AB
Antiinflamasi supresing
• Obat emergency dalam emergency box : 3 amp efedrin, 3 amp sulfas atropin, 1 amp dexamethasone, mig
neutrophil

timed
1 amp ketorolac, 1 amp ondancetron, 1 amp lidocain, 1 amp prostigmin / neostigmine, 1 amp furosemide
coth limn
C sat
(khusus furosemid), 3 amp oxytosin / metergin (khusus obgyn), 1 amp asam traneksamat
IPG vagalhere

➢ Alat Anestesi
MALES
• M → Masker dewasa ukuran 3/4/5, Margil Forcep untuk pasien bedah mulut / laminectomi yg ETT
nya lewat nasal + role tampon
• A → Airway / Mayo dewasa ukuran 9/10 (kuning / merah), anak ukuran 7/8 (hijau / putih)

Nurlayli Hidayati Husein 3


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• L → Laringoskop Blade dewasa ukuran 3/4, anak-anak ukuran 0,1,2. Handle dewasa besar dan anak-
anak ramping
• E → Elektroda letak di kanan kiri dan apex. ETT dewasa ukuran 7,0 (perempuan) / 7,5 (laki-laki) atau
rumus (umur+2)/2. Elastic Plaster untuk fiksasi dan nulis nama obat di spuit.
• S → Sarung tangan sesuai ukuran, Suction dewasa ukuran 12 (putih), anak-anak hitam, bayi ungu.
Stylet dewasa besar, anak kecil. Spuit 3/5/10 cc secukupnya, Stetoskop pendek dan panjang yang
panjang untuk menilai irama jantung
STATICSES
• S : Scope = Laringoskop
• T: Tube = ETT
• A : Airway = Mayo
• T : Tape = Plaster
• I : introducer = Stylet dan Magill forceps
• C : Conector
• S : Suction
• E : Elektroda
• S : Sarung tangan, spuit dan stetoskop pendek & panjang

Nurlayli Hidayati Husein 4


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
OBAT
TRIAS ANESTESI
1. Hipnotik Sedative
Nama Obat Dosis & Sediaan Indikasi Kontraindikasi Farmakokinetik Efek Samping
Thiopental / • Dosis induksi Thiopental • Induksi anestesi • riwayat alergi • onset : 10-20 detik • ↓ BP
Pentothal (konsentrasi 2,5%) 3-5 sebelum digunakan barbiturat (histamin • Durasi : 30 menit • takikardi
(Gol. Barbiturat) mg/kgBB IV perlahan obat anestesi yang rilis) • Di dalam thalamus • depresi nafas →
(habis dalam 30-60 detik). lain • ggn hepar menghambat konduksi apnea
• Sediaan : • induksi pada anestesi (↓metabolisme) ascenderen dalam • hiperkapnia
Bubuk berwarna kuning umum, operasi • Status asmatikus formatio reticularis, • hipoksia
- 1 ampul 500 mg singkat : jahit luka. • Syok hipovolemik (↓ dengan demikian • Anestesi kurang
- Dilarutkan dalam PZ 20cc • tambahan untuk sistolik) menghambat transmisi dalam → batuk,
→ 250mg/10cc, 25/cc anestesi regional dan • Porphyria impuls ke cortex. cegukan, spasme
• Bentuk larutan tahan 24-48 anestesi inhalasi • Pericarditis • Metabolisme di hepar laring,
jam • Sedasi constrictiva menjadi metabolit bronkospasme
• Bentuk serbuk tahan 5 • ginekologi kecil • Tidak ada IV akses inaktif dan • Nekrosis sentral
tahun (dilatasi, kurease) • Anak <4 tahun pusat pentobarbiral (partikel hepar
• menurunkan respisasi mudah lebih kecil • Injeksi harus hati-
Ice 25 metabolisme otak terdepresi sementara • ekskresi melalui urin hati agar tidak terjadi
my pada px yg
memerlukan
jalan nafas sempit
• Px hipotensi, asma,
• Depresses sensory and
motor cortex,
ekstravasasi yg
menimbulkan nyeri
resusitasi otak myastenia gravis, cerebellum hebat dan nekrosis
• terapi status insuf adrenal, insuf • Hypnotic effects of jaringan sekitar
convulsivus, tiroid, insuf barbiturates result from

Agonis Gaba
mengatasi kejang pankreas, myotonia, activity at GABA
muskuler distropo, receptor in the
ggn faal hepar dan polysynaptic midbrain
canalion
ginjal →
pengurangan dosis 4-
reticular formation
(controls CNS arousal) PKalivm prolong
5mg/kgBB → hiperpolarisasi →
sedasi
sedative
hiperpolangan

Nurlayli Hidayati Husein 5


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
Propofol • Dosis induksi Injeksi IV dipergunakan untuk • Alergi propofol • Onset IV 30-45 detik • Nyeri ditempat
(Gol. Barbiturat) Propofol 2-2,5mg/kgBB, anastesia • Gangguan jalan • Durasi IV 3-10 menit suntikan terutama
maintenance untuk anestesi pembedahan. nafas • Metabolisme oleh pada vena kecil
intravena total Infus • Ginjal konjugasi hati menjadi tetapi jarang flebitis
intravena 4- • Liver senyawa tidak aktif atau trombosis.
12mg/kgBB/jam • Syok (propofol glucoronide) • Cardiovascular :
• Sediaan : 200mg/2cc →1cc hipovolemik. • Eliminasi ekstrahepatik ↓BP, Bradikardi →
• Wanita hamil lewat ginjal asistol.
I
100mg
• Anak • Waktu paruh 40 menit • Respirasi →
lie • Usia >55 tahun • Ekresi : urin (88%), pengurangan volume
long dosis dikurangi feses (<2%)
• inhibitory function of the
tidal dan laju nafas,
depresi nafas, apnea,
neurotransmitter GABA • Dilaporkan kejang
through the dan gerakan
GABAA receptors and involunter selama
possibly reduced induksi.
glutamatergic activity • Nausea dan
through NMDA receptor cephalgia setelah
blockade → sadar
hiperpolarisasi
Ketamin • Dosis bolus induksi IV 1- • pasien dengan • TIK tinggi dan • Onset kerja 10-60 detik • Carvas → ↑ BP,
2,5 mg/kgBB, IM 5- resiko tinggi, misal pendarahan • Waktu paruh takikardia

bent 6mg/kgBB
• Sediaan :
untuk induksi syok
• tindakan operasi •
cerebral
Tekanan
distribusinya / pemulihan
10-15 menit
• Respirasi → ↓RR,
apneu pada
1000mg/10cc. ambil 1cc kecil intraokuler tinggi • Ketamin bekerja pada penyuntikan cepat
lalu encerkan dengan PZ • pasien asma • Trauma mata daerah asosiasi korteks • Nausea vomiting
9cc → 100mg/10cc → (sebagai terbuka otak, sedangkan obat lain • Mata → kelopak
10mg/cc bronkodilator) • Hipertensi tak bekerja pada pusat mata terbuka
• hipotensi terkontrol retikular otak spontan, pupil
ice • prosedur diagnostic • Hipertiroid • Metabolisme di hepar berdilatasi sedang,

long
pada bedah • Eklampsia & dengan mengubah diplopia, timbul
saraf/radiologi preeklampsia ketamin menjadi nistagmus, dan ↑
(arteriograf). • Gagal jantung norketamin (metabolit tekanan intraokuler
• Tindakan orthopedic • Unstable angina & aktif) • mimpi buruk dan
(reposisi, biopsy) infark myocard halusinasi

Nurlayli Hidayati Husein 6


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
• Ekskresi melalui ginjal • Kejang pada pasien
(urin) epilepsi
• Ketamine is a • Jika harus diberikan,
noncompetitive N- sebelumnya
methyl-D-aspartate diberikan sedasi
receptor antagonist that midazolam/diazepam
blocks glutamate. It has 0,1 mg/kgBB IV dan
a direct action on the mengurangi salivasi
cortex and limbic atropin sulfat 0,01
system. mg/kgBB

Midazolam • Dosis : 0.07-0,1 • Premedikasi • Alergi gol. • Mengikat reseptor di • apnea


(gol.Benzodiazepin) mg/kgBB/iv • Induksi anestesi Benzodiazepin beberapa lokasi SSP • Mual muntah
• Sediaan : • Penunjang anestesi • Intoksikasi alkohol (sistem limbik dan • Nyeri kepala,
• Cairan inj isi 3 cc (1 cc = 5 umum akut formasi retikuler), efek cegukan
mg) → 1 ampul 15 mg • Sedative • Glaukoma sudut dimediasi melalui • Carvas →
• 1 ampul 5 mg • Anestesi lokal tertutup akut sistem GABA reseptor, bradikardi, takikardi
• Bayi prematur peningkatan • Respirasi → spasme
• Myasthenia gravis permeabilitas membran laring, batuk,
sarat terhadap ion CL- bronkospasme,
meningkatkan efek dispneu
penghambatan terhdap • Halusinasi,
GABA → mengantuk
hiperpolarisasi dan berlebihan, ataksia
stabilisasi membran • Ruam kulit, urticaria,

404 018157 saraf


• : 30 detik
• Durasi : 15-80 menit
pruritus
• Episode amnesia

Nurlayli Hidayati Husein 7


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
• Distribusi terikat
dengan protein
• Metabolisme di hepar
menjadi α-
hydroxymidazolam
mentabolit aktif
• ekskresi urin (90%
dalam 24 jam) dan feses
(2-10% dalam 5 hari)

s
2. Analgetik → opioid
Nama Obat Dosis & Sediaan Indikasi Kontraindikasi Farmakokinetik Efek Samping
Morfin • Morfin IV 0,03-015 • Mengatasi nyeri berat • Obstruksi sal.nafas • Onset 5-10mnt (IV) • Mual dan muntah
mg/kgBB, IM 0,05-0,2 (nyeri tumpul dan terus • Depresi nafas • Durasi 4jam • Kontraksi otot (pupil,
mg/kgBB menerus) • Ileus paralytic • Volume distribusi : 1- sphincter usus,
• Sediaan : 10mg/cc. • Membebaskan dari 6L/kg konstriksi pylorus,
diencerkan dengan PZ 9 cemas terapi status • Aksi analgesi terjadi peristaltik lambung
cc → 1mg/1cc convulsivus pada sinaps antara berkurang →
• Mengatasi kejang reseptor neuron dan konstipasi, sphincter

ntitiinix connector neuron afferent


pada substansia
oddi → ggn. Ekresi
empedu)
• Pusing, Sakit kepala
gelatinosa medulla
dnenwtmnw.no spinalis, interneuron • Respirasi → ↓RR,
medial pada nucleus depresi represi,
ekiitatorik YA Ioasong póstera ventral thalamus,
hipothalamus, inter
bronkokonstriksi,
refleks batuk
di presina.pt neuron korteks, amígdala • Carvas → ↓Nadi dan

Sms You
dan thalamus. Efek BP
analgesi timbul akibat • Endokrin →
SON depresi pada pusat
fasilitasi supraspinal dan
peningkatan ADH
dan katekolamin →
depresi pada pusat gluconeogenes
refleks spinal. • Gatal pada hidung,
mulut dan bibir

Nurlayli Hidayati Husein 8


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
• Metabolisme di hati dan
ginjal
• Ekskresi di urin (90%),
8% lewat empedu.
Fentanyl • 1 vial 100mcg/2cc → untuk anastesia • Gangguan jalan • Analgesik reseptor opiate • Ketergantungan,
1cc/50mcg/0,05mg. pembedahan nafas (agonis narcotic) → euforia
• Dosis 1-2 mcg/kgBB • Alergi golongan menghambat ascending • Perlambatan EKG
agonis narcotic nyeri sehingga mengubah • Miosis, mulut kering,
• Asma akut/berat respon terhadap nyeri. • Anxiety, apneu
50mg yang tidak Menyebabkan anelgesia, • Mual dan muntah
terkontrol depresi pernapasan dan • kekakuan otot
• Depresi nafas sedasi (thorax, abdomen dan
• GI obstruktif & • Onset : 30 detik ekstremitas pada IV
paralitik • Durasi : 30-60 menit cepat)
• Bioavaibilitas 50% • Depresi nafas
• Volume distribusi adalah • peningkatan kadar
4-6 L/kg. gula, katekolamin
• Metabolisme di hati oleh plasma, ADH, renin,
CYP3A4 aldosteron dan
• Waktu paruh 2-4 jam kortisol
• Ekresi : urin 75% dan
empedu / feses 9%
Pethidin • Dosis : 0,5-2mg/kgBB Mengatasi nyeri • Alergi golongan • Analgesik reseptor opiate • Respi → volume
• Sediaan : 1 vial agonis narcotic (agonis narcotic) → tidal menurun,
100mg/2cc. diencerkan • Asma akut/berat menghambat ascending konstriksi bronkus,
agonic dengan PZ 8cc →
10cc/100mg →
yang tidak
terkontrol
nyeri sehingga mengubah
respon terhadap nyeri.
depresi nafas
• Carvas → Hipotensi,

n 1cc/10mg • Depresi nafas


• GI obstruktif &
Menyebabkan anelgesia,
depresi pernapasan dan
bradikardi,palpitasi
• Pusing, berkeringat,
10k100mg paralitik sedasi euforia, mulut kering
Ice la 10 • Gangguan ginjal • Onset : 1 menit
• Durasi : 2-4 jam
• Mual & Muntah
• Gangguan liver • TIK ↑
• Syok hipovolemik • Metabolisme di hepar via • Halusinasi
• Peningkatan TIK hydrolisis, partial
konjugasi dengan asam

Nurlayli Hidayati Husein 9


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
glucoronic, N- • Dosis tinggi →
dementhylation Tremor, kejang,
• Ekskresi di ginjal melalui koma dan kematian
urin

Rocuronium
e
3. Muscle Relaxant
Nama Obat Dosis
• Dosis : 0,6-1,2 mg/kgBB
Indikasi
- General anestesi →
Kontraindikasi
- Hipersensitivitas
Farmakokinetik
- Muscle relaksan tipe
Efek samping
- Carvas : hypotensi
bromide • Sediaan 1 vial 50mg/5cc Intubasi endotrakea, neuromuscular nondepolarizing → transient, hipertensi,
→ 10mg/cc ventilasi mekanik blocking agent antagonis reseptor takikardi, abnormal
- Relaksasi lapangan - Gangguan hepar kolinergik sehingga EKG
Ant operasi
- Menghilangkan
dan ginjal menghambat
depolarisasi
- Respirasi : apneu
- Edema tempat
Ach spasme laring dan - Onset : 45-90 detik injeksi
mencegah skulus
refleks jalan nafas - Durasi : 15-150 menit - Gatal, cegukan
- Mencegah fasikulasi - Metabolisme oleh hepar - Nausea
depolarisan
neuroma otot akibat - Eksresi : urin 30%, feces
di suksinikolin 70%
Vecuronium • Dosis : 0,08-0.1 - Hipersensitivitas - Muscle relaksan tipe - Kelemahan /
Bromide mg/kgBB neuromuscular nondepolarizing → paralisis otot skletal
• Sediaan : 1ampul blocking agent antagonis reseptor - Respiratory
4mg/ml - Penyakit kolinergik sehingga insufisienso / apnea
neuromuscular menghambat - Gatal
- Obstruksi depolarisasi - Akut kuadriplegi
hepatobilier - Onset : 1-3 menit myopathy syndrome
- Ggn ginjal - Durasi : 25-30 menit
- Metabolisme : belum
jelas (medscape)
- Ekskresi : urin 30%,
bile/feces 45%
Atracurium • Dosis : 0,3-0,5 mg/kgBB - Hipersensitivitas - Muscle relaksan tipe - Skin flush, eritema
Besylate • Sediaan : 1 ampul neuromuscular nondepolarizing → - Wheezing,
10mg/ml blocking agent antagonis reseptor peningkatan sekresi

Nurlayli Hidayati Husein 10


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
- Myastenia gravis kolinergik sehingga bronkus,
- Penyakit paru menghambat depolarisasi bronkospasma
- Elektrolit - Onset : 1-3 menit - Pruritus, urticaria
imbalance - Durasi : 25-30 menit
- Metabolisme di hepar
dan renal
- Ekskresi : urin 5%, feces
(bilier)

4. Emergency
Nama Obat Dosis & Sediaan Indikasi Kontraindikasi Farmakokinetik Efek Samping
Ephedrin • Dosis : - Advanced cardiac - Hipersensitivitas
Epinephrine, an active - Nyeri epigastrik
• Sediaan : 1 vial 50 mg/cc → life support - Hipertensi principle of the adrenal - Hiperglikemi
dioplos PZ 9cc → 50mg/10 cc = - Syok anafilaktik - Glukoma sudut medulla, is a direct- - Dispneu
5mg/cc - Asma akut terbuka acting - Keringat berlebih
vasokonstriktor - Hipertensi okular, - aritmia sympathomimetic. It - Hipersalivasi
glukoma sudut stimulates α- and β- - Ekstremitas dingin
terbuka adrenergic receptors - hipokalemi
resulting in relaxation
pCO of smooth muscle of
the bronchial tree,
vasokoustriki cardiac stimulation and
dilation of skeletal
muscle vasculature. It
is frequently added to
local anaesthetics to
retard diffusion and
limit absorption, to
prolong the duration of
effect and to lessen the
danger of toxicity.
Atropin Sulfate • Dosis : 0,005 mg/kgBB - Bradikardi - Glaukoma sudut Atropine is an
• Sediaan : 1 vial 0,25mg/cc - Preanestesi tertutup anticholinergic agent
anti - - Ileus paralitik which competitively

Ach Nurlayli Hidayati Husein 11


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
- Stenosis pylorus blocks the binding of
- Laktasi acetylcholine to
muscarinic receptors at
the parasympathetic
sites in the CNS and
peripheral tissues such
as the heart, intestines,
bronchial muscles, iris
and secretory glands.
Atropine abolishes
bradycardia by
diminishing vagal
activity thereby
increasing heart rate. It
promotes
bronchodilation by
inhibiting secretions in
the respiratory tract and
relaxing the bronchial
smooth muscles.
Topical atropine onto
the eyes induces
mydriasis and
cycloplegia by
inhibiting circular
pupillary sphincter
muscle contraction and
paralysing the ciliary
muscles responsible for
accommodation
respectively.
Dexamethason • Dosis :
• Sediaan : 5mg/cc

Nurlayli Hidayati Husein 12


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

5. Inhalasi
A. N2O : obat dasar anastesi umum inhalasi dan dikombinasikan dengan oksigen perbandingan 70:30.
B. Isofluran : merupakan halogenasi eter berbentuk cairan. Bersifat iritatif terhadap jalan nafas menimbulkan batuk dan menahan napas.
Bersifat hipnotik, analgetik ringan dan muscle relaxant ringan.

Nurlayli Hidayati Husein 13


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

PRE-MEDIKASI

• Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, BB & TB, Alamat, Tanggal MRS
• Anamnesis
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat penyakit sosial
- Riwayat operasi dahulu
- Riwayat alergi
- Riwayat konsumsi obat
- Riwayat kebiasaan : perokok, alkohol, gigi palsu
- Puasa
• Pre-Operasi Anestesi B6
- Breath → Airway (tanda obstruksi, buka mulut, leher, skor mallampati, kondisi gigi), Breath (look,
feel, listen)

cormak
Lehame
Grading
Skor Malampati
- Blood → Akral hangat kering merah, CRT, Nadi, Tensi, Auskultasi jantung, Lab Darah lengkap)
- Brain → GCS, Kondisi pupil (PBI, Diameter, Refleks Cahaya)
- Bladder → Kateter (Volume, warna), Lab RFT
- Bowel → Abdomen Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi, Lab LFT
- Bone → Look, Feel, Move
• Pmx Fisik PreAnestesi
- Kesadaran
- Berat badan dan tinggi badan
- Tensi, Nadi, RR, Suhu, SpO2
• Skor ASA
- ASA 1
- Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi.
- ASA 2

Nurlayli Hidayati Husein 14


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

- Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan, hamil, obesitas, penyakit
paru irngan, kadang minium alkohol
- ASA 3
- Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi tidak mengancam
jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol, COPD,
CKD dengan HD rutin, TIA, CVA, ACS (>3 bulan terakhir)
- ASA 4
- Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan dioperasi.
Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum, HF, CKD tidak rutin HD, RHD, TIA, CVA, ACS
(<3 bulan terakhir)
- ASA 5
- Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan
tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien koma berat, ruptur aneurisma
abdomen / thoracal, perdarahan masif, perdarahan intracranial, multiple dysfunction organ.
- ASA 6
- Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk kemudian
diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

Nurlayli Hidayati Husein 15


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

POST-OPERASI

Nurlayli Hidayati Husein 16


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

Nurlayli Hidayati Husein 17


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

RESUSITASI CAIRAN
• Tujuan terapi cairan
- Mengganti cairan yang hilang
intracel 4 40 6
- Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung
Y
extracel 20 interlitial
- Mencukupi kebutuhan per hari
- Mengatasi syok g intravascular
- Mengoreksi dehidrasi
- Mengatasi kelainan akibat terapi yang lain (pemberian diuretic)
• Jenis Cairan dan indikasinya
1) Cairan pemeliharaan / rumatan (maintenance)
1. Tujuan : mengganti kehilangan (kebutuhan sehari-hari) air tubuh lewat urine, feses, paru, dan
keringat (sesuai dengan umur)
▪ Dewasa 1,5 - 2 ml/kg/jam
▪ Anak-anak 2 – 4 ml/kg/jam 4481451hr
▪ Bayi 4 - 6 ml/kg/jam
▪ Neonatus 3 ml/kg/jam
2. Cairan penggantinya bersifat hipotonis-isotonis :
- Sedikit mengandung elektrolit / Hipotonis
- Dextrose 5% dalam NaCl 0,9% (D5NaCl 0,9) / D5NS
- Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% (D5NaCl 0,45) / D5 ½ NS / N2
- Dextrose 5% dalam NaCl 0,225% (D5NaCl 0,225) / D5 ¼ NS / N4
- Dextrose 5% dalam Ringer Laktat
- Dextrose 5% dalam Ringer
- Maltose 5% dalam Ringer
- Non elektrolit / Isotonis
- Dextrose 5% atau 10% dalam air (D5W atau D10W)
- Maltose 5% atau 10%
2) Cairan pengganti (replacement)
– Tujuan : mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau proses patologi
seperti fistula, efusi pleura, asites, drainase lambung, dehidrasi, perdarahan pada pembedahan atau
cedera.
– Cairan penggantinya bersifat isotonis :
• Cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
• Cairan koloid (Dextrans (jarang) 40 dan 70, Expafusin, HES, gelatin (Gelofusin), albumin, dan
plasma)
3) Cairan untuk tujuan khusus
– Cairan bersifat hipertonis yang digunakan khusus → koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
(hipernatremi, hiperkalemi, hiperkalsemi)
• Natrium bikarbonat 7,5%
• NaCl 3%
• Kalsium glukonas, dll.
4) Cairan nutrisi
– Nutrisi parenteral pada pasien yang tidak mau makan, tidak boleh makan, dan tidak bisa makan per
oral.
– Komposisi → parenteral parsial / total untuk penyakit tertentu (tabel produk lengkap dengan
kemasan, komposisi, sifat kimia, dan fisik), harus tau isinya apa aja → baca tabel

Nurlayli Hidayati Husein 18


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Perbandingan Kristaloid dan Koloid Kan dungan plasma


Sifat Kristaloid Koloid
Berat Molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat Lebih lama
(intravaskular & interstitial) (intravaskular)
Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
(HES ggn pembekuan darah)
Penggunaan Untuk dehidrasi dan pendarahan Untuk Pendarahan masif
Koreksi 2-3x dari jumlah pendarahan Sesuai jumlah pendarahan
pendarahan (>4-5 L bisa edema jaringan)

• Kebutuhan cairan perhari


• Berdasarkan umur
1. 0 - 1 tahun : 120 mL/kgBB
2. 1 – 3 tahun : 100 mL/kgBB
3. 3 – 6 tahun : 90 mL/kgBB
4. 7 tahun : 70 mL/kgBB 1500
5. Dewasa : 40 – 50 mL/kgBB a
• Berdasarkan berat badan
1. 0 – 10 kg = 100 mL/kgBB y
2. 10 – 20 kg = 1000 mL + 50 mL/kgBB (di atas 10 kg)
3. Di atas 20 kg = 1500 mL + 20 mL/kgBB (di atas 20 kg)
4. Dewasa = 40 - 50 mL/kgBB
• Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
• Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
• Mengukur perbedaan input dan output
1. Perbedaan tersebut termasuk urine, muntah, drainase, insensible water loss, dll serta kebutuhan
minimum per hari
2. Perbedaan tidak lebih dari 200 – 400 mL/hari
3. Insensible water loss sekitar 15 mL/kgBB/hari
Rumus menghitung IWL Pediatric
- 1 -12 bulan = 40 ml/kgBB/hari
- 1-5 tahun = 30 ml/kgBB/hari
- >5 tahun = 20 ml/kgBB/hari
4. Kehilangan akibat pe↗ suhu/derajat Celcius/hari sekitar 10% dari kebutuhan per hari

• Penilaian terapi cairan


• Penilaian non invasif
1. Perubahan tingkat kesadaran
▪ Penilaian Glasgow Coma Scale secara berkala
2. Perubahan hemodinamik
▪ Tekanan darah, denyut nadi
3. Perubahan perfusi perifer atau turgor kulit → CRT, akral dingin atau pucat
4. Produksi urine (minimal 0,5 mL/kgBB/jam) → pasang kateter
5. Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium (asam basa dan elektrolit)

Nurlayli Hidayati Husein 19


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Penilaian invasif
1. Pemasangan kateter vena sentral (vena subclavia, vena jugularis) → mengukur tekanan vena
sentral (penuntun dalam pemberian terapi cairan)

• Jalur pemberian terapi cairan


metacarpal

1
• A. Kanulasi vena perifer
dorsalis V dorsalis
1. Pilihan vena : pedis
▪ Pilihan pertama → daerah ekstremitas atas (lengan bawah, lengan atas)
▪ Pilihan kedua → daerah ekstremitas bawah
▪ Hindari vena daerah kepala → tidak stabil fiksasinya, mudah terjadi hematom
▪ Bayi baru lahir → vena umbilikalis (kanulasi darurat)
2. Lokasi insersi atau tusukan :
▪ Dari paling distal pada vena yang besar dan lurus → hindari daerah persendian (mudah mengalami
pergerakan, mengganggu aliran infus)
▪ Vena seksi → vena perifer sulit diidentifikasi secara langsung (bayi, anak-anak, pasien gemuk,
kolaps kardiovaskular) 30’
3. Kanul atau kateter
▪ Kanul teflon atau kanul sejenis yang fleksibel
▪ Hindari penggunaan jarum infus yang merupakan satu kesatuan dengan set infus
▪ Pemakaian jarum bersayap → prosedur singkat
4. Asepsis
▪ Untuk mencegah infeksi
5. Fiksasi yang adekuat
• Kanulasi vena perifer dilakukan untuk :
o Terapi cairan pemeliharaan dalam waktu singkat (tidak lebih dari 3 hari)
▪ > 3 hari → pindah lokasi vena, set infus harus diganti
o Terapi cairan pengganti dalam keadaan darurat, untuk mengganti kehilangan cairan tubuh atau
perdarahan akut
▪ Beberapa kanulasi di tempat yang berbeda
o Terapi obat lain secara intravena yang diberikan secara kontinyu atau berulang
B. Kanulasi vena sentral
1. Pilihan vena :
▪ Kanulasi jangka panjang (nutrisi parenteral total) →
vena subclavia atau vena jugularis interna
▪ Kanulasi jangka pendek → vena ekstremitas atas
(kubiti), atau vena seksi
2. Pelaksana : dokter yang terlatih
3. Kanul atau kateter : khusus
4. Asepsis : mutlak harus diperhatikan
▪ Kanul atau kateter langsung masuk ke dalam jantung
5. Fiksasi harus adekuat
▪ Mencegah keluar masuknya kateter yang berada di luar
kulit

Nurlayli Hidayati Husein 20


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Kanulasi vena sentral dilakukan untuk :


1. Terapi cairan dan nutrisi parenteral jangka panjang
▪ Cairan nutrisi parenteral dengan osmolaritas tinggi →
mencegah iritasi pada vena
2. Jalur pintas terapi cairan dalam keadaan darurat
▪ Kolaps kardiovaskular → vena perifer sulit diidentifikasi
▪ Vena jugularis interna tetap terbuka, mudah dikanulasi
3. Pemantauan aliran darah balik secara invasif pada keadaan syok
4. Pemasangan alat pacu jantung (keadaan darurat)

• Resusitasi Cairan
• Pemberian cairan adekuat dalam waktu relatif cepat pada penderita gawat akibat kekurangan cairan
→ perdarahan akibat kecelakaan atau sebab lain
• Kehilangan cairan tubuh sebanyak lebih dari sepertiga cairan tubuh → berakibat fatal
• Cairan tubuh :
1. Intrasel → ion kalium, protein, PO4-
2. Ekstrasel → bantalan terhadap cairan intrasel
▪ Cairan interstitial → Na+, Cl-
▪ Cairan intravaskuler→ darah

• Pemberian terapi cairan


• Hipovolemia
1. Tanda klinis : mulut kering, haus, tekanan darah rendah, nadi cepat, respirasi cepat, dingin, produksi
urine kurang, kesadaran terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
▪ Tekanan vena sentral
▪ Cardiac output
▪ Oxygen consumption
▪ pH darah

Nurlayli Hidayati Husein 21


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

▪ Mixed venous oxygen saturation


▪ Serum laktat

1.
Dehidrasi
pierce score
Defisit air dalam tubuh, disebabkan oleh masukan yang kurang atau ekskresi yang berlebihan
2. Gejala dan tanda :

• Mengembalikan air dan garam yang hilang


• Jumlah dan jenis cairan yang harus diberikan →derajat dan jenis dehidrasi serta jenis elektrolit yang
hilang
• Pilihan cairan : jenis kristaloid (Ringer Laktat atau NaCl 0,9%)
• Kristaloid
• Jenis cairan :
• NaCl isotonis
• Ringer lactate
• Ringer acetate
• Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel (intravaskuler dan interstitial) → indikasi dan
sangat efektif mengisi ruang ekstrasel bila kehilangan cairan
• Pemberian NaCl isotonis >>> → asidosis hiperkloremik
• masuk intravaskuler menuju ke interstitial
• Ringer laktat → cairan yang ideal (komposisinya hampir sama dengan cairan tubuh)
• Ringer asetat → untuk gangguan hepar (dimetabolisir di otot dan jaringan lain)
• dalam keadaan darurat yang memerlukan banyak cairan → cairan dekstrose dalam NaCl
tidak dianjurkan (menyebabkan intoksikasi air)
A. Cairan Hipotonik
• Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L) → cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
• Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
• Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial
• Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
B. Cairan isotonik
• osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) = 285
mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
• Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun).
• Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi.

Nurlayli Hidayati Husein 22


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)

C. Cairan Hipertonik
• Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L), sehingga “menarik” cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
• Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
• Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl
0,9%, produk darah (darah), dan albumin

• Koloid
• Jenis :
• Albumin
• Larutan gelatine
• Larutan dextrans
• Larutan HES (hidroxyethyl starch)
• Efektif untuk penggantian volume cairan selama perdarahan hebat →lebih efisien
dibandingkan kristaloid
• Tetap dalam sirkulasi 1 – 4 jam → mengisi ruang intravaskuler (sangat efektif pada keadaan
hipovolemik)
• Harga lebih mahal
• Dapat menyebabkan reaksi anafilaktoid (jarang)

Nurlayli Hidayati Husein 23


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Darah
• Transfusi diberikan bila :
• Dewasa : perdarahan > 15% EBV
• Bayi : perdarahan > 10% EBV
• Mengisi ruang intravaskuler → pengganti utama bila terjadi syok karena perdarahan
• Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah eritrosit (3% BB) → volume darah berkisar 8%
dari BB
• Jumlah volume darah berdasarkan estimated blood volume (EBV) :
• Neonatus 90 mL/kgBB
• Bayi dan anak 80 mL/kgBB 60kg70mL
• Dewasa 70 mL/kgBB
• Bila ada indikasi perubahan fisiologik jelas
• Whole blood : (Hbx – Hbpasien) x BB X 6 = ... mL
78.70 5
• Packed red cell : (Hbx – Hbpasien) x BB X 3 = ... mL 5460
• Klasifikasi Perdarahan

cemas lelah Kesadarant


bingung

Nurlayli Hidayati Husein 24


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

Syok Hipovolemi

40me

to20
394

2
5460 44 5961

ux

Nurlayli Hidayati Husein 25


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

BASIC LIFE SUPPORT


2. Airway Management
- Tanda jalan nafas tidak paten :
ngorokbenda padat
• Suara nafas abnormal : Snoring, gurgling, stridor
• Ada tarikan otot leher distres berkumar benda cai
• Ata cekungan di suprasternal notch
ngoyo
• Cekungan di daerah iga dan dibawah diafragma
• Tidak terara adanya udara ekspirasi
- Manajemen jalan nafas :
• Look (lihat) → melihat gerak nafas / pengembangan dinding dada dan adanya retraksi sela iga
• Listen (dengar) → mendengar aliran udara pernapasan
• Feel (rasa) → merasakan adanya aliran udara pernapasan
- Pasien tidak sadar bisa terjadi sumbatan jalan nafas karena
hilangnya tonus otot-otot tenggorokan sehingga lidah jatuh ke
belakang dan menyumbat bagian faring. Bisa saja terjadi
pernapasan spontan tetapi ventilasi tidak adekuat karena lidah,
epiglotis maupun benda asing yg menutup jalan nafas sehingga
mengakibatkan obstruksi jalan nafas → tempatkan pasien ke
posisi mantap / “recovery position”
- Pembebasan jalan nafas tanpa alat
A. Head-tilt chin lift maneuver → posisikan
telapak tangan pada dahi dan dorong
kebelakang pada waktu yang bersamaan
tangan yang lain mendorong dagu ke atas.
Kontraindikasi pada pasien curiga adanya
trauma
B. Jaw thrust maneuver → posisikan kedua
tangan di sudut rahang kiri dan kanan
kemudian dorong ke depan arah atas secara
bersamaan
- Pembebasan jalan nafas dengan alat bantu
A. Oropharyngeal Airwaya (OPA)
• Indikasi : pasien tidak sadar bila head tilt chin lift tidak berhasil mempertahankan jalan nafas
atas terbuka
• Kontraindikasi : pasien sadar / setengah sadar karena menyebabkan batuk dan muntahtraumamul
• Manfaat : mencegah pangkal lidah jatuh ke belakang, fasilitas suction, mencegah lidah tergigit /
ETT
• Komplikasi : Obstruksi total, laringospasme, muntah

Nurlayli Hidayati Husein 26


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Ukur ETT →

• Cara pemasangan : angulus mandibular


➢ Pakai sarung tangan, buka mulut dengan cara chin lift, bersihkan dan basahi pipa orofaring
agar licin dan mudah dimasukkan
➢ Arahkan lengkungan menghadap langit-langit mulut (palatal) masukkan setengah lalu putar
lengkungan mengarah ke bawah lidah dan dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
➢ Pastikan lidah sudah bertopang dengan pipa orofaring dengan melihat pola napas, rasakan dan
dengarkan suara nafas pasca pemasangan

• Jenis : Guedel dan Berman

Guedel

Berman
B. Nasopharyngeal Airways (NPA)
• Indikasi : pasien sadar dan setengah sadar dengan nafas spontan, jika ada kesulitan OPA karena
terdapat trauma mulut atau trismus

Nurlayli Hidayati Husein 27


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Komplikasi : kerusakan mukosa nasal, laringospasme, masuk esofagus


• Cara pemasangan :
➢ Pakai sarung tangan dan nilai besarnya
lubang hidung dengan besarnya pipa
nasofaring dan nilai adakah kelainan di
cavum nasi
➢ Pipa nasofaring diolesi jeli
➢ Pegang pipa nasofaring dengan ujungnya
menghadap ke telinga dan dorong pelan-
pelan hingga seluruhnya masuk lalu fiksasi
dengan plaster
• Ukuran :

tragus hidung

C. Tracheal Intubation
letti
• Intubasi endotrakea : proses memasukkan pipa endotrakea ke dalam trakea pasien
• Indikasi : henti jantung, gagal nafas, pasien sadar tetapi ventilasi tidak adekuat, proteksi jalan
nafas pada pasien tidak sadar, bila semua cara lain gagal
• Keuntungan :
- Menjaga jalan nafas atas terbuka
- Mengurangi risiko aspirasi
- Fasilitas suction cairan di trakea
- Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
- Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal yang tepat sehingga pengembangan
paru adekuat
• Kesulitan
- Leher pendek berotot
- Mandibula dan maxilla menonjol
- Uvula tidak terlihat (skot mallampati grade 3/4)
- Gerak sendi temporomandibular terbatas
- Gerak vertebrae cervical terbatas
Class Pilar Faring Uvula Palatum molle
1 + + +
2 - + +
3 - - +
arensfaring
Nurlayli Hidayati Husein 28
NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

4 - - -

durum
hang

• Alat intubasi endotrakeal


Handscoon, laringoskop (handle + blade) yang sesuai, endotrakeal tube, stylet/mandrin, pipa
oro/nasofaring, kanula dan masker oksigen, ambu bag, pelumas / jelly, stetoskop, spuit, plaster,
gunting, obat-obatan sedatif

Nurlayli Hidayati Husein 29


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Laringoskopi : alat untuk melihat laring secara langsung agar dapat memasukkan pipa trakea.
Ada 2 macam laringoskop.

Macintosh → bayi – anak – dewasa


Miller → anak besar – dewasa
• Pipa endotrakea tube
Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai bibir
Prematur 2.0-2.5 10 10 cm
Neonatus 2.5-3.5 12 11 cm
1-6 bulan 3.0-4.0 14 11 cm
6 -12 bulan 3.5-4.0 16 12 cm
1-4 tahun 4.0-5.0 18 13 cm
4-6 tahun 4.5-5.5 20 14 cm
6-8 tahun 5.0-5.5 22 15-16 cm
8-10 tahun 5.5-6.0 24 16-17 cm
10-12 tahun 6.0-6.5 26 17-18 cm
12-14 tahun 6.5-7.0 28-30 18-22 cm
Dewasa wanita 6.5-8.5 28-30 20-24 cm
Dewasa pria 7.5-10.0 32-34 20-24 cm
Cara memilih pipa endotrakeal untuk bayi dan anak kecil
➢ Diameter = 4.0 + ¼ umur (tahun)
➢ Panjang pipa orotrakeal & nasotrakeal = 12 + ½ umur 46

Eg
• Cara pemasangan endotrakeal tube
1. Pastikan keaadaan steril dan tidak ada yang cacat.
2. Cuci tangan, memakai masker dan
handscoon
3. Pasang blade pada handle laringoskop dan
pastikan lampu menyala terang
4. Arahkan asisten untuk imobilisasi manual
(head tilt chin lift / jaw thrust) dengan
kepala ekstensi
5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri dan
masukkan pada mulut sisi kanan pasien,
geser lidah ke kiri

Nurlayli Hidayati Husein 30


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN
Lavingorkop
6. Epoglotis akan terlihat dan kemudian pita suara. Manipulasi trakea dari luar dengan menekan
kebelakang, atas dan kanan (BURP = Backward, upward, rightward) agar trakea dan pita
juara lebih jelas
7. Masukkan ETT pelan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke rima glotis
masuk ke celah pita suara
8. Kembangkan balon lalu lakukan ventilasi bag to tube untuk memeriksa posisi ETT, periksa
secara visual gerakan chest valve / bag valve pada ventilasi
9. Inspeksi pengembangan dada, Auskultasi 5 tempat lapang paru atas dan bawah kanan kiri
serta diatas perut dada dan dengarkan aliran udara yang masuk lewat ETT
10. Fiksasi ETT dengan plster dan hubungkan dengan konektor sumber oksigen, pasang pulse
oxymetry
• Cara pemberian ventilasi
1. Mulut ke sungkup muka
2. Bag mask device ke mulut / pipa trakea / LMA / combitube
➢ Tanpa oksigen : volume tidal 10ml/kgBB dalam 2 detik
➢ Dengan oksigen (≥40%) volume tidal 6-7ml/kgBB dalam 1-2 detik
• Pemberian oksigen :
➢ Nasal kanul : O2 1-6lpm → 24-44% O2
➢ Face Mask : O2 6-10lpm → 40-60% O2
➢ Face Mask dengan O2 Reservoir : O2 6-10lpm → 60100% O2
➢ Venturi Mask : 24% / 35% / 38% / 40% O2
D. Laryngeal Mask Airway / sungkup laring (LMA)
E. Combitube (Pipa esofagus – trakea)

Nurlayli Hidayati Husein 31


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

BASIC LIFE SUPPORT

➢ Memastikan lingkungan aman


➢ Menilai Respon Penderita
- Setelah memastikan lingkungan bagi pasien dan penolong aman
- Menilai respon → menepuk / menggoncangkan badan dengan memanggil
pasien.
- Tidak ada respon → aktivasi sistem layanan gawat darurat → berteriak minta
tolong / menghubungi sarana kesehatan / ambil AED
➢ Mengaktifkan sistem emergency
- Luar RS : Berteriak meminta tolong atau menelpon ambulance / 119
- Dalam RS : Code blue
- Nilai nafas (pergerakan dinding dada) dan nadi karotis 5-10 detik →
Dikelompokkan menjadi 3 :
1. Nafas normal, ada denyut → pantau hingga tenaga medis datang
2. Nafas tidak normal, ada denyut → 1 nafas buatan setiap 5-6 detik atau 10-12 nafas buatan per
menit. Evaluasi denyut setiap 2 menit.
3. Nafas dan denyut tidak ada → CPR siklus 30 kompresi dan 2 nafas buatan
➢ Chest compression
- Dibaringkan di tempat beralas keras
- Lokasi di tulang dada, setengah bagian bawah sternum → 2 ibu jari
dari sternum tarik ke cranial.
- Tekan KUAT dan CEPAT:
o Kecepatan 100-120 x/menit
o Kedalaman 5-6 cm
- Complete chest recoil → kesempatan dinding dada kembali seperti
semula
- Minimalkan interupsi terhadap kompresi dada

Nurlayli Hidayati Husein 32


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

- Posisi tangan : 2 tangan mengepal


- Posisi tubuh : tangan lurus dan hip jadi tumpuan

➢ Airway
- Buka jalan nafas
- Head tilt – chin lift
- Jaw thrust
- Dilakukan setelah 30 kompresi

➢ Breathing
- Bantuan nafas sampai dada mengembang selama
1 detik, melalui mulut ke mulut, mulut ke
hidung, mulut ke sungkum, menggunakan baging
- Dilakuan setelah 30 kompresi dada

- Teknik C-E Clamp pada saat menggunakan baging :


o 2 penolong : satu penolong di atas kepala pasien, penolong ke dua memompa
o 1 penolong : Melakukan pompa sambil memperhatikan pergerakan dinding dada

➢ Pada anak fokus penanganan airway!! Paling banyak karena kegawatan nafasnya. Yang membedakan
dengan rasio 15:2

Nurlayli Hidayati Husein 33


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

BHD Anak (1-8 tahun)


• Kompresi dada
• Letakkan tumit satu tangan pada ½ bawah sternum, hindarkan jari-jari pada tulang
iga anak
• Menekan sternum sedalam 4-5 cm kemudian lepaskan dengan kecepatan 100-
120x/menit
• Buka jalan napas, berikan napas buatan
• Setelah 30 kali kompresi, buka jalan napas dan berikan 2 kali napas buatan sampai
dada terangkat (1 penolong)
• Kompresi dan napas buatan dengan rasio 15 : 2 (2 penolong)
BHD Bayi
• Kompresi dada
• Letakkan 2 jari satu tangan pada ½ bawah sternum, lebar 1 jari berada di bawah garis intermamaria

Nurlayli Hidayati Husein 34


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

• Menekan sternum sedalam 4 kemudian angkat tanpa melepas jari dari sternum dengan kecepatan 100-
120x/menit
• Buka jalan napas, berikan napas buatan
• Setelah 30 kali kompresi, buka jalan napas dan berikan 2 kali
napas buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
• Kompresi dan napas buatan dengan rasio 15 : 2 (2 penolong)

Nurlayli Hidayati Husein 35


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

Nurlayli Hidayati Husein 36


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

Sumbatan Jalan Nafas oleh Benda Asing


▪ DEWASA ANAK

➢ Prosedur Hemlich
➢ 1. Pasien dewasa ukuran tubuh lebih kecil dari penolong
Tangan kanan genggam, tangan kiri melingkupi → letakkan di ulu hati →
beri hentakan kuat dan mendadak ke arah supero posterior untuk menarik
diafragma ke atas → akibatnya udara di paru-paru akan keluar ke saluran
nafas dan mengeluarkan benda asing
➢ 2. Pasien dewasa ukuran tubuh lebih besar dari penolong atau pasien
tidak sadar
Pasien berbaring → bebaskan airways → kepala pasien ekstensi → kedua
tangan di ulu hati → posisi penolong ada di atasnya bukan disamping →
dorong ke arah supero posterior

➢ 3. Pasien bayi
➢ Pasien berbaring → dada atau perut ada di paha
penolong → bahu dan dagu disangga dengan tangan
kiri sambil kepala ditengadahkan/ekstensi → beri
hentakan kuat di punggung dengan telapak tangan
kanan → paru-paru tertekan, udara mengalir, benda
asing keluar → pasien nangis
➢ *bahu disangga agar tekanan paru tetap positif
➢ *jangan lupa kepala pasien ekstensi!

Nurlayli Hidayati Husein 37


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

➢ 4. Jika tersedak sendiri


➢ Benturkan ulu hati ke benda yang agak tumpul seperti
sandaran kursi dengan posisi kedua tangan juga di ulu hati
→ beri hentakan, jangan ragu-ragu
➢ 5. Pasien anak-anak
Penolong membungkuk → tangan di ulu hati → hentakan
ke supero posterior, sekitar 45 derajat

➢ *Tanda tindakan benar (belum tentu berhasil) : kedua kaki


pasien tarangkat → berarti tenaga penolong sudah cukup
kuat

➢ Contoh Kasus : Datang ke IGD dengan obstruksi parsial karena koin. Koin menyangkut di jalan mau ke
esophagus. Pasien masih bisa nafas karena koin tidak menutupi pita suara

Nurlayli Hidayati Husein 38


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

Darah
• Komponen Darah

• Tata cara transfusi :


- Infusi NaCl 0.9 %, jarum besar #18-19 G
- Kantong darah dari lemari es jangan diguncang
- Jika lapisan plasma di atas berwarna coklat hitam = tanda hemolisis, darah jangan diberikan
- Sebelum mulai transfusi, ukur dulu tekanan darah, nadi, nafas dan suhu pasien
- Darah diteteskan pelan, 100 ml pertama jangan lebih cepat dari 10 menit
- 15 menit pertama harus ditunggui di samping pasien, awasi keluhan, tekanan darah, nadi, nafas, suhu,
adakah rasa gatal, sesak nafas, demam, mual, nyeri pinggang

• Tranfusi trombosit jangan pakai filter


• Prosedur :
1. Cek identitas pasien dan jenis darah yang ditransfusikan sudah sesuai

Nurlayli Hidayati Husein 39


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

2. Siapkan alat : transfusi set, jarum 16-18G


3. Catat TTV sebelum transfusi. Jika ada demam dan sesak ditunda, obati dahulu
4. Sebelum transfusi ganti cairan dengan PZ 50-100cc
5. Mulai transfusi dengan tetesan pelan 100 ml jangan lebih cepat dari 10 menit
6. 15 menit pertama harus ditunggu dan awasi keluhan, tekanan darah, nadi, RR, suhu, gatal, sesak nafas,
demam, mual, nyeri pinggang
7. Setelah 15 menit aman, tingkatkan tetesan cairan sesuai dengan waktu yang ditentukan, tidak lebih
dari 4 jam.
8. Jika ada reaksi segera hentikan transfusi dan ganti dengan PZ kecepatan 40ml/jam dan lakukan
tatalaksana reaksi transfusi
9. Evaluasi TTV setiap jam sampai 2 jam post transfusi
10. Setiap selesai transfusi satu unit, bilas transfusi set dengan PZ sebelum transfusi berikutnya
• Jika jantung baik dan tidak ada hipovolemia, batas aman transfusi adalah 1 ml/kg/jam (1 unit dalam + 3
jam) atau 1000 ml per 24 jam
• Tidak perlu obat antihistamin, antipiretika atau diuretika sebelum transfusi kecuali ada indikasi khusus
• Menghitung kebutuhan transfusi :
1. WB : ∆Hb x 6 x BB
2. PRC : ∆Hb x 3 x BB
3. TC (Trombocyte Concentrate) : 10cc/kgBB
• WB / Whole Blood :
- Indikasi: pendarahan akut / masif disertai hipovolemia
- 1 unit WB 450 ml dapat meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4% pada orang
dewasa
• PRC :
- Berisi eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma.
- Didapatkan dengan memisahkan sel darah merah dari plasma, sehingga didapatkan sel darah merah
dengan nilai hematokrit tinggi (69-70%).
- Volume PRC sekitar 150-300 mL, dengan massa sel darah merah mendekati 100-200 mL.
- Tidak sesuai diberikan pada pasien yang mengalami trombositopenia, karena tidak memiliki
kandungan trombosit.
- Efektivitas oksigenasi setara dengan sedian darah lengkap (WB).
- 1 unit PRC dapat meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4% pada orang dewasa
• Trombocyte Concentrate (TC)
- Indikasi :
o Perdarahan pada trombositopenia
o Pencegahan perdarahan pada trombo <10.000/ml
o Profilaksis perdarahan operasi bila <50.000/ml
- Kontraindikasi :
o ITP
o TTP
o DIC
- Dosis : 10 cc/kgBB
- Volume :
o Single = 50-60 cc
o Pool = 4 - 6 donor

Nurlayli Hidayati Husein 40


NURLAYLI HIDAYATI HUSEIN

- Pada dewasa 60-70 kg, 1 pool platelet mengandung 240 x 109 trombosit → meningkatkan trombosit
20-40 x 109/L
- 1 labu TC menaikkan kadar trombosit ± 5000

• Fresh Frozen Plasma


- Dibekukan suhu -18 °C (1 tahun), -65 °C (7 tahun)
- Indikasi :
o Gangguan faktor koagulasi
o DIC
o TTP
- Sebelum digunakan, harus dicairkan dengan air hangat suhu 30 - 37°C
- Jangan dibekukan lagi bila sudah pernah dicairkan
- Harus segera digunakan dalam waktu 12 jam
- Dosis : 10 – 15 cc/kgBB (vol ± 200 cc)

Nurlayli Hidayati Husein 41

Anda mungkin juga menyukai