Anda di halaman 1dari 4

Jenis Anestesi:

1. Anestesi umum:
a. Kelebihan:
i. Tidak menyebabkan gangguan fisiologis
ii. Memberikan ketenangan maksimal
iii. Fasilitas yang lengkap untuk kendalikan jalan napas,sirkulasi
iv. Dapat digunakan pada kasus sensitivitas pad aanestesi local
b. Kekurangan GA:
i. Perlu penyediaan perawatan ekstra
ii. Perlu bermacam macam mesin mahal dan obat mahal
iii. Perlu beberapa tahap preoperasi
c. Komplikasi:
i. <5% perdarahan
ii. Mual/muntah
iii. Demam 5-10%
iv. Sakit kepala; mengantuk
v. Suara parau, sakit tenggorokan

 Anestesi inhalasi
d. Teknik pemberian
i. System terbuka (open drop) nonrebreathing
ii. System setengah terbuka (semi open) nonrebreathing
iii. Semi closed
iv. Closed
e. Pembagian: bentuk gas N20 dan bentuk cair dan mudah menguap (ether dan halotan
 Anestesi intravena
f. Penggolongan obat anestesi:
i. barbiturate:pentotal,metoxital,thiamylal
ii. imidazole: etomidafin
iii. benzodiazepine:midazolam,diazepam
iv. ketamin (golongan arycylohexylamin)
v. aklkyphenols :propofol
g. berdasarkan waktu kerja:
i. cepat/ sangat cepat (5-10 menit): barbiturate,imidazole,alkylphenols
ii. lambat 15-30 menit: benzodiazepine, arycylohexylamin (ketamin)
2. Anestsi Lokal
a. Kelebihan :
i. Pasien tetap sadar sehingga bahaya aspirasi dapat dihindari
ii. Realtif tidak diperlukan penanganan jalan napas (tidak perlu ETT)
iii. Komunikasi dgn pasien tetap berlangsung
iv. Teknik sederhana
v. Alat yang diperlukan minimal; dan murah
vi. Menghasilkan relaksasi otot yang optimal
vii. Perawatan pasca bedah berkurang
viii. Mengurangi polusi obat inhalasi
ix. Tidak mengganggu pernapasan dan kardiovaskular
b. Kekurangan:
i. Pasien takut selama operasi blangsung
ii. Tidak selalu efektif 100%
iii. Bisa intoksikasi bila dosis berlebihan
iv. Tidak praktis utk beberapa bgian tubuh
c. Jenis jenis anestesi regional
i. Topical:dsemprot/dioles
ii. Infiltrasi: langsung disekitar tempat lesi
iii. Regional anestesi pada lengan : intracutaneus supraclavikula, axilarry
iv. Regional anestesi pada tungkai : SAB, epidural,kaudal
v. Block Lapangan (fiel block)
vi. Block saraf (nervus Block langsung ke saraf, blok ganglion
d. Mekanisme kerja: anestesi local  berikatan dengan reseptor blok Na Channel
pengantaran sodium menurun depolarisasi membrane menurun tidak ada
potensial aksi penghambatan transmisi
e. Golongan obat anestesi local
i. Ester:
1. Relative tidak stabil
2. Metabolisme plasma
3. Masa kerja pendek
4. Relative tidak toksik
5. Dapat bersifat allergen
6. Cth: procain,tetracaine,
ii. Amida:
1. Relative stabil
2. Metabolism hati
3. Masa kerja Panjang
4. Tidak allergen sifatnya
5. Cth: lidocaine, bupivacaine, ropivacaine
iii. Berdasarkan potensiasi dan lama kerja obat anestesi local
1. Potensi rendah dan lama kerja pendek: procain,clorprocain
2. Potensi sedang dan lama kerja sedang: lidocaine, mepivacaine,
prilocaine
3. Potensi kuat dan lama kerja Panjang: bupivacaine, tetracaine
3. Anestesi regional
a. Anestesi spinal= (SAB: SUBARACHNOID BLOCK)
i. Indikasi
1. Operasi eksteritas bawah, daerah perineal, abdomen bagian bawah,
prosedur diagnostik.
ii. Kontraindikasi
1. Absolut; gangguan pembekuan darah, anemia, septik, pasien menolak,
infeksi kulit daerah tusukan, peningkatan TIK, (hipotensi
hipovolemi,dehidrasi)
2. Relatif: pasien dg perdarahan, anak anak, problem daerah tulang
belakang, pasien tidak kooperatif
iii. Kelebihan
1. Diperlukan anestesi local yang sedikit (2cc)
2. Murah , mulai kerja cepat 2-3 menit
3. Onset blok jauh lebih cepat
4. Level analgesia lebih mudah diatur
5. Teknik lebih mudah
iv. Komplikasi: Bradikard TD menurun, apnea akibat hipotensi berat, mual
muntah, sakit kepala post. Op kebocoran LCS, nyeri punggung, nyeri tempat
tusukan, retensi urin, meningitis, parese
v. Pada SAB : kulit  lig, suspensoriumlig, interspinosum lig. Flavum rg.
Epidural duramater rg. Subarachnoid
Epinephrin 

 Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok anfilaktik,
hipotensi. 
 Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal
dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg
sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine
perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt
dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt
 Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke
otak dan jantung

Lidokain (lignocaine, xylocaine)

 Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel Ekstra
Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T
 Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB
dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam
 dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena
 Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler

Sulfas Atropin

 Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi
AtrioVentrikuler
 Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2
atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi)
 Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
 Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk
bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
 dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan
menjadi 10 cc

Dopamin

 Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah jantung (cardiac
output) dan tekanan darah meningkat
 Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine
dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

Magnesium Sulfat

 Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointespada ventrikel takikardi, keracunan


digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
 Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60
menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam

Morfin

 Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
 Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
Kortikosteroid

Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi edema
cerebri

Natrium bikarbonat

Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti jantung
lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.

Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.

Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

Kalsium gluconat/Kalsium klorida

 Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung terhadap
depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang
disimpan lama
 Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
 Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida. Dalam
tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat

Furosemide

 Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak


 Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi dan
hipokalemia
 Dosis 20 – 40 mg intra vena

Diazepam

 Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus


 Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
 Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

Anda mungkin juga menyukai