Oleh :
Kelompok :3
Anggota Kel. :
1. Nurhayati (
2. Samsuri Ahmad (031190002)
3. Yoseph hokeng payong (031190020)
4. Theo vilus paskalis bruno (
5. Fabrianus Sanda (
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah Genetika tentang “Sejarah
Perkembangan Genetika, Genetika Klasik dan Modern, serta Penerapannya" ini dengan tepat
waktu.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembina mata kuliah Genetika Ibu Dra.
Theresia Lete Boro, M.Si yang telah membimbing kami dalam belajar, juga terima kasih
kepada teman-teman kelompok yang telah berusaha bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kategori sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kita sering melihat bahwa seorang anak itu pasti mirip dengan orang tuanya, baik
wajahnya, tingkah lakunya maupun kesukaannya. Dan hal ini telah diketahui sejak dahulu
kala. Bangsa kita pun telah mengenal sebuah pepatah yang berbunyi “buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya”.
Hal ini tentunya mulai menimbulkan pemikiran-pemikiran dasar bahwa ciri, sifat dan
karakter seseorang diwariskan dari orang tuanya. Untuk dapt membuktikan hal ini, maka kita
perlu untuk mempelajari ilmu genetika, karena genetika merupakan ilmu keturunan. Genetika
berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suka bangsa atau asal usul. Dalam ilmu ini di
pelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu di wariskan kepada anak cucu, serta fariasi
yang mungkin timbul di dalamnya.
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri
serta setiap makluk hidup yang berada di lingkungan kita. Kita sebagai manusia tak hidup
autonom dan terisolir dari makluk lain sekitar kita, tapi kita menjalin ekosistem dengan
mereka. Karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga
pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama saja
bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan
genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam
tubuh tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebai ilmu pengetahuan murni, bisa juga
sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus di tunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain, seperti kimia, fisika,dan matematika ; juga ilmu pengetauan
dasar dalam bidang biologi sendiri, seperti Bioselular, Histologi, Biokimia, Fisiologi,
Anatomi, Embriologi, Taksonomi dan Evolusi.
Sebagi ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan
pelayanan kebutuhan masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini
adalah :
Pengetahuan genetika sudah ada sebelum abad XIX, disebut Pre-Mendel bangsa
babylonia 6000 tahu lampau telah menyusun silsilah kuda untuk memperbaiki keturunanya.
Beberapa abad sebelum masehi bangsa Cina sudah mengenal seleksi terhadap benih-benih
padi untuk mencari sifat-sifat unggul pada tanaman itu. Di Amerika dan Eropa juga sudah
ribuan tahun lampau orang melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan
jagung, yang asalnya ialah dari rumput liar.
Tapi semua itu belum diuraikan secara ilmiah; belum dapat dicirikan sifat-sifat
menurun tertentu pada suatu makluk.
Setelah mengajar beberapa tahun dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di SD
ia masuk universitas lagi, mengambil kuliah dalam ilmu pasti dan ilmu pengetahuan alam.
Keluar dari sana ia kembali ke biara, dan mengejar lagi, sambil terus melakukan
percobaan persilangan. Ia banyak memakai ercis dalam percobaan persilangan itu.
Mendel berhasil mengamati sesuatu macam sifat keturunan (karakter) dari generasi ke
generasi, dan berhasil pula membuat perhitungan matematika tentang sifat genetis karakter
itu. Faktor genetisnya ia sebut determinant. Inilah keunggulannya dibandingkan dengan
percobaan persilangan yang sering dilakuan orang sebelumnya.
Karena itu mendel disebut sebagai ‘’Bapak Genetika’’, yang memberi dasar
pengetahuan genetika modern.
Namun penemuanya itu, meski telah dia ceramahkan didepan perhimpunan ilmu
pegetahuan alam di negaranya, lalu setahun kemudian (1866) di terbitkan pula dalam majalah
perhimpunan itu, tetap saja tidak mendapat perhatian.
Mungkin juga orang masih terpengaruh oleh buku carles darwin ‘’On The Origin Of
Spesis‘’ (tentang evolusi) yang tersohor sampe kini, yang terbit 7 tahun sebelumnya (1859).
Sehingga penemuan mendel itu tertutupi begitu saja. Darwin pun 2 tahun sejak terbitbuku
mendel itu (1868) menerbitkan sebuah buka berjudul ‘’Variation Of Animals And Plants
Under Demostication’’, yang isinya menyebutkan bahwa ada perubahan yang berangsur dan
berurutan terus (kontinu) terdapat pada makhluk. Sedangakan penemuan mendel membuat
klasifikasi yang tegas antara berbagai variasi dalam persilangannya, dan dari situ dia
membuat perhitungan matematika. Berupa perbandingan antara berbagai variasi yang timbul.
Ini berlawanan dengan yang ditulis Darwin.
Baru tahun 1900, yakni 34 tahun kemudian, karangan mendel di baca orang kembali
dan menjadi bahan referensi para ahli. Sarjana-sarjana yang dianggap penemu kembali karya
mendel itu ialah Hugo de Vries, Carl Correns dan Erich Von Tschermak-Seysenegg.
Mereka menulis karangan dengan mengutip karya mendel itu. Sejak itu pengetahuan genetika
pun berkembang cepat.
Sementara itu pengetahuan orang tentang sitologi berkembang pesat, dan menjadi
penunjang penting bagi perkembangan genetika. Setelah ditemukannya dua buah kromosom
dalam inti ovum dan sperma, dan empat buah dalam zigot Parascaris oleh E. Van Beneden
(1883), T . Boveri (1891) mengemukakan sebuah teori, bahwa kromosom yang terkandung
dalam inti sel ialah yang membawa bahan genetis. Tingkah laku materi genetis itu di kenal
lebih mendalam setelah W. Flemming (1882) dan W. Roux (1883) mengamati proses
pembelahan sel somatis, yang kemudian diberi nama mitosis. A.Weismann (1887) melihat
bagaimana kromosom itu membagi dua waktu pembelah sel dalam pembentukan gamet, yang
kemudian dikenal dengan meiosis. Demikianlah W. S. Sutton (1902) berkesimpulan bahwa
ada kesejajaran tingkah laku kromosom ketika sel sedang membelah dengan segregasi bahan
genetis yang ditemukan mendel.
T. H. Morgan (1914) menemukan, bahwa gen yang menjadi unit terkecil bahan
genetis, yang istilahnya di perkenalkan oleh W. Johannsen (1903), terdapat banyak dalam
satu kromosom. Dalam proses pewarisannya kepada keturun menyimpang dari penemuan
mendel. Sebelumnya di anggap bahwa gen berada pada kromosom sendiri-sendiri, sehingga
setiap gen mengalami pemisahan yang seimbang ketika gametogenesis. Morgan menyebut
gen-gen itu berangkai.
Bahan genetis rupanya tidaklah baka, dapat berubah, seperti ditemukan Hugo de Vries
(1901). Dia menyebutkan bahwa perubahan genetis yang bukan karena pengaruh hibrid itu
merupakan mutasi. Kemudian A. Garrod (1909) menemukan banyak penyakit bawaan
disebabkan keabnormalan kegiatan enzim, sedangkan enzim-enzim itu diproduksi oleh gen.
V. M. Ingram (1956) pun melihat, beda Hb normal dan abnormal terdapat pada perbedaan
urutan asam-asam amino dalam molekul globinnya, dan itu karena mutasi.
Tingkah laku mutasi diperdalam oleh H.J. Muller (1927). Ia dapat melakukan mutasi
buatan atau induksi dengan meradiasi seekor hewan dengan sinar X. Kemudian C. Auerbach
(1962) memperkenalkan berbagai zat kimia yang juga dapat menimbulkan mutasi buatan.
Pengetahuan genetika lebih maju lagi, dengan diketahuinya susunan molekul gen, yang
terdiri dari ADN (Asam Deoksiribosa Nukleat). Bangunannya dibuat model oleh J. D.
Watson dan F. H. C. Crick (1953) dan disempurnakan oleh M. H. F. Wilkins (1961).
Sejak M. W. Nirenberg (1961) menyusun kode genetis yang menentukan urutan
asam-asam amino dalam sintesa protein, diketahuilah bahwa gen itu bekerja menumbuhkan
suatu karakter lewat sintesa protein dalam sel-sel tubuh.
Perkembangan genetika mutakhir ialah transformasi gen. Gen kini dapat dipindah-
pindahkan dari satu individu ke individu lain dengan memperalat virus atau bakteri. Dasar
transformasi ini ditemukan F. Griffith (1928) pada bakteri pneumococcus. Berpuluh-puluh
tahun kemudian dikembanglkan oleh banyak sarjana seperti O. T. Avery, C. MacLeod dan
M. McCarty (1944), dan belakangan A. Hershey dan M. Chace (1952). Mereka kemudian
mendapat Hadiah Nobel berkat jasa-jasa mereka yang besar dalm genetika biokimia mikroba.
Peristiwa heterosis, yakni munculnya sifat unggul oleh hibrid, sehingga dapat melipat
gandakan produksi tanaman pangan (“revolusi hijau”) dan ternak berkat jasa para ahli
breeding W. Johanssen, G. H. Sholl, S. Wright, E. M. Eats dan D. F. Jones (1900-1917).
Zat kimia yang dapat menginduksi mutasi ikut berperan menciptakan heterosis ini, dan
sekaligus mendorong manusia “membikin” spesies baru di alam.
Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan bagaimana
gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Kita tentu sudah mengenal hukum
Mendel. Dalam hukum Mendel ada pembahasan mengenai persilangan monohibrida dan
dihibrida. Kita juga mengenal adanya beberapa penyimpangan hukum Mendel.
Penyimpangan hukum Mendel merupakan salah satu contoh adanya interaksi antar gen.
Genetika modern adalah penerapan ilmu genetika yang bersandar pada DNA dan RNA.
Faktor-faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen, dimana gen dibentuk oleh protein dan
asam-asam nukleat.
b. Tanaman transgenik : suatu tanaman yang telah disisipi gen asing dari spesi
yang berbeda guna mendapatkan tanaman yang diinginkan.
c. Hibridisasi : persilangan antara varietas dalam spesies yang sama yang
memiliki sifat unggul , perpaduan dari sifat induknya.
d.
2.4. Penerapan Ilmu Genetika Dalam Berbagai Bidang
Sebagai ilmu pengetahuan terapan ilmu ini di pakai untuk bidang-bidang sebagai
berikut:
1. Kedokteran
Merupakan cabang besar ilmu ini, disebut: Genetika Manusia (human genetics). Di
sini genetika perlu untuk mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha
untuk menanggulanginya; menjajaki sifat keturunan seseorang (golongan darah
umpama) yang perlu untuk penelitian warisan harta dan kriminalitas.
3. Pertanian
Genetika paling besar dan paling luas pemakayannya dalam bidang pertanian, ada
suatu biadang ilmu pengetahuan cabang pertanian yang disebut seleksi. Ilmu ini
banyak sekali di tunjang oleh ilmu genetika. Lewat ilmu ini di pelajari bagaimana
mencari bibit unggul suatu tanaman produksi: jagung, padi, gandum, jelai, kacang
tanah, buncis, kentang, tomat, semangka, kapas dan lain-lain. Genetikalah yang
membuat “ revolusi hijau “ yang tersohor tahun 60an. Memang lewat genetikalah
kita baru dapat melipat gandakan produksi tanaman pangan di negeri kita yang
sampai hari ini masih kita sia-siakan dan masih menada dari hasil penelitian
genetika luar negeri. Oleh genetikalah maka di amerika serikat produksi jagung
naik 40% di tahun 60an, meski daam hal itu tanah pertanian sendiri susut 30%.
5. Industri Farmasi
Teknik rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya pemotongan molekul DNA
tertentu. Selanjutnya, fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini disambungkan
dengan molekul DNAlain sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan. Apabila
molekul DNA rekombinan dimasukkan kedalam suatu sel bakteri yang sangat
cepat pertumbuhannya, misalnya Escherichia coli, maka dengan mudah akan
diperoleh salinan molekul DNA rekombinan dalam jumlah besar dan waktu yang
singkat. Jika molekul DNA rekombinan tersebut membawa gen yang bermanfaat
bagi kepentingan manusia, maka berarti gen ini telah diperbanyak dengan cara
yang mudah dan cepat. Prinsip kerja semacam ini telah banyak di terapkan
diberbagai industri yang memproduksi biomolekul penting seperti insulin,
interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan.
6. Hukum
Sengketa dipengadilan untuk menentukan ayah kandung bagi seorang anak secara
klasik sering diatasi melalui pengujian golongan darah. Pada kasus-kasus tertentu
cara ini dapat menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan, tetapi tidak
jarang hasil yang diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini dikenal cara yang
jauh lebih canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan pola restriksi pada
molekul DNA anak,ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah kandung anak,
maka dapat diketahui benar tidaknya kecurigaan tersebut.
Dalam kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan teror
pengeboman, teknik rekayasa genetika dapat diterapkan untuk memastikan benar
tidaknya tersangka sebagai pelaku. Jika tersangka masih hidup pengujian dilakukan
dengan membandingkan DNA tersangka dengan DNA objek yang tertinggal di
tempat kejadian, misalnya rambut atau sperma. Cara ini dikenal sebagai sebagia
sidik jari DNA (DNA finger printing). Akan tetapi, jika tersangka mati dan
tubuhnya hancur, maka DNA dari bagian-bagian tubuh tersangka dicocokkan pola
restruksinya dengan DNA kedua orang tuanya atau saudara-saudaranya yang masih
hidup.
BAB III
PEMBAHASAN
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat (hereditas) yang diwariskan
dari induk kepada anaknya serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Ilmu genetika
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang berkembang sangat pesat. Secara garis besar,
perkembangan genetika terdiri atas 3 periode, yaitu era Pre-Mendel, era Mendel dan era
Pasca Mendel.
Era Pre-Mendel (sebelum abad XIX) diawali oleh bangsa Babylonia (6.000 tahun yang
lalu), dimana mereka sudah melakukan penyusunan silsilah kuda untuk memperbaiki
keturunan. Sementara itu, Cina, Eropa dan Amerika juga melakukan percobaan-
percobaannya.
Era Pasca Mendel (setelah tahun 1900) ditandai dengan ditemukannya karya Mendel
oleh Hugo de Vries (Belanda), Carts Correns (Jerman) dan Erich Von Tshcemak (Austria).
Setelah itu banyak peneliti yang melakukan penelitian yang lebih mendalam, dimulai dari
Bateson dan Punnet hingga Nirenberg. Berbagai penelitian yang dihasilkan antara lain adalah
penemuan tentang adanya penyimpangan matematis dari genetika Mendel, adanya suatu
interkasi antargen dalam memunculkan suatu sifat, menemukan bahwa kromosom dalam
nukleus merupakan faktor pembawa bahan genetik, adanya proses pembelahan sel somatik
yang kemudian diberi nama pembelahan mitosis dan meiosis, kromosom terbagi menjadi dua
pada saat pembelahan sel, adanya kesesuaian antara tingkah laku kromosom ketika sel sedang
membelah dan segregasi bahan genetik penemuan Mendel, menemukan bahwa gen adalah
unit terkecil bahan genetik, menemukan penyakit genetis yang bersifat abnormal akibat
aktivitas enzim, adanya perbedaan hemoglobin normal dengan hemoglobin abnormal yang
disebabkan oleh adanya mutasi, menemukan bahwa mutasi dapat dilakukan dengan cara
buatan (induksi), menemukan bahan penyusun molekul gen yakni DNA dan yang terakhir
Nirenberg menyusun kode-kode genetik yang menentukan urutan-urutan asam amino dalam
sintesis protein dan mengetahui gen yang bekerja untuk menimbulkan suatu karakter melalui
sintesis protein.
Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan bagaimana
gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Berbicara tentang genetika klasik tidak
lepas dari Hukum Keturunan. Ada berbagai teori tentang hukum keturunan yang telah
disampaikan, antara lain: teori ovisma, teori animalkulisma, teori preformasi, teori
epigenesis, teori pangenesis, teori plasma benih dan teori perkawinan silang. Pada intinya,
teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut menyampaikan tentang sifat
keturunan yang dimiliki oleh sel telur dan sel sperma (gamet) serta pewarisan keturunan tidak
dapat dipengaruhi oleh kerusakan jaringan tubuh.
Sedangkan genetika modern lebih terfokus pada penerapan ilmu genetika yang
bersandar pada DNA dan RNA. Perkembangan genetika modern sangatlah pesat, bahkan
perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan pada saat dikenalnya teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih
populer disebut sebagai rekayasa genetika. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah
memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima.
1. Genetika sudah ada sebelum abad XIX, dimulai dari masa Pre-mendel, Mendel dan
Pasca Mendel yang ditandai dengan berbagai penelitian yang lebih mendalam oleh
para ahli.
2. Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan
bagaimana gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Sedangkan genetika
modern lebih menitikberatkan pada penerapan ilmu genetika yang bersandar pada
ADN dan ARN.
3. Ilmu genetika dapat diterapkan dalam berbagai bidang antara lain: Kedokteran,
Kedokteran Hewan dan Perternakan, Pertanian, Psikologi dan Antropologi,
Industri Farmasi, serta Hukum.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
http://endangsriwatim.blogspot.co.id/2013/03/genetika-klasik-dan-modern.html
http://ramdhaelf02sparkyu.blogspot.co.id/2013/genetika-klasik-dan-modern.html