Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH GENETIKA

(Sejarah Perkembangan , Pengertian, Sejarah, Peranan dalam perikanan)

Oleh :

Kelompok :3
Anggota Kel. :
1. Nurhayati (
2. Samsuri Ahmad (031190002)
3. Yoseph hokeng payong (031190020)
4. Theo vilus paskalis bruno (
5. Fabrianus Sanda (
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah Genetika tentang “Sejarah
Perkembangan Genetika, Genetika Klasik dan Modern, serta Penerapannya" ini dengan tepat
waktu.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembina mata kuliah Genetika Ibu Dra.
Theresia Lete Boro, M.Si yang telah membimbing kami dalam belajar, juga terima kasih
kepada teman-teman kelompok yang telah berusaha bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kategori sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat


berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Maumere, 30 September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita sering melihat bahwa seorang anak itu pasti mirip dengan orang tuanya, baik
wajahnya, tingkah lakunya maupun kesukaannya. Dan hal ini telah diketahui sejak dahulu
kala. Bangsa kita pun telah mengenal sebuah pepatah yang berbunyi “buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya”.

Hal ini tentunya mulai menimbulkan pemikiran-pemikiran dasar bahwa ciri, sifat dan
karakter seseorang diwariskan dari orang tuanya. Untuk dapt membuktikan hal ini, maka kita
perlu untuk mempelajari ilmu genetika, karena genetika merupakan ilmu keturunan. Genetika
berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suka bangsa atau asal usul. Dalam ilmu ini di
pelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu di wariskan kepada anak cucu, serta fariasi
yang mungkin timbul di dalamnya.

Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri
serta setiap makluk hidup yang berada di lingkungan kita. Kita sebagai manusia tak hidup
autonom dan terisolir dari makluk lain sekitar kita, tapi kita menjalin ekosistem dengan
mereka. Karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga
pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama saja
bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan
genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam
tubuh tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebai ilmu pengetahuan murni, bisa juga
sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus di tunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain, seperti kimia, fisika,dan matematika ; juga ilmu pengetauan
dasar dalam bidang biologi sendiri, seperti Bioselular, Histologi, Biokimia, Fisiologi,
Anatomi, Embriologi, Taksonomi dan Evolusi.

Sebagi ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan
pelayanan kebutuhan masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini
adalah :

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Genetika?


2. Bagaimana teori dan konsep tentang Genetika Klasik dan Genetika Modern?
3. Bagaimana penerapan ilmu Genetika dalam berbagai bidang?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui sejarah dan perkembangan Genetika.


2. Mengetahui teori dan konsep tentang Genetika Klasik dan Genetika Modern.
3. Mengetahui penerapan ilmu Genetika dalam berbagai bidang.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi ilmiah kepada pemerintah dan masyarakat mengenai


Genetika dan penerapannya dalam berbagai bidang.
2. Sebagai informasi untuk penulisan makalah lanjutan mengenai Genetika dan
penerapannya dalam berbagai bidang.
3. Sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Genetika

Pengetahuan genetika sudah ada sebelum abad XIX, disebut Pre-Mendel bangsa
babylonia 6000 tahu lampau telah menyusun silsilah kuda untuk memperbaiki keturunanya.
Beberapa abad sebelum masehi bangsa Cina sudah mengenal seleksi terhadap benih-benih
padi untuk mencari sifat-sifat unggul pada tanaman itu. Di Amerika dan Eropa juga sudah
ribuan tahun lampau orang melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan
jagung, yang asalnya ialah dari rumput liar.

Tapi semua itu belum diuraikan secara ilmiah; belum dapat dicirikan sifat-sifat
menurun tertentu pada suatu makluk.

Barulah sejak penemuan Gregor Mendel (1822-1884), pengetahuan genetika


berkembang dan menjadi suatu lapangan ilmu dalam bidang biologi. Ayah mendel petani
buah di austria dan ini mempengaruhinya sejak kecil. Ketika mendel bertambah besar ia
tertarik melakukan penyerbukan silang. Ini dilakukannya terhadap banyak sekali jenis
tumbuhan dan beberapa jenis binatang . stelah ia belajar filsafat 2 tahun di unufersitas, ia
masuk biara dekat Brunn, Austria (sekarang jadi Brno, termasuk Cekoslokia), dan jadi rahib.
Disini ia dapat mengembangkan pengamatanya dalam bidang tanaman di samping mendalami
hidup keagamaan. Ia pun diijinkan memakai pekarangan biara untuk dipakai sebagai kebun
percobaan.

Setelah mengajar beberapa tahun dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di SD
ia masuk universitas lagi, mengambil kuliah dalam ilmu pasti dan ilmu pengetahuan alam.

Keluar dari sana ia kembali ke biara, dan mengejar lagi, sambil terus melakukan
percobaan persilangan. Ia banyak memakai ercis dalam percobaan persilangan itu.

Mendel berhasil mengamati sesuatu macam sifat keturunan (karakter) dari generasi ke
generasi, dan berhasil pula membuat perhitungan matematika tentang sifat genetis karakter
itu. Faktor genetisnya ia sebut determinant. Inilah keunggulannya dibandingkan dengan
percobaan persilangan yang sering dilakuan orang sebelumnya.
Karena itu mendel disebut sebagai ‘’Bapak Genetika’’, yang memberi dasar
pengetahuan genetika modern.

Namun penemuanya itu, meski telah dia ceramahkan didepan perhimpunan ilmu
pegetahuan alam di negaranya, lalu setahun kemudian (1866) di terbitkan pula dalam majalah
perhimpunan itu, tetap saja tidak mendapat perhatian.

Mungkin juga orang masih terpengaruh oleh buku carles darwin ‘’On The Origin Of
Spesis‘’ (tentang evolusi) yang tersohor sampe kini, yang terbit 7 tahun sebelumnya (1859).
Sehingga penemuan mendel itu tertutupi begitu saja. Darwin pun 2 tahun sejak terbitbuku
mendel itu (1868) menerbitkan sebuah buka berjudul ‘’Variation Of Animals And Plants
Under Demostication’’, yang isinya menyebutkan bahwa ada perubahan yang berangsur dan
berurutan terus (kontinu) terdapat pada makhluk. Sedangakan penemuan mendel membuat
klasifikasi yang tegas antara berbagai variasi dalam persilangannya, dan dari situ dia
membuat perhitungan matematika. Berupa perbandingan antara berbagai variasi yang timbul.
Ini berlawanan dengan yang ditulis Darwin.

Baru tahun 1900, yakni 34 tahun kemudian, karangan mendel di baca orang kembali
dan menjadi bahan referensi para ahli. Sarjana-sarjana yang dianggap penemu kembali karya
mendel itu ialah Hugo de Vries, Carl Correns dan Erich Von Tschermak-Seysenegg.
Mereka menulis karangan dengan mengutip karya mendel itu. Sejak itu pengetahuan genetika
pun berkembang cepat.

W. Bateson (1861-1926) bersama R.C Punnet membuat percobaan terhadap ayam


untuk membuktikan apakah penemuan Mendel berlaku pula pada hewan (1907). Mereka
temukan adanya sifat-sifat yang menyimpang dari perhitungan matematika mendel; mereka
pulalah yang menemukan adanya interaksi antara gen dalam menumbuhkan suatu variasi.
Menurut Bateson variasi yang terdapat dalam spesis bisa juga timbul oleh variasi dalam
interaksi antara gen-gen.

Sementara itu pengetahuan orang tentang sitologi berkembang pesat, dan menjadi
penunjang penting bagi perkembangan genetika. Setelah ditemukannya dua buah kromosom
dalam inti ovum dan sperma, dan empat buah dalam zigot Parascaris oleh E. Van Beneden
(1883), T . Boveri (1891) mengemukakan sebuah teori, bahwa kromosom yang terkandung
dalam inti sel ialah yang membawa bahan genetis. Tingkah laku materi genetis itu di kenal
lebih mendalam setelah W. Flemming (1882) dan W. Roux (1883) mengamati proses
pembelahan sel somatis, yang kemudian diberi nama mitosis. A.Weismann (1887) melihat
bagaimana kromosom itu membagi dua waktu pembelah sel dalam pembentukan gamet, yang
kemudian dikenal dengan meiosis. Demikianlah W. S. Sutton (1902) berkesimpulan bahwa
ada kesejajaran tingkah laku kromosom ketika sel sedang membelah dengan segregasi bahan
genetis yang ditemukan mendel.

J. Belling (1930) berjasa dalam mengembangkan sitogenetika, karena ia menemukan


cara yang mudah dan sederhana untuk mengamati tingkah laku kromosom, di bawah
mikriskop.

T. H. Morgan (1914) menemukan, bahwa gen yang menjadi unit terkecil bahan
genetis, yang istilahnya di perkenalkan oleh W. Johannsen (1903), terdapat banyak dalam
satu kromosom. Dalam proses pewarisannya kepada keturun menyimpang dari penemuan
mendel. Sebelumnya di anggap bahwa gen berada pada kromosom sendiri-sendiri, sehingga
setiap gen mengalami pemisahan yang seimbang ketika gametogenesis. Morgan menyebut
gen-gen itu berangkai.

Bahan genetis rupanya tidaklah baka, dapat berubah, seperti ditemukan Hugo de Vries
(1901). Dia menyebutkan bahwa perubahan genetis yang bukan karena pengaruh hibrid itu
merupakan mutasi. Kemudian A. Garrod (1909) menemukan banyak penyakit bawaan
disebabkan keabnormalan kegiatan enzim, sedangkan enzim-enzim itu diproduksi oleh gen.
V. M. Ingram (1956) pun melihat, beda Hb normal dan abnormal terdapat pada perbedaan
urutan asam-asam amino dalam molekul globinnya, dan itu karena mutasi.

Tingkah laku mutasi diperdalam oleh H.J. Muller (1927). Ia dapat melakukan mutasi
buatan atau induksi dengan meradiasi seekor hewan dengan sinar X. Kemudian C. Auerbach
(1962) memperkenalkan berbagai zat kimia yang juga dapat menimbulkan mutasi buatan.

Pengetahuan genetika lebih maju lagi, dengan diketahuinya susunan molekul gen, yang
terdiri dari ADN (Asam Deoksiribosa Nukleat). Bangunannya dibuat model oleh J. D.
Watson dan F. H. C. Crick (1953) dan disempurnakan oleh M. H. F. Wilkins (1961).
Sejak M. W. Nirenberg (1961) menyusun kode genetis yang menentukan urutan
asam-asam amino dalam sintesa protein, diketahuilah bahwa gen itu bekerja menumbuhkan
suatu karakter lewat sintesa protein dalam sel-sel tubuh.

Selanjutnya A. Korrberg (1958) dapat mengisolasi ADN dan membuat tiruannya.


Sedangkan H. G. Khorana (1971) dalam membuat sintesis gen itu in vitro berhasil menerusi
sifat gen asli, karena mampu melakukan transkripsi untuk sintesa protein dalam sel.

Perkembangan genetika mutakhir ialah transformasi gen. Gen kini dapat dipindah-
pindahkan dari satu individu ke individu lain dengan memperalat virus atau bakteri. Dasar
transformasi ini ditemukan F. Griffith (1928) pada bakteri pneumococcus. Berpuluh-puluh
tahun kemudian dikembanglkan oleh banyak sarjana seperti O. T. Avery, C. MacLeod dan
M. McCarty (1944), dan belakangan A. Hershey dan M. Chace (1952). Mereka kemudian
mendapat Hadiah Nobel berkat jasa-jasa mereka yang besar dalm genetika biokimia mikroba.

Peristiwa heterosis, yakni munculnya sifat unggul oleh hibrid, sehingga dapat melipat
gandakan produksi tanaman pangan (“revolusi hijau”) dan ternak berkat jasa para ahli
breeding W. Johanssen, G. H. Sholl, S. Wright, E. M. Eats dan D. F. Jones (1900-1917).
Zat kimia yang dapat menginduksi mutasi ikut berperan menciptakan heterosis ini, dan
sekaligus mendorong manusia “membikin” spesies baru di alam.

2.2. Genetika Klasik

Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan bagaimana
gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Kita tentu sudah mengenal hukum
Mendel. Dalam hukum Mendel ada pembahasan mengenai persilangan monohibrida dan
dihibrida. Kita juga mengenal adanya beberapa penyimpangan hukum Mendel.
Penyimpangan hukum Mendel merupakan salah satu contoh adanya interaksi antar gen.

Beberapa pendapat yang mengawali Hukum Keturunan antara lain :


1. Teori Ovisma, berpendapat bahwa yang sesungguhnya memiliki sifat keturunan
adalah sel telur yang dihasilkan oleh induk betina. Sedangkan sel jantan hanya
menghasilkan cairan berfungsi sebagai penggiat perkembangan sel telur
2. Teori Animalkulisma, seiring ditemukannya mikroskup para ilmuwan waktu itu
berpendapat bahwa di dalam cairan yang dihasilkan oleh individu jantan terdapat
hawan-hewan kecil, waktu itu disebut animalkulus yang sekarang disebut
spermatozoa.ditegaskan dari sel pria inilah sifat dari maklukhidup sedang sel betina
hanya sebagai penggiat.
3. Teori Preformasi dipelopori oleh Anthonie van Leeuwenhoek (1632–1723)
Swammerdam (1637–1680) dan Bonnet (1720–1793) berpendapat bahwa
didalam selsperma sudah terbentuk manusia-manusia yang kecil-kecil. Hal ini
seiring dengan berkembangnya penemuan mikroskup yang masih sederhana.
4. Teori Epigenesis dipeloporo oleh Wolff (1733-1794), Von Baer (1792-1880)
teori ini menentang teori-teori sebelumnya dengan teorinya bahwa spermatozoa
maupun sel telur tidak memiliki susunan sperti teori preformasi ,melainkan sel
telur yang sudah dibuahi aleh seperma akan mengadakan pertumbuhan sedikit
demi sedikit hingga menjadi individu sempurna.
5. Teori Pangenesis dikemukakan oleh Carles Darwin (1809-1882) dikatakan di
dalam sel kelamin terdapat tnas-tunas yang akan bekembang setelah sel telur
dibuahi sel seperma.
6. Teori Plasma Benih dikemukakan oleh August Weismann (1834-1914)
mengatakan gamet tidak dihasilkan oleh jaringan tubuh tetapi oleh jaringan khusus
(yang saat sekarang dikenal sel kelamin) sehingga jika ada kecacatan pada jaringan
tubuh tidak akan diwariskan pada keturunannya.
7. Teori Perkawinan Silang dikemukakan pertama kali oleh Gregor Mendel (1822-
1884).

 Contoh Genetika Klasik :

1. Contoh perkawinan monohibrid pada hewan


Perkawinan pada marmut dengan bulu hitam gen dominan (A) yang memnentuka
terbentuknya pigmen melanin. dengan marmut bulu putih gen resesif (a)
perkawinan induk berbulu hitam dengan berbulu putih akan menghasilkan
keturunan F1 yang semuanya heterozigot warna hitam.jika keturunan F1
disilangkan dengan sesama F1 maka akan diperoleh perbandingan genotifnya
adalah 1 AA : 2Aa : 1aa

2. Contoh perkawinan monohibrid pada manusia


a. Jari lebih ( polydactyli) gendominan (P), sedang alel jari normal resesip (p)
b. Seseorang yang dapat merasakan rasa pahit disebut “taster” ditentukan oleh
gen dominan (T),sedang yang tidak dapat merasakan apasaja
disebut”nontaster” ditentukan oleh gen resesip (t)
c. Penyakit diabetes militus dengan gen resesif (d) orang yang normal dengan
gen dominan (D)
d. Dan masih banyak lagi contoh monohibrit pada manusia mengingat kromosom
manusia yang berjumlah banyak.

2.3. Genetika Modern

Genetika modern adalah penerapan ilmu genetika yang bersandar pada DNA dan RNA.
Faktor-faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen, dimana gen dibentuk oleh protein dan
asam-asam nukleat.

1. Teknologi Rekayasa Genetika


Teknologi rekayasa genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai
teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke
dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus
rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam
pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam
struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat
berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di
khromosom tanaman, sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada khromosom
bakteri. Gen serangga dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat
diselipkan pada bakteri, atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan pada
khromosom bakteri. Produksi insulin untuk pengobatan diabetes, misalnya, diproduksi
di dalam sel bakteri Eschericia coli (E. coli) di mana gen penghasil insulin diisolasi dari
sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli.
Dengan demikian produksi insulin dapat dilakukan dengan cepat, massal, dan murah.
Teknologi rekayasa genetika juga memungkinkan manusia membuat vaksin pada
tumbuhan, menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat-sifat baru yang khas.
Prosedur rekayasa genetika secara umum meliputi:
a. Isolasi gen.
b. Memodifikasi gen sehingga fungsi biologisnya lebih baik.
c. Mentrasfer gen tersebut ke organisme baru.
d. Membentuk produk organisme transgenik.

2. Metode Rekayasa Genetika


Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika meliputi
pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction) dan seleksi, screening,
serta analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari rekombinasi genetik meliputi:
a. Identifikasi gen yang diharapkan
b. Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan
c. Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa
d. Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya

 Contoh Genetika Klasik :

1. Rekayasa Genetika Hewan


a. GlowFish – Ikan Bercahaya GloFish merupakan salah satu contoh hewan
transgenik yang direkayasa secara genetiknya. Ikan ini dikembagkan dari
Amerika Serikat yang merekayasa DNA dari ikan zebra (Danio rerio) dengan
gen pengkode protein flourens warna hijau dari gfp (green flourescent
protein). Namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya warna
hijau saja melainkan warna kuning hingga merah (Pray, 2008).
b. Lembu Transgenik Penghasil Protein Susu ~ Rekombinan Teknologi
transgenik ini telah sukses dilakukan untuk kepentingan di bidang agrikultur
dalam meningkatkan mutu kualitas pangan. Pada hewan uji yang berupa lembu
jarang sekali dilakukan percobaan transgenik hal ini dikarenakan banyak
kendala seperti masa regenerasinya butuh waktu sekitar 2 tahun. Namun para
peneliti akhirnya bisa menyisipi gen penghasil α-lactalbumin yang berasal
dari manusia. Dari hasil uji produksi susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi α–
lactalbumin dengan konsentrasi 2,4 mg ml-1 (Eyestone, 1999). Metode yang
digunakan adalah melakukan fertilisasi secara in vitro yang selanjutnya akan
dihasilkan zigot. Tahap berikutnya zigot akan diinjeksi dengan DNA yang
mengandung gen α–lactalbumin. Proses injeksi dengan menggunkan teknik
microinjection (Gambar 2). Selanjutnya zigot dikultur selama 6 atau 7 hari
dengan menggunakan media sintetik yang menyerupai cairan oviduk. Setelah
itu akan tumbuh menjadi embrio dan ditransfer ke rahim lembu untuk proses
kehamilan (Eyestone, 1999). 
c. Kelinci Penghasil Bispesifik T-Cell Antibody ~ Salah satu penyakit pada
manusia yang mematikan adalah kanker. Penyakit ini dapat diatasi dengan
meningkatkan antibodi sel T. Sekarang dengan menggunakan rekayasa
genetika, kelinci dapat dipakai sebagai hewan uji untuk menghasilkan dua
macam antibodi spesifik, yakni molekul CD28 dan r28M yang mampu
menginduksi TCR/CD3 yang mampu membunuh sel kanker. Dengan
ditemukannya antibodi bispesifik ini dapat diharapkan untuk mendapatkan
cukup banyak pengetahuan tentang antibodi bispesifik bagi aplikasi medis
(Hovest et al.,2004). 

2. Rekayasa genetika pada tamanan yakni:

a. Kultur jaringan  : proses pengembangbiakan tanaman secara vegetatif yang


dilakukan dengan mengisolasi suatu bagian tanaman dalam suatu lingkungan
yang steril dan terkontrol, guna mendapatkan tanaman yang identik sama
dengan induknya dalam waktu yang singkat.

                                             

b. Tanaman transgenik : suatu tanaman yang telah disisipi gen asing dari spesi
yang berbeda guna mendapatkan tanaman yang diinginkan.
c. Hibridisasi : persilangan antara varietas dalam spesies yang sama yang
memiliki sifat unggul , perpaduan dari sifat induknya.
d.
2.4. Penerapan Ilmu Genetika Dalam Berbagai Bidang

Sebagai ilmu pengetahuan terapan ilmu ini di pakai untuk bidang-bidang sebagai
berikut:

1. Kedokteran
Merupakan cabang besar ilmu ini, disebut: Genetika Manusia (human genetics). Di
sini genetika perlu untuk mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha
untuk menanggulanginya; menjajaki sifat keturunan seseorang (golongan darah
umpama) yang perlu untuk penelitian warisan harta dan kriminalitas.

2. Kedokteran Hewan dan Perternakan


Disini genetika perlu untuk, selain seperti di atas untuk mengetahui kelainan
keturunan serta penjajagan sifat keturunan untuk mengetahui asal usaul suatu
hewan atau ternak, juga untuk mendapat turunan, atau strain unggul : lebih banyak
daging, lebih banyak susu, lebih tinggi kadar lemak dalam susunya, lebuh tebal
bulunya untuk diambil wol nya, tahan terjhap suatu jenis kuman, lebih banyak
bertelur, atau bahkan untuk mendapatkan suatu strain (umpama domba) yang
berkaki pendek agar tak bisa lari meloncati parit atau pagar.

3. Pertanian
Genetika paling besar dan paling luas pemakayannya dalam bidang pertanian, ada
suatu biadang ilmu pengetahuan cabang pertanian yang disebut seleksi. Ilmu ini
banyak sekali di tunjang oleh ilmu genetika. Lewat ilmu ini di pelajari bagaimana
mencari bibit unggul suatu tanaman produksi: jagung, padi, gandum, jelai, kacang
tanah, buncis, kentang, tomat, semangka, kapas dan lain-lain. Genetikalah yang
membuat “ revolusi hijau “ yang tersohor tahun 60an. Memang lewat genetikalah
kita baru dapat melipat gandakan produksi tanaman pangan di negeri kita yang
sampai hari ini masih kita sia-siakan dan masih menada dari hasil penelitian
genetika luar negeri. Oleh genetikalah maka di amerika serikat produksi jagung
naik 40% di tahun 60an, meski daam hal itu tanah pertanian sendiri susut 30%.

4. Psikologi dan Antropologi


Prinsip genetika perlu dikuasai oleh seseorang mahasiswa dalam mempelajari
masalah psikilogis manusia, asal usul suku bangsa, hubungan kerabatnya serta
pengaruh sifat genetis seseorang dalam kehidupan sehari-hari di tengah
masyarakat. Banyak sekali sifat kejiwaan atau persyarafan seseorang ditentukan
oleh sifat keturunan. Kelebihan suatu jenis kromosom umpmanya sering sekali ada
hubunganya dengan kelainan jiwa, bersifat asosial dan kriminil.

5. Industri Farmasi
Teknik rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya pemotongan molekul DNA
tertentu. Selanjutnya, fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini disambungkan
dengan molekul DNAlain sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan. Apabila
molekul DNA rekombinan dimasukkan kedalam suatu sel bakteri yang sangat
cepat pertumbuhannya, misalnya Escherichia coli, maka dengan mudah akan
diperoleh salinan molekul DNA rekombinan dalam jumlah besar dan waktu yang
singkat. Jika molekul DNA rekombinan tersebut membawa gen yang bermanfaat
bagi kepentingan manusia, maka berarti gen ini telah diperbanyak dengan cara
yang mudah dan cepat. Prinsip kerja semacam ini telah banyak di terapkan
diberbagai industri yang memproduksi biomolekul penting seperti insulin,
interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan.

6. Hukum
Sengketa dipengadilan untuk menentukan ayah kandung bagi seorang anak secara
klasik sering diatasi melalui pengujian golongan darah. Pada kasus-kasus tertentu
cara ini dapat menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan, tetapi tidak
jarang hasil yang diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini dikenal cara yang
jauh lebih canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan pola restriksi pada
molekul DNA anak,ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah kandung anak,
maka dapat diketahui benar tidaknya kecurigaan tersebut.
Dalam kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan teror
pengeboman, teknik rekayasa genetika dapat diterapkan untuk memastikan benar
tidaknya tersangka sebagai pelaku. Jika tersangka masih hidup pengujian dilakukan
dengan membandingkan DNA tersangka dengan DNA objek yang tertinggal di
tempat kejadian, misalnya rambut atau sperma. Cara ini dikenal sebagai sebagia
sidik jari DNA (DNA finger printing). Akan tetapi, jika tersangka mati dan
tubuhnya hancur, maka DNA dari bagian-bagian tubuh tersangka dicocokkan pola
restruksinya dengan DNA kedua orang tuanya atau saudara-saudaranya yang masih
hidup.
BAB III
PEMBAHASAN

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat (hereditas) yang diwariskan
dari induk kepada anaknya serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Ilmu genetika
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang berkembang sangat pesat. Secara garis besar,
perkembangan genetika terdiri atas 3 periode, yaitu era Pre-Mendel, era Mendel dan era
Pasca Mendel.

Era Pre-Mendel (sebelum abad XIX) diawali oleh bangsa Babylonia (6.000 tahun yang
lalu), dimana mereka sudah melakukan penyusunan silsilah kuda untuk memperbaiki
keturunan. Sementara itu, Cina, Eropa dan Amerika juga melakukan percobaan-
percobaannya.

Era Mendel (1822-1884) merupakan keberhasilan George Mendel yang mampu


melakukan percobaan persilangan pada tanaman ercis (Pisum sativum). Mendel juga berhasil
mengamati adanya sifat keturunan (karakter) yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Selain itu, Mendel mampu membuat perhitungan matematika tentang sifat genetis dari
karakter yang ditampilkan oleh percobaan tersebut. Faktor pembeawa karakter tersebut
kemudian dinamakan determinan/faktor. Keberhasilan percobaan Mendel tersebut
menjadikan dasar ilmu pengetahuan di bidang genetika Mendelian. Berkat usahanya tersebut,
Mendel dijuluki Bapak Genetika.

Era Pasca Mendel (setelah tahun 1900) ditandai dengan ditemukannya karya Mendel
oleh Hugo de Vries (Belanda), Carts Correns (Jerman) dan Erich Von Tshcemak (Austria).
Setelah itu banyak peneliti yang melakukan penelitian yang lebih mendalam, dimulai dari
Bateson dan Punnet hingga Nirenberg. Berbagai penelitian yang dihasilkan antara lain adalah
penemuan tentang adanya penyimpangan matematis dari genetika Mendel, adanya suatu
interkasi antargen dalam memunculkan suatu sifat, menemukan bahwa kromosom dalam
nukleus merupakan faktor pembawa bahan genetik, adanya proses pembelahan sel somatik
yang kemudian diberi nama pembelahan mitosis dan meiosis, kromosom terbagi menjadi dua
pada saat pembelahan sel, adanya kesesuaian antara tingkah laku kromosom ketika sel sedang
membelah dan segregasi bahan genetik penemuan Mendel, menemukan bahwa gen adalah
unit terkecil bahan genetik, menemukan penyakit genetis yang bersifat abnormal akibat
aktivitas enzim, adanya perbedaan hemoglobin normal dengan hemoglobin abnormal yang
disebabkan oleh adanya mutasi, menemukan bahwa mutasi dapat dilakukan dengan cara
buatan (induksi), menemukan bahan penyusun molekul gen yakni DNA dan yang terakhir
Nirenberg menyusun kode-kode genetik yang menentukan urutan-urutan asam amino dalam
sintesis protein dan mengetahui gen yang bekerja untuk menimbulkan suatu karakter melalui
sintesis protein.

Berdasarkan sejarah perkembangan genetika tersebut, maka genetika dibagi menjadi 2,


yaitu genetika klasik dan genetika modern. Tentu saja kajian-kajian teori serta penemuan
yang berkaitan dengan genetika klasik jauh berbeda dengan genetika modern.

Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan bagaimana
gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Berbicara tentang genetika klasik tidak
lepas dari Hukum Keturunan. Ada berbagai teori tentang hukum keturunan yang telah
disampaikan, antara lain: teori ovisma, teori animalkulisma, teori preformasi, teori
epigenesis, teori pangenesis, teori plasma benih dan teori perkawinan silang. Pada intinya,
teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut menyampaikan tentang sifat
keturunan yang dimiliki oleh sel telur dan sel sperma (gamet) serta pewarisan keturunan tidak
dapat dipengaruhi oleh kerusakan jaringan tubuh.

Sedangkan genetika modern lebih terfokus pada penerapan ilmu genetika yang
bersandar pada DNA dan RNA. Perkembangan genetika modern sangatlah pesat, bahkan
perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan pada saat dikenalnya teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih
populer disebut sebagai rekayasa genetika. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah
memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau
menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima.

Pesatnya perkembangan ilmu genetika ditunjukan dengan penerapan-penerapannya


dalam berbagai bidang. Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar dalam usaha
menyediakan bibit tanaman dan ternak unggul di bidang Pertanian dan Peternakan. Di bidang
kedokteran, Genetika mempunyai lingkup yang sangat luas, bersifat akademis dan praktis,
antara lain membahas tentang peranan kromosom, pewarisan sifat-sifat genetik dan sifat-sifat
antropologik, terjadinya cacat badan dan mental yang disebabkan oleh kelainan kromososm,
timbulnya penyakit karena kesalahan metabolisme bawaan, berbagai variasi respons terhadap
obat-obatan, transplantasi, penyakit autoimun dan golongan darah, aspek keturunan pada
kanker. Di samping itu genetika di bidang Kedokteran juga menyangkut berbagai aspek
keluarga, antara lain diagnosis kelainan genetik pada bayi sebelum lahir, penyuluhan tentang
kemungkinan resiko mendapatkan anak dengan kelainan genetik sehingga erat hubungannya
dengan program Keluarga Berencana, identifikasi bayi tertukar dan adopsi anak.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal


sebagai berikut :

1. Genetika sudah ada sebelum abad XIX, dimulai dari masa Pre-mendel, Mendel dan
Pasca Mendel yang ditandai dengan berbagai penelitian yang lebih mendalam oleh
para ahli.
2. Genetika klasik mengamati proses genetika yang terjadi pada individu dan
bagaimana gen diwariskan dari satu individu ke individu lain. Sedangkan genetika
modern lebih menitikberatkan pada penerapan ilmu genetika yang bersandar pada
ADN dan ARN.
3. Ilmu genetika dapat diterapkan dalam berbagai bidang antara lain: Kedokteran,
Kedokteran Hewan dan Perternakan, Pertanian, Psikologi dan Antropologi,
Industri Farmasi, serta Hukum.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut :

1. Banyak penelitian-penelitian yang berkaitan dengan genetika modern yang dapat


dilakukan.
2. Disarankan kepada pemerintah dan masyarkat agar dapat memanfaatkan berbagai
penelitian-penelian di bidang genetika yang telah ada dengan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Tarsito. Bandung

http://endangsriwatim.blogspot.co.id/2013/03/genetika-klasik-dan-modern.html

http://ramdhaelf02sparkyu.blogspot.co.id/2013/genetika-klasik-dan-modern.html

Anda mungkin juga menyukai