Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN DAN APLlKASI GENETlKA

DALAM PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN


KEANEKARAGAMAN GENETIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


pada Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada

Oleh:
Prof. Budi Setiadi Daryono, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D.
PERKEMBANGAN DAN APLIKASI GENETIKA
DALAM PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN
KEANEKARAGAMAN GENETIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada


Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Dewan Guru Besar


Universitas Gadjah Mada
Pada tanggal25 Juli 2019

Oleh:
Prof. Budi Setiadi Daryono, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D.
1

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Selamat pagi, salam damai dan sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat:
Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat
Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Guru Besar
Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik
Rektor dan para Wakil Rektor
Para Dekan dan Wakil Dekan
Direktur dan Kepala Pusat Studi di Lingkungan Universitas Gadjah
Mada
Para undangan, teman sejawat, tenaga kependidikan, keluarga dan
kerabat, para mahasiswa, serta hadirin yang berbahagia

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga
kita dapat memasuki Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM)
yang terhormat ini dalam keadaan sehat. Pada hari ini, saya
mendapatkan kesempatan dari Dewan Guru Besar untuk
menyampaikan kewajiban Pidato Pengukuhan Guru Besar saya pada
Fakultas Biologi UGM. Kewajiban ini dilaksanakan atas kepercayaan
pemerintah, dalam hal ini Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia (SK No.: 110141M1KP/2019 tanggal 01
Februari 2019), juga Dewan Guru Besar, Senat Akademik, Rektor,
serta Senat Fakultas Biologi UGM. Oleh karena itu, saya dan keluarga
mengucapkan terima kasih yang tulus atas kehadiran serta perhatian
para tamu undangan pada acara pengukuhan Guru Besar pagi ini. Pada
kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan Pidato Pengukuhan
Guru Besar dalam bidang genetika dengan judul:

PERKEMBANGAN DAN APLlKASI GENETlKA DALAM


PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN
GENETIK
2

Judul ini dipilih dengan pertimbangan bahwa genetika


tennasuk ilmu dasar (basic science) sehingga perlu dikaji dan
ditingkatkan perkembangan serta aplikasinya dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
kesejahteraan masyarakat pada masa kini dan yang akan datang.
Apabila perkembangan dan aplikasi genetika telah diketahui maka
makna pentingnya ilmu dapat menjadi fondasi kuat dalam
pengembangan ilmu selanjutnya karena abad 21 diyakini sebagai
'Abad Biologi' dengan peran sentralnya genetika dalam mengatasi
pennasalahan keanekaragaman genetik.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang saya hormati.


Sejarah Genetika
Secara umum ilmuwan menyampaikan pendapat bahwa
genetika merupakan cabang ilmu biologi, eksistensi keilmuannya baru
terungkap setelah penelitian pada tanaman ercis (Pisum sativum L.)
yahg dilakukan oleh Gregor Johann Mendel pada tahun 1856-1865.
Pengetahuan terkait genetika sudah diketahui oleh manusia jauh sejak
dahulu kala, ketika peradaban manusia mulai berkembang. Sejalan
dengan sejarah perkembangan peradaban manusia, pengetahuan
genetika juga menjalar ke seluruh dunia. Perkembangan ini
berbanding lurus dengan revolusi peradaban manusia yang terjadi
sejak mas a lampau.
Manusia mulai menerapkan konsep genetika, bennula saat
kehidupan manusia masih berpindah-pindah (nomaden) untuk berburu
dalam peradaban Paleolitikum dan Mesolitikum melalui domestikasi
hewan, yaitu anjing didomestikasi dari serigala untuk membantunya
berburu. Lebih jauh, pada peradaban Neolitikum (8.000-4.000 SM),
manusia mulai menetap untuk bercocok tanam dan betemak sehingga
berbagai macam tan aman budi daya dan hewan temak diperoleh
dengan mengacu pada keberhasilan domestikasi sebelumnya. Mulai
peradaban perunggu (bronze age) pada 4.000-2.000 SM terdapat
berbagai bukti pengetahuan genetika, salah satunya berupa gambar
hiasan tanaman gandum pada keramik yang ditemukan di lembah
Sungai Mesopotamia dan Sungai Indus. Pengetahuan genetika
kemudian terus berkembang baik pada kehidupan dan peradaban di
3

Yunani, Roma, Cina, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika hingga saat
ini (Reif dkk., 2005; Larson dkk., 2012).

Hadirin yang saya muliakan.


Genetika dalam Budaya Indonesia
Bagaimana keberadaan perkembangan genetika di Indonesia?
Perlu kita ketahui bersama bahwa peradaban awal bangsa Indonesia
dahulu juga sudah mulai mengenal pengetahuan genetika. Hal ini
tecermin salah satunya dari budaya yang sangat dekat dengan
kehidupan kita, kehidupan masa lampau di tanah yang saat ini kita
pijak, pengetahuan genetika terkait keturunan dan pewarisannya sudah
diterapkan dalam salah satu peribahasa, yaitu kacang ora ninggalke
lanjaran. Peribahasa tersebut juga mencerminkan bahwa bangsa
Indonesia telah berupaya untuk mengamati pewarisan karakter pada
diri dan keluarganya. Kehidupan masyarakat Jawa juga sangat lekat
dengan istilah niteni yang berarti menandai dan salah satu bentuk
aplikasinya adalah pemilihan calon pendamping sebagai penerus
keturunan dalam suatu keluarga, dengan menerapkan filosofi Jawa,
yaitu adanya istilah bobot, bibit, dan bebet dalam memilih jodoh.
Bukti lainnya ialah pada kesenian wayang, khususnya dalam
kebudayaan Jawa dan masyarakat lain di Indonesia. Hasil pengamatan
masyarakat tersebut kemudian divisualisasikan pada kesenian wayang
meliputi detail bentuk fisik maupun watak dari para tokohnya.
Wayang kulit purwa sendiri menurut Ir. Haryono Haryo Guritno
(1984) telah dikenal masyarakat Jawa kurang lebih 872-903 M,
bahkan sudah ada sejak 1.500 SM yang digunakan untuk kegiatan
upacara keagamaan (Setyawan dan Daryono, 2016; Daryono, 2013).
Demikian juga terdapat beberapa jenis wayang lainnya yang
berkembang di Nusantara, seperti wayang golek dari Jawa Barat,
wayang Bali, wayang Cirebon, wayang Betawi, dan lain-lain
(Daryono, 2013).

Hadirin yang saya hormati.


Perkembangan Bidang Genetika
Pengungkapan saintifik genetika oleh G.J. Mendel melalui
eksperimennya dengan mengamati keturunan tanaman hasil
4

persilangan kacang ercis (Pis urn sativurn L.), telah menandai babak
baru genetika sebagai cabang ilmu baru pada perkembangan awal
biologi. Istilah genetics kemudian mulai diperkenalkan oleh William
Bateson pada tahun 1905. Genetika klasik tersebut memainkan peran
penting dalam mengubah alur ilmu dasar biologi ke arah kajian
molekuler.
Memasuki era baru perkembangan genetika, Thomas Hunt
Morgan bersama rekannya menggunakan lalat buah (Drosophila
rnelanogaster) sebagai organisme model untuk mempelajari hubungan
antara gen dan kromosom dalam pewarisannya (Darden dan Maull,
1977). Namun, hal tersebut berujung pada kesimpulan bahwa untuk
menganalisis gen tersebut secara komprehensif diperlukan keterlibatan
ahli fisika dan kimia.
Seorang ahli fisika, Max Delbrueck, menjadi tertarik pada
dasar fisik hereditas setelah mendengar ceramah gurunya, Niels Bohr,
tentang kuantum fisika pada tahun 1933 yang menguraikan prinsip
komplementer antara fisika dan biologi (McKaughan, 2005). Bohr dan
Delbrueck tidak menemukan perbedaan kontradiktif biologi terhadap
fisika, tetapi tujuannya ialah memahami bagaimana tiap disiplin ilmu
saling melengkapi. Berbekal hal tersebut, Delbrueck mengunjungi
laboratorium Morgan dan terinspirasi menggunakan bakteriofag, yaitu
virus yang menginfeksi bakteri, untuk melakukan eksperimen dalam
mengungkap aktivitas gen. Kelompok peneliti yang dipimpin
Delbrueck pada tahun 1952 akhimya berhasil membuktikan dan
berhasil melacak komponen kimia fage yang memasuki bakteri serta
membuktikan bahwa gen bukanlah protein, melainkan asam
deoksiribonukleat (DNA).
Struktur DNA mulai dikenal berdasarkan penemuan lames
Dewey Watson dan Francis Harry Compton Crick pada tahun 1953
dengan teknik dari kristalografi sinar-X (Crick, 1996). Mengingat
pentingnya pendekatan sifatfisika baru dan kimia struktural terhadap
fondasi genetika klasik dari Hukum Mendel maka istilah 'biologi
molekuler' resmi diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam sebuah
laporan pada tahun 1938. Biologi molekuler menandakan era baru
perkembangan genetika, yaitu berintegrasinya genetika dengan
biokimia (Morange, 1998). Pennasalahan-perrnasalahan klasik biologi
5

molekuler seputar mekanisme replikasi genetik dan fungsi serta kunci


untuk memahami peran gen dalam keturnnan terns diungkap, hingga
akhimya peneliti berhasil menemukan overlapping gene, split gene,
dan alternative splicing.
Para ahli biologi mulai menyadari esensi perkembangan
biologi molekuler untuk mengarahkan agenda penelitian mereka ke
aras molekuler. Sydney Brenner pada tahun 1963 telah meramalkan
masa depan biologi molekuler pada penelitian biologi, khususnya
biologi perkembangan dan sistem saraf. Sistem regulasi gen dari
biologi molekuler saat ini dipakai dan membantu kajian embriologi
untuk mempelajari regulasi gen selama perkembangan embriologis.
Teknik-teknik biologi molekuler memungkinkan bidang lain untuk
mengembangkan kajiannya ke aras molekuler. Penelitian sel berubah
dari sitologi deskriptif ke dalam biologi sel molekuler (Alberts dkk.,
2002; Bechtel, 2006).

Hadirin yang saya muliakan.


Genomik dan Post-Genomik
Tidak cukup hanya dengan mengenal gen secara parsial,
kehidupan molekuler pada level sel di dalam nukleus temyata sangat
kompleks. Satu gen tidak bisa berdiri sendiri dalam menghasilkan
karakter fenotipe. Gen-gen tersebut saling berinteraksi untuk
menghasilkan keselurnhan karakter utuh suatu organisme. Hal ini
menandai masuknya era barn perkembangan genetika pada era
genomik (Pierce, 2012). Genomik mernpakan satu dari sekian banyak
aras biologi pada Ome Era (Era Omics) yang menandai babak barn
dari biologi dalam mempelajari suatu organisme secara menyeluruh.
Era Omics bertumpu pada pengungkapan genomik suatu organisme
yang prinsip dasamya tidak terlepas dari genetika karena gen-gen
yang berinteraksi secara kompleks pada aras genomik akan
menentukan proses pada aras selanjutnya, hingga pada level
organisme sebagai sebuah individu.
Perkembangan genetika tersebut semakin -memudahkan
manusia untuk memanipulasi kehidupan dan diinisiasi dengan
lahimya sebuah organisme hasil cloning, yaitu domba Dolly pada
tahun 1997. Kemajuan penelitian tersebut akhimya sampai kepada
6

Human Genome Project (2001) yang bertujuan untuk mengungkap


keseluruhan gen pada manusia melalui sekuensing genom. Human
Genome Project sebagai salah satu proyek sekuensing genom
organisme, telah menarik perhatian para peneliti untuk melakukan
sekuensing pada genom organisme lainnya. Hal ini sekaligus
merangsang teknologi untuk terus menggandeng genetika dalam
kemajuan peradaban, yaitu dengan dibuatnya sistem penyimpanan big
data berupa GenBank. Hasil sekuensing berbagai genom akan
menghasilkan output berupa miliaran data sekuens sehingga
diperlukan sebuah sistem penyimpanan data yang terintegrasi dan
dapat diakses oleh seluruh peneliti di dunia (Collins dkk., 1998;
Lockhart dan Winzeler, 2000; Collins dkk., 2003). GenBank adalah
sebuah basis data komprehensif berisi urutan nukleotida yang dapat
diakses oleh masyarakat umum. Terdapat lebih dari 300.000
organisme pada tingkat genus dan spesies yang sekuen nukleotidanya
telah terdaftar di GenBank. Seiring kemajuan teknologi Next
Generation Sequencing (NGS) basis data GenBank seperti NCBI,
EBI, dan DDBJ tidak lagi cukup komprehensif terkait besamya data
sekuen nukleotida tiap individu, kemudahan akses organisme spesifik
dan akurasi analisis data spesifik sehingga ban yak dikembangkan
basis data spesifik taksa atau spesies tertentu, seperti Melonomics
(basis data gen melon), CuGenDB (basis data genom kelompok
cucurbit), TAIR (basis data gen Arabidopsis thaliana (L.) Heynh.),
SGD (basis data gen Saccharomyces sp.), VBRC (basis data informasi
nukleotida virus), dan lainnya.
Penyimpanan data mi memungkinkan adanya sistem
pengenalan seluruh organisme di bumi dari genom yang dimiliki
sehingga pada tahun 2007 dibentuk The Barcode of Life Data System
(BOLD) yang memungkinkan setiap organisme memiliki sistem
barcoding yang memudahkan identifikasi. Sistem BOLD ini juga
dikembangkan ke arah keamanan di bidang kesehatan, pangan,
maupun kasus pencurian materi genetik yang marak terjadi pada
beberapa tahun terakhir. Pencurian materi genetik, atau dikenal juga
dengan biopiracy, adalah kasus kontroversial yang melibatkan batas
negara, yaitu materi genetik yang umumnya ditemukan melimpah
pada negara berkembang, dimanfaatkan secara sepihak oleh negara
7

maju yang umumnya memiliki materi genetik yang terbatas. Dewasa


ini, materi genetik dapat bemilai lebih berharga dari emas ataupun
minyak bumi jika mampu dimanfaatkan dalam kehidupan manusia
sebagai sebuah produk teknologi (Hebert dan Gregory, 2005;
Ratnasingham dan Hebert, 2007; Mgbeoji, 2014).
Dalam perkembangan selanjutnya, genetika tidak hanya
berhenti pada aras genomik, tetapi juga berkembang pada aras pasca-
genomik. Genetika memanfaatkan informasi urutan yang diberikan
oleh genomik, tetapi kemudian terletak dalam analisis sistem-tingkat
semua entitas lain dan kegiatan yang terlibat dalam mekanisme
transkripsi (transcriptomic), regulasi (regulomic), dan ekspresi
(proteomic).

Hadirin yang saya hormati.


Peran dan Aplikasi Genetika
Pengembangan materi genetik saat ini sudah jauh melebihi
ekspektasi manusia. Genetika berikut materi genetiknya yang semula
hanya dimanfaatkan dalam seleksi dan pemuliaan hewan serta
tumbuhan, saat ini materi genetik tersebut dapat dimanfaatkan dalam
membuat organisme unggul, vaksin, hormon, menciptakan bio-
weapon, dan menopang perekonomian negara melalui produk
bioteknologi modem. Hal ini karena genetika sebagai ilmu dasar telah
dapat menopang unit penting suatu organisme untuk dimanfaatkan
bagi kehidupan manusia. Genom secara keseluruhan dari materi
genetik tidak lain ialah sebuah blueprint kehidupan organisme, yang
tidak akan pemah habis terungkap layaknya harta berharga yang akan
terns menghasilkan keuntungan dari setiap pengungkapannya untuk
hal yang bermanfaat (Dale, 2013).
Aliran informasi genom yang terns mengalir pada keturunan
selanjutnya, secara tidak langsung mengingatkan kita akan
mewariskan genom yang dimiliki pada keturunan kita, dan tidak lagi
hanya diterima sebagai sebuah proses alam yang terjadi begitu saja.
Pada tumbuhan, telah dilakukan modifikasi genom melalui teknologi
genome editing menggunakan CRlSPR. Hal ini tentu menjadi sebuah
indikasi bahwa perspektif di masa depan, genetika yang berkutat
dengan data genomik akan terns berkembang ke arah yang tidak dapat
8

kita prediksi. Bisa saja secara kontroversial, teknologi genome editing


diaplikasikan pada manusia untuk menciptakan manusia super atau
manusia abadi, tetapi tentunya hal tersebut perlu kita cermati bersama
karena berbenturan dengan etika dan kodrat alam (Hwang dkk., 2013;
Jinek dkk., 2013).

Hadirin yang saya muliakan.


Peran dan Aplikasi Genetika dalam Bidang Pangan
Sebagai negara agraris, budi daya tanaman merupakan sektor
utama dalam pertanian Indonesia. Hingga saat ini masalah utama bagi
pertanian Indonesia, selain akibat cuaca yang tidak menentu, ialah
tingginya angka gagal panen akibat serangan ham a dan penyakit.
Virus merupakan salah satu ancaman serius bagi pertanian di
Indonesia. Terdapat beberapa jenis virus yang diketahui mengancam
pertanian di Indonesia, seperti Cucumovirus, Tobamovirus, Potyvirus,
Carlavirus, Potexvirus, dan Begomovirus, yang akan terus bertambah
baik jenis maupun jumlahnya.
Pengembangan varietas tanaman yang memiliki gen resistan
masih dipilih menjadi strategi yang paling ramah lingkungan dan
efektif dalam mengatasi infeksi hama dan penyakit, termasuk virus.
Lebih jauh, resistansi genetik tanaman terhadap virus menjadi hal
yang menarik untuk diteliti bagi para pemulia tanaman. Sayangnya,
proses seleksi gen resistan hingga terbentuknya varietas yang tahan
virus memerlukan proses yang panjang dan waktu yang sangat lama
(Francia dkk., 2005).
Genetika berperan besar dalam mempercepat proses
pengembangan varietas tanaman, salah satunya dalam pengembangan
Marker Assisted Selection (MAS) untuk pemuliaan tanaman.
Pengembangan marka molekuler berdasarkan seleksi fenotipe
tanaman yang tahan virus banyak dilakukan untuk mempercepat
seleksi sumber genotipe tanaman tahan virus (Kesawat dan Das,
2017). Keberadaan marka molekuler dalam seleksi progeny akan
sangat menyingkat waktu dan mengefisienkan kerja pemulia tanaman
karena tidak harus menunggu hingga waktu tertentu untuk melihat
ekspresi fenotipe yang diinginkan (Gallois dkk., 2018). Penelitian
pengembangan marka molekuler yang terpaut ketahanan melon
9

terhadap virus telah banyak dilakukan di Indonesia, di antaranya


pengembangan Random Amplified Polymorphic DNA untuk deteksi
kultivar melon yang resistan terhadap CMV (Daryono dan Natsuaki,
2002), pengembangan RAPD dan SCAR-marker untuk seleksi
kultivar melon tahan CMV-B2 (Daryono dkk., 2009; Daryono dkk.,
2010), pengembangan melon resistance gene analog (MRGA) marker
untuk deteksi resistansi melon terhadap virus (Daryono dkk., 2010),
dan pengembangan SCAR-marker untuk deteksi kultivar melon tahan
infeksi Begomovirus (Subiastuti dkk., 2019). Selain itu, juga telah
berhasi1 mengidentifikasi sumber genotipe melon tahan CMV
(Daryono dkk., 2003; Daryono dkk., 2010) dan PRSV (Daryono dan
Natsuaki, 2006), serta mengidentifikasi pola pewarisan ketahanan
melon terhadap virus KGMMV (Daryono dkk., 2016; Daryono dan
Fitriyah, 2017).
Aplikasi marka molekuler tidak hanya berperan dalam seleksi
genotipe tahan virus, tetapi juga berperan dalam deteksi infeksi virus
pada tanaman dan identifikasi variasi genetik virus. Sebagai kontribusi
da1am upaya penanganan infeksi virus tanaman di Indonesia, telah
dilakukan aplikasi marka molekuler untuk deteksi infeksi KGMMV
pada melon dengan multipleks RT-PCR (Daryono dan Natsuaki,
2012), infeksi SLCV pada melon di Jawa Timur dan Yogyakarta
(Julijantono dkk., 2010), infeksi ORSV pada anggrek di Kebun Raya
Bogor, taman nasional, dan nurseri (Mahfut dkk., 2017), infeksi PRSV
pada pepaya di Indonesia, serta infeksi dan variasi genetik
Begomovirus pada tanaman Solanaceae dan Cucurbitaceae di
Yogyakarta (Subiastuti dkk., 2019).
Aplikasi marka molekuler dalam deteksi infeksi virus juga
dapat digunakan sebagai studi pendahuluan dalam karakterisasi
molekuler genom virus. Karakterisasi ini penting sebagai informasi
keanekaragaman spesies virus yang ada di Indonesia, serta
memberikan gambaran bagaimana proses evolusi virus tersebut
dibandingkan spesies yang ditemukan di wilayah geografis lainnya.
Terdapat tiga spesies virus yang telah berhasil dikarakterisasi di
Indonesia dan menyumbangkan data sekuens DNA di GenBank, yaitu
KGMMV (Daryono dkk., 2006), CGMMV (Daryono dan
Kumalawati, 2011), dan ORSV (Mahfut dkk., 2017).
10

Genetika tidak hanya berperan dalam pengembangan marka


molekuler dalam upaya pengembangan resistan tahan virus, tetapi
juga dalam identifikasi gen resistan terhadap virus. Hal tersebut
dilakukan dengan mengembangkan aplikasi genetika molekuler, untuk
mengidentifikasi tiga gen resistan terhadap virus pada melon, yaitu
Creb-2 (Daryono dkk., 2003), Prsv-p (Daryono dan Natsuaki, 2006),
dan Krey (Daryono dkk., 2016). Hingga saat ini tercatat 18 gen
resistan (termasuk Creb-2, Prsv-p, dan Krey) terhadap virus yang
teridentifikasi pada genom melon, di antaranya gen Fn, Prv, Zym,
wmr-2, cab-J, cab-2, My, cma, Cys, Liy, culcrv, nsv, Mnr-J, Mnr-2,
cgmmv-J, cgmmv-2, dan Imy. Sebagian besar di antaranya merupakan
single resistance gene. Jumlah gen tersebut masih sangat sedikit jika
dibandingkan dari total 160 gen lainnya yang telah teridentifikasi
fungsinya pada genom melon (Dogimont dkk., 2011). Hal ini tentu
menjadi peluang bagi para ahli genetika di Indonesia untuk
mengidentifikasi gen-gen lainnya, terutama yang berkaitan dengan
resistansi virus, dan kaitannya terhadap peningkatan produktivitas
tanaman. Informasi tentang gen-gen tersebut tentu saja akan
mendukung upaya pemuliaan tanaman melon di Indonesia sehingga
menjadi salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia.
Di sisi lain, sektor peternakan unggas, khususnya ayam,
memiliki kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan pangan hewani
nasional dan masih didominasi ketergantungan terhadap galur ayam
ras komersial, baik petelur maupun pedaging. Terdapat 34 galur ayam
lokal asli Indonesia (Henuk dan Bakti, 2018) yang berfungsi sebagai
plasma nutfah fauna Indonesia sehingga apabila dikelola dengan baik,
hal tersebut dapat menjadi solusi bagi pemenuhan konsumsi pangan
daging unggul yang selalu meningkat (Daryono dkk., 2010).
Persilangan selektif memungkinkan dihasilkannya hibrida ayam
pedaging dan petelur dengan karakteristik lokal unggul sesuai
rancangan pola persilangan yang ditetapkan. Dalam proses
persilangan selektif, dibutuhkan penerapan genetika Mendelian dan
genetika molekuler yang sating terkait terhadap beberapa bidang ilmu
lain, sebagai panduan dan evaluasi arah seleksi guna meningkatkan
efektivitas persilangan.
11

Beberapa terobosan signifikan dalam riset persilangan selektif


ayam sepanjang periode 2008 hingga sekarang, telah menghasilkan
beragam galur ayam, baik galur ayam pedaging, petelur, ayam hias,
maupun dwiguna (Daryono dkk., 2018). Galur ayam tersebut
dihasilkan melalui persilangan antara galur ayam lokal ash Indonesia
dengan penerapan prinsip Mendelian dan molekuler (Mahardhika dan
Daryono, 2019). Penerapan genetika tidak dapat berdiri sendiri
sehingga dalam penelitian ini terkait dengan beberapa studi, di
antaranya morfologi embrionik dan fisiologis ayam (Saragih dan
Daryono, 2010; Retnoaji dkk., 2016; Puspita dkk., 2017; Saragih dkk.,
2017). Beberapa temuan terkait korelasi pakan dan ekspresi genetik
pada ayam hibrida lokal juga telah ditemukan. Salah satunya berhasil
mengungkapkan bahwa terdapat korelasi antara ekspresi gen Insulin-
like Growth Factor-I terhadap konsentrasi protein dan energi dalam
pakan standar pada ayam hibrida Kamper (Perdamaian dkk., 2017).
Beberapa studi molekuler pendukung, seperti isolasi DNA
melalui bulu ayam menggunakan metode Chelex dan metode PCI,
telah dilakukan dan menunjukkan bahwa metode Chelex dan sampel
bulu ayam dapat digunakan sebagai material isolat DNA ayam
(Emanto dkk., 2018). Beberapa studi molekuler lain, seperti
genotyping gen LEPR (Mahardhika, 2019) pada ayam F2 Kambro dan
gen cTYR (Habibah, 2018) pada ayam F2 Kamper, menunjukkan peran
penting genotyping dalam proses seleksi hibrida. Hasil-hasil penelitian
tersebut dapat mendukung upaya genotyping dan identifikasi
molekuler yang lebih efisien dalam pengembangan genetik ayam lokal
di Indonesia.

Hadirin yang saya hormati.


Peran dan Aplikasi Genetika dalam Bidang Biomedis
Seperti yang telah kita ketahui bahwa kita tengah memasuki
era barn kedokteran modem yang ditandai dengan aplikasi Human
Genome Project, era personalized medicine yang fleksibel pada tiap
karakter pasien. Hal terse but . merupakan bukti peran penting
penguasaan genetika dalam pengembangan bidang kesehatan-obat dan
biomedis seperti upaya peningkatan kualitas genetik herba penghasil
obat, antara lain temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) (Daryono
12

dan Kumalawati., 2011), jahe merah iZingiber officinale) (Meiliana ~


dan Daryono, 2017), dan bawang sabrang (Eleutherine americana
Merr. Ex K. Heyne) (Daryono dan Natsuaki, 2012). Demikian juga
dengan identifikasi strain-strain mikroba patogen seperti Escherichia
coli 0157:H7 sebagai penghasil Shiga toxin (Suardana dkk., 2012;
Suardana dkk., 2015).
Pemanfaatan bahan alam sebagai bahan aktif dalam komponen
produk obat menjadi perhatian utama dalam dunia medis saat ini.
Salah satu senyawa bioaktif penting dari kelompok tumbuhan
Cucurbitaceae, yaitu cucurbitacin. Senyawa cucurbitacin termasuk
senyawa bioaktif (bioactive compound) karena memiliki sifat sebagai
obat antitumor, anti-inflammatory, anti-artherosclerotic, dan
antidiabetic (Kaushik dkk., 2015). Keberadaan senyawa cucurbitacin
berkorelasi dengan rasa pahit dari tanaman, salah satu contohnya ialah
rasa pahit pada buah mentimun (Shang dkk., 2014). Melon sebagai
salah satu anggota famili Cucurbitaceae pada proses domestikasinya
telah kehilangan fragmen gen untuk sintesis senyawa tersebut, tetapi
melalui pengembangan Gama Melon Parfum yang kaya metabolit
sekunder serta hasi1 eksplorasi dan identifikasi gen, diharapkan
mampu memproduksi senyawa cucurbitacin untuk dimanfaatkan
dalam biomedis (Handriani dkk., 2014; Prasetyo dkk., 2012).
Fenomena pewarisan genetik pada manusia juga menjadi
perhatian para peneliti genetika dalam mengembangkan ilmu dan
menjawab permasalahan yang terjadi pada masyarakat dalam bidang
kesehatan. Sa1ah satunya, yaitu muncu1nya ke1ainan genetik pada aras
kromosom manusia secara alamiah dan bukan sebagai suatu penyakit,
yang dikenal juga sebagai sindrom. Beberapa sindrom yang umum
dikenal adalah sindrom down, sindrom Turner, sindrom Klinefelter,
dan masih banyak jenis sindrom akibat kelainan genetik yang belum
terungkap, tidak hanya kelainan genetik pada aras kromosom,
pengungkapan kelainan akibat mutasi juga telah dilakukan, salah
satunya dari identifikasi mutasi DNA manusia yang bertanggung
jawab terhadap munculnya talasemia ..
Peningkatan jumlah penyandang talasemia di Indonesia setiap
tahun memerlukan pengembangan riset dasar genetika (Husna dkk.,
2017). Berdasarkan hal tersebut, telah banyak dilakukan
13

pengembangan metode deteksi mutasi pada DNA manusia. Terdapat


10 jenis mutasi gen B-globin yang telah diidentifikasi di Indonesia
(Jakarta), dengan prevalensi tertinggi ialah mutasi IVSI-5 (G~C)
(Lie-Injo dkk., 1989; Weatherall, 200 I). Berdasarkan penelitian
Setianingsih dkk. (1998), terdapat tiga jenis mutasi yang umum di
Indonesia, yaitu mutasi Cd 26 (GAG~AAG) atau HbE, mutasi IVSI-
5 (G~C), dan mutasi Cd 35 (del C). Lima jenis mutasi pada gen a-
globin juga telah diidentifikasi menyebabkan u-talasemia
(Setianingsih dkk., 2003; Sari dan Amalia, 2016) dan dele si -a3,7
pada gen a-globin, merupakan mutasi dengan prevalensi tertinggi
penyebab u-talasemia, khususnya pada etnis Jawa. Oleh sebab itu,
penentuan jenis mutasi dalam genetika penting dilakukan karena
pengetahuan tentang jenis mutasi dalam genetika diperlukan untuk
mengetahui manifestasi klinis pembawa sifat talasemia. Informasi
mengenai manifestasi klinis talasemia selanjutnya diperlukan untuk
penanganan kasus-kasus talasemia di Indonesia (Handayani dan
Purwanto, 2015).

Hadirin yang berbahagia.


Peran dan Aplikasi Genetika dalam Pen data an dan Pelestarian
Biodiversitas
Biodiversitas berasal dari kata biological diversity yang mulai
diperkenalkan sejak tahun 1989 oleh Edward O. Wilson, dan di KBBI
dikenal sebagai keanekaragaman hayati. Definisi sederhana dari
keanekaragaman hayati adalah "kekayaan hidup di bumi berupa jutaan
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta materi genetik yang
dikandungnya dan ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan
hidup" (Supriatna, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat
biodiversitas tertinggi di dunia sehingga dijuluki sebagai negara
megabiodiversitas. Data-data keanekaragaman hayati di seluruh dunia,
khususnya di Indonesia, masih banyak yang belum terungkap. Rata-
rata setiap hari terdapat 300 spesies yang dideskripsikan dan diberi
nama, tetapi aktivitas pendataan ini pun harus berpacu dengan laju
kerusakan ekosistem yang berarti merusak habitat sekaligus relung
14

biologi. Menurut Primack (2006), diperkirakan sebagian besar spesies


akan punah sebelum mereka diberi nama.
Hal tersebut seyogianya menjadi perhatian kita bersama,
bahwa biodiversitas yang dianugerahkan kepada bumi pertiwi ini
merupakan kekayaan yang berharga sehingga membutuhkan upaya
tersendiri dalam rangka mendata dan mempelajari keanekaragaman
tersebut melalui penerapan genetika. Sinergi dan pengembangan
penelitian genetika molekuler dengan cabang biologi lainnya, seperti
morfologi dan sistematika tumbuhan, dapat meningkatkan kuantitas
dan tingkat akurasi data biodiversitas di Indonesia. Beberapa
penelitian biodiversitas dalam mendata keanekaragaman genetik yang
telah dipublikasikan secara intemasional dari keanekaragaman flora di
Indonesia, antara lain identifikasi tanaman bartek sebagai varietas
melon lokal dari Pemalang, Jawa Tengah; keragaman timun Maluku;
tembakau dan jagung lokal Madura, gembili (Dioscorea asculenta);
pisang liar Sulawesi (Musa spp.); padi rawa Kalimantan (Oryza sativa
L.); nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.); talas Kalimantan
(Colocasia spp.); bambu Pulau Selayar, Sulawesi Selatan (Poaceae);
keanekaragaman anggrek (Orchidaceae) di Gunung Arjuno, Lawu,
dan Sumbing; dan keragaman lumut Bazzania Gray di Jawa
(Lepidoziaceae) (Daryono dan Kumalawati, 2011; Liana dkk., 2017;
Pumomo dkk., 2017; Khotimperwati dkk., 2018; Wijaya dkk., 2018;
Hastuti dkk., 2019; Mursyidin dkk., 2019; Palupi dkk., 2019;
Oktavianingsih dkk., 2019).
Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang signifikan dan
menjadi milestone untuk identifikasi dan pendataan pada beberapa
spesies fauna di Indonesia, antara lain keanekaragaman piton di
Sulawesi Selatan (Malayopython reticulatus); ikan gabus (Channa
gachua Hamilton, 1822) dari Magelang; dan ikan gabus (Channa
striata Bloch, 1793) dari Danau Sentani, Jayapura; serta udang windu
(Penaeus monodon Fabricius, 1798) di Aceh, Jawa Tengah, dan
Sulawesi Selatan; serta identifikasi labi-Iabi (Trionychidae) di Jawa
(Hanifa dkk., 2016; Ilmi dan Arisuryanti, 2018; Kombong dan
Arisuryanti, 2018; Yusdhistira dan Arisuryanti, 2019; Wicesa dkk.,
2019). Upaya penelitian dalam mendata biodiversitas ini juga
mendatangkan kebanggaan tersendiri bagi Universitas Gadjah Mada,
15

yaitu melalui konsorsium penelitian antara Fakultas Biologi UGM,


Amphibian and Reptile Diversity Research Center and Department of
Biology, Kyoto University, Bidang Zoologi Museum Zoologicum
Bogoriense, dan LIPI, berhasil menemukan katak jenis baru dari
Sumatera yang diberi nama Microhyla gadjahmadai (Atmaja dkk.,
2018).

Hadirin yang saya hormati.


Peran dan Aplikasi Genetika dalam Bidang Sosial-Budaya
Beberapa perrnasalahan terkait sosial-humaniora yang
bersinggungan dengan genetika, antara lain genealogi dan rekam jejak
nenek moyang. Persoalan terkait rasisme, supremasi ras, prejudikasi
suku, politik apartheid, dan semitisme menjadi perrnasalahan
kemanusiaan yang juga belum mereda. Genosida dan diskriminasi
terhadap suatu kaum berdasarkan kenampakan wama kulit, suku, dan
keturunan telah menjadi sejarah kelam dalam episode peradaban
manusia (baca: Nazi-Yahudi; Black-White Supremacy; Apartheid
Politics; Native American vs American).
Genetika dapat menjadi titik terang penyelesaian perrnasalahan
sosial tersebut dengan perlahan mengurai ketegangan melalui analisis
genetik yang valid. Royal dkk. (2010) mengungkapkan bahwa terkait
ancestry terdapat kesalahan persepsi yang mendalam dan hasil
risetnya menyatakan bahwa asal-usul kita bersama sebagai spesies
menyiratkan bahwa kita (manusia) sebagai individu saling terkait satu
sama lainnya. Konsep tentang ancestry sendiri memiliki beberapa
kategori dan umumnya berdasarkan atas asumsi seperti continental
ancestry, biogeographic ancestry, dan lineage atau family history.
Kata "ras" sendiri tidak dianggap dalam konsep biologi secara luas,
tetapi lebih dipahami sebagai variasi dalam spesies. Templeton (2013)
mengungkapkan bahwa sebutan ras eksis dalam perspektif kultural
manusia, tetapi manusia memiliki diversitas genetik yang tinggi.
Secara mayoritas, diversitas ini merefleksikan keunikan individual,
.bukan ras. Dengan hilangnya konsep ras secara biologi, penguatan
pemahaman tersebut yang mengakar kuat secara gradual dapat
mengeliminasi kesalahan persepsi yang terlanjur salah pada
masyarakat.
16

Pimpinan Sidang dan hadirin yang saya muliakan.


Perkembangan kehidupan manusia pada abad ke-21 yang
diyakini sebagai 'Abad Biologi', memperlihatkan setiap aspek
kebutuhan hidup manusia bertumpu pada pengembangan teknologi
berbasis biologi, yang ditandai dengan munculnya Revolusi Industri
4.0 dan 5.0, dan bioteknologi sebagai salah satu pilar utamanya.
Genetika sebagai ilmu dasar juga turnt menjadi penyokong
implementasi perkembangan bioteknologi modem saat ini, di
antaranya melalui gene sequencing/ Edit DNA, synthetic biology,
hingga personalised medical treatment. Perkembangan genetika
secara khusus mendukung beragam kemajuan yang signifikan dari
aspek teknologi dan peningkatan taraf kehidupan manusia secara
fundamental. Prospek ini menjadi semboyan bagi komunitas peneliti
biologi dunia pada abad 21 ini, yaitu 'Life sciences play a key role in
tackling global challenges'.
Pada era Omics seperti sekarang ini, genetika juga mengalami
perkembangan menjadi studi yang lebih kompleks, yaitu "Systems
Genetics" yang mengintegrasikan teknologi high-throughput
expression profiling dengan pendekatan biologi sistem untuk
menjelaskan mekanisme molekuler sifat-sifat kompleks. Studi
genetika sistem juga meningkatkan pemahaman terhadap fungsi gen
dalam jalur biokimia dan interaksi genetik antarmolekul biologi (Li,
2013). Ciri fundamental dari genetik sistem maupun biologi sistem,
yaitu data yang diperoleh terintegrasi dalam sistem web, koleksi data
yang komprehensif, dan digitalisasi output biologis (Holford dkk.,
2012). Hal ini tentu saja selaras dengan perkembangan Revolusi
Digital 4.0 dan implikasinya pada Revolusi 5.0 yang sedang ramai
digaungkan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipastikan bahwa genetika
akan terns berkembang di era Omics ini. Tantangan pada masa
mendatang yang perlu segera dipikirkan ialah strategi pendekatan
untuk mengombinasikan genetika dan Omics untuk mengungkap
hipotesis barn tentang mekanisme molekuler sistem biologi
organisme. Ke depannya, dapat diprediksi bahwa diperlukan analisis
17

dan teknologi yang komprehensif untuk dapat memvisualisasikan


perubahan real-time suatu mekanisme biologis dalam lingkup
transkriptomik, proteomik, metabolomik, maupun interaktomik, serta
bagaimana hal tersebut diwariskan kepada keturunan berikutnya. Hal
ini tentu saja penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan
peradaban manusia pada masa yang akan datang.
Pada bagian terakhir pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Pemerintah RI, khususnya Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (RISTEK-DIKTI) atas kepercayaan yang
diberikan kepada saya untuk menjabat sebagai Guru Besar dalam
bidang Genetika.
2. Rektor, Dewan Guru Besar, dan Senat Akademik Universitas
Gadjah Mada yang telah menyetujui dan mengusulkan diri saya
untuk menduduki jabatan Guru Besar.
3. Pengurus Fakultas dan Senat Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada yang telah menyetujui dan mengusulkan kenaikan pangkat
saya.

Ucapan dan penghargaan yang mendalam juga saya sampaikan


kepada:
a. Para guru saya di SD Sukamanah 3, SMPN 7, dan SMAN 2
Tasikmalaya.
b. Prof. Dr. Ir. Wibisono, M.Sc. (AIm.) selaku Dosen Penasihat
Akademik, Prof. Dr. Pumomo, M.S. selaku Dosen Pembimbing
Seminar, dan Prof. Dr. Issirep Sumardi selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah mendukung dan memberi inspirasi kepada saya
untuk meniti karier menjadi dosen di Fakultas Biologi UGM.
c. Prof. Dr. Keiko T. Natsuaki, Prof. Dr. Hiroshi Fujimaki, Prof. Dr.
Junzo Fujigaki, dan Prof. Dr. Keishiro Itagaki selaku Promotor dan
Penguji yang telah membimbing saya pada saat riset serta
penyusunan tesis dan disertasi di Tokyo University of Agriculture,
Jepang. . .
d. Prof. Dr. Ir. Susamto Somowiyarjo, M.Sc., Prof. Dr. Sukarti
Moeljopawiro, M.App.Sc., Prof. Dr. Suwamo Hadisusanto, S.u.,
18

dan Dr. Siti Sumanni yang telah mendukung saya untuk meniti
karier menjadi dosen di Fakultas Biologi UGM.
e. AIm. Ir. H. Suryo Sodo Adisewoyo, Dr. Niken Satuti Nur
Handayani, M.Se., Dra. Tuty Arisuryanti, M.Se., Ph.D., yang telah
menerima saya untuk bergabung dan meniti karier di Laboratorium
Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi UGM.
f. Seluruh dosen, tenaga kependidikan, dan para mahasiswa
bimbingan, baik program Sarjana maupun Paseasarjana Fakultas
Biologi UGM, atas kerja sama dan kebersamaannya selama ini.

Tiada rangkaian kata maupun kalimat yang dapat meneukupi


ungkapan rasa dan terima kasih saya kepada kedua orang tua saya,
Ayahanda H.D. Daryono (AIm.) yang telah banyak memberikan
makna dan keteladanan dalam hidup saya, serta Ibunda Hj. A.
Sutiamah yang telah mengasuh, mendidik, dan senantiasa mendoakan
saya siang dan malam sehingga mewujudkan sesuatu yang tidak
pemah saya impikan sebelumnya, menjadi Guru Besar di universitas
yang terhonnat ini. Penghargaan dan ungkapan terima kasih setinggi-
tingginya juga saya sampaikan kepada istri tereinta saya, Nurpuji
Mumpuni, S.Si., M.Kes. yang dengan segala pengertian, perhatian,
kesetiaan, pengorbanan, kerelaan, dan keikhlasannya telah
memberikan dorongan serta selalu mendampingi saya siang dan
malam, dalam suka dan duka selama kurang lebih 20 tahun ini. Bapak
Mertua H. Moeh. Soebeehi (AIm.) dan Ibu Mertua Hj. Sri Lestari
(Almh.) atas kepereayaan dan dukungannya untuk mengizinkan putri
tereintanya menyertai kehidupan saya. Kepada tiga putra saya, Fajri
Hikari Mustajabi (AIm.), Azmi Genandri Setiadi, dan Fadhli Hikari
Setiadi, terima kasih atas segala kesabaran, pengertian, dan
kehangatan selama ini.
Kepada kakak kandung saya Drs. Ayep Daryono, M.Pd., Yani
Risbayani, S.Pd., Caeih Resniasih, S.Pd., serta adik kandung saya
Reni Reniawati, A.Md. dan Dinnurdin Daryono, S.E., M.M., seluruh
kakak ipar dan keponakan serta keluarga besar H.D. Daryono, terima .
kasih atas perhatian, kebersamaan, dan dukungannya selama ini.
Demikian juga kepada kakak ipar saya dr. Noegroho Habami, Sp.(S).,
M.Kes. dan istri Dr. dr. Wahyu Siswandari, Sp.(P), M.Kes., Nuryekti
19

Sabami, S.Si., M.M. dan suami Ir. Totok Sugiyarto, serta keponakan
saya, Mas Prama, Mbak Kika, dan Mas Kiko, beserta keluarga besar
Sontoredjo dan Singoprawiran, terima kasih atas perhatian dan
kebersamaannya.
Akhimya, kepada semua hadirin yang saya hormati, saya
mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan ketulusan dalam
mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Saya memohon maaf
setulus-tulusnya apabila ada tutur kata yang kurang berkenan di hati
hadirin.

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Daftar Pustaka
Alberts, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, dan P. WaIter.
2002. Molecular Biology of the Cell, Fourth Edition. New York:
Garland.
Atmaja, V.Y., A. Hamidy, T. Arisuryanti, M. Matsui, dan E.N. Smith.
2018. "A New Species of Microhyla anura: Microhylidae from
Sumatra, Indonesia". Treubia. 45: 25-46.
Bechtel, W. 2006. Discovering Cell Mechanisms: The Creation of
Modern Cell Biology. New York: Cambridge University Press.
Collins, F.S., M. Morgan, dan A. Patrinos. 2003. "The Human
Genome Project: Lessons from Large-Scale Biology". Science.
300(5617): 286-290.
Crick, F. 1996. The Impact of Linus Pauling on Molecular Biology in
Ramesh S. Krishnamurthy (Ed.). The Pauling Symposium: A
Discourse on the Art of Biography, Corvallis. Oregon: Oregon
State University Libraries Special Collections, 1-18.
Dale, B.E. 2013. '''Greening' the Chemical Industry: Research and
Development Priorities for Biobased Industrial Products".
Journal of Chemical Technology and Biotechnology. 78(10):
1093-1103.
Daryono, B.S. 2013. Wayang: A Media Used by Javanese to Study
Genetics Since the Old Times. Wayang Congress H. Dinas
20

Kebudayaan DIY. Pusat Kebudayaan Koesnadi


Hardjosoemantri. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Daryono, B.S. 2015. "Application of Molecular Biology for
Identification of Virus Resistance Gene in Melon". Indonesian
Journal of Biotechnology. 20(1): 19-33
Daryono, B.S. dan D.A. Kumalawati. 2011. "Identification of Local
Melon (Cucumis melo L. var. Bartek) Based on Chromosomal
Characters". HAYATl Journal ofBiosciences. 18(4): 197-200.
Daryono, B.S. dan K.T. Natsuaki. 2002. "Application of Random
Amplified DNA Markers for Detection of Resistant Cultivars of
Melon (Cucumis melo L.) Against Cucurbit Virus". Acta Hort.
588: 321-329.
Daryono, B.S. dan K.T. Natsuaki. 2006. "Inheritance of Resistance to
Papaya Ringspot Virus-papaya Strain in Melon (Cucumis melo
L.)". Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 12(1): 53-61.
Daryono, B.S. dan K.T. Natsuaki. 2012. "Application of Multiplex
RT-PCR for Detection of Cucurbit-infecting Tobamovirus".
Jordan Journal of Agriculture Sciences. 8(1): 46-55.
Daryono, B.S., K. Wakui, dan K.T. Natsuaki. 2009. "Development of
Random Aplified Polymorphism DNA Markers Linked to
CMV-B2 Resistance Gene in Melon". HAYATl Journal of
Biosciences. 16(4): 142-146.
Daryono, B.S., K. Wakui, dan K.T. Natsuaki. 2010. "Linkage
Analysis and Mapping of SCAR Markers Linked to CMV -B2
Resistance Gene in Melon". SABRAO Journal of Breeding and
Genetics. 42(1): 35-45.
Daryono, B.S., S. Somowiyarjo, dan K.T. Natsuaki. 2003. "New
Source of Resistance to Cucumber Mosaic Virus in Melon".
SABRAO Journal of Breeding and Genetics. 35(1): 19-26.
Daryono, B.S., Y. Alaydrus, K.T. Natsuaki, dan S. Somowiyarjo.
2016. "Inheritance of Resistance to Kyuri Green Mottle Mosaic
Virus in Melon". SABRAO Journal. 48(1): 33-40.
Francia, E., G. Tacconi, C. Crosatti, D. Barabaschi, E. Dall-Aglio, dan
G. Vale. 2005. "Marker Assisted Selection in Crop Plants".
Plant Cell, Tissue, and Culture. 82(3): 317-342.
21

Handayani, N.S.N. dan R. Purwanto. 2015. "Cd35 (Del C) Frameshift


Mutation in Exon 2 of p-Globin Gene on P- Thalassemia
Carriers". Biomedical Engineering. 1(1): 19-23.
Hastuti, Pumomo, I. Sumardi, dan B.S. Daryono. 2019. "Diversity'
Wild Banana Species (Musa spp.) in Sulawesi, Indonesia".
Biodiversitas. 20(3): 824-832.
Hebert, P.D.N. dan T.R. Gregory. 2005. "The Promise of DNA
Barcoding for Taxonomy". Systematic Biology. 54(5): 852-859.
Husna, N., I. Sanka, A. Al Arif, C. Putri, E. Leonard, dan N.S.N.
Handayani. 2017. "Prevalence and Distribution of Thalassemia
Trait Screening". J Med. Sci. 49(3): 106-113.
Hwang, W.Y, Y Fu, D. Reyon, M.L. Maeder, S.Q. Tsai, J.D. Sander,
R.T. Peterson, J .R. Yeh, dan J.K. Joung. 2013. "Efficient
Genome Editing in Zebrafish Using A CRISPR-Cas System".
Nat. Biotechnol. 31(3): 227-229.
Kaushik, u., V. Aeri, dan S.R. Mir. 2015. "Cucurbitacins - An Insight
into Medicinal Leads from Nature". Phycog. Rev. 9(17): 12-17.
Khotimperwati, L., R.S. Kasiamdari, Santosa, dan B.S. Daryono.
2018. "Bazzania Gray (Lepidoziaceae, Marchantiophyta) in
Central Java, Indonesia". Biodiversitas. 19(3): 875-887.
Kitcher, P. 1984. "Year 1953 and All That: A Tale of Two Sciences".
The Philosophical Review. 93(3): 335-373.
Liana, A., Pumomo, I. Sumardi, dan B.S. Daryono. 2017. "Bamboo
Species (Poaceae: Bambusoideae) from Selayar Island".
Floribunda. 5(6): 185-19l.
Lie-Injo, L.E., S.P. Cai, I. Wahidiyat, S. Moeslichan, M.L. Lim, I.
Evangelista, M. Doherty, dan YM. Kan. 1989. "p-thalassemia
Mutations in Indonesia and Their Linkage to p-haplotype". Am.
J Hum. Genet. 45(6): 971-975.
Mahfut, B.S. Daryono, dan S. Somowiyarjo. 2017. "Deteksi
Odontoglossum Ringspot Virus pada Anggrek Asli Koleksi
Kebun Raya di Indonesia". Jurnal Fitopatologi Indonesia.
13( 1): 1-8.
McKaughan, D.J. 2005. "The Influence of Niels Bohr on Max
Delbrueck: Revisiting the Hopes Inspired by 'Light and Life"'.
ISIS. 96(4): 507-529.
22

Mgbeoji, I. 2014. Global Biopiracy: Patents, Plants, and Indigenous


Knowledge. UBC Press: Vancouver-Toronto.
Morange, M. 1998. A History of Molecular Biology. Cambridge, MA:
Harvard University Press.
Mursyidin, D.H., Purnomo, I. Sumardi, dan B.S. Daryono. 2019.
"Phenotypic Diversity of the Tidal Swamp Rice (Oryza sativa
L.) Germplasm from South Kalimantan, Indonesia". AJCS.
13(3): 386-394.
Palupi, D., S.S.B. Rahayu, dan B.S. Daryono. 2019. "Genetic
Diversity in Jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam.) Based on
Molecular Characters in Indonesia". SABRAO Journal of
Breeding and Genetics. 51(1): 57-67.
Primack, R.B. 2006. Essential of Conservation Biology. Sinauer
Associates Inc., Sunderland, M.A.
Ratnasingham, Sujeevan, dan P.D.N. Hebert. 2007. "BOLD: The
Barcode of Life Data System". http://www.barcodinglife.org.
Molecular Ecology Notes. 7(3): 355-364.
Reif, 1.C., P. Zhang, S. Dreisigacker, M.L. Warburton, M. van Ginkel,
D. Hoisington, M. Bohn, dan A.E. Melchinger. 2005. "Wheat
Genetic Diversity Trends during Domestication and Breeding".
Theoretical and Applied Genetics. 110(5): 859-864.
Retnoaji, B., R. Wulandari, L. Nurhidayat, dan B.S. Daryono. 2016.
"Osteogenesis Study of Hybrids of Indonesia's Native Chicken
Pelung (Gallus gallus domesticus) with Broiler (Gallus gallus
domesticus)". Asian J. Anim. Vet. Adv. 11(8): 498-504.
Saragih, H.T.S.S.G. dan B.S. Daryono. 2010. "Histological Study on
the Pancreatic p-Cell Number of Indigenous Chicks in First
Crossbred (F1)". J. Indonesian Trop. Anim. Agric. 35(3): 201-
205.
Sari, D.P. dan P. Amalias. 2016. "Sensitivitas dan Spesivitas a-globin
Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi n-thalassemia". Sari
Pediatri. 17(5): 349-359.
Suardana, I., D. Widiasih, I. Mahardika, K. Pinatih, dan B.S. Daryono.
2015. "Evaluation of Zoonotic Potency of Escherichia coli
0157:H7 through Arbitrarily Primed PCR Methods". Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(11): 915-920.
23

Subiastuti, A.S., S. Hartono, dan B.S. Daryono. 2019. "Detection and


Identification of Begomovirus Infecting Cucurbitaceae and
Solanaceae in Yogyakarta, Indonesia". Biodiversitas. 20(3):
738-744.
Supriatna, J. 2018. Konservasi Biodiversitas: Teori dan Praktik di
Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Templeton, A.R. 2013. "Biological Races in Humans". Stud. Hist.
Philos. BioI. Biomed. Sci. 44(3): 262-271.
24

DAFT AR RIW AY AT HIDUP

Nama : Prof. Budi Setiadi Daryono,


S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D.
Tpt dan Tgl. Lahir : Tasikmalaya, 26 Maret 1970
NIP : 1970003261995121001
NIDN : 0026037001
lenis Kelamin : Pria
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Dosen PNS
Pangkat/Golongan : PembinalIVa
labatan : Guru Besar
Alamat Kantor : Laboratorium Genetika dan
Pemuliaan, Fakultas Biologi
UGM, Yogyakarta
Alamat Rumah : RT 06, RW 06, Duwet,
Sendangadi, Mlati, Sleman,
Yogyakarta
E-mail: bs_daryono@mail.ugm.ac.id &
bs_ daryono@yahoo.com
Data Keluarga

No. Nama Hubungan Pekerjaan


1. Nurpuji Mumpuni, S.Si., M.Kes. Istri Dosen PTS
2. Fajri Hikari M. Anak kandung Wafat
3. Azmi Genandri Setiadi Anak kandung Pelajar
4. Fadhli Hikari Setiadi Anak kandung Pelajar

Riwayat Pendidikan

No. Nama Sekolah/U niversitas Gelar Lulus Bidang


Tahun Kaiian
1. SDN Sukamanah 3, Tasikmalaya - 1983 -
2. SMPN 7 Tasikmalaya - 1986 -
3. SMAN 2 Tasikmalaya - 1989 -
4. Fakultas Biologi UGM S.Si. 1995 Botani
5. Graduate School of Agriculture, M.Agr.Sc. 2000- Genetika
Tokyo University of Agriculture, 2002 Molekuler
25

Jepang dan
Pemulian
6. Graduate School of Agriculture, Ph.D. 2002- Genetika
Tokyo University of Agriculture, 2005 Molekuler
Jepang dan
Pemuliaan
7. Graduate School of Agriculture, - 2006 dan
Postdoctoral
Tokyo University of Agriculture 2011

Riwayat Pekerjaan

No. Pekerjaan Tabun


l. Staf HRD PT. Gaiah Tunggal, Tbk. 1995 s.d. 1996
2. Dosen Fakultas Biologi UGM 1996 s.d. sekarang
3. Dosen (tidak tetap) Fak. Hukum un Yogyakarta 1997 s.d. 1999
4. Sekretaris BPP Fakultas Biologi UGM 1998 s.d. 1999
5. Kepala BPPK Fakultas Biolozi UGM 2006 s.d. 2007
6. Pengelola Pascasarjana Fak. Biologi UGM 2007 s.d. 2009
7. Kepala Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM 2010 s.d. 2012
9. Person in Charge (PlC) l-MHERE Fak. Biologi UGM 2009 s.d. 2012
10. Anggota Senat Akadernik UGM 2012 s.d. sekarang
1l. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan 2012 s.d. 2016
Fak. Biologi UGM
15. Dekan Fak. Biologi UGM 2016 s.d. sekarang
16. Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) 2016 s.d. sekarang

Publikasi Ilmiah Mulai 2012-2019

Daryono, B.S. dan K.I. Natsuaki. 2012. "Application of Multiplex


RI-PCR for Detection of Cucurbit-infecting Tobamovirus".
Jordan Journal of Agricultural Sciences. 8(1): 46-56.
Pumomo, B.S. Daryono, Rugayah, 1. Sumardi, dan H. Shiwachi.
2012. "Phenetic Analysis and Intraspesific Classification of
Indonesian Water Yam (Dioscorea alata L.) Based on
Morphological Characters". SABRAO Journal Breeding and
Genetics. 44(2): 277-291.
Prasetyo, S.Y.l., Subanar, E. Winarko, dan B.S. Daryono. 2012.
"Endemic Outbreaks of Brown Planthopper (Nilaparvata lugens
26

Stal.) in Indonesia Using Exploratory Spatial Data Analysis".


International Journal of Computer Science. 9(5): 162-171.
Susandarini, R., B.S. Daryono, L. Hartanto Nugroho, S. Subandiyah,
dan Rugayah. 2013. "Assessment of Taxonomic Affinity of
Indonesian Pummelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Based on
Morphological Characters". American Journal of Agricultural
and Biological Sciences. 8(3): 182-190.
Suardana, 1., D. Widiasih, 1. Mahardika, K. Pinatih, dan B.S.
Daryono. 2015. "Evaluation Of Zoonotic Potency Of Escherichia
Coli 0157:H7 Through Arbitrarily Primed PCR Methods". Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 5(11): 915-920.
Femiah, R., R. Kasiamdari, A. Priyatmojo, dan B.S. Daryono. 2015.
"Expression of Class II Chitinase Gene in Chilli (Capsicum
annuum L.) as Response to Fusarium Oxysporum Pathogen
Attack". Asian Journal of Plant Pathology. 9(3): 142-147.
Sri Yulianto, 1., Subanar, E. Winarko, dan B.S. Daryono. 2015.
"ESSA: Exponential Smoothing and Spatial Autocorrelation,
Methods for Prediction of Outbreaks Pest in Indonesia".
International Review on Computers and Software. 10(4): 362-
371.
Suardana, 1., K. Pinatih, D. Widiasih, W. Artama, W. Asmara, dan
B.S. Daryono. 2015. "Regulatory Elements of Stx2 Gene and the
Expression Level of Shiga-like Toxin 2 in Escherichia coli
0157:H7". Journal of Microbiology, Immunology, and Infection.
51(1): 132-140.
Daryono, B.S., Y. Alaydrus, K.T. Natsuaki, dan S. Somowiyarjo.
2016. "Inheritance of Resistance To Kyuri Green Mottle Mosaic
Virus in Melon". SABRAO Journal of Breeding and Genetics.
48(1): 33-40.
Retnoaji, B., R. Wulandari, L. Nurhidayat, dan B.S. Daryono. 2016.
"Osteogenesis Study of Hybrids of Indonesia's Native Chicken
Pelung (Gallus gallus domesticus) with Broiler (Gallus gallus
. domesticus). Asian Journal of Animal and Veterinary Advances.
11(8): 498-504.
Mahfut, T. Joko, dan B.S. Daryono. 2016. "Molecular
Characterization of Odontoglossum Ringspot Virus (ORSV) in
27

Java and Bali, Indonesia". Asian Journal of Plant Pathology.


10(1): 9-14.
Pumomo, B.S. Daryono, Rugayah, 1. Sumardi, dan H. Shiwachi.
2016. "Genetic Variability and Classification of Indonesian Yams
(Dioscorea spp.) Based on RAPD Analysis". SABRAO Journal
Breeding and Genetics. 48(4): 377-390.
Pumomo, L.N. Faizah, dan B.S. Daryono. 2016. "Variability and
Intraspesific Classification of Gembili (Dioscorea esculenta
(Lour.) Burk.) Based on Morphological Characters". SABRAO
Journal Breeding and Genetics. 49(1): 1-8.
Mursyidin, D., Y. Nazari, dan B.S. Daryono. 2017. "Tidal Swamp
Rice Cultivars of South Kalimantan Province, Indonesia: A Case
Study of Diversity and Local Culture". Biodiversitas. 18(1): 427-
432.
Perdamaian, A., H. Saragih, dan B.S. Daryono. 2017. "Effect of
Varying Level of Crude Protein and Energy on Insulin-like
Growth Factor-i Expression Level in Indonesian Hybrid
Chicken". International Journal of Poultry Science. 16(1): 1-5.
Pumomo, B.S. Daryono, dan H. Shiwachi. 2017. "Phylogenetic
Relationship of Indonesian Water Yam (Dioscorea alata L.)
Cultivars Based on DNA Marker Using ITS-rDNA Analysis".
Journal of Agricultural Science. 9(2): 1-8.
Mursyidin, D., P. Pumomo, 1. Sumardi, dan B.S. Daryono. 2018.
"Molecular Diversity of Tidal Swamp Rice (Oryza sativa L.) in
South Kalimantan, Indonesia". Diversity. 10(22): 1-10.
Khotimperwati, L., R. Kasiamdari, Santosa, dan B.S. Daryono. 2018.
"Bazzania Gray (Lepidoziaceae, Marchantiophyta) in Central
Java, Indonesia". Biodiversitas. 19(3): 825-837.
Mursyidin, D., 1. Sumardi, Pumomo, dan B.S. Daryono. 2018.
"Pollen Diversity of the Tidal Swamp Rice (Oryza sativa L.)
Cultivars Collected from South Kalimantan, Indonesia".
Australian Journal of Crop Science. 12(3): 380-385.
Femiah, R., R. Kasiamdari, A. Priyatmojo, dan B.S. Daryono. 2018.
"Resistance Response of Chilli (Capsicum Annuum L.) Flto
Fusarium Oxysporum Involves Expression of the CaChi2 Gene".
Tropical Life Sciences Research. 29(2): 29-37.
28

Sari, N., Suryadiantina, B.S. Daryono, dan Purnomo. 2018.


"Variability and Intraspecific Classification of Indonesian Edible
Canna (Canna indica 1.) Based on RAPD Marker Analysis".
SABRA 0 Journal of Breeding and Genetics. 50(2): 156-167.
Utama, 1., A. Perdamaian, dan B.S. Daryono. 2018. "Plumage
Uniformity, Growth Rate and Growth Hormone Polymorphism in
Indonesian Hybrid Chickens". International Journal of Poultry
Science. 17(10): 486-492.
Daryono, B.S., A. Subiastuti, A. Fatmadanni, dan D. Sartika. 2019.
"Phenotypic And Genetic Stability Of New Indonesian Melon
Cultivar (Cucumis Melo L. 'Melonia') Based On ISSR Markers".
Biodiversitas. 20(4): 1069-1075.
Hastuti, Purnomo, 1. Sumardi, dan B.S. Daryono. 2019. "Diversity
Wild Banana Species (Musa spp.) in Sulawesi, Indonesia".
Biodiversitas. 20(3): 824-832.
Nurhikmayani, R., B.S. Daryono, dan E. Retnaningrum. 2019.
Isolation and Molecular Identification of Antimicrobial-producing
Lactic Acid Bacteria from Chao, South Sulawesi (Indonesia)
Fermented Fish Product". Biodiversitas. 20(4): 1063-1068.
Palupi, D., S.S.B. Rahayu, dan B.S. Daryono. 2019. "Genetic
Diversity in Jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam.) Based on
Molecular Characters in Indonesia". SABRAO Journal of
Breeding and Genetics. 51(1): 57-67.

Perolehan HKI

No Nomor P/m
Judulffema HKI Tahun Jenis
.
1. Serbuk Bio-Catharantin Agensia Barn HKII IDPOOO038766
2015
untuk Poliploidisasi Tanaman Paten Tanggal29 Juni 2015
SK KEMENT AN NO.:
165 & 166
Deskripsi Melon Varietas Tacapa GB &
2. 2015 PVT IKPTS/SR.1201D.2. 7/11
SILVER
12015
Tanggal 18 Nov. 2015
467,468,469, &
Pendaftaran Varietas Tanaman Tacapa
3. 2016 PVT 470IPVHP 120 I7
GB, Meloni, Hikapel, & Tacapa Silver
Tanggal29 Des. 2016
4. Pendaftaran Varietas Tanaman Melon, 2017 PVT 506,507,508,509,&
29

Melodi Gama I, Gama Melon Parfum, 5 I0IPVHP/20 I 7


Merona & Hikanet Tanzaal 19 Juni 2017
Pendaftaran Varietas Tanaman Hikapel 511 & 526IPVHP/2017
5. 2017 PVT
Aromatis & Tacapa Gold Tanggal 19 Juni 2017
HKII P0020 I802757
6. Kit Detergen Isolasi DNA Tanaman 2018
Paten Tanggal 16 Apri12018
Pendaftaran Varietas Tanaman 703 & 704IPVHP/2019
7. 2019 PVT
Kelengkeng Sleman dan Citra Jingga Tanggal14 Jan. 2019
Pendaftaran Varietas Tanaman Kacang 715IPVHP 12019
8. 2019 PVT
Tanah Lurik Tanzgal 28 Maret 2019

Publikasi Buku

Jumlah
No. Judul Tahun
Halaman
1. Perakitan Tanaman Melon Kultivar Unggul dalam 2014 258
Rangka Memperkuat Ketahanan Benih Nasional
Penerbit: BPFE-UGM
2. Wayangfor Humanity 2014 386
Subjudul: Wayang: A Media Used by Javanese to Study
Genetics Since the Old Times
Penerbit: PPKH-UGM
3. Perubahan Iklim dan Pemanfaatan SIG di Kawasan 2014 272
Pesisir
Penerbit: Gadjah Mada University Press
ISBN: 979-420-863-9
4. Karakterisasi Kromosom Tumbuhan dan Hewan 2015 141
Penerbit: Gadjah Mada University Press
ISBN: 978-979-420-998-1 1411209-B5E
5. Keanekaragaman dan Potensi Sumber Daya Genetik 2017 215
Melon
Penerbit: Gadjah Mada University Press
ISBN: 978-602-386-187-3 1611242-B5E
6. Karakterisasi dan Keragaman Genetik Ayam Lokal 2019 210
Indonesia
Penerbit: Gadjah Mada University Press
ISBN: 978-602-386-357-0
30

Penghargaan
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
I. Peneliti Muda Terbaik UGM Kepala Lembaga Penelitian 1997
UGM
2. INFEX Foundation Award Jepang 1999
3. Semi-Special Selection Awards Japan International 2001
Cooperation Agency (JICA)-
Japan
4. Young-Scientist Award International Society for 2001
Horticultural
Science (ISHS)-Belgium
5. Hitachi International Scholarship Hitachi Scholarship Foundation, 2002
Foundation Award Jepang
6. Visiting Research Awards Hitachi Scholarship Foundation, 2006
Jepang
7. Best Presenter Awards ITSF, Jakarta 2007
8. Insentif Publikasi Internasional DP2M, DIKTI 2007
UGM
9. Insentif Publikasi Internasional LPPM-UGM 2008
DIKTI
10. ITSF Science and Technology ITSF, Jakarta 2008
Awards
II. Anugerah Modul Bahan Ajar Rektor UGM 2008
Berbasis Hasil Riset
12. Dosen Berdedikasi Terbaik I Dekan Fak. Biologi UGM 2009
13. Dosen Teladan UGM RektorUGM 2010
14. Finalis Dosen Berprestasi Nasional Kemendiknas RI 2010
15. Best Bussiness Plant Kedubes RI Jepang 2011
16. Postdoctoral and Research Fellow Hitachi Scholarship Foundation 2011
Award Japan
17. Dosen Berprestasi Bidang P2M RektorUGM 2012
18. Ilmuwan Kontributif Biologi MIPA untuk Negeri (MUN) UI 2013
19. The 2nd Best Oral Presenter nd
2014
The 2 International
Environment and Health
Conference
20. The Best Life Sciences Awards Universitas YARSI 2017

Anda mungkin juga menyukai