Anda di halaman 1dari 19

laporan +PPT = 82

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


PRAKTIKUM VII
REVIEW JURNAL PEMBUATAN MEDIA

Kelompok : 7

Anggota : Alfina Damayanti (M3519004)

Fathia Fajar Nur Azizah (M3519020)

Ning Ratih (M3519046)

Wahyu Triwidiyastuti (M3519060)

Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2020

Asisten Praktikum : Sherly Vega Andwi

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PRAKTIKUM VII
REVIEW JURNAL PEMBUATAN MEDIA

I. TUJUAN 5
Tujuan dari percobaan ini adalah melakukan pembuatan media dan
mempersiapkan peralatan untuk kerja mikrobiologi.
II. DASAR TEORI
10
Media kultur digunakan di laboratorium untuk penanaman mikroorganisme dan
memberi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan mikroorganisme
(Rizki dan Syahnita, 2019). Penggunaan media dalam cabang ilmu biologi yaitu
mikrobiologi sangat penting untuk menumbuhkan, isolasi, perhitungan jumlah, dan
pengujian sifat-sifat fisik bakteri sehingga suatu bakteri dapat diidentifikasi (Rismaya
dkk., 2019). Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Selain untuk menumbuhkan mikroorganisme, medium
dapat digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah
mikroorganisme (Rakhmawati, 2012).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,
pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O)
sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai
pemadat media (Suhardi dkk., 2015). Media biakan yang mampu mendukung
optimalisasi pertumbuhan mikroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi
bagi mikroorganisme. Unsur tersebut berupa garam organik, sumber energi (karbon),
vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen
lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Suardana dkk., 2014).
III. ALAT DAN BAHAN 5
1. Alat
a. Timbangan (1 buah)
b. Lemari pengering (1 buah)
c. Blender (1 buah)
d. Wadah (1 buah)
e. Autoklaf (1 buah)
f. Tabung reaksi (3 buah)
g. Jarum ose steril (2 buah)
h. Inkubator (1 buah)
2. Bahan
a. Media nutrient agar (23 gram)
b. Media nutrient agar steril (3 mL)
c. Media nutrient broth (8 gram)
d. Aquadest (Secukupnya)
IV. CARA KERJA
7
1. Medium Nutrien Agar
kok cakernya ngga semua ditulis, dari jurnal yang dikutip nggak cuma caker ini aja lo

2. Medium Nutrien Broth

3. Medium Nutrien Agar Miring


2
V. HASIL PENGMATAN
hasil percobaannya mana?
bedain antara hasil sama caker

No. Metode Cara Kerja

1 Pembuatan media Sebanyak 23 g media nutrien Agar dilarutkan dalam air


nutrient agar miring suling steril kemudian volumenya dicukupkan hingga 1 L
dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan terlarut.

Disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121℃ selama


15 menit

Dimasukkan 5 ml ke dalam tabung reaksi steril, kemudian


diamkan pada temperatur kamar sampai sediaan memadat
pada posisis miring kira-kira 45℃

Kemudian disimpan dalam lemari pendingin 5℃

Setelah media NA mengeras dalam bentuk miring,


digoreskan koloni bakteri pada media tersebut dengan
menggunakan jarum ose steril

Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37℃


selama 18-24 jam.

2 Pembuatan media Ditimbang media Nutrient Broth (NB) sebanyak 8 g, lalu


nutrient broth dilarutkan dalam air suling steril sedikit demi sedikit,
kemudian dicukupkan volumenya hingga 1 L dengan
bantuan pemanasan sampai semua terlarut sempurna

Disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121℃ selama


15 menit.

Setelah disterilkan didiamkan media hingga dingin,


kemudian masukan 10 ml kedalam tabung reaksi steril dan
ambil koloni bakteri dari stok kultur dengan menggunakan
jarum ose lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang
telah berisi 10 ml larutan Nutrien broth.

3 Pembuatan media Sebanyak 23 g media nutrien Agar dilarutkan dalam air


nutrient agar suling steril kemudian volumenya dicukupkan hingga 1 L
dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan terlarut.

Disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121℃ selama


15 menit

Dimasukkan 5 ml ke dalam tabung reaksi steril, kemudian


diamkan pada temperatur kamar sampai sediaan memadat
Kemudian disimpan dalam lemari pendingin 5℃

Setelah media NA mengeras, digoreskan koloni bakteri


pada media tersebut dengan menggunakan jarum ose steril

Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37℃


selama 18-24 jam.

VI. PEMBAHASAN
25
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pembuatan media dan mempersiapkan
peralatan untuk kerja mikrobiologi. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam
media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.
Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Suhardi dkk.,
2015). Media mikroorganisme pada dasarnya digunakan untuk menumbuhkan,
mengisolasi, menguji sifat-sifat fisiologi, hingga sebagai alat dalam menghitung jumlah
mikroorganisme (Lay, 1994).
Media pertumbuhan dapat berupa cair (Broth), padat (agar), atau semisolid.
Media pertumbuhan pada media cair ditandai dengan kekeruhan media, sedangkan pada
media padat ditandai dengan terbentuknya koloni. Media semisolid umumnya
dipergunakan untuk melihat motilitas bakteri (Murwani, 2015). Persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyiapan media supaya mikroorganisme dapat tumbuh baik antara lain
(Dwidjosaputra, 2005):
1. Mengandung nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba
2. Mempunyai tegangan osmose, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai
3. Tidak mengandung zat-zat penghambat
4. Steril.
Media yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jenis media Nutrient Agar
(NA), Nutrient Broth (NB), dan media nutrient agar miring. NA (Nutrient Agar) adalah
medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. NA dibuat dengan
komposisi agar-agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut sebagai
nutrisi padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar-agar hanya
sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi
padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang
memiliki komposisi yaitu agar-agar yang telah dipanaskan dan mencair dengan suhu
95℃ (Sandra, 2013). Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai
agar sebagai pemadat. Proses pembuatannya pun lebih sederhana, tidak memerlukan
panas, peptone dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika
diaduk (Yunilas, 2017). Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan Nutrient
Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair sehingga
disebut juga dengan media cairan nutrisi atau kaldu nutrisi (Munandar, 2016). Sedangkan
agar miring (​Slants Agar​) merupakan media yang dibuat meletakkan miring tabung reaksi
pada saat pendinginan dengan memperhatikan kemiringan luas permukaan yang kontak
dengan udara, yaitu tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar serta jarak media tidak
terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Media yang
diisi pada tabung reaksi berkisar 1/3 bagian dari tabung (Yunilas, 2017).
Nutrien Agar dibuat dengan cara, sebanyak 23 g media nutrien Agar dilarutkan
dalam air suling steril kemudian volumenya dicukupkan hingga 1 L dengan bantuan
pemanasan sampai semua bahan terlarut. Disterilkan dalam autoklaf pada temperatur
121℃ selama 15 menit. Sehingga diperoleh Nutrien Agar steril dan siap digunakan
sebagai media kultur bakteri. Teknik sterilisasi menggunakan autoklaf dipilih karena
koefisien dan sifat dari alat tersebut tidak merusak kandungan yang ada pada media
pertumbuhan yang dipakai (Permatasari dkk., 2013). good
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan alat atau bahan dengan
uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2
atm dan dengan suhu 121°C (250°F). Prinsip autoclave yaitu dengan menggunakan uap
air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang
terdapat pada alat atau bahan yang akan disterilkan (Andriani, 2016).
Nutrien Broth dibuat dengan cara, ditimbang media Nutrient Broth (NB)
sebanyak 8 g, lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit demi sedikit, kemudian
dicukupkan volumenya hingga 1 L dengan bantuan pemanasan sampai semua terlarut
sempurna. Disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121​℃​selama 15 menit. Setelah
dilengkapi lagi, disesuaikan jurnalnya juga.
disterilkan didiamkan media hingga dingin. Sehingga diperoleh Nutrien Broth steril dan
siap digunakan sebagai media kultur bakteri. Teknik sterilisasi menggunakan autoklaf
dipilih karena koefisien dan sifat dari alat tersebut tidak merusak kandungan yang ada
pada media pertumbuhan yang dipakai (Permatasari dkk., 2013).
Media Agar Miring dibuat dengan cara, kedalam tabung reaksi steril dimasukkan
sebanyak 3 ml media Nutrien Agar steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai
sediaan memadat pada posisi miring kira kira kemiringan 45oC. Kemudian disimpan
dalam lemari pendingin pada suhu 50℃. Sehingga diperoleh Media Agar Miring dan siap
digunakan sebagai media kultur bakteri. Tujuan dari diletakkan miring adalah untuk
memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh. Hal yang harus
diperhatikan dari kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara
tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar, serta harus menghindari jarak media yang
terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi.
Setelah bakteri dioleskan ke media, dilakukan inkubasi selama 24 jam. Inkubasi
bakteri dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri dimungkinkan telah
berada pada fase logaritmik atau eksponensial, pada fase tersebut bakteri melakukan
pembelahan secara konstan dan jumlah sel meningkat. Waktu 24 jam merupakan waktu
panen, dimana waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang
jumlah selnya terbanyak yaitu mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter
(Pelczar dan Chan, 2008). pembahasan hasil ujinya?

VII. KESIMPULAN isinya kok caker semua, hadehh 3

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan 3 jenis media yaitu media NA,
NB, dan media agar miring. Pembuatan media NA dilakukan dengan cara 23 g media
nutrien agar dilarutkan dalam air suling steril kemudian volumenya dicukupkan hingga 1
L dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan terlarut. Larutan disterilkan dalam
autoklaf pada temperatur 121℃ selama 15 menit. Media NB dapat dibuat dengan cara
ditimbang media Nutrient Broth (NB) sebanyak 8 g, lalu dilarutkan dalam air suling steril
sedikit demi sedikit, kemudian dicukupkan volumenya hingga 1 L dengan bantuan
pemanasan sampai semua terlarut sempurna. Larutan disterilkan dalam autoklaf pada
temperatur 121​℃ selama 15 menit. Setelah disterilkan didiamkan media hingga dingin.
Sedangkan media agar miring dibuat dengan cara kedalam tabung reaksi steril
dimasukkan sebanyak 3 ml media Nutrien Agar steril, didiamkan pada temperatur kamar
sampai sediaan memadat pada posisi miring kira kira kemiringan 45​℃ untuk
memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh. Kemudian disimpan
dalam lemari pendingin pada suhu 50℃.

VIII. DAFTAR PUSTAKA 10


Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum.​ Jurnal Mikrobiologi.​ 1(1) :1-7.
Dwidjosaputra. 2005. ​Dasar-dasar Mikrobiologi. J​ akarta: Djambatan.
Lay, B. 1994. ​Analisis Mikroba di Laboratorium. ​Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Munandar, K. 2016. ​Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi Sekolah.​ Bandung: Refika
Aditama.
​ alang: UB Press.
Murwani, S. 2015. ​Dasar-dasar Mikrobiologi Vteriner. M
Permatasari, T. D. A., Sumarlan, S. H., dan Susilo, B. Uji Pembuatan Marning Jagung
dengan Menggunakan Autoclave. ​Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem,​ 1(1): 69-75.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S. 2008. ​Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.​ Jakarta:
UI Press.
Rakhmawati, A. 2012. ​Penyiapan Media Mikroorganisme​. Yogyakarta: UNY Press.
Rismaya, K., Iis, K., Dewi, N., dan Asep, D. Pemanfaatan Air Rebusan Umbi Kuning dan
Ungu sebagai Media Alternatif Pertumbuhan ​Escherichia Coli dan
Staphylococcus Aureus.​ ​Jurnal Riset Kesehatan,​ 11(1): 269-276.
Rizki, Z. dan Syahnita, H. 2019. Pemanfaatan Bengkuang (​Pachhyrrhizus Erosus​) dan
Tauge (​Vigna Radiate)​ sebagai Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri
Escherichia Coli dan ​Staphylococcus Aureus. ​Jurnal Penelitian Kesehatan​, 6(1):
1-9.
Sandra. 2013. ​Mikrobiologi Umum.​ Jakarta: Erlangga.
Suardana, I. W., Utama, I. H., dan Wibowo, M. H. 2014. Identifikasi ​E Colli 0157:H7
dari Feses Ayam dan Uji Profil Hemolisisnya pada Media Agar Darah. ​Jurnal
kedokteran hewan,​ 8(1): 1-5.
Suhardi, S. H., Koesnandar, D. K., Indriani, H., dan Arnaldo. 2015. ​Biosafety Pedoman
Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit.​ Jakarta: PT.
Multazam Mitra Prima.
Yunilas. 2017. ​Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Peternakan.​ Medan: USU Press.

IX. LAMPIRAN 5
- Jurnal

Mengetahui Surakarta, 26 Oktober 2020


Asisten Pembimbing Praktikan

(Sherly Vega Andwi) (Kelompok 7)


BioLink Vol. 4 (1) Agustus 2017 p-ISSN: 2356-458x e-ISSN:2597-5269

BioLink
JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK


ETANOL DAUN SANGITAN (Sambucus javanica Reinw) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Eschericia coli DAN Salmonella thypi
Scrining Fitochemism And Test of Antibacterial Activity of Extract
Etanol Leaf Leaves (Sambucus javanica Reinw) on Growth Bacteria
Eschericia coli and Salmonella thypi
Eva Sartika Dasopang
Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien
Gg. Rasmi No.28, Sei Sikambing C. II, Medan Helvetia, Kota Medan

*Corresponding author: E-mail: evasartikadasopang@yahoo.com


Abstrak
Daun sangitan (Sambucus javanica Reinw) sering dijumpai tetapi kurang diperhatikan. Bagian daun dari tumbuhan
sangitan digunakan untuk mengobati pembengkakan, insektisida, antidiare, antiinfeksi, luka, menghaluskan kulit
karena mengandung senyawa kimia flavonoid, glikosida, glikosida antrakinon, saponin, steroid/ triterpenoid dan
tanin. Hasil skrining ekstrak etanol daun sangitan (Sambucus javanica Reinw) mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, glikosida, glikosida antrakinon, saponin, steroid/triterpenoid dan tanin. Ekstraksi daun sangitan
dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
sangitan dilakukan secara in vitro dengan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 500, 400,300,200 dan 100
mg/ml. Penelitian ini menggunakan cotrimosazole sebagai pembanding dan etanol 96% sebagai kontrol negatif.
Ekstrak etanol daun sangitan menunjukan aktivitas anti bakteri terhadap bakteri Eschericia coli dan Salmonella
thypi pada konsentrasi 500 mg/ml masing masing 16,11 mm dan 17,04 mm yang tergolong kuat tetapi jika
dibandingkan dengan antibiotik cotrimosazole 10 mg/ml terlihat diameter hambat ekstrak etanol daun sangitan
masih jauh lebih rendah yaitu 30,35 mm pada bakteri Eschericia coli dan 33,15 mm pada bakteri Salmonella thypi
sedangkan ekstrak etanol tidak menunjukan daya hambat.

Kata kunci:Skrining Fitokimia, Salmonella thypi, ekstrak daun sangitan, Eschericia coli

Abstract
Leaves of sangitan (Sambucus javanica Reinw) are often found but noticed. The leaf part of the sangitan plant is used
to treat swelling, insecticides, antidiarrheal, antiinfectives, wounds, smoothing the skin as it contains flavonoid
chemical compounds, glycosides, anthracton glycosides, saponins, steroids / triterpenoids and tannins. Screening
results of ethanol extract of sour leaves (SambucusjavanicaReinw) contain alkaloid compounds, flavonoids, glikosida,
antrakinon glycosides, saponins, steroids / triterpenoids and tannins. The extraction of sangitan leaves was done by
maceration using 96% ethanol. Examination of antibacterial activity of ethanol extract of sangitan leaves was done in
vitro by diffusion method of wells with concentrations of 500, 400, 300, 200 and 100 mg / ml. This study used
cotrimosazole as a comparator and 96% ethanol as a negative control. The extract of ethanol leaves sangitan showed
anti bacterial activity against bacteria Eschericia coli and Salmonella thypi at concentration 500 mg / ml respectively
16,11 mm and 17,04 mm which is classified strong but when compared with antibiotic cotrimosazole 10 mg / ml
visible diameter of inhibit ethanol extract Leaves sangitan still much lower that is 30,35 mm in bacterium Eschericia
coli and 33,15 mm in Salmonella thypi bacteria whereas ethanol extract do not show inhibitory power.

Keywords: Phytochemical Screening, Salmonella thypi, Sebitan leaf extract, Escherichia coli

How to Cite: Dasopang, E.S. 2017, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sangitan (Sambucus javanica Reinw), Jurnal BioLink, Vol. 4 (1): Hal. 54-62
54
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 54-62

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Tumbuhan yang digunakan untuk Penelitian dilakukan di
pengobatan sangat banyak namun yang Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
mempunyai data ilmiah sedikit. Salah Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.
satu tumbuhan yang dikenal dengan Waktu penelitian dilakukan selama lebih
memiliki khasiat untuk pengobatan kurang 4 (empat) bulan terhitung dari
adalah tumbuhan sangitan (Sambucus bulan Mei 2016 sampai Agustus 2016.
javanica Reinw) sangatlah perlu Metode penelitian dilakukan
diperoleh data ilmiah untuk meyakinkan secara eksperimental dan deskriptif.
akan khasiat tumbuhan tersebut. Bagian Penelitian eksperimental yaitu untuk
yang digunakan sebagai obat adalah mengetahui pengaruh variabel bebas
akar, batang daun dan bunga yang dengan variabel terikat. Dalam
dijemur sampai kering dan disimpan. penelitian ini yang dimaksud dengan
Kandungan yang dimiliki daun sangitan variabel bebas adalah konsentrasi
adalah alkaloid, saponin, flavonoid, beta ekstrak etanoll daun sangitan
sitosterol. Daun sangitan ini sangat (Sambucus javanica Reinw) dengan
pahit, kelat berkhasiat menghilangkat konsentrasi 500,400,300,200 dan 100
pembengkakan, insektisida, diare, mg/ml, sedangkan variabel terikatnya
antiinfeksi, luka , menghaluskan kulit. adalah diameter daerah hambat yang
Melihat kandungan kimia dan diukur dalam satuan milimeter (mm).
kegunaan daun sangitan salah satunya Penelitian desktiptif dimaksud untuk
sebagai antidiare, maka saya ingin mengidentifikasi senyawa aktif yang
meneliti aktivitas antibakteri daun terkandung di dalam daun sangitan
sangitan terhadap bakteri penyebab menggunakan skrining fitikimia.
diare yaitu Salmonella thypi dan Pengambilan sampel daun pandan
Eschericia coli. Diare sering dianggap wangi dilakukan secara purposif yaitu
gangguan penyakit yang ringan, namun tanpa membandingkan dengan
penanganan yang tidak tepat atau tumbuhan serupa dari daerah lain.
terlambat sering kali menimbulkan Sampel yang digunakan adalah daun
kematian. sangitan (Sambucus javanica Reinw)
Bakteri Eschericia coli adalah yang masih segar yang diambil di desa
bakteri yang termasuk dalam Sionggang Tengah Kec. Lumban Julu
enterobakteriaceae yaitu kelompok Sumatera Utara.
besar batang gram negatif yang
heterogen, yang habitat alamiahnya ada Prosedur kerja
di saluran pencernaan manusia dan Biakan uji mikroba
hewan. Salmonella thypi merupakan Biakan bakteri murni Salmonella
bakteri gram negatif, tidak berspora, Typhi dan Escherichia coli diperoleh
tanpa fimbria, dan mempunyai flagel dari Laboratorium Kesehatan Daerah
peritrik. Infeksi Salmonella thypi terjadi (LAB.KESDA) Medan.
pada saluran cerna dan kadang
menyebar lewat peredaran darah
keseluruh organ tubuh.
55
Dasopang, E.S, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

Identifikasi tumbuhan ditambahkan air suling hingga volume


Identifikasi tumbuhan dilakukan di 100 ml.
Herbarium Mendanense (MEDA)
Universitas Sumatera Utara, Medan. Pereaksi Dragendrorff
Sebanyak 0,85 g bismuth (III)
Pengolahan Bahan Simplisia nitrat dilarutkan sedikit demi sedikit
Bahan sampel yang di gunakan dalam asetat glasial hingga volume 100
adalah Daun Sangitan sebanyak 5 kg ml kemudian ditambahkan 40 ml air
yang masih segar, dicuci bersih dengan suling. Pada wadah lain 8 g kalium
air mengalir, ditiriskan lalu dikeringkan iodide dilarutkan sedikit demi sedikit
dalam lemari pengering pada suhu 400C dalam air suling hingga voliume 20 ml,
hingga kering. Daun sangitan dianggap kedua larutan dicampur sama banyak.
kering bila rapuh (diremas menjadi Kemudian ditambahkan 20 ml asam
hancur), kemudian daun sangitan kering asetat glasial dan diencerkan dengan air
diserbuk dengan menggunakan blender suling hingg 100 ml.
dan ditimbang berat serbuk keringnya.
Serbuk simplisia disimpan dalam wadah Pereaksi Mayer
tertutup baik terlindung cahaya Sebanyak 1,35 g raksa (II) klorida
matahari dan terhindar dari panas. dilarutkan sedikit demi sedikit dalam air
suling hingga volume 60 ml. Kemudian
Pembuatan larutan pereaksi pada wadah lain sebanyak 5 g kalium
Larutan Asam Klorida 2 N iodida dalam 10 ml air lalu kedua
Sebanyak 16,67 ml asam klorida larutan dicampurkan dan volume
pekat diencerkan dalam air suling dicukupkan dengan air suling hingga
sehingga volume 100 ml. 100 ml.

Larutan Asam Sulfat 2N Pereaksi Molish


Sebanyak 5,4 asam sulfat pekat Sebanyak 3 g alfa naftol ditimbang,
diencerkan dalam air suling hingga kemudian dilarutkan dalam asam nitrat
volume 100 ml. 0,5 N hingga volume 100 ml.

Larutan Besi (III) Klorida 1% Larutan Natrium Hidroksida 2 N


Sebanyak 1 g besi (III) klorida Sebanyak 8,002 g natrium
dilarutkan sedikit demi sedikit dalam hidroksida pelet dilarutkan sedikit demi
asam klorida 0,5 N dan volume sedikit dalam air suling hingga volume
dicukupkan hingga 100 ml. 100 ml.

Pereaksi Bouchardart Larutan Timbal (II) Asetat 0,4 M


Sebanyak 4 gr kalium Iodida Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat
dilarutkan dalam air suling kemudian 2 dilarutkan sedikit demi sedikit dalam air
g iodium dilarutkan sedikit demi sedikit suling bebas karbondioksida hingga
kedalamnya, setelah semuanya larut volume 100 ml.

56
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 54-62

Pembuatan ekstrak Identifikasi Flavonoid


Pembuatan ekstrak etanol daun Sebanyak 10 g serbuk simplisia di
sangitan dilakukan dengan metode tambahkan 10 ml etanol, direfluks
maserasi menggunakan pelarut etanol selama 10 menit, di saring panas melalui
96%. Caranya 200 g serbuk simplisia kertas saring. Filtrat diencerkan dengan
dimasukan kedalam sebuah bejana, 10 ml aquadest. Setelah dingin
dituangi dengan 1500 ml etanol etanol ditambahkan 5 ml eter minyak tanah,
96% ditutup, dibiarkan selama 5 hari dikocok hati-hati, lalu didiamkan
terlindung dari cahaya sambil di aduk. sebentar.kemudian di ambil lapisan
Setelah 5 hari campuran tersebut etanol, diuapkan pada suhu 400C,
diserkai. Ampas dicuci dengan etanol sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil
96% secukupnya ingga diperoleh 2000 asetat, disaring. Filtratnya digunakan
ml. Pindahkan kedalam bejana tertutup, sebagai larutan uji untuk flavonoid
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dengan cara sebanyak 1 ml larutan uji
dari cahaya selama 2 hari. Kemudian diuapkan sampai kering, sisa di larutkan
dienap tuangkan. Dipekatkan dengan dalam 2 ml etanol 96%, ditambah 0,1 g
alat rotary evaporator pada temperatur serbuk magnesium dan 10 tetes klorida
tidak lebih dari 500C sampai diperoleh pekat.
ekstrak semi kental, kemudian diuapkan
dengan bantuan penangas air agar Identifikasi tanin
hasilnya kental. Sebanyak 1 g serbuk simplisia di
didihkan selama 15 menit dalam 10 ml
Pembuatan konsentrasi uji ekstrak aquadest lalu didinginkan dan disaring.
etanol daun sangitan dan Filtrat diencerkan sampai hampir tidak
cotrimosazole. berwarna, lalu ditambahkan 1-2 tetes
Ekstrak etanol ditimbang 5 g pereaksi FeCl3 1%.
kemudian dilarutkan dengan etanol
sampai dengan 10 ml untuk konsentrasi Pemeriksaan Glikosida
500 mg/ml. Setelah itu dilakukan Sedikit serbuk simplisia dimasukan
pengenceran 400,300,200 dan 100 dalam erlenmeyer ditambah etanol
mg/ml. Dan konsentrasi cotrimosazole sampai terendam, direfluks selama 1
10mg/10 ml. jam, didinginkan dan disaring.
Kemudian filtrat ditambahkan timbal
Skrining Fitokimia (II) asetat 0,4 M dan aquadest 20 ml:20
Identifikasi alkaloid ml, didiamkan sampai endapan turun,
Identifikasi alkaloid dilakukan disaring. Filtrat disari dengan kloroform
dengan metode Mayer, Wagner dan 18 ml dan isopropanol 12 ml di dalam
Dragendroff. 0,5 g serbuk simplisia corong pisah, dikocok sampai terbentuk
ditambahkan 20 ml HCl 2N, dipanaskan 2 lapisanyaitu lapisan atas (gula) dan
diatas penangas air selama 2 menit, lapisan bawah (non gula).
didinginkan dan disaring. Filtrat dibagi Lapisan atas:
menjadi 3 bahagian dan masing masing Sebanyak 1 ml larutan percobaan
ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner dimasukan ke dalam tabung reaksi dan
dan Dragendroff. diuapkan diatas penangas air selama
57
Dasopang, E.S, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

setengah jam. Kemudian ditambahkan 2 yang mantap selama kurang lebih 10


ml air dan 5 tetes pereaksi Molish, menit setinggi 1 cm sampai 10 cm dan
kemudian secara perlahan ditambahkan tidak hilang dengan penambahan 2
2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tetesasa klorida 2 N menunjukan adanya
tabung, terbentuk cincin warna saponin.
coklat/coklat keunguan/ungu pada
batas antara kedua cairan menunjukan Identifikasi steroid/triterpenoid
adanya ikatan gula. Sedikit sampel ekstrak etanol
Lapisan bawah: dimasukan kedalam erlenmeyer
Sebanyak 5 ml kedalam cawan ditambahkan n heksan sampai terendam
diuapkan sampai kering kemudian direfluks minimal 2 jam, disaring. Filtrat
ditambahkan 3 tetes asam asetat 10 ml dimasukan kedalam cawan
anhidrida dan 3 tetes asam sulfat pekat. porselin diuapkan sampai kering,
Bila terbentuk warna ungu/ ungu sisanya ditambahkan pereaksi
kemerahan menunjukan adanya steroid. Liebermann-Bauchard (asam asetat
Uji glikosida bisa juga dilakukan dengan anhidrida 3 tetes dan asam sulfat pekat
cara: Sedikit sampel ekstrak etanol 3 tetes). Bila terbentuk warna
dimasukan kedalam tabung reaksi ungu/ungu kemerahan menunjukan
ditambah aquades lalu ditambahkan 5 adanya triterpenoid sedangkan bila
tetes Fehling A dan 5 tetes Fehling B terbentuk warna biru/biru hijau
dipanaskan sampai terbentuk warna menunjukan adanya steroid.
bata/kuning jingga.
Pembuatan media
Pemeriksaan Glikosida Antrakinon Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Sedikit sampel ekstrak etanol Sebanyak 23 g media Mueller
dimasukan kedalam erlenmeyer Hinton Agar dilarutkan ke dalam air
ditambahkan etanol sampai terendam, suling steril yang secara sedikit demi
ditambahkan 2 ml larutan FeCl3 1% sedikit, kemudian volumenya
ditambahkan asam klorida pekat sampai dicukupkan hingga 1 L dengan bantuan
pH asam direfluks selama 30 menit pemanasan sampai terlarut sempurna.
setelah mendidih. Setelah dingin, Disterilkan dalam autoklaf pada
masukan kecorong pisah ditambahkan temperatur 121oC selama 15 menit.
10 ml benzen, dikocok ditambah 2 ml
larutan NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan Media Nutrien Agar (NA)
NaOH bewarna merah menunjukan Sebanyak 23 g media nutrien Agar
adanya glikosida antrakuinon. dilarutkan dalam air suling steril
kemudian volumenya dicukupkan
Identifikasi saponin hingga 1 L dengan bantuan pemanasan
Sedikit sampel ekstrak etanol sampai semua bahan terlarut.
dimasukan dalam tabung reaksi, Disterilkan dalam autoklaf pada
ditambahkan aquades panas, temperatur 121oC selama 15
didinginkan dan dikocok kuat-kuat menit.Setelah media NA disterilkan,
selama 10 detik. Jika terbentuk buih masukan sebanyak 5 ml kedalam tabung
58
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 54-62

reaksi steril, kemudian diamkan pda Pembuatan suspensi standar


temperatur kamar sampai sediaan Mc.Farland
memadat pada posisis miring kira-kira Larutan asam sulfat 1% 9,5 ml
450C. Kemudian disimpan dalam lemari ditambahkan larutan barium klorida
pendingin 50C.Setelah media NaA 1,175% b/v 0,5 ml dikocok homogen
mengeras dalam bentuk miring, sehingga diperoleh suspensi dengan
digoreskan koloni bakteri pada media tingkat kekeruhan yang dikenal dengan
tersebut dengan menggunakan jarum standar Mc.Farland.Apabila kekeruhan
ose steril. Kemudian diinkubasi dalam suspensi bakteri uji sama dengan
inkubator pada suhu 36-37 0C selama kekeruhan suspensi standar Mc.farland,
18-24 jam. maka konsentrasi suspensi bakteri
adalah 108 CFU/ml.
Media Nutrien Broth (NB)
Ditimbang media Nutrient Broth Pembuatan inokulum
(NB) sebanyak 8 g, lalu dilarutkan dalam Koloni bakteri yang diremajakan
air suling steril sedikit demi sedikit, pada media NA diambil dari stok kultur
kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan jarum ose steril,
hingga 1 L dengan bantuan pemanasan lalu disuspensikan kedalam tabung
sampai semua terlarut sempurna. reaksi yang berisi 10 ml larutan media
Disterilkan dalam autoklaf pada nutrien broth (NB). Kemudian
temperatur 121oC selama 15 menit. kekeruhan dibandingkan dengan
Setelah disterilkan didiamkan media kekeruhan Mc.Farland makan
hingga dingin, kemudian masukan 10 ml konsentrasi bakteri 108
kedalam tabung reaksi steril dan ambil CFU/ml.Selanjutnya dipipet 0,1 ml
koloni bakteri dari stok kultur dengan suspensi bakteri 108 koloni/ml,
menggunakan jarum ose lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang
disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NB, kocok homogen maka
telah berisi 10 ml larutan Nutrien broth. diperoleh suspensi bakteri dengan
Ukur kekeruhan larutan pada panjang konsentrasi 106CFU/ml.
gelombang 580 nm sampai diperoleh
transmitan 25%( konsentrasi bakteri Pengujian antibakteri
1x106 CFU/ml. Pengujian antibakteri dilakukan
terhadap ekstrak etanol dengan metode
Pembuatan Agar miring difusi agar menggunakan pencadang
Kedalam tabung reaksi steril logam.dengan cara sebanyak 0,1 ml
dimasukkan sebanyak 3 ml media inokulum bakteri dimasukan kedalam
Nutrien Agar steril, didiamkan pada cawan petri steril, dituang 20 ml MHA
temperatur kamar sampai sediaan pada suhu 45oC, kemudian cawan petri
memadat pada posisi miring kira kira digoyang hingga permukaan merata,
kemiringan 45oC. Kemudian disimpan kemudian dibiarkan sampai media
dalam lemari pendingin . dingin memadat.pada media yang telah
padat ditanam cincin pencadang logam
dan diatur jaraknya, kemudian pada
masing masing pencadang dimasukan
59
Dasopang, E.S, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

ekstrak dengan berbagai konsentrasi. diperoleh ekstrak kental sebanyak 39,7


Cawan petri dibungkus dengan g. Ekstrak yang diperoleh diuji dengan
perkamen dan diinkubasi pada suhu 36- berbagai konsentrasi terhadap bakteri
37oC selama 18-24 jam. Setelah 24 jam Escherichia coli dan Salmonella typhi.
diukur dameter daya hambat daerah
bening yang terbentuk disekitar cincin Hasil skrining Fitokimia
pencadang logam dengan menggunakan Hasil skrining fitokimia
jangka sorong. Pengujian dilakukan menunjukkan hasil alkaloid, tanin,
sebanyak 3 kali pengulangan saponin,glikosida, glikosida antrakinon
dan steroid/triterpenoid.Senyawa
Prosedur Kerja senyaewa tersebut tertarik disebabkan
Melakukan pengambilan sampel oleh sifat etanol yang memiliki gugus
yang mengacu pada Rugayah et al. hidriksil polar dan gugus alkil yang
(2004) dimana diusahakan memperoleh bersifat non polar.Menurut Robinson
koleksi yang subur (fertil), dan senyawa flavonoid, saponin dan
mengambil semua bagian yang ada pada steroid/triterpenoid merupakan
tumbuhan tumbuhan bawah tersebut, senyawa kimia yang memiliki potensi
mencatat parameter yang terdapat di sebagai antibakteri dan antivirus.
lapangan, antara lain tempat hidup, Senyawa flavonoid yang terdapat di
warna pada daun, bunga, aroma daun dalam serbuk daun sangitan
dan lain–lain. Lalu mengoleksi sampel memanfaatkan gugus alkohol yang
tumbuhan dan memberikan label mengandung OH dalam merusak
gantung pada tiap sampel yang dinding sel, dan penyusun dinding sel
dikoleksi, kemudian dibuat menjadi bakteri yang terdiri atas peptodoglikan,
spesimen koleksi dengan meletakkan lipid dan asam amino akan berekasi
spesimen di antara kertas koran dan dengan gugus alkohl pada senyawa
diawetkan dengan alkohol 70% untuk flavonoid sehingga dinding sel
mencegah kontaminasi jamur dan mengalami kerusakan dan senyawa
pembusukan.Setelah pengamatan di tersebut dapat masuk ke dalam inti sel
lapangan berakhir, tumbuhan bawah bakteri dan berkontak dengan DNA
yang telah dikoleksi dibuka kembali dan bakteri sehingga sel bakteri mengalami
disusun sedemikian rupa untuk lisis dan bakteri akan mati.
dikeringkan dalam oven pengering pada Saponin adalah senyawa aktif kuat
temperatur ± 60º C selama 24 jam. yang berperan sebagai antibakteri
Setelah spesimen telah benar-benar dengan cara merusak membran
kering diidentifikasi dengan sitoplasma sehingga menyebabkan
menggunakan buku-buku identifikasi. bocornya metabolit yang
menginaktifkan sistem enzim bakteri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kerusakan pada membran sitoplasma
Hasil Ekstraksi Tumbuhan dapat mencegah masuknya bahan-
Berdasarkan hasil maserasi 200 g bahan makanan atau nutrisi yang
serbuk sangitan dengan etanol 96% dibutuhkan oleh bakteri untuk
menghasilkan energi dan akibatnya
60
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 54-62

bakteri akan mengalami hambatan Hasil uji aktivitas antibakteri


pertumbuhan dan bahkan kematian. ekstrak etanol daun sangitan (Sambucus
Glikosida yang ditunjukan oleh hasil javanica Reinw) dengan konsentrasi
skrining merupakan glikosida 500,400,300,200 dan 100 ml dilakukan
triterpenoid yang mekanisme untuk mengetahui seberapa besar
antibakterinya sama dengan saponin hambatan terhadap bakteri Escherichia
dalam menghancurkan sel bakteri. coli dan Salmonella typhi pada setiap
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri konsentrasinya dapat dilihat pada grafik
Ekstrak Etanol Daun Sangitan Terhadap dibawah ini.
Bakteri Escherichia coli dan Salmonella
typhi.

35
30
25
20
15
Escherichia coli
10
Salmonella typhi
5
0

Gambar 1. Hasil pengukuran Diameter hambatan ekstrak etanol daun sangitan terhadap
bakteri Escherichia coli dan Salmonela typhi
Hasil uji aktivitas antibakteri pada mm. Sedangkan diameter daya hambat
grafik 1 menunjukan semakin besar terhadap bakteri Salmonella typhi dari
konsentrasi ekstrak etanol daun sangitan konsentrasi 500, 400,300,200 dan 100
semakin besar diameter daya hambatan mg/ml adalah 17,04 mm, 15,31 mm,
pertumbuhan bakteri Escherichia coli 13,43 mm, 10,73 mm, 7,81 mm. Terlihat
dan Salmonella typhi. Hal ini disebabkan diameter hambatan pertumbuhan
semakin banyak zat aktif antibakteri bakteri Escherichia coli lebih kecil
yang terkandung di dalamnya dengan dibanding diameter hambatan
meningkatnya konsentrasi.. Dari grafik pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
dapat dilihat konsentrasi 500 mg/ml Berarti ekstrak etanol daun sngitan lebih
menunjukan daya hambat untuk bakteri kuat menghambat bakteri Salmonella
Escherichia coli 16,11mm, pda typhi dibandingkan Escherichia coli
konsentrai 400 mg/ml diameter daya disebabkan kandungan zat aktif yang
hambar 14,06 mm, konsentrasi 300 bersifat antibakteri pada daun sangitan
mg/ml daya hambat sebesar 12,01mm, lebih kuat bekerja terhadap bakteri
pada konsentrasi 200 mg/ml datya Salmonella typhi.
Jika dibandingkan dengan
hambat 10,11mm dan pada konsentrasi cotrimosazole 10mg/10 ml terlihat
100 mg/ml diameter daya hambat 7,31 diameter daya hambat ekstrak etanol
61
Dasopang, E.S, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

daun sangitan masih sangat rendah.Hal Ardanaruddin,a., Winarsih dan M.Widayat.2006.


Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing
ini disebabkan antibiotik cotrimosazole
Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai
sudah dalam keadaan muri dan pelarut Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella
etanol tidak menunjukan daya hambat typhi Secara In vitro. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. Volume 20 (1) hal 3-7
terhadap kedua bakteri tersebut.
Badan POM RI.2012. Pedoman Teknologi
Berdasarkan Farmakope Indonesia, Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak.
syarat daerah hambat efektif apabila Volume 1.hal 13
Dalimartha.S.2007. Atlas Tumbuhan Obat
menghasilkan batas daerah hambat
Indonesia .Jilid II. Cetakan Kesembilan.
dengan diameter lebih kurang 14 mm. Jakarta: Trubus Agriwidya
Menurut Fatmawati dan Wiyono kriteria Erna.2012. Uji Aktivitas Antibakteri Air Rebusan,
kekuatan daya hambat antibakteri adalah Ekstrak Etil Asetat dan Ekstrak Etanol
Cacing Tanah Terhadap Bakteri
sebagai berikut: diameter zona hambat 5 Staphylococcus aureus. Skripsi: Fakultas
mm atau kurang dikategorikan lemah, Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien
zona hambat 5-10 mm dikategorikan Fatima Yanti dan Wiyono.2012.Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
sedang, 10-20 mm dikategorikan kuat Mayana(Coleus atropurpureus L)
dan lebih dari 20 mm dikategorikan terhadap Staphylococcus aureus,
sangat kuat. Berdasarkan keriteria Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa Secara In vitro.Manado:
tersebut ekstrak etanol daun sangitan Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi
mempunyai daya hambat kategori kuat. Fauzia.2013.Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daging
Buah Mahkota Dewa (Phalerimacrocarpa
(Scheff) Boerl) Terhadap Bakteri
SIMPULAN Staphylococcus aureus. Jakarta: Fakultas
Berdasarkan hasil penelitian maka Farmasi Universitas Indonesia
Kemenkes.2012. Profil Kesehatan Indonesia
diperoleh kesimpulan bahwa hasil
Tahun 2011.Kemenkes RI.Jakarta.
skrining fitokimia pada serbuk simplisia Kusmayati dan Agustini. 2007. Uji Senyawa
daun sangitan (Sambucus javanica Antibakteri dari
Reinw) meninjukan adanya senyawa Mikroalaga(Porphyridium cruentum),J
Biod.8(1). Hal 48-153
alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida Reveny,J.2011.Daya Antimikroba Ekstrak dan
antrakuinon,saponin, tanin dan Fraksi Daun Sirih (piper betle Linn) Jurnal
triterpenoid. Hasil uji antibakteri Ilmu Dasar. Vol12(1). Hal 6-12
Robinson,T.1995. Kandungan Organik
menunjukan bahwa ekstrak etanol daun Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit ITB.
sangitan (Sambucus javanica Reinw) Bandung.Hal 36-45
mempunyai aktivitas antibakteri Radji,M.2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan
Mahasiswa Farmasi dan
terhadap Escherichia coli dan Salmonella Kedokteran.Jakarta:EGC.Hal 110-130
typhi dan semakin besar konsentrasi Zulyusri.2013. Keefektifan Daun Sangitan
ekstrak yang digunakan maka semakin (Sambucus javanica Reinw) sebahai
Insektisida Nabati dalam Pengendalian
besar daya hambat yang dihasilkan. Rayap Tanah (Coptotermes sp). .
Prosiding Semirata FMIPA Universitas
DAFTAR PUSTAKA Lampung.
Adisastomito,W.2007. Faktor Risiko Diare pada
Balita di Indonesia: Systematyc Review
Penelitian Akademik Bidang Kesehatan
Masyarakat, Makara Kesehatan1 (11) hal 1-
10

62

Anda mungkin juga menyukai