IH
1 Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dosen STIT Nurul Hakim Kediri
2
Al- Dhahabi>, Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, vol I, (Beirut : Da>r Kutb, 1988),37
Muhkam dan Mutashab>ih
Pengertian Mutashab>ih
salah satu dari duaa hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain.
Mutasha >bih disebut juga dengan mutamathil dalam perkataan dan
keindahan. Jadi tasha >buh kalam adalah kesamaan dan kesesuaian 6.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati al-Quran> bahwa
seluruhnya adalah mutasha >bih, seperti ayat berikut:
,
;4-.,.:. 1J L L , L , 0 , ,
o. -",1 .o 1;.
;._ _ , .
.a o
(. J
;
,1;._
Pengertian Muhkam
8
. al-Ra>ghib al-Asfaha>ni>, Mufra>dat al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al-Kutb, 1995), 74
J
, 0 , ;4-.,.:. , , ,
'- o. ,
, J , L,.o L
.:. .:. 0 .o -------------------4-
”Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di
antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaa, Itulah pokok-pokok isi Al
qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta’wil>nya, Padahal tidak ada yang mengetahui
ta’wil>nya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu
dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.”
ayat-ayat mansukh dan ayat tentang asma Allah dan sifat-sifatNya, inilah di
antaranya:
,- ,._r J -" , 0 , ., J
”(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.”
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani,
sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
. .J
, -L , J ., L 0 .o J , .:. .J .:.
---------------------------------------------------------------------------- ,
0 (. ., , -" L, L
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih
”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas
tangan mereka, Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia
melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”
4 ,
”Sudah datangkah kepadamu berita (Tentang) hari pembalasan?”
Ketiga, yang membedakan ayat muhkam atas ayat mutasha >bih adalah
terkait ta’wil>. Ayat muhkam cukup dengan satu ta’wil>, sementara ayat
mutasha >bih membutuhkan sejumlah ta’wil> untuk bisa mendekati dan
menangkap maknanya. Pendapat ini merupakan pendapat ahl al- ushul>.
L .o., , 0,.o 4- , (.
� -.................................................................................. .o ,
,J--------" , 0,.o (. J
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan
itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar”.
Keempat, ayat muhkam adalah ayat yang bisa berdiri sendiri tanpa
perlu keterangan dan penjelasan. Adapun ayat mutasha >bih, adalah ayat
yang tidak bisa berdiri sendiri, melainkan memerlukan keterangan dan
penjelasan, demi memperoleh kemungkinan-kemungkinana ta’wil>nya. Ini
menurut Imam Ahmad Ibn Hanbal.
-".,
0 L .. 0 -" (. .J J L
.o . .
o
; , J'- 4- ., (. 4- .J,
L
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan melihat.”
“Yaa siin”
Macam-macam Mutashab>ih
Setidaknya ada tiga macam mutasha >bih. Pertama, mutasha >bih yang
tidak seorangpun bisa memberi makna, tafsir dan ta’wil>. Termasuk
mutasha >bih jenis ini antara lain: ayat-ayat terkait dhat>Allah, hakikat sifat-
sifatNya, serta waktu datangnya hari kiamat. Di antara contoh ayat
mutasha >bih jenis ini, adalah:
L, .J .J 4 L
.............................................................................,-", 4 � .J 0 .o
.a-
.o ,
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)". (Q.S. 6: 59)
Kedua, ayat mutasha >bih yang tidak bisa diketahui maksudnya oleh
seorang-pun, meski melalui kajian dan pembahasan (dira >sah wa al-baht).
Masuk dalam kategori ini antara lain : jumlah rekaat sholat, atau kewajiban
puasa hanya pada bulan ramadhan10.
Ketiga, Mutasha >bih yang hanya diketahui maksudnya oleh ulama'
khas. Ada sejumlah ayat yang memiliki makna agung, yang hanya bisa
dijangkau kedalamannya oleh ulama yang berhati bersih dan selalu ber-
tadabbur (menganalisa dan menghayati) kitabullah. Sayangnya al-Zarqan>i
tidak menyebut contoh ayat-ayat mutasha >bih jenis ketiga ini.
Analisa
Dari serangkaian pandangan ulama terkait cara mengetahui ayat
muhkam dan mutasha >bih, serta jeins-jenisnya, bisa
disarikan bahwa munculnya dua kerlompok ini bisa dilihat
secara lafzi},>maknawi serta lafzi}> dan maknawi sekaligus11.
Ayat-ayat yang mutasha >bih secara lafzi}>terbagi menjadi
mutasha >bih mufrad (tunggal) dan mutasha >bih murakkab (terdiri dari
susunan kalimat). Mutashab>ih mufrad, bisa terjadi karena maknanya yang
asing (ghara >bah), atau bisa juga sebab, maknanya yang tidak tunggal
(ishtirak>). Inilah contoh mutasha >bih mufrad yang ghara >bah:
L 4
”Dan buah-buahan serta rumput-rumputan.” (Q.S. 80:31)
Lafaz}" " dengan huruf " " yang bertashdid>, adalah asing
dan jarang dipakai. Lafaz}tersebut berarti rerumputan.
Sedang contoh mutashab>ih mufrad yang ishtirak> adalah:
L L ., , ,J
”Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan
tangan kanannya (dengan kuat).” (Q. S. as-Shafat: 93).
Lafaz}"al-yamin>" pada ayat tersebut, memiliki sejumlah makna. al-
Y amin>, bisa berarti "kanan" lawan dari "kiri". al-Yamin> bisa pula diartikan
9. Ibid, 297
10. al-Ra>ghib al-Ashfaha>ni>, Mufrada>t al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r Fikr, 1988), 102
"dengan kuat", sebab karena umumnya tangan kanan lebih kuat daripada
tangan kiri. al-Yamin> bisa juga diartikan sebagai niat yang lurus dan benar12.
Sedang, ayat yang mutasha >bih secara maknawi, yaitu ayat-ayat
yang berbicara seputar sifat Allah, gonjang-ganjing hari kaimat, atau tentang
nikmat surga dan siksa neraka. Berhadapan dengan ayat-ayat jenis ini, akal
manusia tidak sanggup menjangkaunya. Akal tidak mampu menangkap
hakikat sifat Allah, senjakala kiamat. Akal juga tidak sanggup mempersepsi
estetika surga dan puncak kengerian siksa neraca.
Terakhir, ayat yang mutasha >bih secara lafzi}>dan maknawi.
Menurut Rag>hib al-Ashfahan>i,> mutasha >bih jenis ini terbagi dalam
sejumlah rincian. Pertama, mutasha >bih dari segi kwantitas (umum atau
tertentu). Contoh ayatnya adalah:
-
- , ; J; J
�L
J
'- l .oL� ; (. - -" ;
L �
.J J.J (. l
”Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjala. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. 9: 5)
Kedua, Mutasha >bih dari segi cara, serta wajib dan sunnahnya terkait
shari>’ah. Contoh yang populer:
-"
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih
”Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang
saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q. S. 4: 3)
(. L
0 ; l 0,.o 0 L .J 0. ;
.o o
... -"......a
”Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-
rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.” (Q.S. 2: 189)
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka
memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh
Para sahabat kepada Rasulullah SAW, maka diturunkanlah ayat ini.
Penutup
Sebagai catatan penutup, ada sejumlah hikmah dari adanya ayat
muhkam dan mutasha >bih. Pertama, adanya ayat mutasha >bih tak lain
merupakan rahmat Allah atas manusia. Kenapa? Sebab, karena diakui atau
tidak, manusia terbukti memiliki keterbatasan. Ia tidak memiliki kesanggupan
untuk memahami segala sesuatu. Dalam keadaan memiliki keterbatasan,
manusia pasti butuh Tuhan, yang amaha segalanya.
Kedua, test case (ibtila'> wa al-ikhtibar>), apakah manusia bisa
mengimani hal-hal yang ghaib atau tidak, dalam hal ini ayat-ayat
mutasha >bih yang tidak terpecahkan hakikatnya? Dengan adanya ayat
mutasha >bih yang tidak terpahami dan tidak terjelaskan, orang yang
memiliki potensi iman dalam dirinya, tetaplah imannya bisa tumbuh normal,
bahkan kian kokoh. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki potensi keraguan
dalam dirinya, akan selalu mempersoalkan dan bertanya-tanya tentang
kebenaran ayat-ayat tersebut (ibtigha'>al-fitnah).
Ketiga, dengan adanya ayat-ayat mutasha >bih, sebagai pertanda
kemampuan manusia terbatas, betapapun tinggi ilmunya, dan betapapun luas
pengetahuannya. Wallahu A'lam.