Anda di halaman 1dari 19

MUHKAM DAN MUTASHAB>

IH

Weli Arjuna. W.1

Abstrak : Dalam kajian studi al-Qur'an>, tema tentang muhkam dan


mutasha >bih merupakam tema sentral. Muhkam dan mutasha >bih selalu
dipajang berjejer dengan makki->madani,> na >sikh-mansuk>h, atapun
asbab> al- nuzul>. Muhkam mutasha >bih termasuk disiplin keilmuan yang
wajib dimiliki oleh para mufassir2.
Salah satu sebab tema muhkam dan mutasha >bih penting, karena,
dengan memahami keduanya maksud tashri'>al-Qur'an> akan mudah dirinci
dan dibedakan, mana yang menjadi otoritas Allah (mutasha >bih) dan mana
yang menjadi panggung bagi para mufassir untuk tampil terlibat (muhkam).
Untuk memudahkan penelaahan, pembahasan dibagi dalam formulasi
berikut: tinjauan umum, pengertian, pendapat para mufasir tentang cara-cara
mengetahuinya, macam-macamnya, serta analisis "bil ma'tsur".

Kata Kunci : Muhkam, Mutashabih, Mufassir

1 Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dosen STIT Nurul Hakim Kediri
2
Al- Dhahabi>, Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, vol I, (Beirut : Da>r Kutb, 1988),37
Muhkam dan Mutashab>ih

Pengertian Mutashab>ih

Mutasha >bih secara kebahasaan berarti “mirip, tidak jelas, atau


samar- samar”. Dalam ilmu tafsir, mutasha >bih berarti ayat yang
mengandung makna atau pengertian yang tidak tegas atau samar-samar karena
artinya berdekatan atau terdapat beberapa pengertian. Mutasha >bihat>
merupakan istilah popular dalam ilmu tafsir, lawan dari muhkam yang tegas
dan jelas.3
Para ahli tafsir mengemukakan pengertian ayat mutasha >bih sebagai
ayat yang mengandung makna dan penegertian yang tidak tegas. Namun
begitu, terdapat sejumlah perbedaan antar mufassir mengenai maksud
mutasha >bih sesungguhnya. Di antara pendapat tersebut adalah, (1), ayat
yang pemahamannya memerlukan kajian yang mendalam atau penjelasan dari
luar. Termasuk dalam kelompok ini, ayat yang mujmal (global, lawan dari =
terperinci). (2), Ayat yang mempunyai beberapa pengertian. (3). Ayat yang
pengertian sebenarnya berlainan dengan lafadznya. (4). Ayat tertentu dalam
al-Qur’an> : dalam hal ini ayat yang mansukh hukumnya, ayat yang berupa
huruf hijai>yah pada awal bagian surat, dan ayat tentang sifat Tuhan4.
Selain itu para mufassir juga berselisih paham mengenai kemungkinan
memahami ayat mutasha >bih. Perselisihan itu muncul antara lain karena
perbedaan mereka dalam memahami bentuk atau status kalimat “dan orang-
orang yang dalam ilmunya” . Para ahli memperdebatkan apakah kalimat
tersebut merupakan kalimat lanjutan dari kalimat sebelumnya, yaitu yang
menganggaap kata “wa” dan sebagai harf ‘at}af (kata penghubung) sehingga
pengertiannya “tiada yang mengtahui ta’wil>nya kecuali Allah dan orang-
orang yang mantap ilmunya”, ataukah sebagai kalimat baru, yaitu mengangap
kata “wa”tersebut li al-ibtida’>(berfungsi sebagai pokok kalimat) sehinga
pengertiannya “tiada yang mengetahui ta’wil>nya kecuali Allah. Adapun
orang-orang yang mantap ilmunya….”5
Bagi kelompok pertama, mutasha >bih dapat dipahami karena menurut
mereka, al-Qur’an> justru diturunkan kepada manusia untuk dipahami,
termasuk ayat Mutashab>ih. Sedang bagi kelompok kedua, mutasha >bih
tidak bisa dipahami, sebab sebagai alat uji keimanan seseorang.
Sedang mutasha >bih, secara bahasa adalah tasha >buh, yakni bila
salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Shubhah adalah keadaan
dimana

2. Manna’ Khali>l al-Qatta>n, Maba>his F>i al-‘Ulu>m al-Qur’a>n, ter, Mudzakir


As, (Bogor: Litera Antarnusa) , 303
3. Ibidl, 304
4. al-Suy}u>thi>, al-Itqa>n, Vol II (Beirut: Muassasah Kutb al-Hadi>thah, 1985), 15
5. al_Zarqa>ni, Mana>hi al-‘Irfa>n, Vol II, (Beirut: Da>r al-Kutb, 1996), 289.

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

salah satu dari duaa hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain.
Mutasha >bih disebut juga dengan mutamathil dalam perkataan dan
keindahan. Jadi tasha >buh kalam adalah kesamaan dan kesesuaian 6.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati al-Quran> bahwa
seluruhnya adalah mutasha >bih, seperti ayat berikut:

,
;4-.,.:. 1J L L , L , 0 , ,
o. -",1 .o 1;.
;._ _ , .
.a o

        (.  J     
;         
,1;._  

L 0 .o ;4- L 0,.o (. J'--L,1;._ , 0,.o 4-


”Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) al-
Q u ran> yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312],
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang
pemimpinpun.”
Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan
kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam al-Quran> supaya lebih
kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa
maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat al-Quran> itu diulang-ulang
membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat al-Fat>ihah.

Pengertian Muhkam

Sedang pengertian muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan. Ihkam al-


kalam berarti mengokohkan perkataan denagn memisahkan berita yang benar
dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat7. Dengan pengertian
seperti inilah Allah mensifati al-Qur’an> bahwa seluruhnya adalah muhkam,
seperti tertera pada ayat berikut:
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih

6. al-Zarqa>ni, Mana>hil, 290

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

........................, 0 .o ;4-; , '- ,


.( J-
Artinya: Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi
(Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu.
Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai
ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan
lain-lain.
Al-Qur’an> itu seluruhnya muhkam, artinya seluruh kandungan al-
Qur’an> adalah kokoh, fasih dan menghadirkan perbedaan antara yang hak
dan yang batil. Inilah yang dimaksud dengan muhkam dalam pengertian
umum.
Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan muhkam. Jumhur ulama
berpendapat bahwa yang disebut muhkam adalah lafal atau kalimat yang
menunjukkan pengertian yang jelas, baik petunjuknya bersifat z}anni>,
maupun qat’}i>. kalangan fuqaha>berpendapat bahwa yang disebut muhkam
adalah lafal atau kalimat yang jelas, tidak menerima pembatalan dan
perubahan, serta tidak dapat menerima kemungkinan untuk ditakwilkan. 8
Lafal-lafal tersebut terkait ajaran-ajaran dasar agama seperti iman
kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, akhlak, dan lain
sebagainya sehinga tidak bisa menerima takwil apalagi pembatalan kandungan
hukumnya. Di samping itu, wacana tentang muhkam, biasa pula diiringi oleh
kalimat yang menunjukkan bahwa wacana itu tidak dapat diubah seperti
diiringi kata ’abadan, selama-lamanya. Sehunbungan denga itu, secara
sederhana muhkam adalah, lafal yang menunjukkan penegertian yang jelas
dan qat’}i,>tidak menerima ta’wil>, takhsis>, dan nasakh.
Masing-masing Muhkam dan Mutasha >bih dengan pengertian secara
mutlak seperti di atas, tidak menafikan satu dengan yang lain. Jadi, pengertian
bahwa al-Qur’an> itu seluruhnya muhkam adalah dengan pengertian itqan>
(kokoh dan indah), yakni ayat-ayatnya serupa dan sebagiannya membenarkan
sebagian yang lain. Hal ini karena kalam yang muhkam dan mutqan>, berarti
makna sesuai sekalipun lafazn}ya berbeda-beda.

8
. al-Ra>ghib al-Asfaha>ni>, Mufra>dat al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al-Kutb, 1995), 74

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

Muhkam Dan Mutashab>ih Dalam Arti Khusus


Di samping memiliki makna umum, muhkam dan mutasha >bih juga
memiliki makna khusus. Ini dasar hukumnya:

J
 ,  0  , ;4-.,.:. , , , 
 '- o.  ,

4 .:.., ... '--L, ;4-.,.:. .o ,4-, , L,.o , -" ,,;..1 JJ ., - � , L


.o , , .o

L .:.,.o '- ,  .a,   -" ,   J        


............................................................................,-", L,.o      '--L,

  ,       J , L,.o  L
.:.   .:.  0 .o  -------------------4-
”Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di
antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaa, Itulah pokok-pokok isi Al
qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta’wil>nya, Padahal tidak ada yang mengetahui
ta’wil>nya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu
dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.”

Mengenai pengertian muhkam dan mutasha >bih terdapat banyak


perbedaan pendapat. Inilah di antara sejumlah pendapat utama dalam
pembahsan ini. Pertama, muhkam adalah ayat yang mudah diketahui
maksudnya sedang mutasha >bih hanayalah diketahui maksudnya oleh Allah
sendiri. Kedua, muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah,
sedang mutasha >bih mengandung banyak wajah. Ketiga, muhkam adalah
ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan
keterangan lain, sedang mutasha >bih memerlukan penjelasan dengan
merujuk kepada ayat lain. Dari ketiga pengertian tersebut, penegrtian pertama-
lah yang paling ideal. Sebab, pengertian pertama mencakup seluruh penjelasan
terkait muhkam dan mutashabih dengan bahasa yang simpel tetapi
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih
menyeluruh.
Para mufassir memberikan sejumlah contoh ayat muhkam dengan ayat-
ayat yang nasakh, ayat tentang halal-haram, hudud (hukuman), janji dan
ancaman. Sementara untuk ayat mutasha >bih mereka mencontohkan
dengan

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

ayat-ayat mansukh dan ayat tentang asma Allah dan sifat-sifatNya, inilah di
antaranya:

,- ,._r J -" , 0 , ., J
”(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.”
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani,
sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.

J.J ... , ; J ... , - -" L , -


; .:. �

 . .J

”Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku,


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”

, -L , J ., L 0 .o J , .:. .J .:.
---------------------------------------------------------------------------- ,

 ;4- .J   0   (. ;4-.,.:.,   .J  .,,


  .J
”Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”

 0 (.  .,   ,  -" L, L 

, -" L,  L  , J 4- ., 

;4-  , , L  ., 0,.o 4- ...,  ,......................................., L 


El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih

”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas
tangan mereka, Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

Perbedaan Pendapat Tentang Cara Mengetahuinya


Setidaknya menurut al-Zarqan>i ada tujuh pendapat tentang
kemungkinan mengetahui makna muhkam dan mutasha >bih 9 . Pertama,
ayat– ayat yang mengandung makna muhkam, bisa dideteksi dari artinya yang
jelas, dan bukan merupakan ayat yang dinasakh. Sedang ayat mutasha >bih,
adalah ayat yang kandungan maknanya samar-samar, tidak diketahui secara
"pasti", oleh akal dan naql (tafsir> al-ay>ah bi al-ay>ah, dan tafsir> al-ay>ah
bi al-hadit>h). Ayat mutasha >bih menjadi otoritas Allah untuk mengetahui
maksud sejatinya (Allah A'lam Bi mura >dihi). Ayat-ayat mutashab>ih itu
antara lain: ayat-ayat tentang hari kiamat, atau jejeran sejumlah huruf di awal
sejumlah surat. Pendapat ini diyakini oleh para pengikujt madzhab Hanafi.

4 ,
”Sudah datangkah kepadamu berita (Tentang) hari pembalasan?”

Kedua, ayat-ayat muhkam bisa dideteksi dari maksudnya yang mudah


dimengerti. Sebaliknya, ayat mutasha >bih adalah ayat yang sulit dimengerti,
sebab merupakan kewenanagan Allah semata. Contah lain tentang ayat
mutasha >bih selain tentang hari kiamat dan jejeran huruf di awal sejumlah
surat adalah tanda-tanda munculnya dajjal>. Pendapat ini merupakan pikiran
kaum ahl al-sunnah.

  -" , .:. 0, , '- -L , , ,


” Tentang Apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang
besar”

Ketiga, yang membedakan ayat muhkam atas ayat mutasha >bih adalah
terkait ta’wil>. Ayat muhkam cukup dengan satu ta’wil>, sementara ayat
mutasha >bih membutuhkan sejumlah ta’wil> untuk bisa mendekati dan
menangkap maknanya. Pendapat ini merupakan pendapat ahl al- ushul>.

8. Al-Zarqa>ni, Mana>hil, 293

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

   J.,-" 0 � .JL .,  J.,-" 0 .o 0


0 , 

 L  .o., , 0,.o 4- ,   (.   
 � -.................................................................................. .o ,

,J--------" , 0,.o (. J
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan
itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar”.

Keempat, ayat muhkam adalah ayat yang bisa berdiri sendiri tanpa
perlu keterangan dan penjelasan. Adapun ayat mutasha >bih, adalah ayat
yang tidak bisa berdiri sendiri, melainkan memerlukan keterangan dan
penjelasan, demi memperoleh kemungkinan-kemungkinana ta’wil>nya. Ini
menurut Imam Ahmad Ibn Hanbal.

 -".,
0 L  .. 0  -" (.  .J  J L
.o . . 
o

; ,   J'- 4- .,  (. 4- .J,
L 
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan melihat.”

Kelima, cara untuk mengetahui muhkam bisa pula dilakukan dengan


melihat susunan ayatnya yang ber-naza}m dan tertib. Sedang mutasha >bih

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih
dari sisi bahasa umumnya merupakana jejeran sejumlah huruh di awal surat,
demikian menurut pendapat Imam Haramain.

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih


“Yaa siin”

Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari


surat-surat al-Quran> seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim
shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan
pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang
menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula
yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik
perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan al-Quran> itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa al-Quran> itu diturunkan dari Allah dalam bahasa
Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya
bahwa al-
Quran> diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW semata-
mata, maka cobalah mereka buat semacam al-Qura>n itu.

Macam-macam Mutashab>ih
Setidaknya ada tiga macam mutasha >bih. Pertama, mutasha >bih yang
tidak seorangpun bisa memberi makna, tafsir dan ta’wil>. Termasuk
mutasha >bih jenis ini antara lain: ayat-ayat terkait dhat>Allah, hakikat sifat-
sifatNya, serta waktu datangnya hari kiamat. Di antara contoh ayat
mutasha >bih jenis ini, adalah:

L,.o (. J- ,   L,.o  .,-", (.  -L .,-",   , 


L ...,.o ;  

 L,   .J   .J  4  L
.............................................................................,-",  4 � .J 0 .o 
.a- 

  .o ,


”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)". (Q.S. 6: 59)

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

Kedua, ayat mutasha >bih yang tidak bisa diketahui maksudnya oleh
seorang-pun, meski melalui kajian dan pembahasan (dira >sah wa al-baht).
Masuk dalam kategori ini antara lain : jumlah rekaat sholat, atau kewajiban
puasa hanya pada bulan ramadhan10.
Ketiga, Mutasha >bih yang hanya diketahui maksudnya oleh ulama'
khas. Ada sejumlah ayat yang memiliki makna agung, yang hanya bisa
dijangkau kedalamannya oleh ulama yang berhati bersih dan selalu ber-
tadabbur (menganalisa dan menghayati) kitabullah. Sayangnya al-Zarqan>i
tidak menyebut contoh ayat-ayat mutasha >bih jenis ketiga ini.

Analisa
Dari serangkaian pandangan ulama terkait cara mengetahui ayat
muhkam dan mutasha >bih, serta jeins-jenisnya, bisa
disarikan bahwa munculnya dua kerlompok ini bisa dilihat
secara lafzi},>maknawi serta lafzi}> dan maknawi sekaligus11.
Ayat-ayat yang mutasha >bih secara lafzi}>terbagi menjadi
mutasha >bih mufrad (tunggal) dan mutasha >bih murakkab (terdiri dari
susunan kalimat). Mutashab>ih mufrad, bisa terjadi karena maknanya yang
asing (ghara >bah), atau bisa juga sebab, maknanya yang tidak tunggal
(ishtirak>). Inilah contoh mutasha >bih mufrad yang ghara >bah:

L 4
”Dan buah-buahan serta rumput-rumputan.” (Q.S. 80:31)

Lafaz}" " dengan huruf " " yang bertashdid>, adalah asing
dan jarang dipakai. Lafaz}tersebut berarti rerumputan.
Sedang contoh mutashab>ih mufrad yang ishtirak> adalah:

  L L .,  ,  ,J
”Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan
tangan kanannya (dengan kuat).” (Q. S. as-Shafat: 93).
Lafaz}"al-yamin>" pada ayat tersebut, memiliki sejumlah makna. al-
Y amin>, bisa berarti "kanan" lawan dari "kiri". al-Yamin> bisa pula diartikan

9. Ibid, 297
10. al-Ra>ghib al-Ashfaha>ni>, Mufrada>t al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r Fikr, 1988), 102

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

"dengan kuat", sebab karena umumnya tangan kanan lebih kuat daripada
tangan kiri. al-Yamin> bisa juga diartikan sebagai niat yang lurus dan benar12.
Sedang, ayat yang mutasha >bih secara maknawi, yaitu ayat-ayat
yang berbicara seputar sifat Allah, gonjang-ganjing hari kaimat, atau tentang
nikmat surga dan siksa neraka. Berhadapan dengan ayat-ayat jenis ini, akal
manusia tidak sanggup menjangkaunya. Akal tidak mampu menangkap
hakikat sifat Allah, senjakala kiamat. Akal juga tidak sanggup mempersepsi
estetika surga dan puncak kengerian siksa neraca.
Terakhir, ayat yang mutasha >bih secara lafzi}>dan maknawi.
Menurut Rag>hib al-Ashfahan>i,> mutasha >bih jenis ini terbagi dalam
sejumlah rincian. Pertama, mutasha >bih dari segi kwantitas (umum atau
tertentu). Contoh ayatnya adalah:

- 
-  ,   ;  J; J  
�L 

J
'- l .oL� ; (. - -" ;
L �

.J J.J (. l
”Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjala. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. 9: 5)

Kedua, Mutasha >bih dari segi cara, serta wajib dan sunnahnya terkait
shari>’ah. Contoh yang populer:

l'->,.:., ,.o '--L


0 .o L L,.o L l , .........a .,i ,: .,

, ., (. ., ,.o L,.o ., .,-" - ; ., t , J.J

-"
El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret
Muhkam dan Mutashab>ih

11. Al-Zarqa>ni, Manahil, 299

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang
saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q. S. 4: 3)

Ketiga, Mutasha >bih dari segi waktu pelaksanannya, seperti dalam


ayat yang selalu disebut oleh para khatib jum'at berikut:

 , - .o ;   4- L .a.................a,,; ,.o '- , L  


,
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.” (Q.S. 3: 102)
Keempat, Mutasha >bih dari segi tradisi dan lokasi waktu turun ayat,
ini contohnya:

    L � ,.o  �  0,


, ,- , 

(. L
0  ;  l 0,.o 0 L .J 0.  ;
.o   o

... -"......a
”Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-
rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.” (Q.S. 2: 189)
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka
memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh
Para sahabat kepada Rasulullah SAW, maka diturunkanlah ayat ini.

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret


Muhkam dan Mutashab>ih

Penutup
Sebagai catatan penutup, ada sejumlah hikmah dari adanya ayat
muhkam dan mutasha >bih. Pertama, adanya ayat mutasha >bih tak lain
merupakan rahmat Allah atas manusia. Kenapa? Sebab, karena diakui atau
tidak, manusia terbukti memiliki keterbatasan. Ia tidak memiliki kesanggupan
untuk memahami segala sesuatu. Dalam keadaan memiliki keterbatasan,
manusia pasti butuh Tuhan, yang amaha segalanya.
Kedua, test case (ibtila'> wa al-ikhtibar>), apakah manusia bisa
mengimani hal-hal yang ghaib atau tidak, dalam hal ini ayat-ayat
mutasha >bih yang tidak terpecahkan hakikatnya? Dengan adanya ayat
mutasha >bih yang tidak terpahami dan tidak terjelaskan, orang yang
memiliki potensi iman dalam dirinya, tetaplah imannya bisa tumbuh normal,
bahkan kian kokoh. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki potensi keraguan
dalam dirinya, akan selalu mempersoalkan dan bertanya-tanya tentang
kebenaran ayat-ayat tersebut (ibtigha'>al-fitnah).
Ketiga, dengan adanya ayat-ayat mutasha >bih, sebagai pertanda
kemampuan manusia terbatas, betapapun tinggi ilmunya, dan betapapun luas
pengetahuannya. Wallahu A'lam.

El-HIKAM, Vol. 1, No. 1, Maret

Anda mungkin juga menyukai