Anda di halaman 1dari 14

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.

04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR

PANDUAN PEMBERIAN
INFORMASI DAN EDUKASI

RUMAH SAKIT TK IV 02.07.05 dr. NOESMIR


BATURAJA

1
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA


NOMOR : SK/ 045 / IV /2022

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


PASIEN DAN KELUARGA
DI RUMAH SAKIT TK. IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan Pasien, Keluarga,
Kelompok Masyarakat agar Pasien dapat mandiri dan mempercepat proses penyembuhan,
Rehabilitasi serta mencegah masalah masalah kesehatan. Untuk itu di perlukan Edukasi
Kesehatan Yang Diberikan Oleh Tim Pemberi Edukasi Kesehatan Yang Di Bentuk Oleh
Rumah Sakit Yang Di Sebut Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

b. Bahwa agar Edukasi pasien dan keluarga dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Kepala Rumah Sakit TK. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pendidikan pasien dan keluarga;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b,perlu


ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit TK. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja.

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Kepmenkes 1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah


Sakit (PKRS)

2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

Pertama : Keputusan kepala Rumah Sakit TK. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja tentang
Pemberlakuan Pedoman Pemberian Informasi Dan Edukasi pasien dan keluarga
Rumah Sakit TK. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja.

Kedua : Panduan tentang Pendidikan Pasien dan Keluarga Rumah Sakit TK. IV
02.07.05 dr. Noesmir Baturaja sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Baturaja Pada


Tanggal : 01 April 2022
Pgs. Karumkit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir

dr. Rezky Sagita Girsang, Sp.B., M.Ked.Klin


Mayor Ckm NRP 11060002581179

3
Lampiran : Keputusan Karumkit
TK IV 02.07.05 dr.Noesmir Baturaja
Nomor : SK/045/IV/2022
Tanggal : 01 April 2022

BAB I

DEFENISI

A. Latar Belakang
Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering menerimanya
begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi dengan yang lain dan
apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman bagaimana orang-
orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil
pelajaran dari hal tersebut.
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagai ide dan pengetahuan. Hal ini
berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai
pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif. Hal
ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan sesuatu.
Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti
betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, EB 1988).
Dalam berkomunikasi kita gunakan untuk memberikan suatu informasi atau pendidikan
kepada pasien dan keluarganya karena kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang
timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkannyadengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan merasa puas apabila
kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang menjadi
harapannya dan sebaliknya. Itu semua digunakan agar pasien dapat menerima informasi dan
pendidikan tantang penyakit, obat, diit dll.
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi).
Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah: Jam pelayanan,
Pelayanan yang tersedia, Cara mendapatkan pelayanan, Sumber alternative mengenai asuhan dan
pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi

4
kemampuan rumah sakit. Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service,
Admission,dan Website, Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah
: Edukasi tentang obat. Edukasi tentang penyakit, Edukasi pasien tentang apa yang harus di
hindari , Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit. Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical
information dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah
Sakit).
Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assesment/penilaian terhadap
pasien dan keluarga meliputi : Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan
keluarganya, Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka, Hambatan emosional
dan motivasi, Keterbatasan fisik dan kognitif, Kemauan pasien untuk menerima informasi
Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan maupun untuk
belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.
Dalam pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga lebih dulu dilakukan
pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah
kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat factor - faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan. Lawrence Green (1980),Assesmen merupakan proses pengumpulan
menganalisis dan menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan
lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai kondisi
individu dan lingkungannya sebagai dasar untuk memahami individu dan untuk pengembangan
program pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengkajian pasien merupakan
langkh guna mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan.

B. Maksud Dan Tujuan


1. Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat pengetahuan dan
ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan asuhan pasien
2. Pendidikan berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang dibutuhkan pasien dan
keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan
berkelanjutan di rumah
3. Rumah sakit secara rutin memberikan pendidikan pada area yang berisiko tinggi bagi pasien

5
4. Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan dengan memberi
kesempatan untuk memberi pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada staf untuk
meyakinkan pemahaman yang benar dan mengantisipasi partisipasi.
5. Dalam pemberian pendidikan kepada pasien, seluruh tenaga kesehatan profesional yang
memberi asuhan memahami kontribusinya satu dan lain, sehingga diperlukan kolaborasi
anar tenaga profesional tersebut.

C. Defenisi
Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan
keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan
ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi
sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila
diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Pendidikan yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual
serta berbagai pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman atau acuan
yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik
belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara
member dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru
( Craven dan Hirnle, 1996 dalam suliha, 2002).

D. Prosedur
Dalam pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga lebih dulu dilakukan pengkajian/ analisis
terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah kesehatan yang terjadi.
Hal ini dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
1. Faktor pendukung mencangkup : pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem
nilai, pendidikan, sosial ekonomi.

6
2. Faktor pemungkin seperti : fasilitas kesehatan, misalnya : spal, air bersih, pembuangan
sampah, MCK, makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan
seperti RS, poliklinik, Puskesmas, Posyandu, Bides.
3. Faktor penguat mencakup : sikap dan perilaku. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
kegiatan :
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi

7
BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan ini di terapkan kepada semua pasien rawat inap, rawat jalan, dan pasien yang akan
menjalani suatu prosedur. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan medis, perawat,
farmasi, bidan, dan tenaga kesehata lainnya, dan non medik, staf diruang rawat inap, staf administrasi
dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit. Ruang lingkup pemberian informasi kesehatan di
RS. Dr. Noesmir Baturaja adalah :
1. Pemberian informasi tentang mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan keluarga
dan proses pelayanan.
2. Pemberian informasi tentang informasi medis dan diagnosis penyakit pasien.
3. Pemberian informasi tentang rencana pengobatan penyakit.
4. Pemberian informasi tentang penerjemah bahasa.

8
BAB III

TATALAKSANA

A. PENGKAJIAN ASESMENT PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


PADA PASIEN DAN KELUARGA

1. Panduan Pemberian informasi dan edukasi yang memuat langkah awal assessment pasien
dan keluarga dengan cara petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan
tentang informasi yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan
berkomunikasi secara efektif.
2. Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Pemberian informasi dan edukasi
dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara interaktif, dimana kegiatan ini bisa
dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang atau ketika datang kembali untuk berobat
a. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga
merasanyaman dan bebas, antara lain :
a) Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privasi.
b) Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan
mereka.
c) Penempatan meja, kursi atau barang barang lain hendaknya tidak
menghambat komunikasi
d) Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi
e) Tersedia waktu yang cukup
b. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian
informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping pasien.
c. Membina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa percaya
terhadap peran petugas dalam membantu mereka.
d. Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien ( termasuk adanya
keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi menejemen pengobatan).
e. Mendapatkan data yang akurat tentang obat – obat yang digunakan pasien termasuk obat non
resep.
f. Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien/ keluarga

9
g. Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi,
petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini
didapatkan dari RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi. Tahap Cara penyampaian informasi
dan edukasi yang efektif.Setelah melalui tahap asesmen pasien, di temukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.

B. PELAKSANAAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA PASIEN DAN


KELUARGA
a) Pendidikan kesehatan pengobatan, Penggunaan obat obatan yang aman:kemungkinan nama
obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat tertentu contoh : obat tetes dan obat
inhaler. Cara penyimpanan berapa lama obat harus dipakai dan ditebus lagi, apa yang harus
dilakukan terjadinya efek samping yang akan dialami dan Bagaimana cara mencegah atau
meminimalkannya, meminta pasien atau keluarga untuk melaporkan apa yang dirasakan
pasien selama menggunakannya.
b) Pendidikan tentang Manajemen nyeri
c) Pendidikan tentang diet
d) Pendidikan tentang penggunaan peralatan medis

10
e) Pendidikan tentang proses penyakit yang dialami pasien
f) Pendidikan tentang persetujuan tindakan medis

C. PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA


BERKELANJUTAN
A. Petugas melakukan pengkajian kepada pasien atau keluarga pasien tentang kebutuhan
setelah pulang
B. Setelah melakukan pengkajian kepada pasien atau keluarga pasien/keluarga baru
dijelaskan mengenai informasi yang dibutuhkan pasien/keluarga
C. Setelah memberikan penjelasan kepada keluarga tentang informasi pendidikan yang
dibutuhkan.
D. Dengan cara menanyakan kepada keluarga apakan keluarga dapat memahami tentang
edukasi yang telah diberikan
E. Tanyakan kepada pasien apakah ada pertanyaan tentang informasi yang telah diberikan
F. Setelah pasien/keluarga memahami edukasi yang diberikan pasien dan keluarga
melakukan domumentasi pada lembar formulir edukasi

D. VERIFIKASI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA PASIEN DAN


KELUARGA

Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
A. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
B. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami
hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan
yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa
pelajari ?”.
C. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang

11
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan
edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.

12
BAB IV

DOKUMENTASI

 Dokumentasi pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi di rumah sakit

Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga,penilaian kebutuhan edukasi harus di kaji


terlebih dahulu oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya. Kebutuhan edukasi masing-masing pasien
tidaklah sama,tergantung dengan kondisi pasien saat itu. Kebutuhan edukasi pasien meliputi;

1. Tindakan pencegahan
2. Intervensi diit
3. Manajemen nyeri
4. Pengobatan

Setelah kebutuhan edukasi di kaji, selanjutnya menuliskan tujuan diberikan edukasi tersebut dan
hasil yang di capai. Form penilaian catatan edukasi terintegrasi ini wajib di isi oleh dokter jaga atau
dokter penanggung jawab pasien (DPJP) saat menjelaskan penyakit dan disertakan tanda tangan,
nama terang. Form penilaian catatan edukasi terintegrasi ini wajib di isi oleh semua petugas
kesehatan yang melakukan asuhan pada pasien. Materi yang diberikan dapat di tulis di kolom materi
edukasi dengan menjabarkannya. Apabila materi tersebut di bukukan atau bentuk leaflet dapat
menuliskan kode buku atau leaflet tersebut di kolom materi edukasi dengan di bubuhkan tanda
tangan pemberi edukasi (petugas kesehatan) dan penerima edukasi (pasien atau keluarga). Sedangkan
untuk pemberian informasi dan edukasi di rawat jalan hanya menuliskan apa yg telah di sampaikan di
kolom edikasi.

13
 Dokumentasi pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi diluar rumah sakit Kegiatan yang
di laksanakan oleh petugas PKRS terkait pemberian informasi dan edukasi di luar rumah
sakit merupakan salah satu program untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan. Jenis kegiatan
tersebut bersifat rutin dilaksanakan oleh rumah sakit seperti pemberian informasi ke
puskesmas dan instansi pemerintah.

Ditetapkan di : Baturaja Pada


Tanggal : 01 April 2022
Pgs. Karumkit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir

dr. Rezky Sagita Girsang, Sp.B., M.Ked.Klin


Mayor Ckm NRP 11060002581179

14

Anda mungkin juga menyukai