Anda di halaman 1dari 140

1

2
AL WUJUD
Wajib bagi Allah Ta’ala,
sifat wujud (ada) dan mustahil
keatasnya sifat lawanannya
(sebaliknya) yaitu Al ‘Adam
(tiada). Maka sesungguhnya
barang siapa memperhatikan
alam semesta ini dan apa
yang terdapat di dalamnya
berupa perubahan dan
pergantian, niscaya dia akan
meyakini adanya Tuhan Yang
1
Maha Kuasa mengatur alam
semesta dengan
kebijaksanaan-Nya.
Karenasesungguhnya jika
Allah Ta’ala tidak ada
pastilah alam semesta ini
tidak ada, dan seandainya
Allah tidak ada maka tidak
ada sekalian mahkluk lainnya.
Keberadaan Allah Ta’ala
tidak dipengaruhi oleh selain-
Nya. Adapun keberadaan
2
alam semesta merupakan
dengan sebab perbuatan Allah
SWT. Allah SWT berfirman:

Artinya: Tidak ada


pembicaraan rahasia antara
tiga orang melainkan Dia
adalah yang keempatnya, dan
tiada (pembicaraan) antara
lima orang melainkan Dia
adalah yang keenamnya. Dan
tiada (pembicaraan) antara
3
(sejumlah) yang kurang dari
itu atau lebih dari itu
melainkan Dia bersama
mereka dimanapun mereka
berada. (QS: Al Mujadalah:7)

AL QIDAM
Wajib bagi Allah SWT
sifat Qidam (terdahulu) dan
mustahil atasnya lawan sifat
Qidam yaitu Huduts (baru).
Dan makna Qidam yaitu
4
bahwasanya Allah SWT tiada
permulaan bagi Wujud
(keberadaan) Nya, karena Dia
adalah pencipta mahkluknya.
Maka tidak masuk akal
mahkluk ini ada sebelum-
Nya, dan seandainya mahkluk
ini ada sebelumnya maka
Allah SWT. Bahru dan ini
adalah salah (batil). Allah
SWT berfirman:

5
Artinya: Dialah Yang
Awal dan Yang Akhir, Yang
Zahir dan Yang Batin dan
dialah yang mengetahui
segala sesuatu. (QS: Al-
Hadid: 3).
AL BAQA’
Wajib bagi Allah SWT
bersifat Baqa’ (Kekal)
maknanya bahwa Allah SWT
tiada akhir atau kesudahan
bagi keberadaan-Nya. Bahkan
6
Dialah yang kekal Wujud-
Nya tanpa batas yakni Fana’
(hancur/rusak) karna
sesungguhnya jika telah Fana’
niscaya Dia baru seperti kita
dan hal ini adalah salah.
Allah SWT berfirman:

Artinya: segala sesuatu


pasti akan binasa kecuali Zat-
Nya (QS. Al-Qashas: 88)

7
MUKHALAFATUHU
LILHAWADITSI (Berbeda
dengan Semua Makhluk)

Wajib bagi Allah SWT


sifat Mukhalafatuhu Lil
Hawadits (berbeda dengan
makhluk), artinya
bahwasanya Allah SWT tidak
ada makhluk yang
menyerupai-Nya bahkan
8
Dialah satu-satunya yang Esa
menyendiri dengan Zat dan
Sifat-sifat-Nya dan
perbuatann-Nya. Serta
mustahil bagi-Nya lawanan
dari sifat Mukhlafatuhu Lil
Hawadits yakni
Mumatsaltuhu Lil Hawaditsi
(serupa dengan makhluk-
Nya). Seandainya Allah
serupa dengan makhluk
niscaya Ia Bahru seperti
9
makhluk dan hal ini adalah
salah.
Allah SWT berfirman: ”
Tidak sesuatu apapun yang
serupa dengan-Nya dan
Dialah yang Maha
Mendengar lagi Maha
Melihat (QS. As- Syura’: 11)
QIYAMUHU TA’ALA
BINAFSIHI
(Berdiri Sendiri)

10
Wajib bagi Allah SWT.
sifat Qiyamuhu Ta’ala
Binafsihi (berdiri sendiri) dan
mustahil keatas-Nya
lawanannya yaitu Qiyamuhu
Li Ghairihi (berdiri oleh
salain-Nya). Adapun makna
Qiyamuhu Binafsihi ialah ia
tidak butuh kepada selain-
Nya dan andaikata Ia butuh
kepada selain-Nya niscaya ia
lemah dan andaikan Allah
11
lemah niscaya tidak mungkin
semua makhluk ini ada. Allah
SWT. berfirman
Artinya; “Dan Allahlah
yang Maha Kaya sedangkan
kalianlah yang membutuhkan
(Nya). (QS: Muhammad: 38)
Allah juga berfirman:
Artinya: “Dialah Allah
tiada tuhan selain Dia,
melainkan Dia yang Maha
Hidup lagi Maha (Tegak)
12
Kekal”. (QS: Al-Baqarah:
255).
AL-WAHDANIYYAH
(Maha Esa)
Wajib bagi Allah sifat
Wahdaniyyah (Esa) dan
mustahil keatas-Nya sifat
sebaliknya yaitu Ta’addud
(berbilang). Adapun makna
Wahdaniyyah (Esa) ialah
tiada berbilang pada Zat-Nya,
sifat dan perbuatan-Nya. Zat
13
Allah tidak berupa Jism
(bentuk) yang tersusun dan
tiada seorangpun yang dapat
mensifatkan (menjelaskan
secara detail) esensi Zat-Nya.
Tiada sekutu bagi-Nya pada
apa yang Allah ciptakan dan
adakan, bahkan Dialah sang
pelaku satu-satunya tanpa ada
yang membantu-Nya. Karena
sesungguhnya andaikan Dia
(Zat-Nya) sama dengan
14
makhluk-Nya pada sisi Zat,
niscaya Allah serupa dengan
mereka dan andaikata Allah
bersifat sama dengan sifat
mereka niscaya Ia terhitung
menjadi bagian dari mereka,
dan andaikata Ia memiliki
sekutu terjadi pertikaian dan
pertentangan antara keduanya.
Dan andaikata (Allah-
Makhluk) bersepakat dalam
hal perbuatan niscaya akan
15
terjadi pengkhususan
perbuatan masing-masing dari
keduanya dan niscaya
masing-masing dari keduanya
lemah (tidak mampu)
terhadap apa yang dilakukan
satu sama lain dan hal ini
bukanlah suatu perihal Zat
Allah dan yang demikian itu
tidak benar. Allah SWT
berfirman.

16
Artinya: “Andaikan di
langit dan di bumi ada tuhan
selain Allah niscaya keduanya
akan hancur” (QS. Al-
Anbitinya: “Andaikan di
langit dan di bumi ada tuhan
selain Allah niscaya keduanya
akan hancur” (QS. Al-
Anbiya: 22).
Dan Firman Allah SWT
Artinya: “Dan sesekali
tiada Tuhan (selain beserta-
17
Nya), kalaupun ada tuhan lain
beserta-Nya, maka masing-
masing tuhan itu akan
membawa makhluk
ciptaannya dan sebagian
tuhan itu akan mengalahkan
tuhan yang lain” (QS. Al-
Mu’minun: 91).
AL-QUDRAT ( Maha
Kuasa)
Wajib bagi Allah sifat
Qudrat (Kuasa) yaitu sifat
18
yang Qadim (terdahulu) yang
melekat pada Zat-Nya.
Dengan sifat yang Qudrat ini,
Allah mengadakan segala
yang baru( makhluk) atau
memusnahkannya. Dan
mustahil Allah keatas-Nya
lawanan dari sifat ini yaitu Al
‘ajzu (lemah). Tidak masuk
akal tuhan yang menciptakan
alam semesta dan segala
isinya itu lemah, karena
19
sesungguhnya jika Ia lemah
niscaya tidak mungkin Ia
menciptakan segala makhlik
ini.
Dan sifat ini meniscayakan
Wajib bagi Allah Maha Kuasa
(dengan Kekuasan-Nya) dan
mustahil Allah lemah
( dengan segala bentuk
kelemahan).
Allah SWT berfirman:

20
Artinya: “Sesuangguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu” (QS. Al-Baqaarah:
109).
AL-IRADAH
(Maha Berkehendak)
Wajib bagi Allah SWT
sifat Iradah (berkehendak).
Sifat yang Qadim (terdahulu)
yang melekat pada Zat-Nya,
dengan sifat ini
mengkhususkan
21
(menentukan) setiap yang jaiz
dengan apa yang jaiz atas-
Nya dan mustahil bagi-Nya
lawanan sifat ini yaitu Al
Karahiyah (terpaksa). Karena
jika seandainya ia terpaksa
niscaya Ia lemah dan
andaikata ia lemah niscaya
tidak akan ada alam dan
makhluk ini.
Sifat ini meniscayakan
Wajib bagi Allah Maha
22
Berkehendak (dengan
kehendak-Nya) dan mustahil
Allah terpaksa (dengan segala
keterpaksaan). Allah SWT
berfirman
Artinya: “Sesungguhnya
perintahnya jika Dia
menghendaki sesuatu hanya
berkata jadilah maka
terjadilah” (QS. Yaa Sin: 75).
AL-ILMU
(Maha Mengetahui)
23
Wajib bagi Allah sifat
Ilmu (Mengetahui) yaitu sifat
yang Qadim (bersama Zat)
dan melekat pada Zat-Nya.
Dengan sifat ini Allah
mengetahui yang lalu dan
yang akan datang. Mustahil
bagi Allah lawanan-Nya yaitu
Al Jahlu (bodoh) karena
andaikata Allah SWT bodoh
(tidak mengetahui), niscaya Ia
lemah dalam mengatur
24
ciptaan-Nya. Andaikata Allah
lemah maka Ia Bahru seperti
kita. Maha Suci Allah dari hal
yang demikian.
Sifat ini melazimkan
(meniscayakan) Wajibnya
Allah Maha Mengetahui
(dengan ilmu-Nya) dan
mustahil baginya tidak
mengetahui (dengan segala
ketidaktahuan-Nya). Allah
SWT berfirman.
25
Artinya: “Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”
(QS. Al- Mujadalah: 7).
AL-HAYAT
(Maha Hidup)
Wajib bagi Allah SWT
sifat Hayat (Hidup), ialah
sifat Qadim (terdahulu) yang
melekat pada Zat-Nya. Maka
absahlah Allah SWT bersifat
Maha Kuasa, Maha
Berkehendak dan Maha
26
Mengetahui. Hidupnya Allah
SWT tidak seperti kehidupan
kehidupan kita, seperti
kebutuhan akan peredaran
darah dan nafas. Dan mustahil
bagi Allah SWT sifat-Nya
yaitu Al Maut (Mati), karena
seandainya Allah SWT mati
(tidak hidup) maka alam
semesta ini sunyi (tidak ada)
yang mengaturnya dan alam

27
semesta bukan mustahil akan
hancur.
Sifat Hayat ini
meniscayakan Wajib Allah
bersifat Maha Hidup (dengan
kehidupan-Nya) dan mustahil
bagi-Nya mati. Allah SWT
berfirman.
Artinya: “Allah tiada
tuhan selain Dia Yang Maha
Hidup, Maha Kekal (Tegak),

28
tidak mengantuk dan tidak
tidur” (QS. Al-Baqarah: 255).
SAMA’ (Mendengar)
Wajib bagi Allah SWT
sifat Sama’ (Mendengar)
yaitu sifat yang Qadim
(Terdahulu) dan melekat pada
Zat Allah SWT dan tanpa
perantaraan apapun seperti
telinga. Dengan sifat inilah
nampak jelas (tidak samar)
segala apa yang didengar-
29
Nya. Dan mustahil bagi Allah
SWT lawananan-Nya yaitu
As-Shammu (Tuli), karena
seandainya Allah tidak
mendengar niscaya Ia tidak
sempurna dan seandainya Ia
tidak sempurna maka Ia Baru.
Maha Suci Allah dari hal
yang demikian.
Sifat ini meniscayakan
Wajibnya Allah SWT Maha
Mendengar (dengan
30
pendengaran-Nya) dan
mustahil bersifat bisu (tidak
mendengar). Allah SWT
berfirman.
Artinya: “Dan
sesungguhnya Allah
mendengar lagi Maha
Mengetahui” (QS. An Nisa:
148).
KALAM
(Berfirman/Berbicara)

31
Wajib bagi Allah SWT
sifat Kalam (Berbicara) yaitu
sifat Qadim yang melekat
pada Zat Allah SWT dan
tanpa perantaraan alat seperti
mulut tidak dua bibir, bukan
berupa huruf, suara. Mustahil
bagi Allah SWT lawanan-Nya
yaitu Al-Bukhmu (Bisu/tidak
dapat berfirman) karena
seandainya Allah bisu maka
tidak sempurna dan jika Ia
32
tidak sempurna maka Dia
baru (makhluk) Maha Tinggi
Allah dari hal yang demikian
itu. Dan tetaplah dengan
adanya sifat ini, Allah SWT
wajib bersifat berbicara
(berfirman dengan kalam-
Nya) dan mustahil bersifat
bisu. Allah SWT berfirman.
Artinya: “Dan Allah telah
berbicara dengan Musa secara

33
langsung” (QS. An-Nisa;
164).
BASHAR (Melihat)
Wajib bagi Allah sifat
Bashar (Melihat) yaitu sifat
Qadim yang melekat pada Zat
Allah SWT tanpa perantaraan
apapun seperti mata. Dengan
sifat ini nampak jelas (tidak
samar) segala apa yang
dilihat-Nya. Mustahil Allah
SWT bersifat sebaliknya yaitu
34
Al-A’ma (Buta/tiada melihat).
Karena andaikata Allah SWT
buta niscaya Ia tidak
sempurna, dan jika Ia tidak
sempurna maka Ia adalah
baru (makhluk). Maha Suci
Allah dari hal itu.
Maka dari sifat ini
tetaplah bahwa wajib bagi
Allah SWT bersifat Bashar
(Melihat) dengan penglihatan-

35
Nya dan mustahil bersifat
buta. Allah SWT berfirman.
Artinya: “Dan
sesuungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha
Melihat”.
FAEDAH
MEYAKINI/MEMPERCAY
AI APA YANG TELAH
TERDAHULU (yang telah
dijelaskan)

36
Apabila seseorang telah
meyakini bahwa Allah SWT
mengetahui segala hal,
mendengar semua ucapan,
melihat semua perbuatan, Dia
Maha Kuasa atas segala
sesuatu, Dialah satu-satu-Nya
yang memiliki kesempurnaan,
niscaya dia akan
mengingatnya ketika ia susah
dan senang, akan takut
kepada-Nya dikala sendiri
37
dan ramai, dan ia akan ikhlas
dalam beribadah, dan niscaya
ia akan memperoleh
keberuntungan berupa
kebaikan dunia dan
kenikmatan akhirat.
Yang jaiz bagi Allah
Jaiz (Boleh. Boleh saja)
bagi Allah melakukan segala
yang mungkin atau tidak
melakukannya. Karena dia
sempurna kekuasaan dan
38
pengetahuannya (dia maha
kuasa dan maha mengetahui )
dan bahwasanya setiap
perkara yang mungkin
menerima ada atau tiada ,
maka Allah SWT. Maha
kuasa mengadakan atau
meniadakan (menciptakan
atau tidak menciptakan) dan
tidak wajib atas Allah sesuatu
apapun.

39
Allah SWT. Berfirman :”
Tidaklah kamu mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah
yang memiliki kerajaan langit
dan bumi, dia akan menyiksa
siapa saja yang ia kehendaki
dan akan mengampuni siapa
saja yang ia kehendaki dan
Allah maha kuasa atas segala
sesuatu”. (QS, Al-Maidah :
40)

40
Segala perbuatan Allah
SWT. Tidak sunyi dari
hikmah dan faedah baik
hikmah tersebut diketahui
maupun tidak diketahui dan
Allah tidak melakukan
apapun karena dia
membutuhkannya. Allah
SWT. Berfirman :
Artinya :” Dan kami
tidak menciptakan langit dan
bumi serta apa yang ada di
41
antara keduanya
dengan main-main. “ (QS.
Ad-Dukhan : 38).
Diantara kaidah yang
diterima (menyelamatkan) :
Ialah : sesungguhnya
perbuatan orang yang berakal
terpelihara dari sesuatu yang
tidak berfaedah, lalu
bagaimana pendapatmu,
mengenai zat yang

42
menciptakan semua yang
berakal?.

43
BAB II
Iman kepada para rasul
‘alaihimush sholatu wassalam
Iman kepada para rasul
yaitu keyakinan bahwa Allah
SWT. Mempunyai para rasul
yang diutus sebagai rahmat
dan anugrah dari-nya. Dan
Allah SWT. Telah
istimewakan mereka dari
semua manusia dengan sifat-
sifat mulia. Seperti:
44
kecerdasan akal, kesabaran
dan kebersamaan, dan Allah
SWT. Menugaskan untuk
menyampaikan risalah kepada
makhluk, Allah perkuat
(teguhkan) mereka dengan
ayat-ayat suci dan mu’jizat
yang nyata, rasul yang
pertama adalah Adam
‘alaihissalam dan yang
terakhir adalah nabi kita
Muhammad SAW.
45
JUMLAH PARA RASUL
Tidak mungkin bagi kita
mengetahui seluruh jumlah
para rasul karena Allah SWT.
Telah berfirman :
Artinya :” Dan (Kami
telah mengutus) para rasul
yang telah kami kisahkan
kepadamu. Sebelumnya dan
rasul-rasul yang tidak kami
kisahkan tentang mereka

46
kepadamu.” (QS. An-
Nisa : 164).
Adapun yang tersebut
namanya di dalam Al-Qur’an
yang mulia, dua puluh lima
(25) yaitu : Adam, Idris, Nuh,
Hud, Saleh, Ibrahim, Luth,
Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf,
Ayyub, Syu’aib, Musa,
Harun, Zulkifli, Daud,
sulaiman, Ilyas, Ilyasa,
Yunus, Zakaria, Yahya, Isya,
47
dan Muhammad
‘alaihimusshalatu wassalam.
Semoga rahmat dan anugerah
Allah keatas mereka
semuanya.
KELAHIRAN RASUL
TERAKHIR
Rasul terakhir, rasul yang
berasal dari arab tepatnya
suku Quraisy, dilahirkan pada
pagi hari, senin 12 Rabi’ul
awwal yang bertetapan
48
dengan tanggal 20 april 571
miladiyyah di rumah Abu
Thalib di perkampungan bani
Hasyim.
Ayah dan leluhurnya atau
kakek buyutnya
Bapaknya sayyiduna
Abdullah bin Abdul mutthalib
bin Hasyim bin Abdi Manaf
bin Qusyai bin Hakim bin
Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai
bin Ghalib bin Malik bin
49
Nadr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Muzridah bin
Ilyas bin Mudlar bin Nizar
bin Ma’ad bin Adam
Ibu dan nenek moyangnya
Ibunda beliau Sayyidah
Aminah binti Wahhab bin
Abdul manaf bin Zahrah bin
Hakim yang tersebut dalam
nasab kakek buyut beliau.
Para ahli nasab (pakar
nasab) sepakat bahwa nasab
50
Rasulullah SAW./beliau
sampai kepada nabi Ismail
putra nabi Ibrahim
‘alaihissalam.
Wafatnya Rasulullah
SAW.
Beliau wafat di madinah
pada hari senin, tanggal 12
rabi’ul awwal tahun 11
hijriyyah (8 juni 633 M)
dalam usia 63 tahun
Qamariyyah lebih 3 hari (61
51
tahun 84 hari menurut
perhitungan miladiyyah).
AKHLAK-AKHLAK
RASULULLAH SAW.
Beliau adalah manusia
paling mulia dalam bergaul,
beliau manusia paling lembut
(santun), paling senang
memaafkan (pemaaf) padahal
ia berkuasa. Beliau orang
paling adil, paling tindih
(paling menjaga diri dari hal-
52
hal yang tidak pantas), paling
pemurah, tidak cepat marah,
paling cepat ridla, sebaik-baik
manusia untuk orang lain,
paling bermanfaat untuk
orang lain, paling fasih
ucapannya, paling manis
(lembut) tutur katanya,
manusia paling rendah hati
meskipun ia berkedudukan
tinggi, beliau menjenguk
orang sakit, mengantar
53
jenazah, memenuhi undangan
hamba sahaya, memperbaiki
sandal dan menambal
pakaiannya, beliau bekerja di
rumah bersama keluarganya
guna memenuhi kebutuhan
mereka.
Pendek kata
(kesimpulannya,
ringkasannya) akhlak
rasulullah SAW. Berada pada
puncak kesempurnaannya dan
54
sangat ideal sehingga Allah
seraya berfirman :”
Sesungguhnya engkau
benara-benar berbudi pekerti
yang agung.” (QS. Al-
Qalam : 4).
“Sesungguhnya telah ada
pada diri Rasulullah itu suri
tauladan yang baik.” (QS. Al-
Harb :21)

TUGAS PARA RASUL


55
Tugas mereka
menyampaikan syariat Allah
SWT. Kepada makhluknya,
terus membimbing mereka,
memberi kabar gembira
kepada orang yang
membenarkan mereka,
mengamalkan apa saja yang
mereka dibimbing dengan
masuk surga, dan membuat
takut (menakuti) siapa saja
yang mendustakan, serta
56
durhaka kepada mereka
dengan neraka jahannam yang
menjadi seburuk-buruk
tempat kembali.
PERBEDAAN ANTARA
RASUL DAN NABI
Ketahuilah bahwa rasul
adalah manusia laki-laki yang
diberi wahyu oleh Allah
SWT. Berupa syara’ dan
diperintahkan untuk
menyampaikannya kepada
57
makhluk, apabila tidak
diperintahkan untuk
menyampaikan disebut
sebagai nabi saja, setiap rasul
sudah tentu nabi dan tidak
semua nabi merupakan rasul
MU’JIZAT
Mu’jizat adalah hal
perkara luarbiasa yang
muncul (Nampak) dari diri
seorang yang mengaku
memangku
58
kerasulan/kenabian (nabi ,
rasul) maka mu’jizat para
rasul merupakan perkara luar
biasa yang nampak pada diri
mereka yang tidak ada
seorangpun yang mampu
melakukannya selain mereka,
sebagai bukti bahwa mereka
adalah utusan Allah SWT.
Dan diperkuat dari sisinya.
Allah SWT.
Menampakkan mu’jizat bagi
59
setiap rasul yang sesuai
dengan kaumnya. Nabi Musa
diberikan mu’jizat berupa
tongkat yang dilemparkan
lalu berubah menjadi seekor
ular yang bergerak, dan Nabi
Isa diberi mu’jizat berupa
kemampuan untuk
menghidupkan orang yang
mati dan menyembuhkan
orang yang sakit. Dan
junjungan kita nabi
60
Muhammad SAW.
Diistimewakan dengan Al-
Qur’anul kariim yang
membuat tokoh-tokoh arab
yang bekerjasama untuk
mendatangkan satu surat saja
seperti Al-Qur’an padahal
beliau Ummy (buta huruf).
Diantara mu’jizat-mu’jizat
nabi Muhammad SAW.
Adalah terbelahnya bulan
setelah orang-orang arab
61
meminta itu kepada beliau
kemudian beliau menunjuk
bulan dengan jarinya lalu
bulanpun terbelah menjadi
dua. Dan air keluar dari celah
jarinya dan
memperbanyaknya, dan
beliau mampu memperbanyak
makanan yang sedikit,
menyembuhkan orang sakit,
dan cacat, beliau pernah
mengembalikan mata Qatadah
62
serta menjadi lebih baik,
beliau pernah berludah pada
mata Ali bin Abi thalib yang
sedang sakit seketika
matanya-pun sembuh dan lain
sebagainya.
PERBEDAAN ANTARA
MU’JIZAT DAN SIHIR
Sihir merupakan perkara
yang pada zahirnya luar biasa
namun bisa di tandingi (di
bantah) karena di dasarkan
63
pada sebab-sebab,barang
siapa yang mengetahui sebab
tersebut lalu
mempraktekkannya maka
akan melahirkan hal luarbiasa
ditangannya, pada dasarnya
sihir bukanlah perkara luar
biasa keanehannya
sesungguhnya (sejatinya)
berada pada penglihatan mata
karena diketahui sebabnya.

64
Adapun mu’jizat sejatinya
perkara luarbiasa yang tidak
mungkin dapat ditandingi,
para ahli sihir tidak mungkin
dapat melakukan apa yang
dilakukan oleh para nabi dan
rasul oleh karena itu para
penyihir fir’aun menyatakan
beriman kepada nabi Musa
AS. Tatkala tongkatnya
berubah menjadi ular
sungguhan lalu menelan
65
tongkat tali-temali mereka
karena mereka tahu bahwa hal
ini tidak dapat terjadi dengan
sihir semata.
Sihir bersumber dari
nafsu ammarah bissu’I (nafsu
yang menyuruh berbuat jahat)
yang menjadi visualisasi
kerusakan sedangkan mu’jizat
bersumber dari jiwa yang
bersih yang menjadi

66
visualisasi kebaikan dan
petunjuk
PERBEDAAN MU’JIZAT
DAN KARAMAH
Karamah ialah perkara
yang luarbiasa yang muncul
(nampak) pada seorang wali
dan tidak disertai dengan
pengakuan kerasulan dan
kenabian sedangkan mu’jizat
disertai dengan pengakuan
akan kerasulan dan kenabian.
67
Wali adalah seorang yang
bertakwa, sangat mengenal
Allah SWT. Dan senantiasa
tekun melakukan ketaatan dan
menjauhi ma’siat dan
perbuatan yang buruk.
Allah SWT berfirman :”
Dan Wali-walinya adalah
orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Anfal : 34)
Dari penjelasan diatas,
nampaklah/jelaslah perbedaan
68
antara sihir dan karamah
karena sihir bersumber dari
nafsu Ammarah bissu’i
berbeda dengan karamah
bersumber dari nafsul
muthmainnah radliyyah
mardliyyah (jiwa yang
tenang, ridla dan diridlai).

Yang Wajib Bagi Para


Rasul dan Yang Mustahil
Atas Mereka
69
Wajib bagi para Rasul
empat sifat yaitu Shiddiq
(Jujur), Amanah
(Terpercaya), Tabligh
(Menyampaikan) dan Fatonah
(Cerdas), dan mustahil atas
mereka lawanan-Nya yaitu
Al-Kadzbu (Dusta), Khianah
(Khianat), Al-Kitman
(Menyembunyikan) dan
Baladah (Bodoh/dungu).
Begitu pula mustahil atas
70
mereka sifat-sifat yang
termasuk aib (cacat) menurut
pandangan manusia seperti
hinanya pekerjaan dan
nashab, hilangnya hikmah
diutusnya seperti tuli dan
bisu. Berikut ulasannya:
SHIDDIQ (Jujur)
Wajib bagi para Rasul
sifat jujur, maksudnya apa
yang mereka informasikan
sesuai dengan kenyataan,
71
mustahil mereka berbohong
karena andaikata mereka
berbohong, niscaya keraguan
akan mengelilingi mereka
sepanjang hidup, tidak ada
seorangpun yang akan
mempercayai mereka. Begitu
pula jika mereka berbohong,
niscaya mereka akan
menyesatkan lalu hilanglah
hikmah diutusnya mereka.
Allah SWT berfirman: “Dan
72
ceritakanlah (Muhammmad)
kisah Ibrahim dalam Al Kitab
(Al-Qur’an) ini.
Sesungguhnya dia adalah
orang yang sangat jujur
(benar) lagi seorang nabi”
(QS. Surat Maryam: 41).
AMANAH (Terpercaya)
Wajib bagi para Rasul
sifat Amanah (Terpercaya)
artinya keterpeliharaan
mereka secara lahir batin dari
73
perbuatan maksiat. Mustahil
atas mereka lawanannya yaitu
Khianah (Khianat) karena
andaikata mereka khianat
dengan berbuat maksiat dan
perbuatan keji niscaya mereka
akan menyesatkan makhluk
dari jalan yang benar, lalu
hilanglah hikmah diutusnya
mereka, manusiapun akan
menjauh dari mereka dan
mereka tidak dapat
74
menunaikan risalah (tugas
kerasulan). Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Ketika saudara
mereka (Nuh) berkata kepada
mereka, mengapa kalian tidak
bertaqwa? Sesungguhnya aku
adalah kepercayaan (yang
diutus) kepada kalian” (QS.
As-Syuaro’: 106-107).
TABLIGH
(Menyampaikan)
75
Wajib bagi para Rasul
sifat Tabligh
(menyampaikan), artinya
mereka menerangkan kepada
manusia segala yang
diperintah mereka oleh Allah
SWT untuk mereka terangkan
dengan sebaik-baik
keterangan. Mustahil bagi
mereka Al-Kitman
(Menyembunyikan/tidak
menyampaikan) karena
76
andaikata menyembunyikan
sesuatu maka batallah hikmah
kerasulan mereka dari segi
bahwa orang yang tidak
melaksanakan syariat akan
memiliki alasan untuk
membantah Allah SWT
karena syariat tidak
disampaikan kepadanya,
padahal Allah SWT telah
berfirman: “Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang telah
77
diturunkan Tuhanmu
kepadamu. Jika tidak engkau
kerjakan (apa yang
diperintahkan itu berarti)
kamu tidak menyampaikan
Risalah-Nya”. (Q.S. Al-
Maidah: 67).
FATHANAH (Cerdas)
Wajib bagi para Rasul
sifat Fathanah (cerdas),
artinya mereka cerdas, cerdik,
dan fasih berbicara. Mustahil
78
ada pada mereka sifat Al-
Baladah (Bodoh), karena
seandainya mereka bodoh
pasti mereka tidak akan
mampu menyebutkan risalah
mereka, lalu hilanglah hikmah
diatasnya mereka (kerasulan).
Allah SWT berfirman: “Dan
itulah Hujjah Kami yang
Kami berikan kepada Ibrahim
untuk menghadapi kaumnya”.
(Q.S. Al-An’am: 83).
79
SIFAT YANG JAIZ
BAGI PARA RASUL
Jaiz keatas para Rasul AS
terjadinya Al-A’radu Al-
Bashariyah (Sifat
Kemanusiaan) yang tidak
sampai membawa pada
kekurangann Jaiz keatas
para Rasul AS terjadinya Al-
A’radu Al-Bashariyah (Sifat
Kemanusiaan) yang tidak
sampai membawa pada
80
berkurangnnya martabat
mereka yang tinggi seperti
makan, minum, lapar, dahaga,
lelah, istirahat dan sakit yang
tidak mencederai pangkat
kerasulan atau tidak
menyebabkan orang berpaling
dari mereka, sehat,
mengantuk, tidur, dan yang
serupa dengan hal itu,
berdagang, bermata
pencaharian yang tidak hina,
81
karena mereka adalah
manusia boleh berlaku atas
mereka apa yang berlaku atas
manusia biasa yang tidak
membawa kepada
kekurangan.
Allah SWT telah
berfirman menceritakan
orang-orang yang
menyaksikan dan menetapkan
adanya sifat-sifat manusiawi
pada para rasul serta
82
mengingkari adanya sifat-sifat
tersebut ada pula pada
mereka:
“Mengapa rasul ini makan
dan berjalan di pasar-pasar?”
(Q.S. Al-Furqan: 7).
Lalu Allah SWT
membantah mereka dengan
firman-Nya: “Dan Kami tidak
mengutus Rasul-rasul
sebelum kamu, melainkan
mereka sungguh memakan
83
makanan dan berjalan di
pasar-pasar” (Q.S. Al-Furqan:
20).
HIKMAH PENYAKIT
YANG MENIMPA PARA
RASUL
Hikmah adanya penyakit
pada para rasul padahal
mereka merupakan sebaik-
baik makhluk ialah
memperbesar pahala (balasan)
mereka, menampakkan
84
keteguhan hati dan kesabaran
mereka dalam taat kepada
Allah SWT. Agar manusia
menghibur diri dengan
mereka jika mereka ditimpa
ujian dan keputusasaan
(sedih) dan manusia
mengetahui bahwa dunia ini
adalah tempat bala dan ujian
bukan tempat menerima
kemuliaan dan kebaikan, serta
agar seseorang tidak meyakini
85
adanya unsur ketuhanan pada
diri mereka apabila
menyaksikan munculnya
mu’jizat dari tangan mereka,
dan supaya mereka
mengetahui bahwa yang
demikian itu terjadi dengan
kehendak Allah SWT. Dan
merupakan ciptaannya.
Meskipun derajat mereka
agung dan tingkatan mereka
mulia mereka tetaplah hamba
86
yang lemah (tidak kuasa)
mendatangkan manfaat dan
menolak mudlarat.
I’TIQAD
(KEPERCAYAAN)
TENTANG HAK PARA
RASUL
Semua yang telah
disebutkan mengenai hak para
rasul baik yang wajib,
mustahil, dan jaiz
mengharuskan kita
87
mempercayai hak para rasul
karena kerap kali manusia
kembali (merujuk) kepada
mereka dalam hal meminta
fatwa mengenai hukum.
Hukum syara’ para rasul
sebelum mereka.
PEMBEDA NABI
MUHAMMAD SAW
DENGAN/DARI SEMUA
NABI

88
1. Beliau adalah nabi
yang paling utama.
2. Beliau diutus untuk
seluruh manusia sampai hari
kiamat
3. Beliau adalah
penutup para nabi, tidak akan
datang Nabi sesudahnya

Sesungguhnya Rasulullah
SAW. Menjadi penutup para
nabi karena syariatnya yang
89
sangat elok nan indah pada
satu sisi telah mencakup
penjelasan semua ajaran yang
dibawa para nabi rasul tidak
dapat dibayangkan ada syariat
lain yang lebih sempurna
dimana syariat jalan sangat
sesuai dengan semua ummat,
waktu, tempat dan keadaan,
maka makhluk tidak butuh
seorang nabi setelah beliau
karena beliau adalah nabi
90
rasul yang sempurna dalam
hak penciptaan dan akhlak.

HIKMAH
PENGUTUSAN PARA
RASUL
Dikarenakan nafsu yang
senantiasa menyuruh kepada
yang buruk dan condong pada
kejelekan menurut tabi’atbya.
Maka Allah SWT.
Memandang perlu
91
menyelamatkan alam semesta
dari kejahatan ini,
mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju cahaya,
diutusnyalah para nabi dan
rasul sebagai pembawa kabar
gembira, pemberi peringatan,
penyeru kepada agama Allah,
pemberi petunjuk kepada
jalan pengabdian kepada
Allah untuk menutup jalan
bagi orang-orang yang
92
berbuat dosa mengajukan
alasan pada hari kiamat.
Allah SWT berfirman , yang
artinya :” (mereka) para rasul
kami utus sebagai pembawa
kabar gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada
alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu.”
(QS. An-Nisa : 65)

93
BAB III
TENTANG SAM’IYYAT
Sam’iyyat adalah perkara-
perkara yang tidak dapat
diketahui melainkan dengan
informasi dari Al-Qur’an dan
Hadits. Akal tidak bebas
mengetahuinya. Dalam hal ini
ada beberapa i’tiqad
(kepercayaan) yaitu:
1. Kepercayaan kepada
hari akhir
94
Hari akhir merupakan hari
dimana Allah SWT
mengizinkan kehancuran
dunia dan permulaan akhirat,
manusia bangkit dari
kuburnya (dari kematian)
untuk dihadapkan kepada
Tuhan disebut Yaumuddin
(hari pembalasan), Yaumus
Sa’ah (hari yang pasti tiba),
Yaumul Fashli (hari
keputusan), Yaumul Qiyamah
95
(hari kebangkitan). Allah
SWT telah banyak
menyebutnya di dalam Al-
Qur’an yang mulia seperti
firman-Nya:
Artinya: “Dan hari
keputusan itu adalah waktu
yang telah ditetapkan” (Q.S.
An-Naba: 17).

Adapun mengimaninya
adalah membenarkan bahwa
96
hari itu pasti datang dan akan
dinampakkan semua yang
terdapat di dalam Al-Qur’an
dan Hadits tentang hal
ihwalnya. Dan tidak boleh
tidak untuk mempercayainya,
pertama dengan adanya
pertanyaan dalam kubur,
nikmat kubur, siksa kubur,
perkumbulan kembali jasad
dan makhluk dikembalikan
seperti pertama kali
97
diciptakan, perhitungan amal
perbuatan, timbangan,
pemberian buku catatan amal
dengan tangan kanan atau
dengan tangan kiri, melintasi
Sirath, masuknya orang
beriman ke dalam surga
tempat yang penuh nikmat
dan masuknya orang-orang
kafir ke dalam neraka
jahannam tempat yang penuh
siksa yang teramat pedih.
98
2. Percaya kepada
pengumpulan jasad
Pengumpulan jasad yaitu
bangkitnya manusia dari
kematian pada hari kiamat
dalam keadaan sehat, utuh
meskipun jasad mereka telah
bercerai berai untuk dihisab
(diperhitungkan) segala
perbuatan yang telah
dilakukan.

99
Bukan hal yang sulit bagi
Allah SWT. Yang telah
menciptakan kita pertama kali
mengembalikan penciptaan
kita.
Allah SWT berfirman :

Artinya : “Dan
bahwasanya Allah akan
membangkitkan semua orang
yang ada di dalam kubur”

100
Setelah hisab,
ditimbanglah amal perbuatan
mereka agar nampaklah
(tersingkap) bagi setiap orang
kadar sejumlah amal
perbuatannya, maka barang
siapa yang kebaikannya
melebihi kejahatannya maka
ia akan diberikan buku
catatannya dengan tangan
kanannya. Dan berbahagialah
ia dengan sebahagia-
101
bahagianya. Dan barang siapa
kejahatannya melebihi
kebaikannya, ia akan
diberikan buku catatan
amalnya dengan tangan kiri
dan merugilah ia serugi-
ruginya.
KEYAKINAN
TERHADAP SHIRAT
Shirat merupakan suatu
jembatan yang membentang
di atas neraka Jahannam,
102
yang akan dilalui oleh
manusia, maka tetap tegaklah
kaki orang-orang yang
beriman dan taat di atasnya,
mereka lewat di atasnya
menuju surga di antara
mereka ada yang
menyeberanginya seperti
belalang yang terbang,
bahkan ada pula yang berjalan
lambat nan tertatih-tatih. Dan
terpelesetlah kaki orang-orang
103
kafir dan orang-orang
mukmin yang maksiat,
mereka terjatuh ke dalam api
neraka, dan tidaklah aneh
bagi orang-orang yang
berbahagia melintasinya
dimudahkan oleh-Nya (Allah)
yang menerbangkan burung
di udara.
Rasulullah SAW.
bersabda: “Dan dibentangkan
jembatan di antara dua tebing
104
neraka Jahannam, dan aku
adalah Rasul yang pertama
lewat bersama dengan
ummatku (HR. Bukhari-
Muslim).
AL-QUR’ANUL KARIM
Sesungguhnya Al-Qur’an
adalah kitab Allah SWT. yang
paling mulia dan terakhir
diturunkan, hukumnya abadi
sampai hari kiamat, tidak
mengalami perubahan, dan
105
pemalsuan. Al-Qur’an
merupakan mukjizat paling
agung akan kerasulan
junjungan kita Nabi
Muhammad SAW
dikarenakan Al-Qur’an
merupakan tanda kekuasaan
Allah SWT yang rasional,
abadi sampai hancurnya dunia
yang dapat disaksikan setiap
waktu dengan pikiran
sedangkan mukjizat-mukjizat
106
selain Al-Qur’an berakhir
seiring dengan waktu. Tidak
ada yang tersisa bekasnya
melainkan hanya beritanya
saja. Al-Qur’an mempunyai
kemukjizatan dari beberapa
segi:
Bahwasanya Al-Qur’an
dari:
1. Segi Fashahah dan
balagah, Al-Qur’an telah

107
sampai pada ambang batas
kemampuan manusia.
2. Al-Qur’an
memberitakan perkara-
perkara gaib, yang nampak
nyata seperti apa yang
diberitakan.
3. Bahwasanya Al-
Qur’an tidak membosankan
meskipun sifatnya berulang-
ulang.

108
4. Al-Qur’an
menghimpun ilmu-ilmu yang
belum ada pada bangsa Arab
dan non Arab.
5. Al-Qur’an
memberitakan peristiwa-
peristiwa, dan perihal ummat-
ummat terdahulu padahal
Rasulullah yang diturunkan
kepadanya Al-Qur’an tidak
bisa baca tulis (buta huruf)
dikarenakan Rasulullah SAW
109
tidak membutuhkan hal
tersebut dengan adanya
wahyu, dan agar sisi
kemukjizatan Al-Qur’an lebih
dapat diterima.
Allah SWT. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya
Kami yang telah menurunkan
Al-Qur’an dan Kamilah yang
akan memeliharanya” (Q.S.
Al-Hijr: 9).

110
KEPERCAYAAN
TERHADAP SYAFA’AT
Sesungguhnya syafaat itu
didasarkan atas dalil-dalil
syara’ bagi siapa saja yang
diizinkan oleh Allah SWT
yang Maha Pengasih, Allah
SWT berfirman: “Pada hari
ini tidak berguna syafaat
kecuali (syafaat) orang yang
diberi izin oleh Allah Yang
Maha Pemuran dan Dia telah
111
ridhai perkataannya” (Q.S.
Tha_ha: 109).
Syafaat itu diberikan
kepada sebagian orang-orang
beriman yang durhaka
(berbuat dosa), adapun orang-
orang kafir, tidak seorangpun
mampu memohon kepada
Allah SWT untuk
mengeluarkan seseorang
diantara mereka dari api
neraka dan memasukannya ke
112
dalam surga. Karena
ketetapan azab pasti berlaku
terhadap mereka, Allah SWT
berfirman: “Akan tetapi pasti
berlaku ketetapan azab
terhadap orang-orang kafir
dikatakan kepada mereka,
masukilah pintu-pintu neraka
Jahannam itu sedangkan
kalian kekal di dalamnya,
maka neraka Jahannam adalah
seburuk-buruk tempat
113
kembali” (Q.S. Az-Zumar:
71-72).
Orang-orang yang dapat
memberi syafaat adalah: para
nabi, para ulama yang
mengamalkan ilmunya, para
syuhada (orang-orang yang
mati syahid). Syafaat yang
paling besar adalah pada saat
keputusan peradilan,
melepaskan penderitaan
karena lamanya berdiri di
114
Padang Mahsyar ketika
urusan yang pelik nan
menyusahkan dan pendiritaan
semakin memuncak atas
ummat manusia, syafaat
tersebut khusus diberikan
oleh nabi kita Nabi
Muhammad SAW.

KEYAKINAN
TERHADAP SURGA DAN
NERAKA
115
Neraka itu benar-benar
ada, tempat siksa (azab) yang
abadi, tempat yang di
dalamnya terdapat berbagai
macam siksaan (penderitaan)
yang tidak pernah terlintas
dalam pikiran, dan
sesungguhnya Allah SWT
telah sediakan bagi orang-
orang ingkar yang mereka
kekal di dalamnya untuk
selamanya, dan untuk siapa
116
saja yang dia kehendaki dari
kalangan orang-orang yang
durhaka untuk kurun waktu
yang Allah SWT kehendaki
bagi mereka, kemudian
mereka dikeluarkan darinya.
Allah SWT berfirman:
“Peliharalah diri kalian dari
api neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu”
(Q.S. Al-Baqarah: 24).

117
Surga itu benar-benar ada,
tempat kenikmatan yang
kekal abadi, tempat yang di
dalamnya terdapat segala apa
yang di damba-dambakan
setiap jiwa dan sangat enak
dipandang (menyejukkan)
mata, tempat yang tidak
pernah mata memandangnya,
tidak pernah telinga
mendengarnya dan tidak
pernah terlintas dalam hati
118
manusia. Dan sesungguhnya
Allah SWT menyediakan bagi
hamba-hamba-Nya yang
shalih dan sering disebut
dalam Al-Qur’an, seperti
firman-Nya: “Itulah banyak
surga yang akan kami
wariskan kepada hamba-
hamba kami yang bertaqwa”
(Q.S. Maryam: 63).
PERCAYA KEPADA
MALAIKAT DAN JIN
119
Malaikan merupakan jism
(makhluk) yang tercipta dari
cahaya yang tidak memiliki
syahwat (nafsu) manusiawi,
mereka tidak makan
makanan, tidak maksiat
(durhaka) kepada Allah SWT
terhadap apa yang Allah SWT
perintahkan kepada mereka,
mampu berubah bentuk
dengan berbagai bentuk,
mereka senantiasa beribadah
120
kepada Allah SWT dan
mereka terkategori kepada
beberapa macam, diantara
mereka menjadi utusan-
utusan antara Allah SWT dan
para nabi dan rasul. Dia
adalah Jibril AS dan sebagian
mereka ditugaskan untuk
mengurusi manusia
(keturunan nabi Adam AS),
pencatan amal perbuatan,
sebagian mereka adalah
121
malaikat surga dan malaikat
neraka, sebagian mereka
ditugaskan untuk mengutus
hal ihwal alam semesta dan
sebagian mereka tidak
disebutkan. Allah SWT
berfirman: “Segala puji bagi
Allah pencipta langit dan
bumi yang telah menciptakan
malaikat yang menjadi
utusan-utusan” (Q.S. Fatir: 1).

122
Jin merupakan jisim
(suatu bentuk makhluk) yang
diciptakan dari api, pada diri
mereka terdapat suatu
kemampuan untuk berubah
bentuk dalam berbagai
bentuk, dapat melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang
sulit, diantara mereka ada
yang beriman dan ada yang
kafir, ada yang shalih dan ada
pula yang jahat. Allah
123
SWT berfirman: “ Dan
(sangatlah) ketika kami
hadapkan kepadamu
sekelompok jin yang
mendengarkan Al-Qur’an”
(Q.S. Al-Ahqaf: 29.
Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Malaikat
diciptakan dari cahaya dan jin
diciptakan dari nyala api”
(H.R. Muslim).

124
PERCAYA KEPADA
KITAB-KITAB ALLAH
Kitab-kitab berupa
lembaran-lembaran yang
diberkahi yang Allah Swt.
turunkan kepada para rasul-
rasul-Nya dalam rangka
memelihara syariat (hukum-
hukum Allah dan sistem
religius) dan apa saja yang
bermanfaat bagi manusia
berupa doa-doa, dzikir-dzikir,
125
nasihat-nasihat dan hikmah.
Kitab-kitab tersebut:
1. Taurat : Kitab Allah
Swt. yang diturunkan kepada
rasul yang diajak berbicara,
yaitu Nabi Musa as. di
dalamnya terdapat penjelsan-
penjelasan mengenai akidah
yang benar,lagi diridhai,
hukum-hukum syara’,berita
gembira tentang rasullah yang
menjadi rasul terakhir.
126
Berbeda dengan Taurat pada
saat ini yang telah mengalami
pemalsuan.
2. Injil : Kitab
Allah Swt. kepada Al Masih
(Nabi Isa as) di dalmnya
terdapat penjelasan
menngenai hakikat dan ajakan
kepada sekalian makhluk
untuk meng-Esakan Allah
Swt. Sang Pencipta, hukum-
hukum syara’, berita gembira
127
tentang rasul yang tidak ada
nabi sesudahnya, berbeda
dengan Injil yang berubah
saat ini, yang telah
mengalami pemalsuan.
3. Zabur : Kitab Allah
Swt. yang diturunkan kepada
Nabi Daud as, di dalamnya
terdapat doa, dzikir, nasihat,
dan hikmah, dan tidak
terdapat di dalamnya karena
Nabi Dau as diperintah untuk
128
mengikuti syariat nabi Musa
alaihisalam.
4. Al- Qur’anul karim :
Kitab Allah Swt. yang
dikirimkan kepada junjungan
kita , sang penutup para nabi
dan rasul, shalawat serta
salam atas mereka sekalian.

Telah diturunkan pula


selain dari yang empat itu
sepuluh suhuf untuk nabi
129
Adam alaihisalam, lima
puluh suhuf untuk nabi Syits
alaihisalam, tiga puluh suhuf
untuk nabi Idris alaihisalam,
sepuluh suhuf untuk nabi
Ibrahim alaihisalam, dan
sepuluh suhuf untuk nabi
Musa alaihisalam. Allah
SWT. berfirman : “ Semua
beriman kepada Allah Swt.
kepada malaikat dan kitab-

130
kitabnya.” (QS.Al-
Baqarah:25).

P ENUTUP
Tentang Qadla’ dan Qadar
Allah Swt
akhirilah
Ya Allah tutuplah usia
kami dengan husnul khatimah
(akhir yang baik)
Qadar adalah ketentuan
Allah Swt. yang terdulu (yang
131
mendahului) penciptaan alam
semesta. Maka segala sesuatu
telah Allah ciptakan dengan
ketentuan dan keteraturan,
dijadikan didalamnya segala
akibat dengan kadar sebab
dan Allah Swt. menciptakan
segala yang baru tanpa takdir
yang ada pada ilmu dan
hikmat-nya. Tidak ada
sesuatu terjadi secara
kebetulan (dengan
132
sendirinya). Umpamanya
sakit dengan kadar
penyebabnya dan obat
(kesembuhan) dengan kadar
sebab-sebabnya. Dan
diantaranya, obat dan daya
tahan (kekebalan) tubuh,
begitupula keuntungan dan
kerugian kedua-nya ada
dengan sebab-sebabnya yaitu,
kemauan, pencaharian, usaha,
dan kesungguhan untuk
133
menggapai kebahagiaan dan
sebaliknya untuk
kesengsaraan. Allah Swt.
berfirman :” Sesungguhnya
segala sesuatu Kami ciptakan
menurut Qadar.” (QS.Al-
Qamar:49)

Maka keimanan seorang


mukallaf, perbuatan,
ucapannya, segala gerak-gerik
yang di dasarkan pada pilihan
134
(kehendak) sendiri terjadi
dengan ikhtiar dan usahanya
sebagaiman yang menjadi
kehendak takdir Allah Swt.
jika dia berbuat kebaikan
akan diberi ganjaran pahala
baginya dan jika dia berbuat
kejahatan maka ini akan
diberi ganjaran siksa dan dia
tidak memiliki alasan (untuk
membantah Allah) mengenai
perbuatan jahatnya itu dan
135
Allah sekali-kali tidak akan
menzhaliminya, akan tetapi
dialah yang menzhali dirinya
sendiri. Allah Swt. berfirman:
” baginya (pahala atas
kebaikan) yang ia usahakan
dan ia akan mendapat (siksa
atas kejahatan) yang ia
kerjakan. (QS. Al Baqarah:
286).
“ sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan
136
mendzalmi manusia
sedikitpun, akan tetapi
manusialah yang mendzalimi
dirinya sendiri. (QS. Yunus:
44).

Selesailah penulisan kitab


ini dengan pertolongan Allah
Swt. pada hari Rabu, 01
Syawwal 1252 H. Bertepatan
dengan tanggal 17 Januari

137
1924 di Kampung Dalam.
Walhamdulillahirabil’alamin.

23/02/2020

138

Anda mungkin juga menyukai