Anda di halaman 1dari 24

REKAYASA IDE

"KEPEMIMPINAN"

DISUSUN OLEH

YEHESKIEL SINUHAJI

6221210020

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIMED

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak di usia dini dapat dilakukan melalui kegiatan
sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. Khusus untuk di sekolah dapat
dilakukan melalui mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Bila anak berusaha
mengimplementasikan ilmu yang didapat di sekolah dalam kehidupan sehari-hari di
rumah, berarti sudah berupaya menumbuhkan jiwa kepemimpinan karena ia telah
berusaha untuk sesuai dengan aturan yang telah dipelajari di sekolah. Contoh,
melalui pelajaran sains anak mengetahui bahwa tubuhnya membutuhkan gizi yang
seimbang. Ketika di rumah ia makan nasi dengan ayam dan sayur mayur, berarti ia
sudah memenuhi aturan gizi seimbang untuk mendapatkan tubuh yang sehat.
Beberapa cara untuk menstimulasi jiwa pemimpin di usia sekolah:

2
1.      Jujur
Jujur adalah keberanian untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Sifat jujur awalnya ditumbuhkan dengan memberikan kepercayaan
kepada anak, misalnya dalam mengelola waktu untuk bersekolah, belajar, bermain,
melakukan hobi, dan beristirahat. Kejujuran juga ditumbuhkan dalam komitmen
mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri serta kemampuan menahan
godaan untuk tidak melanggar hak/milik orang lain.
2.      Integritas
Integritas adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diemban secara total
atau penuh dedikasi.
3.      Adil
Sifat adil dapat ditumbuhkan dalam keseharian. Contoh, ketika diberi sekotak permen
cokelat, sampaikan pesan agar seluruh penghuni rumah dibagi. Coba amati, apakah
ia mampu membagikan permen yang didapat dengan adil? Untuk itu, jangan lupa
mengecek kepada anggota keluarga yang lain, apakah seluruh penghuni rumah
mendapat jumlah yang sama? Atau, ketika di sekolah, mintalah anak untuk
mengoordinasi tugas bersih-bersih kelas. Coba amati, apakah ia mampu membagi
tugas tersebut dengan merata pada teman-teman sekelasnya.

4.      Pemberani
Untuk menumbuhkan sifat pemberani, cobalah memberikan tantangan kepada anak.
Contoh, bila ada kerabat atau kenalan tinggal di kompleks yang sama tapi beda blok,
berikan kepercayaan kepada anak untuk mengantarkan sesuatu ke sana. Sampaikan
bahwa benda tersebut dibutuhkan oleh si kerabat. Ini dapat menumbuhkan sifat
pemberani karena memang dibutuhkan keberanian untuk melaksanakan tugas
seperti itu. Cara lainnya adalah keberanian mengajukan pendapat atau keinginan.
Berikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Mulailah dari
hal sederhana, seperti memilih baju yang akan dipakai, menu makanannya, kado

3
untuk temannya, toko buku mana yang dituju, bertanya kepada guru, mengutarakan
pendapat kepada ayah-ibu, dan lain-lain.
5.      Pembelajar
Tumbuhkan rasa ingin tahu anak melalui kegiatan sehari-hari di mana saja. Umpama,
ketika melewati kabel listrik yang membentang di tepi jalan, tanyakan mengapa
burung yang bertengger di situ tidak terkena sengatan listrik. Tentu saja orangtua
harus tahu jawabannya yang benar. Atau selagi bermain di taman, sampaikan fungsi
daun bagi tanaman dan lingkungan. Sifat pembelajar sangat didukung oleh
kegemaran membaca buku dan kemampuan berpikir kritis. Untuk era sekarang,
manfaatkan media seperti televisi dan komputer yang menampilkan program hiburan
bermuatan ilmu pengetahuan.
 
6.      Kerja Sama
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain sekaligus melakukan koordinasi tugas
dengan teman satu tim merupakan salah satu bentuk kepemimpinan. Seorang
pemimpin yang baik, tentunya akan menggunakan bahasa yang sopan dan tegas
dalam menyampaikan perintah. Latihan bisa dilakukan bersama adik di rumah pada
saat membereskan mainan yang dimainkan bersama. Di sekolah, anak bisa bergiliran
menjadi pemimpin barisan atau pemimpin kelompok tugas.
Observasi yang kami lakukan di TK Idhata Unesa Surabaya ini salah satunya
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa sifat-sifat kepemimpinan yang mulai
tumbuh pada anak-anak tersebut.
 

B.     Rumusan Masalah
 
1.      Apa arti dari kepemimpinan?

4
2.      Apa fungsi pemimpin dalam sebuah kelompok?
3.      Ada berapa tipe dan gaya kepemimpinan?
4.      Bagaimana kepemimpinan diterapkan di TK Idhata Unesa Surabaya ?
 
C.    Tujuan
1.      Memahami arti dari kepemimpinan
2.      Memahami fungsi pemimpin dalam kelompok
3.      Mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan
4.      Mengetahui penerapan kepemimpinan dalam lingkungan TK Idhata Unesa
Surabaya
 
 

D.    Manfaat
 
1.   Manfaat Teoritis Berdasarkan pemilihan judul tentang “Kepemimpinan Kepala
Sekolah di Taman Kanak-Kanak terhadap Efektivitas Kerja” ini diharapkan dapat
mengetahui bagaimana kepemimpinan kepala TK terhadap efektivitas kerja guru.
2.   Manfaat Praktis Menambah pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan
terhadap efektivitas kerja guru.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Pengertian kepemimpinan
            Di dalam suatu organisasi peran seorang pemimpin sangat penting. Hal ini
disebabkan karena seorang pemimpin adalah otak organisasi. Pemimpin organisasi
selalu membuat keputusan, membuat rencana dasar dan menentukan tujuan
organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemimpin dan
gaya pemimpin dalam organisasi. Menurut Winardi (2000 : 36) kepemimpinan adalah
hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk
bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin. Sementara
menurut Agus Dhanna (92:42), kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi
efektivitas kerja seorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi

6
tertentu.
            Pengertian tersebut di atas mengandung beberapa unsur pokok antara lain :
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu : pengikut atau bawahan karena
kesediaan untuk menerima pengarahan dari pimpinan anggota kelompok
membantu menegaskan status kepemimpinan dan memungkinkan proses
kepemimpinan. Tanpa bawahan sama sifat-sifat kepemimpinan akan menjadi tidak
relevan.
b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara
pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan beberapa aktivitas anggota kelompok yang tidak dapat dengan cara
yang sama mengarahkan aktivitas pemimpin.
c. Pemimpin bisa mempengaruhi pengikut atau bawahannya dan bisa mengarahkan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
 

1. Konsepsi yang luas


a) Seseorang yang mempengaruhi anggota-anggota kelompok
b) Seseorang yang mempengaruhi anggota-anggota organisasi dalam banyak
kegiatan
c) Seseorang yang mempengaruhi anggota-anggota kelompok untuk ikut dengan
permintaannya dengan rela atau tidak rela
 
2. Konsepsi yang lebih kecil

7
a) Seseorang yang mengusahakan banyak pengaruh untuk anggota-anggota
kelompok lainnya
b) Seseorang yang secara sistematis mempengaruhi perilaku anggota untuk
pencapaian sebuah tujuan
c) Seseorang yang dengan komitmen yang penuh terhadap anggota kelompok dalam
mencapai sebuah tujuan.
Komponen-komponen yang menjadi pegangan seorang pemimpin dalam
penggerakan anggota-anggota adalah sebagai berikut :
1. Drive/dorongan, akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi
dan hasrat untuk berprestasi;
2. Motivation/motivasi, memiliki kekuatan dan hasrat untuk memimpin dan
mendorong pelibatan anggota dalam mewujudkan visi;
3. Integrity/integritas/keutuhan/kejujuran, menimbulkan kepercayaan yang penuh
dalam bekerjasama dengan yang lain, dan konsistensi dalam perkataan dan
perbuatan;
4. Self Confidence/percaya diri, memperlihatkan nilai kepercayaan dalam melakukan
transaksi dengan orang lain;
5. Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi.
 
Kepala sekolah akan berhasil dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya bila
keterampilan-keterampilan itu harus melekat dalam hal-hal berikut ini ;
1) Keterampilan dalam Kepemimpinan;
2) Keterampilan dalam Hubungan Antara Manusia;
3) Keterampilan dalam Kegiatan Kelompok;
4) Keterampilan dalam Administrasi Personil;
5) Keterampilan dalam Penilaian dan Pengawasan (Evaluasi).
 

8
            Dalam kerangka pengembangan mutu sekolah yang pengelolaannya berbasis
TQM (Total Quality Management), sangat jelas bahwa tipe kepemimpinan yang
memiliki visi kedepan dengan memberdayakan orang lain, berpenampilan unggul dan
memiliki strategi yang tinggi dalam memenuhi kegiatan kastemernya. Oleh karena itu
kepemimpinan yang bermutu tidak hanya berketerampilan yang tinggi saja akan
tetapi juga harus memiliki kriteria lainnya seperti visi, strategi dalam berupaya untuk
memenuhi keinginan pelanggannya dengan baik.
Hal ini sejalan dengan pemikiran dari Eva Balazs (1999) : “Leadership in the TQM
context is visionary in that is embraces empowerment, perpormance and strategy,
means;
Have a vision of total quality management for his or her institution.
Have a clear commitment to the quality improvement process.
Communicate the quality message.
Ensure that customer needs are the centre of the institution’s policies and practise.
Ensure that there are adequate channels for the voice of customers.
Lead staff development.
Be carefull not a blame others when problem arise – most problems are the result of
polycies of the institution and the failling of the staff.
Lead inovatian within the institution.
Ensure than organizational structures clearly define responsibilities and provide the
maximum delegation compatible whit accountability.
 

B. Teori Kepemimpinan
a. Teori Berdasarkan Ciri-Ciri

9
            Inti teori ini terlihat pada pendapat yang menyatakan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang sangat tergantung pada bakat yang dibawa sejak lahir.
Penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang mudah ditakdirkan untuk menjadi
pimpinan sehingga bagaimanapun sejarah perjalanan hidupnya akan menimbulkan
situasi yang memungkinkan tempat sebagai pemimpin yang efektif. Tegasnya teori
ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan dan tidak karena apapun.
b. Teori Ketergantungan pada Keadaan
            Ini pikiran dalam teori ini adalah bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
dalam suatu organisasi sangat tergantung menyesuaikan gaya kepemimpinan yang
menjadi karakteristik utamanya dengan tuntutan pelaksanaan tugas yang harus
terselenggara dalam organisasi. Teori ini berkembang akibat adanya dua “kubu”
pendapat bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah suatu “fixed” dalam arti
bahwa yang bersangkutan tidak akan bisa merubah kepemimpinan dan oleh karena
itu organisasilah yang harus menyesuaikan diri dengan gaya tertentu itu. Pandangan
lain mengatakan seorang pimpinan dengan tuntutan organisasi. Pandangan ini
menekankan bahwa pimpinan dalam organisasi tidak mampu merubah
kepemimpinannya, yang bersangkutan perlu diganti dengan seseorang
yang kepemimpinannya dipandang cocok dengan ketentuan organisasi.
c. Teori Jalan Tujuan
            Teori ini berpendapat bahwa tidak selalu mampu mengidentifikasikan
kebutuhannya secara tepat, kalaupun ada mereka tidak selalu mengetahui gaya yang
paling tepat untuk memuaskannya. Oleh karena itu pimpinan diharapkan mampu
membantu para bawahannya dengan menunjukkan “jalan” yang seyogyanya
ditempuh untuk para bawahan itu sehingga berbagai tujuan pribadinya tercapai
sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
d. Teori Keperilakuan
            Dilihat dari sudut teori ini ada dimensi yang menonjol dari seorang pemimpin
yang pertama, prakarsanya dalam menentukan struktur tugas yang harus dilakukan
oleh para bawahan. Kedua tingkat perhatian yang diberikan pada para bawahan

10
dengan berbagai tujuan, harapan, cita-cita, keinginan, kepentingan dan kebutuhan.
Kemampuan menentukan sikap tentang perlunya keseimbangan antara 2 dimensi
tersebut dipandang sebagai salah satu faktor yang akan lebih menjamin keberhasilan
kepemimpinan. Keseimbangan sangat penting karena dengan demikian tugas-tugas
yang harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi benar-benar
terlaksana dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi.
e. Teori Situasi
            Teori ini menyatakan bahwa seorang pimpinan dalam menjalankan tugasnya
pasti menghadapi situasi yang berbeda-beda dari waktu ke waktu dan faktor
situasional tersebut berbeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
Adapun beberapa faktor situasi
yang berpengaruh antara lain :
1) Kompleksitas tugas yang harus dilaksanakan.
2) Jenis pekerjaan, apakah bersifat rutin dan teknis atau menuntut sikap yang
inovatif dan kreatif.
3) Bentuk teknologi yang digunakan.
4) Persepsi sikap dan gaya manajerial yang pada dasarnya dimiliki oleh para
pemimpin.
5) Norma yang dianut oleh kelompok kerja dalam organisasi.
6) Rentang kendali yang dianggap paling tepat yang pada gilirannya dapat
mengarah kepada tingkat pendelegasian wewenang yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
7) Faktor ancaman, hambatan dan gangguan yang bila tidak dihadapi akan
mempunyai dampak negatif bagi organisasi.
f. Teori Pimpinan – Partisipasi
             Teori ini menyatakan bahwa pada analisa terakhir efektivitas seorang
manager sangat tergantung pada tingkat kemampuannya untuk mengikutsertakan
para bawahannya dalam seluruh proses manajemen terutama dalam proses
pengambilan keputusan.

11
g. Teori Penerimaan
            Teori ini sering disebut dengan istilah “Acceptance Theory” yang intinya
terletak pada pendapat yang menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang tercermin pada pengakuan dan penerimaan orang lain terhadap
kepemimpinan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa teori kepemimpinan adalah seseorang yang mempunyai bakat
dan bisa memberi jalan.
C. Keterampilan dalam Kepemimpinan
1) Keterampilan dalam Kepemimpinan
            As the research and prectice have shown, leaders bring about change by
:  developing and articulating a vision of improvement.  Planning and providing
resources and needed organizational arrangements.  Designing and delivering
training and ongoing staff development.  Monitoring progress and needs. Providing
consultation and reinforcement, coaching, and problem-solving. (www. SEDL-Issues
about Change Leadership An Imperative for Succesful Change.httm, 1991: 9)
            Although the principal is the key school leader, it is advantageous to increase
leadership density by involving as many personnel as possible in leadership function.
Such an approach can reduce the burden on the principal in some areas while
providing other personnel with a sense of purposes and commitment to the school’s
mission and goals. (C. Turney, N Hatton, K. Laws, K. Sinclair, D. Smith, 1992 : 50, The
School Leader ; Educational Management Roles and Task, Allen & Unwim, Australia.)
Kita harus mengenal sumber-sumber ide/kreativitas agar dapat diolah menjadi suatu
produk inovasi baru dalam memanajemeni bisnis dan kehidupan yang tak menentu
ini, antara lain sumber-sumber tersebut: 1) sesuatu yang tidak diperkirakan
sebelumnya, 2) kesenjangan antara harapan dan kenyataan, 3) kebutuhan untuk
melakukan tugas secara lebuh baik, 4) pergeseran persepsi, tata nilai, aspirasi
masyarakat, 5) perubahan dalam kependudukan, 6) perubahan permintaan

12
masyarakat, 7) informasi dan teknologi baru.
 
2) Keterampilan dalam Komunikasi
            Gaya kepemimpinan terutama berhubungan dengan perilaku komunikatif yang
digunakan untuk membantu orang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan (R.
Wayne Pace, Don F. Faules, 1993 : 303, Komunikasi Organisasi; Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D., Pt. Remaja
Rosdakarya, Bandung.) Komunikasi harus diarahkan kepada :
1) To be understood – to get something across to some one so that he/she knows
exactly what the leaders means.
2) To understand other – to get to know their exact meanings and intentions.
3) To gain acceptance for yourself and/or for your ideas.
4) To produce action – to get the other person or group to understand what is
expected when it is needed, why it is necessary and, sometimes, ho to do it.
            Keempat tujuan seperti dikemukan oleh plunkeet ; 1975 : 49, di atas sangat
penting bagi pimpinan organisasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi melalui
kerjasama dan interaksi dengan orang-orang yang menjadi anggota organisasinya.
( Emmy Fakry Gaffar, Yoyon, B.I, 1997 : 8, Pengembangan Sistem Komunikasi
Organisasi, Laboratorium Pengembangan Manajemen, Jurusan Adpend FIP IKIP,
Bandung)
3) Keterampilan dalam Mengambilan Keputusan
            Why are decision Hard ? First, a decision can be hard simply because of its
complexity, Second, a decision can be difficult because of the inherent uncertainty in
the situation., third, a decision maker may be interested in working toward multiple
objectives, but progress in one direction may impede progress in others., Fourth and
finally, a problem may be difficult in different perspectives lead to different
conclusions. (Robert T. Clement, 1991: 2-3, Making hard decisions An Introduction to
13
Decision Analysis, Plus-Kent Publishing Company, Boston). Terdapat serangkaian
langkah yang seyogyanya ditempuh sebelum tindakan memutuskan diambil. Artinya,
kelompok cenderung terlalu berorientasi pada tindakan nyata karena mereka
mengetahui, bahwa bagi para pemimpin puncak organisasi, yang penting bukan
bagaimana kelompok melaksanakan tugasnya, melainkan apakah keputusan yang
diambil mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak, setelah terlebih dahulu
mempertimbangkan ; a) tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, b) berbagai
sasaran yang harus dicapai, c) kendala-kendala yang dihadapi oleh organisasi, d)
kemampuan yang tersedia dalam organisasi.
            (Sondang P. Siagian, 1992 : 152-153, Teori dan Praktek Pengambilan
Keputusan, CV Haji Masagung, Jkarta) Participative Decision Making di sekolah
dapat berbentuk sebagai berikut:
1) Partisipasi yang efektif dari guru-guru dalam proses pengambilan keputusan dapat
lebih mengefektifkan pencapaian tujuan sekolah.
2) Guru-guru tidak ingin dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Disamping itu tidak diharapkan demikian.
3) Tugas yang penting dari seorang administrator (kepala sekolah) adalah
menentukan kapan guru-guru itu dilbatkan ke dalam proses pengambilan putusan,
dan kapan tidak perlu dilibatkan.
4) Peranan guru dalam proses pengmabilan keputusan dapat bermacam-macam,
tergantung pada karakteristik masalah.
5) Saat guru dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan bergantung pada
masalah yang dipecahkan.
            Ada beberapa syarat untuk menentukan perlu tidaknya bawhan diikutsertakan
atau berpartisipasi dalam proses pengambilan putusan yaitu :
a) Relevansi ; apakah ada relevansi antara masalah yang dipecahkan dengan
kepentingan bawahan.
14
b) Keahlian ; apakah bawahan cukup mempunyai pengetahuan tentang masalah yang
akan dipecahkan.
c) Jurisdikasi ; apakah anggota atau bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut
serta mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
d) Kesediaan ; apakah bawahan mempunyai kemamuan dan bersedia untuk ikut serta
dalam pengambilan keputusan. (Ngalim Purwanto, 1998 : 71, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung)
4) Keterampilan dalam Mengelola Sumber Daya
            Sumber Daya adalah input bagi proses produksi seperti barang modal,
kemampuan para pekerja, hak paten, keuangan, dan manajer berbakat. Berbasis
Sumber Daya untuk Profitabilitas Tinggi ; 1) Sumber Daya, 2) kemampuan, 3)
keunggulan Bersaing yang berkesinambungan, 4) Pemilihan dan penerapan Strategi,
5) Profitabilitas Tinggi (Michael A Hitt, R Duane Ireland, Robert E. Hoskisson (Alih
Bahasa Armand Hediyanto), 1997 : 17 s.d 19, manajemen Strategis ; Menyongsong
Era Persaingan dan Globalisasi, Erlangga, Jakrata.)
            Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah, pada lampiran II Kepmendiknas (A) (I).PENGERTIAN DAN NAMA, butir (1)
Komite sekolah asalah badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra-sekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun jalur pendidikan luar sekolah. (A) (III) TUJUAN, butir (1) Mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, butir (2) Meningkatkan
tanggungjawab dan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan, butir (3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel,
dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
satuan pendidikan. (Kepmendiknas No. 044/U/2002, tentang Dewan Pendidikan dan
15
Komite Sekolah) Hubungan sekolah dengan masyarakat disekitarnya sangat penting.
Di satu sisi sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun
program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam
melaksanakan program tersebut. Di lain pihak, masyarakat memerlukan jasa sekolah
untuk mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan.
Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika pimpinan sekolah aktif dan dapat
membangun hubungan yang saling menguntungkan, demi anak didik…..Hubungan
dengan masyarakat akan tumbuh jika masyarakat juga merasakan manfaat dari
keikutsertaannya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk
rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi
kepentingan sekolah. (Dirjen Dikdasmen, 1999 : 167, Panduan Manajemen Sekolah,
Dep. P & K Direjen Dikdasmen direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta)
 
D. Gaya Kepemimpinan
            Menurut Fremont E. Kast dan Janes E. Rosenzweig (1995 : 536) ada 3 gaya
kepemimpinan dalam kelompok yang relatif menonjol di mana 3 gaya ini berorientasi
pada tugas, yaitu :
a. Kepemimpinan gaya otoriter adalah suatu kepemimpinan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
kegiatan yang akan dilakukan, diputuskan oleh pemimpin. Dengan ciri tersebut berarti
memberikan instruksi secara pasti, menuntut kerelaan, menekankan pelaksanaan
tugas, melaksanakan pengawasan tertutup, bawahan tidak mempengaruhi keputusan,
memakai paksaan, ancaman dan kekuasaan untuk melakukan disiplin serta
menjamin pelaksanaannya.
b. Kepemimpinan gaya demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana guru
dilibatkan dalam penentuan sasaran strategi dalam pembagian tugas. Dengan ciri
tersebut seperti memperhatikan pandangan bawahan, memberikan bimbingan pada
masa-masa yang timbul dan melibatkan perasaan sendiri dalam membantu bawahan

16
dalam mencapai tujuan organisasi.
c. Kepemimpinan gaya liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan pada bawahan. Ciri
kepemimpinan ini yaitu bawahan menentukan tujuan dan mengambil keputusan
sendiri, pemimpin hanya memberikan nasehat atau pengarahan sejauh yang diminta
saja.
            Dari ketiga gaya kepemimpinan di atas pada prinsipnya semuanya baik
tergantung pada situasi yang terjadi. Kepemimpinan demokratik adalah yang terbaik
dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan darurat kepemimpinan otokratik
akan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing gaya kepemimpinan
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu kombinasi dari ketiganya
disesuaikan dengan kondisi sekolah yang ada merupakan gaya kepemimpinan yang
terbaik.
 
E. Kepemimpinan dan Perubahan
1) Perilaku Dan Budaya Organisasi
            Perilaku organisasi sebagai suatu studi yang menyangkut aspek-aspek
tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia
meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia,
demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi.
            Pendekatan perilaku dalam organisasi mempertaruhkan manusia dalam
organisasi sebagai suatu unsur yang komplek, dan oleh karenanya adanya suatu
kebutuhan pemahaman tentang teori organisasi yang didukung oleh riset yang
empiris sangat diperlukan sebelum diterapkan dalam mengelola manusia itu sendiri.
(Bagaimana Seyogyanya orang) mendekati situasi dimana manajer mungkin harus
memilih antara dua alternatif, alternatif yang satu lebih manusiawi dan yang lain lebih
produktif ? Alternatif mana yang seyogyanya dimaksimumkan manajer ? (Henry L.

17
Tosi;1981)
 

Kecenderungan Dalam Perilaku Organisasi


Dari Ke

   
·         Sistem tertutup ·         Sistem terbuka
·         Orientasi ·         Orientasi manusia
materialistik ·         Penyebaran kuasa
·         Pemusatan kuasa ·         Motivasi intrinsik
·         Motivasi ekstrinsik ·         Sikap positif tentang
·         Sikap negatif orang-orang
terhadap orang-orang ·         Keseimbangan focus

·         Berfokus pada pada kebutuhan pegawai


kebutuhan organisasi dan organisasi
·         Menekankan ·         Swadisiplin
disiplin ·         Peran manajemen atas
·         Peran manajemen dasar kepemimpinan dan
yang otoritatif dukungan tim
   
 

18
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

a.      Pengambilan Keputusan
            Di dalam sebuah sekolah, Pengambilan keputusan mengambil andil yang
sangat penting untuk menjaga keharmonisan dalam sekolah itu sendiri. Untuk dapat
melakukan pengambilan keputusan dengan tepat, beliau mengatakan ada komponen
-komponen yang harus diperhatikan. Yang  pertama adalah profesioanlisme, tidak
hanya kepala sekolah saja yang harus profesional, para guru selain mengajar harus
profesional sebagai pemimpin di kelas, manager kelas, dan organisator. Sebagai
pemimpin di kelas guru harus bisa menyuruh anak didiknya agar mengikuti kegiatan
belajar mengajar, sebagai manager kelas harus memiliki kemampuan mengatur
suasana yang nyaman di kelas, dan sebagai organisator harus bisa bekerjasama
dengan sesama guru dan dengan kepala sekolah. Yang kedua adalah harus memiliki
pertimbangan sebelum mengambil keputusan, apakah keputusannya sudah matang
atau belum. Yang ketiga adalah harus melihat konteks situasional, yaitu mencari latar
belakang permasalahan. Yang keempat adalah pengalaman, hal ini sangat penting
karena seseorang yang tidak memiliki pengalaman mengenai kepemimpinan akan
sangat sulit memperoleh jawaban yang tepat dalam pengambilan keputusan. Dan
yang terkhir adalah bersikap terbuka dan selektif terhadap masukan-masukan dari
orang lain  terutama para orang tua wali  murid karena karena sangat berpengaruh

19
terhadap kemajuan sekolah. 
 
b.      Gaya Kepemimipinan
            Gaya kepemimpinan dalam ruang lingkup pendidikan khususnya di TK Idhata
Unesa adalah gaya kepemimpinan Situasional. Maksud dari gaya kepemimpinan
adalah menyesuaikan situasi atau konteks masalah dan orang yang dipimpin. Boleh
jadi menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan juga menggunakan gaya
kepemimpinan otoriter. Gaya kepemimpinan demokratis diterapkan kepada orang-
orang yang mudah diatur misalkan musyawarah dengan wali murid, rapat dengan
guru-guru, pembagian tugas organisasi, dan lain-lain. Gaya kepemimpinan otoriter
diterapakan pada orang-orang yang diatur, namun dalam ruang lingkup pendidikan
gaya kepemimpinan ini bukan ditujukan untuk meenakut-nakuti atau membatasi
kebebasan namun lebih diarahkan untuk tujuan mendidik ke arah yang baik. Misalkan
siswa TK Idhata dilarang ke kolam renang dewasa dan hanya diperbolehkan
berenang di area kolam renang khusus anak-anak saja. Sehingga dalam konteks ini
gaya kepemimpinan otoriter sangat dibutuhkan dan wajib dilakukan oleh pemimpin
khususnya kepala sekolah dan para guru-guru di TK Idhata Unesa.
            Berbeda dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh beliau ketika
mengajar sebagai dosen. Untuk mahasiswa yang diajar di Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
Universitas Negeri Surabaya Ketintang beliau menggunakan gaya kepemimpinan
otoriter. Untuk mahasiswa  Fakultas Ilmu Sosial (FIS) beliau mengajarkan dengan
tegas karena usia mahasiswa yang tergolong muda yang sering membangkang dan
harus dilatih disiplin sejak dini. Sedangkan untuk mengajar guru-guru yang mengikuti
sertifikasi di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Uneversitas Negeri Surabaya Lidah
Wetan beliau menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan ini
diterapkan karena beliau menganggap guru-guru yang mengikuti sertifikasi di
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) sudah dewasa dan mudah diatur.        
 
c.       Pengembangan Sekolah

20
            Mengenai keadaan sekolah TK Idhata Unesa, Ibu Kepala Sekolah menilai
perkembangan sudah cukup lumayan bagus  namun masih membutuhkan
penambahan bangunan lagi. Ke depannya pihak sekolah akan membangun toilet
karena toilet yang ada saat ini dianggap masih dinilai masih kurang penambahan.
Untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kemampuan akademik dan non
akademik siswa-siswi beliau juga memberikan program tambahan. Progam
tambahan tersebut meliputi komputer, drum band, dan pendidikan agama islam. Hal
ini ditujukan agar kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif siswa-siswi TK Idhata
Unesa bisa terasah mulai sejak dini. Dengan pemberian pendidikan agama  islam ini
kepala sekolah berkeinginan untuk menanamkan nila-nilai agama kepada siswa-siswi
sejak dini. Hal ini penting karena tidak akan ada gunanya orang –orang yang memiliki
intelegensi tinggi kalau tidak memiliki akhlak yang baik, orang tersebut tidak akan
mampu memberikan manfaat kepada orang lain.

d.      Tantangan dan Hambatan selama Menjadi Kepala Sekolah


            Sebagai Kepala Sekolah TK Idhata Unesa beliau memiliki tanggung jawab yang
besar dalam memimpin sekolah. Selain usia beliau yang sudah tua, masih banyak
tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh beliau, yaitu dalam hal pembagian
waktu yang sangat padat. Beliu adalah termasuk orang yang sangat sibuk, selain
menjadi kepala sekolah TK Idhata Unesa beliau menjadi Dosen di Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Surabaya, dosen di Universitas Terbuka Jombang, aktif
dalam organisasi, dan lain sebagainya. Karena sering bolak-balik dari memimpin
sebagai kepala sekolah dan mengajar sebagai dosen dan sering ke luar kota beliau
sering kehilangan waktu banyak untuk beristirahat.    
 
e.       Strategi dalam Menghadapi Tantangan dan Hambatan selama Menjadi Kepala
Sekolah
            Meskipun beliau sibuk menjalankan aktivitas sebagai Kepala Sekolah TK
Idhata Ketintang, dosen, ketua yayasan dan kesibukan lainnya, beliau juga termasuk

21
orang yang sangat ulet dalam mengatur waktu dan itu semua sudah diterapkan
semenjak beliau masih muda hingga saat ini. Hampir setiap hari atau setiap saat
beliau tidak pernah terlihat menganggur, selalu ada waktu yang digunakan beliau
untuk berktivitas. Padahal banyak orang yang sudah lanjut usia biasanya lebih
banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah daripada sibuk melakukan
aktivitas kerja namun semangat beliau tidak kalah dengan anak muda. Jarang ada
waktu senggang yang digunakan beliau untuk untuk beristirahat di rumah karena
kesibukannya yang sangat padat.
            Meskipun hanya memiliki sedikit waktu istirahat, kesibukannya tersebut justru
malah menjadi berkah. Aktivitas yang padat dijadikan suatu kebahagiaan batin yang
tak ternilai dibandingkan dengan berpergian ke tempat parawisata. Saat ini setiap
hari minggu beliau juga mengajar sebagai dosen di Universitas Terbuka Jombang
dengan diantar oleh suaminya. Menurut beliau pergi kota untuk mengajar diantar
dengan suami terasa seperti pergi berparawisata dan dapat menghilangkan
kepenatan setelah sibuk beraktivitas.

f.       Langkah-Langkah yang Digunakan Oleh Guru untuk Membentuk Jiwa


Kepemimpinan Kepada Murid-muridnya
Pada dasarnya setiap anak dapat mengasah kemampuan dasar kepemimpinan
sendiri dengan hal-hal yang sederhana. Bukan dengan teori-teori yang dapat
membebani anak. Menanamkan kemampuan dasar kepemimpinan pada anak dapat
dilakukan dengan cara melatih self leadership yakni melatih anak untuk dapat
memimpin dalam kelompok. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana yakni:
1.Memimpin berdoa sebelum memulai pelajaran.
2.Memimpin menyanyi di dalam kelas.
3.Memimpin kegiatan baris-berbaris sebelum memasuki kelas.
4.Bermain serta berinteraksi sosial dengan teman-temannya.

22
Selain kepemimpinan dalam kelompok yang dijelaskan diatas, kepemimpinan dapat
diciptakan dalam diri murid-murid melalui :
1.Murid berdoa sebelum dan sesudah makan.
2.Murid mengerjakan tugas individu yang diberikan oleh guru dengan baik sesuai
petunjuk guru.
3.Berinisiatif untuk maju jika guru menawarkan untuk menjawab pertanyaan di depan.
Semua kegiatan di atas terlebih dahulu dicontohkan oleh guru dalam beberapa kali,
setelah murid mampu merekam dan mengaplikasikannya dengan baik, selanjutnya
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan atas inisiatif murid-murid sendiri, fungsi guru
sebagai pengarah dan pemantau.
 

23
BAB IV

PENUTUP
A. Simpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di Taman Kanak-
Kanak terhadap efektivitas kerja guru sangatlah penting. Tanpa adanya
kepemimpinan kepala TK, efektivitas kerja guru tidak akan berjalan dengan lancar,ini
dikarenakan seorang pemimpin adalah otak organisasi. Seorang pemimpin
mengharapkan guru dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
B. Saran
Setelah terselesainya tugas akhir ini penulis mencoba memberikan saran yang
nantinya mungkin dapat berguna bagi semua pihak. Adapun sasarannya antara lain:
Hendaknya kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan demokratik tidak
hanyadengan orang tua murid saja, tetapi juga kepada guru-guru pengajar karena
gaya kepemimpinan demokratik adalah yang terbaik dalam keadaan normal.
 

DAFTAR PUSTAKA

http://carikapabang.blogspot.co.id/2017/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

nisalyusro.blogspot.co.id/2012/11/laporan-hasil-observasi-
kepemimpinan.html#axzz4xx1mzDRx

24

Anda mungkin juga menyukai