Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRATIKUM 4

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

Di Susun Oleh:
Nama: Putri Ida Nuraini
NIM: 2021E0B007
Kelas: 3B
Kelompok: B.1.4
Dosen Pengampu: Melati Permata Hati. M.sc

Program Study D3 Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.1 Pagesangan, Mataram

PERCOBAAN I
Infus Dekstose
• TUJUAN PRATIKUM
Mahasiswa mampu memahami dan membuat infuse Infus Dekstrose secara baik dan
Benar.
• DASAR TEORI
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parental merupakan jenis
sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi- bagi, karena sediaan ini
disuntikan melalui kulit atau membranmukosa ke bagian tubuh yang paling efesien,
yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi
mikrobadan dari bahan- bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian
yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan
produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi
apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B., 2007).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah,mengurangi,menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia pengetian obat menurut Drs. H. Syamsuni (2005:13).
Ada beberapa pengertian sediaan infus menurut beberapa sumber yaitu :
Menurut Farmakope Indonesia edisi III Hal. 12.
 Menurut FI Edisi III halaman 12, infus intravenous adalah sediaan steril
berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis
terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena, denganvolume
relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain,infus intravenous
tidak diperbolehkan mengandung bakteriasida dan zat dapar.Larutan untuk
infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.(FI.III,1979)
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10 Pengertian infus adalah sediaan
parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang
dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia(FI.III)

Menurut Ansel halaman 448 Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan


dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasienyang akan atau sudah dioperasi, atau
untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit dan nutrisi
lewat mulut.Dalam pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam
bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas,
steril,bebas pirogen serta bebas partikel partikel lain Oleh karena volume yang
besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena biasanya mengandung z
at-zat amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus intravena
yang diinginkan adalah larutanyang isotonis untuk menetralisir trauma
pada pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis maupun Hipertonis dapat
digunakan untuk meminimalisir pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat. (Anief, 1993).

• Farmakologi Dextrose
1 . Farmakokinetika
Dekstrosa atau glukosa merupakan suatu gula (monosakarida)
yang diperoleh dari hidrolisis pati, mengandung satumolekul air hidrat
atau anhidrat. Absorbsinya sangat cepat dalam usus
halus dengan mekanisme difusi aktif. Dekstrosa dapatdiberikan secara per oral
atau melalui infus i.v sebagai treatment deplesi cairan dan karbohidrat. Konsentrasi
tertinggi glukosadalam plasma terjadi dalam 40 menit setelah pemakaian oral pada
pasien hipoglikemia. Dekstrosa pada saluran pencernaan akanmengalami 3 jalur
metabolisme yaitu glikolisis, siklus krebs dan jalur pentose fosfat. Glukosa
dimetabolisme melalui asam laktatatau piruvat menjadi CO2 dan H2O. Dekstrosa
dapat mengurangi protein tubuh dan menyebabkan kehilangan nitrogen,
jugamengakibatkan penurunan atau pencegahan ketosis jika dosis tepat diberikan.
(Anief, 1993).

2.Indikasi

Infus dekstrosa atau glukosa digunakan sebagai terapi parenteral untuk memenuhi
kalori pada pasien yang mengalamidehidrasi. Selain itu juga digunakan untuk terapi
pada pasien hipoglikemia yang membutuhkan konsentrasi glukosa dalam darah,hal ini
dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam
darah. (Anief, 1993).

3.Kontra Indikasi

Pemberiaan larutan dekstrosa di kontraindikasikan untuk pasien dengan koma


diabetikum, pemberian bersama produk darah, anuria, perdarahan intraspinal &
intrakranial dan delirium dehidrasi (dehydrated delirium tremens). Larutan
dekstrosasebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan overt
atau diketahui mengalami diabetes melitus atau intoleransikarbohidrat. Larutan
dekstrosa yang tidak mengandung elektrolit sebaiknya tidak diadministrasikan pada
darah dengan infus IVyang sama karena dapat terjadi aglomerasi. (Anief, 1993).

4 .Efek Samping
Larutan dekstrosa atau infuse dekstrosa dapat menyebabkan poliuria karena gula
yang ada menyerap air dengan kuatdalam tubuh. Hipergikemia dan glukosuria.
Menyebabkan infeksi di tempat suntikan, trombosis vena dan ekstravasasi.
Jikalarutan dekstrosa hipertonis diinfusi terlalu cepat, dapat terjadi nyeri
lokal dan iritasi vena. Jika terjadi efek samping selama administrasi, injeksi
harus segera dihentikan, pasien dievaluasi dan juga dilakukan pengukuran terapeutik
yang tepat jikadiperlukan. (Anief, 1993).

Pada kondisi terlalu rendahnya kadar gula di dalam darah, diperlukan dextrose
tambahan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dextrose yang disuntikkan ke
pembuluh darah akan bekerja secara cepat untuk meningkatkan kadar gula.

Selain dalam bentuk cairan suntik, ada juga dextrose yang terbuat dari jagung.
Dextrose dari jagung biasanya diolah menjadi sirup jagung atau pemanis buatan dalam
industri makanan. (Anief, 1993)

Merek dagang Dextrose: Ecosol G5, Ecosol G 10, Oralit 200, Wida D5-1/2NS,
Infusan D5, Dextrose, Wida D10, Otsu D40

Apa Itu Dextrose


Golongan Obat resep

Kategori Cairan infus


Manfaat Menangani hipoglikemia

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori C: Studi pada binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya
  boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan
melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Dextrose untuk ibu
hamil dan menyusui Belum diketahui apakah dextrose dapat terserap ke dalam
ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, konsultasikan
dengan dokter mengenai manfaat dan risikonya, sebelum
menggunakan obat ini.
Bentuk Cairan suntik atau infus

Peringatan Sebelum Menggunakan Dextrose


Cairan dextrose akan diberikan di rumah sakit oleh dokter atau petugas medis di
bawah pengawasan dokter. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
menggunakan obat ini adalah:

• Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Cairan dextrose tidak
boleh diberikan kepada pasien yang alergi terhadap obat ini atau alergi terhadap jagung
produk olahannya.
• Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah menderita diabetes,
hiperglikemia, cedera kepala berat, malnutrisi berat, penyakit infeksi, gagal
ginjal, edema, atau gangguan elektrolit, termasuk hipokalemia.
• Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk
herbal tertentu.
• Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan
kehamilan.
• Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi, efek samping yang serius,
atau overdosis setelah menggunakan dextrose.

Dosis dan Aturan Pakai Dextrose


Dextrose infus tersedia dalam bentuk cairan dengan kadar 2,5%, 5%, 10%, 20%,
30%, 50%, dan 70% dengan tujuan penggunaan yang berbeda-beda. Dosis dextrose
akan ditentukan oleh dokter sesuai kondisi pasien.

Secara umum, berikut ini adalah dextrose untuk orang dewasa dan anak-anak untuk
mengatasi hipoglikemia:
• Dewasa: 10–25 gram yang setara dengan 40–100 mL larutan dextrose 25% atau
20–50 mL larutan 50%, diberikan melalui infus ke pembuluh darah vena besar.
Pemberian dextrose dapat diulangi pada kondisi hipoglikemia yang parah.
• Anak-anak: 0,25–0,5 g/kgBB per hari untuk balita <6 bulan, dengan dosis
maksimal 25 gram per satu kali pemberian. Untuk balita usia >6 bulan dosisnya adalah
0,5–1 g/kgBB dengan dosis maksimal 25 gram per 1 kali dosis.

Dosis dextrose untuk mengatasi kekurangan cairan dan gula akibat kondisi medis
tertentu akan ditentukan oleh dokter sesuai kondisi pasien. Biasanya, dextrose yang
akan digunakan adalah dextrose 5% dan diberikan melalui infus ke pembuluh darah
vena kecil.

Cara Menggunakan Dextrose dengan Benar


Dextrose akan diberikan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter di rumah sakit. Dextrose akan disuntikkan ke pembuluh darah
secara langsung atau melalui cairan infus.

Ikuti anjuran dan saran yang diberikan oleh dokter selama menjalani pengobatan
dengan dextrose. Dokter juga akan memeriksa kadar gula darah pasien secara berkala.

Interaksi Dextrose dengan Obat Lain


Untuk menghindari interaksi obat, selalu beri tahu dokter tentang pengobatan yang
sedang Anda jalani, terutama pengobatan dengan furosemide,
hydrochlorothiazide, hydrocortisone, prednisone, atau obat yang mengandung
magnesium. Beri tahu juga dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat diabetes.

Efek Samping dan Bahaya Dextrose


Efek samping umum yang mungkin muncul setelah menggunakan dextrose adalah
nyeri dan iritasi pada area suntikan.

Pada beberapa kondisi, penggunaan dextrose juga bisa menyebabkan terjadinya


hiperglikemia, yang bisa ditandai dengan gejala tertentu, seperti napas berbau buah,
haus yang terus menerus, mual, muntah, lelah tanpa sebab, sering buang air kecil.

Laporkan ke dokter jika Anda mengalami keluhan dan gejala di atas. Anda juga perlu
segera memberi tahu dokter jika mengalami reaksi alergi atau efek samping yang leih
serius, seperti:

• Ketidakseimbangan kadar elektrolit, yang bisa ditandai dengan gejala tertentu,


sepertinyeri otot, lemas, perubahan suasana hati, detak jantung tidak teratur, sulit
buang air kecil, mulut kering, mata kering, muntah, atau sakit perut yang berat
• Gangguan penglihatan, hilang koordinasi dan keseimbangan, atau gangguan
bicara, yang tiba-tiba
• Sulit bernapas, berat badan yang naik drastis dan mendadak, bengkak di kaki
dan tangan
• Sakit kepala, pusing yang sangat berat, atau pingsan
• Demam, menggigil, atau bibir dan kuku jari membiru
Indikasi: 
kondisi yang berhubungan dengan aliran darah perifer lokal yang melambat;
profilaksis tromboemboli pascabedah (tetapi lihat catatan di atas).

Peringatan: 
dapat mengganggu hasil pada beberapa tes laboratorium (lihat keterangan di atas)
koreksi kondisi dehidrasi sebelum infus diberikan, berikan cairan yang memadai selama
terapi; jika memumgkinkan pantau tekanan vena pusat kehati-hatian diperlukan pada
mereka yang berisiko vascular overloading.

Kontraindikasi: 
lihat Dekstran 70 Infus intravena.

Efek Samping: 
lihat Dekstran 70 Infus intravena.

Dosis: 
secara infus intravena, dosis awal 500 hingga 1000 mL; dosis lanjutan diberikan
sesuai dengan kondisi pasien. (lihat catatan di atas).

Keterangan: 
Dekstran dengan berat molekul rata-rata '40000' 10% dalam infus glukosa 5%
intravena atau dalam infus natrium klorida 0,9% intravena.

Monografi

Pemerian Hablur tidak berwarna, serbuk hablur, atau serbuk granul putih;
tidak berbau; rasa manis (FI IV, p.300)

Kelarutan Mudah larut dalam air (1 g dalam 1 mL;) sangat mudah larut dalam
air mendidih (FI IV, p.300)

Stabilita

• Panas Dengan pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan


reduksi pH dan karamelisasi (HOPE , p. 154)

• Hidrolisis Dekstrosa mempunyai stabilitas yang baik jika disimpan dalam


tempat yang kering, stabil pada pH 3,5 – 5,5 (AHFS 2002, p. 2537)

• Cahaya Tidak terdekomposisi oleh cahaya (HOPE , p. 154)

Kesimpulan :

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : dekstrosa yang


digunakan adalah dekstrosa monohidrat karena dekstrosa anhidrat bersifat
sangat higroskopis yang pada suhu 25 oC akan berubah 85% menjadi
dekstrosa monohidrat (HOPE , p. 154)

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi/krim/salep) : larutan

Rute pemberian : intravena

Cara sterilisasi sediaan : pemanasan dengan autoklaf (Merck Index, p.794)

Kemasan : botol infus 500 mL, dari kaca tipe I, bening

• ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. • Oven
2. • Autoclave
3. • Beker glas
4. • Timbangan
Bahan :
1. • Glukosa
2. • Aqua Pi
Formula :
R/ D5%, D10%, D15% dan D20%
M.f. infus ad 100 mL
PENYELESAIAN :

Perhitungan tonisitas

Rumus molekul : C6 H12 O6

BM Dekstrose 180

N = 1 ( tidak terionkan )

E = 0,18

KORELASI OSMOLARITAS DAN TONISITAS

Mosmol / L =
Massa dektrose menjadi 50 g/l
EKUIVALENSI

Menemukan langsung bobot zat peng isotonis

Tonisitas dengan equivalensi = m


Dextrose 5 % = 5 % 0,18 % = 0,9 % ( ISOTONIS )
Kesimpulan : ( tidak membutuhkan zat peng isotonis )
PENIMBANGAN BAHAN

Dekstrose 5 g
Karbo adsorben 0,1 / 100
Aqua Pi = 100 ml – ( 5 + 0,1 )
= 95,9
Karena ada proses penyaringan aqua Pi maka pelarut di lebihkan 20%
Jadi aquades nya 114 ml
• CARA KERJA
1. Hitung isotonisitas larutan yang akan dibuat
2. Didihkan aquades dan buat menjadi bebas CO2
3. Larutkan semua bahan kedalam aquadest
4. Cek PH larutan antara 5-7, jika kurang asam tambah HCl 0,1 N sedangkan bila kurang
basa ditambah NaOH 0,1N
5. Tambahkan sisa aquadest
6. Gojog larutan dengan karboabsorben 0,1% diamkan, kemudian saring hingga jernih.
7. Masukkan larutan dalam wadah infus 100 mL, dan ditutup.
8. Disterilkan dalam autoclave 1000C selama 30 menit atau 1200C selam 20 menit.
9. Periksa PH, kebocoran, partikel dan kejernihan, beri etiket.

• PEMBAHASAN
Infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang
berat, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu. Salah satu infus yang sering digunakan adalah infus
dekstrosa dimana infus ini mengandung D-glukosa yang disebut dengan dekstrosa yang
merupakan suatu metabolit yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ketika terjadi
gangguan keseimbangan cairan tubuh atau sering disebut dengan homeostasis, maka tubuh harus
segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).
Dekstrosa digunakan sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada pasien yang
mengalami dehidrasi serta terapi pada pasien hipoglikemi yang membutuhkan konsentrasi
glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosa yang ada sebagai
cadangan gula dalam darah.
Pada percobaan ini sediaan yang dibuat adalah sedian parenteral yang diberikan melalui
intravena yaitu infus dekstrosa 5% volume 100 ml. Saat penimbangan bahan dilakukan
penambahan bahan sejumlah 20% untuk mencegah kekurangan dosis saat melakukan
penyaringan. Pembuatan sediaan ini dilakukan dengan metode sterilisasi akhir dengan metode
panas basah atau autoclave. Wadah yang digunakan adalah botol kaca. Hal ini berdasarkan dari
sifat kaca, yaitu tahan terhadap interaksi kimia dengan zat pengisi dan tidak mengabsorbsi serta
melepas zat – zat kimia; kaca juga merupakan bahan yang tidak mudah bocor dengan penutupan
benar; wadah kaca mudah dalam pencucian saat pengisian karena permukaannya yang halus;
kaku; kuat dan stabil dalam bentuk; tahan terhadap tusukan.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan hasil yang didapat yaitu memiliki pH netral yang
dibuktikan dengan kertas pH sehingga memenuhi persyaratan pH larutan yang dapat diterima
tubuh melalui vena. Setelah dilakukan uji kejernihan ternyata diketahui bahwa tidak terdapat
partikel – partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata sehingga sediaan dapat dikatakan jernih.
Uji kebocoran dilakukan dengan membalik wadah atau botol sediaan, dapat dilihat tidak ada
larutan yang tumpah hal ini menandakan bahwa wadah sediaan tidak mengalami kebocoran.
Pada saat pembuatan sediaan steril, kebersihan dan higienis harus sangat diperhatikan. Mulai
dari tahap penimbangan sampai package (pembungkusan) dan pelabelan, memiliki ruangan yang
berbeda – beda untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Sebelum memulai proses pembuatan
sediaan, pastikan alat – alat yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan
sterilisasi sediaan, dilakukan dengan metode panas basah atau menggunakan autoclave 110°C
selama 30 menit atau 120°C selama 20 menit.
Pembuatan sediaan steril infuse dextrose harus dalam keadaan steril baik itu personal
maupun ruangan, dan juga pengerjaannya dilakukan didalam LAF. Hal ini bertujuan untuk
menjaga sediaan tetap dalam keadaan steril. Sebelum digunakan, LAF dipanaskan terlebih
dahulu dengan sinar UV selama 30 menit dengan panjang gelombang 254 nanometer. Setelah
itu, matikan sinar UV dan bersihkan meja LAF dengan disinfektan, lalu nyalakan lampu kerja.
Laminar air flow bekerja dengan meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat
kerja sehingga tempat kerja bebas dari debu dan spora-spora yang mungkin jatuh ke dalam
media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke
dalam alat melalui filter pertama (pre filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter
yang sangat halus yang disebut HEPA (high efficiency particulate air filter) dengan
menggunakan blower.
I. KESIMPULAN :
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini, antara lain :
a. Berdasarkan uji yang dilakukan disimpulkan bahwa sediaan yang dibuat tergolong baik
dan memenuhi persyaratan.
b. Pada percobaan ini sediaan yang dibuat adalah sedian parenteral yang diberikan melalui
intravena yaitu infus dekstrosa 5% volume 100 ml
c. Pada saat melakukan sterilisasi sediaan, dilakukan dengan metode panas basah atau
menggunakan autoclave 110°C selama 30 menit atau 120°C selama 20 menit.
d. Pembuatan sediaan steril infuse dextrose harus dalam keadaan steril baik itu personal
maupun ruangan, dan juga pengerjaannya dilakukan didalam LAF.
J. DAFTAR PUSTAKA :
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition.
London: Pharmaceutical Press
McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America: American Society
of Health System Pharmcists.
Reynolds, J. E. F. Martindale: The Extra Pharmacopea Twenty Eight Edition Book 1.
London: Pharmaceutical Press (PhP).
UK Health Department. 2009. British National Formulary. Great Britain: BMJ Publishing
Group and RPS Publishing.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai