Anda di halaman 1dari 5

LAXATIVA

Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu mengatasi
sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Dalam operasi pembedahan, obat
ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. Laksatif
merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit.
Biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai
efek samping.

Obat pencahar adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi sembelit atau konstipasi.
Obat ini juga digunakan sebelum tindakan medis, seperti operasi usus atau kolonoskopi, untuk
membersihkan kotoran atau tinja di dalam usus.

Sembelit atau konstipasi merupakan kondisi sulit buang air besar (BAB). Bisa frekuensinya yang tidak
teratur, merasa tidak tuntas, atau malah tidak bisa BAB sama sekali. Seseorang dapat dikatakan
mengalami sembelit bila frekuensi BAB-nya kurang dari tiga kali per minggu. Keluhan ini dapat disertai
dengan perut kembung, tekstur tinja keras, dan jumlahnya sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya:

Pola makan yang kurang serat, atau minimnya konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran

Jarang berolahraga

Asupan cairan yang kurang

Obat-obatan, misalnya antidepresan, codeine, atau zat besi

Bagi penderita sembelit yang tidak kunjung membaik, penggunaan obat pencahar atau laksatif dapat
menjadi pilihan penanganan. Pemakaian obat pencahar wajib mengikuti anjuran dari dokter, karena
tidak semua obat pencahar aman untuk digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penggunaan obat
pencahar yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya fungsi saluran pencernaan dan
ketergantungan obat.

Menurut cara kerjanya, obat pencahar dapat dibedakan menjadi:

Obat pencahar yang melunakkan tinja. Jenis obat pencahar ini bekerja dengan cara memudahkan air di
dalam saluran pencernaan untuk terserap ke tinja, sehingga melunakkan tekstur tinja.

Obat pencahar untuk menstimulasi kerja usus. Obat pencahar jenis ini bekerja dengan cara
merangsang saraf di usus, sehingga mempercepat gerakan usus untuk membuang tinja.

Efek Samping Obat Pencahar

Seperti obat-obat lain, obat pencahar juga berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang
ditimbulkan obat pencahar, bergantung pada jenis obat pencahar yang dikonsumsi. Namun, efek
samping yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat pencahar berupa:

Perut kembung

Sering buang gas atau kentut


Nyeri atau kram perut

Merasa tidak enak badan

Dehidrasi yang dapat mengakibatkan sakit kepala dan warna urine lebih gelap dari biasanya.

Sekarang, kita juga perlu tahu bahwa berdasarkan mekanisme kerjanya, ada beragam jenis laksatif
sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

1. Obat Pencahar Tipe Bulk-forming (Serat)


Laksatif tipe ini memiliki cara kerja yang sama dengan serat makanan alami, yaitu dengan meningkatkan
serapan cairan pada feses, sehingga feses menjadi lebih lembek, mengembang, dan mudah dikeluarkan ,
Beberapa contoh obat laksatif ini antara lain Benefiber, Mecamucil, Fibercon, Fiber-Lax dan Equilactin.

Apa efek sampingnya?

Beberapa efek samping yang dialami penggunanya seperti kram perut, kembung dan gas berlebih. Hal
ini sama halnya jika kita mengonsumsi cukup banyak serat dari makanan, jadi kondisi ini tidak perlu
dikhawatirkan. Namun, disarankan untuk memperbanyak asupan air untuk mengurangi beberapa efek
tadi.

 2. Obat Pencahar Tipe Lubrikan


Sesuai dengan namanya, pencahar ini berfungsi untuk melumasi atau melicinkan. Kandungan minyak
dalam obat ini dapat melapisi dinding usus sehingga mencegah kotoran mengeras dan memperlancar
pergerakannya. Meskipun laksatif jenis ini sangat efektif mengatasi sembelit, namun penggunaannya
sebaiknya hanya untuk jangka pendek.

3. Obat Pencahar Tipe Pelunak Feses (Stool Softener)


Stool softener dikenal juga sebagai emollient laxative. Cara kerjanya dengan membasahi dan
melembutkan feses berkat kandungan bahan aktif berupa dokusat atau surfaktan. Berbeda dengan tipe
pencahar lainnya, tipe pelunak feses ini perlu waktu lebih lama dalam menjalankan fungsinya, sekitar
seminggu atau lebih.

Obat ini biasanya direkomendasikan untuk mereka yang baru menjalani operasi, wanita yang baru
melahirkan atau penderita wasir.

4. Obat Pencahar Tipe Osmotik (hiperosmolar)

Obat pencahar tipe ini bekerja dengan meningkatkan kadar air dalam usus dan jaringan di sekitarnya.
Lebih banyak air pada usus berarti membuat tinja lebih lunak dan mudah untuk dibuang.

Beberapa pencahar jenis ini seperti Miralax, Paralax, MOM (milk of magnesia) dan Kristalose merupakan
obat dengan zat aktif penghidrogenasi yang dapat menarik cairan ke usus.

Sangat penting untuk minum banyak air saat menggunakan laksatif tipe osmotik ini, tidak hanya agar
lebih efektif namun juga untuk mengurangi kemungkinan kram perut dan munculnya gas berlebih.

5. Obat Pencahar Tipe Stimulan


Laksatif tipe ini akan merangsang saraf yang mengendalikan otot-otot yang melapisi saluran
pencernaan. Dengan begitu akan mempercepat pergerakan tinja di usus halus dan usus besar. Obat jenis
ini juga dapat meningkatkan penyerapan cairan pada tinja. Beberapa merek yang umum digunakan
diantaranya, Dulcolax, Correctol, Ex-lax dan Senokot.

6. Obat Pencahar Tipe Guanilat Cyckase-C Agonist

Jenis pencahar satu ini akan mengubah bentuk tinja dan meningkatkan jumlah air pada rongga saluran
usus serta meningkatkan gerakan gastrointestinal. Salah satu obat pencahar jenis ini adalah Plecanatide
(Tulance) yang merupakan obat resep untuk penderita konstipasi idiopatik kronis.

Meskipun dinilai efektif dalam meningkatkan BAB menjadi lebih rutin, namun beresiko menyebabkan
diare dan pada anak-anak dapat menyebabkan dehidrasi berat

Berikut data farmakologi , Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Obat


Pencahar
1. Obat pencahar untuk melunakkan tinja
Docusate
Docusate adalah obat pencahar, yang digunakan untuk mengatasi sembelit atau susah buang air besar.
Sembelit terjadi ketika feses (tinja) menjadi keras dan kering, sehingga sulit dikeluarkan. Docusate
bekerja dengan cara meningkatkan penyerapan lemak dan air pada tinja, agar tinja menjadi lunak dan
mudah dikeluarkan

Merek dagang: Laxatab, Neolaxa , bufiron


Bentuk obat: tablet
Tentang Docusate
Golongan Obat pencahar

Kategori Obat bebas

Indikasi Mengatasi sembelit

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak berusia 2 tahun ke atas

Kategori kehamilan Kategori C: studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya


dan menyusui efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Belum diketahui apakah docusate terserap ke dalam ASI atau
tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat
ini tanpa memberi tahu dokter.

Bentuk obat Tablet

PASOLOGI
Dosis Docusate

Bentuk
Kondisi Usia Dosis
Obat

Dewasa dan 50-300 mg, sekali sehari atau dibagi


anak-anak menjadi beberapa kali konsumsi.
usia  >12
tahun  
Konstipasi Tablet

Anak-anak
50-150 mg, sekali sehari atau dibagi
usia 2-12
menjadi beberapa kali konsumsi.
tahun

Interaksi obat
Berikut ini adalah risiko yang dapat terjadi bila docusate digunakan bersama dengan obat lain:

Docusate dapat meningkatkan penyerapan obat lain ke saluran pencernaan, serta berpotensi
meningkatkan efek kerja maupun bahaya dari obat tersebut.

Penggunaan docusate bersamaan dengan aspirin dapat meningkatkan efek samping pada lambung.

Efek Samping Docusate


Sejumlah efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan docusate adalah:

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Iritasi tenggorokan

Kram perut

Obstruksi usus.

Note : TIDAK ADA KONTRAINDIKASI

2. Obat pencahar untuk menstimulasi kerja usus


Bisacodyl
Merek dagang :  Bisacodyl: Bicolax, Bisacodyl, Custodiol, Dulcolax, Laxacod, Laxana, Laxamex,
Prolaxan, Stolax

Bentuk obat: tablet

Pembersihan isi usus (bowel evacuation) sebelum tindakan medis


Dewasa: dosis awal 10-20 mg, yang dikonsumsi malam hari sebelum prosedur. Dosis lanjutan pemberian
supositoria 10 mg pada esok pagi.

Konstipasi/ PASOLOGI
Anak usia >10 tahun hingga dewasa: 5-10 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur malam. Dosis maksimal 20
mg, jika diperlukan.

Bentuk obat: supositoria

Konstipasi
Anak usia >10 tahun hingga dewasa: 10 mg yang diberikan pada pagi hari.

Indikasi dari pemberian bisacodyl adalah untuk pasien dengan konstipasi dan pengosongan isi kolon
sebelum dilakukan tindakan.

Pada konstipasi, bisacodyl dapat diberikan per oral atau rektal

Kontraindikasi pemberian bisacodyl adalah apabila pasien memiliki hipersensitivitas terhadap


bisacodyl maupun komponen sediaan lainnya.

Efek samping pada bisacodyl umumnya berupa efek iritasi saluran cerna. Efek mengancam
nyawa dapat timbul bila dikonsumsi berkepanjangan atau dengan dosis berlebih. Bisacodyl juga
tidak dianjurkan untuk digunakan bersamaan dengan antasida, produk susu, diuretik, atau
kortikosteroid sistemik.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah iritasi saluran pencernaan seperti diare, iritasi
lokal rektum, mual, nyeri abdomen, kram abdomen, dan hematochezia.

Anda mungkin juga menyukai