Methycobal merupakan obat produksi PT. Interbat yang berisi Mecobalamin atau
Methycobalamin yang tergolong obat neurotropik. Obat ini adalah bentuk aktif Vitamin
B12 yang dapat mencapai otak, berperan dalam perbaikan kerusakan sel saraf dan
meningkatkan pembentuk sel saraf baru. Methycobal diindikasikan untuk penderita
kekurangan vitamin B12, neuropati perifer (gangguan saraf tepi dengan gejala
kesemutan atau keram), dan anemia pernisiosa (penurunan kadar sel darah
merah akibat gangguan penyerapan vitamin B12). Pada penderita anemia, obat ini bisa
meningkatkan pembentukan sel darah merah dengan membantu pematangan dan
proses pembelahan sel darah merah. Obat ini aman dikonsumsi oleh ibu hamil dan
menyusui. Methycobal dikontraindikasikan pada penderita alergi komponen obat
Methycobal. Penggunaan pada penderita penyakit jantung, paru paru, dan darah tinggi
harus berhati hati.
EFEK SAMPING
Efek samping dari konsumsi obat ini di antaranya: ruam kulit, mual, muntah, penurunan
nafsu makan, dandiare. Beberapa jenis obat dapat menurunkan penyerapan Methycobal
jika diminum bersamaan, yaitu obat anti diabetes (metformin), anti kejang, anti
histamin (ranitidin, simetidin), antibiotik golongan aminoglikosida, kolkiksin, dan
alkohol. Selain itu, tidak disarankan mengkonsumsi obat ini bersamaan dengan antibiotik
kloramfenikol.
DOSIS
Methycobal terdapat dalam bentuk tablet 500 mg dan obat suntik. Obat tablet digunakan
untuk neuropati perifer, sedangkan obat suntik dapat digunakan untuk neuropati perifer
dan anemia pernisiosa. Obat suntik dapat diberikan melalui otot (intramuskular) atau ke
pembuluh darah (intravena). Dosis obat tablet bagi dewasa adalah 3 x 1 tablet; dosis
dapat bervariasi tergantung gejala penderita. Dosis obat suntik untuk neuropati perifer
adalah 500 mcg per hari, diberikan 3 kali seminggu. Untuk anemia pernisiosa, obat
suntik diberikan 500 mcg per hari sebanyak 3 kali seminggu dan setelah 2 bulan dosis
diturunkan menjadi suntikan tunggal 500 mcg setiap 1 3 bulan. Methycobal tidak
berbahaya dan dapat ditoleransi oleh tubuh dengan baik sehingga tidak diperlukan
pengobatan khusus jika terjadi overdosis.
EFEK SAMPING
Semua obat pencahar termasuk dulcolax tidak dianjurkan digunakan setiap hari atau
dalam jangka waktu panjang. Akan lebih baik berkonsultasi dengan dokter, menemukan
penyebab konstipasi, dan menyembuhkannya.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Timbul dehidrasi dengan gejala sering haus dan air urin yang sedikit. Efek samping lain
berupa BAB darah, pusing, pingsan, serta iritasi pada anus (untuk dulcolax rektal).
DOSIS
Dulcolax tersedia dalam bentuk tablet dan juga supositoria (rektal atau dimasukan ke
anus). Dosis dulcolax ditentukanm oleh dokter dan tergantung pada keadaan pasien,
sehingga penggunaan pada setiap orang akan berbeda.
Dosis yang dianjurkan yaitu 1-2 tablet sehari untuk dewasa dan anak diatas 10 tahun.
Untuk anak usia 6-10 tahun disarankan 1 tablet sehari. Tablet diminum pada malam
sebelum tidur, disertai air putih yang banyak, dan tidak dibarengi dengan susu atau
obat-obat maag.
Untuk dulcolax supositoria (berbentuk seperti peluru), dewasa dan anak diatas 10 tahun
dosis 1 supositoria (10 mg). sementara anak usia 6-10 tahun menggunakan 1 supositoria
(5 mg). Obat harus dimasukan seluruhnya ke dalam anus.
EFEK SAMPING
Efek samping yang umum terjadi adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya
perdarahan spontan dan rasa tidak enak pada lambung. Efek samping lain yang mungkin
terjadi seperti sesak napas, serangan asma, perdarahan menstruasi yang lebih banyak,
perdarahan saluran cerna, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan fungsi hati, biduran,
sindrom Steven-Johnsons, gangguan fungsi ginjal dan keracunan salisilat.
DOSIS
Terdapat beberapa sediaan tablet dari aspirin yaitu 81 mg, 325 mg, sampai 500 mg.
Dosis dewasa :
Nyeri dan demam
: 325 600 mg tiap 4 6 jam per hari.
Penyakit jantung koroner :
Akut
: 160 325 mg saat serangan.
Dosis Pemeliharaan : 81 mg per hari.
Stroke
: 50 325 mg / hari dalam waktu 48 jam pertama sejak
serangan stroke,
hari.
Radang tulang dan sendi (osteoarthritis) : sampai 3 gram / hari dengan dosis
terbagi.
Terdapat penyesuaian dosis pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu.
Pada pasien dengan fungsi hati terganggu, obat ini tidak direkomendasikan.
Dosis anak :
Nyeri dan demam :
EFEK SAMPING
Efek samping yang biasa ditemui pada pasien yang mengkonsumsi obat ini adalah yang
berkaitan dengan sistem pencernaan dan jantung. Mual dan berkurangnya nafsu makan
sampai disertai dengan diarea biasanya dialami sebagian besar pasien. Selain itu,
perasaan tidak nyaman pada daerah jantung, hiperkalemia, kemerahan pada kulit juga
dapat dialami.
DOSIS
Sediaan dari Aspar-K adalah dalam bentuk tablet 300 mg yang mengandung ion kalium
1,8 mEq per tablet. Dosis obat ini disesuaikan dengan keadaan dan kadar kalium dalam
darah. Akan tetapi, biasanya dapat diberikan 1 sampai 3 tablet dalam sehari.
EFEK SAMPING
Efek samping dari penggunaan Betaserc kebanyakan tidak bersifat serius / mengancam
nyawa. Gejala yang seringkali ditemui adalah rasa tidak nyaman pada lambung. Selain
itu, sakit kepala, sulit tidur, mual dandiare dapat juga ditemui. Selain itu, pasien juga
dapat mengalami gejala gejala alergi jika pasien alergi terhadap komponen dari
Betaserc. Gejala alergi ini melipu kemerahan pada tubuh, gatal, sampai bengkakpada
wajah, lidah, dan bibir.
DOSIS
Terdapat 2 macam sediaan Betaserc yaitu tablet 8 mg dan tablet 24 mg. Awal
pengobatan dapat dimulai dengan dosis 8 16 mg, tiga kali sehari, diminum bersamaan
dengan makanan. Dosis pemeliharaan biasanya dalam rentang 24 48 mg per hari.
Dosis per hari sebaiknya tidak melebihi 48 mg. Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan
respon pasien. Perbaikan gejala biasanya dapat ditemukan setelah beberapa minggu
pengobatan. Biasanya efek maksimal didapat dalam rentang waktu 3 8 minggu dan
dengan dosis harian antara 32 36 mg. Dosis yang berlebih menurut penelitian, tidak
menunjukkan hasil yang lebih baik.
EFEK SAMPING
Efek samping umumnya ringan dan bersifat sementara seperti : mual, diare, sakit kepala,
nyeri perut, sering buang angin.
DOSIS
Sediaan terdapat dalam bentuk tablet 20 mg. Untuk pengobatan ulkus dan esofagitis
dosis yang biasa digunakan adalah 20 mg, sekali dalam sehari, diberikan dalam waktu 4
8 minggu. Pada keadaan tertentu, peningkatan dosis dapat dilakukan sampai 40 mg /
hari. Pada kasus sindrom Zollinger-Ellison, Omeprazole dapat diberikan dengan dosis
awal 60 mg sehari satu kali dan dosis dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan. Lama
pengobatan adalah selama dibutuhkan. Bila dosis men
EFEK SAMPING
Disamping efeknya sebagai anti-nyeri, konsumsi Tramadol dapat menyebabkan gejala
gejala sampingan seperti pusing, mual, konstipasi, berkeringan, dan gatal gatal seperti
pada penggunaan obat golongan opioid lainnya. Akantetapi, tidak seperti morfin,
tramadol tidak menyebabkan pelepasan histamin. Selain itu, pada dosis yang sesuai,
konsumsi Tramadol tidak akan memberikan efek pada frekuensi denyut jantung dan
fungsi jantung kiri.
Efek samping lain yang mungkin dirasakan adalah sulit tidur, tekanan darah rendah,
kejang, halusinasi, sampai yang terberat adalah depresi napas.
DOSIS
Terdapat sediaan oral, suppositoria, dan juga suntikan. Untuk dosis oral, 50 100 mg tiap
4 sampai 6 jam dapat diberikan untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat dengan
dosis maksimal hariannya adalah 400 mg. Untuk sediaan suntikan, dosis yang sama
seperti sediaan oral juga dapat diberikan untuk mencapai efek yang sama.
Untuk mengatasi nyeri setelah operasi, dosis awal 100 mg kemudian dilanjutkan 50 mg
tiap 10 sampai 20 menit jika dibutuhkan (sampai 250 mg untuk 1 jam pertama). Dosis
pemeliharaannya adalah 50 100 mg tiap 4 sampai 6 jam dengan dosis maksimal adalah
600 mg per hari. Untuk sediaan suppositoria / lewat anus, 100 mg supp diberikan sampai
4 kali sehari.
EFEK SAMPING
Efek samping mengantuk memang tidak signifikan pada pemberian Loratadine.
Akantetapi, gejala seperti kelelahan, sakit kepala, mulut kering, mual, gastritis sampai
gejala gejala alergi terhadap komponen obat merupakan efek samping yang juga dapat
dirasakan. Pada kasus jarang, gangguan fungsi hati, kelainan irama jantung juga dapat
terjadi.
DOSIS
Sediaan dari Loratadine adalah tablet 10 mg dan sirup. Dosis untuk orang dewasa dan
anak diatas 12 tahun adalah 10 mg per hari, sebaiknya sebelum makan. Sirup
diperuntukkan untuk anak anak antara umur 2 12 tahun. Pada anak dengan berat
badan diatas 30 kg, pemberian 2 sendok teh (10 mg) merupakan dosis yang tepat,
sedangkan anak dengan berat badan dibawah 30 kg, dosis 5 mg (1 sendok teh) dapat
diberikan.
EFEK SAMPING
Efek samping yang terjadi biasanya berhubungan dengan dosis doksisiklin yang tinggi.
Saluran pencernaan merupakan organ yang paling sering terkena efek ini. Mual,
muntah, diare, radang pada lidah, sulit menelan, radang pada usus dengan pertumbuhan
jamur pada usus merupakan beberapa efek samping yang dapat ditemui. Kelainan pada
kulit seperti kemerahan, gatal juga ditemui pada pasien yang ternyata memiliki alergi
terhadap komponen doksisiklin. Pada kasus jarang, kelainan darah seperti
trombositopenia, anemia hemolitik, eosinofilia juga dapat ditemui sebagai efek dari
konsumsi doksisiklin.
DOSIS
Dosis awal pada orang dewasa biasanya 200 mg pada hari pertama pemberian yang
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 100 mg / hari. Dosis ini dapat diberikan dalam
sekali pemberian sehari / dosis tunggal atau dosis terbagi (setiap 12 jam). Pengobatan
juga harus diteruskan sampai minimal 1 2 hari setelah gejala dan demam menghilang.
Pada infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus, pengobatan harus dilanjutkan minimal
10 hari.
Dosis doksisiklin untuk anak dibawah 50 kg (dengan usia diatas 12 tahun) adalah 4
mg/kg pada hari pertama dan 2 mg/kg untuk hari selanjutnya.
EFEK SAMPING
Efek samping yang mungkin terjadi adalah reaksi hipersensitivitas, demam, kemerahan
pada tubuh, mimpi buruk, bengkak pada wajah dan mata, anemia, penurunan jumlah sel
darah putih maupun trombosit yang disebabkan karena supresi pada sumsum tulang,
mual, muntah, diare, kesemutan, gangguan penglihatan. Penggunaan dosis tinggi pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan grey baby syndrome dimana keadaannya memburuk
dengan cepat.
Penggunaan kloramfenikol membutuhkan adanya pemeriksaan darah secara berkala
untuk mendeteksi timbulnya efek samping serius penghambatan pembentukan sel
darah. Penggunaan kloramfenikol sekarang sudah banyak ditinggalkan kecuali tidak
dapat digunakan obat jenis lain.
Penggunaan kloramfenikol harus berhati hati pada penderita gangguan fungsi hati
berat dikarenakan obat ini diproses di hati dan dapat masuk hingga ke cairan
otak, plasenta dan ke janin. Penggunaan pada pasiengagal ginjal dan kerusakan hati
berat dapat menyebabkan obat ini tersedia dalam darah dengan dosis tinggi dan
meningkatkan resiko toksisitasnya.
DOSIS
Secara umum dosis kloramfenikol pada dewasa adalah 50 mg/kg hari dibagi pemberian
tiap 6 jam. Dapat diberikan dosis tinggi hingga 10 mg/kg/hari. Pada anak anak, dapat
diberikan dosis seperti dewasa namun pada anak yang kecil dapat diberikan dengan
dosis 25 mg/kg/hari dibagi 4 kali pemberian.
EFEK SAMPING
Efek samping yang dapat terjadi akibat mengonsumsi Na diklofenak antara lain: mual,
dada terasa panas,perut kembung, konstipasi, diare, nyeri kepala, mengantuk,
dan pusing. Terdapat beberapa efek samping lain yang meskipun jarang terjadi, namun
serius, seperti: reaksi alergi yang ditandai dengan kemerahan di kulit, gatal,
pembengkakan di wajah, lidah, atau tenggorokan, pusing berat, dan gangguan
pernapasan; pembengkakan di tangan dan kaki; kenaikan berat tubuh yang tiba-tiba;
gangguan pendengaran; perubahan mood; nyeri menelan; dan kelelahan yang tidak
biasanya. Jika terdapat gejala-gejala serius seperti yang dijelaskan di atas, maka harus
segera menghubungi dokter.
DOSIS
Dosis yang diberikan sesuai dengan kondisi kesehatan, respon terhadap pengobatan, dan
obat-obatan lainnya yang sedang diminum. Terdapat 3 jenis sediaan table Na diklofenak
yang beredar di pasaran, yaitu 25 mg, 50 mg, dan 75 mg.
Untuk artritis reumatoid dosis yang digunakan adalah 50 mg 34 kali sehari atau
75 mg 2 kali sehari;
Untuk osteoartritis adalah 50 mg 23 kali sehari atau 75 mg 2 kali sehari;
Untuk spondilitis ankilosa dosis yang digunakan adalah 25 mg 4 kali sehari dan
dapat ditambah 25 mg lagi sesaat sebelum tidur.
Na diklofenak baik dikonsumsi segera setelah makan untuk meminimalisir efek samping
di saluran pencernaan.
EFEK SAMPING
F.G. Troches adalah obat yang relatif aman dan jarang menyebabkan efek samping yang
serius. Efek samping umumnya berupa kemerahan pada rongga mulut, kehitaman
pada lidah, penurunan nafsu makan, mual, atau gangguan saluran cerna. Pada orang
lanjut usia dan malnutrisi, dapat menyebabkan gejala kekurangan vitamin B seperti
radang lidah, sariawan, dan radang sel saraf. Konsumsi dosis tinggi dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf, sel pendengaran, dan atau sel ginjal.
DOSIS
F.G. Troches berupa tablet yang mudah larut pada saluran lendir. Penggunaan obat ini
adalah dengan cara dihisap atau diletakkan di bawah lidah. Dosis anak adalah 1 tabelt
dan dosis orang dewasa adalah 1 2 tablet. Dosis tersebut dapat dikonsumsi 4 5 kali
per hari. Penggunaan obat ini disarankan tidak melebihi 7 hari.
EFEK SAMPING
Seperti kebanyakan obat lain, cefadroxil dapat menimbulkan efek samping dalam
penggunaannya. Namun demikian, efek samping ini tidak selalu muncul pada semua
orang yang menggunakan cefadroxil. Cefadroxil adalah obat yang dikonsumsi melalui
mulut, maka efek samping banyak terjadi pada saluran pencernaan. Beberapa efek
samping yang mungkin terjadi, yaitu diare, nyeri perut, mual, muntah, bintik-bintik
kemerahan pada kulit, dan reaksi alergi dari yang ringan (gatal dan urtika) hingga berat,
(seperti Stevens-Johnson Syndrome dan anafilaksis.
DOSIS
Obat cefadroxil memiliki penyerapan yang baik di dalam usus. Salah satu keunggulan
lainnya, adalah bekerja dalam waktu panjang sehingga Anda tidak perlu sering-sering
meminum obat. Cefadroxil bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel dari
kuman atau bakteri.
Cefadroxil tersedia dalam sediaan 500 mg. dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa
sehat, yaitu 2 x 500 mg per harinya. Sementara dosis anak-anak disesuaikan dengan
berat badannya. Untuk pasien khusus seperti gagal ginjal, maka dosis cefadroxil harus
disesuaikan dan dikurangi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ceproxin adalah nama dagang atau merek obat paten dari ciprofloxacin. Ciprofloxacin
adalah antibiotik golongan flurokuinolon. Antibiotik ini lebih poten atau lebih kuat dari
atibiotik amoksilin yang sangat popular di Indonesia. Ceproxin tersedia dalam kemasan
250 mg dan 500 mg.
Ceproxin 250 mg diberikan untuk kondisi berikut:
Radang tenggorokan;
Infeksi saluran kemih;
Diare akibat infeksi bakteri;
Radang paru-paru;
Infeksi kulit;
Sinusitis.
Ceproxin tidak boleh diberikan pada kondisi alergi terhadap ciprofloxacin. Ceproxin dapat
meningkatkan risiko radang tendon (jaringan yang menghubungkan antartulang).
Pemberian ceproxin juga perlu dibawah pengawasan dokter pada wanita hamil dan pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
EFEK SAMPING
Ceproxin termasuk obat yang relatif aman. Efek samping yang biasa dikeluhkan saat
mengonsumsi ceproxin adalah berdebar-debar. Efek samping lain yang pernah dilaporkan
antara lain:
1.
Mual, muntah;
2.
Nyeri perut;
3.
Diare;
4.
Gangguan fungsi hati;
5.
Gangguan fungsi ginjal;
6.
Sakit kepala;
7.
Kemerahan pada kulit;
8.
Alergi;
9.
Nyeri dada;
10.
Nyeri pinggang;
11.
Sulit tidur;
12.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah, dan sebagainya.
DOSIS
Ceproxin tersedia dalam kemasan tablet. Satu tablet ceproxin ada yang mengandung
dosis ciprofloxaxin 250 mg dan 500 mg. Untuk radang tenggorokan, infeksi saluran
kencing, dan lain-lain, dosis ceproxin untuk dewasa ialah dua kali 500 mg atau 4 tablet
ceproxin 250 mg. Dosis untuk anak usia lebih dari 1 tahun ialah 6-10 mg/kg berat badan
diberikan tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia di atas 1 tahun ialah 10-20 mg/kg berat
badan diberikan dua kali sehari. Bila pasien memiliki gagal ginjal maka dosis dikurangi
sesuai dengan tingkat gangguan ginjal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ceproxin adalah nama dagang atau merek obat paten dari ciprofloxacin. Ciprofloxacin
adalah antibiotik golongan flurokuinolon. Antibiotik ini lebih poten atau lebih kuat dari
atibiotik amoksilin yang sangat popular di Indonesia. Ceproxin tersedia dalam kemasan
250 mg dan 500 mg.
Ceproxin 250 mg diberikan untuk kondisi berikut:
Radang tenggorokan;
Infeksi saluran kemih;
Diare akibat infeksi bakteri;
Radang paru-paru;
Infeksi kulit;
Sinusitis.
Ceproxin tidak boleh diberikan pada kondisi alergi terhadap ciprofloxacin. Ceproxin dapat
meningkatkan risiko radang tendon (jaringan yang menghubungkan antartulang).
Pemberian ceproxin juga perlu dibawah pengawasan dokter pada wanita hamil dan pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
EFEK SAMPING
Ceproxin termasuk obat yang relatif aman. Efek samping yang biasa dikeluhkan saat
mengonsumsi ceproxin adalah berdebar-debar. Efek samping lain yang pernah dilaporkan
antara lain:
1.
Mual, muntah;
2.
Nyeri perut;
3.
Diare;
4.
Gangguan fungsi hati;
5.
Gangguan fungsi ginjal;
6.
Sakit kepala;
7.
Kemerahan pada kulit;
8.
Alergi;
9.
Nyeri dada;
10.
Nyeri pinggang;
11.
Sulit tidur;
12.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah, dan sebagainya.
DOSIS
Ceproxin tersedia dalam kemasan tablet. Satu tablet ceproxin ada yang mengandung
dosis ciprofloxaxin 250 mg dan 500 mg. Untuk radang tenggorokan, infeksi saluran
kencing, dan lain-lain, dosis ceproxin untuk dewasa ialah dua kali 500 mg atau 4 tablet
ceproxin 250 mg. Dosis untuk anak usia lebih dari 1 tahun ialah 6-10 mg/kg berat badan
diberikan tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia di atas 1 tahun ialah 10-20 mg/kg berat
badan diberikan dua kali sehari. Bila pasien memiliki gagal ginjal maka dosis dikurangi
sesuai dengan tingkat gangguan ginjal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ceproxin adalah nama dagang atau merek obat paten dari ciprofloxacin. Ciprofloxacin
adalah antibiotik golongan flurokuinolon. Antibiotik ini lebih poten atau lebih kuat dari
atibiotik amoksilin yang sangat popular di Indonesia. Ceproxin tersedia dalam kemasan
250 mg dan 500 mg.
Ceproxin 250 mg diberikan untuk kondisi berikut:
Radang tenggorokan;
Infeksi saluran kemih;
Diare akibat infeksi bakteri;
Radang paru-paru;
Infeksi kulit;
Sinusitis.
Ceproxin tidak boleh diberikan pada kondisi alergi terhadap ciprofloxacin. Ceproxin dapat
meningkatkan risiko radang tendon (jaringan yang menghubungkan antartulang).
Pemberian ceproxin juga perlu dibawah pengawasan dokter pada wanita hamil dan pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
EFEK SAMPING
Ceproxin termasuk obat yang relatif aman. Efek samping yang biasa dikeluhkan saat
mengonsumsi ceproxin adalah berdebar-debar. Efek samping lain yang pernah dilaporkan
antara lain:
1.
Mual, muntah;
2.
Nyeri perut;
3.
Diare;
4.
Gangguan fungsi hati;
5.
Gangguan fungsi ginjal;
6.
Sakit kepala;
7.
Kemerahan pada kulit;
8.
Alergi;
9.
Nyeri dada;
10.
Nyeri pinggang;
11.
Sulit tidur;
12.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah, dan sebagainya.
DOSIS
Ceproxin tersedia dalam kemasan tablet. Satu tablet ceproxin ada yang mengandung
dosis ciprofloxaxin 250 mg dan 500 mg. Untuk radang tenggorokan, infeksi saluran
kencing, dan lain-lain, dosis ceproxin untuk dewasa ialah dua kali 500 mg atau 4 tablet
ceproxin 250 mg. Dosis untuk anak usia lebih dari 1 tahun ialah 6-10 mg/kg berat badan
diberikan tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia di atas 1 tahun ialah 10-20 mg/kg berat
badan diberikan dua kali sehari. Bila pasien memiliki gagal ginjal maka dosis dikurangi
sesuai dengan tingkat gangguan ginjal.
Ceproxin sebenarnya bukan merupakan pilihan antibiotik utama pada anak-anak
mengingat potensinya yang terbilang kuat dibandingkan antibiotik lainnya. Hal yang juga
penting diingat ialah bahwa ceproxin yang diresepkan harus dihabiskan untuk mencegah
kekebalan kuman terhadap pengobatan.
EFEK SAMPING
Efek samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat, tergantung pada reaksi
tubuh masing masing orang terhadap obat ini. Efek samping asam mefenamat yang
umum ditemui berupa nyeri perut, nyeri telinga, nyeri saat buang air kecil, telinga
berdenging,s pusing, diare, mual, sulit tidur, penurunan nafsu makan, dan kelelahan.
Efek samping lain yang lebih berat berupa gangguan fungsi ginjal, gangguan napas,
gangguan penglihatan, gangguan darah, kejang, penurunan kesadaran, dan depresi.
Namun, pada sebagian besar orang asam mefenamat tidak menimbulkan efek samping
yang bermakna. Asam mefenamat tidak menimbulkan efek ketergantungan namun dapat
menyebakan alergi pada beberapa orang. Reaksi alergi berupa gatal, bintik bintik
kulit, bengkak pada bibir atau mata, sampai pingsan.
DOSIS
Dosis awal diberikan 500 mg, kemudian dilanjutkan 4 x 250 mg. Asam mefenamat tidak
boleh diminum lebih dari 2500 mg per hari. Pemberian asam mefenamat disarankan
tidak melebihi 7 hari. Efek anti nyeri timbul cepat beberapa jam setelah dikonsumsi,
namun efek anti-peradangan timbul setelah beberapa dosis. Asam mefenamat diminum
setelah makan karena dapat mengiritasi lambung. Jangan mengkonsumsi alkohol
bersamaan dengan asam mefenamat karena dapat menyebabkan perdarahan saluran
cerna. Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan asam mefenamat sehingga
penggunaannya harus dikonsultasikan dengan dokter, antara lain obat pengencer darah,
anti-depresi, anti-hipertensi, kemoterapi, NSAID jenis lain, dan obat obatan jantung.
Citicoline adalahpsychostimulant. Citicoline ini merupakan zat kimia di otak yang terjadi secara
alamiah dalam tubuh. Untuk sebagian orang, suplemen citicoline ini digunakan sebagai obat.
Indikasi:
Untuk meningkatkan zat kimia oatak yang disebutphosphatidylcholine. Zat kimia ini penting untuk
fungsi otak. Citicoline juga bisa mengurangi kerusakan jaringan otak ketika otak terluka.
Dosis:
1. 200-600 mg/hari melalui mulut (per oral), dibagi menjadi 2-3 kali sehari, atau
2. 250-500 mg/hari melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra venous),
hingga 1 gr/hari
Efek Samping:
Stimulasi parasimpatetik, hipotensi
Instruksi Khusus:
Berkontraindikasi pada pasien dengan parasimpatetik hipertonia.(ir/ir)
Cymevene
Komposisi:
Ganciclovir
Indikasi:
Dosis:
Infeksi cytomegalovirus awal (induksi) : 5 mg/kg berat badan infus perlahan selama 1
jam per 12 jam, (10 mg/kg berat badan per hari), lama pengobatan 14 - 21 hari.
Pemeliharaan (terapi jangka panjang) : untuk penderitaan immunocompromised
dengan bahaya kambuh dari cytomegalovirus retinitis : 6 mg/kg berat badan 1 kali
sehari (intra vena) selama 5 hari per minggu atau 5 mg/kg berat badan 1 kali sehari
selama 7 hari per minggu. pencegahan infeksi cytomegalovirus induksi : intra vena : 5
mg/kg berat badan per 12 jam (intra vena) (10 mg/kg berat badan per hari) selama 7 14 hari. pemeliharaan 6 mg/kg berat badan per hari (intra vena) selama 5 hari per
minggu atau 5 mg/kg berat badan per hari selama 7 hari per minggu. penderita
insufisiensi ginjal kreatini serum < 124 micromole atau liter 5 mg/kg berat badan per 12
jam, 125 - 225 micromole atau liter 2.5 mg/kg berat badan per 12 jam, 226 - 398
micromole atau liter 2.5 mg/kg berat badan per 24 jam, 398 micromole atau liter 1.25
mg/kg berat badan per 24 jam. penderita yang mengalami dialisis : 1.25 mg/kg berat
badan per 24 jam. pada hari menjalani dialisis, dosis diberikan segera setelah dialisis
Kontra Indikasi:
Hamil dan laktasi. Pasien dengan nilai neutrofil < 500 sel atau microlitre
Perhatian:
Penderitaan dengan riwayat sitopenia. Terapi harus disertai cukup hidrasi. Dosis
disesuaikan untuk pasien dengan gangguan ginjal. Laruutan yang telah di rekonstitusi
mempunyai pH tinggi (9 - 11). Hindari mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin
Efek Samping:
Interaksi Obat:
Kemasan:
Vial 500 mg x 1 x 1
TENTANG MANITOL
LATAR BELAKANG
Obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan
reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama air, yang mengangkut
secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan osmotik
dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena natrium lebih banyak dalam
urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan produksi urine
menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan volume urine dan
sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan darah.
Pada gangguan neurologis, diuretic osmotik (Manitol) merupakan jenis diuretik
yang paling banyak digunakan untuk terapi oedema otak. Manitol adalah suatu
hiperosmotik agent yang digunakan dengan segera meningkat volume plasma
untuk meningkatkan aliran darah otak dan menghantarkan oksigen. Ini
merupakan salah satu alasan manitol sampai saat ini masih digunakan untuk
menurunkan peningkatan tekanan intra cranial.
DEFINISI
Manitol merupakan 6-karbon alkohol, yang tergolong sebagai obat diuretic
osmotik. Istilah diuretik osmotik terdiri dari dua kata yaitu diuretik dan osmotik.
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine dengan
adanya natriuresis (peningkatan pengeluaran natrium) dan diuresis (peningkatan
pengeluaran H2O). Diuretik Osmotik (manitol) adalah diuretik yang mempunyai
efek meningkatkan produksi urin, dengan cara mencegah tubulus mereabsorbsi
air dan meningkatkan tekanan osmotic di filtrasi glomerulus dan tubulus.
Istilah diuretic osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah
dan cepat diekskresi oleh ginjal.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
(1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus;
(2) tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal;
(3) secara farmakologis merupakan zat yang inert,
(4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic.
FARMAKODINAMIK
Tempat kerja utama manitol adalah:
(1) Tubuli proksimal, yaitu dengan menghambat reabsorpsi natrium dan air
KESIMPULAN