Perencanaan Well Completion Pada Sumur Jas
Perencanaan Well Completion Pada Sumur Jas
SKRIPSI
Oleh:
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Perencanaan Well Completion Pada
Sumur PSK P-01 Lapangan Pusaka” adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan
plagiat dari karya yang lain. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat pada Skripsi
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Ersatria Gerald Hilmy Prakasa
NIM. 171410019
Program Studi Teknik Produksi Minyak dan Gas Bumi
Tingkat Ⅳ
Menyetujui
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadiran Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Perencanaan Well Completion Pada Sumur JAS-022 Lapangan JAS-I2 Di PT. Pertamina
EP Asset 3 Cirebon” dapat dilaksanakan dengan baik.
Penyusunan Skripsi diajukan sebagai syarat kelulusan Program Diploma IV pada
Program Studi Teknik Produksi Minyak dan Gas PEM Akamigas Cepu.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan berkat dorongan, saran, serta bantuan
pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Orang tua, dan saudara saudara, seluruh keluarga yang selalu mensupport saya
dalam pembuatan kertas kerja wajib ini.
2. Bapak Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan, M.Sc, selaku direktur PEM Akamigas
3. Bapak Akhmad Sofyan, S.T., M.T. selaku ketua program studi Teknik Produksi
Minyak dan Gas.
4. Bapak Purnomosidi, S.T., M.T., PhD. dan Ir. Bambang Yudho Suranta, M.T.
selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen PEM Akamigas.
6. Bapak Prastowo Kurniawan selaku pembimbing lapangan di PT. Pertamina EP
Asset 3 Cirebon.
7. Seluruh Karyawan lapangan PT. Pertamina EP Asset 3 Cirebon.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Teknik Produksi Minyak dan Gas.
9. Teman- teman seperjuangan mahasiswa PEM Akamigas.
Penulis juga mengharapkan saran dan masukan kepada setiap pembaca Skripsi ini,
sehingga setiap masukan dan saran dapat melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada
pada Skripsi penulis.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
I. PENDAHULUAN
Pada saat ini kebutuhan bahan bakar fossil masih terus melunjak naik, meskipun
sudah banyak bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Dengan seiring naiknya
permintaan konsumen terhadap bahan bakar berbahan dasar fossil, maka harus
dilakukan penggencaran eksplorasi dan eksploitasi bahan bakar fossil seperti minyak
Aktivitas pengeboran adalah suatu kegiatan awal dalam industri minyak dan gas.
Aktivitas ini penting dilakukan untuk membuat jalur antara permukaan dan reservoir.
Pengeboran merupakan kegiatan yang sangat beresiko dan berbahaya bagi lingkungan,
peralatan maupun personal pekerja. Oleh karena itu pelaksanaan pengeboran yang baik
dari geologi dari formasi yang diperkirakan ada cadangan minyak dan gas yang
nantinya akan ekonomis bila di produksikan, selain memperhatikan geologi dari suatu
meliputi jenis sumur, arah sumur, kedalaman sumur hingga penentuan lubang. setelah
sumur selesai dibor, maka ada kegiatan yang disebut well completion.
11
Well Completion sendiri merupakan suatu kegiatan penyelesaian sumur dan
penyempurnaan dari proses pemboran supaya fluida hidrokarbon dapat diangkat dari
reservoir menuju permukaan. Well Completion sendiri dapat dilakukan dengan cara,
yakni formation completion, tubing completion, dan well head completion. Tujuan
utama well completion adalah untuk menyiapkan sumur agar dapat memproduksikan
minyak / gas seoptimal mungkin, murah, aman, mudah dalam perawatan dan tidak
Pada bahasan kali ini penulis mengkaji lebih lanjut tentang perencanaan well
completion pada sumur PSK-PO1 lapangan PUSAKA di BOB PT. BUMI SIAK
Pada penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi masalah pada perencanaan well
completion pada sumur PSK-PO1 lapangan PUSAKA di BOB PT. BUMI SIAK
12
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai maksud untuk memenuhi tugas dan
Minyak & Gas Konsentrasi Pemboran di PEM Akamigas. Penulisan skripsi ini antara
Mengetahui metode dan peralatan yang akan digunakan pada saat komplesi
sumur
completion.
2. Menjadi salah satu referensi perencanaan well completion untuk para akademisi.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
Well Completion adalah kelanjutan dari proses pemboran sumur agar sumur dapat
berproduksi. Tujuan utama well completion adalah untuk menyiapkan sumur agar dapat
formasi, jumlah lapisan produktif, PI, sifat fluida formasi, dan pemakaian artificial lift.
Formation Completion
Tubing Completion
Reservoir
14
Gambar 2.1 Well Completion
Pemilihan jenis well completion dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut faktor-
Kekompakan batuan
Productivity Indeks
1. Kekompakan Batuan
Kekompakan batuan merupakan salah satu dasar dari pemilihan well completion
menganalisa kestabilan formasi diperlukan data Loging dan Coring dari lapisan
produktifnya.
15
Kekompakan batuan dapat diperkirakan dari factor sementasi yang diberikan dari
F= ∅ −m ……………………………………………. (1)
∅ = porositas batuan.
m = faktor sementasi.
16
Reservoir yang mempunyai jumlah lapisan produktif lebih dari satu dan mempunyai
kondisi yang berbeda-beda sehingga menpunyai produktifitas dan tekanan formasi yang
berbeda.
sedangkan untuk lebih dari satu lapisan dengan kondisi yg berbeda-beda maka
dipergunakan lebih dari satu tubing (multiple completion). Agar diperoleh laju produksi
yang optimum dari tiap-tiap lapisan diperlukan data tekanan alir dasar sumur, ukuran
choke yg dipakai dan letak dari kedalaman lapisan dari masing-masing lapisan
masing-masing lapisan.
3. Productivity Indeks
fluida formasi dari formasi menuju lubang sumur atau inflow performance dan diikuti
aliran fluida dari dasar sumur ke permukaan melalui tubing atau yg disebut dengan
Dengan mengetahui produktivity indeks dan dinyatakan dalam bentuk IPR dan
memplot tubing performance maka akan diperoleh laju produksi dan apabila dikaitkan
dengan maximum effisien rate (MER) maka dapat ditentukan laju produksi optimum
17
dan ukuran tubing yg dipergunakan. Jadi dalam menentukan laju produksi optimum
pembentuk scale dan parafin maka perlu dilakukan tindakan pencegahan disebabkan
Setiap lapisan produktif pada umumnya mempunyai sifat yg berbeda sehingga dapat
Formation Completion adalah salah satu jenis well completion dimana bertujuan
untuk melakukan komplesi sesuai dengan zona produksi yang ada. Formation
18
Open hole completion Merupakan jenis komplesi yang sangat sederhana dengan
casing dipasang sampai puncak formasi produktif yang tidak tertutup secara mekanis,
sehingga aliran fluida reservoir dapat langsung masuk ke dalam lubang sumur tanpa
halangan.
Metode ini merupakan metode komplesi yang paling murah dan paling sederhana
untuk mekanisme pengerjaannya. Metode open hole ini cocok untuk digunakan pada
formasi yang batuannya kompak, keras, dan tidak mudah runtuh. Bila laju produksi
besar maka akan dilakukan produksi melalui casing, sedangkan bia lajunya kecil maka
Metode open hole completion ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,
yaitu:
Kelebihan:
Kekurangan:
19
1. Sulit menempatkan casing produksi pada horizon yang tepat di atas zona
produktif.
yang mudah gugur akan ditahan oleh casing. Casing yang telah disemen dengan
formasi kemudian akan dilubangi dengan gun atau bullet perforator ataupun jet
perforator.
Metode ini umumnya dilakukan pada formasi yang kurang kompak, dan dengan
kekurangan, yaitu:
Keuntungan:
20
3. Full diameter untuk lapisan produktif
terpisah
Kekurangan
Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua tipe
perforator, yaitu:
a. Bullet/Gun perforator
Fluid seal disk: pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke dalam alat.
Gun barrel
21
Badan gun dimana barrel disekrupkan dan untuk menempatkan sumbu
terbakarnya powder.
Gun body terdiri silinder panjang terbuat dari besi yang dilengkapi dengan suatu
alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah gun/susunan gun ditempalkan dengan interval
tertentu dan diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan kawat (electric wire-line
cable) dimana kerja gun dikontrol dan permukaan melalui wire line untuk melepaskan
perforator yaitu:
22
sealer sementara waktu.
3) Bullet sukar menembus formasi yang keras, dan untuk casing yang
23
b. Shape charge/ Jet perforator
Prinsip perforasi menggunakan jet perforator yaitu detonator elektris
berkecepatan tinggi dan partikel – partikel yang dimuntahkan dari cine pada
kecepatan sekitar 20.000 ft/sec dan tekanan pada ujung titiknya kira – kira 5
juta psi.
yang rendah dengan kecepatan 1500 dan 3000 psi. sisa outer liner ini
24
mungkin dapat membentuk slug tunggal yang disebut sebagai carrot atau
adalah :
5) Untuk operasi dalam tubing hanya jet yang cocok karena alat
yang tebal
dibagian luar.
25
pada interval perforasi yang pendek atau sedikit jumlah
penembakannya.
Berikut jenis jenis perforating gun yang digunakan pada metode perforated
casing completion:
1. Casing Gun
Casing Gun merupakan gun yang dipasang satu rangkaian dengan casing.
jumlah tembakan per foot lebih dari 4 spf (shoot per foot). Memungkinkan
berukuran lebih besar, atau biasanya digunakan sebagai selubung dari gun.
26
Gambar 2.2 Casing Gun
2. Expandable Gun
ditembakan, sehingga membentuk puing – puing yang lebih halus. Gun ini
3. Retrievable Gun
Retrievable Gun akan diambil dari dalam sumur setelah selesai kegiatan
Pada saat mengangkat badan gun diusahakan untuk mengurangi putaran balik
(distorsi).
27
Gambar 2.4 Retrievable Gun
High Shot Density Gun merupakan jenis gun dengan mempunyai lebih
dari 4 shots per foot dan membuat penetrasi yang dalam. Memungkinkan
penyaluran yang lebih baik disekitar casing atau liner. HSD dapat
charge
Shot phasing
28
A. Penentuan Densitas Perforasi
panjang (feet) atau sering juga disebut dengan Shot per Feet (SPF). Untuk
………………………………. (3)
Dimana :
29
Setelah nilai Qp/Qo ditentukan dapat dilanjutkan dengan memplot
kurva pada Gambar 2.6 untuk menentukan nilai Shot per Feet (SPF).
Gambar 2.6 Effect of perforation density and depth of penetration on relative well
productivity
360°
Phasing angle =
spf
……………… (4)
30
Penetration depth sangat berpengaruh terhadap produktivitas suatu
Namun hal ini masih berkaitan dengan skin factor yang dihasilkan untuk
Dimana:
penetration = PTC)
Konfigurasi casing merupakan hal yang sangat vital dalam penentuan casing
design, karena pada konfigurasi inilah dapat diketahui kekuatan dari burst, collapse,
31
tension dan biaxial yang diperlukan, yang pada akhirnya berfungsi untuk menentukan
grade dari casing tersebut yang ditentukan berdasarkan beberapa hal tersebut.
A. Burst
32
ρf = Densitas fluida (ppg)
a = Beban burst
c = Resultan = a-b
pada casing diakibatkan juga oleh masalah yang timbul ketika sumur
dan production casing diisi oleh suatu cairan yang biasa dikenal sebagai
packer fluid. Densitas packer fluid ini sama dengan densitas fluida yang
terdapat di luar production casing (air asin) yaitu sekitar 9 ppg. Dengan
demikian pada kondisi normal tekanan hidrostatik kedua fluida pada casing
akan saling meniadakan. Hal ini menyebabkan casing tidak menerima beban
33
kasus ini diambil gas, masuk ke dalam packer fluid. Dengan mengabaikan
packer fluid di permukaan sama dengan tekanan dasar sumur. Beban Burst
Tekanan di permukaan
Ps = BHP
Dimana:
34
Pe = 0.052 ρf Lpd …………………(7)
B. Collapse
P1 = 0.052 ρm Lm
P2 = P1 + 0.052 ρs Hs
35
ρm = densitas lumpur saat casing dipasang, ppg
D = Kedalaman (ft)
P = Tekanan (psi)
dan production casing diisi oleh packer fluid. Kondisi terburuk apabila
mendapat bantuan tekanan dari dalam. Pada Gambar 2.8 karena di dalam
C. Tension
36
memberikan gaya apung terhadap casing. Hal ini menyebabkan berat casing
udara. Akibat lain dari adanya gaya apung ini adalah bahwa pada sebagaian
titik pada rangkaian casing yang tidak berada dalam kondisi kompresi
Misalkan suatu rangkaian casing terdiri dari tiga seksi berada di dalam
sumur yang berisi lumpur dengan densitas ρm (ppg), seperti terlihat pada
Gambar 2.9.
D = Kedalaman (ft)
37
Gambar 2.9 Beban Tension
ρm
BF = 1 -
65.5
Seksi 1:
Dengan,
BF = Gaya apung
Seksi 2:
38
Seksi 3
rangkaian casing dimana beban aksial sama dengan 0. Letak kedalaman titik
BF
TN = D1 - D
W1 1
Maka garis desain tension dipilih mana yang memberikan harga lebih
besar diantara keduanya. Pada Gambar 2.9:
39
c = garis beban tension x 1.6
tension adalah yang tercetak tebal. Garis desain tension dipergunakan untuk
menguji body yield strength dan joint strength casing yang dipakai. Selain
D. Biaxial Effect
kurva elips Gambar 2.10 dapat di terangkan lebih jelas dengan gambar
berikut:
rating tertentu dan berada di dalam lumpur, maka pada casing bagian atas
40
tension akan menyebabkan kenaikkan burst rating dan penurunan collapse
Beban Tension
X=
Body Yield Strength
2. Masukkan harga X ini kedalam grafik pada gambar 2.10 dan tentukan
Collapse Rating
41
Tabel 2.2 Pasangan Harga X dan Y
42
E. Dimensi Casing
43
nya, berikut ini adalah macam- macam dimensi casing yang dapat
ukuran tersebut adalah yang didesain atau diameter luar pipa secara
teoritis. Seluruh acuan spesi/fikasi dari diameter luar casing ini mengacu
angka pasti dalam penentuan diameter dalam casing, akan tetapi API dan
c) Panjang Casing
44
range tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3
d) Berat Casing
Berat dari casing mengacu pada berat spesifik dari casing yang
biasanya disebut sebagai berat per panjang casing (seperti kg/m atau
lb/ft).
e) Grade Casing
Ada beberapa tipe koneksi pada casing, dan 3 jenis dasar adalah:
dimana 8- rd berarti 8-round atau 8 ulir per inci dan memiliki profil yang
sedikit bundar. Terdapat dua macam API 8-rd connections, yaitu ST&C
(Short Thread & Coupling) dan LT&C (Long Thread & Coupling).
Perbedaan dari kedua jenis tersebut terletak pada ukuran panjang dan
Ada beberapa jenis koneksi yang memiliki profil yang berbeda dari
API 8-rd. Daripada memiliki ulir yang seperti segitiga, banyak yang
kekuatan tensile dan bending yang lebih besar. Salah satu contoh dari
ulir dengan jenis ini adalah Buttress. Ulir jenis ini digunakan jika
46
Gambar 2.11 Reguler Thread & Coupling (ST&C, LT&C)
completion.
1. Liner Completion
47
Dalam metode ini casing dipasang diatas zona produktif, kemudian zona
tertahan screen.
48
Gambar 2.14 Screen and Liner
Metode ini dilakukan bila screen liner masih tidak mampu menahan
terproduksinya pasir. Cara kerja dari gravel pack completion adalah dengan
fluida akan tertahan oleh pasir yang membentuk barrier dibelakang gravel dan
49
Gambar 2.15 Gravel Pack Completion
jenis tubing, packer, yang akan digunakan berdasarkan jumlah zona produktif,
produktivitas formasi.
1. Single Completion
yang minimum dan tidak memerlukan sumur bor khusus. Karena biasanya
dengan single tubing string, persyaratan keamanan, instalasi dan produksi dapat
mengisolasi dan tubing string. Ini memberikan perlindungan untuk casing atau
liner strings dan memungkinkan untuk penggunaan alat pengontrol aliran untuk
50
mengontrol produksi Kompleksitas completion ditentukan oleh persyaratan
2. Commingle Completion
51
a. Single tubing with single packer
terlindungi dari fluida yang korosif, dan juga endapan- endapan solid
dari lapisan bagian bawah dapat merusak tubing string, dan juga
52
Gambar 2.17 Single Tubing with Single Packer
tubing dengan bantuan cross over atau dengan regulator flow choke.
53
tubing itu juga, dan kemudian melalui annulus tubing dan
casing. Keuntungan pada jenis ini juga biaya tidak mahal, tetapi
lapisan, maka harus kill lapisan yang lain juga saat ingin melakukan
workover.
54
metode ini pada umumnya digunakan pada terutama dipakai untuk
atau parafin solvent. Pada metode ini tubing akan diset pada
3. Multiple Completions
55
Gambar 2.20 Multiple Completions
Wellhead atau kepala sumur adalah peralatan yang berada pada bagian atas
dari rangkaian pipa di dalam suatu sumur. Wellhead digunakan untuk menahan
dan menopang rangkaian pipa, menyekat dari masing-masing casing dan tubing
Wellhead terbuat dari besi baja, membentuk suatu seal untuk menahan semburan
atau kebocoran cairan dari dasar sumur ke permukaan. Untuk pemilihan peralatan
56
akan diatur oleh American Petroleum Institute (API). Working pressure daripada
peralatan wellhead diklarifikasikan oleh API dari rentang 960 psi sampai 15.000
psi. Komponen wellhead sendiri terdiri dari casing head, tubing head, dan
Subsea wellhead
formasi (minyak, air, dan gas). Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan
57
metode yang digunakan yaitu metode sembur alam (natural flow) dan metode
Metode sembur alam digunakan apabila tekanan formasi sumur masih tinggi
tekanan formasi sumur telah mengalami penurunan maka akan dibutuhkan peralatan
antificial lift untuk mengangkat fluida formasi ke permukaan. Metode natural flow
58
Apabila sumur tersebut tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengalirkan
fluida reservoir sampai ke permukaan, atau yang disebut dengan natural flow maka
hal ini akan menyebabkan adanya penurunan produksi dari sumur tersebut dan sumur
tersebut harus menggunakan pengangkat buatan (artificial lift) agar bisa tetap
berproduksi dengan jumlah memadai. Banyak terdapat jenis pengangkat buatan yang
digunakan oleh BOB BSP Pertamina Hulu Energy, diantaranya adalah, Electric
Submersible Pump (ESP), Sucker rod pump (SRP), Gas lift, Hydraulic Pumping Unit.
a. Gas Lift
tertentu. Konsep utama dari gas lift adalah dengan memampatkan gas yang ada
maka berat jenis fluida akan turun dikarenakan gas injeksi akan bercampur
Metode ini bagus untuk digunakan untuk lapangan offshore karena lebih
fleksibel, cocok untuk fluida yng korosif, dan juga cocok untuk fluida
bertemperatur tinggi. Gas yang digunakan pada umumnya adalah gas alam,
nitrogen, karbon dioksida, ataupun gas lainnya yang dapat terlarut dalam
minyak.
59
b. Sucker Rod Pump (SRP)
menggunakan pompa angguk untuk mengubah gerak rotasi dari prime mover
menjadi gerak naik turun. Lalu gerakan akan melewati walking beam dan
bertingkat yang digerakkan oleh motor listrik dan dipasang jauh di dalam
sumur. ESP juga bisa untuk mengangkat fluida berwujud sludge, dan minyak
digunakan pada sumur dengan productivity indeks yang tinggi, panas yang
d. Jet/Hydraulic Pump
Pada sistem ini fluida dipompakan ke dalam sumur bertekanan tinggi lalu
fluida ini akan bertambah kecepatan dan energi kinetiknya sehingga mampu
60
kedalaman tertentu dimana ada venturi yang merubah tekanan menjadi
separator, surface pump dan peralatan dalam sumur (Nozzle, difuser dan check
valve)
untuk membantu proses produksi fluida dan berada di bawah permukaan. Berikut
Tubing
Packer
Circulating devices
Landing nipple
2.7.1. Tubing
Tubing disebut juga dengan production string, pipa produksi yang membawa
fluida produksi dari reservoir ke permukaan (sumur produksi) atau dari permukaan ke
reservoir (sumur injeksi). Parameter tubing yang penting berdasarkan pada pedoman
61
API: nominal diameter, nominal weight, grade of steel, type of connection, length
range.
1. Nominal Diameter
ukuran OD:
62
Gambar 2.22 Data Tubing
2. Drift diameter
3. Pipe length
Panjang tubing terbagi atas dua jenis, yaitu R1 dan R2, dimana:
Range 1: 20 s/d 24 ft
Range 2: 28 s/d 32 ft
4. Type of connection
Ada 2 jenis standar sambungan API, yaitu external upset end (EUE)
63
Gambar 2.23 Type of Connection Tubing
5. Grade Tubing
Tipe grade disesuaikan dengan standar API, grade tubing API: H-40,
2.7.2. Packer
Packer adalah suatu alat mekanis yang dipergunakan dalam suatu sumur
untuk memisahkan suatu ruang, kolom atau interval dari ruangan atau interval-
64
interval lain dalam sumur tersebut. Packer dipasang ke dalam sumur dari permukaan
Klasifikasi Packer:
1. Menurut Kegunanaan
Bridge plug
2. Sifat pemakaian
Retrievable
Permanent
65
Packer ini dipasang jangka waktu yang lama dan permanen,
3. Sealing element
Cup type
Compressible rubber
tekan
Inflatable
completion.
4. Cara seatting
Hook Wall
Anchor Type
String Hanging
66
Digantung pada string, jenis inflatable.
Compression
Tension
Mechanical
lainnya
Hydraulic
67
Komunikasi antara tubing casing dilakukan dengan buka tutup sliding
Gambar 2.24 Sliding Sleeve, Side Pocket Mandrel, Ported Landing Nipple
sumur untuk melakukan penutupan darurat dari saluran produksi jika terjadi
68
keadaan darurat. Terdapat 2 jenis sub surface safety valve, yaitu: surface controlled
dan subsurface controlled. Pada setiap kasus, system katup pengaman dirancang
agar tidak rusak, sehingga lubang sumur dapat diisolasi Ketika terjadi kegagalan
Completion fluid adalah salah satu drilling fluid yang digunakan dalam melakukan
suatu komplesi yang sangat sedikit mengandung padatan. Fluida tersebut digunakan untuk
menstabilkan atau menyeimbangkan antara tekanan formasi dan tekanan hidrostatis supaya
tidak terjadi adanya formation damage. Pada umumnya komposisi daripada fluida
komplesi adalah air asin (klorida, bromide, dan format) format sendiri berasal dari format
garam, tetapi secara teori dapat berupa cairan dengan kepadatan dan karakteristik aliran
yang tepat. Fluida harus secara kimiawi kompatibel dengan formasi reservoir dan fluida,
dan biasanya disaring sampai tingkat yang tinggi untuk menghindari masuknya padatan ke
69
area dekat lubang sumur.
1. Clear-fluid Systems
2. Solids-enhanced Systems
A. Clear-fluid Systems
Clear-fluid systems adalah sistem completion fluid yang lebih disukai karena
systems membuat packer fluid yang sangat baik yang dapat mempercepat workover/
completion operations.
Pada saat menentukan apakah completion fluid dapat bekerja secara efektif
dipertimbangkan yaitu:
1. Density
70
overbalanced dan kemudian diganti dengan packer fluid yang lebih ringan
2. Crystallitzation Point
Crystallization point adalah suhu pada saat salt crystals akan mulai keluar
dari larutan. Pengendapan garam yang tidak larut dapat menyebabkan sejumlah
masalah. Misalnya pada saat garam larut masuk ke fluida dan mengkristal dan
mengendap, fluid density nya akan turun. Kristalisasi dalam brine juga bisa
71
Periksa crystallization point dari fluida yang sebenarnya
Crystallization point fluida harus minimal 10°F (6°C) lebih kecil dari suhu
dari completion fluid dengan padatan formasi, air, dan gas. Masalah yang
Scale produksi dari reaksi divalent brine dengan karbon dioksida terlarut
4. Corrosion
biasanya memiliki korosivitas rendah, bahkan pada suhu melebihi 400 °F.
72
dari fluida. Data laboratorium menunjukan bahwa, untuk cairan divalent tidak
memberikan laju krosoi yang lebih lambat dibandingkan dengan seng bromide
73
B. Solids-enhanced Fluids
pada saat menggunakan clear brine akan mengakibatkan loss volume cairan
Pertamina Hulu yang terletak di Gedung Surya Dumail, Jl. Sudirman, Pekan Baru,
Riau. Dan untuk waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari
1 Februari 2021 sampai dengan bulan 30 April 2021. Namum akibat dampak pandemic
(WFH).
74
Penelitian pada penulisan ini dilakukan dengan mengambil satu sampel sumur pada
Lapangan minyak dan gas Pusaka, yaitu PSK P-01. Menggunakan metode analisis data
data formasi (litologi batuan, dan deskripsi per- litologi), data reservoir (tekanan fluida,
temperature fluida, laju alir fluida, dll), data drilling (casing, data logging, drilling
program, densitas semen dan lumpur, gradien tekanan, pore dan fracture pressure).
Konsep dari perencanaan well completion ini adalah merencanakan well completion yang
safe, economist, reliable yang sesuai dengan data sumur PSK P-01.
Proses kajian dalam menyusun skripsi berjudul “Perencanaan Well Completion Pada
Sumur PSK P-01 Lapangan Pusaka di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu”
disajikan dalam bentuk flow chart yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Rumusan Masalah
75
Melakukan tahapan pemasangan
casing produksi, penyemenan
casing produksi, pemompaan
completion fluid, perforasi
Tahapan Tahapan
perencanaan wellhead
Swabbing
completion dan metode lifting
Perencanaan well
completion berhasil, dan sumur
dapat diproduksikan
Selesai
76
3.3 Pengumpulan Data
penelitian dan diperolah dari pembimbing lapangan. Data-data yang diperlukan untuk
b. Pengambilan data reservoir (tekanan fluida, temperature fluida, laju alir fluida.)
77
3.4.1 Perencanaan Completion Fluid
Penentuan completion fluid dilakukan dengan dasar data formasi litologi batuan,
tekanan formasi, data reservoir. Completion fluid adalah fluid yang digunakan dalam
melakukan suatu komplesi yang sangat sedikit mengandung padatan. Fluida tersebut
tekanan hidrostatis supaya tidak terjadi adanya formation damage. Pada sumur PSK P-
melakukan komplesi sesuai dengan zona produksi yang ada. Untuk menentukan
formation completion dibutuhkan data formasi sumur, lithologi sumur, data reservoir
menentukan kekompakan batuan, kekompakan batuan merupakan salah satu dasar dari
pencegahan keguguran dari formasi produktifnya. Berdasarkan data sumur PSK P-01
78
Pada saat merencanakan perforation casing, hal yang perlu ditentukan adalah
perforation.
tubing, jenis tubing, packer, yang akan digunakan berdasarkan jumlah zona produktif,
dan data coring dari reservoir agar dapat menentukan tubing completion yang tepat
untuk sumur produksi. Pada sumur PSK P-01 karena memiliki 2 zona produktif maka
Pada tahapan swabbing ini bertujuan untuk melakukan uji produksi (Production
menyangkut dengan produksi sumur tersebut seperti Productivity Index (PI), Water Cut
(WC), dll. Semua data yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan wellhead
79
Pada tahapan penentuan well head completion dan metode lifting diperlukan data
productivity index, water cut dari tahapan swabbing dan data reservoir (permeabilitas,
porositas, tekanan reservoir) untuk menentukan working pressure wellhead dan metode
Data hasil dari pengolahan dan analisis akan disajikan dalam bentuk grafik, tabel,
dan paragraph untuk mempermudah pembaca dalam memahami hasil dari perencanaan
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
80
3. Metode Penelitian
penulisan.
4. Pembahasan
optimal.
5. Penutup
81
IV. PEMBAHASAN
merencanakan well completion yang safe, economist, reliable. Berikut adalah data-data
Data Sumur PSK P-01 yang akan dilakukan well completion adalah sebagai
berikut:
82
Data Umum
3) Field : Pusaka
Data geologi adalah data yang menjelaskan tentang formasi dan tipe batuan yang
berada di bawah permukaan, berikut adalah data geologi dari Sumur PSK P-01:
Depth
Formation Lithology
ft TVD ft MD
Petani 422 422 Shale
Telisa 495 495 Shale
Bekasap 1940 1940 Sandstone
Data reservoir adalah data yang berisi tentang sifat fisik dari batuan reservoir,
83
berikut adalah data reservoir dari Lapisan Bekasap:
2) Porositas : 25%
3) Permeabilitas : 260 mD
5) Temperature : 167 0 F
Data drilling terdiri atas data hole, data lumpur, pore and fracture pressure, data
1) Data Hole:
2) Data Lumpur:
84
3) Data Bit:
Total
Size
IADC Code Used Remark
(inch)
(ea)
12-1/4" 126 1 To drill surface hole
8-1/2" 347 1 To drill out cement, FC, FS & formation
85
Gambar 4.1 Pore and Fracture Pressure
86
Dalam perencanaan formation completion hal yang perlu diperhatikan adalah
kekompakan batuan dan jumlah lapisan produksi. Kekompakan batuan merupakan salah
Kekompakan batuan dapat diperkirakan dari faktor sementasi yang diberikan dari
F= ∅ −m
F= 0,25−1,64
F= 9,73
Dimana:
∅ = porositas batuan.
m = faktor sementasi.
Dengan melihat faktor sementasi dan porositas dari batuan dapat disimpulkan bahwa
formasi Bekasap merupakan slightly cemented formation berdasarkan tabel 2.1. Maka dari
itu jenis formation completion yang direncanakan untuk sumur PSK P-01 adalah perforated
87
casing completion. Perforated casing completion berfungsi untuk mencegah terjadinya
formasi yang gugur karena formasi bekasap merupakan slightly cemented formation, dan
perforated casing completion juga memudahkan untuk pengontrolan terhadap gas atau air
dan juga dapat melakukan multiple completion, perforated casing completion juga
mendapatkan full diameter untuk lapisan produktif karena melakukan perforasi pada
lainnya, dan juga untuk melindungi alat-alat produksi dibawah permukaan. Untuk
menentukan grade production casing yang tepat sesuai dengan sumur PSK P-01 maka
diperlukan konfigurasi casing design, karena pada konfigurasi inilah dapat diketahui
kekuatan dari burst, collapse, tension dan biaxial yang diperlukan, yang pada akhirnya
berfungsi untuk menentukan grade dari casing tersebut yang ditentukan berdasarkan
a) Burst
Pada production casing perhitungan beban burst tidak lagi didasarkan kepada
kondisi saat sumur mengalami kick. Dengan demikian pada trayek production
88
Burst pada surface
Ps = BHP
Ps = 900 Psi
= 1.307,16 Psi
= 1.437,876 Psi
b) Collapse
P1 = 0.052 ρm Lm
= 517,452 Psi
P2 = P1 + (0.052 ρs Hs)
89
= 1.105,572 Psi
= 1.216,1292 Psi
Collapse pada P2 atau casing shoe merupakan yang terbesar, dengan itu maka
c) Tension
= 0,857 x 1940 x 23
= 38.239,34 lbm
= 61.182,944 lbm
d) Biaxial Effect
61182,944
X =
366000
90
= 0,167
Faktor beban aksial (Y) yang didapatkan dari tabel 2.2 dengan memasukkan
Dari perhitungan burst, collapse, tension dan biaxial effect maka dapat diambil
spesifikasi:
Pada perforated casing completion casing yang telah disemen dengan formasi
kemudian akan dilubangi dengan bullet perforator ataupun jet perforator. Pada sumur
PSK P-01 direncanakan menggunakan bullet perforator karena bullet perforator lebih
91
murah dari segi biaya, formasi bekasap dari sumur PSK P-01 merupakan formasi yang
tergolong formasi lunak, Bullet perforator cocok untuk perforasi lunak, dimana bullet
perforator dapat menembus lebih dalam dibanding jet perforator, dan temperature dari
formasi sumur PSK P-01 adalah 167 0F dimana bullet perforator dapat dipakai hingga
temperature 2500F.
Untuk perforation gun yang direncanakan pada sumur PSK P-01 menggunakan
casing gun dengan ukuran 4 5/8” karena ukuran production casingnya 7”, casing gun
mampu menembakkan jumlah tembakan per foot lebih dari 4 spf (shoot per foot)., dan
Berdasarkan data logging dan coring sumur PSK P-01 reservoir yang berpotensi
terdapat cadangan terletak pada interval 1.695 ft – 1.700 ft. Pada saat akan
perforasi terdiri atas penentuan densitas perforasi, phasing angel dan shot density
Densitas perforasi adalah jumlah lubang dalam casing per satuan panjang (feet) atau
ℜ
ln ( )
Qp rw
=
Qo Sf + ln ¿ ¿
92
750
ln ( )
Qp 4.25
=
Qo 0+ ln ¿ ¿
Qp
=1
Qo
Setelah diketahui nilai Qp/Qo, lakukan plot densitas perforasi pada kurva
productivity” dibawah:
Gambar 4.2 Hasil Plot Densitas Perforasi pada Kurva “Effect of penetration
Shot Density = 5 x 5
= 25 shots
93
b) Phasing Angle
360°
Phasing Angle = =72°
5 spf
tekanan formasi dan tekanan hidrostatis supaya tidak terjadi adanya formation damage.
Pada umumnya komposisi daripada fluida komplesi adalah air asin (klorida, bromide,
dan format) format sendiri berasal dari format garam. Fluida harus secara kimiawi
kompatibel dengan formasi reservoir dan fluida, dan biasanya disaring sampai tingkat
yang tinggi untuk menghindari masuknya padatan ke area dekat lubang sumur.
Pada sumur PSK P-01 memiliki tekanan formasi sebesar 915 Psi pada kedalaman
1.940 ft, maka density completion fluid yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
PH = Pf
94
PH = 915 Psi
PH = 0,052 x Mw x TVD
Mw = 8,921 ppg
Jadi density completion fluid sebesar 8,921 ppg, pada sumur PSK P-01 memerlukan
75barrel untuk reverse out lumpur pemboran digantikan dengan completion fluid,
Completion fluid pada sumur PSK P-01 menggunakan NaCl/ Sodium Chloride. Berikut
adalah jumlah bahan yang dibutuhkan untuk membuat 75barrel completion fluid dapat
95
4.4 Tubing Completion
berdasarkan jumlah tubing, jenis tubing, packer, yang akan digunakan berdasarkan
jumlah zona produktif, produktivitas formasi. Pada sumur PSK P-01 menggunakan
single zone completion karena hanya terdapat satu lapisan produktif yaitu pada interval
kedalaman 1.695 ft – 1.700 ft. Pada single zone completion relative mudah untuk di
produksi dan mengontrol dari zona yang akan diproduksikan dengan peralatan
permukaan yang minimum dan tidak memerlukan sumur bor khusus. Karena biasanya
dengan single tubing string, persyaratan keamanan, instalasi dan produksi sangat
Pada sumur PSK P-01 menggunakan packer dan tubing string. Ini memberikan
perlindungan untuk casing dan berfungsi untuk penggunaan alat pengontrol aliran untuk
mengontrol produksi Spesifikasi tubing yang digunakan pada sumur PSK P-01 adalah:
Tubing Specification
Grade H-40
Outside Diameter 3½ In
Inside Diameter 2,992 In
Weight 9,30 lb/ft
Collapse Resistance 5.380 Psi
Burst Resistance 5.080 Psi
Tension Resistance 103.810 Lbm
96
Pada sumur PSK P-01 menggunakan tandem packer, packer adalah suatu alat
mekanis yang dipergunakan dalam suatu sumur untuk memisahkan suatu ruang, kolom
atau interval dari ruangan atau interval- interval lain dalam sumur tersebut. Packer ini di
menimba/ mengeluarkan fluida dari dalam sumur melalui rangkaian tubing, tujuan
dilakukan pekerjaan swabbing pada well completion adalah untuk melakukan uji
produksi, dalam pekerjaan uji produksi ini bertujuan untuk memperoleh data data
yang berhubungan dengan produksi sumur tersebut seperti Water Cut, WFL,
Productivity Indeks. Berikut adalah data hasil Swab test yang dilakukan pada sumur
97
Swab Test Single Interval: 1.695 - 1.700 FT,
Swab Test Result
TL 15,80 BBLS
IFL 293 Ft
Last SD 600 Ft
RPH 36 BBLS/15 Runs
WFL 324 Ft
Water Cut 99 %
Setelah dilakukan swab test maka didapatkan data produksi sumur, ini berfungsi
untuk menentukan wellhead completion. Wellhead adalah peralatan yang berada pada
bagian atas dari rangkaian pipa di dalam suatu sumur. Wellhead digunakan untuk
menahan dan menopang rangkaian pipa, serta untuk mengontrol produksi sumur.
Wellhead terbuat dari besi baja, membentuk suatu seal untuk menahan semburan atau
kebocoran cairan dari dasar sumur ke permukaan. Untuk pemilihan peralatan akan diatur
oleh American Petroleum Institute (API). Working pressure daripada peralatan wellhead
diklarifikasikan oleh API dari rentang 960 psi sampai 15.000 psi. Komponen wellhead
sendiri terdiri dari casing head, tubing head, dan christmas tree. Spesifikasi wellhead
yang direncanakan pada sumur PSK P-01 adalah 3 1/8” 3M Master Valve, untuk dapat
menahan semburan atau kebocoran cairan dari dasar sumur ke permukaan hingga 3.000
Psi.
98
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada sumur PSK P-01 yang berupa
perencanaan well completion, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Formation Completion yang tepat digunakan untuk sumur PSK P-01 adalah perforated
2. Tubing Completion pada sumur PSK P-01 menggunakan single zone completion, yaitu
dengan menggunakan satu tubing string dan satu packer yang di set pada kedalaman
1.664 ft
atau kebocoran cairan dari dasar sumur ke permukaan hingga 3.000 Psi.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari penulis, berdasarkan pengamatan melalui
99
2. Tidak mengabaikan faktor safety dalam setiap pemilihan dan selalu
100
DAFTAR PUSTAKA
2. Gatlin, Carl. 1960. “Drilling and Well Completion”. The University of Texas.
ITB.
Tubing, and Drill Pipe." API Bulletin 5C2. Washington D.C., Washington: API
9. —. 2001. "Specification for Casing and Tubing." API 5 CT. Washington: API
101
LAMPIRAN
102
Lampiran 2: Data Sumur PSK P-01
103
Lampiran 3: Production Casing Design
104
Lampiran 4: Data Formasi Sumur PSK P-01
105
106