Anda di halaman 1dari 4

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Ahli waris masih tetap dapat menolak warisan sekalipun pada saat meninggal,
pewaris meninggalkan perjanjian yang mengikatkan diri ahli waris untuk membayar
hutang-hutang dari si pewaris. Hal ini terjadi karena kedudukan ahli waris untuk
menolak warisan merupakan hal yang diatur pada buku II KUHPerdata, sedangkan
kewajiban yang ada pada perjanjian, diatur pada buku III KUHPerdata. Kedua buku
ini baik buku II dan buku III memiliki sifat yang berbeda yaitu buku II yang bersifat
dwingendrechts dan buku III yang bersifat aanvulenrechts.

Karena buku II KUHPerdata yang mengatur tentang kedudukan ahli waris bersifat
dwingenrechts, dan buku III KUHPerdata yang mengatur tentang perjanjian bersifat
aanvulenrechts, maka dapat dikatakan bahwa buku II memiliki sifat yang lebih
memaksa dan tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak. Maka dari itu, karena
buku II sifatnya lebih kuat dibanding buku III, maka sekalipun ada perjanjian yang
mengikat para pihak, perjanjian tersebut tidak akan meniadakan hak ahli waris untuk
menolak warisan.

2. Kreditur dapat mengajukan gugatan wanprestasi kepada ahli waris yang


menolak warisan atas dasar klausul dalam perjanjian yang berbunyi apabila debitur
meniggal dunia, maka hutang-hutang debitur yang ada dalam perjanjian tersebut akan
dibayarkan oleh ahli warisnya. Hal ini dapat dilakukan karena pada dasarnya apabila
melihat syarat sahnya perjanjian, 4 buah syarat yang diperlukan untuk menyatakan
sahnya suatu perjanjian sudah terpenuhi semua. Akibatnya, karena syarat sahnya
perjanjian sudah terpenuhi, maka berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata yang
mengatur tentang asas pacta sunt servanda, maka perjanjian tersebut berlaku sebagai
Undang-Undang bagi para pihak, dan harus dijalankan. Kewajiban untuk
menjalankan perjanjian ini tidak semata-mata berlaku bagi debitur dan kreditur saja,
melainkan bagi ahli waris dalam debitur yang diikatkan pada perjanjian tersebut.

59
Maka dari itu, apabila ahli waris menolak warisan, kreditur tetap dapat
memintakan pertanggungjawaban atas dasar perjanjian yang ada tersebut, apabila ahli
waris tidak ingin melaksanakan perjanjian dengan alasan karena ahli waris telah
menolak harta warisan, maka kreditur dapat menggugat ahli waris atas dasar
wanprestasi.

5.2 Saran
Hukum Waris tidak semata-mata mengatur mengenai bagaimana cara
seseorang dapat memperoleh hak kebendaan yang diatur pada buku II. Di dalam
Hukum Waris terdapat pula mengenai hal-hal mengenai suatu perikatan misalnya
seperti pewarisan dengan sistem testamenter / wasiat yang lebih condong kepada
buku III. Agar tidak terjadi pertentangan antara buku II dan buku III yang dapat
menyebabkan adanya perbedaan pendapat, maka ada baiknya Indonesia turut
mengikuti perkembangan hukum seperti pada peraturan di negara Belanda yang
memperbaharui KUHPerdata yang berlaku di sana. Pada KUHPerdata baru yang
diberlaku di Belanda, di dalamnya hukum waris terdapat pada bab tersendiri karena
memang pada kenyataannya hukum waris merupakan campuran dari buku II tentang
kebendaan dan buku III tentang perikatan.

60
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Literatur

Hartanto Andy, Hukum Waris Kedudukan dan Hak Waris Anak Luar Kawin
menurut “Burgerlijk Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi,
LaksBang Justitia, Surabaya, 2015.

Hadikusuma, H. Hilman, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu


Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1995.

H.S Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, 2006.

Khairandy Ridwan, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan,


FH UII Press, Yogyakarta, 2013.

Komari, Eksistensi Hukum Waris di Indonesia: Antara Adat dan Syariat, Asy-
Syari’ah Vol.17 No. 2, Agustus 2015

Meliala, Djaja S., Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia, Edisi
Revisi Keempat, Bandung, 2014.

S. Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris Menurut Tiga Sistim Hukum, CV Pionir


Jaya, Bandung, 1987.

Satrio J., Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993

Setiawan R., Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, 1986

Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1984.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 1984.

Suparman Eman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,
PT Refika Aditama, Bandung, 2014.
Pitlo A, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda,
PT Intermasa, Jakarta, 1979.

B. Perundang-undangan

Subekti, R dan R. Tjirtosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Balai


Pustaka, 2014.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

C. Jurnal dan Kamus

Aisah Nur“Tinjauan Hukum Tentang Kedudukan Janda Menurut Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata”. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. Edisi 4.,
Volume 2., Tahun 2014.

Hasanah Uswatun, “Tinjauan Yuridis Ahli Waris Ab Intestato Menurut Hukum


Perdata”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Universitas Taduloko, Volume
4, Nomor 5, Tahun 2016.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai