Sistem Hukum Indonesia Tugas 2
Sistem Hukum Indonesia Tugas 2
Merujuk pada Pasal 1338 KUHPerdata bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek pengerjaan sesuai
yang telah dituangkan dalam perjanjian, apakah perjanjian yang sudah disepakati masih boleh dibatalkan
sepihak?Bagaimanakah jika rekanan dalam perjanjian tersebut menggantung tanpa kepastian proyek pengerjaan
sesuai yang telah dituangkan dalam perjanjian, apakah perjanjian yang sudah disepakati masih boleh dibatalkan
sepihak?
Berdasarkan isi Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa "Semua persetujuan yang
dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh undangundang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik."
Hukum Perjanjian bersifat terbuka dan merupakan hukum pelengkap maksudnya adalah Semua orang dapat
mengadakan perjanjian dengan orang lain atau pihak lain tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Akibat dari perjanjian sendiri yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain atas kesepakatan kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu dalam penyelesaiannya.
Dalam kasus diatas dikatakan bahwa rekanan dalam perjanjian menggantung pengerjaan proyek seperti yang
sudah dituangkan dalam perjanjian artinya perjanjian tersebut bisa dibatalkan sepihak oleh karna kelalaian
rekanan yang tidak bisa memenuhi isi perjanjian. Undang-undang memang dalam pasal-pasal tertentu,
menyatakan perjanjian tertentu batal atau memungkinkan salah satu pihak dalam perjanjian untuk menuntut
pembatalannya. Contohnya Pasal 1266, 1267, 1335, 1611, 1646 sub 3, 1688 dan 1813 B.W. Di samping itu, ada
yang juga perlu untuk mendapat perhatian kita, yaitu bahwa benar sekali kalau pengadilan pernah menyatakan,
bahwa tidak ada ketentuan undang-undang yang melarang dimungkinkannya pembatalan suatu perjanjian, yang
telah ditutup untuk jangka waktu yang tidak tertentu, secara sepihak.