Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

GANGGUAN POLA TIDUR DIDESA ONU KECAMATAN PIPIKORO KABUPATEN SIGI

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

Edwardo
200125

PROGRAM STUDI DI PLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU BALA KESEHATAN BALA KESELAMATAN PALU
2022
HALAMAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

Nama : Edwardo

Nim : 200125

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bala Keselamatan

Dengan ini menyatakan bahwa judul proposal “ Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan

Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur Insomnia Di Desa Onu Kecamatan Pipikoro

Kabupaten Sigi “ benar bebas dari plagiat dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar,

maka saya bersedia meneria sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Palu, 09 November 2022

Pembuat Pernyataan
HALAMAN ORSINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :Edwardo

Nim : 200125

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bala Keselamatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal yang saya tulis adalah benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau

pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Palu, 2022

Pembuat Pernyataan

Edwardo
Mengetahui :

Pembimbing

Janice Sepang,S,Kep, Ns, M.Kep

NIDN:0930017101

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Oleh : Edwardo

NIM : 200125

Denngan judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Pola Tidur Di Desa Onu Kecamatan Pipikoro Kabupaten Sigi “ telah diperiksa

dan disetujui untuk diujikan.


Palu, 2022

Pembimbing

Janice sepang, S. Kep, Ns, M.Kep

NIDN :0930017101

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang maha esa atas peryetaan dan anugrahnya

Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ( KTI ) sebagai tugas

akhir dengan judul Asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan masalah gangguan pola

tidur di desa onu kecamatan pipikoro kabupaten sigi untuk salah satu syarat mahasiswa

sekola tinggi keperawatan bala keselamatan memperoleh gelar ahly madya keperawatan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah dapat terselesaikan karena berkat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada :
1 .Ibu Estela lilian Mua,SKM M. Kep Selaku ketua stikes bala keselamatan palu

2.Ibu Janice Sepang, S.Kep, NS, M. kep sebagai dosen pembimbing saya yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis

3. Dosen dan staf yang selalu memberikan semangat, dorongan, motivasi dan juga

memberikan pengetahuan selama penulis kuliah di sekolah Tinggi ilmu bala keselamatan

palu.

4. Kepada orang tua yaitu bapak Sadrak Tangka dan ibu Elna beserta adik penulis Elsa lestari,

dan keluarga yang telah memberikan dukungan doa,dan motivasi selama penulis

melaksanakan pendidikan sampai dengan penyusunan tugas akhir

5. Kepada Teman-teman angkatan yang selalu memberikan semangat serta dukungan dan

terlebih penulis, mengucapkan terimahkasih kepada Maikel Jordan,Reynol cristeven,veliyan

karmelito,Rival edgar,Yudistira Samuel,putri chayani,winda poki,Ririn risna ritalia, Niken

ayu dan Conjungtifani Dwi pratiwi. yang sudah membantu penulis dalam hal sekecil apapun dan

sudah memberikan motivasi serta dukungan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan dan pengetahuan dari para pembaca khususnya mahasiswa /keperawatan

sebagai sumber referensi penhetahuan dan saya mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam karya tulis ilmiah ini serta dengan senang hati menerimah kritikan dan saran

yang membangun,sekian dan terimah kasih, Tuhan Yesus memberkati kita semua.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .....................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................ii

HALAMAN BEBAS PLAGIASI ....................................................................iii

HALAMAN ORSINALITAS ..........................................................................iv

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................v

KAA PENGANTAR .......................................................................................vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................vii

BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan Studi kasus ...............................................................................3
1.4 Manfaat Studi kasus..............................................................................4
BAB II ............................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................5

2.1 Asuhan Keperawatan ...........................................................................5


2.2 Definisi lansia
2.3 Teori-teori proses penuaan ..................................................................16 17
2.4 Tugas perkembangan lansia .................................................................21
2.5 Perubahan pada lansia...........................................................................22
BAB III.............................................................................................................26

METODE STUDI KASUS ..............................................................................26

3.1 Desain Studi Kasus ..............................................................................26


3.2 Subjek Studi Kasus ..............................................................................26
3.3 Fokus Studi Kasus ...............................................................................26
3.4 Definisi Operasional Studi Kasus ........................................................26
3.5 Instrumen Studi Kasus .........................................................................27
3.6 Lokasi dan Waktu Studi .......................................................................28
3.7 Analisa data dan Penyajian Data .........................................................28
3.8 Etika Studi Kasus .................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lansia adalah penduduk berusia 60 tahun ke atas.pada lansia akan terjadi

perubahanperubahan akibat proses. Menua yang dapat mempengaruhi fungsi serta

kemampuan tubuh pada semua sistem sehingga menyebapkan munculnya masalah yaitu

gangguan pola tidur.gangguan pola tidur nerupakan suatu keadaan ketika individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola tidur yang

menyebapkan ketidak nyamanan atau menggangu gaya hidup yang di inginkan.pada

lansia yang mengalami gangguan pola tidur pada siang hari akan bertambah. Fenomena

dalam keluarga saat ini banyak yang belum mengetahui mengenai gangguan pola tidur

yang dialami oleh lansia. Keluarga berfikir jika anggota keluarga lansia tidak di

perbolekan untuk melakukan semua aktivitas sehari-hari. Pada hal dengan aktivitas yang

cukup untuk lansia akan dapat mempengaruhi pola tidur pada lansia. Apabila lansia

kurang beraktivitas pada siang harinya maka dapat menganggu pola tidur pada malam

harinya [widiarti 2013].

Data dari world population prospescts [2015] dalam saraisang, dkk [2018], 12% dari

jumlah populasi dunia adalah berusia 60 tahun ke atas atau sekitar 901 juta orang. Pada

tahun 2030 jumlah lansia diperkirakan akan meningkat dari 901 juta menjadi 1,4 miliar.

Menurut national sleep foundation [2014] dalam sulistyarini & santoso [2016] 67% dari

1.508 lansia di Indonesia dengan usia diatas 65 tahun mengalami gangguan pola tidur.

Menurut pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI [2017] di Indonesia

prevalensi lansia pada tahun 2017 terdapat 9,03% atau 23,66 juta jiwa. Prevelensi itu di
perkirakan akan terjadi peningkatan menjadi 27,08 juta pada tahun 2020 dan tahun 2035

menjadi 48,19 juta jiwa.

Prevelensi di Indonesia dengan masalah gangguan pola tidur termasuk tinggi sekitar 67%

dari populasi yang berusia 65 tahun keatas, prevelensi lansia dijawa timur pada tahun

2018 adalah 12,64% dari jumlah populasi di Indonesia dan termasuk 3 besar provinsi

dengan tingkat prevelensi lansia yang tinggi setelah di Yogyakarta dan jawa tengah

[badan pusat statistik provinsi jawa timur, 2018].

Terjadinya gangguan pola tidur pada lansia merupakan salah satu akibat dari kurang

mengenalnya keluarga terhadap masalah tersebut. Akibatnya masalh tersebut tidak akan

segerah tertangani sehingga dapat menimbulkan masalah lainnya dan menganggu

aktivitas sehari-hari,seperti menurunya daya tahan tubuh, dapat menimbulkan keluhan

pusing, kehilangan gairah, rasa malas, cenderung mudah marah/tersinggung, menurunuya

kemampuan pengembalian keputusan secara bijak, hingga dapat menyebabkan depresi

dan frustasi.menginformasikan bahwa kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan

resiko terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan kondisi medis lainnya. Permasalahan

pola tidur pada lansia dapat dijadikan sebagai acuan untuk memberikan intervensi

keperawatan yang sesuai dalam mengatasi masalah tersebut. Di antara intervensi yang

dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi kepada keluarga mengenai

masalah gangguan pola tidur, baik tanda gejalanya, penyebab masalahnya, dampak yang

dapat ditimbulkan serta bagaimana cara mengatasinya. Selain itu mendiskusikan tentang

masalah yang diresahkan keluarga dalam perawat pasien serta melatih keluarga dalam

merawat pasien gangguan pola tidur dengan memenerapkan metode-metode non-

farmakologi seperti menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, menetapkan waktu tidur
yang teratur, menghindrari alcohol, dan tembakau (merokok), melakukan aktifitas yang

menenangkan seperti membaca, mandi air hangat/meditasi (Jacson, 2016). Dalam jurnal

penelitian Mahardika, J.dkk (2018) sudah membuktikan bahwa senam lansia merupakan

terapi nonfarmakologi yang efektif yang dapat dilakukan oleh lansia. Selain itu untuk

intervensi keluarga dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan, dorongan,

semangat dari anggota keluarga. Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik membuat

studi literature tentang asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan masalah

keperawatan gangguan pola tidur.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada lansia ?

1.3 Tujuan Studi kasus

Menggambarkan Asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur

pada lansia didesa Onu kec.pipikoro kab.sigi

1.4 Manfaat Studi kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi ilmu

pengetahuan keperawatan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada

pasien lansia dengan masalah gangguan pola tidur.

1. Bagi pendidikan/Institusi

Sebagai sumbangan pengetahuan dan informasi mengenasi asuhan

keperawatan keluarga pada lansia dengan masalah keperawatan gangguan

pola tidur.
2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Penulisan studi literatur ini sebagai

masukan bagi perkembangan dibidang keperawatan khususnya tentang

masalah gangguan pola tidur pada lansia, serta sebagai referensi yang dapat

digunakan dibidang kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi profesi keperawatan

Penulisan studi literatur ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi profesi keperawatan mengenai masalah gangguan pola tidur

pada lansia, serta dapat memberikan tindak yang tepat, baik secsra

promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative.

2. Bagi pasien dan keluarga pasien

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merawat pasien lansia

dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur.

3. Bagi penulis

Penulisan studi literature ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara

penulis dalam mempelajari cara menganalisis suatu penelitian terkait

gangguan pola tidur pada lansia. Studi literature ini juga dapat menjadi

cara untuk menambah pengalaman keterampilan penulis dalam menyusun

asuhan keperawatan, selain itu, studi literature ini sekaligus juga dapat

menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah gangguan pola tidur pada lansia.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuhan keperawatan pada lansia gangguan pola tidur

2.1.1. Pengkajian

a) Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku,

tingkat pendidikan, sumber pendapatan.

b) Riwayat pekerjaan dan status ekonomi : Pekerjaan saat ini, pekerjaan

sebelumnya, sumber pendapatan, kecukupan pendapatan.

c) Lingkungan tempat tinggal : Kebersihan tempat tinggal, sumber air,

penerangan, tempat pembuangan sampah, sirkulasi.

d) Riwayat kesehatan

a. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Pada klien yang memiliki

keluhan susah untuk tidur, kepala pusing, sering terjaga, pola tidur

berubah, tidak mampu menuntaskan aktivitas.

2) Gejala yang dirasakan : Klien akan mengalami susah tidur, sakit kepala,

tidak bisa melakukan aktivitas penuh, pola tidur yang tidak teratur

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1) Penyakit yang pernah diderita : Adanya masalah ganggguan istirahat

dan tidur sebelumnya dan bagaimana penanganannya.


2) Riwayat pemakaian obat : Mengkaji pasien insomnia jika

mengkonsumsi obat tidur.

c. Pola fungsional

1) Nutrisi metabolik : Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan.

2) Aktivitas pola latihan : klien mengalami gangguan dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari Karena kelemahan akibat gangguan tidur .

3) Pola istirahat tidur : klien mengalami kesulitan memulai tidur,

terbangun waktu yang lama.

4) Persepsi diri - konsep diri :Menggambarkan sikap tentang diri sendiri

dan penilaian kemampuan terhadap konsep diri.

5) Pola peran hubungan :Merupakan fungsi atau keterlibatan dalam suatu

kelompok.

6) Koping – pola toleransi stress :Menggambarkan usaha yang dilakukan

pasien untuk mengatasi/mengurangi stress

d. Tanda – tanda vital

1) Suhu : Suhu meningkat, suhu normal ( 36,4° C – 37,2° C )

2) Tekanan darah : Tekanan darah pada penderita insomia biasanya akan

mengalami penurunan ( < 120 mmHg sistolik dan tekanan diastolik <

80 mmHg ).

3) Nadi : Pada klien insomnia nadi meningkat atau normal ( 70 – 82 ×/

menit )

4) Respirasi dada : Pernafasan biasanya akan normal atau meningkat.

5) Berat badan/ tinggi badan : normal jika IMT dalam batas normal
e. Pengkajian Fisik

1) Mata : Mengidentifikasi adanya lingkaran hitam pada bagian bawah

mata dan terdapat kantung pada mata.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah

kesehatan atau pada proses kehidupan. (PPNI DPP SDKI, 2017)

Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Penyebab Gejala & Gejala & Manifest


tanda mayor tanda minor asi klinis
Gaangguan 1. Hambatan Subjektif : Subjektif : 1.
Pola tidur lingkungan 1. 1. mengeluh Nyeri/kl
( D. 0055 : ( mis. Mengeluh kemampuan onik
126 ) Kelembapan sulit tidur beraktivitas 2.
Kategori : lingkungan 2. menurun. Hipertioi
fisiologis sekitar, suhu Mengeluh Objektif : disme
Subkategori lingkungan, sering ( tidak 3.
: pencahayaan, terjaga tersedia ) Kecemas
Aktivitas/Is kebisingan, 3. an
tirahat bau tidak Mengeluh 4.
Definisi : sedap, jadwal tidak puas Penyakit
gangguan pemantuan/p tidur paru
kualitas dan emeriksaan/ti 4.Mengeluh Obstrukt
kuantitas ndakan ) pola tidur if kronis
waktu tidur 2. Kurang berubah 5.
akibat control tidur 5. Kehamil
faktor 3. Kurang Mengeluh an
eksternal . privasi istirahat 6.
4. Restraint tidak cukup Periode
fisik Objektif : pasca
5. ( tidak partum
Ketidakadaan Tersedia ) 7.
teman tidur Kondisi
6. Tidak pasca
familiar operasi.
dengan
peralatan
tempat tidur

Gangguan 1. Hambatan Subjektif : Subjektif : 1.


Pola tidur lingkungan 1. 1. mengeluh Nyeri/kl
( D. 0055 : ( mis. Mengeluh kemampuan onik
126 ) Kelembapan sulit tidur beraktivitas 2.
Kategori : lingkungan 2. menurun. Hipertioi
fisiologis sekitar, suhu Mengeluh Objektif : disme
Subkategori lingkungan, sering ( tidak 3.
: pencahayaan, terjaga tersedia ) Kecemas
Aktivitas/Iskebisingan, 3. an
tirahat bau tidak Mengeluh 4.
Definisi : sedap, jadwal tidak puas Penyakit
gangguan pemantuan/p tidur paru
kualitas danemeriksaan/ti 4.Mengeluh Obstrukt
kuantitas ndakan ) pola tidur if kronis
waktu tidur 2. Kurang berubah 5.
akibat control tidur 5. Kehamil
faktor 3. Kurang Mengeluh an
eksternal . privasi istirahat 6.
4. Restraint tidak cukup Periode
fisik Objektif : pasca
5. ( tidak partum
Ketidakadaan Tersedia ) 7.
teman tidur Kondisi
6. Tidak pasca
familiar operasi.
dengan
peralatan
tempat tidur
Sumber : (PPNI DPP SDKI, 2017)

2.2.3 Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis utuk mencapai

peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, kelompok,

keluarga dan komunitas. (PPNI DPP SIKI, 2016)

Tabel 2.4 perencanaan keperawatan

Standar Standar Luaran Standar Intervensi


Diagnosa Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperwatan Indonesia
Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama :
Pola Tidur tindakan Dukungan Tidur
( SDKI D. keperawatan Observasi :
0055 ) selama × 24 jam 1. Identifikasi pola aktivitas
diharapkan pola dan tidur.
tidur membaik, 2. Identifikasi faktor
dengan kriteria penganggu tidur ( fisik dan
hasil : ataupsikologis )
1. Keluhan sulit 3. Identifikasi makanan atau
tidur menurun. minuman yang menggangu
2. Keluhan sering tidur ( mis. Kopi, teh,
terjaga alkohol, makan mendekati
menurun . tidur, minum banyak air
3. Keluhan tidak sebelum tidur).
puas tidur 4. Identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi.
4. Keluhan pola Terapeutik
tidur berubah 5. Modifikasi lingkungan
menurun. ( mis. Pencahayaan,
5. Keluhan kebisngan, suhu, matras,
istirahat tidak dan tempat tidur)
cukup 6. Batasi waktu tidur siang,
menurun. jika perlu.
6. Kemampuan 7. Fasilitasi menghilangkan
berakitivitas stres sebelum tidur.
meningkat. 8. Tetapkan jadwal tidur
rutin.
9. Lakukan prosedur terapi
musik karambangan
10. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan ( Mis. Terapi
musik, pijat, pengaturan
posisi, terapi akuprestur).
11. Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga.
Edukasi
12. Jelaskan pentingnya tidur
cukup.
13. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
14. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur.
15. Anjurkan pengunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM.
16. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur ( mis.
Psiokologis, gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja ).
17. Ajarkan relaksi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnnya.
Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama :
Pola Tidur tindakan Dukungan Tidur
( SDKI D. keperawatan Observasi :
0055 ) selama × 24 jam 18. Identifikasi pola aktivitas
diharapkan pola dan tidur.
tidur membaik, 19. Identifikasi faktor
dengan kriteria penganggu tidur ( fisik dan
hasil : ataupsikologis )
7. Keluhan sulit 20. Identifikasi makanan atau
tidur menurun. minuman yang menggangu
8. Keluhan sering tidur ( mis. Kopi, teh,
terjaga alkohol, makan mendekati
menurun . tidur, minum banyak air
9. Keluhan tidak sebelum tidur).
puas tidur 21. Identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi.
10. Keluhan pola Terapeutik
tidur berubah 22. Modifikasi lingkungan
menurun. ( mis. Pencahayaan,
11. Keluhan kebisngan, suhu, matras,
istirahat tidak dan tempat tidur)
cukup 23. Batasi waktu tidur siang,
menurun. jika perlu.
12. Kemampuan 24. Fasilitasi menghilangkan
berakitivitas stres sebelum tidur.
meningkat. 25. Tetapkan jadwal tidur
rutin.
26. Lakukan prosedur terapi
musik karambangan
27. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan ( Mis. Terapi
musik, pijat, pengaturan
posisi, terapi akuprestur).
28. Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga.
Edukasi
29. Jelaskan pentingnya tidur
cukup.
30. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
31. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur.
32. Anjurkan pengunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM.
33. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur ( mis.
Psiokologis, gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja ).
34. Ajarkan relaksi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnnya.
Sumber : (PPNI DPPP SLKI, 2017), (PPNI DPP SIKI, 2016)

2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari suatu masalah yang dihadapi, untuk menuju

status kesehatan yang baik dimana hal tersebut bisa menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan. (Sari, 2019).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan


pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah di buat

dalam rencana keperawatan. (Siregar, 2022)

Hasil evaluasi :

1. Masalah teratasi :

Jika pasien dapat menunjukan perubahan sesuai dengan standar dan tujuan yang

ditetapkan.

2. Masalah teratasi sebagian :

Saat pasien menunjukan perubahan sebagian dari standard dan kriteria yang telah

ditetapkan .

3. Masalah tidak teratasi :

Jika pasien menunjukan tidak adanya perubahan dan kemajuan sama sekali dan

bahkan timbul masalah baru.

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, dan masalah tidak teratasi adalah

dengan cara membandingkan antara soap dengan tujuan dan kriteria yang telah

ditetapkan, seperti berikut :

• S ( subjective ) : adalah informasi berupa ungkapan yang diperoleh dari

pasien setelah adanya tindakan intervensi yang dilakukan.

• O ( objective ) : merupakan informasi yang didapat dari hasil pengamatan,

penilaian dan pengukuran yang telah dilakukan oleh perawat selama tindakan

keperawatan.
• A ( assessment ) : pembanding atara informasi subjective dan objective

dengan tujuan dari kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan apakah masalah

teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi.

• P ( planning ) : hasil akhir apakah intervensi dihentikan ketika assessment

teratasi, ataupun intervensi dilanjutkan, ketika assessment teratasi sebagian.

2.2.6 Definisi Lansia

Proses menua adalah proses yang terus berlanjut secara alamiah, yang dimulai

sejah lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Lansia bukanlah suatu

penyakit, melainkan suatu masa tahap manusia (bayi, kanak-kanak, remaja,

dewasa, tua, sampai lanjut usia). Adapun batasanbatasan lansia menurut WHO

2008 sebagai berikut :

1. Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (erderly), antara 60 sampai 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.

2.2.7 Teori- Teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori terkait dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori

psikologi, teori sosial, dan teori spiritual diantaranya:

1. Teori Biologi
Teori biologi ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang (Reny Y,

2014)

 Teori genetik dan mutasi Menurut teori genetik dan mutasi,

menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.

Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang deprogram

oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya

mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari

sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). Terjadi

dalam pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut

teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh yaitu adanya

pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat

pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu

sendiri. Pada teori biologi dikenal dengan istilah ‘pemakaian dan

perusakan’ (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha

dan stress yang akan menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah.

Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah

kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap

radiasi, penyakit,dan kekurangan gizi.

 Immunology Slow Theory Menurut immunology slow theory,

yaitu sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dan dapat menyebabkan

kerusakan organ tubuh.


 Teori Radikal Bebas Teori radikal bebas ini dapat terbentuk di

alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) yang

mengakibatkanoksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak

dapat melakukan regenerasi.

 Teori Rantai Silang Pada teori rantai silang ini diungkapkan

bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau using dapat

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen.Ikatan ini dapat menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang sering terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif. Kepribadian terdiri atas motivasi dan kecerdasan yang dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang

positif akan menjadikan lansia mampu berinteraksi dengan mudah

terhadap nilai-nilai dari status sosialnya. Adanya penurunan dari

kecerdasan meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar

pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan

bersosialisasi. Persepsi merupakan kemampuan bersosialisasi pada

lingkungan. Adanya penurunan fungsi sistem sensorik , akan terjadi


penurunan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga

muncul aksi / reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan

kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologi organ otak. Namun

untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi

lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi

alasan secara abstrak, dan melakukan perhitungan. Memori adalah

kemampuan daya ingat lansia terhadap sesuatu kejadian jangka pendek

maupun panjang. Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut :

a. Ingatan yang paling sigkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.

b. Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga

jam.

c. Ingatan jangka panjang. Kemampuan belajar yang menurun akan

terjadi karena banyak hal. Selain organ otak fungsional, kurangnya

motivasi lasia dalam berperan. Motivasi akan menurun jika lansia sendiri

merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

3. Teori Sosial

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori

interaksi sosial (social exchange theory) teori penarikan diri

(disangenment theory), teori aktivitas (activity theory), teori

kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development

theory), dan teori strativikasi usia (age stratification theory).

a) Teori Interaksi Sosial


Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi

tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat.Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi

sosial merupkan kunci untuk mempertahankan status sosialnya

atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.

Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok

mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan

pribadi atau kelompok lainnya. Pada lansia, kekuasaandan

pretisinya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial

mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

b) Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial penuaan yang paling

awal.Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat

kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan

menarik diri dari pergaulan disekitarnya. Selain hal tersebut,

masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi agar para lansia

tidak menarik diri, proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial

lansia mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.Pada

lansia juga terjadi kehilangan ganda, yaitu:

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontak sosial

3) Berkurangnya komitmen
c) Teori Aktivitas

Penuaan yang sukses bergantung seorang lansia merasakan

kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan

aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas yang dilakukan.dari satu sisi aktivitas lansia dapat

menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya

peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek ketua RT,

seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan

hidup. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses

penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan

berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa

mudanya. Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

1) Moral dankepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan seterusnya dari lansia di masyarkat.

2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang

lansia Penerapan teori aktivitas inisangat positif dalam

penyusunan kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan

para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya dimasyarakat.

d) Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial.Teori ini

mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia.Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat iya menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang

ternyata tidak berubah meskipun iya telah menjadi lansia.

Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan

merupakan suatu pergerakan dan proses searah, akan tetapi pada

teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak

arah, bergantung dari mana penerimaan seseorang terhadap status

hidupnya. Kesulitan menerima teori ini adalah bahwa sulit untuk

memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus

tiap orang sangat berbeda.Pokok-pokok dari kesinambungan

adalah sebagai berikut :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya

dimasa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan

2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara

untuk beradaptasi.

4. Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami

oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu

dipahami oleh freut, buhler, jung, erikson. Sikmun freut meneliti tentang

psiko analisis serta perubahan psikososial anak dan balita. Erikson

membagi kehidupan menjadi 8 fase, yaitu:


1) Lansia yang menerima apa adanya

2) Lansia yang takut mati

3) Lansia yang merasakan hidup penuh dengan arti

4) Lansia yang menyesali diri

5) Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan

6) Lansia yang kehidupannya berhasil

7) Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri

8) Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan.

Havighurst dan duvali menguraikan 7 jenis tugas perkembangan selama

hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu :

1) Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis

2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

3) Menemukan makna kehidupan

4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

7) Menerima dirinya sebagai seorang lansia

5. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dngan alam semesta dan persepsi individu tentang arti

kehidupan. Jams Fowler mengungkapkan 7 tahap perkembangan

kepercayaan.Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia

spiritual kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler


menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan

cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurtnya, keprcayaan

adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu menanmkan suatu keyakinan,

cinta kasih dan harapan.Fowler meyakini bahwa perkembangan

kepercayaan antara orang dan lingkungan.

2.2.8 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Siti Maryam (2019), adapun tugas perkembangan lansia yaitu :

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

2. Mempersiapkan diri untuk pensiun

3. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusianya.

4. Mempersiapkan kehidupan yang baru

5. Melakukan penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial / masyarakat.

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.

2.2.9 Perubahan Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Selakan terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih

besar ukurannya, serta akan berkurang jumlah cairan dalam tubuh dan

juga intraselulernya berkurang.

b. Sistem persyarafan terjadi perubahan berat di otak 10-20%, dan akan

lambat dalam respon dan waktu juga akan bereaksi serta mengecilnya

syaraf panca indera yang akan menyebabkan berkurangnya penglihatan

dan hilangnya suatu pendengaran sehingga akanmengakibatkan

terjadinya masalah kesehatan glaucoma dan sebagainya.


c. Sistem pendengaran ini terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran

pada telinga dalam, yang paling utama terhadap bunyi atau nada-nada

tinggi.

d. Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya suatu respon terhadap

sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi

katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan.

e. Sistem kardiovaskuler terjadi adanya penurunan elastisitas dinding

aorta,sehingga katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun 1% setiap tahunnya akan terjadi

sesudah berumur 20 tahun.

f. Sistem musculoskeletal terjadi perubahanapabila tulang akan

kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang.

g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia terjadi perubahan

apabilaproduksi hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekesinya tak

berubah.

h. Sistem perkemihan terjadi perubahan apabilaginjal merupakan alat

untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolism dalam tubuh melalui urine,

darah masuk ke ginjal dan disaring dengan satuan (unit) terkecil dari

ginjal yang disebut nefron.

2. Perubahan Mental

Meliputi perubahan dalam memori pada umumnya.Gejala-gejala memori

yang sering terjadi pada lansia disebut pikun tua / pelupa. Pelupa
merupakan keluhan yang sering terjadi pada manula, keluhan ini sudah

biasa dianggap oleh lansia.

3. Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas di

kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia akan sadar merasakan

kematian, semakin lanjut usia biasanya merekaakan menjadisangat tearik

terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian orang lain

dan kematian dirinya sendiri

2.2.10 Konsep Gangguan Pola Tidur

 Definisi Gangguan PolaTidur

Gangguan pola tidur merupakan kondisi yang jika tidak diobati,

secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam

Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan oleh perubahan

sistem saraf pusat yang akan mempengaruhi pengaturan tidur.

Kerusakan sensorik yang umum diderita pada lansia.Aktifnya

saraf simpatis membuat lansia tidak dapat relaks dan santai

sehingga tidak merasakan ngantuk. Melalui latihan distraksi yang

di berikan melalui proses sugesti, lansia dilatih untuk dapat

mmunculkan respon relaksasi sehingga menimbulkan rasa tenang.

Respon relaksasi ini terjadi penurunan kebutuhan zat oksigen oleh

tubuh,dan selanjutnya aliran darah akan lancar. Sistem saraf akan

bekerjasecara baik otot-otot tubuh yang relaks akan menimbulkan


perasaan yang tenang dan nyaman. Sehingga perasaan tenang dan

nyaman akan memudahkan lansia untuk tidur terlelap.

 Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang

menpengaruhi hubungan mekanisme serebral yang secara

bergantian untuk mengaktifkan dan menekan sistem saraf pusat di

otak agar dapat tidur dan terbangun. Salah satu aktivitas tidur ini

untuk mengatur seluruh tingkatan susunan saraf pusat termasuk

kewaspadaan dan tidur. Pusat dan kewaspadaan dan tidur terletak

dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter dan Perry 2014).

 Pengaturan Tidur adalah aktivitas yang melibatkan usunan saraf

pusat, saraf perifer,endokrin kardiovaskuler, respirasi dan

muskulokeletal .Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau

direkam dengan electroencephalogram(EEG) untuk aktivitas

listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan

electromyogram (EMG) dan elektroculogram (EOG) untuk

mengukur pergerakan mata. Pengaturan dan kontrol tidur

tergantung pada hubungan antara dua mekanisme selebral yang

secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk

tidur dan terbangun.RAS memberikan stimulus visual, audiotori,

nyeri, dan sensori raba,juga menerima stimulus dari konteks

serebri.Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam

RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinephrine.Saat

tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari


sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur

synchronizing regional (BSR). Seseorang yang mencoba untuk

tidur, mereka menutupmatanya dan berusaha dalam posisi

rileks.jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada

saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto &

Wartonah 2013).

 Tahapan Tidur EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi

perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata.

Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye

movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).Selama

masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan

memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.Sedangkan

tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 110 menit

sebelum berakirnya tidur.

 Siklus Tidur Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM

dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung

selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga

lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari

tahap NREM yang berlanjut ke REM. Tahap NREM 1-3

berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap 4

selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu individu kembali

melalui tahap 3 dan 2 selama 20 menit.tahap 1 REM muncul

sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.


 Fungsi Tidur Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui,

akan tetapi bahwa tidur dapat menjaga keseimbangan mental,

emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru,

kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Dan secara umum tidur

terdapat dua efek fisiologis yaitu pertama, efek pada sistem saraf

yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal.

keseimbangan di antaranya sebagai susunan saraf,dan yang kedua

yaitu efek pada struktur tubuh untuk memulihkan kesegaran dan

fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

 Kebutuhan Tidur Kebutuhan dan pola tidur normal menurut

Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu: Usia tua

1) Tidur kurang lebih 6 jam/hari

2) Tahap REM 20-25%

 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pola Tidur

Menurut Trawoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi yaitu :

1. Usia

Lanjut usia tidak memerlukan waktu yang lebihbanyak untuk

tidur, mereka lebih sering terbangun di tengah-tengah malam

tidurnya dan tetap terjaga untuk waktu yang lama. Mereka

mungkin banyak tertidur dalam waktu yang singkat, dalam sehari

dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan

lingkungan. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang


dialami oleh para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur

namun lebih singkat dalam keadaan tertidur. Hal ini yang paling

mencolok dalam hubungan antara usia dengan perubahan fisiologi

tidur adalah pengurangan jumlah dari tidur . Dari penelitian

diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur siklus

tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan

non fotik, demikian pula berubah peranan dari retina, nucleus

suprakiasmatikum dari hipotalamus, dan glandula pinealis yang

berperan pada sirkadian tidur. Pada lanjut usia terjadi pengurangan

jumlah tidur gelombang tidur gelombang lambat (stadium 3 dan 4

tidur NREM).

 Klasifikasi Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaa

individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam

jumlah dan kualitas pada istirahat yang menyebabkan

ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan

(Carpenito, 1995). Gangguan tidur ini dapat dilihat dari kondisi

pasien yaitu :

1. Memperlihatkan perasaan lelah

2. Mudah terangsang dan gelisah

3. Lesu dan apatis

4. Kehitaman di daerah sekitar mata

5. Kelopak mata bengkak


6. Konjungtiva merah, mata perih

7. Perhatian terpecah-pecah

8. Sakit kepala

9. Sering menguap atau mengantuk

Penyebab gangguan pola tidur antara lain : kerusakan transpor

oksigen, gangguan metabolisme,kerusakan eliminasi,pengaruh

obat, imobilitas, nyeri pada kaki, faktor lingkungan yang

mengganggu dll.

2.2.12 Patofisiologi

Insomnia Setiap masalah yang terjadi dalam hidup seseorang

merupakan sebuah stressor bagi tubuh. Tubuh akan memberikan

respon terhadap stressor tersebut dengan melakukan mekanisme

hipotalamus-pituitari- aksis (HPA). Dalam mekanisme ini,

hipotalamus akan menghasilkan corticotropin releasing hormone

(CRH) yang merangsang hipofisis menghasilkan

adrenocorticotropic hormone (ACTH). ACTH dilepas ke dalam

aliran darah dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal melepas

hormon kortisol. Kadar kortisol yang tinggi menyebabkan

melatonin darah menjadi rendah, kemudian merangsang sistem

saraf simpatis.

2.2.13 Penatalaksanaan

 Edukasi kesehatan
Edukasi kesehatan meliputi pemberian informasi mengenai

insomnia seperti etiologi dan langkah-langkah yang akan diambil

untuk mengatasi insomnia. Informasi yang diperoleh akan

memperbaiki kesalahpahaman mengenai siklus tidur, masalah, dan

langkah-langkah terapi.

 Edukasi sleep hygiene

Edukasi sleep hygiene meliputi pergi ke tempat tidur hanya bila

mengantuk, hindari tidur sekejab di siang hari, bangun pada

waktu yang sama setiap hari, hentikan obat yang bekerja pada

sistem saraf pusat (kafein, nikotin, alkohol, stimulan),

mempertahankan kondisi tidur yang menyenangkan (tentang

suhu, ventilasi, kebisingan, cahaya), melakukan rutinitas relaksasi

malam, seperti relaksasi otot progresif atau meditasi, makan pada

waktu yang teratur setiap hari; hindari makan dalam jumlah besar

sebelum tidur, hindari stimulasi malam hari, gantikan televise

dengan radio atau bacaan santai, dan dapatkan kebugaran fisik

dengan program olahraga yang rajin dan bertahap di pagi hari.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah suatu proses keseluruhan penelitian yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian yang dimulai dari perencanaan

sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dengan cara

pemilihan, pengumpulan data,Analisa data, berdasarkan pertanyaan

penelitian studi kasus (warshawasky & paul, 2019).dalam penelitian ini

menggunakan penelitian deskritif (warshawasky & paul,2019)

Desain penelitian deskritif adalah desain penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya satu variable

atau mencari hubungan dengan variabel atau lebih (indenpenden) tanpa

membuat perbandingan variabel atau mencari hubungan dengan variabel

lain (warshawasky & paul,2019). Gambaran asuhan keperawatan pada

pasien gangguan pola tidur.

3.2 Subjek studi kasus


Subjek studi kasus atau partisipan dalam keperawatan umumnya adalah

pasien dan keluarga. Subjek yang digunakan pada studi kasus dengan

pendekatan asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien yang diagnosis

medis dengan masalah gangguan pola tidur.pada studi kasus ini subjek

penelitian digunakan pada lansia dengan diagnosis gangguan pola tidur.

Kriteria inklusi dari studi kasus yaitu:

1) Pasien yang terdiagnosa masalah gangguan pola tidur

2) Pasien yang mengalami gangguan pola tidur

3) Pasien yang berusia usia pertengahan (elderly) 60 sampai 70 Tahun

Kriteria eklusi dari kasus yaitu:

3.3 Fokus studi kasus

Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah keperawatan gangguan

pola tidur untuk mengatasi gangguan pola tidur pada lansia

1) Pasien gangguan pola tidur yang tidak mengomsumsi obat.

3.4 .Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah masalah utama yang akan di jadikan titik acuan

studi kasus. Fokus studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada

pasien lansia dengan gangguan masalah pola tidur dengan masalah

ganggua meliputi tahapan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implemantasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.
3.5. Definisi Operasional Studi Kasus

Definisi operasional adalah petunjuk atau kriteria yang lengkap tentang

apa yang harus diamati dan bagaimana cara mengamati dengan

menggunakan rujukan empiris/penemuan (Guineensis et al., 2021).

Untuk memudahkan dalam memahami studi kasus ini, maka penulis

membuat penjelasan sebagai berikut:

1) Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur adalah ketidakmampuan seseorang dalam memulai

tidur yang dikarenakan faktor eksternal maupun internal dan

menyebabkan ketidaknyamanan.

2) Masalah gangguan pola tidur

Masalah gangguan pola tidur merupakan ketidakcukupan istirahat yang

dikarenakan sulit dalam memulai tidur, juga bisa disebut seseorang

yang sudah terbangun dan sulit untuk tidur kembali dalam kurun waktu

yang cukup sering.

3.6. Instrumen Studi Kasus

1) Format pengkajian

Peneliti menggunakan format pengkajian medikal bedah asuhan

keperawatan yang berfokus pada masalah gangguan pola tidur.

2). Observas

Observasi adalah prosedur yang berencana, yang meliputi, inpeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu


atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan

diteliti.

3).Tensi meter dan stetoskop

Tensi meter dan stetoskop adalah alat ukur untuk mengetahui tekanan

darah sistolik dan diastolik.

Lembar kusioner adalah lembar pengamatan atas penelitian yang

sedang diamati oleh peneliti. Lembar kusioner kenyamanan ini

digunakan untuk mengukur perubahan halistik dalam tingkat

kenyamanan pasien menggunakan Shortened General Comfort

Questionnare (SGCR)

4). Dokumentasi (hp)

Alat dokumentasi adalah alat untuk mendokumentasikan setiap asuhan

keperawatan yang akan diberikan dan sebagai bukti.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahap dalam proses penelitian yang

penting karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka

proses penelitian skan berlangsung sampai mendapat jawaban dan di

rumusan masalah yang sudah ditetapkan.

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari sasaran peneliti (responden) atau


bercakap-cakap berhadapan muka dengan muka (face to face).

Materi wawancara meliputi: anamnesis berisi tentang (wawancara

subjek atau responden), keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

dahulu, keluarga dan lain-lain sesuai dengan pedoman yang akan

diungkapkan klien maupun keluarga klien.

2) Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana

antara lain meliputi dan mencatat jumlah aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang di teliti. Jika melakukan

observasi bukan hanya mengunjungi, melihat atau menonton saja,

tetapi disertai keaktifan atau perhatian khusus melakukan

pencatatan-pencatatan. Observasi dapat dilaksaksanakan

menggunaan model instrumen daftar cek list.

3) Kusioner dan alat ukur

Kusioner kenyamanan berasal dari web comfort line kathy kolkaba

yang digunakan peneliti. Kusioner ini digunakan untuk mengukur

perubahan holistik dalam tingkat kenyamanan pasien menggunakan

shortened general comfort questionnare (GCQ) pasien dinyatakan

nyaman jika skor kurang dari sama dengan 84 (dari total 140 dibagi

dua dan dikali 10%) dan dikatakan nyaman jika ˃84 dan tidak

nyaman ˂84. Terdapat 28 pernyataan, dengan lima tanggapan

tetapi peneliti menghilangkan salah satu jawaban yaitu netral,

supaya peneliti mendapatkan jawaban yang akurat dari responden


mulai dari sangat tidak setuju sekali sampai setuju sekali. Tingkat

kenyamanan seseorang yaitu: 5 = STS (sangat tidak setuju), 4 = SS

(sangat setuju), 3 = S (setuju), 2 = KS (kurang setuju) 1 = TS (tidak

setuju).

3.8. Lokasi dan Waktu Studi

Pengumpulan data pada studi kasus dilakukan didesa Onu Kab.Sigi

selama 8 hari, dari tanggal….sampai tanggal….2022.

Jenis instrument yang digunakan oleh penulis, yaitu :

a) Format pengkajian asuhan keperawatan gerontik

b) Lembar Observasi

Indikator Sebelum Hari Hari Hari Hari Hari


pemberian ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
Keluhan
sulit
tidur
Keluhan
sering
terjaga
Keluhan
tidak
puas
tidur
Keluhan
pola
tidur
berubah
Keluhan
istirahat
tidak
cukup
Keterangan skor :
- Meningkat : 1
- Cukup meningkat : 2
- Sedang : 3
- Cukup menurun : 4
- Menurun : 5

3.9. Analisa Data dan Penyajian Data


Penyajian data pada studi kasus disajikan secara terstuktur atau
narasi dengan ungkapan varbal dari responden studi kasus yang
merupakan data pendukung. Urutan analisa data yaitu:
1). Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan ditulis
dalam format yang sudah diterapkan
2). Data yang telah dikumpulkan akan disusun dalam bentuk
asuhan keperawatan
3). Berdasarkan data yang ada maka dibuat diagnosa keperawatan
4). Berdasarakan diagnosa yang dibuat selanjutnya membuat
perencanaan keperawatan
5). Berdasarkan perencenaan yang telah dibuat maka melakukan
implementasi keperawatan
6). Setelah itu evalusi disusun dalam catatan keperawatan yang
lengkap dan lakukan pendokumentasian.

3.10 Etika Studi Kasus


1) Informed consen (Formulir persetujuan)
informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti/memberi asuhan keperawatan dengan responden/klien
dengan memberikan lembaran persetujuan sehingga asuhan
keperawatan berjalan dengan efektif
2) Annotomy/Tanpa nama
Pada saat pencatatan atau pendokumentasian tidak
mencamtunkan nama responden/klien pada lembar alat ukur
(hanya inisial)
3) Confidentiality/Rahasia
Kerahasiaan klien dijamin oleh peneliti hanya akan tertulis
pada data yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4) Justice ( jujur )
Peneliti harus jujur dalam proses pengambilan data hingga
analisis data dan tidak menambahkan data tanpa sesuai dalam
tindakan penelitian.
5) Beneficence dan Non Maleficence ( bermanfaat dan
meminialkan resiko )
Penelitian dapat memberikan manfaat sebagai bahan
pembelajaran dan bahan pengembangan yang dapat menjadi
informasi.
6) Confidientiality ( kerahasiaan )
Memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian, baik
dari informasi maupun data yang telah dikumpulan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. (2014). buku ajar asuhan keperawatan gerontik (2nd ed., p. 253). katalog dalam
penerbitan.
Mitayani, T. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia dengan Masalah Keperawatan di
bpstw unit budi luhur kasongan bantul.
Napitupulu, M., & Sutriningsih. (2019). Asuhan Keprawatan pada Pasien Lansia Gangguan Pola
Tidur. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 70–75.
Patricia, C. O. S. (2021). Gangguan Pola Tidur. 3(2), 6.
PPNI DPP SDKI, T. P. (Ed.). (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. In standar
diagnosa keperawatan indonesia (1st ed., p. 328). dewan pengurus pusat perstuan perawat
nasional indoneia.
PPNI DPP SIKI, T. P. (Ed.). (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indoneia.
PPNI DPP SLKI, T. P. (Ed.). (2017). standar luaran keperawatan indonesia (edisi 1). dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indoneia.
Sari, K. J. (2019). Pedoman Dalam Melaksanakan Implementasi Keperawatan. In Keperawatan
(p. 7).
Siregar. (2022). Pemenuhan kebutuhan istirahat pada pasien lansia 8.5.2017, 2003–2005.
Susanti, L. (2013). Artikel Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Idi Poliklinik
Saraf RS DR . M . Djamil Padang. 4(3), 951–956.
Wahyuni, T., Parliani, & Hayati, D. (2021). Buku Ajar Keperawatan. In CV Jejak, anggota
IKAPI (Issue November).
Yuliana, A. R., & Hafida, F. N. (2022). Penerapan Gangguan Instrumental pada Pasien Lansia :
Studi Literatur. Jurnal Profesi Keperawatan, 9(1), 10–21.

Anda mungkin juga menyukai