Anda di halaman 1dari 86

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

DI SMA NEGERI 2 KAYUAGUNG

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

ALVIANA

NISN.0078343471

Kelas X/E6

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 KAYUAGUNG

TERAKREDITASI : A (UNGGUL)

2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas projek propil

pelajar Pancasila mata pelajaran di kelas X SMA Negeri 2 Kayuagung

makalah ini membahas KEARIFAN LOKAL dengan judul PENGETAHUAN

REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 2

KAYUAGUNG

DISUSUN OLEH:

ALVIANA

NISN.0078343471

Kelas X/E6

Menyatakan dan mengesahkan bahwa makalah ini telah di setujui

dan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku.

Kayuagung, September 2022


Mengetahui:
Kepala SMA Negeri 2 Kayuagung Pembimbing

Drs. Arminadi, M.M Andriyansyah, S.Pd.


NIP. 196510031992031006 NIP. 199708032022211001

ii
1
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Qs. Al-Insyirah:5-6)

“Allah tidak akan membebani seseorang kecuali dengan kesanggupanya”

(Qs. Al-Baqarah: 286)

“Dan tidak ada kesuksesanku melainkan atas pertolongan Allah”

(Qs. Huud: 88)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Karya tulis ini saya persembahkan untuk :

 Ayah dan Ibu tercinta.

 kakak kebanggaanku.

 Seluruh anggota keluarga besar kakek Badru.

 Seluruh anggota keluarga besar Kakek Baina

 Guru pembimbingku, bapak Andriyansyah,

 Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kayuagung bapak Drs.Arminadi,M.M

 Guru – guru beserta staf SMA Negeri 2 Kayuagung

 Teman – teman Kelas E6

 Teman – teman seluruh siswa – siswi SMA Negeri 2 Kayuagung

iii
1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena


akhirnya Skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah yang Penulis buat dengan judul PENGETAHUAN
REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 2
KAYUAGUNG dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran di
kelas X SMA. Dalam menyelesaikan makalah penulis tidak lupa
menyampaikan ucapan terimakasih kepada
1. Orang tua dan saudara saudara saya yang selalu mendoakan serta
membeli motivasi.
2. Bapak Drs. Arminadi ,M.M selaku kepala sekolah
3. Bapak H.iswani S.Pd selaku wakil urusan bidang kesiswaan
4. Ibu Yusniar S.Pd selaku wakil urusan bidang sapra
5. Ibu Hj.siti Zaitah S.Pd selaku wakil urusan bidang akademik
6. Bapak Sugeng Sutriono, S.Pd. selaku wakil urusan humas
7. Ibu Lidya Novalita S.Pd selaku penjamin mutu pendidikan
8. Bapak Andriyansyah S.Pd. selaku pembimbing 1
9. Ibu Indi Amaliyah, S.Pd. selaku wali kelas
10. Bapak ibu guru dan staf administrasi sekolah dan teman – teman
kelompok kls E.6
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan yang ada dalam
pelaksanan maupun penyusun makalah terdapat banyak kekurangan dan
keliruhan dalam penulisan makalah ini .maka penulis meminta keritik dan
saran untuk kesempurnan makalah ini,

iv
1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Kesehatan................................................... 8

B. Konsep Pengetahuan................................................................. 14

C. Konsep Remaja........................................................................... 24

D. Konsep Kesehatan Reproduksi.................................................. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 66

B. Jenis Penelitian .......................................................................... 66

1v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 67

B. Pembahasan............................................................................... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................... 74

B. Saran .......................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa, dan ditangan

pemudalah masa depan bangsa ditentukan. Nasib suatu bangsa

yang dimasa yang akan datang ada di pundak generasi muda.

Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa,

kerusakan atau kehancuran bangsa banyak tergantung pada

generasi mudanya sebagai agen perubahan pada setiap

perkembangan dan pergantian peradaban selalu lahir anak muda

yang mempeloporinya.

Pemuda atau remaja merupakan tumpuan bagi Negara karena

akan berperan sebagai penerus Bangsa. Ketika dalam masa

perkembangannya remaja mengalami hambatan maka dapat

diperkirakan nasib sebuah Negara akan mengalami hambatan dan

tidak dapat berkembang secara optimal. Sama halnya dengan

remaja Indonesia selain memikul tanggungjawab yang besar

terhadap perkembangan Negaranya remaja juga memiliki

tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.

Namun pada kenyataannya, remaja Indonesia saat ini banyak

terhambat oleh berbagai hal salah satunya perilaku hidup bebas

(perilaku yang mengarah pada free sex). Perilaku hidup bebas ini

1
2

sangat dipengaruhi oleh pemahaman yang benar terhadap

kesehatan reproduksi remaja.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju usia

dewasa Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja

yang bersifat konseptual. Defenisi ini berdasarkan 3 kriteria biologik,

psikologik dan sosial ekonomi. Dari segi umur WHO membagi

menjadi remaja awal (10 -14 tahun) dan remaja akhir (15-20 tahun).

PBB menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) dan

menetapkan tahun 1985 sebagai tahun pemuda internasional. Di

Indonesia sendiri, batasan remaja yaitu usia 14-24 tahun yang

dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010, di dapatkan sekitar 1

milyar manusia atau 1 dari 6 manusia di bumi ini adalah remaja dan

85% diantaranya hidup di negara berkembang. Menurut sensus ini,

jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari

seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia

untuk menentukan batasan usia re Banyak remaja yang sudah aktif

secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan

seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap

berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan remaja,

HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnymaja yaitu 11 – 24

tahun dan belum menikah (BKKBN, 2010)

Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan

mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya


3

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja

perempuan dan laki-laki yang tahu tentang masa subur baru

mencapai 29,0 % dan 32,3 %. Remaja perempuan dan remaja

lakilaki yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan

seksual sekali, masing-masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5 %.

Risiko kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

saling berhubungan misalnya kebersihan organ reproduksi,

hubungan seksual pranikah, akses terhadap pendidikan kesehatan,

kekerasan seksual, pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas,

penyalahgunaan Narkoba, akses terhadap informasi pelayanan

kesehatan reproduksi yang kurang, dan kurangnya kedekatan

remaja dengan kedua orangtua maupun keluarganya.

Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja

perlu mendapat informasi yang cukup, sehingga remaja mengetahui

hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari.

Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara

benar, kita dapat menghindari halhal negatif yang mungkin akan

dialami oleh remaja. Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya

pembuatan keputusan untuk menolak setiap kegiatan seksual yang

tidak sesuai dengan norma agama maupun perundangundangan

yang berlaku. Dan hal ini rentan terjadi pada usia remaja karena

setiap kegiatan seksual dapat risiko negatif tentang kesehatan

reproduksinya. Hubungan seksual atau kontak seksual pada remaja


4

di bawah 17 tahun juga berisiko terhadap tumbuhnya sel kanker

pada mulut rahim, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, melakukan

aborsi, dan lebih jauh dapat menyebabkan komplikasi berupa

ganguan mental dan kepribadian pada remaja (Ernawati, 2007).

Remaja putri paling rentan dalam menghadapi masalah

kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara

anatomis, remaja putri lebih mudah terkena infeksi dari luar karena

bentuk dan letak organ reproduksinya. Secara fisiologis, remaja putri

akan mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang

mungkin akan terjadi adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan

perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap Kesehatan

reproduksinya. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia, pihak

perempuan yang paling dirugikan bila kehamilan yang tidak

dikehendaki ini terjadi karena remaja putri tersebut selalu dipandang

dengan muatan-muatan yang sarat dengan moral yang cenderung

menyalahkan korban. Hal ini akan berakibat terjadinya diskriminasi

dan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak untuk

mendapatkan pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak,

sehingga harus ada perubahan cara pandang atas kasus ini dari

muatan moral menjadi muatan empati, sehingga hak-hak korban

harus dilindungi dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan

lagi menyalahkan korban dengan alasan-alasan yang tidak rasional,

misalnya menuduh korban memakai pakaian-pakaian “seksi” yang


5

memicu terjadinya perbuatan tersebut. Risiko kesehatan reproduksi

remaja ini dapat ditekan dengan adanya pengetahuan yang baik dan

benar tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat

ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai

dari usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi diusia remaja

bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi,

tetapi juga dapat menghindarkan dari bahaya akibat pergaulan

bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak

diharapkan atau kehamilan berisiko

Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes per 30 Juni 2011,

terdapat 26.483 kasus AIDS dan 66.693 kasus HIV. Total ada 93.176

kasus atau 50 persen dari estimasi nasional. Sementara ODHA pada

tahun 2011 diprediksi mencapai 210 ribu orang. Data tersebut

dihimpun dari 32 provinsi dan 30 kabupaten dan kota di Indonesia

(Republika, 2012). Menurut Arist Merdeka Sirait, Komnas PA juga

merilis dari 4.726 responden sebanyak 62,7 persen remaja SMP

tidak perawan dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi.

(Komisi Nasional Perlindungan Anak, 2008). Menurut Dr. Boy Abidin

(2007) data kehamilan remaja di Indonesia tahun 2007 yaitu hamil di

luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama

mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas

sendiri mencapai 22,6% hal itu terjadi karena minimnya pengetahuan


6

remaja mengenai kesehatan reproduksi Ramadhani (2012)

mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto

sejak tahun 2008 hingga Nopember 2012 mencapai 265 orang dan

10 persen adalah ibu rumah tangga mereka rata-rata perempuan

baik-baik, tapi tertular virus dari suaminya. Menurut Yudha Hadi

(2012) selama Agustus 2010 sampai dengan Nopember 2011

sebanyak 72 pelajar yang hamil di luar nikah itu didominasi siswi

tingkat SMA yang mencapai 51 orang, siswi SMP 15 orang dan siswi

SD 6 orang, dan trend isu ini cenderung meningkat dari tahun ke

tahunnya. Dan menurut pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

dapatkan data dari 15 orang remaja terdapat 9 remaja kurang begitu

mengerti tentang pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksinya.

Dengan masih banyaknya pelajar yang belum mengerti tentang

kesehatan reproduksi, maka sangat perlu untuk dilakukan

penyuluhan dengan harapan dapat mengubah pengetahuan dan

sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja, dalam hal ini

adalah pelajar di SMA Negeri 2 Kayuagung menjadi lebih baik.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan

penyuluhan antara lain metode ceramah, diskusi kelompok, curah

pendapat, panel, bermain peran, demonstrasi, simposium dan

seminar, dimana masingmasing metode mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Metode ceramah, selain sederhana juga efektif dalam


7

upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok

sasaran yang cukup besar (Sofa, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu

untuk melakukan penelitian tentang PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG KESAHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 2

KAYUAGUNG

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan remaja tentang kesahatan reproduksi di

SMA Negeri 2 Kayuagung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

pengetahuan remaja tentang kesahatan reproduksi di SMA Negeri 2

Kayuagung

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi

mengenai pengetahuan seksual dalam kaitannya dengan

pembentukan sikap seksual pranikah remaja, serta dapat dijadikan

acuan agar lebih sering mengadakan kegiatan - kegiatan yang

berkaitan dengan pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi

remaja di seluruh instansi pendidikan menengah


8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan disajikan materi tentang konsep pendidikan

kesehatan, konsep pengetahuan, konsep remaja, konsep kesehatan

reproduksi, sebagai berikut:

A. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal

(Notoatmodjo, 2003).

Stuart (1968) dalam defenisi yang dikemukakan, dikutip oleh

staf jurusan PK-IP FKMUI (1984) mengatakan bahwa pendidikan

kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran

yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu,

keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir,

bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan,

rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Suhila,

2001). Dengan hal tersebut Pendidikan kesehatan sangat penting.


9

Menurut Grout pendidikan kesehatan adalah upaya

menterjemahkan sesuatu yang telah diketahui tentang kesehatan

kedalam perilaku yang diinginkan dari perseorangan ataupun

masyarakat melalui proses pendidikan, sedangkan menurut

Nyswander pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan


8
pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan

kesehatan perseorangan dan masyarakat. Bila dilihat dari

defenisidefenisi pendidikan kesehatan tersebut tidakjauh berbeda dan

keduanya menekankan pada aspek perubahan perilaku individu dan

masyarakat dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Diharapakan semua petugas kesehatan mengakui bahwa

pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan

lainnya. Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk

mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Dan

tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu

diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan

masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Notoatmodjo,

2007).
10

Adapun materi yang disampaikan sebaiknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan

masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya. Dan

sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami dan menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pemahaman serta menarik perhatian audien atau

sasaran.

Metode yang digunakan bertujuan untuk mengembangkan

komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan

dan audien atau sasaran, sehingga diharapkan pesan yang

disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang

dipakai antara lain: curah pendapat, ceramah, diskusi, demonstrasi,

simulasi dan bermain peran.

2.1.3 Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Suliha (2001), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan

kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual

dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan

sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan

sasaran masyarakat.

Suliha (2001) juga membagi tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan dalam 3 bagian, yaitu; 1) Pendidikan kesehatan di sekolah,

dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya

diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah (UKS); 2) Pendidikan


11

kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan

Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus

dengan sasaran pasien dan keluarga pasien; 3) Pendidikan

kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan

masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu,

keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip

hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat

kesehatan yang optimal.

2.1.4 Pendidikan Seksualitas

1. Pengertian Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang

berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat

mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab

( Arma, 2007).

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau

pendidikan yang dapat membantu remaja dalam menghadapi

masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan

demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan

segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam

bentuk yang wajar (Mutadin, 2002).

2. Materi Pendidikan Seksual


12

Pendidikan seksual yang diberikan dapat berupa dalam bentuk

pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Materi pendidikan

kesehatan reproduksi remaja meliputi pertumbuhan dan

perkembangan remaja, perkembangan seksual remaja, kebersihan

organ reproduksi, perilaku seksual beresiko, pergaulan bebas,

penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, pelecehan seksual,

kehamilan dan persalinan, serta hak reproduksi remaja (Arma, 2007).

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek

anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek psikologis

dan moral. Pendidikan seksual yang baik harus memasukkan unsur-

unsur hak asasi manusia, nilai kultur dan agama, sebagai pendidikan

akhlak dan moral (Mutadin, 2002).

3. Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual adalah menciptakan sikap yang

sehat terhadap seks dan seksualitas. Penyampaian materi pendidikan

seksual dapat dilakukan di rumah, sekolah maupun di tempat ibadah.

Disini peranan orang tua dan masyarakat sangat diperlukan, terutama

untuk dapat memberikan informasi kepada remaja mengenai

kesehatan reproduksi dan apa saja yang harus dilakukan untuk

menjaga kesehatan reproduksi mereka (Abineno, 1999).

Pendidikan seksual bukan seolah-olah menyetujui remaja

melakukan hubungan seksual melainkan untuk menanamkan rasa


13

tanggungjawab dikalangan remaja tentang perilaku seksual dan

kesehatan reproduksinya (BKKBN, 2005).

Menurut Mutadin (2002), pendidikan seksual bertujuan untuk

membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual

dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat

dan bertanggungjawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini

dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sesuatu yang

menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang

merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelangsungan

siklus kehidupan manusia, dan supaya remaja bisa belajar

menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan

dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu

yang tertentu pula. Adapun penjelasan dari tujuan pendidikan seksual

dengan lebih lengkap sebagai berikut :

(1) Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,

mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan

masalah seksual pada remaja

(2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan

perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan

tanggungjawab)

(3) Memberikan pengertian dan membentuk sikap terhadap seks

dalam semua manifestasi yang bervariasi


14

(4) Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat

membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan

keluarganya

(5) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai esensial moral

untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat

keputusan untuk berhubungan dengan perilaku seksual

(6) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan

seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi

yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

(7) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang

tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

(8) Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu

melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam

berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua,

maupun anggota masyarakat.

B. Konsep Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.


15

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2005, Hal.50).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal dan pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan. Diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi

perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi &

Wawan, 2010, Hal.12).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007),

pengetahuan yang tercakup dalam kategori kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)
16

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

1. Analisis (analysis)
17

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen tertentu, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah menurut

Notoatmodjo (2010) dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :

1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

(1) Cara Coba Salah (Trial and Error)


18

Cara memperoleh kebenaran nonilmiah, yang pernah

digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah

melalui cara coba - coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial and

error. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup

lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai

sekarang metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka

yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak

berjasa terutama dalam meletakan dasar-dasar untuk menemukan

teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

(2) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah

penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.

(3) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari - hari, banyak sekali

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh seseorang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan

seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang

otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama

dalam menemukan pengetahuan.


19

(4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu.

(5) Cara Akal Sehat

Akal sehat atau common sense terkadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Sebagai contoh, sebelum ilmu pendidikan

berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau

menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan

cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, mereka menjewer

telinga anaknya atau dicubit, Dan ternyata cara ini sampai sekarang

masih berkembang menjadi teori atau pembenaran bahwa hukuman

merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi

pendidikan anak. Saat ini pemberian hadiah dan hukuman (reward

and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikannya.

(6) Kebenaran Melalui Wahyu


20

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh para pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

(7) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

rasional dan yang sistematis karena hal ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan pada intuisi, suara hati atau bisikan hati saja. (8)

Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

(9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum.

Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-
21

hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari

hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

(10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang

disebut silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku

bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas

tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang

terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu

2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut, metode

penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research Methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang

diamati, dan pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :

(1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan

(2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan


22

(3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor Internal

(1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut Y.B. Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan. Dan pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

(Nursalam, 2003).

(2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

(3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup


23

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

(1) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)

lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok. (2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1. Baik : Hasil prosentase 76% - 100%

2. Cukup : Hasil prosentase 56% - 75%

3. Kurang : Hasil prosentase ≤ 55%

2.2.6 Proses Perubahan Perilaku

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik

yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Sedangkan untuk mengadopsi perilaku yang baru di


24

dalam diri seseorang tersebut terjadi proses perubahan perilaku, yakni

2. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

3. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

4. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini

aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi

dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh

faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.

4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh

Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku

yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan,

kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung

langgeng (long lasting). Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut

bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku

manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan
25

sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak

kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan

sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman,

keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.

C. Konsep Remaja

2.3.1 Pengertian remaja

Remaja merupakan asset sebuah bangsa dan merupakan

tulang punggung penerus bangsa di masa mendatang. Remaja

adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, ditandai dengan perubahan

dalam bentuk, ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek

fungsionalnya. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja

awal / early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah / middle

adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir / late adolescence (17-20

tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).

Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu

proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dan merupakan

masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Masa remaja

atau adolescence diartikan sebagai masa perubahan emosi maupun

perubahan sosial yang menggambarkan dari dampak perubahan fisik,

dan pengalaman emosinya. Masa remaja merupakan masa yang

penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan

petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman


26

berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi

kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997).

Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase

perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.

Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua

kehidupan.

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas

sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan

lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu

berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas

(Arma, 2007).

2.3.2 Karakteristik Seksualitas Remaja

Menurut Pardede (2002), masa remaja berhubungan dengan

suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas

adalah suatu bagian penting dari masa remaja dimana yang lebih

ditekankan adalah proses biologis yang mengarah kepada

kemampuan bereproduksi.

Menurut Tukan (1993), pada masa ini seseorang mengalami

perubahan ciri seks sekunder. Ciri seks sekunder individu remaja

adalah :
27

1. Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat

kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga menjadi lebih besar / kasar,

dada melebar serta kulit menjadi relatif lebih kasar.

2. Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan

ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar dan kulit menjadi lebih

halus.

Selain tampaknya ciri seks sekunder, organ kelamin pada

remaja juga mengalami perubahan ke arah pematangan, yaitu:

1. Pada pria sejak usia remaja, testis akan menghasilkan sperma dan

penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan.

2. Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel

telur (ovum). Pada saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan

menstruasi.

Selain mengalami perkembangan fisik, remaja juga mengalami

perkembangan psikososial, karena kesadaran akan bentuk fisik yang

bukan lagi anak-anak akan menjadikan remaja sadar meninggalkan

tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma serta aturan yang

berlaku (Arma,2007).

Seiring dengan pertumbuhan remaja ke arah kematangan

seksualnya, muncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan

keinginan seksualnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena

secara alamiah dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan


28

kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan

dan mempertahankan keturunannya

(Mutadin, 2002).

2.3.3 Tahapan Remaja

Berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua

remaja akan melewati tahapan berikut :

1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.

Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman

sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya.

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16

tahun.

Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang

mendalam.

3. Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17 – 20 tahun.

Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam

mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat

mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-

masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri

tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh

kembang berjalan secara berkesinambungan. Terdapat ciri yang pasti


29

dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa

tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia,

yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik lakilaki maupun

perempuan walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat

kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada

remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja

laki-laki.

2.3.4 Tugas Perkembangan Remaja

Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan

kesulitankesulitan yang membutuhkan suatu ketrampilan untuk

mengatasinya. Pada masa remaja, mereka dihadapkan kepada dua

tugas utama, yaitu :

1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.

Pada masa remaja yang sering terjadi adalah adanya

kesenjangan dan konflik antara remaja dengan orang tuanya. Pada

saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat

membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua, misalnya dalam

hal memilih teman ataupun melakukan aktifitas. Sifat remaja yang

ingin memperoleh kebebasan emosional sedangkan orang tua masih

menginginkan untuk mengawasi dan melindungi anaknya, hal ini

dapat menimbulkan konflik diantara mereka.

Pada usia pertengahan, ikatan dengan orangtua semakin

longgar dan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya bersama


30

teman sebayanya. Pada akhir masa remaja, mereka akan berusaha

mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas pribadinya,

identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan

untuk menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan

mampu membuat keputusan dan mengadakan kompromi.

Akhir masa remaja merupakan tahap terakhir perjuangan

remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap awal dan

pertengahan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga dan

kelompok sebaya yang suportif maka remaja akan mempunyai

kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan tanggungjawab sebagai

orang dewasa.

2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan

pribadi.

Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang

panjang dan kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu,

sekarang dan yang akan datang, dan hal ini akan membentuk

kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan

perilakunya ke dalam berbagai bidang kehidupan.

2.3.5 Kebutuhan Riil Remaja

Kebutuhan riil remaja terkait hak mendapatkan informasi

akurat tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi ini kadang juga

dibedakan berdasarkan variasi kelompok. Misalnya, kebutuhan

remaja desa berbeda dengan remaja kota. Perbedaan kerentanan


31

terhadap Infeksi Menular Seksual antara “remaja jalanan” (anak

jalanan) dengan remaja sekolah. Remaja yang bekerja sebagai buruh

pabrik juga mempunyai karakteristik dan masalahmasalah yang

berbeda dengan remaja yang bekerja di sektor informal, dan

sebagainya. Sehingga pemenuhan kebutuhan ini disesuaikan dengan

konteks sosial dan budaya yang dihadapi masing-masing remaja.

Namun demikian, secara umum kebutuhan riil menyangkut hak dasar

remaja akan informasi terkait seksualitas dan kesehatan

reproduksinya antara lain sebagai berikut :

1. Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja,

tanpa memandang usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi

keuangan mereka.

2. Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati

seks dan ekspresi seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka

pilih sendiri.

3. Penyediaan informasi dan pemberian hak mendapatkan pendidikan

mengenai reproduksi dan seksualitas. Informasi dan pendidikan yang

diberikan ini harus mendorong terjadinya independensi dan keyakinan

diri remaja, dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa

membuat keputusan sendiri terkait reproduksi dan seksual mereka.

4. Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek

dari seksualitas mereka.


32

5. Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan

perkembangan remaja.

6. Setiap remaja baik yang aktif secara seksual maupun tidak dan yang

memiliki keragaman orientasi seksual bisa mendapatkan informasi

agar mereka merasa nyaman dengan tubuh dan seksualitas mereka

sendiri.

7. Setiap remaja mendapatkan persiapan untuk memiliki ketrampilan

melakukan negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa

pacaran dan dalam melakukan tindakan seks yang lebih aman (bagi

yang seksual aktif).

D. Konsep Kesehatan Reproduksi

2.4.1 Pengertian

Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health

Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek

yangberhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan

seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses

reproduksinya secara sehat dan aman (Nugraha & Windy, 1997) .

Menurut konferensi Internasional Kependudukan dan

Pembangunan, 1994 Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang
33

berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (BKKBN, 2010,

hal.5)

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu

keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses

reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi

yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang

dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan

sudah menikah (Nugraha & Windy, 1997) .

Definisi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan

(International Conference on Population and Development / ICPD)

adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya

tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

prosesprosesnya (Tarwoto, 2010, hal.48)

Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan

fungsi dan proses sistem reproduksinya, maka setiap orang

(khususnya remaja) perlu mengenal dan memahami tentang hak-hak

reproduksi berikut ini :

1. Hak untuk hidup

2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi


34

4. Hak privasi

5. Hak kebebasan berpikir

6. Hak atas informasi dan edukasi

7. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan

merencanakan sebuah keluarga

8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak

9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

11. Hak atas kebebasa berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik

12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010, hal.48).

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan

faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi

(Taufan, 2010, Hal.12) yaitu:

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat

pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan

seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang

terpencil).

2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang

berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak


35

anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang

membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu

dengan yang lain,dan sebagainya).

3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,

depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga

wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).

4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca

penyakit menular seksual).

2.4.3 Organ reproduksi

Kata reproduksi tersusun dari dua kata yakni kata re

bermakna kembali dan kata produksi bermakana perangkat / alat

yang digunakan untuk membuat generasi / keturunan (Yuntaq, 2009).

1. Organ reproduksi wanita

(1) Organ reproduksi eksternal wanita

a. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian menonjol di

atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutupi oleh

rambut kemalauan. Pada perempuan umumnya batas atas


36

rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke

bawah sampai ke sekitar anus dan paha.

b. Klitoris

Klitoris berukuran kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup

oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glands klitoridis, korpus

klitoridis dan dua kurva yang menggantungkan klitoridis ke tulang

pubis. Glands klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat

mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif

sehingga sangat sensitif pada saat hubungan seks.

c. Labia mayora (bibir besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke

bawah dan bersatu di bagian bawah. Labia mayora (bibir-bibir

besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke

bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada

di mons veneris. Labia mayora juga menjurus ke bawah dan ke

belakang pada kedua labia mayora bertemu dan membentuk

kommisura posterior (labia mayora analog dengan skrotum pada

pria) ligamentum rotundum berakhir di atas labia mayora. Setelah

wanita melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang

menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Labia mayora

terdapat massa lemak yang mendapatkan pasokan dari pleksus

vena yang apabila terjadi cedera dapat pecah dan menimbulkan

hematoma.
37

d. Labia minora (bibir kecil)

Labia minora (bibir-bibir kecil atau Nymphae) adalah

suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Labia

minora yang menjurus ke depan terdapat kedua bibir kecil

bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis. Ke

belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk Fossa

navilulare. Fossa naviluare ini pada perempuan yang belum

pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu. Pada

perempuan yang pernah melahirkan terlihat lebih tebal dan tidak

rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula

sebasea ( kalenjar - kalenjar lemak) dan juga ujung- ujung saraf

yang meneyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikat yang

mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos

yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang. Berfungsi

untuk menutupi organ genetalia yang ada di dalamnya serta

merupakan daerah erotik yang mengandung pembuluh darah dan

syaraf.

e. Vestibulum

Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang

dari depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan

dan kiri oleh labia minora dan di belakang oleh perinium

(fourchette). Embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis.

Terdapat 6 lubang / orifisium, yaitu orifisium urethrae eksternum,


38

introitus vagina, duktus glandulae bartholini dekstra dan sinistra

dan duktus scene dekstra – sinistra. Kurang lebih 1 - 1,5 cm di

bawah klitoris di temukan orifisium uretra eksternum (lubang

kemih) berbentuk membujur 4 -5 mm dan tidak jarang sukar di

temukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina.

Tidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan bawahnya,

dapat dilihat dua ostia scene. Saluran scene (duktus parauretral)

analog dengan kalenjar prostat pada laki- laki. Di kiri dan di kanan

dekat fossa navikulare terdapat kalenjar bartolini. Kalenjar ini

berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot

konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2

cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.

Pada koitus kalenjar bartholin mengeluarkan getah. Berfungsi

untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual yang

berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.

f. Hymen (selaput dara)

Himen ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda dari

yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau

bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang

kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus seminalis (lubang selaput

dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah di lalui
39

oleh dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan robekan ini

terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai

mencapai dasar selaput dara itu. Pada beberapa kasus himen

tidak mengalami laserasi senggama telah berulang kali telah

dilakukan. Sesudah persalinan himen robek di beberapa tempat

dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula himenalis).

Menurut Frank H. Netter, MD dokter yang pernah menulis buku

berjudul The Human Sexuality ada beberapa macam bentuk

selaput dara: a) Annular hymen, selaput melingkari lubang vagina

b) Septate hymen, selaput yang ditandai dengan beberapa

lubang yang terbuka.

c) Cibriform hymen, selaput yang ditandai beberapa lubang

terbuka tetapi lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak.

d) Introitus, Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam

berhubungan seks. Bisa saja lubang selaputnya membesar,

namun masih menyisakan jaringan selaput dara.

g. Perinium

Perinium terletak antar vulva dan anus, panjangnya rata-

rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perinium terutama

diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Difragma pelvis

terdiri ats otot-otot levator ani dan otot koksigis posterior serta

fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak


40

eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara

tuber isciadika dan simphisis pubis. Diafragma urogenitalis

meliputi muskulus tranversus perinei profunda, otot konstriktor

uretra dan internal maupun eksternal yang menutupinya. Perinium

mendapat pasokan darah terutama dari arteria pudenda interna

dan cabang- cabangnya. Persarafan perinium terutama oleh

nervus pudendus dan cabang-cabangnya. Oleh sebab itu, dalam

menjahit robekan perinium dapat dilakukan anastesi blok

pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah-

tengah di antara anus dan vagina yang di perkuat oleh tendon

sentral perineum. Ditempat ini bertemu otototot bulbokavernosus,

muskulus tranversus perinei superfisialis, dan sfingter ani

eksternal. Struktur ini membentuk perineal body yang memberikan

dukungan bagi perinium. Dalam persalinan sering menglami

laserasi, kecuali dilakukan episiotomi yang adekuat.

(2) Organ reproduksi internal wanita

a. Vagina
Vagina (liang kemaluan/liang senggama) merupakan

suatu penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya

sejajar dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium.

Arah ini penting diketahui pada waktu memasukkan jari ke dalam

vagina saat melakukan pemeriksaan ginekologik. Dinding depan


41

dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing

panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7- 10 cm. Bentuk vagina

sebelah dalam yang berlipat –lipat disebut rugae. Di tengahnya

ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan-

lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai

dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Epitel vagina

terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk, dibawahnya terdapat

jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada

kehamilan terdapat hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut,

sehingga dinding vagina kelihatan kebiru-biruan yang disebut

livide. Di bawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan

yang sesuai dengan susunan otot-otot usus. Bagian dalamnya

terdiri atas musculus sirkularis dan bagian luarnya musculus

longitudinalis. Bagian atas vagina berasal dari duktus mulleri,

sedangkan bagian bawahnya di bentuk oleh sinus urogenitalis. Di

sebelah depan, dinding vagina berhubungan dengan uretra dan

kandung kemih yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut

septum vesikovaginalis. Di sebelah belakang antara dinding

vagina bagian bawah dan rektum terdapat jaringan ikat disebut

septum rektovaginalis. Seperempat bagian atas dinding vagina

belakang terpisah dari rektum oleh kantong rektouterina disebut

kavum douglasi. Dinding kanan dan kiri vagina berhubungan

dengan muskulus levator ani. Dipuncak vagina dipisahkan oleh


42

serviks, terbentuk formiks anterior, posterior, dan lateralis kiri dan

kanan. Oleh karena puncak bagian belakang terletak lebih tinggi

daripada bagian depan, maka formiks anterior lebih dalam

daripada posterior. Formiks memiliki arti klinik organ internal pelvis

dapat dipalpasi melalui dinding formiks yang tipis. Selain itu,

formiks posterior dapat digunakan sebagai akses bedah untuk

masuk ke dalam rongga peritonium.Vagina mendapat suplai darah

dari :

a) Arteria uterina, yang melalui cabangnya ke serviks dan

vagina bagian atas 1/3 atas

b) Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya

memberikan darahke vagina bagian 1/3 tengah

c) Arteri hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna,

yang memberikan darah ke vagina bagian 1/3 bawah. Darah

kembali melalui pleksus vena yang ada, antara lain pleksus

pampini formis ke vena hipogastrika dan vena iliaka ke atas.

Getah bening (limfe) yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina

akan melalui kalenjar getah bening di daerah vasa iliaka,

sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3 bagian bawah

akan melalui kalenjar getah bening di regio inguinalis. Berfungsi

sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan

seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

b. Cervix (leher rahim)


43

Bagian bawah rahim bagian luar ditetapkan sebagai

batas penis waktu masuk ke dalam vagina. Pada saat persalinan

tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.

c. Rahim (uterus)

Uterus adalah organ yang tebal, berotot berbentuk buah

pir, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan

kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus

terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligamen.

Panjang uterus ± 71/2 cm, lebar 5cm,tebal 2,5 cm, tebal dinding

1,25 dengan berat 50 gr. Pada rahim wanita dewasa yang belum

bersalin panjang uterus adalah 5-8 cm dan beratnya 30-60 gr.

Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio

(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,

sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan

serviks uteri). Bagian-bagian dari rahim (uterus) yaitu servik uteri,

korpus uteri, fundus uteri. Secara histologist uterus dibagi menjadi

tiga bagian yaitu: endometrium yaitu lapisan uterus yang paling

dalam yang tiap bulan lepas sebagai darah menstruasi,

miometrium yaitu lapisan tengah, lapisan tengah ini terdiri dari otot

polos, dan perimetrium merupakan lapisan luar yang terdiri dari

jaringan ikat. Fungsi rahim adalah tempat bersarangnya atau

tumbuhnya janin di dalam rahim, janin makan melalui plasenta


44

yang melekat pada dinding rahim, tempat pembuatan hormon

misal HCG (Human Chorionic Gonadotropin).

d. Tuba fallopi

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan

kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan

merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar

sehingga membedakanya menjadi empat bagian. Di ujungnya

terbuka dan mempunyai fimbriae, sehingga dapat menangkap

ovum saat menjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini

merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Berfungsi

sebagai saluran yang membawa ovum yang dilepaskan ovarium

ke dalam uterus, tempat terjadinya fertilisasi, fimbria mengangkat

ovum yang keluar dari ovarium.

e. Indung telur (ovarium)

Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur

kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian

belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran

kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-

kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Bentuknya bulat telur,

beratnya 5-6 gr. Bagian dalam ovarium disebut medula ovari

dibuat dari jaringan ikat. Jaringan yang banyak mengandung

pembuluh darah dan serabut kapiler saraf. Kalenjar ovarika

terdapat pada wanita terletak, pada ovarium disamping kiri dan


45

kanan uterus, menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.

Hormon ini dapat mempengaruhi kerja menentukan sifat-sifat

kewanitaan. Misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan

lain-lain.

Struktur ovarium terdiri atas:

a) Korteks, bagian luar yang diliputi oleh epitalium germinativum

berbentuk kubik dan di dalamnya terdiri atas stroma serta

folikelfolikel primordial.

b) Medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya

stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut

saraf dan sedikit otot polos.

Saat lahir bayi wanita mempunyai sel telur 750.000, umur

6-15 tahun sebanyak 439.000, umur 16-25 tahun sebanyak

169.000, umur 2635 tahun sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun

sebanyak 34.000, dan masa menopause semua telur menghilang.

Berfungsi memproduksi ovum (sel telur), sebagai organ yang

menghasilkan hormon (estrogen dan progesteron). Pada wanita

diperkirakan jumlah folikelnya adalah 100.000 folikel primer.

Setiap bulan sebuah folikel kadang-kadang berkembang dan

ovum dilepaskan yang dalam perkembangannya akan menjadi

folikel de graaf. Folikel de graaf yang matang terdiri atas:


46

a) Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang

mempunyai nukleus deengan anyaman kromatin yang jelas

sekali dan satu nukleolus pula.

b) Stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa;

yaknio selsel bulat kecil dengan inti yang jelas pada

pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada perkembangan lebih

lanjut di tengahnya terdapat suatu rongga terisi likuor follikuli.

c) Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum

granulosum dengan sel-sel lebih kecil daripada sel granulose

d) Teka eksterna, di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma

ovarium yang terdesak.

Menstruasi adalah perdarahan dari uterus yang keluar

melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari.

Yang merangsang menimbulkan menstruasi adalah hormon FSH

dan LH, prolaktin dari daerah otak dan hormon estrogen serta

progesteron dari sel telur yang dalam keseimbanganya

menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah

ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogen dan

progesteron melebur dan terjadilah pelepasan selaput lendir

dengan perdarahan yang disebut menstruasi (Proverawati, 2010,

Hal. 58-59).

Pada ovulasi folikel yang matang yang mendekati

permukaan ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga


47

perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum dan yang

membentuk korona radiata bersamasama ovum dilepas, ovum

mulai mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai persiapan

untuk dibuahi. Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di

ovarium mulai berproliferasi dan masuk keruangan bekas tempat

ovum dan likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan

pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul

pendarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel bewarna

merah dan diberi nama korpus rubrum. Di dalam sel-selnya timbul

pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-sel

yang membesar dengan mengandung lutein dengan banyak

kapilar dan jaringa ikat di antaranya. Di tengah-tengah masih

terdapat bekas pendarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-

sel besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik,

sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat

laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus

luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga

mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan 4 bulan. Namun

apabila tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum bertahan

hanya selama 1214 hari tepat sebelum masa menstruasi

berikutnya korpus atrium menjadi atropi. Siklus menstruasi adalah

perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana masa


48

menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa ini epitelium

permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit pendarahan.

f. Parametrium (penyangga rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai

penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul.

Lipatan atasnya terdapat tuba fallopi dan ikut serta menyangga

indung telur. Bagian ini sensitive terhadap infeksi sehingga

mengganggu fungsinya. Berfungsi untuk mengikat atau menahan

organ-organ reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada

tempatnya, tidak bergerak dan berhubungan dengan organ

sekitarnya.

2. Alat reproduksi pria

(1) Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai

pembuangan sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, penis

tergantung di muka scrotum, sedangkan pada waktu terangsang

seksual banyak darah yang dipompakan ke dalam jaringan erektil

tersebut sedangkan pengeluaran darahnya tertahan. Dengan

demikian penis terpompa penuh dengan darah dan berubah

menjadi tegang, keras dan besar. Keadaan seperti ini disebut

ereksi. Ereksi dapat terjadi karena rangsangan seksual dan pada

dini hari karena meningkatnya hormone testoteron dan penuhnya

kandung kencing.
49

(2) Glands

Bagian depan atau kepala penis. Glands banyak

mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi

bagian glands disebut foreskin. Dibeberapa Negara memiliki

kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium ini atau yang

dikenal dengan sunat. Sunat dianjurkan karena memudahkan

pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena

infeksi, radang dan beberapa macam kanker.

(3) Uretra (saluran kencing)

Merupakan saluran yang menyalurkan cairan kencing

dan juga saluran air mani yang mengandung sperma. Keluarnya

kencing dan air mani diatur oleh sebuah katub sehingga tidak

bisa keluar secara bersamaan.

(4) Vas deferens

Vas deferens merupakan saluran yang berjalan dari

bagian bawah sekaligus sebagai lanjutan saluran epididimis.

Masuk ke kanalis inguinalis kemudian berjalan ke rongga perut

melewati atas kandung kemih akhirnya bergabung dengan vesika

seminalis dan selanjutnya membentuk ejakulatorius dan bermuara

di prostat. Vas deferens memiliki panjang sekitar 4,5 cm dengan

diameter sekitar 2,5 mm. Berfungsi sebagai saluran yang

menyalurkan sperma dari testis menuju prostat.

(5) Epidydimis
50

Epididimis adalah organ kecil yang terletak dibekang

testis serta terkait padanya berbentuk saluran halus yang memiiki

panjangnya + 6 cm. Saluran - saluran yang lebih besar dan

berkelok - kelok ini yang membentuk bangunan seperti topi.

Sperma yang dihasilkan oleh testis kecil akan berkumpul di

epidydimis. Fungsinya sebagai saluran penghantar dan mengatur

sperma dari tesis masuk ke vas deferens sebelun ejakulasi dan

memproduksi semen.

(6) Testis (pelir)

Berjumlah dua buah untuk memperoduksi sperma setiap

hari dengan bantuan testoteron, testis berada didalam scrotum,

diluar rongga panggul karena pertumbuhan sperma

membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu tubuh.

Sperma yaitu sel yang berbentuk seperti berudu berekor hasil dari

testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan

bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi

pembuahan.

(7) Scrotum

Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di

dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu

skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan

skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot

polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan


51

skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam

skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari

penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster.

Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar

kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma

(spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu

beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.

(8) Kelenjar prostat

Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan

terletak di bagian bawah kantung kemih. Merupakan

pembentukan cairan yang akan bersama sama keluar saat

ejakulasi dalam hubungan seksual. Kelenjar ini berada dibagian

dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung sperma.

(9) Vesikula seminalis

Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)

merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang

kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat

makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

Fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat

(10) Kandung kencing

Tempat penampungan sementara air yang berasal dari

ginjal (berupa air seni)

2.4.4 Tujuan kesehatan reproduksi


52

1. Tujuan utama (Taufan, 2010, hal.12) yaitu:

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi

harus didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program

kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian

pria dan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya,

termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga dapat terpenuhi hak -

hak reproduksinya agar tercapai peningkatan kualitas hidup.

2. Tujuan khusus

(1) Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan

fungsi reproduksinya.

(2) Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.

(3) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap

akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan

dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.

(4) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan

yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan

informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk

mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.

2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja

1. Kebersihan organ-organ genital


53

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan oleh bagaimana

remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat

genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman

akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja

perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga

kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang terletak

dekat dengan anus.

2. Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang

seharusnya dilakukan dan hal-hal yang dihindari. Remaja mempunyai

hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan

reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang

terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat,

kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di

dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum

pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh

kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit

Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan

kehamilan, dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja

secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif

oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja

tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk


54

mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit

menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah,

gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja

tersebut.

3. Hubungan seksual pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan

mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita

yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang

dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali beresiko kematian

dibanding dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan

yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan

yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja

yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak

buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum. Kehamilan yang tidak

diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak

survei yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan

bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun

adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed).

Aborsi yang disengaja seringkali beresiko lebih besar pada remaja

putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang

telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan

sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi


55

dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan

dalam buku Facts of Life yaitu:

(1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

(2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

(3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

(4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

(5) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

(6) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen

pada wanita).

(7) Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

(8) Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

(9) Kanker hati (Liver Cancer).

(10) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat

pada saat kehamilan berikutnya.

(11) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic

Pregnancy).

(12) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

(13) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada

remaja yaitu adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri,

gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak histeris, mimpi buruk


56

berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh

diri.

4. Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi

seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke

dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup,

suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).

Narkoba dibagi dalam 3 jenis :

(1) Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang

sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

tahun 1997).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling

berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan

ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan

apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh :

ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.


57

2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya

adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian.

Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006).

(2) Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alami maupun

sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan

untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :

1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang

sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui

manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya

seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk

tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat

menthaphetamin).

2. Golongan II adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat

untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna


58

untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan

metapetamin

3. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif yang

sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:

lumubal, fleenitrazepam.

4. Golongan IV adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan

berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam,

diazepam (Martono, 2006).

(3) Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan

psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada

pemakainya, diantaranya adalah :

1. Rokok

2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan

menimbulkan ketagihan.

3. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan

aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan

(Alifia, 2007)

5. Media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai

peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang

menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan

adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan


59

mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga

kesehatan reproduksinya.

6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan

tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat

dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-

tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah

terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi

tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan

mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja

sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

7. Hubungan harmonis dengan keluarga

Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang

berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan

kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya.

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang

anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga

dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka

tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani

kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal

yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat
60

memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi

bagi seorang remaja.

8. Penyakit Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual. Hal ini lebih beresiko bila

melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan.

(1) Bahaya infeksi menular seksual

1. Kemandulan pada pria dan wanita

2. Kematian

3. Kanker serviks

4. Keguguran

5. infeksi menular seksual menular pada bayi yang dikandung

6. Memudahkan penularan HIV

(2) Jenis – jenis infeksi menular seksual

1. Gonore (kencing nanah)

2. Sifilis (raja singa)

3. Herpes genetalis

4. Trikomonas vaginalis

5. Chancroid / sancroid (ulkus molle / koreng)

6. Candiloma acuminate (jengger ayam)

7. Candidiasis (jamur)

8. Kutu pubis (kutu kelamin)

9. Hepatitis B
61

10. HIV / AIDS

(3) Cara penjegahan infeksi menular seksual

1. Abstinence : tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah

2. Be faithfull : melakukan hubungan seks pada pasangan yang

sah saja atau pada pasangan suami istri

3. Condom : menggunakan kondom seandainya salah satu dari

pasangan mengidap infeksi menular seksual (khusus pada

pasangan suami istri)

4. Drugs : tidak menggunakan atau mengkonsumsi narkoba

5. Equipment : jangan menggunakan peralatan yang tidak steril

dan bergantian (jarum suntik, pisau cukur, jarum tatto, tindik

telinga)

(4) Pengobatan

Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri yang dapat

disembuhkan. Sedangkan yang disebabkan oleh virus tidak dapat

disembuhkan.

2.4.6 Menjaga kebersihan organ reproduksi

Perubahan fisik selama pubertas harus dikuti dengan

perawatan, kebersihan dan kesehatan fisik, terutama alat-alat

reproduksi. Selama masa haid remaja perempuan disarankan untuk

memakan makanan yang mengandung banyak zat besi (bayam, hati,

buah-buahan, dan lain lain) karena selama masa haid perempuan

dapat mengalami anemia atau kekurangan zat besi dalam darah.


62

Berikut cara-cara memelihara / merawat kesehatan organ reproduksi

kebersihan:

1. Wanita

(1) Selama haid, menggunakan pembalut wanita untuk menampung

darah haid. Pembalut dapat dibeli di took ataupun dibuat dengan

kain bersih.

(2) Mengganti pembalut empat jam sekali, atau lebih sering selama

masa haid.

(3) Setiap kali buang air, siramlah (basuh) alat kelamin dengan air

yang bersih atau pengganti air (tissue).

(4) Setelah buang air besar, bersihkan alat kelamin dari depan ke

belakang, bukan sebaliknya, agar sisa kotoran tidak masuk ke

alat kelamin.

(5) Jangan sering menggunakan antiseptic / cairan pembunuh kuman

untuk mencuci alat kelamin, khususnya vagina, karena akan

mematikan mikroorganisma yang secara alami dapat melindungi

vagina

(6) Jangan memakai celana dalam yang terlalu ketat.

(7) Mengganti celana dalam dua kali sehari.

(8) Gunakan celana dalam yang menyerap keringat.

2. Laki-laki

(1) Mandi secara teratur dua kali sehari.


63

(2) Mengganti celana dalam dua kali sehari dan gunakan celana

dalam yang menyerap keringat.

(3) Membersihkan anus dan penis dengan air bersih setiap kali

buang air besar maupun kecil.

(4) Sunat dapat mencegah penumpukan kotoran (smegma) di penis

(5) Bagi yang belum disunat, kulit penutup penis ditarik kebelakang

agar bagian dalam penis dapat dicuci dengan air bersih setiap kali

mandi.

(6) Tidak menggunakan celana dalam yang ketat, celana ketat dapat

mengganggu stabilitas suhu testis di dalam buah zakar.

2.4.7 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah

tabu akan berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar

pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan.

Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh

sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO),

dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan

Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran

Pendidikan Reproduksi Remaja, namun hal ini belum sepenuhnya

mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja. Faktanya,

masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak

dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Perkosaan
64

Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya.

Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki

(sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang

pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.

2. Free sex

Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang

bergantiganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun)

secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi

menular seksual dan virus HIV, juga dapat merangsang tumbuhnya sel

kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada usia remaja

perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel

dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi

dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.

Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi

remaja terkait kesehatan reproduksi ini.

3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)

Hubungan seks pranikah dikalangan remaja didasari pula oleh

mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan

seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa

berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan

kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat

menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa

subur.
65

4. Aborsi

Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam

kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait kehamilan

tidak diinginkan biasanya tergolong dalam kategori abortus

provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan.

Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau

aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena

kondisi si remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak

diinginkan umumnya tertekan secara psikologis, karena secara

psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis

yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang

tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.

5. Perkawinan dan kehamilan dini

Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa

daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan

perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya

pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar

pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik

secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak

sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat

melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang

menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia.


66

Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata,

antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.

6. IMS (Infeksi Menular Seksual)

Infeksi menular seksual ini sering disebut juga penyakit kelamin

atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab

infeksi menular seksual dan HIV sebagian besar menular melalui

hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk

HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada

janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat

besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran,

kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan

kematian.

2.4.8 Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan

laki-laki menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan

masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya

penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :

1. Gizi seimbang.

2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.

3. Pencegahan terhadap kekerasan dan ketergantungan Narkoba

4. Pernikahan pada usia wajar.

6. Pendidikan dan peningkatan keterampilan.


67

7. Peningkatan penghargaan diri dan pertahanan terhadap godaan dan

ancaman

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2022/2023 yaitu pada bulan september 2022. Adapun penelitian ini

bertempat di SMA Negeri 2 Kayuagung Jl.Letjend H.M Yusuf

Singedekane No.13 Kel.Jua-Jua Kec.Kota Kayuagung, Kab.Ogan

Komering Ilir

B. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut

Moleong (2016: 6), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.


68

BAB IV
66
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dari

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2

Kayuagung

A. Hasil Penelitian

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah penyebaran

angket soal. Pada penelitian kali ini peneliti menyebarkan angket kepada

20 siswa SMA Negeri 2 Kayuagung secara acak. Didapatkan 9 orang

siswa dan 11 orang siswi dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Angket Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa

No Urut Jenis Kelamin Jumlah Benar Nilai


1 Pria 11 61
2 Wanita 12 67
3 Pria 9 50
4 Pria 15 83
5 Wanita 13 72
6 Pria 8 44
7 Wanita 12 67
8 Pria 12 67
9 Wanita 12 67
10 Pria 3 17
11 Pria 13 72
12 Pria 11 61
13 Wanita 12 67
14 Wanita 15 83
15 Wanita 14 78
16 Wanita 12 67

67
69

17 Pria 11 61
18 Wanita 15 83
19 Wanita 14 78
20 Wanita 11 61
B. Pembahasan

Angket yang disebar adalah angket soal yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Kayuagung

terhadap kesehatan reproduksi. Berdasarkan teori, pengetahuan adalah

hasil dari tahu, setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek

tertentu melalui indra penglihatan, pendengaran, rasa, dan raga.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan dan informasi yang didapat seseorang, karena perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, karena

responden yang diambil memiliki tingkat pendidikan formal yang sama,

Menurut teori WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu

bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang

diperoleh dari pengalaman sendiri, maka perbedaan pengetahuan setiap

remaja bisa dikarenakan informasi diluar pendidikan non formal yang

didapat remaja secara individu seperti media massa, media elektronik dan

informasi dari internet. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
70

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin

positif terhadap objek tertentu.

Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam pembentukan

pengetahuan adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial akan

mendukung tingginya rendahnya pengetahuan seseorang, sedang

ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan

akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga, kemudian

Kultur (budaya, agama). Budaya akan sangat berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring

kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

Pengalaman yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin

tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak

(Notoatmodjo, 2007).

Hasil angket soal yang telah disebar dianalis untuk mengetahui

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2

Kayuagung. Menurut Sudijono (2011: 297), langkah-langkah yang

dilakukan untuk menganalisis data hasil tes siswa adalah sebagai berikut:

1) Membuat kunci jawaban angket soal dengan skor pada masing-

masing jawaban pertanyaan.

2) Memberikan skor dari hasil jawaban siswa sesuai dengan skor

patokan yang telah ditentukan.

3) Memeriksa jawaban siswa.


71

4) Memberikan skor dari hasil jawaban siswa.

Setelah diperoleh skor akhir, maka nilai tes dihitung dengan rumus:

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai akhir = x 100
Jumlah skor maksimum

Data tersebut kemudian dikelompokkan dalam kategori sebagai

berikut:

Tabel 6. Kategori Hasil Tes

Skor Kategori

91 – 100 Sangat Baik

76 – 90 Baik

61 – 75 Cukup Baik

41 – 60 Buruk

0 – 40 Sangat Buruk

Pada table 1. telah di perhatikan diperhatikan hasil angket dari 20

responden yang di sebar secara acak. Responden adalah subjek atau

orang yang dipanggil untuk memberikan tanggapan jawaban dari suatu

penelitian seseorang, pada penelitian ini terdapat 9 orang siswa dan 11

siswi. Peneliti sengaja tidak mencantumkan form nama agar seswa

sebagai responden dapat menjawab secara murni sesuai pengetahuan

mereka maring-masing dan tidak terbebani atau takut nama mereka

terekspose. Selanjutnya untuk mempermudah penyebutan peneliti

menambahkan nomer urut pada angket penelitian.


72

Sebenarnya peneliti menyiapkan 20 pertanyaan atau soal, namun

terjadi kesalahan pada saat di fotocopy, sehingga nomor 6 dan nomer 20

terhapus atau tidak kelihatan. Maka dari itu hanya tersisa 18 petanyaan

yang bisa dijawab oleh responden. Responden nomor urut 1

mendapatkan nilai 61 yang berarti pengetahuanya terhadap kesehatan

reproduksi berada dalam kategori cukup. Selanjutnya responden nomor

urut 2 juga pengetahuanya termasuk dalam kategori cukup dengan nilai

67.

Pada hasil penelitian responden nomer urut 3 mendapat nilai yang

buruk denga hanya mendapat 50, artinya responden tersebut hanya

menjawab benar setengahnya. Selain itu beberapa responden lain juga

mendapat nilai yang buruk atau bahkan sangat buruk seperti responden

nomer urut 10 yang hanya menjawab 3 pertanyaan benar yang artinya

hanya mendapat nilai 17. Selain itu responden nomer urut 6 juga

mendapat nilai buruk yaitu 44. Kurangnya pengetahuan reponden tentang

kesehatan reproduksi bisa jadi disebabkan karena kurangnya pemberian

informasi atau penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja,

sehingga masih banyak siswa maupun siswi yang memiliki pengetahuan

kurang khususnya tentang kesehatan reproduksi dan bagaimana

bahayanya perilaku seks bebas. Dalam hal ini peran orang tua juga

sangat berpengaruh terhadap perilaku seks pada remaja, untuk itu

dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan anak agar terjalin
73

hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak bisa

mendapatkan pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi dan

perilaku seks yang baik dari orang tua.

Menurut Baby dikutip dari laman kompasiana.com, remaja bukannya

tak ingin memahami persoalan kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Namun, ketika mereka bertanya kepada orangtua atau guru, mereka

menuduh remaja telah melakukan hal-hal yang ingin diketahui. Banyak

pula orang dewasa yang langsung mengelak dengan alasan tak ada

gunanya remaja tahu hal itu. Akibatnya, remaja bertanya kepada kawan.

Padahal, mereka umumnya mengalami hal sama. Akibatnya, remaja justru

mendapat informasi salah. ”Orang dewasa harus memahami kebutuhan

remaja, bukan memaksakan pandangannya pada remaja,” katanya.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Sudibyo Alimoeso mengatakan, banyak orangtua menganggap

pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas justru mendorong anak

melakukan seks bebas. ”Padahal, penelitian menunjukkan, makin tinggi

pengetahuan anak tentang kesehatan reproduksi, makin tinggi pula

kemampuannya menghindari risiko,” ujarnya. Sebaliknya, remaja yang tak

tahu justru makin terjerumus dalam dorongan seksualnya.

Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar

kesehatan reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi

organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa

menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Memiliki


74

pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara menjaga

kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung

jawab. Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang

sebelum melakukan hal yang dapat merugikan. Pengetahuan seputar

masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. Sebab, anak

laki-laki juga harus mengetahui serta mengerti cara hidup dengan

reproduksi yang sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa

memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki pula.

Dikutip pada kompasiana.com beberapa pengetahuan dasar perlu

diketahui remaja antara lain:

1. Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi.

Usahakanlah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia

dan kesiapan anak. Tapi sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah

tertentu yang malah bisa mengaburkan makna dan membuat anak

tidak mengenal dengan pasti masalah reproduksi.

2. Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan

dan disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa.

Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan

lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi.

3. Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu

dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu,

diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasana seksual yang


75

mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara

mencegahnya terjadi.

Selanjutnya selain ke 5 responden diatas masih ada 15 responden

lagi dengan hasil 10 orang mendapat nilai cukup dan 5 orang lainya

mendapat nilai yang baik. Responden yang mendapat nilai baik antara lain

responden nomor urut 4,14,15,18, dan 19 dengan nilai tertinggi 83 atau

berhasil menjawab 14 pertanyaan benar dari 18. Sangat disayangkan

tidak ada yang mendapat nilai sangat baik, namun hasil ini dapat

diapresiasi karena lebih banyak siswa yang pengetahuanya baik

ketimbang buruk.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi di SMA Negeri 2 Kayuagung terbilang cukup. Hal ini dapat

dilihat dari 20 siswa yang jadikan sampel acak didapat hanya 1 siswa

pengetahuan tentang kesehatan reproduksinya sangat buruk dan hanya 2

siswa yang pengetahuanya buruk. Sedangkan banyak siswa pengetahuan

tentang kesehatan reproduksinya cukup yaitu 12 siswa, dan 5 siswa lainya

baik.
76

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, peneliti

dapat memberikan beberapa saran untuk pengembangan penelitian lebih

lanjut sebagai berikut:

1. Sampel diperbanyak agar data lebih valid. Pada penelitian kali ini

keterbatasan waktu dan biaya membuat sampel yang diambil

hanya 20 siswa.

2. Pembahasan lebih rinci lagi, dan memasukan lebih banyak sumber

dari para ahli.

DAFTAR PUSTAKA

74

Adi Nugroho, 2010, Rekayasa Perangkat Lunak Berbasis Objek


dengan Metode USDP, Andi, Yogyakarta

Admin, 2008, Kesehatan Reproduksi. http://www.kespro.info.

Admin, 2007, Remaja Indonesia Penganut Seks Bebas,


http://news.detik.com

Admin, 2012, 209 Persen ABG Hamil Diluar Nikah,


http://www.poskotanews.com

Admin, 2012, HIVAIDS Naik Tiga Kali Lipat Kemenkes Diminta


Tingkatkan Kinerja. http://www.republika.co.id

Admin, 2012, 265 Warga Kabupaten Mojokerto Menderita AIDS.


http://mojokertonews.com

Admin, 2011, 12,6 Persen Siswi SMP Mojokerto Tak Perawan.


http://komnaspa.wordpress.com
77

Admin, 2013, Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat


Rendah.https://health.kompas.com/read/2013/04/03/09412787/
Pengetahuan.Kesehatan.Reproduksi.Remaja.Sangat.Rendah

Admin, 2018, Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Bagi


Remaja.https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-
pengetahuan-kesehatan-reproduksi-bagi-remaja

Alifia, U. 2007. Apa itu Narkotika dan Napza?. PT. Bengawan Ilmu,
Semarang

Anton, 2006. Wanita Indonesia. http://www.hanyawanita.com.

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 149.

Arma, A.J.A., 2007, Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku


Seks Remaja dan Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif
Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat : The Journal of
Public Health. 11 (2) : 189- 197.

BKKBN, 2005. Pendidikan Seks dan Kespro Sebaiknya Masuk


Kurikulum. http://www.bkkbn.go.id

BKKBN, 2008, Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia


2007, BPS dan Macro Internasional, Jakarta

BKKBN, 2010, Pegangan Kader Tentang Pembinaan Anak Remaja.


BKKBN, Jakarta

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.,2004. Adolesence. In :


Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Saunders, Philadelphia

Dalami, Ernawati, 2007, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan


Jiwa, Trans Info Media, Jakarta,

Depkes RI, 2005. Pendekatan dan Penanganan pada Remaja


Berisiko Tinggi. http://www.depkes.go.id

Depkes RI, 2010, Yang Perlu diketahui Petugas Kesehatan tentang


Kesehatan Reproduksi, Departemen Kesehatan, Jakarta

Handri, 2008. Remaja Indonesia.


http://drhandri.wordpress.com.
78

Hidayat, A.A, 2007, Metode Penelitian Kebidanan: Teknik Analisa


Data, Salemba Medika. Jakarta, Hal. 87-95.

Kinanti, S, 2009, Rahasia Pintar Wanita, Aulia publishing, Jogjakarta

Kurniawan, J, 2008. Arti Definisi dan Pengertian Narkoba Dan


Golongan/Jenis Narkoba Sebagai Zat Terlarang.
http://juliuskurnia.wordpress.com

Kurniawan, Albert, 2010, Belajar mudah SPSS untuk pemula,


Mediakom, Yogyakarta

Martono, dkk, 2006. Pencegahan dan Penanggulangan


Penyalahgunaan Narkoba. Berbasis Sekolah. Balai Pustaka,
Jakarta.

Mutadin, Zainun, 2002. Pendidikan Seksual pada Remaja.


http://www.e-psikologi.com

Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip


Dasar. PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 116, 131.

Notoatmodjo, S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka


Cipta, Jakarta, Hal. 70.

Notoatmodjo, S, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT.


Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 141-8.

Notoatmodjo, S, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. PT.


Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 267-8.

Notoatmodjo, S, 2010, Metode Penelitian Kesehatan. PT. Rineka


Cipta, Jakarta,

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta, Hal. 91.

Nugraha, B.D., Windy, M.T., 1997. Apa yang Ingin Diketahui Remaja
Tentang Seks. Bumi Aksara, Jakarta.

Pardede, N., 2002. Masa remaja. Dalam : Narendra, M.B., Sularyo,


T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranug, IG.N.G., ed. Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Sagung Seto, Jakarta, 138-170.

Poltekkes,Depkkes. 2010. Kesehatan Remaja. Jakarta


79

Proverawati, A, 2010, Menopause dan Sindrome Menopause, Nuha


medika, Yogyakarta

Prawihardjo , Sarwono, 2010, Ilmu kebidanan, PT Bina Pustaka,


Jakarta

R.E, Slavin, 2000, Educational Psychology: Theory and Practice.


Sixth Edition, Allyn and Bacon, Boston

Tarwoto, dkk. 2010. Kesehatan Remaja problem dan solusinya.


Salemba Medika, Jakarta

Taufan, & Setiawan, A. 2010. Kesehatan Wanita, Gender &


Permasalahannya. Muha Medika, Yogyakarta

Tukan, J.S., 1993. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan


Keluarga, Erlangga, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang


Psikotropika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 tentang


Narkotika.

Saryono, A,S.2007. Metode Penelitian Kebidanan. Muha Medika,


Yogyakarta Sofa, 2008, Kupas Tuntas Metode Penelitian
Kualitatif. http//massofa.wordpress.com

Sugiono, 2008, Statistik Untuk penelitian. CV. Alfabet, Bandung


Suliha., 2001, Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan,
EGC, Jakarta
Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk siswa perawat edisi 2,
EGC, Jakarta
Wawan, A, & dewi M. 2010. Teori & pengukuran pengetahuan, sikap,
dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
80

Yuntaq. 2009, Kesehatan Reproduksi Remaja. http//


yuntaq3.wordpress. com

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai