Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 07 November 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

CAISSON’S DISEASE

OLEH:
Nurlina
105501100322

PEMBIMBING:
dr. Supardin, Sp. N

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Nurlina

NIM : 105501100322

Judul referat : Caisson’s Disease

Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit

Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar , 07 November 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ i


PENDAHULUAN................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
1.1 Definisi ...........................................................................................................................5
1.2 Epidemiologi .................................................................................................................6
1.3 Etiologi .......................................................................................................................... 7
1.4 Patofisiologi .................................................................................................................. 8
1.5 Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 9
1.6 Diagnosis dan Komplikasi ............................................................................................. 10
1.7 Pemeriksaan Laboratorium ............................................................................................ 10
1.8 Tatalaksana .................................................................................................................... 10
KESIMPULAN ......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................13
CAISSON’S DISEASE

Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan negara kepulauan yang dikenal sangat indah baik itu
masyarakat lokal maupun wisatawan. Oleh karena itu, banyak masyarakat lokal yang
memanfaatkannya sebagai mata pencaharian seperti penyelam untuk mendapatkan hasil
laut yang dapat dijual. Begitupula dengan para wisatawan yang ingin melihat keindahan
bawah laut Indonesia sehingga para wisatawan melakukan aktivitas menyelam. Namun,
aktivitas menyelam ini menjadi berbahaya yang bisa menyebabkan penyakit dekompresi. 1

Penyakit dekompresi atau sindroma dekompresi (caisson’s disease) merupakan suatu


gejala yang menyebabkan pelepasan atau pengembangan gelembung-gelembung gas dari
fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya.
Tubuh seharusnya beradaptasi terhadap tekanan seiring dengan kenaikan ketinggian yang
cepat. Hal ini merupakan masalah dalam penyelaman dan gangguan akibat tekanan udara.
Penyakit dekompresi disebabkan karena masuknya udara ke dalam sirkulasi darah atau
jaringan setelah atau selama terjadinya penurunan tekanan di lingkungan sekitar. Udara
tersebut berasal dari gas mulia (umumnya gas nitrogen) yang secara normal terlarut di
dalam carian tubuh dan jaringan. Gas tersebut kemudian terlepas dari cairan fisiologis dan
membentuk gelembung udara pada lingkungan dengan tekanan rendah. 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Semakin lama menyelam semakin banyaknya nitrogen yang diserap tubuh dapat
mengakibatkan halhal yang tidak diinginkan seperti lemas di dalam air, pusing dan
kedinginan. Pada kebanyakan kasus gejala penyakit penyelaman seperti dekompresi
terjadi setelah 6 jam, dan yang sering terjadi dalam 1 jam pertama setelah melakukan
penyelaman. Keluhan yang biasa terjadi seperti sakit pada persendian, kulit kemerah-
merahan, dada terasa sesak, pusing dan pada kasus dekompresi yang berat menyebabkan
kesulitan berbicara dan gemetar ketika gelembung-gelembung nitrogen yang menyerang
otak. Lama menyelam setiap individu berbeda tergantung pada kemampuannya menyelam
di dalam air. Semakin lama seseorang menyelam artinya semakin sering menyamakan
tekanan maka semakin besar pula kemungkinannya untuk gagal menyamakan tekanan
tersebut. Sehingga setiap penyelaman harus memiliki rencana sebelumnya terkait durasi
atau lama dalam menyelam.3
Penyakit dekompresi adalah penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan
pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan
akibat penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya. Tubuh seharusnya beradaptasi
terhadap tekanan seiring dengan kenaikan ketinggian yang cepat. Hal ini merupakan
masalah dalam penyelaman dan gangguan akibat tekanan udara. Penyakit dekompresi
merupakan risiko penyakit akibat risiko pekerjaan terutama di kalangan penyelam atau
nelayan.1
Perkembangan penyakit dekompresi bisa diperparah dengan bermacam faktor seperti
usia lanjut, kurang istirahat, kondisi badan yang kurang sehat, mengkonsumsi alkohol,
dehidrasi, kegemukan, kedinginan, kelelahan atau aktitivas tubuh yang berlebihan
sebelum menyelam. Pengetahuan yang rendah mengenai risiko menyelam dan
penyelaman yang tidak sesuai prosedur, penggunaan peralatan sederhana, dan motivasi
untuk mendapatkan ikan. Selama ini masyarakat penyelam dan nelayan tradisional belum
dibekali ilmu yang cukup mengenai safety dive, peralatan yang digunakannya juga masih
cukup sederhanadan belum memenuhi standar keamanan.4
1.2 Epidemiologi
Penyakit dekompresi adalah bahaya terkait pekerjaan, umumnya di kalangan
penyelam nelayan dan disebabkan atau terkait dengan beberapa faktor. Penyelam
melaporkan kerusakan saraf, penyakit kejiwaan, kelupaan atau kehilangan konsentrasi
cenderung memiliki karir menyelam yang lebih lama dan menderita penyakit
dekompresi.5

Global
Di militer Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada antara 1994 dan 1997, dilaporkan
190 kasus penyakit dekompresi.7 Insiden penyakit dekompresi pada penyelam gua
Australia diperkirakan 2,8:10.000 (0,028%). Insiden penyakit dekompresi pada
penyelaman SCUBA Amerika adalah 1:2.900 penyelaman pada penyelam rekreasi,
1:280 penyelaman pada penyelam komersial, 1:3.770 penyelaman pada penyelam
militer, 1:270 penyelaman pada penyelam olahraga (bangkai kapal), 1:1.000 penyelaman
pada instruktur selam, 1:1.250 penyelaman pada penyelam olahraga (air dingin). 5

Indonesia
Di Indonesia, dekompresi merupakan penyakit yang sering dialami oleh penyelam
tradisional. Riset Kementerian Kesehatan tentang kecelakaan dan penyakit yang terjadi
pada nelayan dan penyelam tradisional menunjukkan 57,5% nelayan di Pulau Bungin,
Nusa Tenggara Barat mengalami nyeri sendi dan 11,3% mengalami gangguan
pendengaran. Sedangkan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, 41,4% nelayan mengalami
barotrauma dan 6,9% mengalami penyakit dekompresi. Dari data di atas menunjukkan
bahwa di Indonesia masih banyak kasus penyakit akibat kerja yang dialami oleh
penyelam tradisional. Selain itu, mungkin ada lebih banyak kasus serupa tetapi belum
dilaporkan atau belum ditemukan.6
1.3 Etiologi
Penyakit dekompresi (Caisson’s Disease) mungkin juga disebabkan oleh banyak
faktor. Salah satunya, adalah pembentukan gelembung dalam darah atau jaringan
sepanjang atau setelah penurunan tekanan lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga
bisa menyebabkan penyakit dekompresi. Saat permukaan terlalu cepat, bisa menyebabkan
tekanan tinggi kemudian gelembung nitrogen terbentuk dalam darah.7
1.4 Patofisiologi
Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya,
menyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin
lama dan dalam menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai
semua jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat tekanan ambien
menurun. Idealnya, selama pendakian yang direncanakan dengan pengurangan tekanan
ambien yang terkendali, nitrogen berdifusi ke gradien tekanan dari jaringan ke darah vena
dan masuk ke alveoli untuk dikeluarkan. Namun, jika laju pendakian terlalu besar, gas
bisa keluar dari larutan dan membentuk gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat
menyebabkan kerusakan melalui distorsi jaringan, penyumbatan vaskular atau stimulasi
mekanisme kekebalan yang menyebabkan edema jaringan, hemokonsentrasi dan
hipoksia.7
Dalam kasus penyakit dekompresi yang berat, menunjukkan adanya gelembung-
gelembung gas dalam pembuluh darah dan jaringan ekstravaskuler. Timbulnya
gelembung-gelembung gas berhubungan dengan timbulnya peristiwa supersaturasi gas
dalam darah ataupun jaringan tubuh pada waktu proses penurunan tekanan di sekitar
tubuh (dekompresi).8
Penyelaman yang relatif dangkal tapi lama akan memberikan pembebanan nitrogen
yang kurang lebih sama antara jaringan cepat dan jaringan lambat. Penyelaman seperti ini
cenderung menimbulkan nyeri pada persendian (bends), karena sendi adalah jaringan
lambat dan tidak dapat melepas nitrogen dengan cepat lewat darah. 8
Darah menerima nitrogen dari paru dan mencapai kejenuhan nitrogen dalam waktu
beberapa menit. Otak termasuk jaringan yang cepat karena mempunyai banyak suplai
darah. Tulang rawan pada permukaan sendi mempunyai suplai darah yang kurang,
sehingga memerlukan waktu lebih lama (sampai beberapa jam) untuk mencapai
kejenuhan nitrogen. Tulang rawan pada permukaan sendi mempunyai suplai darah yang
kurang, sehingga memerlukan waktu lebih lama (sampai beberapa jam) untuk mencapai
kejenuhan nitrogen.8
Gelembung-gelembung gas ada yang terbentuk dalam darah (intravaskuler), jaringan
(ekstravaskuler), dan dalam sel (intraseluler). Maka ada korelasi antara jumlah gelembung
gas yang terbentuk dengan kemungkinan timbulnya atau berat ringannya penyakit
dekompresi.9
Gelembung-gelembung gas intravaskuler akan menimbulkan 2 akibat, yaitu :
1. Akibat langsung atau akibat mekanis sumbatan menimbulkan iskemia atau kerusakan
jaringan sampai infark jaringan,
2. Akibat tidak langsung atau akibat sekunder dari adanya gelembung gas dalam darah
(dikenal dengan secondary blood bubble interface reactions) bertanggung jawab atas
terjadinya fenomena hipoksia seluler pada penyakit dekompresi.9

1.5 Manifestasi Klinis


Penyakit Dekompresi Tipe 1 yaitu :
1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset
2. Pruritus (kulit membungkuk)
3. Ruam kulit (bintik-bintik atau ruam papul atau plaquelike)
4. Kulit kulit jeruk (jarang)
5. Pitting edema
6. Anoreksia, (mual)
7. Kelelahan berlebihan
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon, atau tisuue
(tikungan)
9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak.10

Penyakit Dekompresi Tipe 2 yaitu :


1. Gejala menirukan trauma tulang belakang (nyeri punggung bawah, paresis,
kelumpuhan, parestesia, kehilangan kontrol sfingter)
2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan
3. Pusing
4. Penglihatan terowongan
5. Perubahan status mental
6. Mual, muntah, vertigo, nistagmus, tinnitus, dan anusa parsial
7. Ketidaknyamanan substernal pada inspirasi, perbekalan tidak produktif yang bisa
menjadi paroksismal, dan mengurangi gangguan pernapasan.
8. Emfisema subkutan
9. Tanda dan gejala syok hipovolemik atau embolisasi gas arterial.10
1.6 Diagnosis dan Komplikasi
Diagnosis Caisson’s Disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan anamnesa
mengenai riwayat menyelam penderita sebelumnya (dalam waktu 24 jam terakhir) dan
dari pemeriksaan fisis, didapatkan gejala-gejala Caisson’s Disease.9

Tekanan udara didalam ruang dinaikkan perlahan menimbulkan lebih banyak gas
didalam udara yang akan larut dalam darah dan jaringan tubuh. . Menimbulkan gangguan
berupa Tinitus aurius yaitu denging dalam telinga. Perdarahan diruang pendengaran
tengah (aurius media). Pecahnya membran tympani dan Radang pada membran tympani
(Otitis Media Akut). Serta komplikasi kadang terjadi dikemudian hari berupa Radang
sumsum tulang (Mielitis Transversa).11
1.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis
caisson disease adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin Pada pasien yang datang gejala neurologik yang persisten dalam beberapa
minggu setelah cedera bisa didapatkan hematokrit (Hct) sebanyak 48% atau lebih.
b. Analisis gas darah Menentukan alveolar-arterial gradient pada pasien dengan suspek
emboli.
c. Creatinine Phosphokinase (CPK) Peningkatan CPK menunjukkan kerusakan jaringan
yang disebabkan oleh mikroemboli.
2. Pemeriksaan radiologi (mis: Radiografi, USG Doppler, foto thoraks)
3. Elektrokardiogram (EKG).9

1.8 Tatalaksana
Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson’s Disease, pertama-tama yang harus
dilakukan adalah mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai
sirkulasi. Pasien harus ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah-langkah
penatalaksanaan lainnya meliputi :
a. Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir.
Namun perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga
12 jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.
b. Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang
diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari. Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson’s
Disease adalah hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang dimediasi
oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral atau diberikan secara
intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid untuk mengatasi dehidrasi yang
mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis perendaman menyebabkan penyelam
kehilangan 250-500 cc cairan per jam) atau pergeseran cairan yang dihasilkan dari
DCS.
c. Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian
dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.
d. Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan gangguan
visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga bagian dalam.
e. Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg
pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25 mcg
/ mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-platelet.
f. Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik.9
KESIMPULAN

Caisson’s disease (CD) atau penyakit dekompresi (decompression sickness)


adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan
tekanan dengan cepat disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan pengembangan
gelembung - gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas
dari paru - paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan
“Pulmonary Overinflation Syndrome”.
Untuk Caisson’s disease (CD) atau penyakit dekompresi (decompression
sickness) terbagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu :
Tipe I CD ditandai dengan satu atau beberapa dari gejala berikut :
1. Rasa nyeri ringan yang menetap setelah 10 menit onset (niggles).
2. Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada
kulit.
3. Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer atau
papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang jarang
menyerupai kulit jeruk.

Tipe II Caisson disease tipe II ditandai oleh :


1. Gejala gangguan pada paru.
2. Syok hipovolemik.
3. Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya ada sekitar
30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Onset gejala biasanya segera atau
hingga 36 jam.9

Pembentukan gelembung gas di jaringan atau dalam sirkulasi dianggap


sebagai mekanisme untuk semua jenis penyakit dekompresi. Selama menyelam, gas
inert dilarutkan dalam jaringan. Setelah berjam-jam, keadaan keseimbangan dapat
dicapai antara gas pernapasan dan jaringan, yang dikenal sebagai saturasi. Saat
penyelam naik ke permukaan, nitrogen berdifusi dari jaringan ke dalam darah dan dari
darah ke paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

1. Linggayani Ni Made Ayu, dkk, 2017. Penyakit Caisson pada penyelam, Fakultasn
Kedokteran Universitas Lampung, Bagian Mikrobiologi dan Parasitologi.
2. Duke Halena Isrumanti, dkk, 2017. Pengaruh Kedalaman Menyelam, Lama
Menyelam, Anemia Terhadap Kejadian Penyakit Dekompresi Pada Penyelam
Tradisional. Magister Epidemiologi Sekolah Pascasarjana Undip, Semarang.
3. Yuliana B, Nur Ulmy Mahmud, dkk, Agustus 2021. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Penyakit Dekompresi Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Pulau
Barrang Lompo. Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Muslim Indonesia. Peminatan Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Muslim Indonesia.
4. Duke Halena Isrumanti, dkk, 2016. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Penyakit Dekompresi pada Penyelam Tradisional (Studi Kasus di
Karimunjawa). Fakultas Kedokteran Undip, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Undip.
5. Wdiyastuti Sri Rahayu, dkk, 2019. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas
Hidup Penyelam Tradisional Penderita Penyakit Dekompresi. Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Undip.
6. dr. Mieke A. H. N. Kembuan, Sp. N(K). 2022. Penyakit Dekompresi (Caisson
Disease), RSUP prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Kemenkes.
7. Ridhoi Ade Fathur, 2017. Decompression Sickness / Penyakit Dekompresi. S1
Keperawatan, upn "veteran" Jakarta.
8. Mitchell, Simon J. Dkk. 2022, Penyakit Dekompresi dan Arteri Emboli Gas. Jurnal
Kedokteran New England.
9. Sally Neilvinda Poermara, 2018. Caisson Disease. Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.
10. Russeng Syamsiar S, dkk. 2020. Indikator Penyakit Dekompresi pada Penyelam
Tradisional di Bajo, Kabupaten Boalemo.
11. dr. Noor Yulia, M.M. 2020. Benda Asing Masuk Tubuh Dan External Causes.

Anda mungkin juga menyukai