PSC1131 T7-11 2212221005 Bagian1
PSC1131 T7-11 2212221005 Bagian1
TUGAS 7-11
Bagian 1 Menentukan 2 variabel bebas (X1 dan X2) dan 1 variabel terikat (Y) atau X3 di upload
Sabtu, 19 November 2022
Bagian 2 Membuat kajian teori lengkap dengan sintesis di upload Sabtu, 26 November 2022
Bagian 3 Membuat Definisi Konseptual dan Definisi Operasional di upload Sabtu, 3 Desember 2022
Bagian 4 Membuat Kisi-kisi instrumen di upload Sabtu, 10 Desember 2022
Bagian 5 Menyusun instrumen penelitian di upload Sabtu, 17 Desember 2022
i
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................................iii
AKRONIM....................................................................................................................................................iv
BAGIAN 1.....................................................................................................................................................1
Menentukan 2 (dua) Variabel bebas (X1 dan X2) dan 1 (satu) variabel terikat (Y) atau (X3)......................1
1.1 Ruang lingkup masalah................................................................................................................1
1.2 Faktor – faktor yang berhubungan..............................................................................................1
1.3 Variabel Penelitian.......................................................................................................................1
1.3.1 Judul Penelitian....................................................................................................................1
1.3.2 Jenis Variabel.......................................................................................................................1
1.3.3 Hubungan Variabel..............................................................................................................1
BAGIAN 2.....................................................................................................................................................2
Membuat kajian teori lengkap dengan sintesis...........................................................................................2
2.1 Kajian Teori..................................................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Pekerjaan Konstruksi Sesuai Dengan UU Dan Perpres.......................................2
2.1.2 Konstruksi Bangunan...........................................................................................................2
2.1.3 Konstruksi Jalan dan Jembatan............................................................................................4
2.1.4 Tanah Dasar.........................................................................................................................8
2.1.5 Tanah Lempung...................................................................................................................9
2.1.6 Pasir Sungai..........................................................................................................................9
2.1.7 Kepadatan dan Daya Dukung Tanah....................................................................................9
2.2 Sintesis.......................................................................................................................................10
BAGIAN 3...................................................................................................................................................13
Membuat Definisi Konseptual dan Definisi Operasional...........................................................................13
ii
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Klasifikasi Jalan berdasarkan kelas jalan.......................................................................................5
Tabel 2 : Klasifikasi Jalan berdasarkan medan jalan....................................................................................6
Tabel 3 : Tingkat Plastisitas Tanah menurut Aterberg...............................................................................11
Tabel 4 : Hasil sondir tanah liat..................................................................................................................12
Tabel 5 : Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Penelitian.............................................................16
DAFTAR GAMBAR
No table of figures entries found.
iii
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
AKRONIM
Kata / Singkatan Penjelasan
ASMET :
CPC
UU
iv
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
BAGIAN 1
Menentukan 2 (dua) Variabel bebas (X1 dan X2) dan 1 (satu) variabel terikat
(Y) atau (X3)
1.1 Ruang lingkup masalah
1. Kurangnya kestabilan Tanah lempung
2. Banyaknya Konstruksi yang di bangun di atas Tanah lempung
3. Perubahan sifat Tanah lempung yang terjadi saat kadar air tinggi
B. Variabel Terikat
Kepadatan dan daya dukung dapat berubah nilainya jika ditambah dengan pasir, atau kepadatan
dan daya dukung akan berubah nilainya jika kondisi tanah lunak berubah sifat (kondisi
kandungan kadar air yang berbeda)
Page 1
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
BAGIAN 2
Page 2
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
3
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
b) Sloof (Sloop) : Tukang atau orang awam biasa menyebut istilah ini dengan sloop.
Sloof/sloop merupakan struktur beton yang berada di atas pondasi. Sloof memiliki
fungsi untuk menahan beban dari bagian atas pondasi. Fungsi utamanya adalah
mendistribusikan beban ke seluruh pondasi. Jika beban terpusat pada satu titik, maka
bisa jadi bangunan akan mudah rusak. Adanya beban pada satu titik membuat
bangunan tidak stabil dan mudah roboh. Maka dari itu, bangunan jenis apapun pasti
membutuhkan sloof/sloop yang kokoh. Proses pembuatan sloof biasanya dengan
menggali tanah dengan kedalaman sekitar 1/2 meter. Lubang tersebut diisi dengan besi
anyam, batu, dan juga adonan semen. Batuan beku menjadi material yang sempurna
untuk membuat sloof yang kuat.
2) Konstruksi Bagian Atas
Berbeda dengan konstruksi bagian bawah, konstruksi atas jelas terlihat dari luar. Konstruksi ini
meliputi bagian kolom, balok, sampai ke rangka atap. Konstruksi bangunan atas juga harus kuat.
Bahannya harus sesuai spesifikasi. Tentunya material untuk bangunan tinggi pun jelas berbeda.
Ada empat jenis konstruksi bagian atas bangunan. Fungsi masing-masing bagian konstruksi ini
berbeda, yaitu:
a) Struktur Kolom : Kolom merupakan bagian bangunan yang berbentuk batang vertikal.
Kolom biasanya terletak pada setiap sudut dinding bangunan. Kolom menyambung
langsung dari bagian “cakar ayam” pondasi. Kekuatan kolom juga menentukan kekuatan
bangunan yang dirancang. Fungsi utama kolom adalah pendistribusi beban dalam
bangunan. Kolom juga berfungsi menahan semua material atau objek yang ada di dalam
rumah. Baik material yang menempel dalam struktur bangunan ataupun perabotan dan
manusia di dalamnya dapat ditahan dengan struktur kolom.
b) Balok : Jika kolom memanjang secara vertikal, maka balok adalah struktur horizontal
dalam rumah. Struktur ini biasanya berada beberapa sentimeter dari jendela dan pintu
rumah. Balok ini biasanya disebut juga dengan lintel. Fungsi utamanya adalah menahan
beban dari tembok. Tembok bagian atas sampai ke atas pasti memiliki beban yang
cukup berat. Agar tidak menekan kusen pintu atau jendela secara langsung, maka
diperlukan struktur balok. Selain itu, fungsi lain dari balok rumah adalah menahan kusen
agar tetap kokoh saat ada gempa.
c) Plat Lantai : Plat lantai berbeda dengan struktur lantai dasar. Jika pada lantai dasar tidak
membutuhkan besi cor, maka plat lantai wajib menggunakannya. Plat seperti ini ada
pada lantai yang tidak menempel di permukaan tanah, misalnya lantai 2 bangunan dan
seterusnya. Lantai bertingkat tersebut membutuhkan struktur khusus. Biasanya harus
dilakukan pengecoran. Ada anyaman besi yang dipasang dengan ukuran berbeda.
Semakin tinggi gedung, maka harus menggunakan besi silinder yang lebih besar. Plat
lantai kemudian dicor dengan semen, pasir, dan batu koral. Plat lantai pada bangunan
bertingkat juga mendapatkan bantuan menahan beban dari balok horizontal. Kedua
bangunan ini tersambung dengan besi anyam.
d) Rangka Bagian Atap : Rangka atap biasanya dari material kayu atau galvalum. Struktur
ini terdiri dari bagian reng dan usuk yang tertutup genteng. Rangka atap memiliki fungsi
untuk menahan genteng agar bisa stabil. Jika tidak memiliki pengalaman menghitung
dan merencanakan struktur bangunan, maka gunakan jasa ahlinya. Manfaatkan bantuan
4
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
5
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
Klasifikasi menurut kelas jalan & ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi
jalan dapat dilihat dalam Tabel 1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).
Tabel 1 : Klasifikasi Jalan berdasarkan kelas jalan
6
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
ditentukan oleh kekuatan lapisan perkerasan, tetapi juga tanah dasar. Daya dukung tanah dasar
dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan tanah, kadar air, sistem drainasi dan lain-lain
(Sukirman, S, 1999).
2.1.3.e Jenis – Jenis Jembatan
1) Berdasarkan fungsinya
a) Jembatan jalan raya (highway bridge),
b) Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
c) Jembatan pejalan kaki/penyebrangan (pedestrian bridge).
2) Berdasarkan lokasinya
a) Jembatan di atas sungai atau danau,
b) Jembatan di atas lembah,
c) Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
d) Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
e) Jembatan di dermaga (jetty).
3) Berdasarkan bahan konstruksinya
a) Jembatan kayu (log bridge),
b) Jembatan beton (concrete bridge),
c) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
d) Jembatan baja (steel bridge),
e) Jembatan komposit (compossite bridge).
4) Berdasarkan tipe strukturnya
a) Jembatan plat (slab bridge),
b) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
c) Jembatan gelagar (girder bridge),
d) Jembatan rangka (truss bridge),
e) Jembatan pelengkung (arch bridge),
f) Jembatan gantung (suspension bridge),
g) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
h) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
7
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
8
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
Tanah dasar adalah bagian terpenting dari konstruksi bangunan atau jalan dan jembatan, karena
tanah dasar inilah yang mendukung seluruh konstruksi jalan beserta muatan lalulintas diatasnya.
Tanah dasar pulalah yang menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan.
Kemampuan tanah dasar untuk mendukung beban adalah 0,5-1,5 kg/em2, sehingga diperlukan
konstruksi perkerasan jalan agar beban roda dapat disebarkan lebih luas diatas permukaan
tanah, sehingga tegangan yang fimuul lebih kecil dari kemampuan 13nah. Perkerasan jalan
diletakan diatas tanah dasar, dengan demikian secara keseluruhan mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar.
2.1.4.b Jenis Tanah Dasar
Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :
1) Tanah dasar berupa tanah galian
2) Tanah dasar berupa tanah urugan
3) Tanah dasar berupa tanah asli yang di stabilisasi
2.1.4.c Kualitas Tanah Dasar
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya
dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
2) Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
3) Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi
yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan yang mengakibatkan kepadatan yang
kurang baik.
Sifat tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan-lapisan diatasnya dan mutu jalan secara
keseluruhan. Untuk mengevaluasi kualitas tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar (suhgrade)
dari suatu jalan raya digunakan Indeks Kelompok atau GI (Group Index). Harga GI ini dituliskan di
dalam kurung setelah nama kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group
Index ini dapat dihitting dengan persamaan :
GI =(F-35)[ 0,2 f 0,005 (LL-40) j +0,01 (F - 15) (PI -10)
(SNI-03-6797-2002)
dengan:
GI - Indeks Kelompok (Group Index)
F = Persentase butiran lolos saringan No. 200
LL = Batas Cair (Liquid Limit)
PI = Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Pada umumnya makin besar nilai indeks kelompoknya, makin kurang baik tanah tersebut untuk
dipakai dalam pembangunan jalan raya.
Daya dukung tanah dasar yang baik atau memenuhi syarat akan memberikan tingkat kekuatan
dan keawetan yang tinggi terhadap konstruksi jalan. Untuk meningkatkan daya dukung tanah
9
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
dasar digunakan cara antara lain dengan pemadatan dan atau memberikan campuran dengan.
bahan stabilisator. Salah satu ukuran untuk menyatakan daya dukung tanah dasar adalah CBR
(California Bearing Ratio), baik secara langsung di lapangan maupun hasil uji di laboratorium.
2.1.5 Tanah Lempung
2.1.5.a Definisi Tanah Lempung
Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat
dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-
lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika. Lempung didefinisikan sebagai
golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron). Menurut para ahli definisi
tanah lembung sebagai berikut :
1) Terzaghi (1987)
Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis
yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat
keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.
Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika
bagian barat, untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang
bersabun atau seperti terbuat dari lilin disebut “gumbo”. Sedangkan pada keadaan air yang
lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
2) DAS (1988)
Tanah lempung merupakan tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertentu yang
menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi basah.
3) Bowles (1991)
Tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran lebih kecil atau sama
dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50 %.
4) Hardiyatmo (1992)
Sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung yaitu antara lain ukuran butiran halus lebih kecil
dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif,
kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
5) Grim (1953)
Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel partikel mineral
tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengna air”. Tanah
lempung ada yang tergolong ekspansif dan non ekspansif. Perbedaannya dapat terlihat
secara kasat mata, pada saat musim kemarau, tanah lempung ekspansif mengalami retak-
retak poligonal yang tidak beraturan pada permukaan tanah dan retakan tersebut
menyebabkan rongga yang cukup dalam. Sebaliknya, pada tanah lempung non ekspansif
hanya mengalami retak-retak pada permukaan tanpa ronggo-rongga yang dalam.
2.1.5.b Klasifikasi Tanah Lempung
Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki diameter 2 μm atau
sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS). Namun demikian, dibeberapa kasus partikel
10
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai partikel lempung
(ASTM-D-653). Disini tanah diklasifikasikan sebagai lempung hanya berdasarkan ukuran saja,
namun belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga mengandung mineral -
mineral lempung.
Pada tiap jenis tanah, batas cair dan batas plastis tanah bervariasi dengan nilai batas cair lebih
tinggi dari nilai batas plastis. Besaran plastisitas menunjukkan besarnya susut pada waktu proses
menjadi kering. Besaran plastisitas dapat ditentukan apabila nilai batas cair dan nilai batas
plastis diketahui, dinyatakan dengan rumus :
PI=LL-PL
(SNI-1967-2008)
dengan:
PI : Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
LL : Batas Cair(LiquidLimit)
PL : Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas cair tanah adalah kadar air tanah pada keadaan batas antara cair dan plastis, sedangkan
batas plastis yaitu kadar air minimum suatu sampel tanah dalam keadaan plastis.
Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai
sebagai dasar perhitungan (design), hanya merupakan gambaran secara garis besar akan sifat-
sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik
yang buruk, yaitu kekuatannya rendah, compresinya tinggi dan sulit dalam proses
pemadatannya (Wesley, 1977)
Berdasarkan dari nilai indeks plastisitasnya tanah lempung di golongkan pada ketentuan yang di
tunjukan pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3 : Tingkat Plastisitas Tanah menurut Aterberg
Indeks Plastisitas
Tingkat Plastisitas Jenis Tanah
(%)
0 Non Plastis Pasir
0 < PI < 7 Rendah Lanau
Lempung Kelanauan / Lanau
7 < PI < 17 Sedang
Kelempungan
> 17 Sangat Plastis Lempung / Tanah Liat
Sumber dari Sifat-sifat Fisis clan Geoleknis Tanah, 1986
2.1.5.c Mineral Penyusun Tanah Lempung
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks. Mineral ini terdiri dari
dua lempung kristal pembentuk kristal dasar, yaitu silika tetrahedra dan aluminium oktahedra
(Das. Braja M, 1988).
Das. Braja M (1988) menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan
mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-
partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral yang sangat
halus lain. Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air
11
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan
sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel - pertikel itu melekat satu sama
lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-
rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-
retakan atau terpecah-pecah.
Dalam terminologi ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat plastis saat basah,
dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai komposisi berupa hydrous aluminium
dan magnesium silikat dalam jumlah yang besar. Batas atas ukuran butir untuk lempung
umumnya adalah kurang dari 2 μm (1μm = 0,000001 m), meskipun ada klasifikasi yang
menyatakan bahwa batas atas lempung adalah 0,005 m (ASTM).
Menurut Das. Braja (1988), satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika
tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk
struktur lembaran.
2.1.5.d Jenis – Jenis Mineral Lempung
Jenis-jenis mineral lempung tergantung dari komposisi susunan satuan struktur dasar atau
tumpuan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran. Dapat di kelompokan
menggunakan perhitungan dan pengujian – pengujian lapangan seperti hasil yang ditunjukan
pada tabel 4 berikut :
Tabel 4 : Hasil sondir tanah liat
∑total
Local Friction
Depth Friction Kg/m²
C C+F F Jenis
m Friction (HL)
Ratio (fr) (%) Friction Tanah
(qs)
A B C C-B (C-B)*0.1 (C-B)*2 [(C-B)*0.1/B]*100 ∑(C-B)*2
5 18 55 37 3.70 74.00 20.60 932.00 Clays
Das, Braja M. Mekanika Tanah Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 2 : Bab 13 hal 229 - 230.
Erlangga. 1985.
2.1.6 Pasir Sungai
2.1.6.a Definisi Pasir Sungai
Pasir sungai adalah salah satu pasir yang berasal dari sungai dan mempunyai ukuran butiran
yang sedang dan tidak terlalu besar. Pasir sungai memiliki ukuran 0.063 mm hingga 5 mm.
Pasir merupakan jenis tanah non kohesif ( cohesionless soil ). Non kohesif mempunyai sifat yaitu
antar butiran lepas, hal ini ditunjukkan dengan butiran yang akan terpisah – pisah apabila
dikeringkan dan hanya akan melekat apabila dalam keadaan yang disebabkan oleh gaya tarik
permukaan. Pasir dapat dideskripsikan sebagai bergradasi baik, bergradasi buruk, bergradasi
seragam atau bergradasi timpang. (Sumpeni & Sagala, 2014).
2.1.6.b Pasir Sungai sebagai bahan stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dengan menambahkan
sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat mempertahankan kekuatan geser (kepadatan) dan
menaikkan kekuatan tanah (daya dukung tanah). Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah untuk
mengikat dan menyatukan agregat material yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau
pondasi jalan yang padat.
12
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
Pasir sungai yang sebagai bahan stabilisasi mengandung kadar garam yang terkandung dalam
pasir berbetuk larutan garam yang menghasilkan ion-ion yang berfungsi sebagai katalisator yang
mempercepat reaksi pozzolanic dalam tanah lempung. Bentuk kering garam berbentuk kristal
mengisi ruang pori diantara butir-butir tanah lempung. Garam berperan meningkatkan daya
dukung tanah lempung baik sebagai larutan maupun sebagai kristal (kering). Pasir menjadikan
gradasinya lebih rapat sehingga melawan sifat mengembang dari tanah dan kepadatannya akan
bertambah.
2.1.7 Kepadatan dan Daya Dukung Tanah
2.1.7.a Definisi Kepadatan Tanah dan Daya Dukung Tanah
Kepadatan tanah merupakan sebuah proses naiknya kerapatan tanah dengan memperkecil jarak
antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara yaitu tidak terjadi perubahan volume air
yang cukup berarti pada tanah tersebut. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering
tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan air
tersebut akan berfungsi sebagai unsur pelumas pada partikel – partikel tanah. Karena adanya
air, partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan
membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Adanya penambahan kadar air justru cenderung
menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian
menempati ruang – ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel –
partikel padat dari tanah. Kadar air dimana berat volume kering maksimum tanah dicapai
disebut kadar air maksimum.
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban konstruksi. Daya dukung
tanah dianalisis agar pondasi tidak mengalami keruntuhan geser dan penurunan berlebih (maka
dibutuhkan kepadatan / mempertahankan kekuatan geser). Daya dukung tanah tersebut
ditentukan oleh jenis dan karakter tanah.
13
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
Page 14
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
Hasil pengujian DCP yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2020 yaitu terhadap tanah yang telah
mengalami penggenangan air menunjukkan bahwa nilai CBR tanah asli turun menjadi 2%
sedangkan nilai CBR campuran tanah lempung dengan pasir turun menjadi 8%. Hasil pengujian
laboratorium menunjukkan adanya penurunan plastisitas tanah dan indeks pengembangan
(swell) seiring dengan bertambahnya jumlah pasir. Penambahan pasir menyebabkan tanah
menjadi kurang responsif terhadap keberadaan air. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
pengembangan tanah asli meningkat secara eksponential pada tanah asli, sedangkan untuk
campuran lempung dengan pasir peningkatan terhadap waktu adalah linier.
Kenaikan nilai CBR pada tanah lempung sebesar 2.45% setiap penambahan pasir pada varian
2%, 4%, 6%, 8% dan dilakukan pemeraman 3 dan 7 hari, nilai CBR mengalami kenaikan dari nilai
CBR tanah asli, disebabkan terjadinya sementasi dari penambahan pasir. Sementasi ini mengaki-
batkan pengumpalan yang memicu meningkatkan daya ikat antar butiran, sehingga rongga-
rongga pori yang ada akan di keliling bahan sementasi yang lebih keras. Nilai CBR campuran 2%
pemeraman 7 hari mengalami kenaikan 36,863%, CBR Campuran 4% pemeraman 7 hari
mengalami kenaikan 81,961%, CBR Campuran 6% dan 8% pemeraman 7 hari mengalami
kenaikan 90,196%, dan 96,078%. Hal ini disebabkan saat penyimpanan sampel yang
dicampurkan sampel di taruh langsung diatas lantai sehingga menyebabkan kelembaban pada
sampel sehingga mengurangi daya ikat antar partikel. (Argo Reno, Fatma Sarie, dan Suradji
Gandi, 2020). Dengan penambahan pasir yang memiliki karekteristik seperti pasir sungai
(kebersihan dan bergradasi seragam) yang di campur dengan homogen dapat meningkatkan
daya dukung tanah dasar dan mempermudah proses pemadatan optimum serta dapat
mengurangi kelemahan daya dukung tanah terhadap kondisi yang tinggi kadar air atau
genangan air yang merendam tanah dasar yang telah dipadatkan sampai optimum…” (Yogi
Agus Sucahyo, 2022)
Pada bagian bercetak tebal merupakan sintesis yang dikembangkan oleh penulis. Bagian
tersebut berangkat dari gagasan penulis yang menyatakan bahwa daya dukung tanah dasar
berjenis tanah lempung lunak kurang baik (dibawah nilai persyaratan Spesifikasi umum) dan
susah untuk di padatkan dalam keadaan kadar air yang tinggi, sehingga membutuhkan stabilisasi
dengan menggunakan Pasir Sungai. Selanjutnya penulis merujuk pada sumber rujukan yang
dapat mendukung pemelitiannya, seperti (1) adanya pengaruh genangan air terhadap daya
dukung tanah dasar dan (2) jumlah atau komposisi pencampuran pasir dengan tanah lempung
yang dapat menyebabkan kenaikan nilai CBR.
Page 15
Universitas Sangga Buana, YPKP Bandung Lembar Tugas Kuliah
BAGIAN 3
Page 16