Anda di halaman 1dari 5

Pada masa demokrasi liberal berlangsung di Indonesia di mulai dari tahun

1949 sampai 1959. Pada saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno, yang berjalan
selama kurang lebih 9 tahun di Indonesia. Dalam waktu itu, Indonesia sudah berganti
kabinet sebanyak 7 kali. Yang pertama, Kabinet Natsir yang berlangsung dari tanggal
September 1950 sampai 21 Maret 1951. Kabinet Natsir ini dipimpin oleh Muhammad
Natsir dari Partai Masyumi. Yang kedua, Kabinet Sukiman yang berlangsung dari
tanggal 27 April 1951 sampai 3 April 1952. Kabinet Sukiman merupakan gabungan
antara PArtai Masyumi dengan PNI yang dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo.
Yang ketiga, Kabinet Wilopo yang dimulai pada tanggal 3 April 1952 sampai dengan
3 Juni 1953 yang disebut Kabinet Zaken dimana dalam anggota kabinet ini terdiri
para ahli yang menguasai tiap bidangnnya. Kabinet Wilopo ini dipimpin oleh Mr.
Wilopo. Yang keempat, Kabinet Ali Sastroamujiyo I yang berlangsung dari tanggal
31 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955. Kabinet ini merupakan gabungan antara Partai
pni dan Nu yang dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo. Yang kelima, Kabinet
Barhanuddin Harahap yang berlangsung dari tanggal 12 Agustus 1955 sampai 3
Maret 1956 yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Partai Masyumi. Yang
kenam, ada Kabinet Ali Sastroamijoyo II yang berlangsung dari tanggal 20 MAret
1956 sampai 4 Maret 1957. Kabinet ini dijalankan dalam pimpinan Ali Sastroamijoyo
yang berasal dari gabungan PNI dan Partai Masyumi dan NU. Yang ketujuh, ada
kabinet Djuanda yang berlangsung dari tanggal 9 April 1957 sampai 5 Juli 1959 yang
berada dalam pimpinan Ir. Djuanda. Namun pada masa demokrasi liberal banyak
yang mementingkan kepentingan partainya sendiri daripada kepentingan bangsa.
Sehingga, membuat kabinet berganti karena masing-masing saling berebut
kepentingan.

Demokrasi liberal merupakan sistem politik yang menganut kebebasan


individu. Pada saat Indonesia menjalani Demokrasi Liberal yang dimana konsep
liberalism yang dijalani Bangsa Indonesia ini terjadi secara bebas. Dahulu
kependudukan badan legistalif daripada badan eksekutif. Kemudian kepala
kepemerintahan dulu dipimpin oleh seorang perdana Menteri. Perdana Menteri dan
Menteri Menteri dalam kabinet ini diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam
demokrasi Parlementer presiden menjabat sebagai kepala negara. K kemudian dalam
demokrasi liberal dulu control terhadap negara nya itu sering mengalokasikan sumber
daya alam dan manusia dapat terkontrol. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara Konsti
to sional dan kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundang ngan di mana
kelompok minoritas seperti agama atau etnis itu boleh memperjuangkan untuk
memperjuangkan dirinya sendiri. Model demokrasi ini tidak berhasil diterapkan di
Indonesia karena pada saat itu masih banyak keberagaman pandangan dan aspirasi
masyarakat.

Setelah Indonesia gagal dalam masa demokrasi liberal, Indonesia menjalani


periode demokrasi terpimpin yang berawal mula dimulai dengan lahirnya Dekrit
presiden pada 5 Juli 1959. Presiden Soerkarno mengeluarkan dekrit yang mengutip
dasar dan struktur ketatanegaraan Indonesia yang berisi tentang pembubaran
konsituante, berlakukan kembali UUD 1945, tidak berlakukan UUDS 1950,
bentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Tujuan sistem demokrasi terpimpin pada
saat itu adalah untuk menata kembali kehidupan politik serta pemerintahan
berdasarkan UUD 1945. Namun sangat disayangkan pada pelaksanaannya seringkali
terjadi pelanggaran yang tidak sessuai norma yang berkaitan dengan UUD 1945.

Indonesia merupakan negara yang tidak pernah patah semangat, untuk


mempersatukan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya. Dari yang awalnya hanya
mementingkan kekuasaan negarannya saja menjadi peduli dengan rakyatnya. Bahkan
Indoensia memiliki kekhasan yang tak banyak dimiliki negara lain yaitu suatu
kemajemukan dan memiliki hubungan yang istimewa antar umat beragama. Indonesia
memiliki masyakat yang memiliki keberagaman kepercayaan. Walaupun, mereka
memiliki kepercayaan yang berbeda mereka tetapi diajarkan untuk saling menghargai
kepercayaan satu dengan yang lainnya. Inilah bentuk kemajemukan dan
keberagamaan yang disebut sebagai anugerah Allah. Kemajemukan adalah cara
Tuhan memberikan keanugerahan untuk saling mengasihi sesama kita.

Dengan
Indonesia di kenal sebagai negara yang menganut sistem hukum dalam
pemerintahannya, seperti yang tertulis pada UUD 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi
Negara Indonesia adalah ne gara hukum. Itulah mengapa, Undang- Undang berperan
besar sebagai sumber huhum terhadap keadilan dan perdamaian yang ada pada
masyarakatnya. Keadilan merupakan keadaan antar manusia yang diperlakukan
dengan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya masing – masing, sedangkan
menurut Notonegoro keadilan sendiri adalah suatu keadaan yang dapat dikatakan adil
jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku menurut UU. Namun semakin
kesini sangat disayangkan bahwa hukum yang berlaku di Indonesia tidak diterapkan
secara adil. Masih banyak ditemukan kecurangan dalam penanganan kasus keadilan di
Negara Indonesia. Padahal sudah ditekankan dalam Undang – Undang Dasar Tahun
1945 Pasal 28 D ayat (1) yang isinya yaitu “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum” malah tidak mendapat jaminan
keadilan terumata masyarakat golongan bawah.

Dijaman saat ini, dapat dikatakan bahwa hukum di Indonesia berjalan dengan
sangat buruk, dimana hukum diberlakukan bagi masyarakat yang berada di golongan
atas apalagi yang memiliki banyak uang pasti akan di utamakan masalah perdamaian
dan keadilannya. Mereka yang memiliki koneksi besar dengan banyak aparat yang
berada di dunia hukum dapat dipastikan mereka dapat lolos dari hukuman yang
menjerat walaupun mereka sebenarnya salah. Jaman sekarang serasa siapa yang
memiliki uang banyak dapat mengontrol semua yang ada apalagi hukum, dapat di beli
oleh mereka yang ber-duit. Masyarakat yang berada di golongan bawah hanya bisa
pasrah dan menerima keadaan bila terjerat hukuman. Bagi mereka yang terjerat harus
berlapang dada walaupun sebenarnya mereka tidak bersalah dan tidak boleh
memberontak atas kesalahan mereka, karena memberontakpun tidak memberi
perubahan sedikitpun. Pada dasarnya memang uang dapat dijadikan permainan yang
kotor.
Dikala keadilan Indonesia mulai luntur bukan berarti kita sebagai masyarakat
dapat seenaknya sendiri melakukan banyak aksi untuk para pemerintah. Walaupun
masyarakat sangat menginginkan keadilan dari pemerintahan, namun harus tetap
dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu dari tindakan yang melanggar Undang –
Undang. Kita boleh melakukan aksi protes, demo besar-besaran, ataupun membuat
petisi, tetapi tetap dalam pengawasan pemerintah dan tidak saling melukai satu sama
lain secara fisik maupun mental. Sekarang ini di Indonesia sudah menetapkan Undang
– Undang, dan setiap UU yang diberlakukan sudah mempunyai sanksi nya tersendiri.
Kita sebagai masyarakat justru tidak boleh main hakim sendiri bila melihat perbuatan
yang tercela. Hukum yang berjalan di Indonesia sebisa mungkin di laksanakan sesuai
ketentuan yang tertulis. Di jaman sekarang tidak di pungkiri lagi bahwa banyak sekali
orang yang mulai mengikuti aktivitas olahraga beladiri.

Yang akan dibahas kali ini adalah olahraga pencak silat. Meskipun mereka di
berikan kelebihan dan kemampuan dalam beladiri pencak silat, bukan berarti bisa
digunakan semau -nya sendiri dalam mencari keadilan. Biasanya pencak silat dan
beladiri lainnya digunakan pada saat kita merasakan situasi genting atau dalam
keadaan bahaya. Pada saat keadaan bahaya kita diperbolehkan mengeluarkan
kemampuan kita namun tetap harus bisa mengontrol diri masing – masing. Walaupun
mereka memiliki kekuatan dalam beladiri, harus bisa mengendalikan diri tanpa
menyalah gunakan kelebihan mereka untuk menindas yang lemah ataupun sebaliknya.
Mereka yang mendapatkan kelebihan tersebut sebisa mungkin digunakan untuk
membantu kaum -kaum kecil yang tertindas untuk bangkit kembali. Dengan adanya
UU yang berlaku di Indonesia, sebisa mungkin memberikan kesempatan kepada
seluruh masyarakat agar mendapatkan kesempatan memiliki hidup yang lebih
sejahtera lagi.
Dalam pencak silat lagu yang di gunakan untuk menggiringi pencak silat
tersebut kebanyakan adalah lagu kontemporer. Alat musiknya biasanya berupa
angklung, gamelan, dan alat musik kontemporer lainnya. Hal ini sangat membuktikan
bahwa tidak perlu menggunakan alat musik non kontemporer. Musik Kontemporer
merupakan musik yang di buat dengan alat musik kontemporer. Dulu saat masa orde
baru/lama(ini aku lupa kalian betulin aja) ada beberapa band musik yang menciptakan
musik kontemporer dengan nada yang mengkritik pemerintah, salah satunya lagu ini
yang berjudul Siapa Yang Salah - by slank
Lagu ini merupakan bagian dari album Mata Hati Reformasi (1998). Lagu ini
mengkritik rezim saat itu untuk mengkritik pejabat yang hidup mewah di tengah
kemiskinan yang dialami rakyat Indonesia. "Gak dapat tempat untuk bareng-bareng
berjuang / Anak bocah terperangkap jerat situasi / Ciptaan bapakmu yang terlalu
merevolusi / Aku cuma korban keadaan frustasi / Kecewa bertanya membobol tembok
tradisi," adalah sepenggal lirik lagu "Siapa Yang Salah".

Anda mungkin juga menyukai