TYPE C
Instruksi:
Mahasiswa diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan berikut.
Sertakan rujukan atau sumber-sumber bacaan yang digunakan (buku, jurnal, internet, dsb).
Plagiarisme akan berakibat kegagalan karena nilai= 0.
Jawaban boleh ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
Jawaban pada setiap nomor bernilai maksimum 25 poin.
Parameter penilaian didasarkan pada detail dan ketepatan jawaban (30%), susunan kalimat yang
jelas dan runtut (30%), serta kekuatan argumen (40%).
Pertanyaan-pertanyaan:
1. a. Jelaskan apa itu hubungan internasional, jelaskan pula arti penting studi hubungan internasional.
b. Terdapat dua kategori aktor dalam hubungan internasional: negara dan non-negara. Jelaskan
secara rinci tentang keduanya dengan menyertakan contoh. Jelaskan pula bagaimana aktor-aktor
non-negara tersebut dapat memengaruhi sistem internasional.
Jawaban hendaknya disusun dalam 100-200 kata.
2. Jelaskan masing-masing pokok pandangan Realisme dan Liberalisme dalam hubungan internasional.
Tunjukkan keunggulan masing-masing pandangan dan berikan pula kritik terhadap keduanya.
Jawaban hendaknya disusun dalam 100-200 kata.
3. a. Jelaskan apa itu unipolaritas, bipolaritas, dan multipolaritas dalam tatanan global. Tunjukkan pula
kekuatan dan kelemahan masing-masing tatanan.
b. Bagaimana Anda melihat kecenderungan polaritas di antara negara-negara pada abad ke-21?
Benarkah ia mengarah suatu multipolaritas? Jelaskan pandangan Anda dengan argumen yang jelas
dan kuat.
Jawaban hendaknya disusun dalam 100-200 kata.
4. Pelaksanaan politik luar negeri (Polugri) Amerika Serikat – China yang sedang berlangsung saat ini
adalah cerminan persaingan power dan perebutan pengaruh global. Perang dagang yang melibatkan
kedua negara berdampak terhadap banyak negara, termasuk Indonesia. Telah lama Indonesia
menjadi medan perebutan pengaruh kedua negara sehingga berdampak terhadap politik nasional.
Jawaban
Hubungan internasional adalah interaksi global atau manusia, sedangkan representasi bangsa
melampaui batas-batas negara.Interaksi yang terjadi memang interaksi antar manusia, tetapi
mereka terjadi dalam konteks hubungan formal antar negara.
b. a. Aktor Negara
aktor negara adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan oleh negara sebagai sebuah entitas.
Dikarenakan kajian hubungan internasional merupakan studi yang menjelaskan tentang interaksi
antar negara, maka negara menjadi aktor atau subjek utama dalam ilmu ini.
b. Aktor Non-negara
Dalam hubungan internasional, peran aktor non-negara sebagai subjek dalam HI mulai
berkembang pesat setelah Perang Dunia II. Aktor yang digolongkan sebagai aktor non-negara
adalah inter-governmental organizations (IGOs) atau organisasi antar pemerintah, non-
governmental organizations (NGOs) , organisasi keuangan seperti World Bank (Bank Dunia) dan
International Monetary Fund (IMF), atau organisasi regional seperti European Union (EU),
Association of South East Asian Nation (ASEAN), dan African Union (AU) Multinational
Corporations (MNC) atau perusahaan-perusahaan multinasional, dan Individu.
2. Realisme adalah paham, teori, dan paradigma paling pertama yang lahir di Ilmu hubungan
Internasional. Realisme menekankan kendala pada politik yang dihasilkan dari sifat egois manusia
dan tidak adanya otoritas pusat di atas negara.
Liberalisme adalah paradigma yang sangat kontras dari paham sebelumnya, realisme. Jika
dijelaskan secara umum, liberalisme adalah paham idealis yang menekankan bahwa sifat manusia
adalah baik. Berlainan dengan kepesimisan dari kaum realis, kaum liberalis percaya bahwa
manusia dapat bekerja sama dan mewujudkan perdamaian melalui jalan non kekerasan dan
perang. Liberalisme, juga dikenal sebagai idealisme, berawal dengan asumsi yang berbeda tentang
dunia daripada realisme, dan percaya dalam mengejar kebijakan yang dapat disebut sebagai
kebaikan bersama, bukan apa yang baik untuk negara individu.
Bipolaritas adalah sistem perimbangan kekuatan yang menempatkan negara-negara ke dalam dua
kutub kekuatan yang saling bersaingan dan dipimpin oleh satu kekuatan penentu
Tripolaritas dapat terjadi karena dominasi koalisi yang akhirnya terpecah oleh adanya perbedaan
perspektif di dalamnya, meski dengan pandangan yang berbeda dengan oposisi
Multipolaritas menyiratkan bahwa pusat pengambilan keputusan harus cukup tinggi (tetapi tidak
hanya di tangan satu entitas - seperti saat ini di bawah kondisi dunia unipolar), dan spesialisasi
budaya dari setiap peradaban tertentu harus dilestarikan dan diperkuat ( tetapi tidak larut
menjadi satu kesatuan kosmopolitan).