Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN

...

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
1.5. Metode Penulisan...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian kesiapan menghdapi tantangan..........................................................4.


2.2 Perkembangan Kepribadian..................................................................................4
2.3 Hakikat Motivasi..................................................................................................6
2.4 Pembagian Pandangan dalam Motivasi Manusia.................................................7
2.5 Menyiapkan pikiran untuk menyambut sebuah kreativitas dalam
menghadapi tantangan.......................................................................................20
2.6 Berfolus secara prosuktif dalam menghadapi tantangan...............................28
2.7 Reaksi terhadap konflik dalam menghadapi tantangan......................................28

2.8 Fase-fase penguasaan dalam alur pekerjaan.......................................................29


BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..................................................................................................................32

3.2. Saran.............................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Motivasi memiliki akar kata dari bahsa latin movere, yang berarti gerak atau
dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan
memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang di motivasi tersebut dapat bergerak. Untuk
memberikan pemahaman yang jelas mengenai motivasi, berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat para ahli.

Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi ssesorang untuk


berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh.
A.W. Bernard memberikan pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan

dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha


memperbesar atau mengeadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu.
(Hidayat, 2009).

Produktivitas maksimal berarti mewujudkan sesuatu baik itu perabotan, jaan raya,
atau permainan dengan sesedikit mungkin usaha. Fakta menunjukkan bahwa kita tetap harus
berusaha pada semua hal, bahwa kita harus menghadapi tantangan dan hambatan saat ingin
menyelesaikan sesuatu.

Menigkatkan produktivitas sangat berhubungan dengan kemampuan dalam


menghadapi hambatan, rintangan, dan masalah yang muncul di depan kita dengan lebih
efektif segala hal yang menghambat atau melemahkan gerakan ke depan
kita.

Dalam dunia tanpa hambatan, semuanya akan muncul begitu saja begitu dipikirkan
kita tidak perlu banyak berlatih untuk mendapatkan fleksibilitas dan focus yang lebih besar,
atau untuk membangun system dan pendekatan yang lebih baik. Namun untuk mendapatkan
apa yang benar-benar kita inginkan secara efektif, kita harus siap menghadapi segalanya.
Dan sesungguhnya memang ada hal-hal yang dapat kita semua lakukan, kapan saja, yang
memudahkan kita dalam

1
mengatasi permasalahan dan tetap berada di jalur yang kita inginkan. (Allen, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan siap menghadapi tantangan?


2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
3. Apa itu hakikat motivasi?
4. Apa saja pembagian pandangan dalam motivasi manusia?
5. Bagaimanakah cara menyiapkan pikiran untuk menyambut sebuah
kreativitas dalam menghadapi tantangan?
6. Bagaimana cara berfokus secara produktif dalam menghadapi apapun?
7. Bagaimana reaksi seseorang terhadap konflik dalam menghadapi tantangan?

8. Apa saja fase-fase penguasaan dalam alur pekerjaan?

1.3 Tujuan penulisan


a) Tujuan Umum
Agar pembaca mampu megetahui tentang kesiapan dalam menghadapi
tantangan sehingga mampu untuk diterapkan dalam kehidupan sehar-hari.
b) Tujuan Khusus
1. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan siap menghadapi tantangan.
2. Agar pembaca mengetahui tentang perkembangan kepribadian
3. Agar pembaca mengetahui tentang hakikat motivasi.
4. Agar pembaca mengetahui apa saja pembagian pandangan dalam motivasi manusia
dalam menghadapi tantangan.
5. Agar pembaca mengetahui cara menyiapkan pikiran untuk menyambut sebuah
kreativitas dalam menghadapi tantangan.
6. Agar pembaca mengetahui berfokus secara produktif dalam menghadapi apapun
7. Agar pembaca mengetahui reaksi seseorang terhadap konflik dalam
menghadapi tantangan.

2
8. Agar pembaca mengetahui tentang fase-fase penguasaan dalam alur
pekerjaan

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah
1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca tentang kesiapan
menghadapi tantangan.
2. Bagi akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan
bagi pembaca mengenai kesiapan menghadapi tantangan.

1.5 Metode Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENUTUP
• DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Siap Menghadapi Tantangan

Siap menghadapi apapun memerlukan kecakapan untuk menyelesaikan hal- hal dengan
efektif dan efisien. Anda menyelesaikan hal-hal yang mendefinisikan “selesai” dan
memutuskan seperti apa “melakukan itu”. Namun karena volume dan kompleksitas
sebenarnya dari inventarisasi hal-hal yang kita hadapi dalam hidup ini sangat besar, akan
sangatlah bermanfaat untuk mendapatkan panduan dalam mengikuti model yang konsisten
untuk diterapkan agar dapat anda kuasai sepenuhnya. (Allen, 2003).

2.2 Perkembangan Kepribadian

Walaupun lewin tidak menentang pendapat bahwa keturunan atau kematangan penting
peranannya dalam perkembangan individu, namun sama sekali, dia tidak membahas soal
tersebut, karena pada pendapatnya persoalan tersebut tidak termasuk bidang psikologi.
Tetapi masuk bidang biologi. Hakikat perkembangan itu menurut lewin adalah perubahan-
perubahan tingkah laku (behavioral changes).
a. Perkembangan berarrti perubahan dalam variasi tingkah laku. Makin bertambah umur
seseorang (sampai pada batas-batas umjur tertentuyang tidak

dapat diterapkan dengan pasti karena sifatnyaindividual) variasi kegiatannya,


perasaanya, kebutuhannya, hubungan sosialnya.
b. Perkembangan berarrti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku. Makin
bertambah umur anak tidak hanya variasi tingkah lakunya yang bertambah, tetapi juga
organisasi serta struktur tingkah laku berubah, mennjadi lebih kompleks
1) Struktur relasi berrtambah
Anak kecil pada suatu saat dapat berhubungan dengan seorang anak (misalnya dalam
permainan). Kalau dia bertambah umurnya, maka pada

suatu saat dia dapat sekaligus berhubungan dengan beberapa orang anak.

4
2) Hirarki bertambah kompleks
Anak kecil bermain-main dengan building blocks karena senang akan pebuatan itu.
Kalau ia telah bertambah umurnya, maka ia dapat mempunyai

tujuan di luar perbuatan yang dilakukannya itu.


3) Struktur tingkah laku menjadi lebih komplek
Anak kecil pada suatu saat hanya dapat mengerjakan sesuatu perbuatan tertentu;
kalau dia mengalami interupsi pada umumnya akan kembali kepada apa yang
dikerjakan semula. Anak yang sudah lebih dewasa dapat sekaligus mengerjakan
berbabgai hal, mengalami interupsi dan kembali kepada yang dikerjakan semula.
Misalnya menggambar sambil sambil bercakap-cakap, menerima sesuatu lalu
meletakkannya di atas meja, kembali menggambar sambil bersiul, dan sebagainya.

c. Perkembangan berarti bertambah luasnya karena aktivitas


Makin bertambah dewasa anak, maka arena aktivitasnya bertambah luas. Kecuali arena
(daerah) di dalam arti biasa, juga terjadi perluasan dalam dimensi waktu. Anak kecil
terikat kepada masa kini, anak yang sudah lebih dewasa dapat memikirkan masa
lampaudan merencanakan masa depan sambil melihat (memikirkan).
d. Perkembangan berari perubahan dalam taraf realita
Makin bertambah umur anak, maka dimensi realitas-irrealitas juga berubah. Biasanya
makin bertambah tua orang orientasinya makin realistis, makin dapat

membedakan yang khayal dan yang nyata (pada anak kecil ada dusta khayal), makin
dapat mengerti hal yang abstrak.
e. Perkembangan berarti makin terdiferensiasinya tingkah laku
Tingkah laku anak kecil bersifat difus. Setelah anak menjadi lebih besar, maka tingkah
lakunya makin terdiferensiasikan. Dalam pada itu terjadi pula integrasi, koordinasi
antara bagian-bagian menjadi lebih baik. Misalnya anak yang telah besar dapat main
piano. Main piano ini adalah merupakan koordinasi (integral) dari bermacam-macam
aktivitas.

5
f. Perkembangan berari diferensiasi dan stratifikasi.
Makin bertambah umur orang, makin bertambah daerah-daerah di dalam pribadinya dan
di dalam lingkungan psikologisnya (proses ini disebut proses

diferensiasi). Diferensiasi ini juga terjadi dalam dimensi waktu dan dimensi realitas-
irrealitas, kecakapan membedakan bermacam-macam kemugkinan.
Kecuali itu orang makin dapat menyembunyikan isi hatinya (ini disebutproses
stratifikasi). Orang dewasa dapat berdusta dengan sengaja, mendatangkan anak kecil
tidak (Suryabrata, 2011).

2.3 Hakikat Motivasi

Secara definitif motivasi adalah tingkah laku yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Motivasi ini menjadi proses yang dapat menjelaskan mengenai

tingkah laku seseorang dalam melaksanakan tugas tertentu.


Istilah motivasi digunakan sejak awal abad ke-20, semula para ahli filsafat dan teolog
(agamawan) berpandangan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan mempunyai
kemampuan untuk memilih tujuan dan menentukan sederatan perbuatan secara bebas.
Rasiolah yang menentukkan apa yang akan dilakukan manusia, karena berpatokan kepada
rasio maka aliran ini disebut rasionalisme. Dalam beberapa waktu kemudian, muncul orang
yang memiliki aliran lain yang disebut pandangan makanistik. Mereka berpendapat bahwa
semua perilaku timbul dari dua sumber kekuatan, yaitu: internal dan eksternal. Kekuatan
internal ada

didententukan oleh diri sendiri, dan kekuatan dari luar tidak dapat dikontrol oleh manusia
sendiri.
Pada abad 17 seorang ahli filsafat yang bernama Hobbes menyatakan bahwa alasan
yang diberikan seseorang untuk melakukan sesuatu, sebenarnya didsasarkan atas
kecendrungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan, istilah ini disebut
Hedonisme. Konsep hedonisme dalam perkembangannya memegang peran penting dalam
teori motivasi.
Bagian penting dari pandangan mekanisme adalah teori insting (naluri).
Instink atau naluri adalah “sesuatu kekuatan biologis bawaan yang mempengaruhi

organisme untuk berlaku dengan cara tertentu dalam lingkungan yang tepat”.

6
Naluri manusia tidak sama dengan binatang, karena binatang tidak memiliki jiwa atau
intelek dan tidak dapat bernalar.
Teori ini lama bertahan, tetapi kemudian tahun 1920an muncul teori yang

disebut dengan konsep dorongan. “Dorongan adalah “sesuatu keadaan yang


timbul sebagai hasil dari beberapa kebutuhan biologi, seperti kebutuhan akan
makanan, air, seks, atau menghindari sakit”.
Dasar dari konsep dorongan adalah homesotasis, yaitu kecendrungan untuk
mempertahankan atau memelihara lingkungan internal yang konstan, misalnya orang sehat
mempertahnkan suhu badannya di dalam bentangan beberapa derajat, perubahan sedikit saja
dari suhu normal akan menggerakan mekanisme pemulihan kondisi normalnya (Hidayat,
2009).

2.4 Pembagian Pandangan dalam Motivasi Manusia

Motivasi manusia dapat dibagikan menjadi tiga antara lain :

A. Naluri
Seperti pada banyak istilah psikologis, kata ‘naluriah’ tampil dalam bentuk
yang berbeda-beda dalam percakapan kita sehari-hari. Maka kita mendengar orang
mengatakan bahwa mereka melakukan sesuatu ‘secara naluriah’ atau kalau tidak,
bahwa mereka mengetahui sesuatu 'secara naluriah’. Dengan istilah ini biasanya
mereka ingin menunjukkan bahwa tindakan atau pikiran mereka tidak didasari
kesengajaan yang mereka sadari dan juga bahwa, dalam batas tertentu, itu merupakan
hal yang tepat untuk dilakukan atau kesimpulan yang tepat untuk diambil. Arti ini
banyak persamaannya dengan arti psikologis dari istilah ‘naluri’. Pada dasarnya,
perilaku naluriah menggambarkan pola perilaku yang secara biologis berguna,
diwariskan, tidak perlu dipelajari dan tidak membutuhkan kesengajaan yang disadari.
Banyak contoh perilaku naluriah dapat diambil dalam perilaku binatangdari spesies
yang lebih rendah dan serangga. Spesies kepiting laut, misalnya, begitu lahir secara
otomatis mulai berbaris ke arah sungai. Perjalanan mereka penuh bahaya dan sebagian
besar mungkin mati atau terbunuh dalam

7
perjalanan. Mereka tidak mempunyai sarana untuk mempelajari pola aktivitas ini yang
memaksa mereka bertindak dengan cara yang begitu kaku. Pada banyak makhluk kita
hanya perlu mempelajari perbendaharaan naluriah mereka

dalam situasi tertentu. Pada binatang perilaku naluriah ditandai oleh pola yang kaku dan
kurang modifikasi, kurang dipelajari, keseragaman perilaku diantara
spesies serta kesadaran yang tampaknya tidak ada pada binatang yang bersangkutan
tentang maksud dari tindakannya.
Sepintas lalu perilaku yang tidak disadari, terbatas dan otomatis ini tidak banyak
berhubungan dengan perilaku manusia yang lebih beragam. Namun demikian, telah ada
pendapat bahwa dorongan motif yang mula-mula pada semua perilaku manusia terletak
pada sejumlah naluri tertentu. Kenyataan bahwa perilaku manusia jauh kebih dapat
disesuaikan dan sangat berbeda dari

perilaku binatang-binatang lain dijelaskan oleh inteligensinya yang lebih unggul yang
memberikan kepadanya sejumlah peluang serta kemampuan untuk
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan situasi yang berubah-ubah. Dahulu banyak
psikolog telah berupaya menerapkan konsep naluri pada perilaku manusia. Salah satu
pakar terkemuka dalam bidang ini McDougall (1933) yang doktrin nalurinya selama
jangka waktu tertentu pernah berpengaruh besar pada pemikiran psikologis. McDougall
menggolongkan sejumlah delapan belas naluri manusia yang menurut dia merupakan
pendorong utama dari tindakan. Dalam daftarnya tercakup naluri berkelompok

atau social, naluri rasa takut, sex, ketegasan, kebencian, ketamakan serta naluri keibuan.
Kendati McDougall engan hati-hati menekankan bahwa naluri-naluri
tersebut mewakili kecenderungan yang diwariskan kearah perilaku dan bukannya
merupakan pola perilaku yang tetap dan tidak dapat diubah, peringatannya tidak dipatuhi
banyak ahli yang kemudian mengambil doktrin nalurinya. Mengatakan bahwa orang
yang agresif menderita naluri agresif yang berkembang secara berlebihan atau bahwa
seorang ibu yang kurang memiliki rasa keibuan yang kurang berkembang tidak ada
artinya sama sekali. Ada juga bahaya dimana kita mulai menganggap bahwa perilaku
manusia ditentukan

oleh warisan yang tidak dapat diubah, dengan demikian mengambil pandangan

8
yang statis terhadap perilaku. Bila seseorang memiliki naluri agresif yang berkembang
secara berlebihan kita hanya terbatas menyalurkan keagresifannya dengan cara-cara
yang secara sosial dapat diterima tanpa dapat membantunya

untuk menjadi manusia yang kurang agresif. Dalam beberapa buku psikologi inggris dan
amerika yang say abaca akhir-akhir ini biasanya disebutkan bahwa
orang yang menjadi perawat yang bak memiliki naluri-naluri tertentu yang berkembang
dengan baik, misalnya naluri keibuan atau memberikan perlindungan, naluri sosial serta
naluri ingin tahu. Memnag benar bahwa orang yang berpotensi menjadi perawat
mungkin memiliki ciri-ciri kepribadian yang khususnya membuat dia cocok dengan
pekerjaannya, tetapi akan sangat menyesatkan bila kita sampai beranggapan bahwa ciri-
ciri semacam itu diwariskan dan bersifat tetap dan bukannya dipelajari dan dapat
dimodifikasi.

Doktrin naluri, dalam bentuk ini, telah cenderung menjadi bagian dalam psikologi dan
tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang dapat membantu
dalam upaya memahami perilaku manusia. Marilah kita meninjau beberapa kritik umum
yang mengurangi validitasnya.
Psikolog Gordon Allport mempertanyakan manfaat konsep motivasi naluriah
dengan teori otonomi fungsionalnya. Ia mengemukakan bahwa, kendati suatu aktivitas
mungkin terjadi karena adanya keinginan naluriah, aktivitas itu sendiri mungkin timbul
pada waktunya untuk memberikan kepuasan kepada individu untuk memenuhi
kepentingannya sendiri dan dengan

cara ini menjadi otonom dan tidak tergantung pada sumber aslinya. Maka gadis remaja
mungkin terdorong untuk memperhatikan pakaian dan penampilan
secara umum oleh naluri seksnya. Namun demikian, begitu mencapai usia dewasa, ia
mungkin telah benar-benar memperhatikan pakaian dan penampilannya yang
memberikan kepadanya kepuasan terlepas dari motif aslinya. Aktivitas yang semula
mungkin timbul untuk memenuhi salah satu naluri cenderung terus berlangsung untuk
mendatangkan kepuasannya sendiri dan menjadi sama kuat dan menuntutnya seperti
kebutuhan aslinya, suatu kenyataan yang akan dibenarkan oleh setiap orang yang
telah mencoba

berhenti merokok. Bila kita menerima argumentasi Allport kita tidak akan

9
menghubungkan setiap tidakan manusia dengan dorongan motivasi yang tidak dipelajari
dan naluriah.
Teori naluri mungkin tidak begitu bermanfaat dalam bentuk aslinya tetapi

dalam bertahun-tahun terakhir ini telah dilaporkan adanya kegiatan yang


membangkitkan kembali minat erhadap isu perilaku naluriah. Kegiatan ini
memusatkan perhatian pada penelitian cermat tentang cara kerja naluri yang sebenarnya
pada perilaku binatang. Kita telah menyinggung sejauh mana binatang dan orgainisme
pada aras yang lebih rendah tampaknya didominasi dalam perilaku mereka oleh
mekanisme naluriah yang tidak dipelajari dan bersifat bawaan. Baru akhir-akhir ini
terdapat penjelasan yeng memadai tentang bagaimana sebenarnya mekanisme ini
bekerja. Misalnya, bagaimana burung yang ditetaskan, lahir dan dibesarkan terpisah dari
burung-burung yang

lain masih mampu segera bereaksi dengan rasa panik dan kemudianberupaya
menyelamatkan diri waktu melihat burung elang melayang-layang di udara? Ia
tidak pernah memperoleh kesempatan untuk belajar dengan cara apapun dari burung-
burung yang lain bahwa burung elang adalah musuh yang paling besar, tetapi ia tetap
dapat membedakan burung elang dari burung-burung yang lain dan kemudia bereaksi
semacam itu. Maka apakan ada pengetahuan bawaan dalam pikiran burung bahwa elang
harus ditakuti?
Penelitian pada akhir-akhir ini telah membuktikan bahwa aktivitas semacam itu
dapat ditelusuri sumbernya dari suaru pola yang lebih sederhana

yang dapat diteliti secara ekperimental. Dalam kasus tersebut diatas telah terbukti
bahwa burung bereaksi dengan rasa panik dan berupaya
menyelamatkan diri tidak hanya dari burung elang saja, tetapi dari setiap objek yang
memiliki perbandingan yang sama antara panjang dan rentangan sayap seperti burung
elang. Maka burung akan terbang menghidar dari dua potong kayu yang didirikan
sehingga membentuk perbandingan semacam itu. Maka burung memiliki kecenderungan
bawaan untuk bereaksi terhadap stimulus tertentu, dalam hal ini perbandingan antara
ukuran tubuh dan rentangan sayap. Dikemukakan bahwa semua binatang memiliki
pola reaksi bawaan tertentu

(yang dikenal dengan istilah ‘mekanisme bawaan untuk melepaskan diri’) yang

10
membantu binatang untuk tetap bertahan hidup dan berkembang. Reaksi naluriah ini
bersifat otomatis dan tidak perlu dipelajari tetapi membutuhkan adanya stimulus tertentu
dalam lingkungan yang membuatnya berfungsi. Maka

reaksi otomatis untuk melarikan diri pada burung tersebut membutuhkan adanya
stimulus tertentu dalam lingkungan (dalam hal ini tampaknya bentuk
tertentu di udara) sebagai pemicu.
Kita telah mengemukakan disini bahwa gagasan semula tentang pengaruh naluri
pada perilaku manusia masih diragukan kebenarannya. Perkembangan manusia
tergantung pada saling pengaruh dua factor, kemampuan yang diwarisinya dan sejauh
mana kemampuan ini ditindaklanjuti dan dibentuk oleh pengalaman dalam
lingkungannya. Doktrin lama tentang naluri cenderung memberikan penekanan yang
terlampau besar pada kemampuan bawaan dan

meremehkan kemungkinan sampai sejauh mana kepribadian seseorang dipengaruhi oleh


tradisi sosial dan belajar dari lingkungannya. Konsep yang
baru tentang naluri, kendati lebih terbatas, jelas lebih ilmiah perumusannya. Dalam
penerapannya pada perilaku manusia, tampaknya konsep tersebut memberikan
penjelasan yang cukup memuaskan tentang respons-respons yang mendadak muncul
pada masa kecil tanpa adanya tanda-tanda belajar sebelumnya. Ini memberikan kepada
kita hubugan antara perilaku binatang dan perilaku manusia. Konsep ini tidak
menjlaskan pola perilaku manusia dewasa yang rumit dengan membatasinya hanya
pada sejumlah naluri saja dengan

demikian menghindari bahaya dari pandangan terdahulu. (McGhie, 1996).


B. Sikap
‘Opini’ pada akhirnya ditentukan oleh perusahaan dan bukan dari ‘intelek’,
(Herbert Spencer. Barang tentu banyak perilaku kita sebagai orang dewasa langsung
dikendalikan oleh sikap, dan opini yang kita pelajari serta
peroleh dalam pengalaman sepanjang kehidupan kita. Kita memilki
kecenderungan untuk percaya bahwa bila dihadapkan pada situasi baru apapun juga, kita
hanya akan mempertimbangkan semua aspeknya dengan cara yang masuk akal dan
rasional dan dengan demikian akan sampai pada sikap atau

opini tentang bagaimana kita bertindak. Maksud kami disini adalah untuk

11
menunjukkan bahwa, sebaliknya, kita sampai pada sikap serta opini tertentu tanpa
melalui orang lain yang kita hormati. Misalnya opini kita tentang banyak hal yang
dimotivasi oleh emosi dengan sedikit atau tanpa alasan yang

mendasarinya. Makin dalam persepsi kita tentang asal mula sikap kita dan bagaimana
hal tersebut mempengaruhi perilaku kita, makin besar pula rasa
percaya diri bahwa kita mampu menentukan pendapat serta tindakan kita sendiri.
Marilah kita terlebih dahulu meninjau beberapa cara yang dengannya sikap kita, serta
pernyataan dalam opini kita, terbentuk.
Pertama-tama, seperti halnya dengan semua aspek lain dari kepribadian kita, sikap
serta opini kita mungkin berasal dari sekelompok keluarga. Sebagai anak-anak yang
tumbuh di bawah pengaruh dan bimbingan orang tua, sudah sewajarnya bila kita
mengambil alih banyak dari sikap dan opini mereka. Hal

ini paling jelas bila kita melihat pada sikap dan opini mereka . hal ini paling jelas bila
kita melihat pada sikap serta opini tentang pokok-pokok yang luas
seperti politik, agama, dan sebagainya, dimana tampak bahwa banyak orang dewasa
bertumbuh dengan jenis pandangan yang sama tentang politik dan agama seperti hanya
orang tua mereka. Namun demikian, hal ini juga berlaku pada banyak sikap lain yang
lebih bersifat pribadi misalnya sikap moral tentang yang benar dan yang salah. Bila
dibesarkan, misalnya, dengan keyakinan bahwa minum-minuman keras atau berjudi
adalah dosa, mungkin sulit bagi kita untuk mengubah sikap kita di kemudian hari.
Sebuah contoh

yang lain lagi, bila kita dibesarkan dalam keluarga dimana tidak dibenarkan untuk
kehilangan kontrol terhadap perasaan sendiri, kita akan cenderung untuk
agak tidak toleran terhadap orang-orang yang tidak cukup mampu mengendalikan diri
sendiri. Maka sulit bagi kita untukmenunjukkan pengertian serta simpati yang tulus
terhadap orang-orang yang menderita gangguan syaraf atau gangguan jiwa. Barang tentu
tidak benar berasumsi bahwa kita selalu mengambil alih seluruh sikap orang tua
terhadap masalah apapun juga. Mungkin dalam banyak hal mungkin benar bagi anak-
anak, tetapi sperti yang telah kita lihat, remaja sering kali memberontak
terhadap kekuasan

12
orangtuanya dan pada tahap kehidupan ini, ia mungkin mengambil sikap dan opini yang
bertentangan dan bersifat memusuhi sikap dan opini orang tuanya.
Cara kedua dan mungkin yang paling nampak jelas yang dengannya kita

mengembangkan sikap dan opini kita adalah dengan menerima tanpa kritik sikap serta
opini orang lain. Banyak dari pandangan kita diwarnai dan sebagian
besar dibentuk oleh opini sebagai hasil dari pemikiran yang cermatdan pertimbangan
yang mendalam, tetapi kita memperoleh informasi dari apa yang kita baca di surat kabar,
apa yang kita dengar dari radio atau apa yang ditayangkan di layar televisi. Barang tentu
kita harus memeroleh informasi dengan cara ini bila kita ingin memiliki pendapat tetapi
bahayanya adalah acap kali kita secara pasif menerima begitu saja apa yang diceritakan
di surat kabar, dalam buku-buku, di radio atau televisi, bahkan tanpa
mempertimbangkanapakah sumber informasi tersebut benar atau ataukah tidak. Idealnya
adalah bila kita dapat membaca atau dengan cara lain memperoleh fakta-fakta
tentangsesuatu hal dan kemudian mengambil kesimpulan sendiri. Tetapi sayangnya
sering kali kita bukannya diberi fakta tetapi opini orang lain yang sudah diwarnai
prasangka tentang hal tertentu yang kemudian kita ambil alih begitu saja dan kita yakini
sebagai pendapat kita
Banyak dari sumber informasi kita dengan sengaja dimaksudkan untuk
menghasilkan cara berpikir tertentu dan mendorong si penerima untuk kemudian
memiliki pendapat tertentu. Tujuan adpertensi modern adalah menumbuhkan
sikap dengan memberikan sugesti secara langsung maupun tidak langsung yang akan
membuat orang banyak bertindak dengan cara-cara yang dikehendaki si pemasang
adpertensi. ‘Apakah waktu bangun pagi anda merasa lelah, lesu dan lekas marah?’
barang tentu demikian halnya kita sebagai manusia, tetapi si pemasang iklan telah
mendorong kita mengambil sikap yang kondusif bagi anjurannya bahwa pil baru yang
ampuh khasiatnya itulah yang kita butuhkan. Bahkan bila diperhadapkan dengan
informasi ‘faktual’ kita tidak dapat menerimanya begitu saja karna fakta dapat dengan
mudah menjadi fiksi bila dilepaskan dari konteksnya. Mungkin anda telah pernah
mendengar cerita tentang salah satu seorang uskup kita yang mengunjungi
Amerika untuk

13
pertama kalinya. Begitu turun dari pesawat di New York dia diwawancarai oleh reporter surat
kabar. Salah seorang diantaranya bertanya: ‘Apakah bapak akan mengunjungi kelab malam selama
kunjungan anda di New York? Dengan

polosnya uskup menjawab: Apakah ada kelab malam di New York?’. Keesokan
harinya fotonya terpampang di surat kabar dengan judul: ‘
Pertanyaan pertama uskup inggris begitu tiba di Amerika Serikat, ‘Apakah ada kelab
malam disini?’ laporan terswebut factual tetapi tidak akurat sama sekali. Barang
tentu hidup ini terlalu singkat dan terlalu rumit bagi kita untuk dapat mempelajari
semua fakta yang berkaitan dengan semua hal sebelum kita sampai pada opini
tertentu. Kadang kala mungkin kita lebih baik tidak memiliki opini sama sekali
tentang sesuatu hal daripada menerima mentah- mentah begitu saja opini orang lain.
Buku ini berisi sejumlah besar fakta yang

dapat diuji kebenarannya, tetapi juga, tanpa dapat dihindari, pendapat pribadi.
Bahkan bila kita mempunyai waktu dan kesempatan untuk mengumpulkan semua
fakta yang relevan tentang semua hal kita pasti akan kewalahan bila kita harus
mempertimbangkan semua fakta ini untuk sampai pada suatu keputusan setiap kali kita
dihadapkan pada keadaan situasi baru. Sebagai gantinya kita mengambil ‘kerangka
acuan’ tertentu yang kita gunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi serta
mempertimbangkan situasi baru. Maka keanggotaan suatu
partai politik atau kelompok keagamaan kemungkinan kita dengan cepat sampai pada
pendapat tertentu tentag berbagai ragam situasi yang mengacu

pada sumber acuan semacam itu. Barang tentu salah bila kita selalu menerima
pandangan orang lain yang berlawanan dengan selalu menolak pandangan
orang lain. Yang perlu kita camkan adalah kita harus berupaya memilih sumber-sumber
acuan yang dapat diandalkan dan sementara itu tetap mempertahankan kemampuan
untuk mengambil kesimpulan sendiri.
Akhirnya kita mungkin mengambil sikap tertentu sebagai ungkapan tidak langsung
dari masalah-masalah pribadi yang tidak sepenuhnya kita sadari. Orang-orang neuritis
dan tidak stabil mungkin membentuk opini tertentu dan mengambil sikap tertentu hanya
agar mereka dapat mengungkapkan kesulitan

emosional mereka sendiri. Salah satu bentuk sikap yang telah diteliti dengan

14
cermat adalah sikap tidak toleran terhadap orang-orang yang berbeda agama, warna kulit
atau ras. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang kurang toleran terhadap
perbedaan rasa tau agama pada umumnya ia sendiri secara

emosional tidak stabil dan neurotis. Sikap tidak toleran terhadap kelompok tertentu
dalam masyarakat memungkinkan ia mengungkapkan rasa tidak aman
dan agresinya sendiri. Individu semacam itu tentunya tidak menyadari sumber dan
opininya yang ia anggap memiliki daras-dasar yang rasional. Ada banyak contoh fungsi
sikap ini selain sikap tidak toleran terhadap ras yang berbeda. Rasa takut yang
ditimbulkan oleh penyakit jiwa, terutama di kalangan anggota masyarakat yang kurang
stabil melahirkan sikap agresif dan curiga terhadap penderita gangguan jiwa yang baru
sekarang berangsur hilang. Reaksi keras yang ditimbulkan oleh isu-isu seperti
homoseksualitas dan hukuman mati

memberikan gambaran lebih lanjut dari opini irrasional yang mungkin dipegang teguh
bila orang mulai terlibat secara emosional.
Sikap kita banyak membimbing perilaku kita. Idealnya sikap kita seharusnya
ditentukan oleh penilaian pribadi yang obyektif terhadap fakta- fakta yang relevan dari
situasi tertentu. Sayangnya, seperti yang telah kita lihat, banyak dari sikap kita
cenderung berkembang secara tidak rasional kafrena secara kritis kita menerima begitu
saja pendapat orang lain atau sebagai cermin masalah-masalah emosional kita sendiri.
Akal dapat disesuaikan dan makin masuk akal sikap kita, makin mampu kita
mengubahnya bila menghadapi

fakta-fakta yang bertentangan. Makin banyak sikap kita didasarkan pada emosi dan
bukannya pada akal , akan makin kaku juga sikap kita dan makin sulit
dimodifikasi. Ada kalanya sikap menjadi begitu kuatnya, begitu kokohnya dan begitu
irrasionalnya sehingga kita menunjukkan dengan istilah lain, yaitu prasangka. Maka
prasangka adalah sikap terhadap obyek atau situasi yang berdasar pada emosi dan
bukannya akal dan tidak dapat menerima fakta-fakta yang bertentangan. Misalnya, kita
memiliki pandangan bahwa semua orang jepang kejam dan sadis, sikap yang didasarkan
pada kesan-kesan kita terhadap perang dunia yang lalu. Banyak kita mengunjungi
negara ini dan mendapatkan

bahwa banyak orang jepang ternyata ramah dan menunjukkan tenggang rasa

15
dalam perilaku mereka, maka kita akan mengubah pendapat kita tentang bangsa jepang
sesuai dengan fakta-fakta yang baru kita lihat. Namun demikian, bila kita tidak bersedia
mengubah pandangan kita kendati telah melihat bukti

yang bertentangan dengan pendapat kita, maka sikap kita pasti begitu tidak rasional dan
kakunya sehingga menjadi prasangka. Prasangka yang kuat yang
sifatnya sangat mengeneralisir seperti sikap tidak toleran terhadap bangsa lain seperti
tersebut diatas, pada umumnya dimiliki orang-orang yang sebenarnya secara emosional
tidak seimbang dan tidak stabil. Tetapi hanya ada sedikit perbedaan dalam tingkat antara
sikap kita yang lazim dan prasangka semacam itu. Sebagian besar dari kita memiliki
kelemahan yang membuat kita kadang kala berlaku secara tidak rasional. Siapapun yang
pekerjaannya melibatkan pengertian serta bimbingan dari orang lain tidak dapat
berharap untuk mampu

berfungsi secara efektif bila dirinya sudah dipenuhi prasangka. Prasangka semacam itu
menguasai perilaku kita dan oleh karena itu makin kita
memahami sumber yang sebenarnya dari sikap kita, makin kita bebas mengarahkan
tindakan kita secara rasional. Perawat yang berprasangka terhadap orang-orang tertentu
atas dasar warna kulit, agama atau kelas sosial mereka misalnya, jelas akan kurang
efisien dalam menjalankan tugasnya. Sifat- sifat adil dan toleran sangat penting dalam
perawatan atau dalam pekerjaan lain yang melibatkan hubungan antar pribadi. Namun
demikian, ada satu bahaya yang telah kita katakan sejauh ini. Toleransi dapat menjadi
begitu diperbesar

sehingga toleransi itu sendiri menjadi prasangka. Beberapa orang begitu gigihnya ingin
bersikap adil dan melihat aspek-aspek pro dan kontra dari
situasi sehingga mereka tidak mampu mengambil suatu keputusan. Dalam kasus
semacam itu, individu yang bersangkutan mengambil sikap toleran terhadap pandangan
orang lain, menerima bahwa pandangan kita sendiri tidak akan selalun dimiliki orang
lain, dan sementara itu kita pun merasa bebas bertindak menurut keyakinan pribadi kita
sendiri. Tujuan utama kita seharusnya adalah menjamin bahwa keyakinan kita memiliki
dasar yang logis dan tidak semata-mata emosional.

16
Kita dapat menyimpulkan bahwa bahkan studi sepintas lintas tentang sikap dan
opini yang memotivasi perilaku manusia bukanlah makhluk akal seperti yang kadang
kala kita perkirakan. Sikap kita sebagai orang dewasa cenderung

banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan konteks sosial dimana kita berada.
Sementara itu kita harus ingat bahwa manusia tidak secara pasif
dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial ini. Mereka merangangnya untuk memberikan
respons secara selektif dengan caranya sendiri yang khas menurut pola akalnya sendiri.
Beberapa dari sikap kita cenderung ‘ego-sentris’ dan sangat kebal terhadap pengaruh-
pengaruh sosial karena sikap-sikap tersebut mewakili masalah-masalah batini-ah yang
tidak begitu kita pahami. Bila kondisi-kondisi semacam ini bersifat ekstrim, sikap kita
menjadi prasangka, opini kita menjadi sterotip dan dalam batas tertentu kita
menyerahkan

kemampuan kita untuk mengendalikan nasib kita sendiri. Orang cenderung hanyut
terbawa gelombang prasangka mereka, tidak cukup memahami apa
yang ada dibawah permukaan perasaan mereka sendiri. Bila sikap dan opini kita bersifat
fleksibel dan dikendalikan akal, maka kita akan dapat mengorganisir perilaku kita secara
ekonomis dan efisien. Namun, demikian bila sikap dan opini kita menjadi kaku dan
dikendalikan emosi, maka hal itu akan membatasi kepribadian kita sendiri dan menjadi
penghalang bagi ekspresi diri yang sebenarnya.
Selama pendidikan perawat harus mengembangkan sikap tertentu terhadap

pekerjaannya. Ini termasuk rasa tanggung jawab, bangga terhadap diri dan apa yang
dilakukannya serta sikap toleransi dan rasa hormat pada orang lain. Ia
harus waspada terhadap sikap dan opini yang walaupun mungkin dimiliki orang lain,
akan membuatnya kurang efektif dalam pekerjaannya. Standar jabatan maupun
pribadinya harus tinggi bukan saja karena pekerjaannya memang membutuhkan
pengabdian secara professional tetapi juga karena ia berfungsi sebagai lambing
reliabilitas dan integritas bagi orang lain. Maka ia menyadari dan mampu mengendalikan
motif-motifnya sendiri, tugas-tugasnya akan menjadi lebih mudah juga. (McGhie, 1996).

17
C. Emosi
Dalam bagian sebelum ini dikemukakan bahwa banyak dari sikap, opini
serta tindakan kita ditentukan secara emosional. Emosi memang merupakan

bagian yang begitu integral dari kemanusiaan kita sehingga sulit


membayangkan bagaimana jadinya kehidupan ini tanpa kehangatan serta warna
emosi dalam pengalaman kita. Mungkin ucapan filusuf perancis “Aku
berpikir maka aku ada” secara cukup meyakinkan dapat dinyatakan kembali
sebagai ‘aku berperasaan maka aku ada’ . perasaan merupakan salah satu
bagian yang
paling pribadi dari pengalaman manusia dan oleh karena itu amat sulit untuk
dipelajari. Kita cukup dapat menyatakan pikiran-pikiran kita dalam kata-kata
tetapiperasaan jauh lebih sulit diungkapkan dan cenderung kehilangan banyak
dari nuansa aslinya bila diterjemahkan kedalam kata-kata. Bila seseorang

mengatakan bahwa ia merasa gembira atau cemas, kita mungkin


menyimpulkan bahwa ia mengalami keadaan batiniah yang sama dengan yang
kita alami waktu merasa gembira atau cemas. Namun demikian, kita tidak
memiliki dasar yang kokoh untuk memperkirakan identitas perasaan semacam
itu serta lambing-lambang verbalnya. Indikasi yang lain tampak dari ekspresi
wajah dan isyara-isyarat tubuh lain yang ditunjukkan seseorang sewaktu
bereaksi secara emosional. Bila kepada pengamat ditunjukkan beberapa
petikan film yang membangkitkan emosi, biasanya mereka setuju bahwa orang
di dalam tersebut sedang marah, ketakutan, gembira dan sebagainya. Namun

demikian, bila film hanya memperlihatkan orangnya tanpa informasi tentang


situasi yang merangsangnya, maka pengamat sering kali sulit mengidentifikasi
emosi yang sedang dialaminya. Faktor lain yang cukup rumit disini adalah
karena emosi mungkin dinyatakan dengan cara yang berbeda dalam budaya
yang berbeda. Tetapi emosi tidak hanya melibatkan perubahan-perubahan
dalam ekspresi wajah atau penampilan luar tetapi juga perubahan-perubahan
internal dalam system saraf otonom dan pusat. Akhir-akhir ini psikolog telah
berupaya mengukur reaksi ingternal ini dengan harapan bahwa hal itu akan
dapat memberikan petunjuk yang terandalkan tentang aktivitas emosional.

Sebelum mempelajari hasil dari usaha untuk menerapkan pendekatan ilmiah

18
obyektif peda pengukuran reaksi emosional semacam itu, kita akan membahas
terlebih dahulu bagaimana emosi tampaknya berkembang dan menjadi
berbeda-beda pada usia dini.

Hampir tidak dapat diragukan lagi bahwa, sebagaimana halnya respons


manusia pada umumnya, banyak reaksi emosional kita dipelajari melalui saling
mempengaruhi yang terjadi berulang-ulang dengan lingkungan kita. Dengan
kata lain, beberapa situasi membuat kita bahagia, sedih, takut, marah atau benci
karena pengalaman sebelumnya dengan situasi yang serupa. Namun demikian,
ada kemungkinan beberapa dari emosi dasar kita merupakan pembawaan dan
bukannya dipelajari dan akan cenderung timbul dalam situasi tertentu terlepas
dari pengalaman sebelumnya. Sebagian besar studi yang cermat tentang
respons emosional pada bayi dan anak kecil menyiratkan bahwa jenis-jenis

respons emosional kita pada mulanya sangat terbatas dan berkembang


perlahan-lahan dalam urutan yang agak seragam selama masa kanak-kanak.
Pengamatan yang lebih awal (Watson,1919) terhadap anak-anak membawa
para psikolog pada kesimpulan bahwa tiga emosi dasar yang tidak dipelajari
adalah rasa takut, amarah dan sayang dan bahwa ini sudan tampak sejak lahir.
Studi yang lebih memungkinkan menunjukkan bahwa pengamat dewasalah
yang cenderung ‘membaca’ emosi ini dari reaksi anak terhadap situasi
dan
bahwa tidak mugkin untuk dapat secara terandalkan membedaan emosi-emosi
tertentu bayi. Sementara itu, tampak jelas bahwa bayi menunjukkan suatu

bentuk emosi yang belum dibedakan istilah yang tampaknya cocok untuk
menggambarkan adalah ‘excitement’ (perasaan yang meluap-luap).
Studi yang longitudinal yang sistematis menyiratkan bahwa pada suatu
saat sekitar usia tiga bulan perasaan yang meluap-luap ini menjadi dua jenis
emosi yang berlawanan, yaitu kegembiraan dan kesedihan. Kemudian emosi
ini terbagi bagi lagi, dimana kegembiraan terbagi menjadi emosi suka cita dan
kasih sayang, sedangkan emosi rasa takut, benci dan amarah berkembang dari
emosi kesedihan yang lebih kasar.
Meskipun banyak dari perilaku normal dan abnormal kita ditentukan oleh

perasaan kita, sisi afektif dari pengalaman manusia kurang berhasil dijajagi

19
dibandingkan banyak bidang-bidang penelitian psikologis yang lain. Salah satu
masalah utamanya adalah bahwa perasaan kita sangat bersifat pribadi dan
merupakan pengalaman subyektif yang sulit diungkapkan dan hampur tidak

mungkin untuk dipelajari secara obyektif. Sementara upaya-upaya untuk


mengatur secara akurat komponen-komponen fisiologis dari emosi telah cukup
berhasil dalam menghasilkan penilaian yang lebih handal, validitasnya masih
dipertanyakan (McGhie, 1996).

2.5 Menyiapkan pikiran untuk menyambut kreativitas dalam menghadapi


tantangan
A. Beres-beres akan membuka jalan baru
Sesuatu akan terjadi mungkin dalam beberapa hari yang akan mengubah
dunia anda. Namun anda belum dapat melihatnya. Anda tidak tahu apa itu,.
Namun, sesuatu itu ada disana, bergulir menuju anda tanpa bisa ditakdirkan
untuk menempatkan anda pada posisi yang tidak anda harapkan. Bisa terjadi
cepat atau lambat tetapi pasti akan terjadi. Percaya saya.
Menurut saya, pada dasarnya ada dua tingkatan untuk menangani peluang
yang tidak diharapkan sebelumnya :
1. Spiritual. Jika anda percaya bahwa Tuhan Maha Besar, anda tidak perlu
mencemaskan apapun
2. Yang lainnya. Anda harus mempersiapkan segalanya sehingga anda dapat
melakukan apapun yang dibutuhkan.

Sebuah pepatah asia mengatakan “makin banyak keringat yang anda


keluarkan di masa damai, makin sedikit darah yang harus anda keluarkan dalam
peperangan.” Model yang akan di militer cukup bagus diangkatan bersenjata,
jika
anda tidak bertempur. Anda harus berlatih. Kebanyakan orang harus bersiap untuk
perubahan hanya beberapa hari sebelum liburan panjang, saat mereka bercerai dan
harus menjual semua yang mereka miliki dan pindah rumah, atau peristiwa
besar lainnya membuat meraka harus memikirkan kembali semuanya dan
memperjelas komitmen dan “urusan” mereka. Mereka kemudian
membersihkan, memutuskan

20
dan menegoasikan kembali semua kesepakatan mereka dengan diri mereka sendiri
atau orang lain.

Saya sarankan anda melakukan hal tersebut seminggu sekali. Dan buatlah
pengaturan sedemikian rupa sehingga jika suatu rapat staf akan terlambat dari
yang dijadwalkan, anda dapat memproses surat-surat masuk anda atau
menghabiskan tumpukan informasi yang perlu anda baca. Atau saat menunggu
pasangan anda, anda dapat menggunakan waktu untuk melakukan panggilan
telepon yang perlu anda lakukan. Hanya sedikit orang yang saya kenal yang cukup
peduli dengan waktu mereka dan apa yang mereka lakukan, setiap menitnya,
untuk memaksimalkan peluang-peluang seperti itu. Jika anda belum
memanfaatkan waktu anda seperti itu, saya ingin bertanya kepeda anda, mengapa?

Kapan terakhir kali anda memutakhirkan (update) daftar proyek anda


(pekerjaan yang memerlukan lebih dari satu tindakan untuk diselesainkan) dan
melengkapinya dengan tidakan selanjutnya untuk setiap tindakan yang ada dalam
system anda? Besar pekerjaan yang belum anda lakukan adalah sebesar tekanan
tidak perlu yang harus anda hadapi.

Dan jika anda belum melakukan apapun, carilah alat untuk menangkap ide
yang anda dapat temukan dengan mudah. Sesuatu untuk menulis atau mencatat,
kapan saja sesuatu ide muncul di pikiran anda. Anda memerlukan sesuatu yang
dapat selalu anda bawa di pantai, di klub kesehatan, di meja anda, saat makan
malam. Akan sangat berguna jika anda dapat ke dompet atau tas anda, yang pasti,
selalu anda bawa. Makin dewasa, makin bijaksana, dan makin cerdas anda , baik
secara professional atau personal, makin banyak ide-ide terbaik anda yang muncul
di tampat-tempat yang tidak memungkinkan anda untuk langsung menerapkannya
pada saat itu.

Secara intelektual, anda mungkin memahami bahwa anda harus


mengeluarkan semua hal yang mempunyai nilai potensial di masa depan atau
merepresentasikan kesepakatan potensial dengan diri anda dan orang lain dari

kepala anda. Namun, anda perlu mewujudkannya dengan langsung menuliskan

21
ide-ide tersebut ketika muncul. Jika anda tiba-tiba memperoleh ide untuk
“melakukan sesuatu” setelah membaca ini, dimana anda akan mencatatnya?
Buku catatan saku, kartu kecil, alat perekam mini apapun itu. Siapkan alat
untuk

menuangkan ide dengan mudah dan jadikan sebagai salah satu aksesori
kehidupan standar anda.

B. Mengetahui apa yang anda lakukan

Ada banyak orang yang alergi untuk “selalu terorganisir” karena


mereka
selalu mengalami ketidakberhasilan dalam menggunakan daftar hal-hal yang
harus dilakukan. Daftar tersebut tidak berhasil karena hanya mencoba
menempatkan berbagai fungsi yang berbeda dan khusus ke dalam satu kegiatan
dan satu konteks. Jika anda mencoba untuk menggampangkan sesuatu, anda

hanya akan membuat semuanya menjadi lebih kompleks dan sulit. Ya, kerap kali
kita diperhadapkan dengan banyak hal yang secara bersamaan menghadang kita
untuk menyelesaikannya, dan kita bisa mendapatkan jalan keluar sesaat dengan
“menyusun sebuah daftar”. Namun, obat instan seperti ini bukanlah sebuah
strategi yang bisa terus menerus

Saat kebanyakan orang duduk dan menyusun sebuah daftar, mereka


sebenarnya berusaha untuk menggabungkan kelima fase yang telah kita
definisikan untuk menguasai alur pekerjaan : mengumpulkan, memproses,
mengorganisir, meninjau, dan melakukan. Mereka terus mencoba menangkap
pikiran mereka, memutuskan apa yang mereka inginkan, mengaturnyan dengan
cara tertentu yang logis atau bermakna, melompat langsung ke memilih hal yang
evaluasi antara satu sama lain, kemudian memilih hal “yang paling penting”
untuk
dilakukan. Orang yang melakukan ini biasanya mendapatkan jalan keluar jangka
pendek untuk masalahnya, tetapi mereka menjadi rentan terhadap apa yang
mereka tidak berhasil mereka tangkap, proses, organisir, lihat, dan terhadap apa
yang mereka remehkan.

Melalui riset dan bimbigan selama bertahun-tahun, kami menemukan

22
bahwa aspek-aspek manajemen alur pekerjaan yang berfase. Ini paling baik jika

23
dilakukan sebagai kegiatan yang terpisah. Anda terlebih dahulu harus
mengumpulkan semua yang ada dipikiran anda, baik kecil atayu besar.
Kemudian anda harus menilai setiap bagian inventaris tersebut dan
menanyakan, “apakah ini

dapat dilakukan?” jika ya, apa hasilnya? Apa tindakan selanjutnya? Lalu
anda
harus mengorganisir semua hasil pemikiran tersebut menjadi beberapa kategori
yang sesuai. Saat itu, anda dapat meninjau semua pilihan tindakan yang harus
anda lakukan dengan jelas dan membuat pilihan yang terbaik, dengan
mempertimbangkan semua kriteria untuk mencapai keputusan tersebut (waktu,
energy, konteks, prioritas, dan lain sebagainya). Mengelola diri anda sendiri
adalah hal yang mudah, tetapi jangan digampangkan.

C. Komitmen anda untuk menciptakan pilihan-pilihan yang lebih baik

Ada sebuauh topik yang selalu muncul dalam pelatihan saya mengenai
seni bela diri di dunia kerja: dimana titik ideal antara kebebasan dan struktur?
Kapan terorganisir, terkontrol menjadi terlalu mengontrol, atau kontrukjsi menjadi
membatasi? Disisi lain, kapan kemudahan menjadi tidak terkendali, keterbukaan
menghabiskan tenaga, atau tidak terbebani manjadi tidak bertanggung jawab?

Kita telah terkondisi untuk berpikir bahwa batasan selalu membatasi kita
“jangan halangi saya”. Namun, kita juga diajarkan bahwa untuk dapat
menyelesaikan sesuatu, kita perlu memberikan penekanan dan dorongan yang
kuat untuk mencapai suatu hasil “kerahkan semua daya dan upaya anda dalam
melakukannya.” Jadi pendekatan yang terbaik?

Ini bukanlah sekedar diskusi teoritis atau filosofis. Setiap harinya anda
harus menerima 400 email , 100 pesan suara, dan 50 gangguan yang tidak anda
harapkan, anda harus menghadapi permasalahan kebebasan versus struktur. Para
pencinta kebebasan akan langsung merasa frustasi dan terganggu dengan semua
ini dan lebih suka mengabaikannya (kecuali untuk hal-hal yang menyenangkan,
mudah, menarik, dan yang benar-benar “menggoda”). Para penggila kontrol
memiliki aturan-aturan, agen, dan map di dalam map untuk setiap detail, mungkin

24
mereka membatasi jangkauan hidup mereka karena takut hal-hal mereka yang
dapat dimunculkan oleh fokus yang lebih luas.

Semua orang dapat mengaitkan diri mereka dengan kedua sisi ekstrem di
atas. Kita ingin memegang kontrol tetapi tidak dihambat. Masalah yang ada
muncul dari konotasi negatif (dan pengalaman yang sebenarnya) yang kerap
menyertai ide “kontrol” yang memang menghambat dan membatasi,
seperti
penjara. Namun, ada sebuah cara untuk mendapatkan keuntungan dari kedua sisi
tersebut sekaligus: memainkan permainan dengan dua gerakan dasar konsentrasi
dan kerja sama.

Dengan mengaitkan keduanya, kita akan memiliki kebebasan yang kita


inginkan dan struktur yang kita perlukan untuk memaksimalkan efektivitas kita.

Konsentrasi adalah kunci dari energi, dalam fisik dan dalam kehidupan, dan kerja
sama adalah pelumas untuk aliran energi tersebut agar efisien. Para atlet terbaik
menunjukkan hal ini dengan indah. Mereka sangat berfokus dan benar-benar
memperhatikan kenyataan dalam lingkungan mereka dan mencari cara untuk
mengalir di dalamnya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

D. Untuk ketempat yang ingin anda tuju, anda harus tahu posisi anda saat
ini

Ada pepatah lama darin gerakan pengembangan kepribadian mengatakan:

“apa yang anda tolak, akan selalu kembali kepada anda”. Belakangann
saya
menyadari bahwa hal ini benar bagi banyak orang dan pekerjaan mereka. Jika
anda tidak mengetahuin dengan jelas apa pekerjaan anda sebenarnya saat ini dan
selalu menghi dar untuk melakukan inventarisasi yang lengkap dan objektif, anda
akan mengalami kesulitan dalam menjadikan pekerjaan anda berbeda atau lebih
baik.

Saya kerap mendapat pertanyaan, “bagaimana cara menerapkan


prioritas?” saya pasti akan selalu balik bertanya: “apa pekerjaan anda?” agar
bisa mengetahui kegiatan mana yang lebih penting dibandingkan yang lain, anda
harus

25
memiliki suatu titik referensi untuk hal-hal yang ingin anda pertahankan, capai,

26
atau alami anda harus tau apa pekerjaan anda. Namun apakah sebenarnya
“pekerjaan” anda sekarang? Ini jarang sekali sejelas yang dipikirkan orang-
orang.

Anda dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menjawab enam pertanyaan


berikut secara berururutan:

1. Apa tugas anda saat ini? Ini merupakan tindakan fisik yang perlu anda
lakukan sehubungan dengan semua komitmen dan tanggung jawab anda:
panggilan telepon, email, percakapan, pergi kesuatu tempat, melakukan
curah gagasan (brainstorming) ide-ide dan sebagainya. Pada umumnya
seseorang dalam suatu hari akan melakukan hal-hal tersebut sebanyak 100-
200 kali.
2. Apa proyek anda saat ini? Ini adalah hasil-hasil yag telah anda sepakati

dengan diri sendiri untuk dicapai, yang memerlukan lebih dari satu
tindakan untuk menyelesaikannya, seperti memasang ban baru pada mobil
anda, membawa anak-anak anda ke perkenahan musim panas, dan
membeli perusahaan baru. Sebagiajn besar orang memiliki 30-100 hal-hal
seperti ini.
3. Apa wilayah tanggung jawab anda saat ini? Sebagian besar orang memiliki
10-50, termasuk wilayah utama pada suatu pekerjaan (pengembangan staf,
manajemen aset, perencanaan, pelayanan pelanggan, dsb.) serta kategori
kunci dalam mengelola kehidupan (keuangan, kesehatan, keluarga, rumah

tangga, karier, rekreasi, dan sebagainya).


4. Bagaimana pekerjaan dan masalah pribadi anda akan berubah dalam satu
tahun kedepan? Ini adalah tujuan-tujuan yang dijadikan komitmen oleh
seseorang untuk diwujudkan atau dipertahankan dalam bulan-bulan
kedepan, sasaran, niatu, berubah, proyek besar, dan sebagainya.
5. Bagaimana organisasi anda, karier anda, dan kehidupan pribadi anda akan
berubah? Ini adalah gambaran yang lebih besar. Visi mengenai bagaimana
segala sesuatunya harus berjalan dalam beberapa tahun kedepan.
6. Mengapa anda hidup? Ini adalah tujuan keberadaan anda di dunia ini

“pekerjaan” anda sebagai manusia.

27
Jika anda telah menyelesaikan inventarisasi yang menyeluruh mengenai
komitmen, permasalahan, dan proyek-proyek yang saat ini ada pada kesemua
tingkatan diatas, anda dapat mendefinisikan pekerjaan anda dengan baik. Namun,

sampai saat ini sayapun hanya mengenal sedikit saja orang, yang bahkan sekedar
mendekati selesai, dalam mengidentifikasi hal-hal tersebut.

Ada banyak orang yang memiliki keinginan terpendam untuk melakukan


sesuatu atau menjadi sesuatu di masa mendatang. Sesuatu yang berbeda. Namun,
tanpa memiliki titik referensi berdasarkan kenyataan dimana mereka berada saat
ini dalam setiap level kehidupan, mereka seperti flying Dutchman, dikutuk untuk
selalu gentayangan. Namun dengan mengklarifikasi dan mengelola apa yang ada
di hadapan anda untuk dihadapi saat ini, meskipun hanya sedikit melakukan
penyelesaian. Inspirasi dan kreativitas alami akan terbuka menyambut yang akan
dating tanpa memerlukan usaha tambahan. (Allen, 2003)

E. Memanfaatkan peluang tak terbatas dengan kemungkinan yang


terbatas

Mencoba untuk melakukan semua, memiliki semua, dan menjadi semuanya


akan menguras mekanisme manusia. “Lebih banyak dan lebih baik” akan
selalu
berada di depan anda saat anda mencoba meraihnya. Agar dapat melenggang di
atas permainan ini dan bukannya tenggelam, “semua yang bisa anda
inginkan”
harus dikumpulkan menjadi potongan-potongan fisik yang mungkin untuk
dilakukan. Ekspresi yang ekspansif memerlukan kecerdasan dan keterbatasan
kesadaran agar dapat bertahan.

F. Dua komitmen di kepala anda akan menciptakan stress dan


kegagalan

Dibawah sadar, anda mengetahui semua komitmen anda, baik besar


ataupun kecil, pribadi dan profesional, dan semuanya disimpan di dalam
“memori batin”,
kecuali secara sadar dan objektif, komitmen tersebut dilacak dan ditinjau. Namun
demikian, memori batin tidak memiliki persepsi waktu, jadi begitu ia mengetahui,
misalnya ada dua hal yang belum diselesaikan, batin akan menciptakan rasa

28
frustasi dan kegelisahan internal. Suatu bagian dari diri anda yang kreatif sedang
mencoba untuk menyelesaikan keduanya sekaligus yang sebenarnya mustahil.
Namun, ia tidak pernah menyerah. Bagian tersebut akan terus mencoba, mencoba,

dan mencoba.

G. Prioritas hanya berfungsi pada alam sadar

Semua tindakan dan proyekanda tidak akan banyak berarti kecuali secara
sadar anda membandingkan antara satu sama lain. Jika sesuatu dimasukkan ke
dalam memori anda (memori batin), sesuatu itu akan menggunakan ruang berpikir
yang tidak produktif dan tidak tepat, dan mungkin akan dinilai terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Memelihara inventarisasi semua hal-hal yang belum terselesikan
dengan lengkap, terkini, dan dapat ditinjau, tidak peduli seberapa besar atau kecil,

adalah persyaratan untuk menetapkan prioritas yang dapat dipercaya.

H. Menutup ujung-ujung yang terbuka akan membebaskan energi

Terlepas dari beberapa tidak pentingnyasuatu hal terlihat ataui seberapa


tidak sadarnya kita akan hal-hal tersebut, komitmen yang tidak terselesaikan akan
mengonsumsi bahan bakar fisik yang tidak dapat lagi digunakan untuk melakukan
hal lain. Saat hal-hal yang tidak terselesaikan ini dibawa ke permukaan dan
diselesaikan (atau diakui telah terselesaikan, seperti adanya), energy yang
sebelumnya tidak dapat diakses secara manual.

I. Kreativitas muncul ketika ada ruang


Alam semesta sangat membenci ruang hampa , arus listrik tidak akan
mengalir melalui jalur yang terhambat. Saat ruang mental mengalami
terlalu banyak gangguan dan kesepakatan serta lingkaran yang tidak
dikelola dengan baik, alirannya akan terhambat. Bersihkan
salurannya anda akan menarik dan menumbuhkan pemikiran baru
yang produktif dengan sendirinya.
J. Rasa cemas itu sia-sia
Pemikiran yang manganalisis situasi dan mematangkan persepsi kita
memerlukan waktu dan energi, tetapi hal itu produktif. Hindari

29
memikirkan tentang apa yang seharusnya anda pikirkan.
Mencemaskan sesuatu tetapi tidak mangambil tindakan membuang-
buang waktu dan menguras energi.

2.6 Berfokus Secara Produktif dalam Menghadapi Apapun


Kekuatan terbesar yang kita miliki untuk mepengaruhi dunia kita, selalu ada di
ujung jari kita: yaitu, kemampuan untuk mengubah cara kita melihat sesuatu.
Membuat sesuatu terjadi lebih cepat, lebih baik, dan dengan usaha seminimal
mungkin keberahsilan tetrsebut sering kali hanya memerlukan perubahan visi.
Sering kali, berfokus pada focus adalah kunci untuk membuka level
keberhasilan berikutnya. (Allen, 2003)

2.7 Reaksi Terhadap Konflik dalam Menghadapi Tantangan

Reaksi seseorang terhadap frustasi berbeda-beda, perbedaan tersebut


disebabkan oleh struktur fisik maupun psikis serta perbedaan sosial kultural
tempat dimana orang tersebut tinggal. Usaha yang ditempuh untuk menghadapi
frustasi ada beberapa cara, yaitu:

1. Bertindak secara eksplosif


Semua energi yang terdapat dalam individu diledakkan atau dihabiskan
dengan jalan melakukan perbuatan ataupun ucapan yang biasanya individu
merasakan ketegangan dalam dirinya berkurang atau hilang.

2. Melakukan kompensasi
Dalam melakukan kompensasi orang berusaha untuk menutupi
kekekurangan atau kegagalannya dengan cara lain yang dianggapnya
memadai atau lebih baik. Energi dari motif 1 dapat diarahkan untuk
memperkuat motif 2 sehingga tujuan 2 dapat dicapai atau berakhir dengan
baik, dengan demikian individu merasakan kepuasan yang lebih besar
yang dapat merupakan imbang kompensasi (pengganti) dari frustasi yang
didalami sebelumnya.

30
2.8 Fase-Fase Penguasaan Alur Pekerjaan
1. Mengumpulkan

• Menangkap apapun dan semua yang menarik perhatian anda untuk


mengeluarkan semuanya dari memori jangka pendek anda.

• Kumpulkan hal-hal ini sesedikit mungkin yang anda bias dan


sebanyak mungkin yang anda perlukan.

• Kosongkan secara teratur, dengan memproses dan mengorganisir

(lihat panduan berikutnya)


2. Proses

• Proseslah hal-hal yang telah anda kumpulkan (buat keputusan

tentang hal-hal tersebut)


• Jika tidak dapat dilakukan, buang, “tandai” untuk tindakan
yang
mungkin dilakukan di lain waktu, atau simpan sebagai referensi.

• Jika dapat dilakukan, putuskan tindakan fisik berikutnya, anda


lakukan (jika kurang dari dua menit), delegasikan (dan catat dalam
daftar tunggu), atau tunda (tempatkan dalam daftar pengingat atau
map tindakan). Jika satu tibdakan tidak dapat menyelesaikannya,
buatlah komitmen sebagai proyek dan tempatkan dalam daftar
pengingat proyek.

3. Organisir
• Kelompokkan hasil pemrosesan masukan anda kedalam kategori
yang dapat ditinjau dan digunakan dengan mudah. Empat kategori
tindakan utama adalah :
a. Proyek (Proyek yang menjadi komitmen anda untuk diselesaikan)
b. Kalender (tindakan yang harus dilakukan pada hari atau waktu
tertentu)
c. Tindakan selanjutnya (tindakan yang harus dilakukan sesegera
mungkin)

31
d. Menunggu (proyek dan tindakan lain yang seharusnya dilakukan,
yang ingin anda lakukan)

• Tambahkan subkategori pada daftar ini jika hal itu membuatnya

lebih mudah digunakan (Telepon, tugas kecil, dikomputer, dan


sebagainya)

• Tambahkan daftar tujuan dengan horizon yang lebih panjang dan


nilai-nilai yang mempengaruhi anda.

• Tambahkan daftar periksa yang dapat digunakan jika perlu


(deskripsikan pekerjaan, daftar pemicu kejadian, bagan organisasi,
dan sebagainya)

• Pertahankan system berkas referensi umum ungtuk informasi dan


materi-materi yang tidak memerlukan tindakan terapi mungkin
perlu digunakan.

• Pertahankan system tunggu untuk pemicu tindakan yang mungkin


dilakukan di kemudian hari (daftar suatu hari/mungkin, kalender,
pemicu)

• Pertahankan berkas informasi tambahan untuk proyek apabila


diperlukan (dapat disimpan dalam sistem referensi atau dalam
tempat sementara)
4. Tinjau

• Tinjaulah kalender dan daftar tindakan setiap hari (atau kapan saja
anda dapat melakukannya)

• Lakukan tinjauan mingguan khusus untuk membersihkan,


memperbarui, memelihara, dan meningkatkan system anda.

• Tinjau daftar tujuan, nilai, dan visi yang memiliki horizon lebih
panjang sesering mungkin untuk menjaga daftar proyek anda tetap
lengkap dan terbarui.
5. Lakukan

• Tentukan pilihan tindakan anda berdasarkan apa yang dapat anda


lakukan, seberapa banyak waktu yang anda miliki, seberapa
banyak energi yang anda miliki, dan kemudian prioritas anda

32
• Tetap fleksibel dengan memelihara sistem pengingat tindakan
“secara langsung”, selalu tersedia untuk ditinjau, mempercayai
intuisi anda dalam pengambilan keputusan momen demi momen.

• Pastikan pilihan intuitif terbaik dengan fokus yang konsisten dan


teratur pada prioritas anda (“apa yang saya dapatkan jika
melakukan X dan bukannya Y?”). (Allen, 2003)

33
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Siap menghadapi apapun memerlukan kecakapan untuk menyelesaikan


hal-hal dengan efektif dan efisien. Anda menyelesaikan hal-hal yang
mendefinisikan “selesai” dan memutuskan seperti apa “melakukan itu”.
Namun
karena volume dan kompleksitas sebenarnya dari inventarisasi hal-hal yang kita
hadapi dalam hidup ini sangat besar, akan sangatlah bermanfaat untuk
mendapatkan panduan dalam mengikuti model yang konsisten untuk diterapkan
agar dapat anda kuasai sepenuhnya. (Allen, 2003)

Bagian penting dari pandangan mekanisme adalah teori insting (naluri).


Instink atau naluri adalah “sesuatu kekuatan biologis bawaan yang
mempengaruhi organisme untuk berlaku dengan cara tertentu dalam lingkungan
yang tepat”. Naluri manusia tidak sama dengan binatang, karena binatang tidak
memiliki jiwa
atau intelek dan tidak dapat bernalar.

3.2 Saran

Perubahan yang tidak diharapkan nampaknya akan selalu ada, karena itu
kita harus terus mengharapkan perkembangan lebuh lanjut dan distribusi ide-ide

dan teknik ini untuk menguasai permainan pekerjaan dan kehidupan ini.

Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya mahasiswa. Kritik


dan saran kami harapkan untuk membangun dalam penulisan makalah ini agar
kedepannya kami dapat menyajikan makalah yang lebih baik lagi serta
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas lagi.Untuk itu apabila kita sebagai
perawat dalam memimpin kita harus terlebih dahulu membuat perencanaan setiap
tindakan yang dilakukan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Allen, David.2003.Siap Menghadapi Apapun. Jakarta:PT.Bhuana Ilmu

Populer.

McGhie, Andrew.1996.Penerapan Psikologi dalam

Keperawatan.Yogyakarta:Yayasan Essentia Medika.

Suryabrata, Sumadi.2011.Psikologi Kepribadian.Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada.

Rahmad, H. Dede.2009.Ilmu Poerilaku Manusia Pengantar Psikologi

(Untuk Tenaga Kesehatan).Jakarta: Cv.Trans Info Media

35

Anda mungkin juga menyukai