Anda di halaman 1dari 14

TES INTELLIGENSI RAVEN DAN CFIT

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“Instrumen BK II (tes)”

Dosen Pengampu:
Drs. Syaiful Bahri, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Iin Faradhina Humaira (2106104030004)


Uul Naidila (2106104030028)
Sarah Diana Putri (2106104030043)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia- Nya yang
selalu tercurahkan kepada kita. Shalawat beserta salam kita sanjung sajikan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW yang selalu syafaatnya kita nantikan dihari akhir.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Instrumen BK II (tes), serta dimaksudkan
untuk memberikan wawasan kepada pembaca untuk lebih memahami tentang segala sesuatu mengenai
“Tes intelligensi”

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih pada orang tua kami yang telah memberikan
bekal serta doanya, dan kepada bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd selaku dosen yang telah membuat sumber
sumber referensi yang kami baca.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan
dan kesempurnaan yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

BandaAceh, 29 September 2022

Kelompok 05

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5
1.1 Tes Intelligensi Raven..................................................................................................................5
A. Sejarah Tes Ravens Progressive Matrices.........................................................................5
B. Tujuan...................................................................................................................................5
C. Bentuk...................................................................................................................................6
2.2 CFIT..............................................................................................................................................9
A. Sejarah Tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test) ..........................................................9
B. Klasifikasi IQ CFIT (Culture Fair Intelligence Test) .......................................................11
C. Aspek-Aspek Yang Diukur Tes CFIT................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................................................13
Kesimpulan ........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peserta didik berbakat merupakan peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:
kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor.
Oleh karena itu, dengan memiliki intelegensi yang tinggi siswa diharapkan dapat memiliki prestasi
belajar yang tinggi pula. Hal ini sejalan dengan definisi intelegensi bahwa intelegensi merupakan
intelligence quotient atau modal awal untuk bakat tertentu. (Hamzah Uno, 2009).

Tes Raven Progressive Matrices terbagi menjadi 3 jenis tes Raven yaitu, Standard Progressive
Matrices(SPM), Advances Progressive Matrices(APM), dan Culture Fair Intelegence Test(CFIT).
Standard Progressive Matrices (SPM) merupakan tes Raven yang bersifat nonverbal. Raven menyebut
skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir. Tes SPM ditujukan untuk usia 6-65
tahun. Tes ini terbagi menjadi 5 tahapan dengan masing-masing tahapan terdapat 12 soal, waktu
pengerjaan 30-45 menit. SPM menyajikan hasil dalam tingkat intelektualitas, yaitu (1) Grade I,
Kapasitas Intelektual Superior; (2) Grade II,Kapasitas Intelektual di atas Rata-rata; (3)Grade
III,Kapasitas Intelektual Rata-rata; (4) Grade IV;Kapasitas Intelektual di bawah Rata-rata; (5) Grade V,
Kapasitas Intelektual Terhambat.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Tes Intelligensi Raven?
2. Apa itu CFIT?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tes Intelligensi Raven.
2. Untuk mengetahui apa itu CFIT.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tes Intelligensi Raven


RPM (Raven’s Progressive Matrices) merupakan salah satu bentuk test inteligensi yang tidak
membutuhkan kemampuan verbal ataupun kemampuan dalam berhitung sama sekali.

A. Sejarah Tes Ravens Progressive Matrices


Ravens Progressive Matrices (RPM) atau sering disebut sebagai Raven Matriks merupakan
tes kelompok nonverbal yang biasa digunakan untuk pengaturan pendidikan. Tes ini pertama kali
dikembangkan di Inggris pada tahun 1936 oleh John C. Raven.

Awalnya tes Raven Matriks digunakan untuk rekruitmen tentara dari rakyat sipil Karena pada
zaman itu banyak rakyat Inggris belum berpendidikan. Oleh sebab itu John C. Raven
menciptakan Raven Matriks untuk mengukur inteligensi umum dengan berdasar pada teori
Sperman yang disebut dengan teori dua faktor, teori ini terdiri dari dua kemampuan mental yaitu
inteligensi umum General Factor (Faktor g) dan kemampuan spesifik Special Factor (Faktor s).
Menurut Spearman kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada
kemampuan umum dan kemampuan khusus.

Raven Matriks merupakan tes intelegensi dengan Performance test atau sering disebut
dengan Culture Fair, yaitu tes dibuat untuk menghilangkan bias budaya dengan meminimalkan
perbedaan nilai antara satu budaya dengan budaya yang lain. Oleh sebab itu tes ini sering kali
digunakan mulai dari penelitian untuk mengetahui kemampuan kognitif secara umum hingga
untuk membandingkan kemampuan intelektual antar suku bangsa atau ras maupun kelompok
mayoritas dan minoritas.

B. Tujuan
Tujuan tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir dan kecerdasan umum yang terdiri dari
dua komponen yaitu Eductive Ability yaitu kemampuan untuk berpikir jernih tentang ide-ide
yang kompleks dan Reproductive Ability yaitukemampuan untuk menyimpan dan mengingat
informasi.

5
C. Bentuk
Tes Raven Matriks memiliki tiga bentuk tes yang berbeda tingkat kesulitannya sehingga
dapat digunakan berdasarkan usia, yaitu:
a. Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes Matriks Progresif (SPM) adalah tes kemampuan umum (general mental ability) tes
ini disusun sedemikian rupa sehingga pengaruh kemampuan verbal, kondisi budaya, dan
tingkat pendidikan terhadap hasil tes terkecil. Tes matriks progresif (SPM) dirancang
terutama berdasarkan pengukuran Spearman atau faktor umum “Spearman’s & factor”.
SPM bentuk standar terdiri atas 60 butir soal (matriks) atau pola-pola, yang terbagi lagi dalam
lima perangkat (set) yaitu: Set A, B, C, D, dan Set E, dan masing-masing set terdiri atas 12
butir soal. Butir-butir soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersukar. Untuk
set A dan B disediakan enam macam pilihan jawaban, sedangkan set C, D, dan E terdapat
delapan pilihan jawaban. Untuk masing-masing soal, di antara pilihan yang bermacam-
macam itu hanya ada satu jawaban yang betul. Semua soal-soal dan Tes Matriks Progresif
ini hanya berwujud gambar tanda ada tulisan-tulisan, serta semua soal hanya memiliki dua
warna yaitu hitam dan putih.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau
level intelektualitas dalam beberapa ketgori berdasar besaran skor dan usia subyek tes:
Grade I : kapasitas intelektual superior
Grade II : kapasitas intelektual diatas rata-rata
Grade III : kapasitas intelektual rata-rata
Grade IV : kapasitas intelektual dibawah rata-rata
Grade V : kapasitas intelektual terhambat

Tujuan SPM
Tujuan SPM (tes kemampuan umum) digunakan tidak terbatas pada lingkungan budaya
tertentu karena butir-butir soal tes yang dicakup berupa gambar-gambar hitam putih yang
sederhana tanpa menggunakan bahasa tertulis maupun lisan dalam mengerjakan butir-butir
soal tes. Disebabkan karena berbentuk gambar-gambar maka kepada testi dituntut untuk
mampu memahami suatu bentuk yang diamati dengan melihat hubungan di antaranya dan
sekaligus memahami hakikat bentuk untuk melengkapi setiap sistem yang ada dan untuk
mampu mengembangkan suatu metoda penalaran yang sistematis.

6
Aspek-aspek SPM
a) Kemampuan penalaran ruang
b) Menganalisis
c) Mengintegrasi
d) Mencari dan memahami sistem hubungan diantara bagian-bagian
e) Kemampuan ketepatan
Jadi kemampuan intelektual seseorang siswa akan dapat dilihat dari skors total yang dicapai
masing-masing individu siswa.

Sasaran SPM
Waktu penyajian tes ini tidak terbatas, hanya biasanya disediakan sekitar 30 menit untuk
mengerjakan soal ditambah waktu untuk pemberian penjelasan
Tes Matriks Progresif ini digunakan untuk mengungkap kemampuan intelektual individu
yang berusia 14 sampai 40 tahun (SMP kelas VIII, SMA/SMK, dan perguruan tinggi).

b. Coloured Progressive Matrices (CPM)


CPM terderi dari 36 gambar, gambar-gambar tersebut dikelompokan menjadi 3
kelompok setiap set ada dua belas persoalan dalam bentuk matriks berwarna yang disusun
untuk mengakses kemampuan anak dibawah usia 11 tahun. Keseluruhan tes terdiri atas tiga
set, yaitu Set A, Ab, dan B. tiga puluh enam permasalahan berbentuk matriks dimaksudkan
untuk mengakses setepat mungkin perkembangan mental anak. CPM bergerak dari mudah
ke sulit, yang menuntut keakuratan diskriminasi, soal-soal yang lebih sulit melibatkan
analogi, permutasi, perubahan poin dan hubungan yang logis.

Tujuan CPM
Tes ini dirancang untuk digunakan bagi anak-anak dan sejumlah orang tua tertentu, serta
untuk keperluan-keperluan klinis. Hasil tes CPM memungkinkan untuk menjelaskan
kesenjangan yang teramati antara kapasitas seseorang anak yang dites untuk berfikir
produktif dan kemampuan mereka untuk me-recall informasi. Dibidang klinis, tes ini
digunakan sebagai tes individual ketika seseorang dewasa tertentu tidak mampu mengerjakan
tes Matriks Progresif Standar (SPM).

7
Aspek-aspek CPM
a. Berfikir logis atau menalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang sah
menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai
dengan pengetahuan sebelumnya.
b. Kecakapan pengamatan ruang, yaitu kemampuan untuk membayangkan dan
menganalisa ruang dengan baik.
c. Kemampuan berfikir analogi, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan
masalah yang baru
d. Kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian, yaitu kemampuan
untuk memahami hubungan antara pola gambar besar dengan pola gambar kecil.

Sasaran CPM
Diperuntukkan bagi subyek yang berusia sangat muda atau justu yang berusia sudah tua.
CPM cocok untuk tujuan antropologis atau studi klinis serta cocok bagi subyek yang
memiliki cacat jasmani atau kapasitas intelektualnya dibawah normal.

c. Advanced Progressive Matrices (APM)


APM merupakan salah satu alat tes non verbal yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan-hubungan bagian gambar yang
tersaji serta mengembangkan pola fikir yang sistematis penyajiannya dapat dilakukan secara
klasikal dan individu. Terdiri dari 2 set dan berbentuk non verbal, yaitu seri I dan seri II. Set
I disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II diberisikan 36 butir soal tes.

Aspek-aspek APM
a. Kemampuan dalam hal ketepatan, yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung
b. Daya abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan menganalisis suatu
hal yang dilihat atau ditangkap indera secara abstrak
c. Kemampuan penalaran ruang, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep
ruang (spasial)
d. Berfikir sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaiakn suatu
tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat,
efektif, dan efesien.

8
e. Kecepatan dan ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah informasi
dengan cepat dan teliti.
f. Kosentrasi, yaitu kemampuan untuk memberi atensi atau perhatian terhadap suatu hal
dalam suatu waktu dengan baik.

Tujuan
Tes APM bertujuan untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual, untuk membedakan
secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal
bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Serta untuk mengatur tingkat intelegensi
yang bertujuan analisis klinis.

Sasaran
Tes ini dirancang untuk remaja, dewasa dan individu dengan kemampuan intelektual diatas
rata – rata superior.

2.2 CFIT
Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General
Ability) atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Raymond
B. Cattell, Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability seseorang. Fluid
Ability adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang
Fluid ini di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya
yang disebut sebagai Cristalized Ability.

A. Sejarah Tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test)


Test CFIT (Culture Fair Intelegency Test) diciptakan berdasarkan hasil penelitian Raymond
Bernard Cattell. Raymond Bernard Cattell (20 Maret 1905 s/d 2 Februari 1998) adalah seorang
psikolog Inggris dan Amerika, yang dikenal untuk eksplorasinya banyak wilayah di psikologi.
Daerah ini meliputi: dimensi dasar kepribadian dan temperamen, berbagai kemampuan kognitif,
dinamika dimensi motivasi dan emosi, dimensi klinis kepribadian, pola kelompok dan perilaku
sosial, aplikasi penelitian kepribadian untuk psikoterapi dan teori pembelajaran, prediktor
kreativitas dan prestasi. Cattell terkenal produktif, dengan usia selama 92 tahun telah
menerbitkan banyak buku, artikel dan lebih dari 30 alat tes terstandar.

9
Sebagai psikolog, Cattell adalah telah mengkhususkan dirinya pada penelitian ilmiah yang
ketat. Dia adalah seorang pendukung awal menggunakan metode analisis faktor, bukan apa yang
ia sebut "berteori verbal" untuk menjelajahi dimensi dasar kepribadian, motivasi, dan
kemampuan kognitif.

Meskipun Cattell paling dikenal untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian, ia juga


mempelajari dimensi dasar domain lainnya: kecerdasan, motivasi, dan minat kejuruan. Cattell
berteori adanya kecerdasan fluid cristalized untuk menjelaskan kemampuan kognitif manusia,
yang kemudian menciptakan Culture Fair Intelligence Test (CFIT). Alasan pencitaan tes, karena
Cattel melibat perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi performance test (hasil tes) sehingga
dikembangkan tes yang adil budaya (culture fair) antara lain CFIT.

Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General
Ability) atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh
Raymond B. Cattell, Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability
seseorang. Fluid Ability adalah kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter.
Kemampuan kognitif yang Fluid ini di dalam perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi
kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai Cristalized Ability. Cristalized Ability
seseorang merupakan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam interaksi individu dengan
lingkungan disekitarnya. Kemampuan kognitif seseorang tergantung dari sampai berapa jauh
keadaan Fluid Ability-nya dan bagaiamana perkembangan Cristalized Ability.

Atas dasar pengertian ini, maka penggunaan Culture Fair Intelligence Test akan lebih
lengkap apabila disertai pula dengan penggunaan tes-tes intelegensi umum lainnya yang
mengukur Cristalized Ability, misalnya tes intelegensi umum 69 (TINTUM 69) atau Tintum
bentuk A atau bentuk B. Di Indonesia sendiri, CFIT diadopsi dan dikembangkan oleh Universitas
Indonesia pada tahun 1975. Cattel merancang CFIT untuk mengurangi pengaruh budaya,
perbedaan kecakapan verbal, dan perbedaan tingkat pendidikan. CFIT dirancang untuk bebas dari
bias budaya dan cocok dipakai oleh beragam populasi, termasuk peserta tes yang tidak dapat
berbicara dalam bahasa Inggris (Lynn dkk, dalam “Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013),
maka CFIT dapat digunakan di Indonesia tanpa adanya perubahan atau adaptasi terhadap aitem-

10
aitemnya (“Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013). Di Indonesia Tes CFIT yang berkembang
adalah:
Tes G skala 2A (A7A)
Tes G skala 2B (A7B)
Tes G skala 3A
Tes G skala 3B

B. Klasifikasi IQ CFIT (Culture Fair Intelligence Test)


Tes IQ merupakan salah satu bahasan yang cukup menarik dan cukup rumit dalam
pengukurannya. Banyak teori yang dikembangkan oleh beberapa ahli mengenai klasifikasi IQ.
Salah satunya adalah Raymond B. Cattell dengan alat tesnya CFIT. Seperti dengan tes intelegensi
yang lain, Tes CFIT sudah menyediakan klasifikasi IQ seperti yang dikembangkan oleh
Raymond B. Cattell berikut ini.

11
C. Aspek-Aspek Yang Diukur Tes CFIT
Ada beberapa aspek intelegensi yang dapat diukur dengan tes CFIT (Culture Fair Intelligence
Test). CFIT skala 2 dan skala 3, mengukur 4 aspek sebagai berikut:
Subtes 1:
Sistematika berpikir, yaitu kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian suatu
permasalahan yang berkesinambungan.

Subtes 2:
Ketajaman diferensiasi, yaitu kemampuan untuk mengamati hal-hal yang detil secara tajam dan
berpikir dengan kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.

Subtes 3:
Asosiasi, yaitu kemampuan analisa-sintesa untuk menghubungkan dua atau lebih permasalahan
yang serupa.

Subtes 4:
Pemahaman konsep, yaitu kemampuan memahami suatu prinsip untuk diterapkan ke dalam
situasi yang berbeda.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ravens Progressive Matrices (RPM) atau sering disebut sebagai Raven Matriks merupakan tes
kelompok nonverbal yang biasa digunakan untuk pengaturan pendidikan. Tes ini pertama kali
dikembangkan di Inggris pada tahun 1936 oleh John C. Raven.

Culture Fair Intelligence Test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General Ability)
atau di sebut dengan G-Factor. Menurut teori kemampuan yang dikemukakan oleh Raymond B. Cattell,
Culture Fair Intelligence Test adalah untuk mengukur Fluid Ability seseorang. Fluid Ability adalah
kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif yang Fluid ini di dalam
perkembangan individu selanjutnya mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya yang disebut sebagai
Cristalized Ability.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://psikologi.fisip-unmul.ac.id/main/wp-content/uploads/2016/06/MODUL-TES-INTELIGENSI-
ANAK-DAN-DEWASA.pdf
http://www.psikoma.com/test-inteligensi-rpm-ravens-progressive-matrices/
https://nsd.co.id/posts/10002-teori-dan-skala-cfit-culture-fair-intelligence-test.html
https://dinanurhasnia22.blogspot.com/2018/01/tes-ravens-progressive-matrices-rpm.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai