Anda di halaman 1dari 1

Ada pula gambaran lain soal sosok Gajah Mada, berbeda dari yang diilustrasikan M.

Yamin, yakni hasil penelitian


arkeolog Universitas Indonesia Agus Aris Munandar. Dia mengilustrasikan Gajah Mada selayaknya sosok Bima dalam pewayangan,
yakni berkumis melintang.[13] Dalam media populer, Gajah Mada kebanyakan ditampilkan bertelanjang dada, memakai kain sarung,
dan menggunakan senjata berupa keris. Meskipun ini mungkin benar dalam tugas sipil, pakaian lapangannya mungkin berbeda:
Seorang patih Sunda menerangkan, seperti yang tertulis dalam kidung Sundayana, bahwa Gajah Mada
mengenakan karambalangan (lapis logam di depan dada—breastplate) berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas,
dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian. [14][15]

Baju zirah yang mungkin dipakai Gajah Mada, kiri ke kanan:

 Baju besi dari sebuah patung candi di Singasari.

 Patung dewa memegang sebuah kuiras, dari Nganjuk, Jawa Timur, pada masa sebelumnya (abad ke-10 sampai ke-11).
Menurut Munandar, pada awalnya Gajah Mada diarcakan sebagai tokoh Brajanata dalam cerita panji, dan sebagai Bima dalam
cerita Mahabharata pada masa kemudian. Pada awalnya Gajah Mada tidak langsung diarcakan sebagai tokoh Bima, ia diarcakan
sebagai tokoh Brajanata karena kisah Panji lebih dulu dikenal daripada kegiatan pembuatan arca-arca Bima yang agaknya mulai
berlangsung pada pertengahan abad ke-15. Pemuliaan Gajah Mada pada tahap pertama bersifat profan—adalah dalam bentuk
pengarcaannya sebagai Brajanata, namun selanjutnya terjadi pemuliaan Gajah Mada dalam tahap kedua yang lebih bersifat sakral,
yaitu disetarakan dengan Bima sebagai salah satu aspek Siva. [16] Pada arca yang terdapat di Museum Nasional, arca tersebut
digambarkan berbadan tegap, kumis melintang, rambut ikal berombak, di bagian puncak kepala terdapat ikatan rambut dengan pita
membentuk seperti topi tekes. Ia mengenakan busana dan perhiasan gelang dan kelat lengan atas berupa ular sebagaimana Bima.
[17]
Arca Bima dibuat pada masa akhir Majapahit dalam pertengahan abad ke-15. Ciri-cirinya adalah: a) Memakai mahkota supit
urang (rambutnya dibentuk 2 lengkungan di puncak kepala seperti jepitan udang), b) Berkumis melintang, c) Berbadan tegap, d)
Memakai kain poleng (hitam-putih), e) Lingganya selalu digambarkan menonjol.[18] Pada arca Bima yang tersimpan di Museum
Nasional, beliau digambarkan berdiri tegak dengan kedua tangan disamping tubuhnya, tangan kanan memegang gadha, lingganya
digambarkan menonjol menyingkan selendang yang menjuntai di antara 2 kaki, memakai upawita ular, mahkota supit urang, wajah
sangar, kumis tebal melintang, rambut di atas dahinya digambarkan ikal membentuk seperti jamang (hiasan dahi).[19] Adanya
kesamaan antara arca Brajanata sebagai perwujudan Gajah Mada dengan arca Bima bukanlah suatu kebetulan, melainkan terdapat
konsepsi yang mendasarinya: Konsepsi itu berkembang seiring dengan semakin jauhnya jarak peristiwa sejarah dengan para
pemujanya pada masa yang lebih kemudian.[20]

Anda mungkin juga menyukai