Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anggi Putra Pratama

Kelas : Kelas Sore


NIM : 121121120001
Prodi : Ilmu Komunikasi
Tugas : Komunikasi Organisasi (sesi 4)

Jawaban
1. Variabel perilaku organisasi yaitu sebagai berikut:
a. Produktivitas
Suatu organisasi dikatakan produktif bila mencapai tujuan-tujuannya dan melakukannya
dengan cara mengubah masukan menjadi hasil dengan biaya serendah mugkin. Menurut
Bernardin dan Russke (1993), produktivitas dapat diartikan sebagai tingkat perbandingan
antara keluaran (output) dengan masukan (input). John Suprihanto (1994:19) mendefinisikan
produktivitas sebagai perbandingan hasil-hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang
dipergunakan (input).
b. Mangkir
Absenteeism didefinisikan sebagai ketidakhadiran di kantor tanpa izin. Mangkir
merupakan kerugian dan gangguan yang sangat besar bagi pemberi kerja. Tingginya angka
ketidakhadiran merugikan perusahaan karena perusahaan tetap mengeluarkan uang untuk
membayar gaji pegawai, tetapi di sisi lain pegawai tidak memberikan kontribusi apapun pada
saat absen. Dengan demikian, semakin banyak waktu absen yang diambil seorang pegawai,
maka semakin berkurang produktivitas kerjanya.
c. Turnover
Perputaran karyawan adalah pengunduran diri secara permanen secara sukarela maupun
tidak sukarela dari suatu organisasi. Menurut Mueller, ada beberapa aspek yang bisa dipakai
sebagi prediktor dari turnover.
2. Rensis Likert dari Universitas Michigan berjasa mengembangkan suatu model terkenal
dengan sebutan model peniti penyambung (the linking pin model) yang menggambarkan
struktur organisasi. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang
tumpang tindih. Penyelia merupakan anggota dari 2 kelompok ; sebagai pemimpin unit yang
lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi. Penyelia berfungsi sebagai peniti
penyambung, mengikat kelompok kerja yang satu dengan yang lainnya pada tingkat
berikutnya.
Organisasi dengan struktur peniti penyambung menggalakan orientasi ke atas daripada ke
bawah; komunikasi, pengaruh pengawasan dan pencapaian tujuan diarahkan ke atas. Luthans
(1973) berpendapat bahwa konsep peniti penyambung cenderung menekankan &
memudahkan apa yang seharusnya terjadi dalam struktur klasik yang birokratik. Tetapi pola
hierarkis atasan bawahan, sering mendorong komunikasi ke bawah, namun menghambat
komunikasi ke atas dan ke samping.
3. Bagi likert manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses relatif. Tidak ada hukum-hukum
umum yang dapat diberlakukan pada setiap situasi. Seorang manajer harus menyesuaikan
gayanya dengan kelompok yang dipimpinnya. Namun kesulitannya adalah bahwa seorang
manajer acapkali tak tahu apakah ia berada di jalan yang benar, karena ia tidak mampu
menilai aspek-aspek perilaku 35 manusia. Tetapi hal ini sesungguhnya tidak menjadi masalah
yang sulit lagi karena sekarang tersedia sejumlah cara untuk mengadakan penilaian seperti
itu, misalnya penilaian motivasi, batas-batas kesetiaan kelompok, efisiensi komunikasi.
Informasi semacam itu memungkinkan manajemen mengikuti “hukum situasi”. Barnes, 1988
: 59 – 61. Luthans berpendapat bahwa konsep peniti penyambung cenderung menekankan
dan memudahkan apa yang seharusnya terjadi dalam struktur klasik yang birokratik. Tetapi
pola hierarkhis atasan – bawahan sering mendorong komunikasi ke bawah, namun
menghambat komunikasi ke atas dan ke samping. Lambatnya tindakan kelompok, yang
merupakan ciri organisasi berstruktur peniti penyambung, harus diimbangi dengan manfaat
partisipasi yang positif – kontribusi kepada perencanaan, komunikasi yang lebih terbuka, dan
komitmen anggota – yang tumbuh dari struktur peniti penyambung.
4. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap perusahaan pasti menginginkan semua karyawannya
memiliki kedisiplinan yang tinggi, tidak mangkir dari tanggung jawabnya, dan profesional.
Menurut pendapat saya cara untuk menekan angka mangkir pada sebuah perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Pantau kehadiran karyawan secara rutin, sehingga jika ada karyawan yang melebihi batas
ketidakhadiran bisa diberikan surat peringatan. Jika karyawan tersebut masih melakukan
kesalahan yang sama maka perusahaan berhak melakukan PHK kepada karyawan
tersebut.
b. Tegas kepada kejadian mangkir yang pertama, maksudnya yaitu ketika ada karyawan
yang baru melakukan mangkir, berusahalah tegas pada karyawan tersebut. Meskipun
karyawan yang bersangkutan baru pertama kali mangkir. Namun, jangan terburu-buru
untuk mengeluarkan surat peringatan pada kejadian pertama.
c. Buatlah anggota tim sebagai pengawas untuk mencegah karyawan mangkir, hal ini akan
mempermudah apabila tidak bisa melakukan pemantauan absensi karyawan.
d. Pelajari pola penyebab karyawan mangkir, hal ini bertujuan agar alasan mangkir
selanjutnya bisa di minimalisir. Sehingga, tidak ada lagi karyawan yang mangkir dengan
alasan tersebut.
5. Cara menekan turn over pada perusahaan menurut saya adalah sebagai berikut:
a. Rekrut kandidat yang tepat sejak awal, yaitu jangan terburu-buru untuk menerima atau
merekrut karyawan tanpa melakukan banyak pertimbangan. Tidak hanya wawancara
ketat namun pastikan bahwa mereka memiliki kemampuan yang dibutuhkan perusahaan.
b. Atur kompensasi dan tunjangan yang sesuai.
c. Perhatikan kebutuhan karyawan, misalnya jika karyawan membutuhkan barang atau
sesuatu yang dapat meningkatkan kinerjanya maka bisa dipertimbangkan untuk diberikan
agar dapat membuat karyawan lebih nyaman dan efisien dalam bekerja.
d. Tantang karyawan untuk terus berkembang, bisa dicoba untuk melakukan rolling atau
bertukar fungsi maupun peran dalam perusahaan, sehingga setiap karyawan memiliki
kemampuan atau skill yang lebih banyak lagi dari sebelumnya.
e. Bangun lingkungan kerja yang positif, bisa dengan pemberian penghargaan, pengakuan
dan pujian kepada karyawan yang terbaik. Selain itu, bisa juga dilakukan makan bersama
per bulan guna meningkatkan bonding atar karyawan.

Anda mungkin juga menyukai