Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONDISI HEREDITER DAN CEDERA OLAHRAGA PADA ANAK

Disusun Oleh:
RESTU WIDIANDARI SYAM
210301501002

Mata Kuliah
PENDIDIKAN KESEHATAN SEKOLAH

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul kondisi herediter dan
cedera olahraga pada anak serta penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran Penjas.

Makalah ini penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada Bapak selaku pembimbing mata kuliah pendidikan kesehatan sekolah serta
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Pengembangan Mateti Pembelajaran
Penjas Dan Olahraga, ini dapat manfaat maupun wawasan terhadap pembaca.

MAKASSAR,1 NOVEMBER 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
C. TUJUAN………………………………………………………………………………..………….………………...….4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. PENGERTIAN CEDERA PADA ANAK..................................................................

B. KONSEP ANTISIPASI CEDERA PADA ANAK ………………………………….


BAB III ………………………………………………………………………………………………………………………….10
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………..10
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………..10
B. SARAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKAN
Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami
penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau
akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting (WHO, 2014). Cedera juga
dapat disebabkan oleh kondisi tubuh dalam keadaan tidak normal karena diakibatkan
oleh beberapa hal, seperti metode latihan yang salah, kelainan struktural yang
menekan bagian tubuh tertentu lebih banyak daripada bagian tubuh lainnya, maupun
kelemahan pada otot, tendon dan ligamen. Selain itu kegiatan rutin seperti latihan dan
melakukan pekerjaan serta hobi juga berpotensi menimbulkan cedera (Talyor,
1997).Cedera olahraga, yang terjadi pada waktu seseorang melakukan aktivitas
olahraga, latihan atau pertandingan olahraga sdapat mengakibatkan seorang atlet
merasa sakit. Menurut Tylor, (5: 1991), ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh
atlet, yaitu trauma akut dan syndrom yang berlarut-larut. Trauma akut adalah suatu
cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti cedera goresan, robek pada
ligamen atau patah tulang karena terjatuh atau juga karena benturan. Syndrom ini
bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan,
namun berlangsung secara berulangulang dalam waktu tertentu. Cabang olahraga
apapun yang menggunakan fisik sebagai komponen utamanya akan mengalami
cedera.Taekwondo merupakan olahraga yang rentan terkena cedera. Banyak sekali
kasus yang terjadi, apalagi atlet taekwondo yang dalam melakukan aktivitas
olahraganya akan banyak terjadi kontak langsung. Walaupun dalam olahraga
taekwondo sudah menggunakan pelindung, baik dari ujung kaki Sampai ke ujung
kepala, seringkali cedera juga dapat terjadi, terutama pada bagian tungkai dan kaki.
Cedera pada jari kaki merupakan akumulasi dari energi kaki terhadap luas daerah alas
kaki saat terjadinya benturan. Cedera jari kaki dalam olahraga taekwondo salah
satunya adalah turf toe.

B.RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa masalah yang akan penyusun uraikan di dalam makalah ini, antara lain :

1. Pengertian cedera pada anak

2. Latar belakang terjadinya cedera pada anak

C.TUJUAN PENULISAN

Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa persoalan yang bertujuan untuk :

1. Mahasiswa mampu memahami kondisi cedera pada anak usia dini

2.Mahasiswa mengetahui macam macam cedera pada anak

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN CEDERA PADA ANAK

CEDERA PADA ANAK

Cedera merupakan dampak dari agen eksternal yang menimbulkan kerusakan fisik
maupun mental. Cedera termasuk salah satu dari penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di dunia (Hastuti, 2017).Cedera merupakan penyebab cacat
fisik, mental, atau psikologis yang berdampak buruk pada kualitas hidup para korban.
Ini adalah sebuah masalah kesehatan masyaraat yang semakin meningkat yang perlu
ditangani dan ditelaah. Kebutuhan dan beban perawatan fisik dan emosioal mungkin
sangat besar dan sulit untuk diukur dengan data statistik yang tersedia (Cong Wei
Ong, Guan Low, & Vasanwala, 2016).2.1.2 Mekanisme dan Faktor Resiko Cedera
Anak Secara Umum Hasil penelitian di Singapura (Cong Wei Ong, Guan Low, &
Vasanwala, 2016) menjabarkan terkait mekanisme dan faktor resiko cedera pada
anak, yaitu :

1.Cedera anak yang diobati di unit gawat darurat (UGD)

Sebagian besar cedera yang terjadi di UGD merupakan kelanjutan dari cedera yang
terjadi di rumah. Cedera di rumah cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak pra
sekolah (di bawah usia 5 tahun) dibanding dengan anak berusia antara 6 sampai 12
tahun. Anak-anak prasekolah memiliki proporsi cedera kepala yang lebih tinggi,
cedera benda asing, luka bakar, dan keracunan dibandingkan dengan anak-anak yang
bersekolah. Di sisi lain, anak-anak usia sekolah (6 - 12 tahun) memiliki kejadian
cedera yang lebih tinggi yang terjadi di taman bermain, kecelakaan di jalan, olahraga,
atau di sekolah dibandingkan dengan anakanak pra-sekolah (di bawah usia 5 tahun).
Anak-anak sekolah memiliki resiko cedera yang lebih tinggi yang melibatkan
anggota badan mereka serta kasus multi-trauma dibandingkan dengan anak-anak pra-
sekolah (di bawah usia 5 tahun).Penyebab paling umum adalah cedera kepala yang
disebabkan karena jatuh yang terjadi di rumah. Bisa diakibatkan karena mebel seperti
tempat tidur dewasa dan permukaan lantai yang terlibat di dalamnya. Ditemukan
bahwa setiap kenaikan ketinggian meteran atau lebih tinggi secara signifikan
kemungkinan menghasilkan hasil yang parah. Cedera kepala disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, dari anak-anak yang seharusnya duduk di kursi
mobil dalam kendali atau helm yang mereka pakai saat mengendarai sepeda namun
ini tidak dilakukan. Ini tentunya akan sangat berdampak buruk atau bahkan dapat
menyebabkan kematian.

2.Cedera anak terkait perangkat atau aksesoris tertentu


Dalam tinjauan retrospektif dari cedera terkait kereta dorong bayi yang melibatkan
cedera pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun, sebagian besar cedera terkait
dengan trauma tumpul, sedangkan, dari cedera yang sangat parah. dari cedera terkait
dengan penggunaan kereta bayi atau kereta bayi di eskalator atau tangga. Cedera ini
bisa terjadi meskipun ada dalam pengawasan orangtua. Mayoritas cedera terjadi di
rumah. Jatuh atau tersandung adalah yang utama sebagai penyebab cedera. Dari
cedera inimelibatkan luka terbuka, fraktur atau dislokasi hingga cedera kepala sedang
sampai parah.Cedera selanjutnya muncul dari alat bantu jalan yang awalnya
ditujukan untuk membantu anak dalam proses berjalannya namun menjadi penyebab
cedera saat orangtua atau pengasuh lalai memberikan perhatian terhadap anaknya.
Penggunaan alat bantu jalan lebih dari dua jam perhari meningkatkan resiko cedera
yang lebih tinggi. Dari hasil screening yang dilakuka didapatkan hasil yang normal
pada kelompok bayi yang tidak menggunakan alat bantu jalan.
3. Cedera anak terkait tempat bermain

Terjadinya sebagian besar cedera terkait tempat bermain meningkat pada periode
waktu tertentu. Tiga peralatan paling umum yang memiliki resiko cedera ialah bar
monyet atau alat panjat yang terdapat di tempat bermain, selorotan, dan ayunan. Dari
semua alat tersebut dapat menimbulkan cedera fraktur ekstremitas atas dan bawah
dan harus melibatkan proses rawat inap di rumah sakit.
4. Cedera terkait tenggelam
Perihal anak yang tenggelam didapati angka 2 hingga 12 anak per tahunnya. Dari
kejadian ini mayoritas ialah anak laki-laki dari umur 0 – 19 tahun. Kejadian terjadi
saat berenang di kolam renang pribadi di rumah dan saat berenang di pantai. Ditinjau
dari penyebabnya diakibatkan oleh fitur penyelamatan di lokasi yang kurang (seperti
pemantau atau pemandu kolam, pelampung, pagar, dll.). dan disebutkan bahwasanya
bak mandi, jacuzzi, dan kolam berenang merupakan salah satu penyebab kematian
bagi balita

B.KONSEP ANTISIPASI CEDERA PADA ANAK

Antisipasi cedera adalah suatu ramalan mengenai suatu kondisi individu yang
berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan (Hastuti, 2017).
Anticipatory guidence merupakan suatu upaya yang dilakukam perawat atau tenaga
medis dalam membimbing orangtua tentang tahapan perkembangan anak sehingga
orangtua sadar akan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
tahapan usia anak (Wong, 2009)2.2.2 Panduan Antisipasi Cedera atau
Pencegahannya

1. Anticipatory GuidenceBimbingan antisipasi akan berbeda untuk setiap usia karena


disesuaikan dengan karakteristik anak (Wong, 2009)
a. Usia Bayi 6 Bulan Pertama

- Ajarkan keamanan dalam mobil dengan penggunaan restrein yang disahakan federal
menghadap ke belakang di tengah tempat duduk belakang, tidak di tempat duduk
yang dilengkapi kantong udara
- Pahami penyesuaian orangtua terhadap bayi baru lahir terutama kebutuhan
emosional

- Ajarkan perawatan bayi dan bantu orangtua memahami kebutuhan dan temperamen
pribadinya dan bawa bayi mengekspresikan keinginannya melalui tangisan, yakinkan
orangtua bahwasanya bayi tidak boleh dimanjakan dengan perhatian yang berlebihan
selama empat sampai enam bulanpertama

- Dorong orangtua untuk menetapkan jadwal yang memenuhi kebutuhan anak

- Bantu orangtua memahami kebutuhan bayi


- Dukung kepuasan orangtua yang menyaksikan bahwa anaknya mengembangkan
persehabatan dan respon sosial terutama tersenyum
- Persiapkan untuk mengenalkan makanan padat
b. Usia Bayi 6 Bulan Kedua
- Siapkan orangtua akan respon stranger ansiety (takut pada orang asing) dari anak.
- Dorong orangtua untuk mengizinkan memeluknya dan hindari perpisahan satu sama
lain yang terlalu lama

- Bimbing orangtua mengenai disiplin akan peningkatan mobilitas bayi.


- Dorong penggunaan suara atau kontak mata negatif dari human fisik
- Dorong orangtua untuk memperlihatkan perhatian terdalam ketika bayi berperilakau
baik bukan saat bayi menangis
- Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak dan rasa
keingintahuannya.
- Dorong orangtua untuk meninggalkan anak dengan memberikan asuhan yang tepat
untuk memberi sedikit waktu senggang.
- Diskusikan kesiapan untuk menyapih
- Eksplorasi perasaan orangtua mengenai pola tidur bayi
c. Usia toddler Usia 12 – 18 Bulan- Menyiapkan orangtua untuk mengantisipasi
adanya perubahan tingkah laku dari toddler khususnya negativisme.
- Dorong orangtua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan
pemberian makanan padat.
- Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
- Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara
untuk mengatasi negatifisik dan temper tantrum yang sering terjadi pada toddler

- Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan


keterampilan sosial.
d. Usia Todler Usia 18 – 24 Bulan
- Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain
- Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru lahir.
- Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet
training.
e. Usia Toddler Usia 24 – 36 Bulan

- Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara


meniru.
- Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap
menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar di celana.
f. Usia Prasekolah Usia 3 Tahun
- Menganjurkan orangtua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas
- Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
- Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif.

g. Usia Prasekolah Usia 4 Tahun


L- Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
- Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
- Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah lakunya.h. Usia
Prasekolah Usa 5 Tahun
- Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
- Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.

2. Anticipatory Guidence

A. Pencegahan atau antisipasi cedera dibahas secara sistematis oleh (Cong Wei Ong,
Guan Low, & Vasanwala, 2016) dengan memilah berdasarkan strategi, meliputi:
°Strategi pendidikan Cedera yang terjadi di rumah seringkali tidak disadari oleh
orangtua. Banyaknya peralatan yang dapat membahayakan anak tentunya harus
menjadi perhatian seluruh orangtua. Ini penting untuk meningkatkan kesadaran
bahwa bahaya umum seperti ujung tajam atau sudut rumah tangga, furnitur
berantakan, kabel listrik yang menjuntai adalah penyebab besar terjadinya cedera.
Dan benda tajam seperti pisau dan gunting dijauhkan dari jangkauan anak. Selain itu
cedera karena kereta bayi juga perlu diperhatikan dengan lebih teliti saat
menggunakan alat tersebut seperti memastikan apakah bayi sudah terikat sabuk
pengaman dengan baik atau tidak. Dan pada contoh kasus yang terjadi di playground
juga memerlukan perhatian yang extra dari orangtua atau pengasuh. Maka dari
kejadian tersebut peran pendidikan sangat penting untuk orangtua atau pengasuh.

Peran ini dilakukakan oleh profesional medis atau keperawatan selama kunjungan
antenatal atau postnatal serta sesi perkembangan atau pada saat imunisasi.
° Strategi rekayasaOrangtua diberikan saran untuk memasang gerbang tangga jika
rumah berlantai lebih dari satu lantai, menaruh tikar atau ubin anti selip di kamar
mandi untuk menghindari anak jatuh karena licin, engsel atau pintu yang dapat
menutup sendiri lebih berdampak untuk mengurangi kejadian cedera yang tidak
disengaja. Pembuatan kotak khusus untuk obat-obatan atau benda yang mudah
tertelan dari jangkauan anak untuk menghindari anak menelan secara tidak sengaja.
Dari kasus yang terjadi di tempat bermain perlu adanya perhatian untuk memastikan
ketinggian dan jenis pemainan apakah sudah sesuai dengan usia anak. Pada saat anak
bermain sepeda perlu diperhatikan dan segera memasangkan helm serta pengaman
lain saat bermain aktif seperti sepeda atau semacamnya.

°Strategi penegakanTerkait hal-hal yang cenderung sangat membahayakan dapat


ditetapkan suatu undang-undang tentang penggunaan alat-alat yang dianggap
memberikan dukungan pada anak namun dibalik hal itu menimbulkan dampak yang
besar bagi keselamatan anak sehingga perlu adanya pertimbangan yang jelas pada
setiap orangtua.
B. Pencegahan cedera lainnya juga dipaparkan dengan melalui bebrapaLangkah-
langkah yang berbasis bukti untuk mengurangi penyebab utama kematian terkait
cedera (WHO, 2014), meliputi:
1) Lalu lintas jalan macet
a. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang ngebut
b. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang minum dan mengemudi
c. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang helm sepeda motor
d. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang sabuk pengaman
e. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang pengekangan anak
f. Mengembangkan infrastruktur jalan yang lebih aman, termasuk langkah-langkah
teknis untuk mengurangi kecepatan di daerah perkotaan dan memisahkan berbagai
jenis pengguna jalan
g. Menerapkan standar kendaraan dan peralatan keselamatan
h. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang lampu lari siang hari untuk sepeda
motor
i. Memperkenalkan sistem lisensi pengemudi lulus untuk pengemudi pemula
2) Terbakar
a. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang detektor asap

b. Menetapkan dan menegakkan hukum tentang suhu air keran panas


c. Mengembangkan dan menerapkan standar untuk pemantik yang tahan anak
d. Mengobati pasien luka bakar di pusat luka bakar khusus
3) Tenggelam

a. Memasang penghalang yang mengontrol akses ke air


b. Menyediakan penitipan anak yang mampu untuk anak-anak pra-sekolah di tempat-
tempat yang aman dari air
c. Mengajar anak-anak usia sekolah dasar berenang, keamanan air, dan keterampilan
menyelamatkan yang aman
d. Melatih pengamat dalam penyelamatan dan resusitasi yang
aman
e. Memakai perangkat flotasi pribadi
4) Air terjun

a. Menetapkan dan menegakkan hukum yang mewajibkan penjaga jendela untuk


gedung tinggi
b. Mendesain ulang furnitur dan produk lainnya
c. Menetapkan standar untuk peralatan bermain
5) Peracunan
a. Menetapkan dan menegakkan hukum untuk kemasan obatobatan dan racun yang
tahan anak
b. Menghapus produk beracun
c. Mengemas obat dalam jumlah yang tidak mematikan
d. Membangun pusat-pusat pengendalian racun
6) Kekerasan interpersonal
a. Mengembangkan hubungan yang aman, stabil, dan membina antara anak-anak dan
mereka orang tua atau pengasuh
b. Mengembangkan keterampilan hidup pada anak-anak dan remaja
c. Mengurangi ketersediaan dan penggunaan alkohol yang berbahaya

d. Mengurangi akses ke senjata dan pisau


e. Mempromosikan kesetaraan gender untuk mencegah kekerasan terhadap
perempuan
f. Mengubah norma budaya dan sosial yang mendukung kekerasan
g. Mengurangi kekerasan melalui identifikasi korban, program perawatan dan
dukungan

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Kejadian Cedera pada kelompok perlakuan sebelum program latihan pemanasan


adalah 10 responden (62%) dengan tidakcedera dan 6 responden (38%) dengan
cedera ringan. Setelahmendapatkan intervensi 16 responden (100%) tidak
mengalamicedera.

2. Kejadian Cedera kelompok kontrol dengan jumlah 9 responden(56,3%) tidak


mengalami cedera, dengan jumlah 6 responden(37,5%) cedera ringan, dan dengan
jumlah 1 responden (6,2%)mengalami cedera sedang.
3. Ada pengaruh latihan pemanasan dengan kejadian cederadengan nilai p value
0,008 artinya nilai p(< 0,05) dan nilai Zsebesar -2,646.
B.SARAN

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kitasemua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnyadari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan
kritik nya yang bersifatmembangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Imam, Barnadib. 1988.Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode

. Yogyakarta : Andi Offset.Redja, Mudyahardjo. 2006.Pengantar Pendidikan

. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.TIM Pengajar UNIMED. 2011.

Filsafat PendidikanMedan.Usiono. 2006.Pengantar filsafat pendidikanJakarta : Hijri


Pustaka Utama,.Uyoh, Sadulloh.2003.Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung :
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai