Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi terapeutik pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa

Tahap Pra-Interaksi

Perawat : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)

Tahap Orientasi

Perawat : “Selamat pagi mbak. Perkenalkan nama saya Pelangi Indah, biasa dipanggil Pelangi.
Saya perawat yang akan merawat Mbak. Nama Mbak siapa ? Mbak senangnya dipanggil apa?”

Pasien : “Nama saya Mawar Merah. Panggil saja mbak M”

Perawat : “Baiklah Mbak M, bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah ada keluhan yang
Mbak rasakan hari ini?”

Pasien : “Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus, saya akan dibunuh. Saya takut Sus, saya
juga sering mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya” (wajah tegang dan tampak
ketakutan)

Perawat : “Baiklah Mbak M, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang
mengganggu Mbak M dan perihal perasaan jika ada yang mengejar dan ingin membunuh Mbak.
Nanti kita juga akan mempelajari cara mengontrol hal tersebut. Apakah Mbak bersedia?”

Pasien : “Ya Sus”

Perawat : “Berapa lama Mbak ingin berbincang? dan dimana Mbak ingin berbincang?”

Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”

Perawat : “Bagaimana jika 20 menit Mbak?”

Pasien : “Ya, boleh Sus”

Tahap Kerja
Perawat : “Apakah Mbak merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin membunuh Mbak dan
mendengar suara tanpa ada wujudnya?”

Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin mendekat sehingga
saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh saya”

Perawat : “Apa yang dikatakan suara tersebut Mbak?”

Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan dMbaknuh. Saya
takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)

Perawat : “Saya percaya Mbak mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang lain termasuk
saya mendengar suara yang sama seperti yang Mbak dengarkan. Apakah Mbak menedengar
suara itu terus menerus atau hanya sewaktu-waktu saja?”

Pasien : “Sewaktu-waktu Sus”

Perawat : “Kapan waktu yang paling sering Mbak mendengar suara itu dan berapa kali dalam
sehari Mbak mendengarnya?”

Pasien : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba. Kadang sekali, tapi
kadang-kadang bisa dua kali Sus”

Perawat : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu Mbak sedang sendiri?”

Pasien : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan ekonomi saya yang
susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di PHK. Saya suka stress kalau mikirin
itu mbak, terus tiba-tiba suara itu muncul”

Perawat : “Apa yang Mbak rasakan atau bagaimana perasaan Mbak ketika mendengar suara itu?”

Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam” (wajah tegang dan
keringat dingin)

Perawat : “Kemudian apa yang Mbak lakukan?”

Pasien : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari mbak. Saya takut akan
dibunuh” (ketakutan)
Perawat : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”

Pasien : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu mengikuti saya mbak.
Saya benar-benar takut”

Perawat : “Apa yang Mbak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau sekarang kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa Mbak bersedia?”

Pasien : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”

Perawat : “Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas. Bagaimana kalau kita latih cara
yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah Mbak bersedia?”

Pasien : “Iya Sus”

Perawat : “Baik, kita mulai sekarang ya Mbak. Saya akan mempraktekan terlebih dahulu,
kemudian baru Mbak mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini... jika suara
itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga Mbak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu,
coba sekarang Mbak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”

Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”(sambil menutup
telinga)

Perawat : “Bagus sekali Mbak, coba lakukan sekali lagi”

Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” (sambil menutup
telinga)

Perawat : “Wah... bagus sekali Mbak. Mbak sudah bisa melakukannya”

Pasien : (tersenyum)

Tahap Evaluasi

Perawat: “Bagaimana perasaan Mbak setelah kita kita bercakap-cakap?”


Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)

Perawat : “Syukurlah Mbak. Apakah Mbak masih ingat pembicaraan kita mengenai
permasalahan Mbak dan cara mengatasinya?”

Pasien: “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi sendirian. Kalau
suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan menghardik seperti yang mbak ajarkan”

Perawat: “Mbak masih ingat caranya?”

Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan mengatakan “pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai suaranya hilang”

Perawat : “Bagus sekali karena Mbak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu muncul lagi, tolong
Mbak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian Mbak.
Mbak bisa melakukannya 2 hingga 3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”

Pasien: “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)

Perawat: “Baiklah Mbak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang
kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah Mbak
bersedia?”

Pasien: “Ya. Saya bersedia Sus”

Perawat: “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja dan waktunya pukul
09.00?”

Pasien: “Iya nggap apa-apa Sus”

Perawat: “Kalau begitu saya pamit dulu Mbak, sampai bertemu besok. Selamat pagi” (berdiri
dan meninggalkan ruangan)

Pasien: “Pagi” (Tersenyum)

Tahap Dokumentasi

Perawat: (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)

Anda mungkin juga menyukai