Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO VIDEO

HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh : Kelompok 1

Akbar Maulana Yusup JNR0200100


Dian Tri Utami JNR0200101
Dwi Sinta Lestari JNR0200103
Ichsan Nur Fajar JNR0200107
Idhar Prayogi JNR0200108
Lya Vinalysa JNR0200111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
A. Contoh Kasus Halusinasi Pendengaran
Pada suatu hari, ada keluarga pasien datang ke Panti Gramesia
Kedawung, Kabupaten Cirebon. Keluarga pasien tersebut meminta perawat
untuk mengobati salah satu anggota keluarganya yang bernama Prayogi umur
24 tahun yang akhir-akhir ini sering bertingkah aneh.
Keluarga pasien mengatakan, Prayogi sering berbicara sendiri seolah-
seolah sedang mendengar orang yang lagi bercakap-cakap, padahal disekitar
dia lagi tidak ada siapa-siapa. Setelah menerima informasi dari keluarga
Prayogi, selanjutnya Prayogi dibawa masuk oleh perawat Dwi kedalam Panti
untuk dilakukan pengkajian dan observasi serta rencana tindakan pengobatan
selanjutnya.
B. Contoh Pengkajian Keperawatan
Perawat : “Selamat pagi mas.”
Pasien : “Pagi sus.”
Perawat : “Perkenalkan, nama saya Dwi Sinta Lestari, saya perawat yang
bertugas di Panti Gramesia. Saya yang akan merawat mas disini.
Mas bisa panggil saya Dwi saja ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Saya mau minta waktunya mas sebentar saja, boleh?”
Pasien : “Boleh sus, tapi lama gak sus?”
Perawat : “Ga lama ko, sekitar 10 menit saja. Gimana, apakah mas
bersedia?”
Pasien : “Bersedia sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, kalo boleh saya tau mas namanya siapa?”
Pasien : “Nama saya Prayogi sus.”
Perawat : “Oh, Prayogi ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mas senang dipanggil apa?”
Pasien : “Saya senang dipanggil Ogi sus.”
Perawat : “Baik, nanti saya akan panggil mas dengan sebutan Ogi saja ya.”
Pasien : “Terserah suster saja.”
Perawat : “Mas Ogi umurnya berapa?”
Pasien : “Saya umurnya 24 tahun sus.”
Perawat : “Oh. 24 tahun ya?”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mas tinggal nya dimana?”
Pasien : “Saya tinggal nya di Jl. Drajat, Kota Cirebon sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, sekarang saya mau tanya sama mas Ogi.”
Pasien : “Tanya apa sus?”
Perawat : “Mas Ogi bisa diantarkan kesini itu alasan nya karna apa?”
Pasien : “Kurang tau saya sus.”
Perawat : “Ko kurang tau?”
Pasien : “Iya sus, saya bener-bener ga tau.”
Perawat : “Mas yakin?”
Pasien : “Yakin sus.”
Perawat : “Begini loh mas Ogi, mas bisa diantarkan kesini itu, karna mas
sering berbicara sendiri.”
Pasien : “Masa sih sus?”
Perawat : “Iya mas, buktinya tadi keluarga mas bilang begitu kesaya. Dan
saya pun melihat langsung mas Ogi sedang berbicara sendiri
seolah-olah lagi sedang mendengarkan orang yang lagi bercakap-
cakap.”
Pasien : “Iya sus, saya itu lagi mendengar orang yang lagi ngobrol tentang
game online.”
Perawat : “Kalo boleh tau, game online nya seperti apa ya mas?”
Pasien : “Game online nya itu seperti game Mobile Legend sus.”
Perawat : “Oh begitu ya. Saya mau tanya, apakah suara itu terus-menerus
terjadi atau sewaktu-waktu saja mas?”
Pasien : “Sewaktu-waktu saja sus.”
Perawat : “Kapan mas mengalami atau mendengar suara itu?”
Pasien : “Biasanya itu saya mendengar suara tersebut setelah lewat jam 8
pagi sus.”
Perawat : “Berapa kali sehari mas mendengar suara itu?”
Pasien : “5 kali sus.”
Perawat : “Oh 5 kali ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, saya mau tanya lagi kepada mas Ogi.”
Pasien : “Tanya apa sus?”
Perawat : “Suara itu terdengar pas mas Ogi sedang keadaan apa? Apakah
pas waktu mas Ogi sendirian atau bagaimana?”
Pasien : “Suara itu terdengan pas saya lagi sendirian sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu. Apa yang mas Ogi rasakan ketika suara itu
muncul?”
Pasien : “Saya senang sus. Kebetulan saya sering bermain game online
juga.”
Perawat : “Bagaimana dengan kegiatan mas Ogi sehari-hari ketika suara itu
muncul, apakah terganggu?”
Pasien : “Terganggu sus, saya kesal sus, suara tersebut membuat saya
susah tidur akhir-akhir ini.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, bagaimana kalau kita belajar cara-cara
untuk mencegah suara itu muncul kembali? Apakah mas Ogi
setuju?”
Pasien : “Kalo itu memang membuat hidup saya menjadi normal kembali,
saya setuju sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, nanti siang saya akan bertemu lagi dengan
mas Ogi disini ya. Saya akan mengajarkan cara untuk mencegah
agar suara itu tidak muncul kembali.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Perawat : “Sama-sama. Sampai jumpa.”
C. Contoh Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d klien mengatakan
mendengar suara dan klien terlihat berbicara sendiri.
D. Contoh Rencana Tindakan Keperawatan
SP 1 : Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama, yaitu menghardik halusinasi.
E. Contoh Implementasi Keperawatan
SP 1 : Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama, yaitu menghardik halusinasi.
Fase Orientasi
Perawat : “Selamat siang mas Ogi. Masih ingat dengan saya?”
Pasien : “Masih sus.”
Perawat : “Coba tebak, nama saya siapa?”
Pasien : “Nama suster Dwi bukan ya?”
Perawat : “Iya betul, nama saya Dwi.”
Pasien : “Iya sus, ada apa ya?”
Perawat : “Begini mas, tujuan saya datang lagi kesini, yaitu untuk
mengajarkan mas Ogi mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi tersebut. Sebelumnya, bagaimana perasaan
mas Ogi hari ini? Mas Ogi apa ada keluhan lain?”
Pasien : “Perasaan saya baik sus, saya tidak ada keluhan yang lain sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang
suara yang selama ini mas Ogi dengar tetapi tidak tampak
wujudnya?”
Pasien : “Baiklah sus.”
Perawat : “Mas Ogi mau dimana bercakap-cakap nya?”
Pasien : “Di depan kamar aja sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, mau berapa lama kita bercakap-cakap nya?
Bagaimana kalo 10 menit?”
Pasien : “Iya sus 10 menit aja, jangan lama-lama ya, saya mau tidur.”
Fase Kerja
Perawat : “Saya mau tanya ke mas Ogi, suara apa yang terdengar di telinga
mas Ogi?”
Pasien : “Suara itu sus, suara yang lagi sedang mengajak saya bermain
game online itu. Padahal kan saya lagi ga mau main game itu
sus.”
Perawat : “Oh begitu ya. Lalu, apa yang mas Ogi rasakan ketika mendengar
suara itu?”
Pasien : “Yang saya rasakan ya saya kesal lah sus, itu mengganggu tidur
saya.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu mas Ogi, disini saya akan mengajarkan mas
Ogi cara menghardik halusinasi.”
Pasien : “Emang cara nya bagaimana sus?”
Perawat : “Caranya, yaitu saat suara-suara itu muncul, mas Ogi langsung
bilang, pergi saya tidak mau dengar. Saya tidak mau main. Pergi
sana jangan ganggu saya.”
Pasien : “Oh begitu ya sus caranya?”
Perawat : “Iya mas kaya begitu caranya. Cara tersebut bisa mas Ogi ulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.”
Pasien : “Baik sus.”
Perawat : “Coba mas Ogi peragakan cara yang barusan saya kasih tadi.”
Pasien : “(Sedang memperagakan cara menghardik halusinasi).”
Perawat : “Nah begitu, bagus. Nanti mas Ogi bisa mencoba cara itu lagi ya,
sampai suara yang mengganggu mas Ogi bisa hilang.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Fase Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan mas Ogi setelah memperagakan cara
menghardik halusinasi tadi?”
Pasien : “Saya senang sus, semoga suara tersebut tidak muncul lagi.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, Bagaimana kalo kita buat jadwal
latihannya?”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mau jam berapa latihannya?”
Pasien : “Jam 9 saja sus.”
Perawat : “Tempat latihannya mau dimana?”
Pasien : “Terserah suster aja.”
Perawat : “Bagaimana kalo tempat latihannya di depan kamar saja?”
Pasien : “Iya sus di depan kamar saja latihannya.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, sampai jumpa, selamat beristirahat.”
F. Contoh Evaluasi Keperawatan
Perawat : “Selamat pagi mas Ogi.”
Pasien : “Pagi sus.”
Perawat : “Bagaimana perasaan mas Ogi hari ini?”
Pasien : “Saya lagi senang sus.”
Perawat : “Oh, lagi senang ya. Senang yang seperti apa tuh kalo saya boleh
tau?”
Pasien : “Semenjak saya memperagakan cara menghardik halusinasi,
ternyata saya sudah tidak mendengar suara itu lagi sus.”
Perawat : “Alhamdullilah kalo begitu mas. Saya juga melihat mas Ogi tidak
berbicara sendiri lagi kaya pas waktu kemarin-kemarin.”
Pasien : “Iya sus, terimakasih ya.”
Perawat : “Sama-sama mas, saya senang kalo mas Ogi bisa sembuh dan
tidak mendengar suara itu lagi.”
Pasien : “Hehe, iya sus.”
Perawat : “Nanti kalo suara itu muncul lagi, mas Ogi bisa memperagakan
kembali cara menghardik halusinasi yang pernah mas Ogi
lakukan.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Perawat : “Sama-sama mas. Saya permisi dulu ya. Sampai jumpa.”
A. Contoh Kasus Halusinasi Penglihatan
Pada suatu hari, ada keluarga pasien datang ke Panti Gramesia
Kedawung, Kabupaten Cirebon. Keluarga pasien tersebut meminta perawat
untuk mengobati salah satu anggota keluarganya yang bernama Dian umur 22
tahun yang akhir-akhir ini sering bertingkah aneh.
Keluarga pasien mengatakan, Dian sering melihat sesuatu bayangan
hitam, padahal disekitar dia tidak ada bayangan hitam. Setelah menerima
informasi dari keluarga Dian, selanjutnya Dian dibawa masuk oleh perawat
Lya kedalam Panti untuk dilakukan pengkajian dan observasi serta rencana
tindakan pengobatan selanjutnya.
B. Contoh Pengkajian Keperawatan
Perawat : “Selamat pagi mba.”
Pasien : “Pagi sus.”
Perawat : “Perkenalkan, nama saya Lya Vinalysa, saya perawat yang
bertugas di Panti Gramesia. Saya yang akan merawat mba disini.
Mba bisa panggil saya Lya saja ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Saya mau minta waktunya mba sebentar saja, boleh?”
Pasien : “Boleh sus, tapi lama gak sus?”
Perawat : “Ga lama ko, sekitar 10 menit saja. Gimana, apakah mba
bersedia?”
Pasien : “Bersedia sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, kalo boleh saya tau mba namanya siapa?”
Pasien : “Nama saya Dian sus.”
Perawat : “Oh, mba Dian ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mba senang dipanggil apa?”
Pasien : “Saya senang dipanggil Dian saja sus.”
Perawat : “Baik, nanti saya akan panggil mba dengan sebutan Dian saja ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mba Dian umurnya berapa?”
Pasien : “Saya umurnya 22 tahun sus.”
Perawat : “Oh. 22 tahun ya?”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mba tinggal nya dimana?”
Pasien : “Saya tinggal nya di Jl. Perum, Kota Cirebon sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, sekarang saya mau tanya sama mba Dian.”
Pasien : “Tanya apa sus?”
Perawat : “Mba Dian bisa diantarkan kesini itu alasan nya karna apa?”
Pasien : “Kurang tau saya sus.”
Perawat : “Ko kurang tau?”
Pasien : “Iya sus, saya bener-bener ga tau.”
Perawat : “Mba yakin?”
Pasien : “Yakin sus.”
Perawat : “Begini loh mba Dian, mba bisa diantarkan kesini itu, karna mba
sering berbicara sendiri.”
Pasien : “Masa sih sus?”
Perawat : “Iya mba, buktinya tadi keluarga mba bilang begitu kesaya. Dan
saya pun melihat langsung mba Dian sedang berbicara sendiri
seolah-olah lagi sedang melihat sesuatu.”
Pasien : “Iya sus, saya itu lagi melihat bayangan hitam.”
Perawat : “Kalo boleh tau, bayangan hitam nya seperti apa ya mba?”
Pasien : “Bayangan hitamnya itu tinggi dan besar sus.”
Perawat : “Oh begitu ya. Saya mau tanya, apakah bayangan itu terus-
menerus muncul atau sewaktu-waktu saja mba?”
Pasien : “Sewaktu-waktu saja sus.”
Perawat : “Kapan mba mengalami atau melihat bayangan itu?”
Pasien : “Biasanya, saya melihat bayangan itu setelah lewat jam 12 siang
sus.”
Perawat : “Berapa kali sehari mba melihat bayangan itu?”
Pasien : “7 kali sus.”
Perawat : “Oh 7 kali ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, saya mau tanya lagi kepada mba Dian.”
Pasien : “Tanya apa sus?”
Perawat : “Bayangan itu terlihat pas mba Dian sedang keadaan apa? Apakah
pas waktu mba Dian sendirian atau bagaimana?”
Pasien : “Bayangan itu terlihat pas saya lagi sendirian sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu. Apa yang mba Dian rasakan ketika
bayangan itu muncul?”
Pasien : “Saya takut sus.”
Perawat : “Bagaimana dengan kegiatan mba Dian sehari-hari ketika
bayangan itu muncul, apakah terganggu?”
Pasien : “Terganggu sus, saya kesal sus, bayangan tersebut membuat saya
takut akhir-akhir ini.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, bagaimana kalau kita belajar cara-cara
untuk mencegah bayangan itu muncul kembali? Apakah mba
Dian setuju?”
Pasien : “Iya sus, saya setuju.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, nanti siang saya akan bertemu lagi dengan
mba Dian disini ya. Saya akan mengajarkan cara untuk mencegah
agar bayangan itu tidak muncul kembali.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Perawat : “Sama-sama. Sampai jumpa.”
C. Contoh Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan d.d klien mengatakan
melihat bayangan hitam dan klien terlihat berbicara sendiri.
D. Contoh Rencana Tindakan Keperawatan
SP 1 : Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama, yaitu menghardik halusinasi.
E. Contoh Implementasi Keperawatan
SP 1 : Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama, yaitu menghardik halusinasi.
Fase Orientasi
Perawat : “Selamat siang mba Dian. Masih ingat dengan saya?”
Pasien : “Masih sus.”
Perawat : “Coba tebak, nama saya siapa?”
Pasien : “Nama suster Lya bukan ya?”
Perawat : “Iya betul, nama saya Lya.”
Pasien : “Iya sus, ada apa ya?”
Perawat : “Begini mba, tujuan saya datang lagi kesini, yaitu untuk
mengajarkan mba Dian mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi tersebut. Sebelumnya, bagaimana perasaan
mba Dian hari ini? Mba Dian apa ada keluhan lain?”
Pasien : “Perasaan saya baik sus, saya tidak ada keluhan yang lain sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang
bayangan yang selama ini mba Dian lihat, tetapi orang lain tidak
melihat bayangan tersebut?”
Pasien : “Baiklah sus.”
Perawat : “Mba Dian mau dimana bercakap-cakap nya?”
Pasien : “Di depan kamar aja sus.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, mau berapa lama kita bercakap-cakap nya?
Bagaimana kalo 10 menit?”
Pasien : “Iya sus 10 menit aja, jangan lama-lama ya, saya cape mau
istirahat.”
Fase Kerja
Perawat : “Saya mau tanya ke mba Dian, bayangan apa yang terlihat di
mata mba Dian?”
Pasien : “Bayangan hitam tinggi besar sus.”
Perawat : “Oh begitu ya. Lalu, apa yang mba Dian rasakan ketika melihat
bayangan itu?”
Pasien : “Yang saya rasakan saya takut dan kesal lah sus, itu mengganggu
kegiatan sehari-hari saya.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, disini saya akan mengajarkan mba Dian
cara menghardik halusinasi.”
Pasien : “Emang cara nya bagaimana sus?”
Perawat : “Caranya, yaitu saat bayangan hitam itu muncul, mba Dian
langsung bilang, pergi saya tidak mau lihat kamu. Saya ga butuh
kamu. Pergi sana jangan ganggu saya.”
Pasien : “Oh begitu ya sus caranya?”
Perawat : “Iya mba kaya begitu caranya. Cara tersebut bisa mba Dian ulang-
ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi.”
Pasien : “Baik sus.”
Perawat : “Coba mba Dian peragakan cara yang barusan saya kasih tadi.”
Pasien : “(Sedang memperagakan cara menghardik halusinasi).”
Perawat : “Nah begitu, bagus. Nanti mba Dian bisa mencoba cara itu lagi
ya, sampai bayangan yang mengganggu mba Dian bisa hilang.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Fase Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan mba Dian setelah memperagakan cara
menghardik halusinasi tadi?”
Pasien : “Saya senang sus, semoga bayangan tersebut tidak muncul lagi.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, Bagaimana kalo kita buat jadwal
latihannya?”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Mau jam berapa latihannya?”
Pasien : “Jam 11 saja sus.”
Perawat : “Tempat latihannya mau dimana?”
Pasien : “Terserah suster aja.”
Perawat : “Bagaimana kalo tempat latihannya di depan kamar saja?”
Pasien : “Iya sus di depan kamar saja latihannya.”
Perawat : “Baiklah kalo begitu, sampai jumpa, selamat beristirahat.”
F. Contoh Evaluasi Keperawatan
Perawat : “Selamat pagi mba Dian.”
Pasien : “Pagi sus.”
Perawat : “Bagaimana perasaan mba Dian hari ini?”
Pasien : “Saya lagi senang sus.”
Perawat : “Oh, lagi senang ya. Senang yang seperti apa tuh kalo saya boleh
tau?”
Pasien : “Semenjak saya memperagakan cara menghardik halusinasi,
ternyata saya sudah tidak melihat bayangan itu lagi sus.”
Perawat : “Alhamdullilah kalo begitu. Saya juga melihat mba Dian tidak
berbicara sendiri lagi kaya pas waktu kemarin-kemarin.”
Pasien : “Iya sus, terimakasih ya.”
Perawat : “Sama-sama mba, saya senang kalo mba Dian bisa sembuh dan
tidak melihat bayangan itu lagi.”
Pasien : “Hehe, iya sus.”
Perawat : “Nanti kalo bayangan itu muncul lagi, mba Dian bisa
memperagakan kembali cara menghardik halusinasi yang pernah
mba Dian lakukan.”
Pasien : “Baik sus, terimakasih.”
Perawat : “Sama-sama mba. Saya permisi dulu ya. Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai